SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
BUDAYA MUNA
ØAdat kariya (Pingitan) sebagai tutura masyarakat Muna
Nilai-nilai budaya suatu bangsa merupakan khasanah kekayaan bangsa atau
daerah. Indonesia sebagai bangsa besar yang memiliki potensi keanekaragaman
budaya. Perbedaan ini bukan sebagai alasan untuk perpecahan, tetapi sebaliknya
perbedaan itu menjadi perekat bagi komunitas masyarakat yang berbeda.
Keutuhan budaya suatu bangsa atau suatu daerah tergantung pada
kemampuan masyarakat untuk mempertahankan dan melestarikannya. Ditinjau
dari aspek potensi budaya bisa dapat bertahan dan berkembang ditentukan oleh
kekenyalan nilai-nilai budaya tersebut.
Proses terpenting dari perkembangan budaya dalam dengan dunia pendidikan
bahwa lembaga pendidikan baik sebagai sarana transformasi ilmu maupun sebagai
penyelenggara pendidikan memiliki tanggung jawab yang luas dan komprehensif.
Tangtu tidak semugung jawab itu tidak semudah membalikkan telapak tangan
tetapi memerlukan proses panjang, mulai dari pengenalan, pemahaman,
pengembangan sampai pada proses pewarisnya.
Budaya muna sebagai obyek yang dibahas menjadi lemah apabila proses
pewarisnya hanya dilakukan melalui penuturan cerita, pendengaran dan pandangan
mata. Gagasan penulisan budaya kiranya merupakan langkah positif yang harus
tetap berlanjut sehingga ketika berbicara budaya muna tidak hanya sebatas
cerita tetapi dapat dibaca dalam dokumen.
Cirri khas budaya lokal yang bersifat kedaerahan memiliki keunikan-keunikan
khusus yang mencerminkan karakteristik masyarakat penduduknya. Keunikan itu
dapat dianalisa dalam berbagai sudut pandang yang berbeda-beda dan sangat
tergantung pada obyek sudut pandang masing-masing. Upacara adat kariya
(pingitan) misalnya, tidak hanya terbatas pada proses dan konsep urutan-urutan
pelaksanaannya tetapi dalam memahami upacara adat tersebut kariya (pingitan)
harus mendalami pemaknaan setiap sesi kegiatan dan symbol berdasarkan
pendekatan filosofi, agama, kemasyarakatan dan konsep adat secara harfiah.
Salah satu upaya untuk mengantisipasi gejala degradasi nilai-nilai budaya adalah
merekontruksi nilai-nilai budaya dalam bentuk tulisan untuk dipedomani generasi
muda secara berkesinambungan. Realitas dari keprihatinan dan keberpihakandari
segelintir masyarakat terhadap kelestarian nilai-nilai budaya adalah munculnya
kiat untuk mendokumenkan dalam bentuk tulisan “deskrepsi pelaksanaan upacara
adat kariya” di Muna proses ini pun tidak menjadi jaminan untuk langgengnya
suatu budaya, tapi hanya menjadai sebagian indikator, dan yang terpenting and
alah sbb :
1. Kesadaran pendukung kebudayaan tersebut yang memiliki kecenderungan dan
proaktif terhadap pemeliharaan nillai-nilai budaya yang ada.
2. Pengambil kebijakan khususnya yang berkompeten dalam bidang itu berupaya
merekontruksi nilai-nilai budaya dalam bentuk aksi melalui festival, carnaval, dan
ekspos budaya
3. Tokoh-tokoh masyarakat yang senantiasa bersifat terbuka untuk member
informasi demi kebutuhan penelitian dan ilmu pengetahuan.
4. Kemauan dan kemampuan generasi muda untuk menggali informasi tentang
filosofi budaya secara detail.
Warisan budaya masa lampau bukan sesuatu yang mutlak mempertahankan
karena itu evaluasi dan kritik yang berpijak pada sistem berpikir rasional dan
disesuaikan dengan kaida ilmiah. Dengan demikian, nilai-nilai budaya tradisional
dapat dikaji dan berkembang untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Rekonstruksi kebudayaan masa lampau adalah merupakan tanggug jawab semua
pihak. Lahirnya pemikiran untuk mendokumenkan upacara adat karya (pingitan)
dalam sebuah tulisan adalah suatu gagasan yang harus dikembangkan dan
dipertahankan untuk menjaga kelestarian nilai-nilai budaya.

Ø Upacara Adat Karya Ditinjau Dari Filosofi Adat dan Agama
Kariya adalah upacara adat bagi masyarakat muna yang pertama diadakan
pada masa pemerintahan Raja La ode Husein yang bergelar omputo sangia
terhadap putrinya yang bernama Wa ode Kamomo Kamba. Menurut kaida bahasa
muna kariya berasal dari kata kari” yang artinya : (1) sikat atau pembersih; (2)
penuh atau sesak misalnya mengisi sebuah keranjang dengan suatu benda atau
barang sampai penuh sehingga dalam bahasa muna disebut nokari (sesak).
Pemaknaan dari simbolis nokari atau penuh bahwa perempuan yang di kariya telah
penuh pemahamannya terhadap materi yang disampaikan oleh pemangku adat
atau tokoh agama, khususnya yang berkaitan dengan seluik beluk kehidupan ber
rumah tangga. Sedangkan makna secara konkrit bahwa kata kariya (Muna)
berarti rebut atau keributan adalah ramai atau keramaian. Dalam acara kariya
dimana sang gadis (kalambe) selama empat hari empat malam ditempatkan dalam
sebuah tempat tertutup (songi atau sua). Untuk menghilanhkan rasa steres para
gadis (kalambe) dalam tempa tersebut maka diselingi dengan acara-acara lain
yaitu : rambi wuna, rambi padangga (rambi bajo), mangaro yaitu acara sandiwara
perkelahian. Selama para gadis (kalambe) dalam songi acara rambi wuna, rambi
padangga, dan mangaro senantiasa didemonstrasikan oleh orang –orang /
golongan yang telah dilih dan ditetapkan secara adat.
Harfia dari kari (keributan atau keramaian) benar adanya, karena pandangan
mata dan pendengaran selama proseksi pelaksanaan kariya 4 hari 4 malam
senantiasa dirayakan dengan acara pukul gong (rambi) dan mangaro. Ini
disimbolkan bahwa jenis rambi (pukul gong) seperti bersifat ajakan bagi setiap
orang yang mendengarnya untuk hadir di tempat (lokasi) pelaksanaan upacara
agar suasana senantiasa ramai dan semua orang ikut berkumpul yang kemudian
ditetapkan secara adat untuk melakukan demonstrasi rambi (pukul gong)
padangga adalah merupakan cirri khas yang dapat member isyarat kepada semua
orang yang menyaksikan upacara tersebut sebagai suasana kekerabatan sehingga
walaupun orang jauh dating beramai-ramai di tempat itu.
Proses ini dilakukan dengan harapan bahwa seorang wanita ketika telah
diisyarati dengan ritual kariya maka dianggap lengkaplah proses pembersihan diri
secara hakiki. Kepercayaan masyarakat muna bahwa upacara ritual kariya
menjadi kewajiban bagi setiapa orang tua yang memiliki anak perempuan, karena
itu proses pembersihan diri melalui ritual kariya menjadi tanggung jawab orang
tua. Dalam kaitannya dengan konsepsi keagamaan bahwa kariya merupakan proses
yang berkepanjangan yang diawali dengan kangkilo (sunat), katoba (pengislaman),
hingga sampai pada pelaksanaan upacara kariya.

ØKariya Sebagai Tutura
Kata tutura dalam bahasa muna adalah derifasi morfem”tura” yang artinya
awal, cerah, tetapi setelah mendapat prefiks tu artinya pengawalan, pencerahan.
Tutura adalah rangkaian upacara ritual agar manusia mencapai insanu kamil.
Ritual kariya menjadi simbol proses kejadian manusia dari setetes darah hingga
menjadi manusia sempurna sedangkan tutura kariya pada awalnya dilaksanakan
selama 40 hari. Dalam kaitan dengan kejadian manusia 9 bulan 10 hari berada
dalam kandungan adalah merupakan pengejewantahan dari proses 7 tahapan
dikalikan lamanya tutura kariya 40 hari hasilnya 280 hari dan kemudian dibagi 30
hari (1 bulan) sama dengan 90 bulan 10 hari. Tetapi kemudian pelaksanaan tutura
kariya hanya dilaksanakan 4 hari adalah sebagai kias dari 10 hari sedangkan 7
adalah tahapan- tahapan pelaksanaan kariya dari awal hingga selesai (Laode Sirat
Imbo, Juni 2007).
Upacara kariya dianggap sebagai pengasah fitrah karena harapan dari proses
pelaksanaan kariya adalah untuk mencapai kesucian kembali sebgaiman awalnya
dilahirkan dimuka bumi. Oleh karena itu mengawali acara kariya peserta terlebih
dahulu memandikan bertujuan untuk mencapai kesucian sehingga perangai diasah
senantiasa cerah dan tetap terjaga fitrahnya.
ØKariya Sebagai Media Pendidikan
Berdasarkan teori media pendidikan ada dua metode yang dianggap efektif
yaitu (1) character building (2) titilasi, mnelalui character building manusia
digembleng watak dan mentalnya sehingga muncul rasa percaya diri yang kokoh,
sedangkan melalui titilasi adalah pembinaaan minat agar bangkit gairah untuk
mengetahui dirinya sendiri. Dalam kaitannya dengan kariya adalah proses
pendidikasn pada kaum perempuan untuk dibina watak, karakter serta
pemahaman akan dirinya. Implementasi character building dalam acara kariya
atau pungitan dapat teramati pada proses, makan, minum dan jam tidur ditakar
karena merupakan pembinaan hidup dalam kesederhanaan. Pada dasarnya
indivudu perempuan terdapat potensi sifat loba, yaitu sifat umum perempuan
yang harus dibina dan dikelola secara edukatif agar kelak menjadi keluarga
sakinah, mawaddah, dan warahma. Sedangkan iringan tarian , nyanyian, pantun,
dan gong adalah isyarat pembinaan gairah untuk melahirkan kepercayaan diri.
Tutura kariya dikatakan sebagai proses pendidikan, karena dalam proses
pelaksanaannya tidak hanya sekedar dipingit dalam tempat gelap (songi), tetapi
didalam songi dilakukan proses pengisian dengan berbagai ilmu dan pengetahuan.
Pembinaan itu dilakukan oleh seseorang yang diutus oleh keluarga baik dalam
dari kalangan tokoh adat maupun tokoh agama. Proses terpenting dalam
pelaksanaan kariya adalah merupakan pembentukan diri untuk melawan musu yang
terberat pada diri sendiri yaitu hawa nafsu.

ØKariya Selaku Proses Kelahiran Kembali
Sejarah pemikiran manusia adalah proses pengenalan diri sendiri beserta alam
semesta, sehingga melahirkan berbagai kebudayaan dan peradaban. Dalam tutura
kariya disebut “ kanghombo” ruang pingitan dalam bahasam muna disebut songi
atau suo yaitu kamar dalam istana/ kamali. Tempat ini disimbolkan rahim (uterus
ibu), oleh karena itu songi dikemas dengan kelambu, diberi langit-langit dan
lantainya dilapisi dengan kain semua berwarna putih tanpa penerangan lampu.
Pangangan agama tentang proses kalahiran kembali, adalah perubahan pada
setiap insan manusia yang telah melewati proses tertentu, misalnya dalam bulan
suci ramadhan setelah melakukan puasa 1 bulan lamanya maka pada tanggal 1
syawal dinyatakan lahir kembali, karena mencapai peringkat fitra atau bagaikan
bayi baru lahir. Kaitan dengan pelaksanaan tutura kariya / pinmgitan dianggap
sebagai proses kelahiran kembali, karena setelah keluar dari songi dengan
melewati proses pergantian 4 alamnya itunya alam arwah hingga pada alam isnani
yang dikemas dengan berbagai pembinaan akhlah dan aqidah. Pada acara
kabhalengka merupakan proses kelahiran kembali dari seorang perempuan yang
telah disyarati dengan tutura kariya / pingitan.

Økariya sebagai upacara peresmian atau pelantikan
Upacara ritual kariya yang dikemas dalam bentuk simbolik proses kejadian
manusia dari satu tahapan kehidupan ketahapan berikutnya, dikenal dengan
kronologi insiasi. Upacara insiasi dalam kariya dinamai kalempagi dalam bahasa
muna kata itu adalah derivasi dari morfem lempa yang artinya lawak atau lewat
dibumbuhi prefiks”ka” dan sufiks” sehingga menjadi kalempagi yang artinya
perlawatan atau perlewatan. Usia remaja adalah tahapan yang amat rentan
terhadap pengaruh negaif baik lingkungan maupun pergaulan. Oleh sebab itu
diusia remajalah upacara kariya dilaksanakan. Kalempagi, berarti pelewatan usia
remaja dan perlawatan keusia dewasa (Laode Sirat Imbo, Juni 2007). Upacara
kalempagi adalah peresmian (pelantikan) perlawatan itu ditandai dengan
katandano wite atau penyentuhan tanah.
Indikator lain menguatkan bahwa kariya sebagai upacara peresmian atau
pelantikan, ditandai dengan model pakaian yang dikenakan oleh peserta kariya.
Pada bagian kepala disematkan panto (mahkota) bagaikan putri ratu yang telah
di lantik sebagai raja disebuah kerajaan. Oleh karena itu cirri khas pakaian
perempuan yang dikariya menunjukkan cirri khas pakaian kebesaran sesuai
dengan golongan sosialnya masing-masing, misalnya kaomu, walaka, dan maradhika.

More Related Content

What's hot

modul 1 = pengertian sejarah
modul 1 = pengertian sejarah modul 1 = pengertian sejarah
modul 1 = pengertian sejarah Rosdianah Rasit
 
Modul Sejarah kelas x
Modul Sejarah kelas x Modul Sejarah kelas x
Modul Sejarah kelas x fajarnanda03
 
Destinasi dakwah multikultural muhammad hatta di penjarah
Destinasi dakwah multikultural muhammad hatta di penjarahDestinasi dakwah multikultural muhammad hatta di penjarah
Destinasi dakwah multikultural muhammad hatta di penjarahSyarifudin Amq
 
Sebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesia
Sebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesiaSebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesia
Sebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesiaestipramiati
 
Profesi kependidikan
Profesi kependidikan Profesi kependidikan
Profesi kependidikan Yesi Ratna
 
Proposal tesis new bba 1 3. docx
Proposal tesis new bba 1 3. docxProposal tesis new bba 1 3. docx
Proposal tesis new bba 1 3. docxNancy Rothstein
 

What's hot (11)

04 bab i
04 bab i04 bab i
04 bab i
 
modul 1 = pengertian sejarah
modul 1 = pengertian sejarah modul 1 = pengertian sejarah
modul 1 = pengertian sejarah
 
Dakwah melalui radio
Dakwah melalui radioDakwah melalui radio
Dakwah melalui radio
 
3. cina
3. cina3. cina
3. cina
 
ISBD
ISBDISBD
ISBD
 
Modul Sejarah kelas x
Modul Sejarah kelas x Modul Sejarah kelas x
Modul Sejarah kelas x
 
Ilmu Sejarah
Ilmu SejarahIlmu Sejarah
Ilmu Sejarah
 
Destinasi dakwah multikultural muhammad hatta di penjarah
Destinasi dakwah multikultural muhammad hatta di penjarahDestinasi dakwah multikultural muhammad hatta di penjarah
Destinasi dakwah multikultural muhammad hatta di penjarah
 
Sebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesia
Sebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesiaSebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesia
Sebelum mengenal tulisan dan terbentuknya kepulauan indonesia
 
Profesi kependidikan
Profesi kependidikan Profesi kependidikan
Profesi kependidikan
 
Proposal tesis new bba 1 3. docx
Proposal tesis new bba 1 3. docxProposal tesis new bba 1 3. docx
Proposal tesis new bba 1 3. docx
 

Similar to Budaya muna

Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin Amq
 
Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon
Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN AmbonJurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon
Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN AmbonSyarifudin Amq
 
Kelompok 1 (satu)_T2 Ruang Kolaborasi_Bahasa Indonesia.pptx
Kelompok 1 (satu)_T2 Ruang Kolaborasi_Bahasa Indonesia.pptxKelompok 1 (satu)_T2 Ruang Kolaborasi_Bahasa Indonesia.pptx
Kelompok 1 (satu)_T2 Ruang Kolaborasi_Bahasa Indonesia.pptxSitiNurhalisa33
 
Makna simbol
Makna simbol Makna simbol
Makna simbol Magfiraah
 
Kearifan Lokal (Local Wisdom).pptx
Kearifan Lokal (Local Wisdom).pptxKearifan Lokal (Local Wisdom).pptx
Kearifan Lokal (Local Wisdom).pptxMbahSuro4
 
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptxMakna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptxMunawirSyahputra
 
TUGAS CGP KELOMPOK A OK (1).pdf cgp 10 seluma
TUGAS CGP KELOMPOK A OK (1).pdf cgp 10 selumaTUGAS CGP KELOMPOK A OK (1).pdf cgp 10 seluma
TUGAS CGP KELOMPOK A OK (1).pdf cgp 10 selumaSiswantoRaehan2
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin Amq
 
ambon Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
ambon Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuambon Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
ambon Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin Amq
 
Pendekatan Budaya dalam Studi Islam
Pendekatan Budaya dalam Studi IslamPendekatan Budaya dalam Studi Islam
Pendekatan Budaya dalam Studi IslamInnddah Ndah
 
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJALAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJASansanikhs
 
Tugas Analisis Sosio Kultur KHD ROENAH.pptx
Tugas Analisis Sosio Kultur KHD ROENAH.pptxTugas Analisis Sosio Kultur KHD ROENAH.pptx
Tugas Analisis Sosio Kultur KHD ROENAH.pptxRoroJongrang3
 
Kajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.pdf
Kajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.pdfKajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.pdf
Kajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.pdfZukét Printing
 
Kajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.docx
Kajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.docxKajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.docx
Kajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.docxZukét Printing
 
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1Haidar Bashofi
 

Similar to Budaya muna (20)

18 artikel endah_ok
18 artikel endah_ok18 artikel endah_ok
18 artikel endah_ok
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
 
Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon
Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN AmbonJurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon
Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon
 
Buku kearifan lokal
Buku kearifan lokalBuku kearifan lokal
Buku kearifan lokal
 
PENGENALAN BUDAYA LOKAL.pptx
PENGENALAN BUDAYA LOKAL.pptxPENGENALAN BUDAYA LOKAL.pptx
PENGENALAN BUDAYA LOKAL.pptx
 
Kelompok 1 (satu)_T2 Ruang Kolaborasi_Bahasa Indonesia.pptx
Kelompok 1 (satu)_T2 Ruang Kolaborasi_Bahasa Indonesia.pptxKelompok 1 (satu)_T2 Ruang Kolaborasi_Bahasa Indonesia.pptx
Kelompok 1 (satu)_T2 Ruang Kolaborasi_Bahasa Indonesia.pptx
 
Makna simbol
Makna simbol Makna simbol
Makna simbol
 
Kearifan Lokal (Local Wisdom).pptx
Kearifan Lokal (Local Wisdom).pptxKearifan Lokal (Local Wisdom).pptx
Kearifan Lokal (Local Wisdom).pptx
 
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptxMakna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
Makna Simbol DAN NILAI-NILAI RELIGIUS.pptx
 
TUGAS CGP KELOMPOK A OK (1).pdf cgp 10 seluma
TUGAS CGP KELOMPOK A OK (1).pdf cgp 10 selumaTUGAS CGP KELOMPOK A OK (1).pdf cgp 10 seluma
TUGAS CGP KELOMPOK A OK (1).pdf cgp 10 seluma
 
Wawancara iv
Wawancara ivWawancara iv
Wawancara iv
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
 
ambon Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
ambon Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuambon Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
ambon Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
 
Sawang sinawang
Sawang sinawangSawang sinawang
Sawang sinawang
 
Pendekatan Budaya dalam Studi Islam
Pendekatan Budaya dalam Studi IslamPendekatan Budaya dalam Studi Islam
Pendekatan Budaya dalam Studi Islam
 
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJALAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
LAPORAN PRAKTEK LAPANGAN GEOGRAFI BUDAYA KABUPATEN TANA TORAJA
 
Tugas Analisis Sosio Kultur KHD ROENAH.pptx
Tugas Analisis Sosio Kultur KHD ROENAH.pptxTugas Analisis Sosio Kultur KHD ROENAH.pptx
Tugas Analisis Sosio Kultur KHD ROENAH.pptx
 
Kajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.pdf
Kajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.pdfKajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.pdf
Kajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.pdf
 
Kajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.docx
Kajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.docxKajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.docx
Kajian Antropolinguistik Terhadap Tradisi Lisan.docx
 
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
Sej peradaban-islamislam-dan-peradaban1
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Budaya muna

  • 1. BUDAYA MUNA ØAdat kariya (Pingitan) sebagai tutura masyarakat Muna Nilai-nilai budaya suatu bangsa merupakan khasanah kekayaan bangsa atau daerah. Indonesia sebagai bangsa besar yang memiliki potensi keanekaragaman budaya. Perbedaan ini bukan sebagai alasan untuk perpecahan, tetapi sebaliknya perbedaan itu menjadi perekat bagi komunitas masyarakat yang berbeda. Keutuhan budaya suatu bangsa atau suatu daerah tergantung pada kemampuan masyarakat untuk mempertahankan dan melestarikannya. Ditinjau dari aspek potensi budaya bisa dapat bertahan dan berkembang ditentukan oleh kekenyalan nilai-nilai budaya tersebut. Proses terpenting dari perkembangan budaya dalam dengan dunia pendidikan bahwa lembaga pendidikan baik sebagai sarana transformasi ilmu maupun sebagai penyelenggara pendidikan memiliki tanggung jawab yang luas dan komprehensif. Tangtu tidak semugung jawab itu tidak semudah membalikkan telapak tangan tetapi memerlukan proses panjang, mulai dari pengenalan, pemahaman, pengembangan sampai pada proses pewarisnya. Budaya muna sebagai obyek yang dibahas menjadi lemah apabila proses pewarisnya hanya dilakukan melalui penuturan cerita, pendengaran dan pandangan mata. Gagasan penulisan budaya kiranya merupakan langkah positif yang harus tetap berlanjut sehingga ketika berbicara budaya muna tidak hanya sebatas cerita tetapi dapat dibaca dalam dokumen. Cirri khas budaya lokal yang bersifat kedaerahan memiliki keunikan-keunikan khusus yang mencerminkan karakteristik masyarakat penduduknya. Keunikan itu dapat dianalisa dalam berbagai sudut pandang yang berbeda-beda dan sangat tergantung pada obyek sudut pandang masing-masing. Upacara adat kariya (pingitan) misalnya, tidak hanya terbatas pada proses dan konsep urutan-urutan pelaksanaannya tetapi dalam memahami upacara adat tersebut kariya (pingitan) harus mendalami pemaknaan setiap sesi kegiatan dan symbol berdasarkan
  • 2. pendekatan filosofi, agama, kemasyarakatan dan konsep adat secara harfiah. Salah satu upaya untuk mengantisipasi gejala degradasi nilai-nilai budaya adalah merekontruksi nilai-nilai budaya dalam bentuk tulisan untuk dipedomani generasi muda secara berkesinambungan. Realitas dari keprihatinan dan keberpihakandari segelintir masyarakat terhadap kelestarian nilai-nilai budaya adalah munculnya kiat untuk mendokumenkan dalam bentuk tulisan “deskrepsi pelaksanaan upacara adat kariya” di Muna proses ini pun tidak menjadi jaminan untuk langgengnya suatu budaya, tapi hanya menjadai sebagian indikator, dan yang terpenting and alah sbb : 1. Kesadaran pendukung kebudayaan tersebut yang memiliki kecenderungan dan proaktif terhadap pemeliharaan nillai-nilai budaya yang ada. 2. Pengambil kebijakan khususnya yang berkompeten dalam bidang itu berupaya merekontruksi nilai-nilai budaya dalam bentuk aksi melalui festival, carnaval, dan ekspos budaya 3. Tokoh-tokoh masyarakat yang senantiasa bersifat terbuka untuk member informasi demi kebutuhan penelitian dan ilmu pengetahuan. 4. Kemauan dan kemampuan generasi muda untuk menggali informasi tentang filosofi budaya secara detail. Warisan budaya masa lampau bukan sesuatu yang mutlak mempertahankan karena itu evaluasi dan kritik yang berpijak pada sistem berpikir rasional dan disesuaikan dengan kaida ilmiah. Dengan demikian, nilai-nilai budaya tradisional dapat dikaji dan berkembang untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Rekonstruksi kebudayaan masa lampau adalah merupakan tanggug jawab semua pihak. Lahirnya pemikiran untuk mendokumenkan upacara adat karya (pingitan) dalam sebuah tulisan adalah suatu gagasan yang harus dikembangkan dan dipertahankan untuk menjaga kelestarian nilai-nilai budaya. Ø Upacara Adat Karya Ditinjau Dari Filosofi Adat dan Agama
  • 3. Kariya adalah upacara adat bagi masyarakat muna yang pertama diadakan pada masa pemerintahan Raja La ode Husein yang bergelar omputo sangia terhadap putrinya yang bernama Wa ode Kamomo Kamba. Menurut kaida bahasa muna kariya berasal dari kata kari” yang artinya : (1) sikat atau pembersih; (2) penuh atau sesak misalnya mengisi sebuah keranjang dengan suatu benda atau barang sampai penuh sehingga dalam bahasa muna disebut nokari (sesak). Pemaknaan dari simbolis nokari atau penuh bahwa perempuan yang di kariya telah penuh pemahamannya terhadap materi yang disampaikan oleh pemangku adat atau tokoh agama, khususnya yang berkaitan dengan seluik beluk kehidupan ber rumah tangga. Sedangkan makna secara konkrit bahwa kata kariya (Muna) berarti rebut atau keributan adalah ramai atau keramaian. Dalam acara kariya dimana sang gadis (kalambe) selama empat hari empat malam ditempatkan dalam sebuah tempat tertutup (songi atau sua). Untuk menghilanhkan rasa steres para gadis (kalambe) dalam tempa tersebut maka diselingi dengan acara-acara lain yaitu : rambi wuna, rambi padangga (rambi bajo), mangaro yaitu acara sandiwara perkelahian. Selama para gadis (kalambe) dalam songi acara rambi wuna, rambi padangga, dan mangaro senantiasa didemonstrasikan oleh orang –orang / golongan yang telah dilih dan ditetapkan secara adat. Harfia dari kari (keributan atau keramaian) benar adanya, karena pandangan mata dan pendengaran selama proseksi pelaksanaan kariya 4 hari 4 malam senantiasa dirayakan dengan acara pukul gong (rambi) dan mangaro. Ini disimbolkan bahwa jenis rambi (pukul gong) seperti bersifat ajakan bagi setiap orang yang mendengarnya untuk hadir di tempat (lokasi) pelaksanaan upacara agar suasana senantiasa ramai dan semua orang ikut berkumpul yang kemudian ditetapkan secara adat untuk melakukan demonstrasi rambi (pukul gong) padangga adalah merupakan cirri khas yang dapat member isyarat kepada semua orang yang menyaksikan upacara tersebut sebagai suasana kekerabatan sehingga walaupun orang jauh dating beramai-ramai di tempat itu.
  • 4. Proses ini dilakukan dengan harapan bahwa seorang wanita ketika telah diisyarati dengan ritual kariya maka dianggap lengkaplah proses pembersihan diri secara hakiki. Kepercayaan masyarakat muna bahwa upacara ritual kariya menjadi kewajiban bagi setiapa orang tua yang memiliki anak perempuan, karena itu proses pembersihan diri melalui ritual kariya menjadi tanggung jawab orang tua. Dalam kaitannya dengan konsepsi keagamaan bahwa kariya merupakan proses yang berkepanjangan yang diawali dengan kangkilo (sunat), katoba (pengislaman), hingga sampai pada pelaksanaan upacara kariya. ØKariya Sebagai Tutura Kata tutura dalam bahasa muna adalah derifasi morfem”tura” yang artinya awal, cerah, tetapi setelah mendapat prefiks tu artinya pengawalan, pencerahan. Tutura adalah rangkaian upacara ritual agar manusia mencapai insanu kamil. Ritual kariya menjadi simbol proses kejadian manusia dari setetes darah hingga menjadi manusia sempurna sedangkan tutura kariya pada awalnya dilaksanakan selama 40 hari. Dalam kaitan dengan kejadian manusia 9 bulan 10 hari berada dalam kandungan adalah merupakan pengejewantahan dari proses 7 tahapan dikalikan lamanya tutura kariya 40 hari hasilnya 280 hari dan kemudian dibagi 30 hari (1 bulan) sama dengan 90 bulan 10 hari. Tetapi kemudian pelaksanaan tutura kariya hanya dilaksanakan 4 hari adalah sebagai kias dari 10 hari sedangkan 7 adalah tahapan- tahapan pelaksanaan kariya dari awal hingga selesai (Laode Sirat Imbo, Juni 2007). Upacara kariya dianggap sebagai pengasah fitrah karena harapan dari proses pelaksanaan kariya adalah untuk mencapai kesucian kembali sebgaiman awalnya dilahirkan dimuka bumi. Oleh karena itu mengawali acara kariya peserta terlebih dahulu memandikan bertujuan untuk mencapai kesucian sehingga perangai diasah senantiasa cerah dan tetap terjaga fitrahnya.
  • 5. ØKariya Sebagai Media Pendidikan Berdasarkan teori media pendidikan ada dua metode yang dianggap efektif yaitu (1) character building (2) titilasi, mnelalui character building manusia digembleng watak dan mentalnya sehingga muncul rasa percaya diri yang kokoh, sedangkan melalui titilasi adalah pembinaaan minat agar bangkit gairah untuk mengetahui dirinya sendiri. Dalam kaitannya dengan kariya adalah proses pendidikasn pada kaum perempuan untuk dibina watak, karakter serta pemahaman akan dirinya. Implementasi character building dalam acara kariya atau pungitan dapat teramati pada proses, makan, minum dan jam tidur ditakar karena merupakan pembinaan hidup dalam kesederhanaan. Pada dasarnya indivudu perempuan terdapat potensi sifat loba, yaitu sifat umum perempuan yang harus dibina dan dikelola secara edukatif agar kelak menjadi keluarga sakinah, mawaddah, dan warahma. Sedangkan iringan tarian , nyanyian, pantun, dan gong adalah isyarat pembinaan gairah untuk melahirkan kepercayaan diri. Tutura kariya dikatakan sebagai proses pendidikan, karena dalam proses pelaksanaannya tidak hanya sekedar dipingit dalam tempat gelap (songi), tetapi didalam songi dilakukan proses pengisian dengan berbagai ilmu dan pengetahuan. Pembinaan itu dilakukan oleh seseorang yang diutus oleh keluarga baik dalam dari kalangan tokoh adat maupun tokoh agama. Proses terpenting dalam pelaksanaan kariya adalah merupakan pembentukan diri untuk melawan musu yang terberat pada diri sendiri yaitu hawa nafsu. ØKariya Selaku Proses Kelahiran Kembali Sejarah pemikiran manusia adalah proses pengenalan diri sendiri beserta alam semesta, sehingga melahirkan berbagai kebudayaan dan peradaban. Dalam tutura kariya disebut “ kanghombo” ruang pingitan dalam bahasam muna disebut songi atau suo yaitu kamar dalam istana/ kamali. Tempat ini disimbolkan rahim (uterus
  • 6. ibu), oleh karena itu songi dikemas dengan kelambu, diberi langit-langit dan lantainya dilapisi dengan kain semua berwarna putih tanpa penerangan lampu. Pangangan agama tentang proses kalahiran kembali, adalah perubahan pada setiap insan manusia yang telah melewati proses tertentu, misalnya dalam bulan suci ramadhan setelah melakukan puasa 1 bulan lamanya maka pada tanggal 1 syawal dinyatakan lahir kembali, karena mencapai peringkat fitra atau bagaikan bayi baru lahir. Kaitan dengan pelaksanaan tutura kariya / pinmgitan dianggap sebagai proses kelahiran kembali, karena setelah keluar dari songi dengan melewati proses pergantian 4 alamnya itunya alam arwah hingga pada alam isnani yang dikemas dengan berbagai pembinaan akhlah dan aqidah. Pada acara kabhalengka merupakan proses kelahiran kembali dari seorang perempuan yang telah disyarati dengan tutura kariya / pingitan. Økariya sebagai upacara peresmian atau pelantikan Upacara ritual kariya yang dikemas dalam bentuk simbolik proses kejadian manusia dari satu tahapan kehidupan ketahapan berikutnya, dikenal dengan kronologi insiasi. Upacara insiasi dalam kariya dinamai kalempagi dalam bahasa muna kata itu adalah derivasi dari morfem lempa yang artinya lawak atau lewat dibumbuhi prefiks”ka” dan sufiks” sehingga menjadi kalempagi yang artinya perlawatan atau perlewatan. Usia remaja adalah tahapan yang amat rentan terhadap pengaruh negaif baik lingkungan maupun pergaulan. Oleh sebab itu diusia remajalah upacara kariya dilaksanakan. Kalempagi, berarti pelewatan usia remaja dan perlawatan keusia dewasa (Laode Sirat Imbo, Juni 2007). Upacara kalempagi adalah peresmian (pelantikan) perlawatan itu ditandai dengan katandano wite atau penyentuhan tanah. Indikator lain menguatkan bahwa kariya sebagai upacara peresmian atau pelantikan, ditandai dengan model pakaian yang dikenakan oleh peserta kariya. Pada bagian kepala disematkan panto (mahkota) bagaikan putri ratu yang telah
  • 7. di lantik sebagai raja disebuah kerajaan. Oleh karena itu cirri khas pakaian perempuan yang dikariya menunjukkan cirri khas pakaian kebesaran sesuai dengan golongan sosialnya masing-masing, misalnya kaomu, walaka, dan maradhika.