SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makluk yang mempunyai
hubungan yang bersifat khas dengan lingkungannya.
Makhluk selain manusia dikuasai secara menyeluruh oleh
hukum-hukum alam yang tidak disadari. Dalam hubungan
khas itu, manusia mengungkapkan kesadaran dan
kebebasan ke dalam alam material. Ia adalah mahkluk
budaya dan selalu hidup dalam suatu lingkungan
kebudayaan. Oleh karena itu, manusia harus menciptakan
suatu kebudayaan, sebab tanpa kebudayaan ia mahkluk
yang tidak berdaya, yang menjadi korban dari keadaanya
yang tidak lengkap dan naluri-nalurinya yang tidak
terpadu mengacaukan.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
Kebudayaan merupakan endapan dari kegiatan
dan karya manusia. Kebudayaan merupakan ukuran bagi
tingkah laku dan kehidupan manusia. Kebudayaan
menyimpan nilai-nilai bagaimana tanggapan manusia
terhadap dunia, lingkungan serta masyarakat.
Seperangkat nilai-nilai yang menjadi landasan pokok bagi
penentuan sikap terhadap dunia luar, bahkan menjadi
dasar setiap langkah yang dilakukan.
Hubungan antara manusia dengan kebudayaan
sungguh tak dapat dipisahkan, sehingga manusia disebut
sebagai makhluk budaya. Suatu kebudayaan tidak
pernah lepas dari konteks kehidupan masyarakat, karena
kebudayaan merupakan produk manusia sebagai
individu dan kelompok dalam kehidupan masyarakat.
Konsep kebudayaan dapat ditemukan di semua
kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat
pedesaan maupun dalam masyarakat perkotaan.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
Hubungan antara manusia dengan kebudayaan
sungguh tak dapat dipisahkan, sehingga manusia disebut
sebagai makhluk budaya. Suatu kebudayaan tidak
pernah lepas dari konteks kehidupan masyarakat, karena
kebudayaan merupakan produk manusia sebagai
individu dan kelompok dalam kehidupan masyarakat.
Konsep kebudayaan dapat ditemukan di semua
kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat
pedesaan maupun dalam masyarakat perkotaan.
Menurut Rafael Raga Maram, dalam buku
Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya
Dasar, menyatakan bahwa salah satu ciri kebudayaan,
adalah bersifat simbolik, sebab kebudayaan merupakan
ekspresi, ungkapan kehadiran manusia. Sebagai ekspresi
manusia, kebudayaan itu tidak sama dengan manusia.
Kebudayaan disebut simbolik, sebab mengekspresikan
manusia dan segala upaya untuk mewujudkan dirinya.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
Di samping itu, simbol-simbol mempunyai
peranan yang sangat penting dalam bidang kebudayaan.
Hal ini juga semakin diakui oleh para peneliti. Besarnya
gaya hidup dan stuktur sosial suku dan bangsa-bangsa,
mendiami dunia simbolis. Makan dan minum, memasak
membersihkan, fungsi-fungsi tubuh semuanya dilakukan
di dalam konteks hubungan sosial yang lebih luas yang
diungkapkan dalam kata-kata, gerak-gerik, dan tata
cara.
Simbol merupakan suatu obyek atau peristiwa
yang merujuk kepada sesuatu yang lain. Dalam The
Harper Collins Dictionari of Religion, Jonathan Z Smith
menyatakan bahwa penggunaan simbol ini dipergunakan
untuk mewakili sesuatu atau peristiwa pada suatu arti
yang lain, misalnya patung, pohon, arsitektur, warna,
doa, mitos, ritual dan segala hal yang dapat
memberikan arti lain kepada sesuatu tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
Pengetahuan, kepercayaan, norma dan nilai-nilai
tidak dapat eksis tanpa adanya simbol-simbol. Simbol itu
bisa berupa bahasa, gerak isyarat, juga berupa bunyi atau
sesuatu yang mempunyai arti. Simbol-simbol
memungkinkan manusia untuk menciptakan,
mengkomunikasikan dan mengambil bagian serta
mengalihkan komponen-komponen kebudayaan kepada
generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, upaya
untuk mengkaji dan memahami makna di balik simbol-
simbol dalam sebuah tradisi perlu dilakukan. Salah satu
tradisi yang kuat berakar pada masyarakat Bengkulu yang
diasumsikan bermuatan nilai-nilai simbolik adalah pencak
silat tradisional “Rejang Pat Petulai”.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
Pada mulanya pencak silat diciptakan manusia
untuk memperoleh keamanan dari ancaman binatang
buas. Tidak ada yang tahu kapan, di mana, dan
bagaimana pertama kali proses tersebut berlangsung
karena informasi terbatas. Namun demikian menurut
cacatan sejarah, pencak silat berkembang di kawasan
Indonesia seperti di ungkap oleh Draeger: pentjak-silat is
certainly to be termed a combative form indigenous to
Indonesia. But it is a synthesis product, not purely
autogenic endeavor.
Pada zaman kerajaan Nusantara, pencak silat
dijadikan sebagai alat untuk mencapai status dan
kedudukan social. Seseorang yang menguasai kemahiran
beladiri pencak silat disegani oleh masyarakat dan dapat
mencapai kekuasaan politik.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar
dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga
catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan.
Sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari
satu daerah ke daerah lain. Legenda Minangkabau, silat
(bahasa Minangkabau: silek) diciptakan oleh Datuk Suri Diraja
dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad
ke-11. Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para
perantau Minang ke seluruh Asia Tenggara. Demikian pula
cerita rakyat mengenai asal mula silat aliran Cimande, yang
mengisahkan seorang perempuan yang mencontoh gerakan
pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap daerah
umumnya memiliki tokoh persilatan (pendekar) yang
dibanggakan, misalnya Prabu Siliwangi sebagai tokoh pencak
silat Sunda Pajajaran, Hang Tuah panglima Malaka, Gajah
Mada mahapatih Majapahit dan Si Pitung dari Betawi.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
Secara global, wilayah Bengkulu ditempati oleh
orang-orang dari suku bangsa Rejang, Lembak, Serawai,
Pasemah, Melayu-Bengkulu, Kaur dan Enggano.
Disamping suku bangsa tersebut terdapat juga suku
bangsa keturunan yang termasuk ke dalam warga
pendatang yang kemudian mendiami wilayah
keseluruhan Bengkulu. Suku bangsa tersebut adalah:
Minang, Palembang, Aceh, Jawa, Sunda, Madura,
Melayu dan Bugis.tidak hanya itu, bahkan orang-orang
keturunan India dan Cina telah hadir di ranah Bengkulu
semenjak zaman dulu.
Masyarakat asli Bengkulu berasal dari
beragam etnik dengan bahasa daerah dan dialek yang
berbeda seperti bahasa Melayu, Rejang, Enggano,
Serawai, Lembak, Pasemah, Mulak Bintuhan, Pekal
dan Mukomuko.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
Dari sisi budaya, masyarakat Bengkulu terdiri
atas dua kelompok besar yaitu Orang rejang dan Orang
Serawai. Orang Rejang ini terbagi atas dua bagian lagi,
yaitu mereka yang tinggal di wilayah dataran tinggi dan
mereka yang tinggal disekitar pantai yang disebut
sebagai Rejang Pesisir.
Masyarakat Bengkulu memiliki beragam tradisi
yang telah diwariskan sejak dahulu kala, seperti Upacara
Tabot yang dibawa orang India ke Bengkulu, di
Bengkulu upacara tersebut dapat diterima karena
sebelumnya Bengkulu telah mendapat pengaruh Islam
dari Aceh, Banten, dan Minangkabau. Selain Upaca Tabot
ada juga tradisi lain seperti Punjung Nasi Sawo yang
merupakan tradisi pernikahan Suku Rejang,
Mendundang Benih pada masyarakat Lebong, Silat
tradisional Rejang Pat Petulai di Rejang Lebong dan
masih banyak yang lainnya.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
Pencak silat tradisional Rejang Pat Petulai yang
telah berkembang sejak Abad ke-15 merupakan salah
satu budaya yang ada di provinsi Bengkulu. Persilatan
Rejang Pat Petulai yang berpusat di Kabupaten Rejang
Lebong mulai berkembang di beberapa Kabupaten yang
ada di Provinsi Bengkulu (Diungkap dalam wawancara
ringkas).
Dalam Kota Bengkulu perkembangan Pencak silat
tradisional Rejang Pat Petulai cukup berkembang pesat.
Dilihat dari banyaknya pelabaran-pelabaran (tempat
latihan silat tradisional) yang dibuka untuk latihan silat.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
Di dalam kegiatan Pencak silat tradisional Rejang Pat
Petulai sangat banyak ritual-ritual yang dilaksanakan dalam
setiap jenjangnya yang di sebut Kenduri. Adapun jenjang yang
akan dilewati setiap anggota dari Perguruan Pencak silat
tradisional Rejang Pat Petulai adalah Kenduri masuk, Pindah
Tangkap, Mutus Pejero, dan Penyetoran.
Di dalam semua tahapan yang dilakukan dalam silat
tradisional Rejang Pat Petulai sangat banyak kegiatan ritual
yang sangat menarik buat di teliti oleh peneliti. Karena
banyak makna simbol yang belum di jelaskan secara rinci
dalam kegiatan tersebut.
Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap Pencak Silat Tradisional
Rejang Pat Petulai yang yang dituangkan dalam tesis dengan
judul: “Makna Simbol Silat Tradisional Rejang Pat Petulai Di
Provinsi Bengkulu”.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
permasalahan pokok yang menjadi tema penelitian ini
adalah untuk mengetahui dan memahami Silat
Tradisional Rejang Pat Petulai tersebut, rumusan masalah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Prosesi Silat Tradisional Rejang Pat
Petulai Di Provinsi Bengkulu?
2. Bagaimana Makna Simbol yang terkandung dalam
ritual Silat Tradisional Rejang Pat Petula di Provinsi
Bengkulu?
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan bagaimana Prosesi yang dilakukan
dalam Silat Tradisional Rejang Pat Petulai Di Provinsi
Bengkulu
2. Untuk mengetahui makna-makna yang terkandung
di dalam ritual-ritual yang ada dalam Silat Tradisional
Rejang Pat Petulai Di Provinsi Bengkulu
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Makna
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia makna
memiliki dua pengertian yaitu: Makna adalah arti: ia
memperhatikan-setiap kata yang terdapat dalam tulisan
kuno. Makna adalah maksud, pembicara atau penulis,
pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk
kebahasaan.
Konsep makna telah manarik perhatian disiplin
komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi, dan
linguistik. Itu sebabnya beberapa pakar komunikasi
sering menyebut kata makna ketika mereka
mendefinisi komunikasi. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss
misalnya menyatakan “Komunikasi adalah proses
pembentukan makna diantara dua orang atau lebih”.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
B. Pengertian Simbol
Simbol atau sering disebut juga lambang secara
etimologis berasal dari kata Yunani “sym-ballaein” yang
berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan)
dikaitkan dengan suatu ide. Adapula yang menyebutkan
“symbolos” yang berarti tanda atau ciri yang
memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Simbol
adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain diluar
perwujudan bentuk simbolik itu sendiri.
Sebagian terbesar simbol-simbol itu adalah kata-
kata, tapi juga isyarat-isyarat, lukisan-lukisan, bunyi-
bunyian musik, peralatan mekanisme seperti jam-jam,
atau objek-objek alamiah seperti permata. Dalam
kenyataannya, simbol-simbol itu adalah segala sesuatu
yang lepas dari keadaannya yang sebenarnya dan
dipergunakan untuk memasukkan makna dalam
pengalaman.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
C. Kebudayaan
Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sanskerta
buddhaya, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang
berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan
dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan dengan
akal”. Istilah kebudayaan hampir selalu terikat pada
batas-batas fisik yang jelas, seperti halnya budaya Jawa
yang menunjuk pada suatu tradisi yang hidup di sebuah
pualu yang disebut pulau Jawa, demikian pula halnya
budaya Bali yang secara langsung membawa pikiran kita
ke Pulau Dewata. Batas-batas fisik telah menjadi dasar
dalam pendefinisian keberadaan suatu kebudayaan,
khususnya pada saat sesuatu yang bersifat fisik masih
dianggap paling penting dan menentukan.
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan
(field research) dengan menggunakan metode pendekatan
deskritif kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan
motodologi kualitatif sebagai prosedur penilaian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Metode deskriptif dalam arti data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.
Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan
menjadi kunci terhadap obyek yang sudah diteliti. Data
yang mungkin berasal dari naskah, wawancara, catatan
lapangan, dokumentasi dan sebagainya tersebut
dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan
terhadap kenyataan realitas
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah ritual-ritual yang ada
dalam setiap kegiatan Pencak Silat Tradisional Rejang
Pat Petulai. Hal-hal yang akan diteliti adalah mengenai
makna, simbol-simbol atau lambang dan pesan yang
terdapat dalam rangkaian ritual silat Rejang Pat Petulai.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama
daripenelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti
tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar
data yang ditetapkan.
• Observasi
• Wawancara
• Dokumntasi
BAB I
PENDAHULUAN
PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017
BAB II
LANDASAN
TEORI
BAB III
METODE
PENELITIAN
D. Teknik Analisis Data
Data akan dianalisa melalui pendekatan
deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengungkapkan
gambaran hasil penelitian, setelah melalui proses
analisa dan observasi menjadi kajian yang dapat
menjelaskan objek atau masalah yang diteliti.
Peneliti memilih informan berdasarkan tujuan
untuk mengetahui simbol-simbol yang ada dalam ritual-
ritual silat Rejang Pat Petulai. Penelitian ini dilakukan
pada persilatan Rejang Pat Petulai yang ada di Provinsi
Bengkulu, tepatnya Di Kota Bengkulu, pada plabaran
Sungai serut yang ada di Kelurahan. Pemilihan wilayah
ini karena di tempat ini lah pertama kali khusunya di
kota bengkulu silat Rejang Pat Petulai di buka. Jumlah
informan akan ditentukan sesuai dengan kebutuhan
penelitian.

More Related Content

Similar to pp proposal.ppt

Kelas11 seni budaya_buku_siswa_sma_ma_smk_mak_kelas_xi_semester_2_1855
Kelas11 seni budaya_buku_siswa_sma_ma_smk_mak_kelas_xi_semester_2_1855Kelas11 seni budaya_buku_siswa_sma_ma_smk_mak_kelas_xi_semester_2_1855
Kelas11 seni budaya_buku_siswa_sma_ma_smk_mak_kelas_xi_semester_2_1855
YuliaZ3
 
Jurnal komunikasi. hafizah sidi r. (d1212037)
Jurnal komunikasi. hafizah sidi r. (d1212037)Jurnal komunikasi. hafizah sidi r. (d1212037)
Jurnal komunikasi. hafizah sidi r. (d1212037)
Adi Widodo
 
Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon
Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN AmbonJurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon
Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon
Syarifudin Amq
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin Amq
 
Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya
Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya
Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya
Mohammad Yaqin
 
Bahasa, kesusasteraaan, keseniaan, proses sosialisasi
Bahasa, kesusasteraaan, keseniaan, proses sosialisasiBahasa, kesusasteraaan, keseniaan, proses sosialisasi
Bahasa, kesusasteraaan, keseniaan, proses sosialisasi
Rahimi Wm
 
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
Mira Sari
 
Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial
Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial
Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial
Rasmitadila Mita
 

Similar to pp proposal.ppt (20)

Kelas11 seni budaya_buku_siswa_sma_ma_smk_mak_kelas_xi_semester_2_1855
Kelas11 seni budaya_buku_siswa_sma_ma_smk_mak_kelas_xi_semester_2_1855Kelas11 seni budaya_buku_siswa_sma_ma_smk_mak_kelas_xi_semester_2_1855
Kelas11 seni budaya_buku_siswa_sma_ma_smk_mak_kelas_xi_semester_2_1855
 
Jurnal komunikasi. hafizah sidi r. (d1212037)
Jurnal komunikasi. hafizah sidi r. (d1212037)Jurnal komunikasi. hafizah sidi r. (d1212037)
Jurnal komunikasi. hafizah sidi r. (d1212037)
 
MAKALAH DINDA ZENY PUTRI.docx
MAKALAH DINDA ZENY PUTRI.docxMAKALAH DINDA ZENY PUTRI.docx
MAKALAH DINDA ZENY PUTRI.docx
 
Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon
Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN AmbonJurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon
Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon
 
Modul media pembelajaran
Modul media pembelajaranModul media pembelajaran
Modul media pembelajaran
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
 
Budaya muna
Budaya munaBudaya muna
Budaya muna
 
Budaya muna
Budaya munaBudaya muna
Budaya muna
 
Budaya muna
Budaya munaBudaya muna
Budaya muna
 
Budaya muna
Budaya munaBudaya muna
Budaya muna
 
Cintaku
CintakuCintaku
Cintaku
 
Seni catan-cina
Seni catan-cinaSeni catan-cina
Seni catan-cina
 
Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya
Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya
Bmm3114 bab 1 4 konsep budaya
 
Bahasa, kesusasteraaan, keseniaan, proses sosialisasi
Bahasa, kesusasteraaan, keseniaan, proses sosialisasiBahasa, kesusasteraaan, keseniaan, proses sosialisasi
Bahasa, kesusasteraaan, keseniaan, proses sosialisasi
 
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
(Tugas Presentasi IPS) Potensi Keberagaman Budaya di Indonesia
 
ppt klp2 pancasila.pptx
ppt klp2 pancasila.pptxppt klp2 pancasila.pptx
ppt klp2 pancasila.pptx
 
Peranan Kursus Penghayatan Etika dan Peradaban II ke Arah Membentuk Warga Mal...
Peranan Kursus Penghayatan Etika dan Peradaban II ke Arah Membentuk Warga Mal...Peranan Kursus Penghayatan Etika dan Peradaban II ke Arah Membentuk Warga Mal...
Peranan Kursus Penghayatan Etika dan Peradaban II ke Arah Membentuk Warga Mal...
 
Kearifan Lokal (Local Wisdom).pptx
Kearifan Lokal (Local Wisdom).pptxKearifan Lokal (Local Wisdom).pptx
Kearifan Lokal (Local Wisdom).pptx
 
18 artikel endah_ok
18 artikel endah_ok18 artikel endah_ok
18 artikel endah_ok
 
Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial
Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial
Orientasi baru pendidikan terhadap perubahan sosial
 

pp proposal.ppt

  • 1. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN
  • 2. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makluk yang mempunyai hubungan yang bersifat khas dengan lingkungannya. Makhluk selain manusia dikuasai secara menyeluruh oleh hukum-hukum alam yang tidak disadari. Dalam hubungan khas itu, manusia mengungkapkan kesadaran dan kebebasan ke dalam alam material. Ia adalah mahkluk budaya dan selalu hidup dalam suatu lingkungan kebudayaan. Oleh karena itu, manusia harus menciptakan suatu kebudayaan, sebab tanpa kebudayaan ia mahkluk yang tidak berdaya, yang menjadi korban dari keadaanya yang tidak lengkap dan naluri-nalurinya yang tidak terpadu mengacaukan.
  • 3. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN Kebudayaan merupakan endapan dari kegiatan dan karya manusia. Kebudayaan merupakan ukuran bagi tingkah laku dan kehidupan manusia. Kebudayaan menyimpan nilai-nilai bagaimana tanggapan manusia terhadap dunia, lingkungan serta masyarakat. Seperangkat nilai-nilai yang menjadi landasan pokok bagi penentuan sikap terhadap dunia luar, bahkan menjadi dasar setiap langkah yang dilakukan. Hubungan antara manusia dengan kebudayaan sungguh tak dapat dipisahkan, sehingga manusia disebut sebagai makhluk budaya. Suatu kebudayaan tidak pernah lepas dari konteks kehidupan masyarakat, karena kebudayaan merupakan produk manusia sebagai individu dan kelompok dalam kehidupan masyarakat. Konsep kebudayaan dapat ditemukan di semua kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat pedesaan maupun dalam masyarakat perkotaan.
  • 4. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN Hubungan antara manusia dengan kebudayaan sungguh tak dapat dipisahkan, sehingga manusia disebut sebagai makhluk budaya. Suatu kebudayaan tidak pernah lepas dari konteks kehidupan masyarakat, karena kebudayaan merupakan produk manusia sebagai individu dan kelompok dalam kehidupan masyarakat. Konsep kebudayaan dapat ditemukan di semua kebudayaan di dunia, baik yang hidup dalam masyarakat pedesaan maupun dalam masyarakat perkotaan. Menurut Rafael Raga Maram, dalam buku Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar, menyatakan bahwa salah satu ciri kebudayaan, adalah bersifat simbolik, sebab kebudayaan merupakan ekspresi, ungkapan kehadiran manusia. Sebagai ekspresi manusia, kebudayaan itu tidak sama dengan manusia. Kebudayaan disebut simbolik, sebab mengekspresikan manusia dan segala upaya untuk mewujudkan dirinya.
  • 5. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN Di samping itu, simbol-simbol mempunyai peranan yang sangat penting dalam bidang kebudayaan. Hal ini juga semakin diakui oleh para peneliti. Besarnya gaya hidup dan stuktur sosial suku dan bangsa-bangsa, mendiami dunia simbolis. Makan dan minum, memasak membersihkan, fungsi-fungsi tubuh semuanya dilakukan di dalam konteks hubungan sosial yang lebih luas yang diungkapkan dalam kata-kata, gerak-gerik, dan tata cara. Simbol merupakan suatu obyek atau peristiwa yang merujuk kepada sesuatu yang lain. Dalam The Harper Collins Dictionari of Religion, Jonathan Z Smith menyatakan bahwa penggunaan simbol ini dipergunakan untuk mewakili sesuatu atau peristiwa pada suatu arti yang lain, misalnya patung, pohon, arsitektur, warna, doa, mitos, ritual dan segala hal yang dapat memberikan arti lain kepada sesuatu tersebut.
  • 6. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN Pengetahuan, kepercayaan, norma dan nilai-nilai tidak dapat eksis tanpa adanya simbol-simbol. Simbol itu bisa berupa bahasa, gerak isyarat, juga berupa bunyi atau sesuatu yang mempunyai arti. Simbol-simbol memungkinkan manusia untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan mengambil bagian serta mengalihkan komponen-komponen kebudayaan kepada generasi-generasi berikutnya. Oleh karena itu, upaya untuk mengkaji dan memahami makna di balik simbol- simbol dalam sebuah tradisi perlu dilakukan. Salah satu tradisi yang kuat berakar pada masyarakat Bengkulu yang diasumsikan bermuatan nilai-nilai simbolik adalah pencak silat tradisional “Rejang Pat Petulai”.
  • 7. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN Pada mulanya pencak silat diciptakan manusia untuk memperoleh keamanan dari ancaman binatang buas. Tidak ada yang tahu kapan, di mana, dan bagaimana pertama kali proses tersebut berlangsung karena informasi terbatas. Namun demikian menurut cacatan sejarah, pencak silat berkembang di kawasan Indonesia seperti di ungkap oleh Draeger: pentjak-silat is certainly to be termed a combative form indigenous to Indonesia. But it is a synthesis product, not purely autogenic endeavor. Pada zaman kerajaan Nusantara, pencak silat dijadikan sebagai alat untuk mencapai status dan kedudukan social. Seseorang yang menguasai kemahiran beladiri pencak silat disegani oleh masyarakat dan dapat mencapai kekuasaan politik.
  • 8. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN Tradisi silat diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid, sehingga catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain. Legenda Minangkabau, silat (bahasa Minangkabau: silek) diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari Pariangan, Tanah Datar di kaki Gunung Marapi pada abad ke-11. Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh Asia Tenggara. Demikian pula cerita rakyat mengenai asal mula silat aliran Cimande, yang mengisahkan seorang perempuan yang mencontoh gerakan pertarungan antara harimau dan monyet. Setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan (pendekar) yang dibanggakan, misalnya Prabu Siliwangi sebagai tokoh pencak silat Sunda Pajajaran, Hang Tuah panglima Malaka, Gajah Mada mahapatih Majapahit dan Si Pitung dari Betawi.
  • 9. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN Secara global, wilayah Bengkulu ditempati oleh orang-orang dari suku bangsa Rejang, Lembak, Serawai, Pasemah, Melayu-Bengkulu, Kaur dan Enggano. Disamping suku bangsa tersebut terdapat juga suku bangsa keturunan yang termasuk ke dalam warga pendatang yang kemudian mendiami wilayah keseluruhan Bengkulu. Suku bangsa tersebut adalah: Minang, Palembang, Aceh, Jawa, Sunda, Madura, Melayu dan Bugis.tidak hanya itu, bahkan orang-orang keturunan India dan Cina telah hadir di ranah Bengkulu semenjak zaman dulu. Masyarakat asli Bengkulu berasal dari beragam etnik dengan bahasa daerah dan dialek yang berbeda seperti bahasa Melayu, Rejang, Enggano, Serawai, Lembak, Pasemah, Mulak Bintuhan, Pekal dan Mukomuko.
  • 10. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN Dari sisi budaya, masyarakat Bengkulu terdiri atas dua kelompok besar yaitu Orang rejang dan Orang Serawai. Orang Rejang ini terbagi atas dua bagian lagi, yaitu mereka yang tinggal di wilayah dataran tinggi dan mereka yang tinggal disekitar pantai yang disebut sebagai Rejang Pesisir. Masyarakat Bengkulu memiliki beragam tradisi yang telah diwariskan sejak dahulu kala, seperti Upacara Tabot yang dibawa orang India ke Bengkulu, di Bengkulu upacara tersebut dapat diterima karena sebelumnya Bengkulu telah mendapat pengaruh Islam dari Aceh, Banten, dan Minangkabau. Selain Upaca Tabot ada juga tradisi lain seperti Punjung Nasi Sawo yang merupakan tradisi pernikahan Suku Rejang, Mendundang Benih pada masyarakat Lebong, Silat tradisional Rejang Pat Petulai di Rejang Lebong dan masih banyak yang lainnya.
  • 11. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN Pencak silat tradisional Rejang Pat Petulai yang telah berkembang sejak Abad ke-15 merupakan salah satu budaya yang ada di provinsi Bengkulu. Persilatan Rejang Pat Petulai yang berpusat di Kabupaten Rejang Lebong mulai berkembang di beberapa Kabupaten yang ada di Provinsi Bengkulu (Diungkap dalam wawancara ringkas). Dalam Kota Bengkulu perkembangan Pencak silat tradisional Rejang Pat Petulai cukup berkembang pesat. Dilihat dari banyaknya pelabaran-pelabaran (tempat latihan silat tradisional) yang dibuka untuk latihan silat.
  • 12. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN Di dalam kegiatan Pencak silat tradisional Rejang Pat Petulai sangat banyak ritual-ritual yang dilaksanakan dalam setiap jenjangnya yang di sebut Kenduri. Adapun jenjang yang akan dilewati setiap anggota dari Perguruan Pencak silat tradisional Rejang Pat Petulai adalah Kenduri masuk, Pindah Tangkap, Mutus Pejero, dan Penyetoran. Di dalam semua tahapan yang dilakukan dalam silat tradisional Rejang Pat Petulai sangat banyak kegiatan ritual yang sangat menarik buat di teliti oleh peneliti. Karena banyak makna simbol yang belum di jelaskan secara rinci dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap Pencak Silat Tradisional Rejang Pat Petulai yang yang dituangkan dalam tesis dengan judul: “Makna Simbol Silat Tradisional Rejang Pat Petulai Di Provinsi Bengkulu”.
  • 13. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan pokok yang menjadi tema penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami Silat Tradisional Rejang Pat Petulai tersebut, rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Prosesi Silat Tradisional Rejang Pat Petulai Di Provinsi Bengkulu? 2. Bagaimana Makna Simbol yang terkandung dalam ritual Silat Tradisional Rejang Pat Petula di Provinsi Bengkulu?
  • 14. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan bagaimana Prosesi yang dilakukan dalam Silat Tradisional Rejang Pat Petulai Di Provinsi Bengkulu 2. Untuk mengetahui makna-makna yang terkandung di dalam ritual-ritual yang ada dalam Silat Tradisional Rejang Pat Petulai Di Provinsi Bengkulu
  • 15. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Makna Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia makna memiliki dua pengertian yaitu: Makna adalah arti: ia memperhatikan-setiap kata yang terdapat dalam tulisan kuno. Makna adalah maksud, pembicara atau penulis, pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Konsep makna telah manarik perhatian disiplin komunikasi, psikologi, sosiologi, antropologi, dan linguistik. Itu sebabnya beberapa pakar komunikasi sering menyebut kata makna ketika mereka mendefinisi komunikasi. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss misalnya menyatakan “Komunikasi adalah proses pembentukan makna diantara dua orang atau lebih”.
  • 16. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN B. Pengertian Simbol Simbol atau sering disebut juga lambang secara etimologis berasal dari kata Yunani “sym-ballaein” yang berarti melemparkan bersama suatu (benda, perbuatan) dikaitkan dengan suatu ide. Adapula yang menyebutkan “symbolos” yang berarti tanda atau ciri yang memberitahukan sesuatu hal kepada seseorang. Simbol adalah bentuk yang menandai sesuatu yang lain diluar perwujudan bentuk simbolik itu sendiri. Sebagian terbesar simbol-simbol itu adalah kata- kata, tapi juga isyarat-isyarat, lukisan-lukisan, bunyi- bunyian musik, peralatan mekanisme seperti jam-jam, atau objek-objek alamiah seperti permata. Dalam kenyataannya, simbol-simbol itu adalah segala sesuatu yang lepas dari keadaannya yang sebenarnya dan dipergunakan untuk memasukkan makna dalam pengalaman.
  • 17. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN C. Kebudayaan Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sanskerta buddhaya, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Istilah kebudayaan hampir selalu terikat pada batas-batas fisik yang jelas, seperti halnya budaya Jawa yang menunjuk pada suatu tradisi yang hidup di sebuah pualu yang disebut pulau Jawa, demikian pula halnya budaya Bali yang secara langsung membawa pikiran kita ke Pulau Dewata. Batas-batas fisik telah menjadi dasar dalam pendefinisian keberadaan suatu kebudayaan, khususnya pada saat sesuatu yang bersifat fisik masih dianggap paling penting dan menentukan.
  • 18. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode pendekatan deskritif kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan motodologi kualitatif sebagai prosedur penilaian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode deskriptif dalam arti data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap obyek yang sudah diteliti. Data yang mungkin berasal dari naskah, wawancara, catatan lapangan, dokumentasi dan sebagainya tersebut dideskripsikan sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap kenyataan realitas
  • 19. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN B. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah ritual-ritual yang ada dalam setiap kegiatan Pencak Silat Tradisional Rejang Pat Petulai. Hal-hal yang akan diteliti adalah mengenai makna, simbol-simbol atau lambang dan pesan yang terdapat dalam rangkaian ritual silat Rejang Pat Petulai. C. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama daripenelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. • Observasi • Wawancara • Dokumntasi
  • 20. BAB I PENDAHULUAN PROGRAM PASCA SARJANA FILSAFAT AGAMA (FA) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU 2017 BAB II LANDASAN TEORI BAB III METODE PENELITIAN D. Teknik Analisis Data Data akan dianalisa melalui pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengungkapkan gambaran hasil penelitian, setelah melalui proses analisa dan observasi menjadi kajian yang dapat menjelaskan objek atau masalah yang diteliti. Peneliti memilih informan berdasarkan tujuan untuk mengetahui simbol-simbol yang ada dalam ritual- ritual silat Rejang Pat Petulai. Penelitian ini dilakukan pada persilatan Rejang Pat Petulai yang ada di Provinsi Bengkulu, tepatnya Di Kota Bengkulu, pada plabaran Sungai serut yang ada di Kelurahan. Pemilihan wilayah ini karena di tempat ini lah pertama kali khusunya di kota bengkulu silat Rejang Pat Petulai di buka. Jumlah informan akan ditentukan sesuai dengan kebutuhan penelitian.