SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Evi Sapinatul Bahriah
evisapinatulbahriah.wordpress.com
 Home
 About Me
RSS
← ASSESMEN RESPON TERBATAS
TERMOKIMIA →
LITERASI SAINS
05 Jun
Abad ke-21 merupakan abad globalisasi yang penuh tantangan. Negara-negara di dunia semakin
giat berpacu untuk memenangkan era persaingan global yang ditandai dengan kemajuan sains dan
teknologi. Peningkatan kemampuan dan pemahaman terhadap sains dan teknologi merupakan
kunci kemajuan suatu bangsa. Sampai saat ini, peran sains dan teknologi semakin dirasakan
manfaatnya. Tak dapat diragukan lagi, penerapan atas sains dan teknologi telah menunjukkan
perubahan yang revolusioner di banyak negara.
Kehidupan masyarakat yang saat ini telah berkembang seiring pesatnya perkembangan sains dan
teknologi, menuntut manusia untuk semakin bekerja keras menyesuaikan diri dalam segala aspek
kehidupan. Salah satunya adalah aspek pendidikan yang sangat menentukan maju mundurnya
suatu kehidupan yang semakin kuat persaingannya. Dengan demikian proses pendidikan
diharapkan mampu membentuk manusia yang melek sains dan teknologi seutuhnya. Selain itu
juga, pendidikan diharapkan berperan sebagai jembatan yang akan menghubungkan individu
dengan lingkungannya ditengah-tengah era globalisasi yang semakin berkembang, sehingga
individu mampu berperan sebagai sumber daya manusia yang berkualitas (Sumartati, 2009).
Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak memasuki dunia
kehidupannya. Sains pada hakekatnya merupakan sebuah produk dan proses. Produk sains
meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Sedangkan proses sains meliputi cara-cara
memperoleh, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara
berfikir, cara memecahkan masalah dan cara bersikap. Oleh karena itu sains dirumuskan secara
sistematis, terutama didasarkan atas pengamatan eksperimen dan induksi. Mudzakir (dalam
Hernani, et al.,2009) mengungkapkan bahwa pendidikan sains memiliki potensi yang besar dan
peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era
industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini akan dapat terwujud jika pendidikan sains mampu
melahirkan siswa yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir
logis, berpikir kreatif, kemampuan memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai teknologi
serta adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman.
Pada tahun 1997, Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD)
memunculkan Programme for International Student Assesment (PISA). PISA bertujuan untuk
memonitor hasil dari sistem pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian belajar siswa yang
berusia 15 tahun. Disamping itu PISA didesain untuk membantu pemerintah tidak hanya
memahami tetapi juga meningkatkan efektifitas sistem pendidikan. PISA mengumpulkan
informasi yang reliabel setiap tiga tahun. Temuan-temuan PISA digunakan antara lain untuk: (a)
membandingkan literasi membaca, matematika dan sains siswa-siswa suatu negara dengan negara
peserta lain; dan (b) memahami kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan masing-masing negara
(Thomson & De Bortoli dalam Ekohariadi, 2009).
Kemampuan literasi sains yang lemah merupakan salah satu temuan hasil studi komperatif yang
dilakukan PISA tahun 2000, ini terungkap dari nilai rerata tes literasi sains anak Indonesia adalah
393, yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-38 dari 41 negara peserta PISA. Hasil PISA
bidang literasi sains anak Indonesia yang dianalisis Tim Literasi sains Puspendik tahun 2004
terungkap:
1. Komposisi jawaban siswa mengindikasikan lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep-
konsep dasar sains yang sebetulnya telah diajarkan, sehingga mereka tidak mampu
mengaplikasikannya untuk menginterpretasi data, menerangkan hubungan kausal, serta
memecahkan masalah sederhana sekalipun
2. Lemahnya kemampuan siswa dalam membaca dan menafsirkan data dalam bentuk gambar,
tabel, diagram dan bentuk penyajian lainnya
3. Adanya keterbatasan kemampuan siswa mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisan
4. Ketelitian siswa membaca masih rendah, siswa tidak terbiasa menghubungkan informasi-
informasi dalam teks untuk dapat menjawab soal
5. Kemampuan nalar ilmiah masih rendah
6. Lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dasar sains dan keterkaitannya
dengan kehidupan sehari-hari dan kesehatan (Mahyuddin, 2007).
PISA merupakan survei yang pelaksanaannya membutuhkan banyak sumber daya, secara
metodologi sangat kompleks dan membutuhkan kerjasama yang intensif dengan steakholders.
Data PISA memberi banyak informasi yang berharga, oleh karena itu sangat disayangkan jika data
yang diperoleh dari PISA tidak dianalisis dan dimanfaatkan untuk instropeksi dan koreksi terhadap
sistem pendidikan di Indonesia (Hadi, 2009).
A. Literasi Sains
Secara harfiah literasi berasal dari kata literacy yang bearti melek huruf/gerakan pemberantasan
buta huruf (Echols&Shadily, 1990). Sedangkan istilah sains berasal dari bahasa Inggris Science
yang bearti ilmu pengetahuan. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan
(Depdiknas dalam Mahyuddin, 2007). Pudjiadi mengatakan bahwa “sains merupakan sekelompok
pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari pemikiran dan penelitian para
ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen menggunakan metode ilmiah”.
C.E.de Boer mengemukakan bahwa orang pertama yang menggunakan istilah “Scientific Literacy”
adalah Paul de Hart Hurt dari Stamford University yang menyatakan bahwa Scientific Literacy
bearti memahami sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat. Literasi sains menurut
National Science Education Standards adalah “scientific literacy is knowledge and understanding
of scientific concepts and processes required for personal decision making, participation in civic
and cultural affairs, and economic produvtivity. Literasi sains yaitu suatu ilmu pengetahuan dan
pemahaman mengenai konsep dan proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk
membuat suatu keputusan dengan pengetahuan yang dimilikinya, serta turut terlibat dalam hal
kenegaraan, budaya dan pertumbuhan ekonomi. Literasi sains dapat diartikan sebagai pemahaman
atas sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat (Widyaningtyas dalam Yusuf, 2008).
Literasi sains menurut PISA diartikan sebagai “ the capacity touse scientific knowledge , toidentify
questions and to draw evidence-based conclusions in order to understand and help makedecisions
about the natural world and the changes made to it through human activity”. Literasi sains
didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan,
dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat
keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas
manusia. Definisi literasi sains ini memandang literasi sains bersifat multidimensional, bukan
hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih dari itu. PISA juga menila i
pemahaman peserta didik terhadap karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran akan
betapa sains dan teknologi membentuk lingkungan material, intelektual dan budaya, serta
keinginan untuk terlibat dalam isu-isu terkait sains, sebagai manusia yang reflektif. Literasi sains
dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua siswa, apakah
meneruskan belajar sains atau tidak setelah itu. Berpikir ilmiah merupakan tuntutan warga negara,
bukan hanya ilmuwan. Keinklusifan literasi sains sebagai suatu kompetensi umum bagi kehidupan
merefleksikan kecenderungan yang berkembang pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan
teknologis.
Sesuai dengan pandangan di atas, penilaian literasi sains dalam PISA tidak semata-mata berupa
pengukuran tingkat pemahaman terhadap pengetahuan sains, tetapi juga pemahaman terhadap
berbagai aspek proses sains, serta kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dan proses sains
dalam situasi nyata yang dihadapi peserta didik, baik sebagai individu, anggota masyarakat, serta
warga dunia.
National Teacher Association (1971) mengemukakan bahwa seorang yang literat sains adalah
orang yang menggunakan konsep sains, keterampilan proses, dan nilai dalam membuat
keputusan sehari-hari kalau ia berhubungan dengan orang lain atau dengan lingkungannya, dan
memahami interelasi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan
ekonomi.
Pengetahuan yg biasanya dihubungkan dengan literasi sains adalah:
1. Memahami ilmu pengetahuan alam – norma dan metode sains dan pengetahuan ilmiah
2. Memahami kunci konsep ilmiah
3. Memahami bagaimana sains dan teknologi bekerja bersama-sama
4. Menghargai dan memahami pengaruh sains dan teknologi dalam masyarakat
5. Hubungan kompetensi-kompetensi dalam konteks sains- kemampuan membaca, menulis
dan memahami sistem pengetahuan manusia
6. Mengaplikasikan beberapa pengetahuan ilmiah dan kemampuan mempertimbangkan
dalam kehidupan sehari-hari (Thomas and Durant dalam Shwartz, 2005).
Kemampuan literasi sains siswa Indonesia dari hasil studi internasional PISA tahun 2006,
diperoleh hasil bahwa (Tjalla, 2009)
1. Kemampuan literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke-50 dari 57 negara.
Skor rata-rata sains yang diperoleh siswa Indonesia adalah 393. Skor rata-rata tertinggi
dicapai oleh Finlandia (563) dan terendah dicapai oleh Kyrgyzstan (322). Kemampuan
literasi sains rata-rata siswa Indonesia tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan
literasi sains siswa dari Argentina, Brazil, Colombia, Tunisia, dan Azerbaijan. Kemampuan
literasi sains rata-rata siswa Indonesia lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan
kemampuan literasi sains siswa dari Qatar dan Kyrgyzstan. Dua negara yang berada dua
peringkat di atas Indonesia adalah Mexico dan Montenegro.
2. Secara internasional skala kemampuan literasi sains dibagi menjadi 6 level kemampuan.
Berdasarkan level kemampuan ini, sebanyak 20,3% siswa Indonesia berada di bawah level
1 (skor di bawah 334,94), 41,3% berada pada level 1 (skor 334,94 – 409,54), 27,5% berada
pada level 2 (skor 409,54 – 484,14), 9,5% berada pada level 3 (skor 484,14 – 558,73), dan
1,4% berada pada level 4. Tidak ada siswa Indonesia yang berada pada level 5 dan level 6.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar (41,3%) siswa Indonesia memiliki
pengetahuan ilmiah terbatas yang hanya dapat diterapkan pada beberapa situasi yang
familiar. Mereka dapat mempresentasikan penjelasan ilmiah dari fakta yang diberikan
secara jelas dan eksplisit. Sebanyak 27,5% siswa Indonesia memiliki pengetahuan ilmiah
yang cukup untuk memberikan penjelasan yang mungkin dalam konteks yang familiar atau
membuat kesimpulan berdasarkan pengamatan sederhana. Siswa-siswa dapat memberikan
alasan secara langsung dan membuat interpretasi seperti yang tertulis dari hasil pengamatan
ilmiah yang lebih mendalam atau pemecahan masalah teknologi.
3. Dibandingkan dengan kemampuan literasi sains gabungan, kompetensi siswa Indonesia
dalam mengidentifikasi masalah ilmiah lebih rendah (-0,4), menjelaskan fenomena secara
ilmiah lebih tinggi (1,1 poin), dan menggunakan fakta ilmiah lebih rendah (-7,8).
Sementara itu, pengetahuan siswa Indonesia tentang sains lebih rendah (-6,4), bumi dan
antariksa lebih tinggi (8,3), sistem kehidupan lebih rendah (-2,5), dan sistem fisik lebih
rendah (-7,4). Hal ini menunjukkan bahwa siswa Indonesia memiliki kompetensi paling
tinggi dalam menjelaskan fenomena secara ilmiah dan memiliki pengetahuan sains
tertinggi dalam bumi dan antariksa.
4. Berdasarkan jenis kelamin, kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia laki-laki
(skor 399) lebih tinggi daripada kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia
perempuan (skor 387). Perbedaan skor rata-rata siswa laki-laki dan perempuan adalah 12.
5. Dibandingkan dengan hasil studi PISA tahun 2000/2001 dan 2003, kemampuan literasi
sains siswa Indonesia pada tahun 2006 relatif stabil atau tidak mengalami peningkatan.
Skor literasi sains rata-rata siswa Indonesia pada tahun 2000/2001 adalah 393 dan tahun
2003 adalah 395.
Hasil Studi PISA tahun 2009 menunjukkan tingkat literasi sains siswa Indonesia yang tidak jauh
berbeda dengan hasil studi tahun 2006. Tingkat literasi sains siswa Indonesia berada pada
peringkat ke 57 dari 65 negara peserta dengan skor yang diperoleh 383 dan skor ini berada di
bawah rata-rata standar dari PISA (OECD, PISA 2009 Database).
Hasil analisis deskriptif prestasi siswa yang diukur oleh PISA menurut tahun penyelenggaraan
yaitu 2000, 2003 dan 2006 secara berturut-turut adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Analisis Deskriptif Prestasi PISA tahun 2000
Membaca
(0-100)
Matematika
(0-100)
Sains
(0-100)
N Valid 7297 3771 3890
Missing 71 3597 3478
Mean 43,7824 37,8496 45,6304
Median 43,9314 37,4083 45,0955
Mode 51,06 38,88 47,90
Std. Deviation 11,17414 12,02849 12,69065
Minimum ,00 8,92 9,55
Maximum 98,94 100,00 98,98
Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Prestasi PISA tahun 2003
Membaca
(0-100)
Matematika
(0-100)
Sains
(0-100)
N Valid 5356 9490 5443
Missing 5405 1271 5318
Mean 48,3287 40,4941 46,4022
Median 48,6807 40,2200 46,7516
Mode 47,36 29,95 43,69
Std. Deviation 14,18336 12,79412 12,31639
Minimum 6,07 ,00 ,00
Maximum 100,00 96,58 100,00
Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Prestasi PISA tahun 2006
Membaca
(0-100)
Matematika
(0-100)
Sains
(0-100)
N Valid 5397 7844 10611
Missing 5250 2803 36
Mean 46,1280 42,7816 47,1531
Median 46,8338 43,3985 46,7516
Mode 43,40 30,07 45,22
Std. Deviation 14,08512 12,45817 7,27590
Minimum 3,43 4,28 8,03
Maximum 100,00 96,45 79,62
Tabel 4. Prestasi Siswa Berdasarkan Skor Rerata PISA
Dimensi
pengukuran
Skor Rerata
2000 2003 2006
Membaca 43,8 48,3 46,1
Matematika 38,8 40,5 42,8
Sains 45,6 46,4 47,
B. Aspek Literasi Sains
PISA menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni proses sains,
konten sains, dan konteks aplikasi sains.
1. Aspek Konten
Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami
fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Dalam
kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi cakupan konten sains hanya pada pengetahuan
yang menjadi materi kurikulum sains sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang dapat
diperoleh melalui sumber-sumber informasi lain yang tersedia.
Oleh karena PISA bertujuan mendeskripsikan seberapa jauh siswa mampu mengaplikasikan
pengetahuan dalam konteks yang terkait kehidupannya, dan soal-soal PISA hanya mencakup
sampel pengetahuan sains, maka PISA menentukan kriteria pemilihan konten sains sebagai
berikut;
– Relevan dengan situasi kehidupan nyata
– Merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang
– Sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun
Berdasarkan kriteria konten seperti itu, dipilih pengetahuan yang diperlukan untuk memahami
alam dan memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial dan global. Pengetahuan yang
dipilih tersebut diambil dari bidang-bidang studi biologi, fisika, kimia, serta ilmu pengetahuan
bumi dan antariksa dengan merujuk pada kriteria tersebut. Peserta didik harus mampu
mengaplikasikan pengetahuan dan kompetensi sains dalam konteks yang dipandang sebagai
sistem.
2. Aspek Proses
PISA memandang pendidikan sains berfungsi untuk mempersiapkan warga negara masa depan,
yakni warga negara yang mampu berpartisipasi dalam masyarakat yang semakin terpengaruh oleh
kemajuan sains dan teknologi. Oleh karenanya pendidikan sains perlu mengembangkan
kemampuan peserta didik memahami hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan limitasi
sains. Peserta didik perlu memahami bagaimana ilmuwan sains mengambil data dan mengusulkan
eksplanasi-eksplanasi terhadap fenomena alam, mengenal karakteristik utama penyelidikan
ilmiah, serta tipe jawaban yang dapat diharapkan dari sains. Karakteristik utama sains mencakup:
pengumpulan data dipandu oleh gagasan dan konsep, sifat tentatif dari pengetahuan sains,
keterbukaan terhadap pengujian dan pengkajian, menggunakan argumen logis, serta kewajiban
untuk melaporkan metode dan prosedur yang digunakan dalam pengumpulan bukti.
Sejak kelahirannya, PISA menjadikan proses sains ini sebagai salah satu domain penilaiannya.
Namun dalam perkembangan terakhir, PISA memilih istilah “kompetensi sains” sebagai pengganti
proses sains. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu
pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta
menerangkan kesimpulan. Termasuk di dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak
di jawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta
mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang tersedia.
3. Aspek Konteks
PISA menilai pengetahuan sains relevan dengan kurikulum pendidikan sains di negara partisipan
tanpa membatasi diri pada aspek-aspek umum kurikulum nasional setiap negara. Penilaian PISA
dibingkai dalam situasi kehidupan umum yang lebih luas dan tidak terbatas pada kehidupan di
sekolah saja.
Dalam memilih konteks, pikiran dasarnya adalah PISA bertujuan menilai pemahaman dan
kemampuan dalam sains, serta sikap-sikap yang harus dimiliki siswa pada akhir masa wajib
belajar. Sebagai studi Internasional, konteks yang digunakan untuk soal-soal PISA harus dipilih
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan minat dan kehidupan peserta didik di setiap negara-
negara partisipan. Butir-butir soal PISA dikembangkan dan dipilih dengan memperhatikan faktor
keragaman budaya dan bahasa di negara-negara partisipan PISA.
Aspek yang dikembangkan pada tiap pelaksanaan PISA mulai dari tahun 2000, 2003 dan 2006
dapat dilihat pada tabel berikut:
No PISA 2000 PISA 2003 PISA 2006
1 Konten :
• pengetahuan sains
• pemahaman konseptual
yang dibutuhkan dalam penggunaan proses-proses.
Pengetahuan Sains atau konsep:
• Fisika
• Kimia
• Sains Bumi & Ruang angkasa
Berdasarkan 3 kriteria:
 Relevan dengan situasi sehari-hari
 Lingkup pengetahuan dan aplikasi: relevan dengan kehidupan masa depan
 Kombinasi pengetahuan dengan konsep-konsep sains terkait
Pengetahuan:
 Pengetahuan sains (basis dasar konsep)
 Pengetahuan tentang sains
 Sikap dan tindakan kearah sains dan teknologi
2Konteks:
penerapan pengetahuan & keterampilan
Konteks:
aplikasi pengetahuan sains & poses sains dalam situasi nyata, dan melibatkan gagasan sains
Konteks:
pengetahuan&teknologi dalam kehidupan
3Proses:
PROSES MENTAL untuk menyoroti pertanyaan atau isu tentang:
• Mengenali pertanyaan yang dapat diselidiki secara sains.
• Mengidentifikasikan bukti yg dibutuhkan dalam penyelidikan sains
• Menarik & menilai kesimpulan
• Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid dari bukti pendukung (aneka sumber).
• Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep sains (relevansi pengetahuan untuk
memprediksi)
Proses Sains
TINDAKAN MENTAL untuk:
• Menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi fenomena sains.
• Memahami penyelidikan sains:
Ø mengkomunikasikan dan mengenali pertanyaan yang dapat diinvestigasi secara ilmiah
Ø mengetahui apa yang terlibat dalam penyelidikan tersebut
 Menginterpretasikan bukti sains dan kesimpulan: mengkomunikasikan kesimpulan
berdasarkan bukti sains untuk memperoleh pengetahuan/pemahaman
Proses Sains
KOMPETENSI:
• Mengidentifikasi pertanyaan atau merumuskan pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah.
• Mengidentifikasi dan menerapkan pengetahuan yang relevan, membahas pengetahuan
tambahan (jika perlu)
• Interpretasi dan evaluasi data
• Mengkomunikasikan gagasan siswa dan pandangan yang lain
C. Sampel dan Variabel dalam PISA
Sebanyak 290 sekolah di Indonesia telah dijadikan sampel untuk studi ini, dengan jumlah siswa
dalam sampel ini sebanyak 7368 siswa (2000), 10761 siswa (2003), 10647 siswa (2006) dari
keseluruhan siswa yang berusia 15 tahun dan berada dalam sistem pendidikan. Sekolah tersebut
dipilih berdasarkan status sekolah dan jenis sekolah, yang mencakup SLTP (38%), MTs (27.6%),
SMU (15.9%), MA (8.5%), dan SMK (9.7%).
D. Instrumen PISA
Instrumen penelitian yang digunakan PISA berupa tes dan angket. Tes PISA 2000 mengukur
kemampuan membaca sebagai domain mayor dengan domain minor matematika dan sains. Tes
PISA tahun 2003 mengukur kemampuan matematika sebagai domain mayor sedangkan membaca,
sains, dan problem solving sebagai domain minor. Tes PISA tahun 2006 mempunyai domain
mayor sains sedangkan domain minornya adalah membaca dan matematika (OECD, 2005:13). Tes
PISA 2009 fokus pada literasi membaca dan domain minornyua matematika dan sains. Pemetaan
soal sains PISA 2009 dapat dilihat pada Tabel 5 (OECD, PISA 2009 Database).
E. Pembelajaran Berbasis Literasi Sains dan Teknologi
Pembelajaran merupakan kegiatan mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman
belajar siswa. Dengan kata lain pembelajaran merupakan kegiatan yang direncanakan guru untuk
dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar.
Hasil penelitian Holbrook menunjukkan bahwa pembelajaran sains selama ini kurang relevan dan
kurang populer di mata para siswa. Hal ini dikarenakan kurikulum semuanya cenderung
menempatkan materi subyek terlebih dahulu kemudian sedikit aplikasinya. Padahal prinsip-prinsip
sains dapat digunakan untuk memecahkan masalah atau mengambil keputusan yang berkenaan
dengan masalah sehari-hari. Social link ini penting karena siswa berada dan hidup di tengah-tengah
masyarakat.
Selain itu pembelajaran yang relevan dapat menyadarkan siswa bahwa sains penting dalam
penentuan karir dan sebagai anggota masyarakat. Hal ini sesuai dengan pengajaran sains di sekolah
yang bertujuan untuk memberikan pengertian betapa pentingnya sains bila dikaitkan dengan
masyarakat di masa kini atau masa datang.
Dalam rangka usaha merealisasikan pembelajaran sains di sekolah, maka muncul pendekatan
pembelajaran berbasis Science Technology Literacy (STL). Pembelajaran berbasis STL
merupakan pembelajaran yang didasarkan pada pengembangan kemampuan pengetahuan sains di
berbagai sendi kehidupan, mencari solusi permasalahan, membuat keputusan, dan meningkatkan
kualitas hidup. Tujuan pengembangan pembelajaran berbasis STL adalah mengembangkan
kemampuan kreatif dengan menggunakan pengetahuan berikut cara kerjanya di dalam kehidupan
sehari-hari dan untuk memecahkan masalah serta membuat keputusan yang dapat meningkatkan
mutu kehidupan.
Filosofi pembelajaran berbasis STL menurut Holbrook adalah pembelajaran konsep sains yang
merupakan sebuah komponen penting dari pendidikan sains yang memasukkan pula isu-isu sosial.
Komponen konsep sains dalam pembelajaran STL ini merupakan faktor penting dalam
pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah dan membantu siswa dalam proses
penyelesaian masalah. Untuk itu dalam pembelajaran berbasis STL ini diperkenalkan peta
konsekuensi yang dapat digunakan sebagai panduan bagi guru mengajar. Peta konsekuensi diawali
dengan isu-isu sosial yang berkaitan dengan materi ajar dan diakhiri dengan pengambilan
keputusan guru melakukan tindakan yang tepat dalam usaha pemecahan masalah dari isu-isu sosial
yang ditampilkan sebelumnya. Isu-isu sosial tersebut dapat berasal dari berita-berita di koran,
majalah, atau artikel.
Proyek Chemie im Kontext (ChiK) yang dipandang sebagai proyek pengembangan berbasis STL
menggunakan tiga aspek pokok berikut sebagai acuannya:
1. Berorientasi pada konteks dan menanamkan proses pembelajaran ke masalah yang autentik
(sebenarnya). Situasi pembelajaran harus memperhatikan lingkungan nyata yang benar-
benar dirasakan oleh siswa sebagai pembelajar, sehingga pengetahuan, kompetensi serta
isu-isu penting yang diberikan benar-benar relevan dengan kehidupan siswa
2. Menggunakan metodologi pembelajaran yang self-directed dan cooperative. Model
pembelajaran diharapkan dapat menstimulasi siswa agar aktif dan menyediakan sumber
belajar yang dibutuhkan seperti materi pembelajaran, alat-alat eksperimen, akses media,
dan sebagainya. Siswa aktif dalam melakukan pembelajaran karena guru bertindak sebagai
pembimbing dan membantu jika dibutuhkan. Guru mengarahkan pembelajaran ke situasi
nyata yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan kompetensi siswa sehingga yang
didiskusikan bisa dipecahkan dan siswa merasa puas. Aktivitas ini dapat dilakukan dalam
kelompok kecil. Diskusi antar kelompok dapat membantu mengembangkan konsep umum
dan mengevaluasi pemahaman siswa terhadap siswa lainnya. Dengan begitu guru berubah
peran dari sumber pengetahuan menjadi pembimbing dalam proses pembelajaran.
3. Bertujuan mengembangkan sejumlah konsep dasar kimia. Agar pengetahuan lebih aplikatif
dan bermakna di luar konteks pembelajaran maka harus dilakukan dekontekstualisasi.
Perluasan konsep harus diambil dari intisari pengetahuan. Hal ini dapat dicapai dengan
menggunakan konteks yang seragam, yaitu masalah yang sama diberikan dalam konteks
yang berbeda dimana memerlukan konsep pengetahuan yang sama untuk pemecahannya.
Kemungkinan lain untuk mendapatkan intisari pengetahuan adalah dengan menggunakan
pandangan yang beragam yaitu masalah yang sama diberikan dari sudut pandang mata
pelakaran sekolah yang berbeda. Proses pengambilan intisari ini biasanya tidak dapat
dicapai sendiri oleh siswa, sehingga harus dimulai dan dibimbing oleh guru supaya tercapai
keseimbangan antara posisi belajar dan penguasaan pemahaman konsep pembelajaran
yang sistematis
F. Penilaian Literasi Sains
Penilaian merupakan komponen penting dalam belajar dan pembelajaran. Hal ini juga penting
ketika pencapaian literasi sains menjadi tujuan utama dalam pembelajaran. Program survei yang
membantu penilaian literasi sains adalah PISA-OECD yang berfokus pada pengetahuan praktis,
menjawab pertanyaan secara ilmiah, mengidentifikasi bukti-bukti yang relevan, menilai
kesimpulan dengan kritis dan menghubungkan ide-ide ilmiah.
Dalam rangka mentransformasikan definisi literasi sains ke dalam penilaian literasi sains, PISA
mengidentifikasi tiga dimensi besar literasi sains, yakni proses sains, konten sains, dan konteks
sains. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan
atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta
menerangkan kesimpulan (Firman, 2007).
Bybee dan BSCS mengusulkan pertimbangan teori menyeluruh yang lebih cocok untuk penilaian
literasi sains di sekolah, karena pada hakikatnya akan mempermudah dalam penyampaian tujuan
instruksional. Pertimbangan ini mengusulkan untuk mengikuti tingkatan literasi sains:
1. Scientific illiteracy: siswa tidak dapat menghubungkan, atau merespon sebuah pertanyaan
yang memerlukan alasan tentang sains. Siswa tidak mempunyai pembendaharaan kata,
konsep, konteks dan kemampuan kognitif untuk mengidentifikasi pertanyaan secara ilmiah
2. Nominal scientific literacy. Siswa mengenal konsep yang berhubungan dengan sains, tetapi
tingkatan pemahaman yang benar diindikasikan miskonsepsi
3. Functional scientific literacy. Siswa dapat menerangkan sebuah konsep dengan benar,
tetapi pemahamannya masih terbatas
4. Conceptual scientific literacy. Siswa mengembangkan beberapa pemahaman dari skema
konsep mata pelajaran dan menghubungkan skema tersebut dengan pemahaman sains
siswa secara umum. Kemampuan prosedur dan pemahaman tentang proses penemuan sains
dan teknologi termasuk juga dalam tingkatan literasi ini
5. Multimensional scientific literacy. Pandangan literasi sains menggabungkan pemahaman
sains yang luas melebihi dari konsep mata pelajaran dan prosedur penyelidikan ilmiah.
Siswa mengembangkan beberapa pemahaman dan penghargaan terhadap sains dan
teknologi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Khususnya mereka mulai
membuat hubungan-hubungan antara sains, teknologi dan isu-isu di kehidupan masyarakat
dalam mata pelajaran sains.
Penilaian yang dilakukan PISA tahun 2006. pada tiap aspek literasi Sains, sebagai berikut:
1. Aspek Konten
PISA menentukan kriteria pemilihan konten sains sebagai berikut.
– Relevan dengan situasi kehidupan nyata
– Merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang
– Sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun.
Berdasarkan kriteria konten seperti itu, dipilih pengetahuan yang diperlukan untuk memahami
alam dan memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial dan global. Pengetahuan yang
dipilih tersebut diambil dari bidang-bidang studi biologi, fisika, kimia, serta ilmu pengetahuan
bumi dan antariksa dengan merujuk pada kriteria tersebut.
Tabel 6. Konten Sains dalam PISA 2006
Kategori Cakupan Pengetahuan
Sistem Fisik Struktur dan sifat materi (a.l. hantaran panas dan listrik)
Perubahan fisik materi (a.l. perubahan wujud)
Perubahan kimia materi (a.l. reaksi kimia)
Gerak dan gaya (a.l. kecepatan dan gesekan)
Energi dan transformasinya (a.l. perubahan bentuk energi
dan kekekalan energi)
Interaksi energi dan materi (a.l. gelombang cahaya, radio,
dan suara)
Sistem Hidup Sel (a.l. struktur dan fungsi, tumbuhan dan hewan)
Tubuh manusia (a.l. kesehatan, nutrisi, sub-sub sistem
tubuh manusia yang mencakup pencernaan, pernafasan,
sirkulasi, ekskresi, serta penyakit dan reproduksi)
Populasi (a.l. spesi, evolusi, keanekaragaman hayati, variasi
genetik)
Ekosistem (a.l. rantai makanan, aliran materi dan energi)
Biosfer (a.l. kelestarian alam)
Sistem bumi dan
antariksa
Struktur dan sistem bumi (a.l. atmosfer, litosfer, hidrosfer)
Energi dalam sistem bumi (a.l. sumber daya alam, iklim
global)
Perubahan dalam sistem bumi (a.l. tektonik lempeng, siklus
geokimia, gaya-gaya konstruktif dan destruktif)
Sejarah bumi (a.l. fosil, asal-usul dan evolusi bumi)
Bumi dalam antariksa (a.l. sistem tata surya
2. Aspek Proses
PISA menetapkan tiga aspek dari komponen proses/kompetensi sains berikut dalam penilaian
literasi sains, yakni mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah dan
menggunakan bukti ilmiah.
1. Mengidentifikasi pertanyaan ilimiah
Ciri hakiki pertanyaan ilmiah yang membedakannya dari bentuk lain pertanyaan adalah pertanyaan
ilmiah meminta jawaban berlandaskan bukti ilmiah. Termasuk di dalamnya mengenal pertanyaan
yang mungkin diselidiki secara ilmiah dalam situasi yang diberikan, mengidentifikasikata-kata
kunci untuk mencari informasi ilmiah tentang suatu topik yang diberikan.
2. Menjelaskan fenomena secara ilmiah
Peserta didik mendemonstrasikan kemampuan proses sains ini dengan mengaplikasikan
pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan. Kompetensi ini mencakup mendeskripsikan atau
menafsirkan fenomena, memprediksi perubahan. Kompetensi ini melibatkan pengenalan dan
identifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang sesuai.
3. Menggunakan bukti ilmiah
Kompetensi ini menuntut peserta didik memaknai temuan ilmiah sebagai bukti untuk suatu
kesimpulan. Kompetensi ini dinilai dengan cara-cara berikut:
– Penilaian peserta terhadap informasi ilmiah
– Menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah
– Memilih dari alternatif-alternatif kesimpulan yang terkait bukti yang diberikan
– Memberikan alasan untuk setuju atau menolak kesimpulan yang ditarik dari data yang
tersedia
– Mengidentifikasi asumsi-asumsi yang dibuat dalam mencapai kesimpulan
– Membuat refleksi berdasarkan implikasi sosial dari kesimpulan ilmiah.
Tabel 7. proses Sains dalam PISA 2006
Kategori Cakupan Proses Sains
Mengidentifikasi
pertanyaan ilmiah
Mengenal pertanyaan yang mungkin diselidiki secara
ilmiah
Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk mencari
informasi ilmiah
Mengenal fitur-fitur kunci penyelidikan ilmiah
Menjelaskan
fenomena secara
ilmiah
Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang
diberikan
Mendeskripsikan atau menginterpretasi fenomena
secara ilmiah dan memprediksi perubahan
Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi
yang memadai
Menggunakan
bukti ilmiah
Menafsirkan bukti ilmiah dan menarik kesimpulan
Memberikan alasan untuk mendukung atau menolak
kesimpulan dan mengidentifikasi asumsi-asumsi yang
dibuat dalam mencapai kesimpulan
Mengkomunikasikan kesimpulan dan bukti dan
penalaran dibalik kesimpulan dan penalaran dibalik
kesimpula
DAFTAR PUSTAKA
Adisendjaja, Y. H. ( – ). Analisis buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota Bandung Berdasarkan
Literasi Sains. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/D%20-
%20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20BIOLOGI/195512191980021%20-
%20YUSUF%20HILMI%20ADISENDJAJA/PENELITIAN%20ANALISIS%20BUKU%20LIT
ERASI%20SAINS.pdf. [10 Februari 2011].
Emiliannur. (2010). Literacy Science. [Online]. Tersedia:
http://emiliannur.wordpress.com/2010/06/20/literacy_science. [26 Februari 2011].
Ekohariadi. (2009). Perkembangan Kemampuan Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun
Berdasarkan Data Studi PISA. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Departemen
PendidikanNasional.
Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun
2006. Jakarta: Pusat Penilaian Balitbang Depdiknas.
Hadi, S. (2009). Ringkasan Laporan Penelitian Model Trend Prestasi Siswa Berdasarkan Data
PISA Tahun 2000, 2003 dan 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan
Nasional.
Mahyuddin. (2007). Pembelajaran Asam Basa Dengan Pendekatan Konstektual Untuk
Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI.
Mu’addab, H. (2010). Literacy Sains (Potret Permasalahan Pembelajaran Sains di Indonesia).
[Online]. Tersedia: http://hafismuaddab.wordpress.com/2010/02/13/literacy-sains-potret-
permasalahan-pembelajaran-sains-di-indonesia/. [10 Februari 2011].
PISA. (2000). The PISA 2000 Assesment of Reading, Mathematical and Scientific Literacy.
[Online]. Tersedia: http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/44/63/33692793.pdf. [26 Februari 2011].
Shwartz, Y. (2005). The Importance of Involving High-School Chemistry Teacher in the Process
of Defining the Operational Meaning of Chemical Literacy. International Journal of Science
Education. 27.(3).323-344.
Sumartati, L. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu Pada Tema Makanan dan Pengaruhnya
Terhadap Kerja Ginjal Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa MTs. Tesis. Sekolah
Pascasarjana UPI.
About these ads
Related
KURIKULUM KTSP BERCIRIKAN KEAGAMAANIn "PENDIDIKAN UMUM/NILAI"
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA YANG
TERINTEGRASI NILAI MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRIIn "ISUE
KEPENDIDIKAN"
DESALINASI AIR LAUT MELALUI METODE OSMOSIS TERBALIKIn "KIMIA
LINGKUNGAN"
Leave a comment
Posted by evisapinatulbahriah on June 5, 2012 in EVALUASI PENDIDIKAN
← ASSESMEN RESPON TERBATAS
TERMOKIMIA →
Leave a Reply
 Kalender 2013
June 2012
M T W T F S S
« Dec
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17
18 19 20 21 22 23 24
25 26 27 28 29 30
 Kategori
o BIOTEKNOLOGI
o EVALUASI PENDIDIKAN
o FILSAFAT SAINS
o ISUE KEPENDIDIKAN
o KIMIA INSTRUMEN
o KIMIA LINGKUNGAN
o PENDIDIKAN UMUM/NILAI
o PENGAJARAN KIMIA
o PSIKOLOGI PERKEMBANGAN KOGNITIF
o TERMODINAMIKA
o Uncategorized

 Blogroll
o Discuss
o Get Inspired
o Get Polling
o Get Support
o Learn WordPress.com
o WordPress Planet
o WordPress.com News
Create a free website or blog at WordPress.com. The Choco Theme.
Entries (RSS) and Comments (RSS)
Follow
Follow “Evi Sapinatul Bahriah”
Get every new post delivered to your Inbox.
Join 1,749 other followers
Build a website with WordPress.com

More Related Content

What's hot

E book bunga rampai kolaborasi multidisiplin ilmu buku c
E book bunga rampai kolaborasi multidisiplin ilmu  buku cE book bunga rampai kolaborasi multidisiplin ilmu  buku c
E book bunga rampai kolaborasi multidisiplin ilmu buku cedwin hutauruk
 
Etnomatematik
EtnomatematikEtnomatematik
Etnomatematikzul_culat
 
52 Kajian Kebijakan Kurikulum Ips
52 Kajian Kebijakan Kurikulum Ips52 Kajian Kebijakan Kurikulum Ips
52 Kajian Kebijakan Kurikulum IpsSDN cbu 11 Pg
 
Keterkaitan mipa,teknologi dan masyarakat
Keterkaitan mipa,teknologi dan masyarakatKeterkaitan mipa,teknologi dan masyarakat
Keterkaitan mipa,teknologi dan masyarakatAyu idha zhee Aan
 
Kd sejarah wajib final jayakarta 11-13 mei 2013
Kd sejarah wajib final jayakarta 11-13 mei 2013Kd sejarah wajib final jayakarta 11-13 mei 2013
Kd sejarah wajib final jayakarta 11-13 mei 2013Suaidin -Dompu
 
Kajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
Kajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura PontianakKajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
Kajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura PontianakLili Puspita Sari
 
Ilmu sosial dan keterampilan berpikir matematis
Ilmu sosial dan keterampilan berpikir matematisIlmu sosial dan keterampilan berpikir matematis
Ilmu sosial dan keterampilan berpikir matematisSitiNgaisahSPdMPd
 
Kelompok 7 pendidikan ips di sd
Kelompok 7 pendidikan ips di sdKelompok 7 pendidikan ips di sd
Kelompok 7 pendidikan ips di sdeka noviana
 
Education for sustainable development (esd)
Education for sustainable development (esd)Education for sustainable development (esd)
Education for sustainable development (esd)AldilaRizaPratiwi
 
Etnomatematik power point
Etnomatematik power pointEtnomatematik power point
Etnomatematik power pointdolldhana13
 
Dasar dasar mipa ppt tuti resri yanti
Dasar dasar mipa ppt tuti resri yantiDasar dasar mipa ppt tuti resri yanti
Dasar dasar mipa ppt tuti resri yantiTuti Resri Yanti
 
Pppmscience tingkatan2
Pppmscience tingkatan2Pppmscience tingkatan2
Pppmscience tingkatan2Nas Lin
 
Sukatanbio
SukatanbioSukatanbio
Sukatanbioslnair
 
Materi dan-kd-sejarah-peminatan-dan-lintas-minat
Materi dan-kd-sejarah-peminatan-dan-lintas-minatMateri dan-kd-sejarah-peminatan-dan-lintas-minat
Materi dan-kd-sejarah-peminatan-dan-lintas-minatSMA Al Muslim
 
Pendidikan ips di sd
Pendidikan ips di sdPendidikan ips di sd
Pendidikan ips di sdarif08
 

What's hot (20)

E book bunga rampai kolaborasi multidisiplin ilmu buku c
E book bunga rampai kolaborasi multidisiplin ilmu  buku cE book bunga rampai kolaborasi multidisiplin ilmu  buku c
E book bunga rampai kolaborasi multidisiplin ilmu buku c
 
Etnomatematik
EtnomatematikEtnomatematik
Etnomatematik
 
52 Kajian Kebijakan Kurikulum Ips
52 Kajian Kebijakan Kurikulum Ips52 Kajian Kebijakan Kurikulum Ips
52 Kajian Kebijakan Kurikulum Ips
 
Keterkaitan mipa,teknologi dan masyarakat
Keterkaitan mipa,teknologi dan masyarakatKeterkaitan mipa,teknologi dan masyarakat
Keterkaitan mipa,teknologi dan masyarakat
 
JURNAL SAINS 4
JURNAL SAINS 4JURNAL SAINS 4
JURNAL SAINS 4
 
Kd sejarah wajib final jayakarta 11-13 mei 2013
Kd sejarah wajib final jayakarta 11-13 mei 2013Kd sejarah wajib final jayakarta 11-13 mei 2013
Kd sejarah wajib final jayakarta 11-13 mei 2013
 
Ilmu pendidikan
Ilmu pendidikanIlmu pendidikan
Ilmu pendidikan
 
Landasan kurikulum
Landasan kurikulumLandasan kurikulum
Landasan kurikulum
 
Kajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
Kajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura PontianakKajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
Kajian IPS di SD PGSD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
 
Ilmu sosial dan keterampilan berpikir matematis
Ilmu sosial dan keterampilan berpikir matematisIlmu sosial dan keterampilan berpikir matematis
Ilmu sosial dan keterampilan berpikir matematis
 
Kelompok 7 pendidikan ips di sd
Kelompok 7 pendidikan ips di sdKelompok 7 pendidikan ips di sd
Kelompok 7 pendidikan ips di sd
 
Education for sustainable development (esd)
Education for sustainable development (esd)Education for sustainable development (esd)
Education for sustainable development (esd)
 
Etnomatematik power point
Etnomatematik power pointEtnomatematik power point
Etnomatematik power point
 
Etnomatematik
EtnomatematikEtnomatematik
Etnomatematik
 
Ki kd sejarah wajib
Ki kd sejarah wajibKi kd sejarah wajib
Ki kd sejarah wajib
 
Dasar dasar mipa ppt tuti resri yanti
Dasar dasar mipa ppt tuti resri yantiDasar dasar mipa ppt tuti resri yanti
Dasar dasar mipa ppt tuti resri yanti
 
Pppmscience tingkatan2
Pppmscience tingkatan2Pppmscience tingkatan2
Pppmscience tingkatan2
 
Sukatanbio
SukatanbioSukatanbio
Sukatanbio
 
Materi dan-kd-sejarah-peminatan-dan-lintas-minat
Materi dan-kd-sejarah-peminatan-dan-lintas-minatMateri dan-kd-sejarah-peminatan-dan-lintas-minat
Materi dan-kd-sejarah-peminatan-dan-lintas-minat
 
Pendidikan ips di sd
Pendidikan ips di sdPendidikan ips di sd
Pendidikan ips di sd
 

Viewers also liked

Melek MIPA dan Melek Teknologi
Melek MIPA dan Melek TeknologiMelek MIPA dan Melek Teknologi
Melek MIPA dan Melek TeknologiEryza Ilmiana
 
Mengapa aku (harus) belajar sains
Mengapa aku (harus) belajar sainsMengapa aku (harus) belajar sains
Mengapa aku (harus) belajar sainsDinar Fajar
 
Soal osn biologi smp 2012 kabupaten
Soal osn biologi smp 2012 kabupatenSoal osn biologi smp 2012 kabupaten
Soal osn biologi smp 2012 kabupatenWayan Sudiarta
 
SOAL IPA SD OSN 2016
SOAL IPA SD OSN 2016SOAL IPA SD OSN 2016
SOAL IPA SD OSN 2016MJUNAEDI1961
 
Problem solving ppt
Problem solving pptProblem solving ppt
Problem solving pptIka Rose
 

Viewers also liked (7)

Melek MIPA dan Melek Teknologi
Melek MIPA dan Melek TeknologiMelek MIPA dan Melek Teknologi
Melek MIPA dan Melek Teknologi
 
Branding
Branding Branding
Branding
 
Mengapa aku (harus) belajar sains
Mengapa aku (harus) belajar sainsMengapa aku (harus) belajar sains
Mengapa aku (harus) belajar sains
 
Analsisis pisa
Analsisis pisaAnalsisis pisa
Analsisis pisa
 
Soal osn biologi smp 2012 kabupaten
Soal osn biologi smp 2012 kabupatenSoal osn biologi smp 2012 kabupaten
Soal osn biologi smp 2012 kabupaten
 
SOAL IPA SD OSN 2016
SOAL IPA SD OSN 2016SOAL IPA SD OSN 2016
SOAL IPA SD OSN 2016
 
Problem solving ppt
Problem solving pptProblem solving ppt
Problem solving ppt
 

Similar to Literasisains

3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdftrimaghfiroh
 
3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdfArifSantoso34
 
ANALISIS PROBLEMATIKA LITERASI SAINS PESERTA DIDIK.pdf
ANALISIS PROBLEMATIKA LITERASI SAINS PESERTA DIDIK.pdfANALISIS PROBLEMATIKA LITERASI SAINS PESERTA DIDIK.pdf
ANALISIS PROBLEMATIKA LITERASI SAINS PESERTA DIDIK.pdfDewaGdeWira
 
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).docCP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).docSukatmaSukatma
 
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKACP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKAModul Guruku
 
05 IPAS 190-202.pdf
05 IPAS 190-202.pdf05 IPAS 190-202.pdf
05 IPAS 190-202.pdfdewiyani41
 
CP-IPA-FASE-D.pdf
CP-IPA-FASE-D.pdfCP-IPA-FASE-D.pdf
CP-IPA-FASE-D.pdfDewaGdeWira
 
Modul sce3104 topik 1 5 ipg kpt 2012 (2)
Modul sce3104 topik 1 5 ipg kpt 2012 (2)Modul sce3104 topik 1 5 ipg kpt 2012 (2)
Modul sce3104 topik 1 5 ipg kpt 2012 (2)Putra Adam Hisham
 
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdfLiterasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdfkustiyantidew94
 
17_CP_2022_IPA.pdf
17_CP_2022_IPA.pdf17_CP_2022_IPA.pdf
17_CP_2022_IPA.pdfnike657361
 
08. CP_7_Genap_2023_IPA (Repaired).docx
08. CP_7_Genap_2023_IPA (Repaired).docx08. CP_7_Genap_2023_IPA (Repaired).docx
08. CP_7_Genap_2023_IPA (Repaired).docxfitradarsal
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanRizki Lia Ismawati
 
2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf
2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf
2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdfFajar Baskoro
 
Model pembelajaran ipa
Model pembelajaran ipaModel pembelajaran ipa
Model pembelajaran ipaKharis Radip
 
Ptk pend savi
Ptk pend saviPtk pend savi
Ptk pend saviMarna_Nna
 
Skripx grace
Skripx graceSkripx grace
Skripx graceMarna_Nna
 
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarInovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarNur Halimah
 

Similar to Literasisains (20)

3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf
 
3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf3 Modul Literasi Sains.pdf
3 Modul Literasi Sains.pdf
 
ANALISIS PROBLEMATIKA LITERASI SAINS PESERTA DIDIK.pdf
ANALISIS PROBLEMATIKA LITERASI SAINS PESERTA DIDIK.pdfANALISIS PROBLEMATIKA LITERASI SAINS PESERTA DIDIK.pdf
ANALISIS PROBLEMATIKA LITERASI SAINS PESERTA DIDIK.pdf
 
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).docCP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
CP IPAS FASE C (datadikdasmen.com).doc
 
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKACP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
CP IPAS FASE C KURIKULUM MERDEKA
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
05 IPAS 190-202.pdf
05 IPAS 190-202.pdf05 IPAS 190-202.pdf
05 IPAS 190-202.pdf
 
CP-IPA-FASE-D.pdf
CP-IPA-FASE-D.pdfCP-IPA-FASE-D.pdf
CP-IPA-FASE-D.pdf
 
Modul sce3104 topik 1 5 ipg kpt 2012 (2)
Modul sce3104 topik 1 5 ipg kpt 2012 (2)Modul sce3104 topik 1 5 ipg kpt 2012 (2)
Modul sce3104 topik 1 5 ipg kpt 2012 (2)
 
5. CP IPA.docx
5. CP IPA.docx5. CP IPA.docx
5. CP IPA.docx
 
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdfLiterasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
Literasi Sains dalam Pembelajaran IPAS di Sekolah Dasar.pdf
 
17_CP_2022_IPA.pdf
17_CP_2022_IPA.pdf17_CP_2022_IPA.pdf
17_CP_2022_IPA.pdf
 
533 2739-1-pb
533 2739-1-pb533 2739-1-pb
533 2739-1-pb
 
08. CP_7_Genap_2023_IPA (Repaired).docx
08. CP_7_Genap_2023_IPA (Repaired).docx08. CP_7_Genap_2023_IPA (Repaired).docx
08. CP_7_Genap_2023_IPA (Repaired).docx
 
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep PendidikanDasar Teori dan Konsep Pendidikan
Dasar Teori dan Konsep Pendidikan
 
2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf
2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf
2 Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah_Edisi-2.pdf
 
Model pembelajaran ipa
Model pembelajaran ipaModel pembelajaran ipa
Model pembelajaran ipa
 
Ptk pend savi
Ptk pend saviPtk pend savi
Ptk pend savi
 
Skripx grace
Skripx graceSkripx grace
Skripx grace
 
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasarInovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
Inovasi pembelajaran ipa_di_sekolah_dasar
 

Recently uploaded

MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...Kanaidi ken
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 

Recently uploaded (20)

MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) &...
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 

Literasisains

  • 1. Evi Sapinatul Bahriah evisapinatulbahriah.wordpress.com  Home  About Me RSS ← ASSESMEN RESPON TERBATAS TERMOKIMIA → LITERASI SAINS 05 Jun Abad ke-21 merupakan abad globalisasi yang penuh tantangan. Negara-negara di dunia semakin giat berpacu untuk memenangkan era persaingan global yang ditandai dengan kemajuan sains dan teknologi. Peningkatan kemampuan dan pemahaman terhadap sains dan teknologi merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Sampai saat ini, peran sains dan teknologi semakin dirasakan manfaatnya. Tak dapat diragukan lagi, penerapan atas sains dan teknologi telah menunjukkan perubahan yang revolusioner di banyak negara. Kehidupan masyarakat yang saat ini telah berkembang seiring pesatnya perkembangan sains dan teknologi, menuntut manusia untuk semakin bekerja keras menyesuaikan diri dalam segala aspek kehidupan. Salah satunya adalah aspek pendidikan yang sangat menentukan maju mundurnya suatu kehidupan yang semakin kuat persaingannya. Dengan demikian proses pendidikan diharapkan mampu membentuk manusia yang melek sains dan teknologi seutuhnya. Selain itu juga, pendidikan diharapkan berperan sebagai jembatan yang akan menghubungkan individu dengan lingkungannya ditengah-tengah era globalisasi yang semakin berkembang, sehingga individu mampu berperan sebagai sumber daya manusia yang berkualitas (Sumartati, 2009). Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak memasuki dunia kehidupannya. Sains pada hakekatnya merupakan sebuah produk dan proses. Produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Sedangkan proses sains meliputi cara-cara memperoleh, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara berfikir, cara memecahkan masalah dan cara bersikap. Oleh karena itu sains dirumuskan secara sistematis, terutama didasarkan atas pengamatan eksperimen dan induksi. Mudzakir (dalam Hernani, et al.,2009) mengungkapkan bahwa pendidikan sains memiliki potensi yang besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan globalisasi. Potensi ini akan dapat terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan siswa yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, kemampuan memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai teknologi serta adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman. Pada tahun 1997, Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) memunculkan Programme for International Student Assesment (PISA). PISA bertujuan untuk
  • 2. memonitor hasil dari sistem pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian belajar siswa yang berusia 15 tahun. Disamping itu PISA didesain untuk membantu pemerintah tidak hanya memahami tetapi juga meningkatkan efektifitas sistem pendidikan. PISA mengumpulkan informasi yang reliabel setiap tiga tahun. Temuan-temuan PISA digunakan antara lain untuk: (a) membandingkan literasi membaca, matematika dan sains siswa-siswa suatu negara dengan negara peserta lain; dan (b) memahami kekuatan dan kelemahan sistem pendidikan masing-masing negara (Thomson & De Bortoli dalam Ekohariadi, 2009). Kemampuan literasi sains yang lemah merupakan salah satu temuan hasil studi komperatif yang dilakukan PISA tahun 2000, ini terungkap dari nilai rerata tes literasi sains anak Indonesia adalah 393, yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-38 dari 41 negara peserta PISA. Hasil PISA bidang literasi sains anak Indonesia yang dianalisis Tim Literasi sains Puspendik tahun 2004 terungkap: 1. Komposisi jawaban siswa mengindikasikan lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep- konsep dasar sains yang sebetulnya telah diajarkan, sehingga mereka tidak mampu mengaplikasikannya untuk menginterpretasi data, menerangkan hubungan kausal, serta memecahkan masalah sederhana sekalipun 2. Lemahnya kemampuan siswa dalam membaca dan menafsirkan data dalam bentuk gambar, tabel, diagram dan bentuk penyajian lainnya 3. Adanya keterbatasan kemampuan siswa mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisan 4. Ketelitian siswa membaca masih rendah, siswa tidak terbiasa menghubungkan informasi- informasi dalam teks untuk dapat menjawab soal 5. Kemampuan nalar ilmiah masih rendah 6. Lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dasar sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan kesehatan (Mahyuddin, 2007). PISA merupakan survei yang pelaksanaannya membutuhkan banyak sumber daya, secara metodologi sangat kompleks dan membutuhkan kerjasama yang intensif dengan steakholders. Data PISA memberi banyak informasi yang berharga, oleh karena itu sangat disayangkan jika data yang diperoleh dari PISA tidak dianalisis dan dimanfaatkan untuk instropeksi dan koreksi terhadap sistem pendidikan di Indonesia (Hadi, 2009). A. Literasi Sains Secara harfiah literasi berasal dari kata literacy yang bearti melek huruf/gerakan pemberantasan buta huruf (Echols&Shadily, 1990). Sedangkan istilah sains berasal dari bahasa Inggris Science yang bearti ilmu pengetahuan. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Depdiknas dalam Mahyuddin, 2007). Pudjiadi mengatakan bahwa “sains merupakan sekelompok pengetahuan tentang obyek dan fenomena alam yang diperoleh dari pemikiran dan penelitian para ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen menggunakan metode ilmiah”. C.E.de Boer mengemukakan bahwa orang pertama yang menggunakan istilah “Scientific Literacy” adalah Paul de Hart Hurt dari Stamford University yang menyatakan bahwa Scientific Literacy
  • 3. bearti memahami sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat. Literasi sains menurut National Science Education Standards adalah “scientific literacy is knowledge and understanding of scientific concepts and processes required for personal decision making, participation in civic and cultural affairs, and economic produvtivity. Literasi sains yaitu suatu ilmu pengetahuan dan pemahaman mengenai konsep dan proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk membuat suatu keputusan dengan pengetahuan yang dimilikinya, serta turut terlibat dalam hal kenegaraan, budaya dan pertumbuhan ekonomi. Literasi sains dapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat (Widyaningtyas dalam Yusuf, 2008). Literasi sains menurut PISA diartikan sebagai “ the capacity touse scientific knowledge , toidentify questions and to draw evidence-based conclusions in order to understand and help makedecisions about the natural world and the changes made to it through human activity”. Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Definisi literasi sains ini memandang literasi sains bersifat multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih dari itu. PISA juga menila i pemahaman peserta didik terhadap karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran akan betapa sains dan teknologi membentuk lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk terlibat dalam isu-isu terkait sains, sebagai manusia yang reflektif. Literasi sains dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua siswa, apakah meneruskan belajar sains atau tidak setelah itu. Berpikir ilmiah merupakan tuntutan warga negara, bukan hanya ilmuwan. Keinklusifan literasi sains sebagai suatu kompetensi umum bagi kehidupan merefleksikan kecenderungan yang berkembang pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan teknologis. Sesuai dengan pandangan di atas, penilaian literasi sains dalam PISA tidak semata-mata berupa pengukuran tingkat pemahaman terhadap pengetahuan sains, tetapi juga pemahaman terhadap berbagai aspek proses sains, serta kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dan proses sains dalam situasi nyata yang dihadapi peserta didik, baik sebagai individu, anggota masyarakat, serta warga dunia. National Teacher Association (1971) mengemukakan bahwa seorang yang literat sains adalah orang yang menggunakan konsep sains, keterampilan proses, dan nilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia berhubungan dengan orang lain atau dengan lingkungannya, dan memahami interelasi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan ekonomi. Pengetahuan yg biasanya dihubungkan dengan literasi sains adalah: 1. Memahami ilmu pengetahuan alam – norma dan metode sains dan pengetahuan ilmiah 2. Memahami kunci konsep ilmiah 3. Memahami bagaimana sains dan teknologi bekerja bersama-sama 4. Menghargai dan memahami pengaruh sains dan teknologi dalam masyarakat 5. Hubungan kompetensi-kompetensi dalam konteks sains- kemampuan membaca, menulis dan memahami sistem pengetahuan manusia
  • 4. 6. Mengaplikasikan beberapa pengetahuan ilmiah dan kemampuan mempertimbangkan dalam kehidupan sehari-hari (Thomas and Durant dalam Shwartz, 2005). Kemampuan literasi sains siswa Indonesia dari hasil studi internasional PISA tahun 2006, diperoleh hasil bahwa (Tjalla, 2009) 1. Kemampuan literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke-50 dari 57 negara. Skor rata-rata sains yang diperoleh siswa Indonesia adalah 393. Skor rata-rata tertinggi dicapai oleh Finlandia (563) dan terendah dicapai oleh Kyrgyzstan (322). Kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan literasi sains siswa dari Argentina, Brazil, Colombia, Tunisia, dan Azerbaijan. Kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kemampuan literasi sains siswa dari Qatar dan Kyrgyzstan. Dua negara yang berada dua peringkat di atas Indonesia adalah Mexico dan Montenegro. 2. Secara internasional skala kemampuan literasi sains dibagi menjadi 6 level kemampuan. Berdasarkan level kemampuan ini, sebanyak 20,3% siswa Indonesia berada di bawah level 1 (skor di bawah 334,94), 41,3% berada pada level 1 (skor 334,94 – 409,54), 27,5% berada pada level 2 (skor 409,54 – 484,14), 9,5% berada pada level 3 (skor 484,14 – 558,73), dan 1,4% berada pada level 4. Tidak ada siswa Indonesia yang berada pada level 5 dan level 6. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar (41,3%) siswa Indonesia memiliki pengetahuan ilmiah terbatas yang hanya dapat diterapkan pada beberapa situasi yang familiar. Mereka dapat mempresentasikan penjelasan ilmiah dari fakta yang diberikan secara jelas dan eksplisit. Sebanyak 27,5% siswa Indonesia memiliki pengetahuan ilmiah yang cukup untuk memberikan penjelasan yang mungkin dalam konteks yang familiar atau membuat kesimpulan berdasarkan pengamatan sederhana. Siswa-siswa dapat memberikan alasan secara langsung dan membuat interpretasi seperti yang tertulis dari hasil pengamatan ilmiah yang lebih mendalam atau pemecahan masalah teknologi. 3. Dibandingkan dengan kemampuan literasi sains gabungan, kompetensi siswa Indonesia dalam mengidentifikasi masalah ilmiah lebih rendah (-0,4), menjelaskan fenomena secara ilmiah lebih tinggi (1,1 poin), dan menggunakan fakta ilmiah lebih rendah (-7,8). Sementara itu, pengetahuan siswa Indonesia tentang sains lebih rendah (-6,4), bumi dan antariksa lebih tinggi (8,3), sistem kehidupan lebih rendah (-2,5), dan sistem fisik lebih rendah (-7,4). Hal ini menunjukkan bahwa siswa Indonesia memiliki kompetensi paling tinggi dalam menjelaskan fenomena secara ilmiah dan memiliki pengetahuan sains tertinggi dalam bumi dan antariksa. 4. Berdasarkan jenis kelamin, kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia laki-laki (skor 399) lebih tinggi daripada kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia perempuan (skor 387). Perbedaan skor rata-rata siswa laki-laki dan perempuan adalah 12. 5. Dibandingkan dengan hasil studi PISA tahun 2000/2001 dan 2003, kemampuan literasi sains siswa Indonesia pada tahun 2006 relatif stabil atau tidak mengalami peningkatan. Skor literasi sains rata-rata siswa Indonesia pada tahun 2000/2001 adalah 393 dan tahun 2003 adalah 395. Hasil Studi PISA tahun 2009 menunjukkan tingkat literasi sains siswa Indonesia yang tidak jauh berbeda dengan hasil studi tahun 2006. Tingkat literasi sains siswa Indonesia berada pada
  • 5. peringkat ke 57 dari 65 negara peserta dengan skor yang diperoleh 383 dan skor ini berada di bawah rata-rata standar dari PISA (OECD, PISA 2009 Database). Hasil analisis deskriptif prestasi siswa yang diukur oleh PISA menurut tahun penyelenggaraan yaitu 2000, 2003 dan 2006 secara berturut-turut adalah sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Analisis Deskriptif Prestasi PISA tahun 2000 Membaca (0-100) Matematika (0-100) Sains (0-100) N Valid 7297 3771 3890 Missing 71 3597 3478 Mean 43,7824 37,8496 45,6304 Median 43,9314 37,4083 45,0955 Mode 51,06 38,88 47,90 Std. Deviation 11,17414 12,02849 12,69065 Minimum ,00 8,92 9,55 Maximum 98,94 100,00 98,98 Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Prestasi PISA tahun 2003 Membaca (0-100) Matematika (0-100) Sains (0-100) N Valid 5356 9490 5443 Missing 5405 1271 5318 Mean 48,3287 40,4941 46,4022 Median 48,6807 40,2200 46,7516 Mode 47,36 29,95 43,69 Std. Deviation 14,18336 12,79412 12,31639 Minimum 6,07 ,00 ,00 Maximum 100,00 96,58 100,00 Tabel 3. Hasil Analisis Deskriptif Prestasi PISA tahun 2006 Membaca (0-100) Matematika (0-100) Sains (0-100) N Valid 5397 7844 10611 Missing 5250 2803 36 Mean 46,1280 42,7816 47,1531 Median 46,8338 43,3985 46,7516
  • 6. Mode 43,40 30,07 45,22 Std. Deviation 14,08512 12,45817 7,27590 Minimum 3,43 4,28 8,03 Maximum 100,00 96,45 79,62 Tabel 4. Prestasi Siswa Berdasarkan Skor Rerata PISA Dimensi pengukuran Skor Rerata 2000 2003 2006 Membaca 43,8 48,3 46,1 Matematika 38,8 40,5 42,8 Sains 45,6 46,4 47, B. Aspek Literasi Sains PISA menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains. 1. Aspek Konten Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci dari sains yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi materi kurikulum sains sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang dapat diperoleh melalui sumber-sumber informasi lain yang tersedia. Oleh karena PISA bertujuan mendeskripsikan seberapa jauh siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan dalam konteks yang terkait kehidupannya, dan soal-soal PISA hanya mencakup sampel pengetahuan sains, maka PISA menentukan kriteria pemilihan konten sains sebagai berikut; – Relevan dengan situasi kehidupan nyata – Merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang – Sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun Berdasarkan kriteria konten seperti itu, dipilih pengetahuan yang diperlukan untuk memahami alam dan memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial dan global. Pengetahuan yang dipilih tersebut diambil dari bidang-bidang studi biologi, fisika, kimia, serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa dengan merujuk pada kriteria tersebut. Peserta didik harus mampu mengaplikasikan pengetahuan dan kompetensi sains dalam konteks yang dipandang sebagai sistem. 2. Aspek Proses
  • 7. PISA memandang pendidikan sains berfungsi untuk mempersiapkan warga negara masa depan, yakni warga negara yang mampu berpartisipasi dalam masyarakat yang semakin terpengaruh oleh kemajuan sains dan teknologi. Oleh karenanya pendidikan sains perlu mengembangkan kemampuan peserta didik memahami hakekat sains, prosedur sains, serta kekuatan dan limitasi sains. Peserta didik perlu memahami bagaimana ilmuwan sains mengambil data dan mengusulkan eksplanasi-eksplanasi terhadap fenomena alam, mengenal karakteristik utama penyelidikan ilmiah, serta tipe jawaban yang dapat diharapkan dari sains. Karakteristik utama sains mencakup: pengumpulan data dipandu oleh gagasan dan konsep, sifat tentatif dari pengetahuan sains, keterbukaan terhadap pengujian dan pengkajian, menggunakan argumen logis, serta kewajiban untuk melaporkan metode dan prosedur yang digunakan dalam pengumpulan bukti. Sejak kelahirannya, PISA menjadikan proses sains ini sebagai salah satu domain penilaiannya. Namun dalam perkembangan terakhir, PISA memilih istilah “kompetensi sains” sebagai pengganti proses sains. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan. Termasuk di dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak di jawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang tersedia. 3. Aspek Konteks PISA menilai pengetahuan sains relevan dengan kurikulum pendidikan sains di negara partisipan tanpa membatasi diri pada aspek-aspek umum kurikulum nasional setiap negara. Penilaian PISA dibingkai dalam situasi kehidupan umum yang lebih luas dan tidak terbatas pada kehidupan di sekolah saja. Dalam memilih konteks, pikiran dasarnya adalah PISA bertujuan menilai pemahaman dan kemampuan dalam sains, serta sikap-sikap yang harus dimiliki siswa pada akhir masa wajib belajar. Sebagai studi Internasional, konteks yang digunakan untuk soal-soal PISA harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan minat dan kehidupan peserta didik di setiap negara- negara partisipan. Butir-butir soal PISA dikembangkan dan dipilih dengan memperhatikan faktor keragaman budaya dan bahasa di negara-negara partisipan PISA. Aspek yang dikembangkan pada tiap pelaksanaan PISA mulai dari tahun 2000, 2003 dan 2006 dapat dilihat pada tabel berikut: No PISA 2000 PISA 2003 PISA 2006 1 Konten : • pengetahuan sains • pemahaman konseptual yang dibutuhkan dalam penggunaan proses-proses. Pengetahuan Sains atau konsep:
  • 8. • Fisika • Kimia • Sains Bumi & Ruang angkasa Berdasarkan 3 kriteria:  Relevan dengan situasi sehari-hari  Lingkup pengetahuan dan aplikasi: relevan dengan kehidupan masa depan  Kombinasi pengetahuan dengan konsep-konsep sains terkait Pengetahuan:  Pengetahuan sains (basis dasar konsep)  Pengetahuan tentang sains  Sikap dan tindakan kearah sains dan teknologi 2Konteks: penerapan pengetahuan & keterampilan Konteks: aplikasi pengetahuan sains & poses sains dalam situasi nyata, dan melibatkan gagasan sains Konteks: pengetahuan&teknologi dalam kehidupan 3Proses: PROSES MENTAL untuk menyoroti pertanyaan atau isu tentang: • Mengenali pertanyaan yang dapat diselidiki secara sains. • Mengidentifikasikan bukti yg dibutuhkan dalam penyelidikan sains • Menarik & menilai kesimpulan • Mengkomunikasikan kesimpulan yang valid dari bukti pendukung (aneka sumber). • Mendemonstrasikan pemahaman terhadap konsep sains (relevansi pengetahuan untuk memprediksi) Proses Sains
  • 9. TINDAKAN MENTAL untuk: • Menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi fenomena sains. • Memahami penyelidikan sains: Ø mengkomunikasikan dan mengenali pertanyaan yang dapat diinvestigasi secara ilmiah Ø mengetahui apa yang terlibat dalam penyelidikan tersebut  Menginterpretasikan bukti sains dan kesimpulan: mengkomunikasikan kesimpulan berdasarkan bukti sains untuk memperoleh pengetahuan/pemahaman Proses Sains KOMPETENSI: • Mengidentifikasi pertanyaan atau merumuskan pertanyaan yang dapat diselidiki secara ilmiah. • Mengidentifikasi dan menerapkan pengetahuan yang relevan, membahas pengetahuan tambahan (jika perlu) • Interpretasi dan evaluasi data • Mengkomunikasikan gagasan siswa dan pandangan yang lain C. Sampel dan Variabel dalam PISA Sebanyak 290 sekolah di Indonesia telah dijadikan sampel untuk studi ini, dengan jumlah siswa dalam sampel ini sebanyak 7368 siswa (2000), 10761 siswa (2003), 10647 siswa (2006) dari keseluruhan siswa yang berusia 15 tahun dan berada dalam sistem pendidikan. Sekolah tersebut dipilih berdasarkan status sekolah dan jenis sekolah, yang mencakup SLTP (38%), MTs (27.6%), SMU (15.9%), MA (8.5%), dan SMK (9.7%). D. Instrumen PISA Instrumen penelitian yang digunakan PISA berupa tes dan angket. Tes PISA 2000 mengukur kemampuan membaca sebagai domain mayor dengan domain minor matematika dan sains. Tes PISA tahun 2003 mengukur kemampuan matematika sebagai domain mayor sedangkan membaca, sains, dan problem solving sebagai domain minor. Tes PISA tahun 2006 mempunyai domain mayor sains sedangkan domain minornya adalah membaca dan matematika (OECD, 2005:13). Tes PISA 2009 fokus pada literasi membaca dan domain minornyua matematika dan sains. Pemetaan soal sains PISA 2009 dapat dilihat pada Tabel 5 (OECD, PISA 2009 Database). E. Pembelajaran Berbasis Literasi Sains dan Teknologi
  • 10. Pembelajaran merupakan kegiatan mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar siswa. Dengan kata lain pembelajaran merupakan kegiatan yang direncanakan guru untuk dialami siswa selama kegiatan belajar mengajar. Hasil penelitian Holbrook menunjukkan bahwa pembelajaran sains selama ini kurang relevan dan kurang populer di mata para siswa. Hal ini dikarenakan kurikulum semuanya cenderung menempatkan materi subyek terlebih dahulu kemudian sedikit aplikasinya. Padahal prinsip-prinsip sains dapat digunakan untuk memecahkan masalah atau mengambil keputusan yang berkenaan dengan masalah sehari-hari. Social link ini penting karena siswa berada dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Selain itu pembelajaran yang relevan dapat menyadarkan siswa bahwa sains penting dalam penentuan karir dan sebagai anggota masyarakat. Hal ini sesuai dengan pengajaran sains di sekolah yang bertujuan untuk memberikan pengertian betapa pentingnya sains bila dikaitkan dengan masyarakat di masa kini atau masa datang. Dalam rangka usaha merealisasikan pembelajaran sains di sekolah, maka muncul pendekatan pembelajaran berbasis Science Technology Literacy (STL). Pembelajaran berbasis STL merupakan pembelajaran yang didasarkan pada pengembangan kemampuan pengetahuan sains di berbagai sendi kehidupan, mencari solusi permasalahan, membuat keputusan, dan meningkatkan kualitas hidup. Tujuan pengembangan pembelajaran berbasis STL adalah mengembangkan kemampuan kreatif dengan menggunakan pengetahuan berikut cara kerjanya di dalam kehidupan sehari-hari dan untuk memecahkan masalah serta membuat keputusan yang dapat meningkatkan mutu kehidupan. Filosofi pembelajaran berbasis STL menurut Holbrook adalah pembelajaran konsep sains yang merupakan sebuah komponen penting dari pendidikan sains yang memasukkan pula isu-isu sosial. Komponen konsep sains dalam pembelajaran STL ini merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah dan membantu siswa dalam proses penyelesaian masalah. Untuk itu dalam pembelajaran berbasis STL ini diperkenalkan peta konsekuensi yang dapat digunakan sebagai panduan bagi guru mengajar. Peta konsekuensi diawali dengan isu-isu sosial yang berkaitan dengan materi ajar dan diakhiri dengan pengambilan keputusan guru melakukan tindakan yang tepat dalam usaha pemecahan masalah dari isu-isu sosial yang ditampilkan sebelumnya. Isu-isu sosial tersebut dapat berasal dari berita-berita di koran, majalah, atau artikel. Proyek Chemie im Kontext (ChiK) yang dipandang sebagai proyek pengembangan berbasis STL menggunakan tiga aspek pokok berikut sebagai acuannya: 1. Berorientasi pada konteks dan menanamkan proses pembelajaran ke masalah yang autentik (sebenarnya). Situasi pembelajaran harus memperhatikan lingkungan nyata yang benar- benar dirasakan oleh siswa sebagai pembelajar, sehingga pengetahuan, kompetensi serta isu-isu penting yang diberikan benar-benar relevan dengan kehidupan siswa 2. Menggunakan metodologi pembelajaran yang self-directed dan cooperative. Model pembelajaran diharapkan dapat menstimulasi siswa agar aktif dan menyediakan sumber belajar yang dibutuhkan seperti materi pembelajaran, alat-alat eksperimen, akses media,
  • 11. dan sebagainya. Siswa aktif dalam melakukan pembelajaran karena guru bertindak sebagai pembimbing dan membantu jika dibutuhkan. Guru mengarahkan pembelajaran ke situasi nyata yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan dan kompetensi siswa sehingga yang didiskusikan bisa dipecahkan dan siswa merasa puas. Aktivitas ini dapat dilakukan dalam kelompok kecil. Diskusi antar kelompok dapat membantu mengembangkan konsep umum dan mengevaluasi pemahaman siswa terhadap siswa lainnya. Dengan begitu guru berubah peran dari sumber pengetahuan menjadi pembimbing dalam proses pembelajaran. 3. Bertujuan mengembangkan sejumlah konsep dasar kimia. Agar pengetahuan lebih aplikatif dan bermakna di luar konteks pembelajaran maka harus dilakukan dekontekstualisasi. Perluasan konsep harus diambil dari intisari pengetahuan. Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan konteks yang seragam, yaitu masalah yang sama diberikan dalam konteks yang berbeda dimana memerlukan konsep pengetahuan yang sama untuk pemecahannya. Kemungkinan lain untuk mendapatkan intisari pengetahuan adalah dengan menggunakan pandangan yang beragam yaitu masalah yang sama diberikan dari sudut pandang mata pelakaran sekolah yang berbeda. Proses pengambilan intisari ini biasanya tidak dapat dicapai sendiri oleh siswa, sehingga harus dimulai dan dibimbing oleh guru supaya tercapai keseimbangan antara posisi belajar dan penguasaan pemahaman konsep pembelajaran yang sistematis F. Penilaian Literasi Sains Penilaian merupakan komponen penting dalam belajar dan pembelajaran. Hal ini juga penting ketika pencapaian literasi sains menjadi tujuan utama dalam pembelajaran. Program survei yang membantu penilaian literasi sains adalah PISA-OECD yang berfokus pada pengetahuan praktis, menjawab pertanyaan secara ilmiah, mengidentifikasi bukti-bukti yang relevan, menilai kesimpulan dengan kritis dan menghubungkan ide-ide ilmiah. Dalam rangka mentransformasikan definisi literasi sains ke dalam penilaian literasi sains, PISA mengidentifikasi tiga dimensi besar literasi sains, yakni proses sains, konten sains, dan konteks sains. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan (Firman, 2007). Bybee dan BSCS mengusulkan pertimbangan teori menyeluruh yang lebih cocok untuk penilaian literasi sains di sekolah, karena pada hakikatnya akan mempermudah dalam penyampaian tujuan instruksional. Pertimbangan ini mengusulkan untuk mengikuti tingkatan literasi sains: 1. Scientific illiteracy: siswa tidak dapat menghubungkan, atau merespon sebuah pertanyaan yang memerlukan alasan tentang sains. Siswa tidak mempunyai pembendaharaan kata, konsep, konteks dan kemampuan kognitif untuk mengidentifikasi pertanyaan secara ilmiah 2. Nominal scientific literacy. Siswa mengenal konsep yang berhubungan dengan sains, tetapi tingkatan pemahaman yang benar diindikasikan miskonsepsi 3. Functional scientific literacy. Siswa dapat menerangkan sebuah konsep dengan benar, tetapi pemahamannya masih terbatas 4. Conceptual scientific literacy. Siswa mengembangkan beberapa pemahaman dari skema konsep mata pelajaran dan menghubungkan skema tersebut dengan pemahaman sains
  • 12. siswa secara umum. Kemampuan prosedur dan pemahaman tentang proses penemuan sains dan teknologi termasuk juga dalam tingkatan literasi ini 5. Multimensional scientific literacy. Pandangan literasi sains menggabungkan pemahaman sains yang luas melebihi dari konsep mata pelajaran dan prosedur penyelidikan ilmiah. Siswa mengembangkan beberapa pemahaman dan penghargaan terhadap sains dan teknologi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Khususnya mereka mulai membuat hubungan-hubungan antara sains, teknologi dan isu-isu di kehidupan masyarakat dalam mata pelajaran sains. Penilaian yang dilakukan PISA tahun 2006. pada tiap aspek literasi Sains, sebagai berikut: 1. Aspek Konten PISA menentukan kriteria pemilihan konten sains sebagai berikut. – Relevan dengan situasi kehidupan nyata – Merupakan pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang – Sesuai untuk tingkat perkembangan anak usia 15 tahun. Berdasarkan kriteria konten seperti itu, dipilih pengetahuan yang diperlukan untuk memahami alam dan memaknai pengalaman dalam konteks personal, sosial dan global. Pengetahuan yang dipilih tersebut diambil dari bidang-bidang studi biologi, fisika, kimia, serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa dengan merujuk pada kriteria tersebut. Tabel 6. Konten Sains dalam PISA 2006 Kategori Cakupan Pengetahuan Sistem Fisik Struktur dan sifat materi (a.l. hantaran panas dan listrik) Perubahan fisik materi (a.l. perubahan wujud) Perubahan kimia materi (a.l. reaksi kimia) Gerak dan gaya (a.l. kecepatan dan gesekan) Energi dan transformasinya (a.l. perubahan bentuk energi dan kekekalan energi) Interaksi energi dan materi (a.l. gelombang cahaya, radio, dan suara) Sistem Hidup Sel (a.l. struktur dan fungsi, tumbuhan dan hewan) Tubuh manusia (a.l. kesehatan, nutrisi, sub-sub sistem tubuh manusia yang mencakup pencernaan, pernafasan, sirkulasi, ekskresi, serta penyakit dan reproduksi) Populasi (a.l. spesi, evolusi, keanekaragaman hayati, variasi genetik) Ekosistem (a.l. rantai makanan, aliran materi dan energi) Biosfer (a.l. kelestarian alam)
  • 13. Sistem bumi dan antariksa Struktur dan sistem bumi (a.l. atmosfer, litosfer, hidrosfer) Energi dalam sistem bumi (a.l. sumber daya alam, iklim global) Perubahan dalam sistem bumi (a.l. tektonik lempeng, siklus geokimia, gaya-gaya konstruktif dan destruktif) Sejarah bumi (a.l. fosil, asal-usul dan evolusi bumi) Bumi dalam antariksa (a.l. sistem tata surya 2. Aspek Proses PISA menetapkan tiga aspek dari komponen proses/kompetensi sains berikut dalam penilaian literasi sains, yakni mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah. 1. Mengidentifikasi pertanyaan ilimiah Ciri hakiki pertanyaan ilmiah yang membedakannya dari bentuk lain pertanyaan adalah pertanyaan ilmiah meminta jawaban berlandaskan bukti ilmiah. Termasuk di dalamnya mengenal pertanyaan yang mungkin diselidiki secara ilmiah dalam situasi yang diberikan, mengidentifikasikata-kata kunci untuk mencari informasi ilmiah tentang suatu topik yang diberikan. 2. Menjelaskan fenomena secara ilmiah Peserta didik mendemonstrasikan kemampuan proses sains ini dengan mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan. Kompetensi ini mencakup mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena, memprediksi perubahan. Kompetensi ini melibatkan pengenalan dan identifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang sesuai. 3. Menggunakan bukti ilmiah Kompetensi ini menuntut peserta didik memaknai temuan ilmiah sebagai bukti untuk suatu kesimpulan. Kompetensi ini dinilai dengan cara-cara berikut: – Penilaian peserta terhadap informasi ilmiah – Menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah – Memilih dari alternatif-alternatif kesimpulan yang terkait bukti yang diberikan – Memberikan alasan untuk setuju atau menolak kesimpulan yang ditarik dari data yang tersedia – Mengidentifikasi asumsi-asumsi yang dibuat dalam mencapai kesimpulan – Membuat refleksi berdasarkan implikasi sosial dari kesimpulan ilmiah.
  • 14. Tabel 7. proses Sains dalam PISA 2006 Kategori Cakupan Proses Sains Mengidentifikasi pertanyaan ilmiah Mengenal pertanyaan yang mungkin diselidiki secara ilmiah Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk mencari informasi ilmiah Mengenal fitur-fitur kunci penyelidikan ilmiah Menjelaskan fenomena secara ilmiah Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan Mendeskripsikan atau menginterpretasi fenomena secara ilmiah dan memprediksi perubahan Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi dan prediksi yang memadai Menggunakan bukti ilmiah Menafsirkan bukti ilmiah dan menarik kesimpulan Memberikan alasan untuk mendukung atau menolak kesimpulan dan mengidentifikasi asumsi-asumsi yang dibuat dalam mencapai kesimpulan Mengkomunikasikan kesimpulan dan bukti dan penalaran dibalik kesimpulan dan penalaran dibalik kesimpula DAFTAR PUSTAKA Adisendjaja, Y. H. ( – ). Analisis buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota Bandung Berdasarkan Literasi Sains. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/D%20- %20FPMIPA/JUR.%20PEND.%20BIOLOGI/195512191980021%20- %20YUSUF%20HILMI%20ADISENDJAJA/PENELITIAN%20ANALISIS%20BUKU%20LIT ERASI%20SAINS.pdf. [10 Februari 2011]. Emiliannur. (2010). Literacy Science. [Online]. Tersedia: http://emiliannur.wordpress.com/2010/06/20/literacy_science. [26 Februari 2011]. Ekohariadi. (2009). Perkembangan Kemampuan Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun Berdasarkan Data Studi PISA. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Departemen PendidikanNasional. Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Balitbang Depdiknas. Hadi, S. (2009). Ringkasan Laporan Penelitian Model Trend Prestasi Siswa Berdasarkan Data PISA Tahun 2000, 2003 dan 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.
  • 15. Mahyuddin. (2007). Pembelajaran Asam Basa Dengan Pendekatan Konstektual Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI. Mu’addab, H. (2010). Literacy Sains (Potret Permasalahan Pembelajaran Sains di Indonesia). [Online]. Tersedia: http://hafismuaddab.wordpress.com/2010/02/13/literacy-sains-potret- permasalahan-pembelajaran-sains-di-indonesia/. [10 Februari 2011]. PISA. (2000). The PISA 2000 Assesment of Reading, Mathematical and Scientific Literacy. [Online]. Tersedia: http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/44/63/33692793.pdf. [26 Februari 2011]. Shwartz, Y. (2005). The Importance of Involving High-School Chemistry Teacher in the Process of Defining the Operational Meaning of Chemical Literacy. International Journal of Science Education. 27.(3).323-344. Sumartati, L. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu Pada Tema Makanan dan Pengaruhnya Terhadap Kerja Ginjal Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa MTs. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI. About these ads Related KURIKULUM KTSP BERCIRIKAN KEAGAMAANIn "PENDIDIKAN UMUM/NILAI" MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA YANG TERINTEGRASI NILAI MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN INKUIRIIn "ISUE KEPENDIDIKAN" DESALINASI AIR LAUT MELALUI METODE OSMOSIS TERBALIKIn "KIMIA LINGKUNGAN" Leave a comment Posted by evisapinatulbahriah on June 5, 2012 in EVALUASI PENDIDIKAN ← ASSESMEN RESPON TERBATAS TERMOKIMIA →
  • 16. Leave a Reply  Kalender 2013 June 2012 M T W T F S S « Dec 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30  Kategori o BIOTEKNOLOGI o EVALUASI PENDIDIKAN o FILSAFAT SAINS o ISUE KEPENDIDIKAN o KIMIA INSTRUMEN o KIMIA LINGKUNGAN o PENDIDIKAN UMUM/NILAI o PENGAJARAN KIMIA o PSIKOLOGI PERKEMBANGAN KOGNITIF o TERMODINAMIKA o Uncategorized   Blogroll o Discuss o Get Inspired o Get Polling o Get Support o Learn WordPress.com o WordPress Planet o WordPress.com News Create a free website or blog at WordPress.com. The Choco Theme.
  • 17. Entries (RSS) and Comments (RSS) Follow Follow “Evi Sapinatul Bahriah” Get every new post delivered to your Inbox. Join 1,749 other followers Build a website with WordPress.com