2. • Idiopatik thrombocytopenic purpura (ITP) adalah gangguan perdarahan di
mana sistem kekebalan tubuh menghancurkan trombosit asli. Fungsi utama
trombosit berperan dalam proses pembekuan darah, bila terdapat luka
trombosit akan berkumpul ke tempat luka kemudian memicu pembuluh
darah untuk mengkerut atau agar tidak banyak darah yang keluar. Dalam
kondisi ini merupakan autoantibodi dihasilkan terhadap antigen trombosit.
ITP mempengaruhi perempuan lebih sering daripada pria dan lebih sering
terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa (Sheema, 2017).
3. • ETIOLOGI
Penyebab dari ITP tidak diketahui secara pasti, mekanisme yang terjadi melalui
pembentukan åntibodi yang menyerang sel trombosit, sehingga sel trombosit mati.
Penyakit ini diduga melibatkan reaksi autoimun, dimana tubuh menghasilkan
antibodi |yang menyerang trombositnya sendiri. Dalam kondisi normal, antibodi
adalah respons |tubuh yang sehat terhadap bakteri atau virus yang masuk kedalam
tubuh. Tetapi untuk penderita ITP, antibodinya bahkan menyerang sel-sel keping
darah tubuhnya sendiri. pembentukan trombosit sumsum tulang meningkat,
persediaan trombosit yang ada tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Pada
sebagian besar kasus, diduga bahwa ITP disebabkan oleh sistem imun tubuh
4. • MANIFESTASI KLINIS
Menurut Kiswari Rukman (2016), tanda dan gejala ITP adalah :
1. Biasanya didahului oleh infeksi bakteri atau virus (misalnya rubella, rubeola,
vaksinasi dengan virus hidup 1-3 minggu sebelum varicella), a tau trombositopenia.
2. Riwayat perdarahan
3. Perdarahan gusi
4. Riwayat pemberian obat-obatan, misalnya heparin, sulfonamid, kuinidin/kuinin,
aspirin.
5. Riwayat ibu menderita HIV, riwayat keluarga yang menderita trombositopenia atau
kelainan hematologi.
6. Manifestasi perdarahan (ekimosis/memar, petekie/bintik merah,
epistaksis/pendarahan dari hidung)
7. Hati, limpa dan kelenjar getah bening tidak membesar
8. Infeksi
5. PATOFISIOLOGI
ITP adalah salah satu gangguan perdarahan di dapat yang paling umum terjadi. ITP
adalah syndrome yang di dalamnya terdapat penurunan jumlah trombosit yang
bersirkulasi dalam keadaan sum-sum normal. Kerusakan trombosit pada ITP
melibatkan autoantibody terhadap glikoprotein yang terdapat pada membrane
trombosit. Penghancuran terjadi terhadap trombosit yang diselimuti antibody, hal
tersebut dilakukan oleh magkrofag yang terdapat pada limpa dan organ retikulo
endotelial lainnya. Megakariosit pada sum-sum tulang bisa normal atau meningkat
pada ITP. Sedangkan kadar tromboproitein dalam plasma, yang merupakan
progenitor proliferasi dan maturasi dari trombosit mengalami penurunan yang
berarti, terutama pada ITP kronis. Adanya perbedaan secara klinis maupun
epidemologis antara ITP akut dan kronis, menimbuilkan dugaan adanya perbedaan
mekanisme patofisiologi terjadinya trombsitopenia diantara keduanya. Pada ITP
akut, telah dipercaya bahwa penghaneuran trombosit meningkat karena adanya
antibody yang dibentuk saat terjadi respon imun terhadap infeksi bakteri, virus, atau
pada imunisasi, yang bereaksi silang dengan antigen dari trombosit. Mediator
lainnya akan meningkat selama terjadinya respon imun terhadap produksi
trombosit. Sedangkan pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam
regulasi sistem imun sepertipada penyakit autoimun lainnya yang berakibat
terbentuknya antibodi spesifik terhadap antibodi.
6. • PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang ITP adalah
1. Pada pemeriksaan darah lengkap. Pada pemeriksaan ini ditemukan bahwa:
a. Hb sedikit berkurang, erotrosit normositer, bila anemi berat hypochrome mycrosyter
b. Leukosit meninggi pada fase perdarahan
c. Pada fase perdarahan, jumlah trombosit rendah dan bentuknya abnormal
d. Lympositosis dan eosinifilia terutama pada anak
2. Pemeriksaan darah tepi : Hematokrit normal atau sedikit berkurang
3. Aspirasi sumsum tulang
a. Jumlah megakaryosit normal atau bertambah, kadang mudah sekai morfologi
megakaryosit abnormal (ukuran sangat besar, inti nonboluted, sitoplasma berfakuola
dan sedikit atau tanpa granula).
b. Hitung (perkiraan jumlah) trombosit dan evaluasi hapusan darah tepi merupakan
pemeriksaan laboratorium pertama yang terpenting. Karena dengan cara ini dapat
dintentukan dengan cepat adanya trombositopenia dan kadang-kadang dapat
ditentukan penyebabnya.
7. • PENATALAKSANAAAN
• saat ini, menyarankan pengobatan hanya dalam kasus-kasus perdarahan yang signifikan.
Rekomendasi pengobatan terkadang berbeda untuk ITP pada orang dewasa dan anak. Jenis obat
dan pengobatan untuk ITP di antaranya adalah:
• Steroid Pengobatan Pedoman awal biasanya terdiri dari kortikosteroid, untuk menekan sistem
kekebalan tubuh. Dosis dan cara pemberian ditentukan oleh jumlah trombosit dan apakah ada
nerdarahan aktif atau tidak
• Intravenous immunoglobulin (IV Ig) Obat ini berfungsi untuk meningkatkan jumlah sel darah
sebelum operasi dan menghentikan pendarahan kritis dan diberikan melalui infus intravena atau
infus pembuluh darah.
• Agonis reseptor Thrombopoietin Agonis reseptor Thrombopoietin adalah agen farmasi yang
merangsang produksi trombosit di sumsum tulang.
• Operasi pengangkatan limfa Splenektomi (pengangkatan limfa) dapat dipertimbangkan. Prosedur
ini berfungsi meningkatkan jumlah trombosit dalam tubuh dan menghilangkan sumber utama
perušakan trombosit dalam tubuh. Tapi prosedur ini jarang sekali dilakukan karena akan
meningkatkan risiko infeksi dengan tidak adanya limfa dalam tubuh.
• Trans fusi trombosit Transfusi trombosit sendiri biasanya tidak dianjurkan kecuali dalam keadaan
darurat, dan biasanya tidak berhasil dalam peningkatan jumlah trombosit jangka panjang, Hal ini,
karena mekanisme autoimun yang mendasari terjadinya proses penghancuran atau perusakan
trombosit pasien, juga akan menghancurkan trombosit donor.
9. • PENGKAJIAN
1. Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000
2. Tanda-tanda perdarahan
a. Petekie terjadi spontan
b. Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor
c. Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pemafasan
d. Menoragie
e. Hematuria
f. Perdarahan gastrointestinal
3. Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah
4. Aktivitas / istirahat Keletihan, kelemahan, malaise umum, toleransi terhadap latihan rendah,
takikardia / takipnea, dispnea pada beraktivitas / istirahat, kelemahan otot dan penurunan kekuatan
5. Sirkulasi Riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat,
palpitasi (takikardia kompensasi)
6. Integritas ego Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan: penolakan transfuse
darah, depresi
7. Eliminasi Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi, distensi abdomen
8. Makanan/cairan Penurunan masukan diet, mual dan muntah.
10. • DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi d.d gelisah
2. Hypovolemia b.d kehilangan cairan aktif d.d tekanan darah menurun
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin d.d edema
4. Defisit nutrisi b.d factor psikologis d.d nafsu makan menurun
5. Intoleransi Aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2 d.d mengeluh
lelah
6. Gangguan integritas kulit jaringan b.d perubahan pigmentasi d.d kemerahan
11. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN (TUJUAN DAN
KRITERIA HASIL) INTERVENSI
1 Ds:
Hypovolemia b.d kehilangan cairan aktif
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
1 x 24 jam maka tingkat perdarahan
menurun
Kriteria hasil:
1. Kelembaban membrane mukosa
meningkat
2. Hemoglobin memba ik
3. Hematokrit membaik
4. Tekanan darah membaik
Manajemen Hipovolomia
Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hypovolemia
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan
oral
2. Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (
NaCI.RL)
2. Kolaborasi pemberian prroduk darah
12. 2 Ds : Gangguan integritas kulit jaringan
b.d perubahan pigmentasi d.d
kemerahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x 24 jam maka integritas
kulit dan jaringan meningkat
Kriteria Hasil:
1. Kerusakan jaringan menurun
2. Kerusakan lapisan kulit menurun
3. Perfusi jaringan meningkat
Perawatan Integritas Kulit/Jaringan
Observasi
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas
kulit (misalnya perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi, penurunan
kelembabapan )
Terapeutik
1. Ubah posisi setiap 2 jam sekali
2. Hindari produk berbahan dasar alcohol
3. Gunakan produk berbahan pretolium atau
minyak pada kulit kering
4. Gunakan produk berbahan ringan dan
hipoalergik pada kulit sensitif.
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum air putih yang banyak 3.
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi 4.
Anjurkan makan buah dan sayur 5.Anjurkan
menghindar terpapar suhu ekstrim
13. 3 Ds : Defisit nutrisi bd faktor psikologis
(keengganan untuk makan) dd nafsu
makan menurun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x
24 jam maka status nutrisi membaik
Kriteria hasil :
1. Porsi makan yang meningkat
2, Frekuensi makan membaik
3. Nafsu makan membaik
4. Membrane mukosa membaik.
Manajemen Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Monitor asupan makanan
Terapeutik
1. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
2. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
Edukasi
1. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
14. 3.Edukasi
• Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
• Anjurkan melakukan ambulasi dini
• Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)