SlideShare a Scribd company logo
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 1
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 2
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 3
PENGANTAR PENYUNTING
Jurnal Studi Islam dalam aspek kajiannya selalu menarik untuk dikaji karena ia
berkaitan dengan aspek ketuhanan, kemanusiaan, dan alam semesta sebagai objek yang
dimaknai, dijelaskan, dan dibahasakan melalui perspektif keilmuan yang dibingkai oleh
perspektif multikultural sebagai spirit dari visi dan misi IAIN Ambon. Saat ini laju
perkembangan pendidikan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, budaya,
sebagai tren keilmuan. Berkaitan dengan kajian tersebut Idham meneliti Pergumulan
Budaya Lokal Dengan Islam di Baubau ia menemukan bahwa budaya lokal Indonesia
termasuk budaya yang sangat terbuka terhadap budaya luar. Prosesi integrasi budaya
luar yang datang dengan budaya setempat, terdapat kompromi budaya lokal dengan
budaya pendatang.
Untuk menjaga kesucian sistem budaya tersebut maka tawaran Asni Nurdin
dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa arah pengembangan kajian hukum
Islam di Indonesia disesuaikan dengan prinsip-prinsip pokok hukum Islam seperti
tauhid, persamaan, keadilan, rahmah yang bersifat inklusif-humanis. Sifat
ingklusifisme ini tampak dalam temuan Syarifudin bahwa nilai-nilai ritual budaya di
maluku yang tampak dalam ritual pukul sebagai pesan simbolik efek sosial dalam
menggerakkan masyarakat di Maluku. Inilah gagasan pendidikan multikultural Imam
Rijali sebagai model percontohan pendidikan multikultural yang berwawasan
Pembelajaran yang humanis. Pendidikan multikultural humanis ini menurut Gusti
Ketut Abdul Kahar menemukan bahwa media penunjang dalam proses pembelajaran
yang membutuhkan peningkatan mutu ICT yang handal meningkatkan inisiasi,
inovatif, dan kreativitas peserta didik yang progresif melalui kecerdasan spiritual.
Kecerdasan spiritual ini juga ditemukan dalam kajian Duriana mengungkapkan
bahwa keruhanian yang diajarkan dalam dunia tasawuf sebagai pembentuk kesadaran
untuk melahirkan kesalehan individual dan kesalehan sosial dalam mencegah
perbuatan negatif. Dalam mencegah harmonisasi itu Subair Abdullah juga menemukan
bahwa kesadaran multikultural, pluralisme budaya niscaya dapat bersemai dalam corak
kehidupan masyarakat yang harmonis. Hal ini direkomendasikan Muhaemin dalam
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 4
temuan risetnya bahwa pendidikan Islam sebagai pola yang berfungsi sebagai
pembentukan kepribadian mutmainnah.
Inilah yang disebut Ach. Zayadi dalam kajiannya konsep pendidikan yang
berbasis kemanusiaan dengan merujuk pada membangun karakter Islami untuk
mencerahkan dan memperbaiki kualitas Guru, Materi ajar sesuai kebutuhan publik.
Ketika pemikiran ini diterapkan maka hasil temuan Suleman tentang diskriminasi
profesi jurnalis, karena profesi jurnalis dianggap oleh sebagian laki-laki. Lingkungan
budaya dapat diminimalisasi dengan pencerdasan karakter menerima perbedaan
sebagai kekuatan untuk menciptakan kondisi humanis dan ingklusif sesuai dengan
temuan Hayati Nufus bahwa pendidikan sebagai fasilitas dan karunia Allah swt untuk
menata kecerdasan intelektual, emosi, dan spiritual yang perluditradisikan dalam
keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Ambon, 17 Desember 2014
Penyunting.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 5
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 6
WAWASAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL IMAM RIJALI
DALAM PERSPEKTIF DAKWAH
Oleh: Syarifudin
Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon
email: syarifiainambon99@gmail.com
Kata Kunci: Pendidikan, Multikultural, Imam Rijali, Pembelajaran.
ABSTRAK; Penelitian ini berkaitan dengan Tokoh dan ulama Maluku yang
menyebarkan Islam pada tahun 1539. Penelitian ini bercorak kualitatif, menggunakan
artefak sebagai sumber data yang dipotret dengan Perspektif Dakwah. Kajian ini
menemukan bahwa seorang guru yang dapat mengajarkan pendidikan multikultural
ketika guru memiliki kompetensi AISYATEK (Kecerdasan Aqidah, Kecerdasan
Intelektual, Kecerdasan Syari’ah, Kecerdasan Akhlaq, Kecerdasan Entrepreneurship dan
Kecerdasan Teknologi. Kompetensi ini temua disertasi Syarifudin yang biasanya
digunakan dalam mengkur komptensi mubalig. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
nilai-nilai pendidikan dalam ritual pukul sebagai pesan simbolik yang digelar dalam
ritual pemukulan fisik setiap selesai bulan suci Ramadhan. Tradisi puku sapu sebagai
simbol pendidikan untuk mencegah manusia melakukan kemungkaran. Kemungkaran
menurut Ibnu Suleman adalah mencegah manusia untuk berprilaku negatif pada diri
sendiri dan orang lain. Efek sosial dari ritual ini adalah media untuk menggerakkan
masyarakat di Maluku menjadi terhormat. Ajaran pedidikan Imam Rijali ini sebagai
sang pencerah di tengah masyarakat. Gagasan Pendidikan multikultural Imam Rijali
sebagai model percontohan pendidikan multikultural yang dapat menjadi pilihan
akademik bagi pengembangan wawasan Pembelajaran secara simbolik.
Key word; Education, Multicultural Society,The Priest Rijali, Learning.
ABSTRAC This Research connected with this figure and scholars who spread Islam
Maluku in 1539. This Research striped qualitative research, using artifacts as source that
is seen through the perspective. This study found that a teacher who can teach
multicultural education when teachers have competency AISYATEK (intelligence
Creeds, Intellectual, intelligence Shari'a, the intelligence morality, intelligence
Entrepreneurship and intelligence Technology. This Order temua dissertation Syarifudin
that usually used in mengkur komptensi mubalig could stifle. This research proved that
the values education in rituals at as a message that was held to celebrate the symbolic
ritual beatings physical holy month of Ramadan after. Tradition puku broom as a
symbol education to prevent people cut off. According to Ibnu Suleman Denial is to
prevent people to acted very modestly negative impact on themselves and others. Social
Effects of this ritual is to move media community in Maluku to honor. Equip teaching
priest Rijali this as the pencerah in the middle of society. Multicultural Education ideas
Priest Rijali as a model that can be a pilot multicultural education become the first
choice for development of the vision academic learning in a symbolic manner.
1
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 7
PENDAHULUAN
model peradaban Islam Maluku didesain oleh berbagai unsur budaya sehingga
membentuk citra yang sangat kompleks dengan paradigma dan perspektif
masing-masing. Kekayaan khazanah peradaban Islam Maluku ketika tidak di jaga,
dirawat, dan dilestarikan dengan baik maka akan berwajah buruk dalam proses
pengembangan budaya kedepan dengan ancaman imprealisme budaya global dan aliran
transnasional yang mengkonstruksi struktur masyarakat Maluku sangat kuat dengan
berbagai macam faslitas teknologi, gaya hidup, dan model penataan Negara dengan
sistem demokrasi yang akan berimplikasi pada spirit peradaban Islam yang
berwawasan pancasila dalam bingkai multikultural yang diakomodir dalam perspektif
pemikiran dakwah Imam Rijali.
Dominasi imprealisme budaya global ini membutuhkan metode adabtasi budaya
dengan tidak meninggalkan budaya timur sebagai identitas diri dan wajah budaya
Maluku. Perjumpaan panca indra budaya inilah sebagai wawasan untuk mendapatkan
rumusan baru jejak pergerakan peradaban Islam melalui arefak budaya berupa naskah
kuno, tarian, yang dikonstruksi secara turun-temurung kepada umat Islam yang
bermukim di Maluku dewasa ini.
Kekayaan khazanah peradaban ini membutuhkan ilmuan budaya untuk
mengungkap kronologis yang membentuk citra sebuah peradaban. Karena pentingnya
rekaman jejek-jejak tersebut sebagai khazanah keilmuan dari para ulama masa lalu
sebagai kerangka dasar mendesain sebuah peradaban di masa yang akan datang.
Tulisan ini akan berupaya menginventarisasi dan memotret peradaban Islam Maluku
sebagai paradigm budaya yang bercorak multikultural yang ber-wawasan Islam
kepulauan dan kemaritiman dalam bingkai multikultural.
Secara historiografi peradaban Islam Maluku yang datang dari timur tengah dan
melintasi ruang, waktu, teknologi, dan berbagai macam daratan budaya sehingga
membentuk karakter baru dengan berakulturasi dengan budaya lokal sehingga lahirlah
peradaban Islam Maluku. Peradaban Panca indra budaya peradaban Islam yang tinggal
di Maluku saat ini adalah Islam yang ingklusif dari Timur Tengah yang melintasi
berbagai macam perjumpaan budaya, bahasa dengan melalui berbagai daratan, laut, dan
corak pemikiran.1
Selain itu Islam berakulturasi dengan budaya setempat sehingga membentuk
karakter baru yang disebut oleh Rektor IAIN Ambon adalah corak Islam Mazhab
Maluku. Islam Maluku ini dikenal dengan budaya Salam-Sarani sebagai buah dari
peradaban Maluku dalam menjaga kerukun-an antar umat beragama di Maluku.
Peradaban Maluku juga dikenal dengan Seni Budaya Qasidah dan artikulasi religi
melalui sajak-sajak atau dikenal dengan kapata-kapata yang sarat dengan spirit
wawasan pendidikan multikultural warisan pemikiran Imam Rijali.
Petuah bijak sang Ulama Maluku Imam Rijali tampak dalam konten kapata yang
mengndung nilai-nilai dakwah dalam liriknya mengandung spirit multikultural,
penulis mengduga kuat cerminan masyarakat hari ini sangat tergantung pada karya
1
Azyumardi Azrah, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII
(Cet. II; Jakarta: Prenada Media, 2008), h. 44.
M
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 8
pemikiran masa lalu termasuk tokoh Maluku yaitu Imam Rijali untuk menjaga
ekosistem publik dalam mealuka interaksi sosial antar umat Bergama.
Islam Maluku terkenal dengan pantong, nyanyian, cigulu-cigulu, kapatah tentang
rasa, serta kearifan lokal lainnya yang diduga kuat bersumber dari akulturasi budaya
lokal dengan Islam yang datang dari tanah Arab.2
Perjumpaan budaya inilah yang
memberikan keunikan bagi Islam di Maluku yang ada di negeri Raja-Raja ini.
Selain pemahaman tersebut Islam yang ada di Maluku memiliki tradisi yang
sampai saat ini menjadi khazanah budaya antara lain; Pemancangan Tiang Alif Masjid
di Maluku, Masjid Tua Wapauwe, Abda’u di Tulehu Maluku Tengah, Pukul Sapu di
Morella dan Mamala, Aroha di Pelauw Maluku Tengah, Dabus di Geser Seram bagian
Timur, Ritul Memandikan Kain Gajah dan Kora-Kora di Banda, Naskah Kuno di
Morella dan Hila, dan tarian Sawat dari kabupaten Tual (Maluku Tenggara).
Peradaban Islam nusantara ini yang ada di Maluku menjadi bukti atau fakta
sejarah bahwa Maluku perlu dieksplorasi budaya keislamannya untuk menjelajahi
factor apa saja yang mengkonstruksi corak Islam di Maluku sehingga memiliki banyak
peradaban dan ritual keagamaan yang sampai saat ini belum mendapat penjelasan
secara komprehensip melalui metodologi dan kajian filosofi-historiy yang mendalam.
PEMBAHASAN
Wawasan pendidikan multikultural Imam Rijali dalam lintasan sejarah sangat
sedikit kecuali karya monumen-talnya hikayat Tanah Hitu. Tetapi fakta lisan di tengah
masyarakat sangat banyak yang dikonstruksi sebagai bagian dari pemikiran pendidikan
multikultural Imam Rijali yang diwariskan secara lisan turun-temurun sampai saat ini.3
Sebelum memberikan pengertian terhadap istilah yang digunakan dalam kajian
ini perlu dipahami bahwa yang dimaksudkan dengan peradaban Islam Maluku adalah
Umat Islam yang tinggal selama lima tahun berturut-turut sehingga ia beradabtasi dan
berinteraksi dengan budaya lokal dan budaya migrasi dari berbagai etnis, suku, dan
corak pemikiran sehingga ia terbentuk satu budaya Islam yang disebut peradaban Islam
mazahab Maluku.4
Pengertian peradaban yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah semua karya
umat Islam yang ada di Maluku yang dijadikan sebagai ritual yang tidak bertentangan
dengan syari’at, akal, budaya, dan agama Islam. Islam Maluku adalah agama yang
telah beradabtasi dengan budaya lokal dan membentuk corak pemahaman baru sesuai
dengan nilai-nilai syari’ah Islam.
Dari pengertian tersebut maka dapat digambarkan bahwa cerminan peradaban
Islam Maluku menurut data klasik/kuno yang didapatkan di Morella, Hila, dan Seram
Bagian Timur, memberikan gambaran bahwa corak Islam Maluku adalah Islam Syiah-
Sunny yang memiliki pemahaman Islam tasawuf dengan keunikan dalam berbagai
2
Kementerian Agama Republik Indonesia: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar
(Jurnal Al-Qalam Volume 19 Nomor 2 November 2013), h.232
3
Lating(Sejarawan Masjid Tua Wapauwe) wawancara di Hila, 13 Desember 2014.
4
Jafar Laein(Imam Masjid Tua Wapauwe) wawancara di rumanya 23 Oktober 2014.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 9
aspek kepercayaannya dalam melakukan ritual-ritual dalam berbagai aspek.5
Misalnya
aspek pemahaman tentang Haji, Khutbah Jumat, dan budaya lainnya yang
diupacarakan saat datang bulan suci ramadhan, pasca bulan suci ramadhan dan bulan-
bulan tertentu yang dianggap sakral berdasarkan warisan dari tuang Guru yang
dianggap ‘alim oleh masyarakat Maluku.
Buah pena para ulama klasik di Maluku yang telah menorehkan peradaban Islam
sampai saat ini belum pernah dipentaskan secara akademik sehingga warisan
pendidikan secara simbolik masih sangat kurang di Maluku. Sistem pendidikan
simbolik di Maluku perlu dikaji dan dikembangkan untuk memberikan wawasan
pendidikan multikultural yang bijak dan arif kepada generasi selanjutnya melalui
media artefak sejarah dan ritual pukul sapu sebagai media silaturrahmi kebudayaan.
Fakta sejarah ini menunjukkan bahwa Islam di Maluku memiliki peradaban yang cukup
signifikan dan terpelihara secara baik sampai saat ini lewat tradisi lisan.
Kerangka Konseptual.
Dalam mengungkap dinamika pen-didikan multikultural Imam Rijali dari
Perspektif Dakwah, sesuai jejak peradaban Islam di Maluku penulis menggunakan teori
dakwah Mula Sadra yang mengungkapkan bahwa ekspresi suatu fenomena peradaban
Islam sangat dipengaruhi oleh tiga paradigm yakni paradigma burhani, bayani, dan
irfani.6
Menurut Mula Sadra ketiga aspek metode berpikir inilah yang sangat
menentukan arah dan gerak sebuah peradaban Islam. Teori ini relevan dengan
paradigma berpikir Syekh Ali Mahfuz pemikir Mesir yang kutip oleh Andi Faisal Bakti
mengungkapkan bahwa peradaban itu dapat diketahui melalui tiga metode sistem
berpikir.
Ketiga sistem berpikir ini melahirkan corak budaya dan mazhab pendidikan
dengan menelaah cara memahmi objek, menjelaskan objek, dan membahasakan objek
pendidikan multikultural dari perspektif dakwah.7
Paradigma ini sesuai dengan
Azyumardi Azra bawah gerak sebuah peradaban sangat ditentukan oleh kemampuan
daya nalar sebuah komunitas. Semakin canggih daya nalar membaca fenomena Tuhan
semakin baik rumusan peradaban yang dihasilkan.
Olehnya G.E. Von Grunebaum berpendapat bahwa Perdaban Islam ketika
bertemu dengan peradaban Asing, memunculkan tiga sikap, pertama, peradaban itu
akan menyerap jika peradaban Asing itu tidak bertentangan dengan Aqidah/ajaran
Islam, kedua, peradaban itu akan memodifikasi, jika peradaban itu memiliki relevansi,
dan ketiga, peradaban itu akan ditolak jika peradaban asing itu akan bertentangan
dengan Aqidah Islam.8
5
Muhammad As’ad dan Muh. Idham dkk, Buah Pena Sang Ulama (Cet. I; Jakarta: Orbit
Publishing Jakarta: 2011), h. 242.
6
H. Rustam E. Tamburaka, Ilmu Sejarah, Teori Sejarah, Filsafat, dan IPTEK (Cet. II; Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2002), h. 91.
7
H. Faisal Bakti, Nation Bilding: Kontribusi Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Kebangkitan
Bangsa Indonesia (Cet. I; Jakarta: Curia Press, 2006), h. 91.
8
Samiang Katu, Pasang Ri Kajang : Kajian tentang Akomodasi Islam dengan Budaya Lokas di
Sulawesi Selatan, (Makassar: PPIM, 2000), h. 63.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 10
Selain teori tersebut juga menggunakan teori AGIL yang sangat relevan dalam
menjelaskan pergerakan peradaban Islam di Maluku sebagai instrument dalam
memahami, menjelaskan dan membahasakan konsep peradaban Islam yang ada di
Maluku. Teori AGIL ini termasuk aliran structural fungsional dari Talcot Pason yang
mengungkapkan bahwa peradaban sejarah itu sangat ditentukan oleh kecenderungan
manusia yang terdiri dari; cara beradabtasi, cara menentukan tujuan, cara melakukan
integrasi budaya, dan laten (alam bawa sadar) yang tersimpan dalam memorinya yang
berdampak dalam prilakunya.9
Teori Talcot Parson ini relevan dengan paradigma pendidikan multikultural
Imam Rijali. Sistem produksi pendidikan Imam Rijali dalam mengkonstruksi sistem
pendidikan multikultural di Maluku dapat dilihat dalam peta keilmuan sebagai berikut;
Model Pemikiran Pendidikan Imam Rijali.
Pemahaman tentang Tiang Alif di Maluku salah satu peradaban sejarah Islam di
Maluku yang sangat monumental adalah tradisi ritual tiang alif. Tradisi ini
mengandung wawasan pendidikan aqidah, syari’ah, dan akhlaq. Tradisi pemahaman
Islam Maluku dalam pendidikan tiang alif dapat dimaknai dari berbagai aspek. Tiang
alif difahami oleh masyarakat Maluku adalah sebab dari segala sesuatu dan ia adalah
kehormatan umat manusia dalam menjalani hidupnya.10
Atas dasar inilah sehingga ketika melakukan shalat jumat maka mereka
menggunakan tongkat saat khutbah jumat sedang berlangsung. Karena tongkat
difahami sebagai kekuatan bagi kaum pria dan kesejahteran bagi kaum wanita. Model
pemahaman agama ini cukup sederhana dan menjadi corak dan cara beragama bagi
Islam Maluku dalam menjelakan ajaran Islam di Indonesia.
Apabila kita perhatikan dengan seksama, maka huruf "Alif" dalam Islam itu
mengandung arti dan makna yang amat dalam. Betapa tidak. Coba kita renungkan,
Asma Allah, diawali dengan huruf "Alif". Abjad huruf Arab juga diawali dengan huruf
"Alif". Angka Arab ditulis dari kanan kekiri, maka angka satu itupun dilambangkan
dengan huruf "alif". Coba kita perhatikan kitab Suci Al Qur'an.
Surat Al-Fatihah, juga diawali dengan huruf "Alif". Kata syukur dan terima kasih
kepada Ilahi, dinyatakan dengan kata " Alhamdulillah', segala puji bagi Allah, diawali
dengan huruf "Alif". Pada waktu wahyu Tuhan untuk pertama kali turun dan Al-Qur'an
disampaikan Allah melalui malaikat Jibril, maka Nabi Muhammad SAW diajari Jibril
dengan kata-kata : "Iqra", bacalah, wahyu Tuhan yang pertama turun kepada
Muhammad sebagaimana tertera dalam Surah Al Alaq, adalah diawali dengan huruf
"Alif".11
Nilai pendidikan multikultural yang didapatkan dalam model pendidikan seperti
ini bahwa ilmu alif itu adalah mata air segala ilmu ketika manusia telah menguasai
ilmu alif maka tuntaslah pelajaran dunia akhirat. Nilai pendidikan lain dari tradisi alif
9
Talcott Parson, Sistem Interactional Civil Society (New York: Sage publishing, 2003), h. 210.
10
Bapak Lating tokoh agama di Hila, wawancara dirumahnya 12 Desember 2014.
11
Bapak Tete Pelu tokoh agama di Hitu Lama, wawancara dirumahnya 20 Nopember 2014.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 11
ini saat membangun masjid ada pesan simbolik yang mengandung makna persatuan,
perdamain, dan silaturrahmi antar sesama muslim saat prosesi pembangunan tiang alif.
a) Nilai Pendidikan Multikulutral di Masjid Tua Wapauwe.
Masjid wapauwe sebagai pusat pendidikan multikultural Imam Rijali sebagai
bukti artefak dan sekaligus jejak peradaban Islam di Maluku sangat berkembang
dengan adanya rumah ibadah masjid Wapaue sebagai pusat organisasi membangun
peradaban Pendidikan, artefak sejarah masjid ini sebagai madrasah yang dibangun pada
tahun 1414, dan salah satu ulama Islam yang pernah menjadi Imam di Masjid tersebut
adalah Imam Rijali.
Masjid ini awalnya berada di atas Gunung tetapi ketika terjadi perang Wawane
pada tahun 1682 maka bangsa Belanda menyuruh pindahkan masjid ini di dekan pantai,
tetapi akibat tidak ada tenaga yang kuat berkat ilmu supranatural Imam Rijali maka
dalam satu malam masjid Wapauwe pindah dengan tidak ada yang rusak ia berpidah
sesuai dengan bentuk dan bangunan aslinya.12
Menara kubah Masjid Negeri Hila secara spritual memiliki makna simbolik.
Pemahaman masyarakat Negeri Hila terhadap tiang alif tidak menyebut ‘menara
kubah’ seperti lazimnya masyarakat lain. Masyarakat lebih menyebutnya sebagai tiang
alif yang berarti huruf pertama dalam abjad Arab, atau berdiri tegak lurus di puncak
kubah dengan memberi mahkota, maka memperindah seluruh fisik bangunan masjid
itu dari berbagai sudut pandang. Apalagi ditambah dengan ornamen seni tangan
mengukir mengelilingi ruang Masjid.
Ada ukiran delapan sisi pada menara Masjid mengandung makna penjuru mata
angin bagi aktifitas manusia secara ekonomi, agraria, melaut. Empat kipas diperut
tiang alif maknya adalah memberi perlindungan kepada masyarakat. Ukuran panjang
tiang mencapai lima meter mengisyaratkan shalat lima waktu.13
‚Makna paling mendalam dan memiliki hubungan kaualitas dengan kehidupan
manusia khususnya masyarakat Negeri Hila sebagai negeri Islam yang memiliki
ketekunan atas adat istiadat yang ditinggalkan para leluhur sebelumnya,‛ ujar
Suleman. Dirinya mengakui, begitu panjang jika diungkit satu persatu manuskrip
pembangunan masjid yang terletak dulunya di pesisir tanah Hitu ini. Berdasarkan buku
Hikayat Tanah Hitu dalam Al-Kisah XXVI yang ditulis salah satu penyiar Islam di
Maluku khususnya tanah Hitu, Imam Ridjali yang kemudian dikutip penulis Eropa.
Rumpius tahun 1700 menjelaskan, pembangunan masjid Negeri Hila dilaksanakan
dalam tiga fase dengan tiga bentuk atau arsitektur bangunan masjid yang berbeda. 14
‚Masjid Negeri Hila dibangun pada masa siar Islam di Maluku. Dulunya
kawasan ini dikenal dengan Tanah Hitu. Hal ini diungkapkan oleh Imam Ridjali salah
satu tokoh dan penyiar Islam dalam cerita Hikayat tanah Hitu. Kemudian, kembali
disaling oleh seorang Jermanis yang dulunya menulis soal flora dan fauna Maluku
yakni Rumphius, ‛kisahnya. Bangunan Masjid pertama berdiri pada abad 12 berbentuk
12
Jafar Lein (Imam Masjid Tua Wapauwe) wawancara di Hila Kaitetu, 11 Desember 2014.
13
Hj. Suleman Launuru, Ketua Panitia Pemasangan Kubah Masjid Negeri Hila
14
Jafar Lein (Penjaga Masjid Kaitetu), wawancara di Rumahnya 23 Juni 2014.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 12
surau tergantung dengan empat pilar penyanggah. Bangunan masjid kedua pada abad
14 berbentuk piramid dan bangunan ketiga abad 18 dan masih bertahan hingga saat ini.
Kejadian ini ketika dianalisis secara ilmiah maka sulit dibuktikan dengan fakta-
fakta tetapi konstruksi informasi yang diceritakan secara turun temurung semua data
dalam bentuk tutur menisbahkan seperti itu. Sebuah suku terdiri dari beberapa klan
yang dihimpun melalui suatu proses pengorganisasian. Sementara sebuah klan terdiri
dari beberapa keluarga.15
b) Abda’u di Tulehu Maluku Tengah
Pelaksanaan tradisi abda’u ini Peradaban Islam Maluku yang ada di Kabupaten
Maluku tengah yang dilakukan setiap hari idul adha atau hari raya kurban. Ritual
abda’u dilakukan setelah selesai shalat idul adha.16
Adapun persiapan ritual dilakukan
dengan berpuasa selama tiga hari berturut-turut sebelum masuk menjadi peserta
napatatilas sejah Ibrahim yang diperankan dalam bantuk teater abda’u ditengah
masyarakat negeri Tulehu yang berada di kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku.
Mengakatan ritual napaktilas perebutan bendera yang bertuliskan Lailaha Illah
Muhammadurrasulullah sebagai simbol perjuangan. Apa pelajaran yang bisa diambil
dari refleksi sejarah keluarga Nabi Ibrahim as sebagai modal dasar memperkokoh
keluarga kita? Dan apa saja pelajaran yang sesuai dengan permasalahan hidup
kita di era modern ini? Inilah yang akan direfleksikan melalui khutbah idul adha yang
mubarakah ini. Informasi dalam Al-Quran Allah menjelaskannya dalam peristiwa
‘idul kurban keluarga Nabi Ibrahim merefleksikan tiga figur secara simbolik yang
dapat diteladani untuk memecahkan persoalan sosial yang kita hadapi sekarang ini.
17
Sosok/profil keluarga Ibrahim as yang tangguh memiliki empat pelajaran
besar antara lain; Pelajaran spiritual Nabi Ibrahim, Ketangguhan Sitti Hajar
menghadapi masalah, dan ketaqwaan Ismail as sebagai anak menghadapi
tantangan hidup yang berat melalui gersangnya padang pasir sembari bermunajad
pada Allah.18
Pengorbanan keluarga Ibrahim sebagai simbolisasi haji melalui
perjalan sa’i, tawwaf, wukuf di arafah adalah pelajaran besar yang perlu diangkat
untuk dijadikan sebagai rumus menyelesaikan problematika sosial kita di Maluku
menurut Syarifudin yang dikuti dar Tuang guru Tete Haji Ali bahwa pelajaran abda’u
setiap tahun diperingati untuk mendapatkan hikmah dan ibrah dari perayaan Idul Adha
untuk mencapai keluarga yang sakina melalui spirit pengorbanan Nabi Ibrahim dan
Ismail.
c) Pukul Sapu di Morella dan Mamala
15
Philip K. Hitti, Sejarah Ringkas Dunia Arab. Terj. Usuluddin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing
(Yogyakarta : Pustaka Iqra, 2001), h. 16
16
J. Saleh Ohorella (Raja Negeri Tulehu), Wawancara, di rumahnya 19 Juli 2013.
17
Abd Rahman Umarellah (68 Tahun), Mantan Dosen IAIN Ambon wafat pada tahun 2011 di
Tulehu, wawancara di rumahnya 17 Juli 2002.
18
Abdullah Lestaluhu (Imam Masjid tulehu), Wawancara, di rumahnya 17 Juli 2014.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 13
Secara bahasa, akulturasi diartikan dengan ‚proses percampuran dua kebudayaan
atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi‛.19
Secara istilah akulturasi
adalah proses perubahan sebuah kebudayaan karena kontak langsung dalah jangka
waktu yang lama dan terus-menerus dengan kebudayaan lain atau kebudayaan ‚asing‛
yang berbeda. Kebudayaan tadi dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan lain. Yang
lambat laun dan secara bertahap diterimanya menjadi kebudayaan sendiri tanpa
menghilangkan kepribadian aslinya.20
Unsur kebudayaan asing itu diterima secara
selektif yang akhirnya akan muncul beragam penilaian, unsur kebudayaan asing yang
dengan mudah diterima, ada yang dengan sukar diterima atau bahkan ditolak.
Islam yang kami maksud disini adalah Agama Islam yang bersumber dari Al
Qur’an dan Al Hadits, pengamalan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. yang
merupakan satu kesatuan yang utuh, dalam analisis kesejarahan muncul adanya aspek
aqidah (Iman), Aspek Syari’ah (aturan-aturan formal) dan aspek Ihsan (moral
spiritual).21
Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat,22
sedangkan
local adalah di suatu tempat (tempat pembuatan, tumbuh, produksi, hidup, dsb).23
Jadi
yang dimaksudkan dengan Kebudayaan Lokal adalah hasil dari sebuah karya cipta dan
rasa suatu masyarakat di suatu tempat/daerah tertentu.
Proses Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal, Agama Islam yang disebarkan
oleh Nabi Muhammad saw. dari Mekkah ke Madinah adalah Islam yang masih murni
yang memancarkan nilai-nilai Syar’i, yang belum dipengaruhi oleh budaya lokal, akan
tetapi justru kehadiran Islam telah merubah budaya Arab Zaman Jahiliyah. Yang
menyembah berhala, dan inilah kemusyrikan yang nyata.24
Sementara Islam hadir
untuk menyampaikan serta memperkenalkan agama Tauhid, yang hanya menyembah
satu Tuhan, yaitu Allah swt.
Budaya Pukul Sapu di Mamala
Nilai-nilai pendidikan multikultural yang ditemukan dalam tradisi pukul sapu.
Ritual. Setiap tahunnya selesai bulan suci ramadhan setiap tanggal satu syawal acara
ritual pukul sapu mulai di semarakkan dengan berbagai atraksi seni budaya Islam
seperti sawat, hadrat, dan seni buju anak para tidor. Kekayan peradaban Islam ini
setiap bulan syawal ada puasa sunat selama 6 hari menjelang pukul sapu mulai dari
tanggal 2-6 syawal. 25
19
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Edisi kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 20
20
Hasan Lauselang (Dosen Syari’ah IAIN Ambon), Wawancara, di rumahnya 16 Juli 2014..
21
Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, (Jakarta : Teraju, 2003), h. 7.
22
Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi (ed.) Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta: Fakultas
ekonomi UI, 2008), h. 113.
23
Mahdi Malawat (Anak Raja Mamala), Wawancara, di ruang kerjanya Fakultas Dakwah dan
Ushuluddin 9 Mei 2014.
24
Sitti Yulia Malawat (Anak Raja Mamala), Wawancara, di rumahnya 9 Juli 2014..
25
Abdullah Malawat (Raja Mamala), Wawancara, di rumahnya 12 Juli 2014..
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 14
Setelah puasa ada acara tahlilan untuk mendoakan para leluhur dan lainnya
mengambil lidi dari pohon enau. Setelah itu membuat minyak mamala dengan
menggunakan guci dan membaca ritual di ruma raja Mamala. Minyak mamala setelah
ritual pembacaan mantra didistribusikan dalam bentuk botol-botol kecil untuk
persiapan masing-asing kelompok saat acara pukul sapu di mulai.26
Sebelum acara pukul sapu (uku ala maihate) di mulai persiapan personil sebanyak
seratus orang satu kelompok berjumlah 50 orang dan berbaris dengan saf yang rapi
seperti saf saat shalat. Sapu lidi yang sudah disiapkan setiap orang mendapat satu
genggam sapu lidi sebagai yang siap dipakai unuk memukul lawan main. Dari jumlah
pemaian ini menelusuri lorong dan menyanyikan lagu spiritual sebagai spirit
membangkitkan semangat jihat Tatatertib dalam dalam pembukaan ada durasi waktu
yang disediakan 1-3 menit untuk saling berbalas cambukan.
Pelajaran dari sistem cambuk ini lebih pada ajaran simbolik mencambuk sifat-
sifat negatif dalam diri, sehingga fisik lebih ditonjolkan dengan cara membuka baju
untuk dicambuk sebagai bukti bahwa tuntutan fisiklah yang banyak memengaruhi
manusia.
Ritual ini memberikan pendidikan bahwa pemukulan fisik dengan sapu lidi
sebagai simbol pendidikan kebutuhan fisik perlu ditata untuk mencegah manusia
melakukan kemungkaran. Kemungkarang menurut Ibnu Suleman adalah mencegah
manusia berprilaku negatif pada diri sendiri dan orang lain.
Pendidikan Budaya di Morella
Asal mula Negeri Morella adalah penggabungan dari beberapa Aman ( Hena)
atau Negeri Lama, yakni Negeri Lama Kapahaha, Negeri Lama Iyal Uli, Negeri Lama
Putulesi dan Negeri Lama Ninggareta. Keempat Aman atau Negeri Lama inilah yang
membentuk suatu Aman atau Negeri Hausihu Morella.
Menurut tua-tua adat, leluhur yang tinggal di Negeri-negeri lama tersebut
berasal dari Ula Pokol. Ula Pokol merupakan pusat negeri pertama sejak dulu, juga
merupakan tempat yang sangat disakralkan oleh masyarakat Morella karena dipercayai
sebagai tempat hunian Roh-roh Gaib (Rijalal Gaib). Ula Pokol terletak di pegunungan
Salahutu, mula-mula yang hidup ditempat tersebut adalah Uka Latu Tapil, Beliau
berasal dari Timur Tengah. Uka Latu Tapil datang ditempat tersebut dengan membawa
seekor burung Manulatu (Burung Raja).
Dikisahkan pula oleh para Tua-tua Adat setelah Uka Latu Tapil berada di Ula
Pokol muncul tiga orang yang masing-masing mengklaim dirinya sebagai pendahulu
atau penemu daerah baru tersebut, ditengah peredebatan sengit itu tiba-tiba mereka
mendengar kicauan Burung Manulatu. Akhirnya mereka menyadari ternyata daerah itu
telah berpenghuni dan mereka bertiga pun bersepakat untuk menemukan pemilik
Manulatu tersebut. Ketiga orang tersebut adalah Tuhe, Meten dan Hiti. Tidak beberapa
lama kemudian Tuhe, Meten dan Hiti menemukan orang yang dicari di Ula Pokol
tersebut, saat itu dia sedang duduk bersemedi (Bersembah-yang).
26
Mahdi Mawalat(Ketua Jurusan Jurnalistik IAIN Ambon) wawancara di ruangan kerjanya di
Jurusan Jurnalistik 19 Juni 2014.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 15
Dihadapan orang yang sedang duduk itu, mereka mengikrarkan ‚ Upu Tapil
Ame‛ yang bermakna Tuanku Pelindung/Junjungan Kami, beliaulah Uka Latu Tapil.
Tuhe, Meten dan Hiti kemudian dikukuhkan sebagai Hulu-balang atau pengawal Uka
Latu Tapil, selanjutnya Uka Latu Tapil kemudian meletakkan tiga buah batu di
Salahutu sebagai ‚ Hatu Manuai Telu‛ atau Batu Tiga Tuan Tanah karena disinilah
tempat pertemuan Tuhe, Meten dan Hiti.
Dalam perkembangan selanjutnya Tuhe Meten Dan Hiti meminang seorang putri
yang bernama Hatuatina yang berasal dari Nusa Ina (Pulau Seram) tepatnya di pusat
tiga aliran sungai Eti, Tala dan Sapalewa di Nunusaku Salahua untuk menjadi istri Uka
Latu Tapil, dari perkawianan itu Uka Latu Tapil dan istrinya memperoleh tujuh orang
anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Dari ketujuh anak laki-laki tersebut
hanya anak yang bernama Tuharela / Umarella yang menjalani kehidupan normal
sebagai manusia, sedangkan keenam lainnya menjalani hidup sebagai Sufisme Tulen
(Gaib). Tuharella beristrikan seorang perempuan yang bernama Alungnusa dari Pulau
Seram. Dari perkawinan inilah melahirkan/ beranak pinak sebagian besar warga
Morella sekarang.
Melalui proses perkawinan maka semakin banyak manusia di tempat itu (Ula
Pokol) dan karena keadaan alam, merekapun mengadakan perpindahan ke beberapa
tempat di daerah pegunungan yaitu ke Ama Ela (Gunung Kukusan) kemudian
berpindah lagi ke Kapahaha dan sebagian ke Iyal Uli, Ninggareta, dan Putulessy.
Walaupun ke-empat negeri lama ini terpisah jarak satu dengan yang lain namun
kehidupan mereka bersatu dalam sistem kehidupan sosial kemasyarakatan, dimana
pusat pemerintahan adatnya berada di Kapahaha yang saat itu pimpinan adat tertinggi
di pegang oleh Tuhe, Meten, dan Hiti (Salamoni). Sementara pelaksanaan
keagamaannya di pusatkan di Iyal Uli.
Dari abad keabad kehidupan empat negeri lama ini dalam keadaan rukun dan
damai, sampai pada akhir abad ke-6 ketika Bangsa Penjajah bercokol di Maluku, ke
empat negeri lama ini bersatu untuk mempertahankan wilayah mereka dari serangan
kaum penjajah. Kapahaha kemudian dijadikan sebagai pusat pertahanan untuk
melawan kaum penjajah tersebut hal ini dikarenakan letaknya yang strategis dengan
Kapitan Telukabessy (Ahmad Leikawa) sebagai panglima perang. Pada saat itu
beberapa benteng pertahanan di Maluku sudah di taklukkan oleh Belanda sehingga para
kapitan dan malesi dari daerah-daerah tersebut di tambah dengan bala bantuan dari
daerah-daerah lain bergabung di Benteng Kapahaha seperti dari Kerajaan
Ternate, Kerajaan Gowa, Tuban, Alaka, Huamual, Iha, Buru, Nusa Laut, Banda dan
lain-lain. Mereka melakukan perlawanan terhadap kaum kompeni yang berlangsung
dari tahun 1637 sampai dengan 1646.
Ketika pada tahun 1646 Kapahaha berhasil ditaklukkan oleh kaum penjajah
Belanda, maka semua rakyat kapahaha, para kapitan dan malesi serta seluruh personil
bantuan tersebut diturunkan dari Bentang Kapahaha dan ditawan di pantai Teluk
Telapuan (Teluk Sawatelu Morella).
Setelah adanya pengumuman pembebasan tawanan perang kapahaha oleh
gubernur Van Deimer, maka mereka mengadakan acara perpisahan sebelum kembali ke
daerah masing-masing, dalam acara perpisahan itu di isi dengan lagu-lagu dan tari-
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 16
tarian adat serta sekelompok Pemuda Kapahaha mengadakan Atraksi Pukul Sapu Lidi.
Hari itu yang bertepatan dengan tanggal 27 Oktober 1646 mereka memberikan nama
bagi Rakyat Kapahaha yang akan mereka tinggalkan dengan gelar Hausihu yang
bermakna Kobaran Api Perjuangan (Kapahaha Hausihu Holi Siwalima). 27
Sementara itu, Rakyat Kapahaha Hausihu oleh belanda tidak diperkenangkan
untuk kembali lagi ke Negeri Lama dipegunungan dengan maksud untuk memudahkan
pengawasan Belanda terhadap mereka. Maka mereka kemudian menempati wilayah
kurang lebih 3 km kearah selatan dari arah Sawatelu yaitu wilayah Morella sekarang
dengan nama negerinya Hausihu Morella. Negeri Hausihu Morella termasuk dalam
wilayah Ulisailessy bersama dengan Negeri Liang dan Negeri Waai.
Kapata-kapata di Morella
Kapata-kapata dan cigulu-cigulu adalah modep peradaban Islam dari aspek arth
communication. Kapata ini terdiri dari berbagai model ada kapata agama, budaya, yang
dilombakan TPQ-TPQ yang ada di Morellah dan bahkan di Mamala antar kampong.
Saat ini kedua kampong ini konflik horizontal mulai dari 2012 sampai sekarang.
Kondisi ini menunjukkan bahwa ada adat yang sudah terdegradasi dengan imprealisme
budaya global. Negeri Morella terdapat beberapa dati-dati kecil seperti :
a. Huta Haha sebagai dati Tuhe
b. Ima Uli sebagai dati Manilet
c. Sia’ Aman sebagai dati Sialana
d. Uli Kau sebagai dati tawainlatu
e. Uli Ina sebagai dati Leikawa
f. Ninggareta sebagai dati Ulath
g. Putulessy sebagai dati Latukau
h. Sipil sebagai dati Lekai
i. Ula Pokol sebagai dati Sasole 28
Kapata Hubungan Pela-Gandong Soya-Morella. Berikut ini adalah sebuah Lani
(Kapata) di Negeri Morella yang mengisahkan sejarah hubungan Negeri Morella dan
Negeri Soya :
Meten Tuhe Hiti Naistita Nusa (Meten Tuhe Hiti Keliling Pulau)
Pasoutama Nusa Yupu Latu Tapi (Utusan Pemuka Pulau Latu Tapi)
Tou Nusaniwe Sirimau Mahu (Pandang Nusa Niwe Jauh Terpisah)
Niwe Paukala Apono Paso Soko (Menggalak Niwe Dan Apono Menyatu)
Meten Lehe Nusa Niwe (Meten Mendarat Ke Nusa Niwe)
Mo Ete Sohu Siri Mau (Kamu-Kamu Liput Sirimau)
Supu Yama Raila Yisasehu (Jumpa Yama Raila Sendiri)
Sirimau Pamau Yamaraila (Sirimau Pelindung Yamaraila)
Meten Peha Luasi Mae (Meten Berseruh Keduanya)
Tuhe Hiti Naikeulai (Muncul Tuhe Dengan Hiti)
27
Yus Kerubun, Sawat Morella Berpadu di Arena Pukul Sapu Lidi Tahun 2010 Date Picture
Taken : 17-09-2010.
28
Hasan Lauselang, Sawat Morella wawncara di kantornya IAIN Ambon 2014
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 17
Hata-Hiti Hutu Lia Yulapoko (Empat Berangkat Menuju Yulapoko)
Sailaputi Wela Wela Anomia (Lambang Putih Lamai Meria)
Yupu Latu La Hate Reihata (Latu Restu Empat Berjumpa)
Soya Souhatu Sabila Maralesi (Jatuh Cinta Sabila Maralesi)
Le Atane Hale Nusa Niwe (Pindah Tempat Ke Nusa Niwe)
Nisa Simi Yupulatu Yisa Sehu (Turunan Yupulatu Yisa Sehu)
Kapata Hubungan Pela-Gandong Morella-Waai Kapata (Lani) di Negeri Morella
yang menceritrakan sejarah hubungan pela gandong Negeri Morella dan Negeri Waai.
Menurut hasil penelitian tahun 2013 Aisya Ipaenin mahasiswa Komunikasi Penyiaran
Islam di IAIN Ambon mengungkapkan bahwa pela terdiri dari dua macam;
a) Pertama; Pela berdasarkan akangkat saudara akibat ada kesamaan nasib dalam
perjuangan bersama saat membawa upeti di Ternate. Model pela ini masih bisa
menikah.
b) Kedua; Pela gandong yang kebetulan saat belanda menjajah orang Maluku
selama 350 tahun kedua bersaudara berpisah karena Bangsa Belanda
memasukkan mereka agama Kristen. Pela seperti ini terjadi di Desa Seit dan Ou
dimana Ou yang beragama Kristen dan Seith Bergama Islam. Kedua desa ini
tidak bias saling menikah karena satu dara atau satu kandung.29
Pela gandong dan pela bukan gandong ini semua memiliki peradaban kapata-
katapa yang digunakan saat pembinaan keluarga, masyarakat, dan pemerintahan.
Keunikan dari artikulasi kapata-kapata ini kontengnya sangat universal karena ada
spirit kerukunan antar umat beragama yang di konstruksi dalam kapata itu.
Letekori Lau Yupu Towa Paila (Zaman Nenek Moyang Sejak Dahulu Kala)
Sane Taha Lepaila Tuharella (Turunan Dari Moyang Tuharella)
Rula Tahinano Yina Tatielya (Dengan Istrinya Nenek Tatielia)
Huni Yulapoko Amanuela (Penghuni Ulapoko Amanuela)
Sane Kutika Luwai Tapasala (Disuatu Saat Timbul Masalah)
Wali Aa Kilingsina Tapiula (YaituKedua Kakak Beradik Kilingsina dan Tapiula)
Rihu Sama Kilingsina Tapiula (Berpisah Tempat Tinggal Kilingsina dan Tapuila).
Tapiula Takata Tiri Haita Paukala (Tapiula Ke Tatiri Pantai Baguala)
Kilingsina Taka Moki Haita Tunuhala (Kilingsina Ke Moki Pantai Tunuhala)
Tapiula Kupa Hunimua Metiela (Tapiula di Hunimua Tanjung Meti ela)
Kilingsina Kupa Lataela (Kilingsina di Daratan Lataela)
Lea Asele Taisa Sila-Sila (Terbagi Turunan Dua Sila-sila)30
Kapa-Kapa Wali Aa Kakula (Bersatu Kembali Seperti Sedia Kala)
Hanu Soa Hatu Waai Morella (Membangun Persatuan Waai dan Morella)
Di sebuah rumah tua
29
Sumber : Bapak Sulaiman Latukau (Tua Adat Negeri Morella)
30
Label : Konvoi Lagu Gandong 4 Negeri Basudara (Morella, Waai, Soya & Kaibobu) Usai
Perayaan Pukul Sapu Lidi Tahun 2010 Date Picture Taken : 17-09-2010 Author : Yus Kerubun
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 18
atap daun kering terpanggang abad
Tiang kokoh tampak berkerut
Tak ada lumut.
Angin dari laut berhembus
Takmampu menghalau gelisah
Dalam cucuran keringat
Berlelehan di tubuh tanpa sungut.31
Mungkin hanya peti besi tua
Yang mampu menguak sejarah
Negeri yang dulu berdiri dengan gagah
Kini tampak letih - namun takmerasa kalah.
Aku menemu malam bertabur bintang
Dalam temaram cahayanya
Gelombang laut februari terus berlari
Mengejar mimpi lelaki sejati.
Di dalam rumah tua
Kilatan cahaya terus menerpa sejuta aksara
yang tertulis di atas kertas - nasibnya sengsara
seperti cinta sejati leluhur kita
Engkau hapus debu yang menyelimutinya.
Mungkin ada do'a para ulama di tubuhnya
Kulihat cahaya melesat menembus cakrawala
Barangkali juga mantera mengiringi laju perahu
Tempat ikan berenag dan menunggu
Di rumah tua - aku tertegun malu.
Morella telah menjadi nyala api di hati
Seribu kitab tersimpan dalam almari besi
Menyembunyikan rasa nyeri
Menyembunyikan air mata leluhur kami
Menyembunyikan diriku di balik jeruji nurani.
Nilai-nilai dari kapata tersebut mengandung nilai pendidikan persaudaraan,
kecerdasan hidup harmoni, dan liriknya mengandung nilai religi yang sarat dengan
muatan multikultural, dari tafsiran dari artefak sejarah semua warisan intelektual itu di
asumsikan sebagai warisan pendidikan mutlikultural Imam Rijali.
Karena asumsi kajian ini beranggapan bahwa cerminan realitas sosial hari ini
adalah gambaran sistem pendidikan masa lalu yang dikonstruksi oleh para ulama dan
termasuk Imam Rijali sebagai ulama Maluku yang selama ini sepi dalam dokumen
31
Oleh: Bambang Widiatmoko
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 19
sejarah, sehingga pemikirannya tentang Pendidikan multikultural dapat dikonstruksi
kembali sebagai mata air keilmuan tokoh masa lalu yang cemerlang.
PENUTUP
Penelitian ini membuktikan bahwa wawasan pendidikan multikultural Imam
Rijali dalam perspektif dakwah memiliki dinamika yang signifikan ketika memiliki
potensi 5 kecerdasan. Kelima Kecerdasan itu disingkat menjadi Teori AISYATEK
(Kecerdasan Aqidah, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Syari’ah, Kecerdasan Akhlaq
dan sosial, Kecerdasan Entrepreneurship dan Kecerdasan Teknologi. Ketika empat
kecerdasan ini dimiliki seseorang Guru dan mubalig maka pergerakan sosial berjalan
sesuai arah dan spirit Al-Quran dan Sunnah di Maluku. Konflik kekerasan dapat
diminimalisasi sebesar 75%. Kelima modal kecerdasan ini sebagai standar kompetensi
Guru dan Mubalig dalam menggerakkan arah pergerakan sosial di tengah masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi Azrah, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII & XVIII (Cet. II; Jakarta: Prenada Media, 2008.
Kementerian Agama Republik Indonesia: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama
Makassar (Jurnal Al-Qalam Volume 19 Nomor 2 November 2013.
Muhammad As’ad dan Muh. Idham dkk, Buah Pena Sang Ulama (Cet. I; Jakarta: Orbit
Publishing Jakarta: 2011.
H. Rustam E. Tamburaka, Ilmu Sejarah, Teori Sejarah, Filsafat, dan IPTEK (Cet. II;
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.
H. Faisal Bakti, Nation Bilding: Kontribusi Komunikasi Lintas Budaya Terhadap
Kebangkitan Bangsa Indonesia (Cet. I; Jakarta: Curia Press, 2006).
Samiang Katu, Pasang Ri Kajang : Kajian tentang Akomodasi Islam dengan Budaya
Lokas di Sulawesi Selatan, (Makassar: PPIM, 2000.
Talcott Parson, Sistem Interactional Civil Society (New York: Sage publishing, 2003.
Hj. Suleman Launuru, Ketua Panitia Pemasangan Kubah Masjid Negeri Hila
Philip K. Hitti, Sejarah Ringkas Dunia Arab. Terj. Usuluddin Hutagalung dan O.D.P.
Sihombing (Yogyakarta : Pustaka Iqra, 2001.
Abd Rahman Umarellah (68 Tahun), Mantan Dosen IAIN Ambon wafat pada tahun
2011 di Tulehu, wawancara di rumahnya 17 Juli 2002.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi kedua
Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, (Jakarta : Teraju, 2003..
Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi (ed.) Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta:
Fakultas ekonomi UI, 2008.
Yus Kerubun, Sawat Morella Berpadu di Arena Pukul Sapu Lidi Tahun 2010 Date
Picture Taken : 17-09-2010.
Sumber: Bapak Sulaiman Latukau (Tua Adat Negeri Morella)
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 20
Label : Konvoi Lagu Gandong 4 Negeri Basudara (Morella, Waai, Soya & Kaibobu)
Usai Perayaan Pukul Sapu Lidi Tahun 2010 Date Picture Taken : 17-09-2010
Author : Yus Kerubun
Pergumulan Budaya Lokal Dengan Islam Di Baubau
Oleh: Idham
Peneliti pada Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar
Kantor: Jl. A.P. Pettarani No. 72 Makassar Rumah: Jl. Daeng Tata I BTN Tabaria Blok A12 No. 2
Makassar, Email: idbodi@yahoo.co.id ,HP. 0813 56 100 100
Kata Kunci: Peringatan Maulid, Haroa Maludu, Ganda Maludu, Rebana Baubau.
ABSTRAK: Penelitian ini berkaitan dengan tradisi Haroa Maludu dan Ganda Maludu
di Baubau diteliti dari aspek pergumulan budaya lokal dengan Islam. Jenis penelitian
ini bercorak kwalitatif dalam mengetahui pelaksanaan ganda maludu yang berkaitan
dengan acara Haroa Maludu. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi, studi dokumentasi dan perekaman. Penelitian ini menemukan bahwa budaya
lokal Indonesia termasuk budaya yang sangat terbuka terhadap budaya luar. Prosesi
integrasi budaya luar yang datang dengan budaya setempat, terdapat kompromi budaya
lokal dengan budaya pendatang, ada tarik menarik, ada proses penolakan dan
penerimaan, ada proses akulturasi-akomodasi, serta asimilasi yang dinamis, dan ada
pergumulan antara keduanya. Budaya tersebut adalah haroa maludu dengan iringan
musik ganda maludu di Baubau. Haroa Maludu adalah cara peringatan hari kelahiran
Nabi Muhammad saw khas Bau-Bau. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 21
tradisi ritual haroa Maludu di Baubau terbagi menjadi tiga corak budaya, yakni: 1)
Gorona Puta, 2) haroana mia bari, dan 3) Maluduana hukumu.
Key Word: Warning's birthday, Haroa Maludu Maludu Double, Tambourines Baubau.
ABSTRACT: this Research related to the tradition Haroa Maludu and double Maludu
In Baubau observed from the distress local culture with Islam. Types of this research
striped kwalitatif maludu double implementation in knowing that related to Fast Haroa
Maludu. Data collection And be done with an interview, observation, the study
documentation and transcription. This Research found that local culture Indonesia
including culture that is open to culture from outside. The procession integration
between cultures that come with local culture, there is a compromise deal with local
culture, there is a newcomer cultural attraction interesting, there is a process rejection
and acceptance, there is a process acculturation-accommodation, and assimilation
dynamic, and there is a struggle between them. Culture is musical accompaniment
haroa maludu maludu double in Baubau. Haroa Maludu is a way to warn Prophet's
birth day typical Bau-Bau. This research showed that Hits ritual tradition haroa
Maludu in Baubau divided into three pattern culture, namely: 1) Gorona Puta, 2)
Haroana mia bari, and 3) Maluduana hukumu.
PENDAHULUAN
esain operasional (DO) awal penelitian ini adalah ‚nilai-nilai keagamaan
dalam seni budaya masyarakat di kawasan timur Indonesia‛ dengan tujuan
menginventarisasi sejumlah seni budaya yang berhubungan dengan agama setempat.
Dari sekian banyak seni budaya yang terinventarisir tersebut, peneliti memilih salah
satu seni budaya yang sangat erat hubungannya dengan budaya dan agama mayoritas
daerah tersebut. Ini dimaksudkan agar tergambar bagaimana asimilasi, akulturasi dan
pergulatan maupun pergumulan antara budaya lokal sebagai budaya asli dengan agama
sebagai budaya asing, yang akhirnya bersinergi membangun sebuah kebudayaan baru
yang unik. Kebudayaan baru tersebut menjadi keragaman suku bangsa Indonesia yang
menjadi kekayaan bangsa Indonesia itu sendiri.
Indonesia memiliki keanekaragam-an suku bangsa yang terbentang dari Sabang
sampai Merauke. Keaneka-ragaman itu meliputi bahasa, adat istiadat, dan kesenian.
Keanekaraman tersebut memberikan ciri khas tersendiri bagi daerah pendukungnya.
Keaneka-ragaman seni sebagai bagian dari kebudayaan manusia merupakan sesuatu
yang dapat merentang kearah kehidupan yang multidimensi. Oleh karena itu karya seni
mempunyai hubungan erat dengan kebudayaan.
Salah satu budaya masyarakat Baubau adalah tradisi maludu yang di dalamnya
terdapat ganda maludu (rebana maulid). Maludu (bahasa Wolio) berasal dari bahasa
Arab, Maulid. Maulid yang dimaksudkan di sini adalah kelahiran Nabi Muhammad
saw. Jadi Maludu adalah tradisi masyarakat Baubau dalam memperingati hari kelahiran
Nabi Muhammad saw.
D
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 22
Maludu diperingati di Baubau bersamaan dengan masuknya agama Islam di
Baubau32
. Agama Islam masuk di Buton erat kaitannya dengan berkembangnya
perdagangan antara Maluku dengan kawasan Barat Nusantara yang menjadikan Buton
sebagai jalur pelayaran perdagangan.33
Pembawa Islam di Buton pada mulanya dibawa
oleh para pedagang yang singgah di Wilayah Buton dalam pelayaran niaga antara
kawasan Barat Nusantara dengan Kepulauan Maluku sebagai pusat rempah-rempah.
Selanjutnya dalam pelayaran niaga ikut pula para muballig berkebangsaan Arab, yang
selain berdagang juga menyebarkan Islam.
Di antara mereka terdapat Syekh Abdul Wahid yang tiba sekitar 1540 M, pada
masa Raja Ke-6. Tersebutlah dalam sejarah, bahwa pada saat Raja ke-6, Lakilaponto
dan menjadi Sultan pertama di Buton34
, selanjutnya disusul muballig Firdaus
Muhammad, selanjutnya datang pula Sayed Rabah. Pada mulanya Sayed Rabah
melaksanakan dakwah Islam di Buton dan tidak lama kemudian melanjutkan tugas
dakwah di Muna atas persetujuan Sultan Buton XIX, Tsaqiuddin Darul Alam.35
Kedatangan para muballigh tersebut diterima baik oleh masyarakat setempat tanpa
konflik yang berarti.
Agama Islam di Baubau (Buton) ternyata mampu berintegrasi dengan budaya
lokal dengan hasil proses interaksi harmonis antara ajaran Islam dengan kebudayaan
setempat. Interaksi harmoni tersebut terwujud dalam sistem sosial organisasi sosial,
budaya, kesenian, dan lain-lain. Islam telah menjadi identitas masyarakat Baubau.
Islam merupakan realitas yang tak terelakkan dalam sejarah kebudayaan mereka.
Setelah beberapa abad, Islam tampil mengubah berbagai dimensi kehidupan
masyarakat dan menyebabkan terjadinya transformasi di tengah masyarakat hingga
kemudian memengaruhi pandangan dan perilaku masarakat Baubau. Transformasi
nilai-nilai Islam dalam budaya masyarakat Baubau, dengan sendirinya memberikan
ruang gerak yang mudah bagi nilai-nilai Islam untuk melakukan penetrasi dalam sistem
sosial budaya masyarakat setempat.36
Penerimaan Islam oleh masayarakat Baubau ditandai dengan upaya memasukkan
dan mensinkronkan ajaran Islam dengan nilai-nilai budaya masyarakat lokal. Seperti
dalam ungkapan yang dapat menggugah jiwa dan semangat untuk berjuang dan
berkorban:
Bolimo arataa somanamo karo
Bolimo Karo somanamo lipu
32
Rahmawati, dkk. 2011. Inventarisasi Sastra Daerah Sulawesi Tenggara. Kendari: Kantor Bahasa
Provinsi Sulawesi Tenggara, h. 97
33
Abdullah Alhadza, dkk. 2009. Sejarah Penyebaran Islam di Sulawesi Tenggara. Kendari:
Universitas Muhammadiyah Kendari, 1-2.
34
Pim Schroorl . 1994. Ideologi and Change in Early State of Buton dalam G.J. Schute (ed) Istate
and Trade in The Indonesian Archipelago, Leiden, h. 17-59. Lihat juga Rahim Yunus. 1995. Posisi
Tasawuf Dalam Sistem Kekuasaan di Kesultanan Buton Pada Abad ke-19. Jakarta: INIS, h. 72
35
Ibid, h. 15.
36
Supriyanto, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara. Kendari: Kerjasama
Kantor Wilayah Departemen Agama Prov. Sulawesi Tenggara dengan Universitas Muhammadiyah
Kendari, h. vi.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 23
Bolimo lipu somanamo sara
Bolimo sara somanamo agama
Artinya:
Jangankan harta yang penting diri
Jangankan diri yang penting negeri
Jangankan negeri yang penting pemerintah Jangankan pemerintah yang penting
agama.37
Di sini tampak dengan jelas bahwa interaksi Islam dengan budaya lokal terjalin
dalam beragam bentuk. Selain akomodasi dan asimilasi, proses interaksi tersebut juga
menunjukkan terjadinya integrasi yang ditandai oleh dominasi nilai-nilai Islam atas
budaya lokal. Dalam berbagai dimensi, interaksi bisa melahirkan akomodasi, dan
kadang interaksi melahirkan asimilasi. Ini tampak dalam semua lini kehidupan
masyarakat Baubau, termasuk acara haroa maludu dan ganda maludu (seni rebana
maulid) yang mengiringinya.
‚Islam itu sesungguhnya lebih dari satu sistem agama saja; Islam adalah satu
kebudayaan yang lengkap‛. Pengakuan senada juga banyak diberikan oleh pakar Islam
dari kalangan Barat. Jika pihak Barat banyak memberikan pengakuan yang kurang
lebih sama, dari kalangan Islam sendiri, seperti keyakinan umum yang berkembang di
kalangan umat Islam bahwa Islam adalah agama yang universal dan komprehensip
meliputi berbagai bidang38
, meskipun penjelasannya ada yang bersifat rinci dan garis
besar. Oleh sebab itu, Islam disebut juga sebagai agama yang ‚hadir di mana-mana‛
(omnipresence); sebuah pandangan yang meyakini bahwa di mana-mana kehadiran
Islam selalu memberikan panduan etik yang benar bagi setiap tindakan manusia39
Ajaran Islam yang demikian telah mendorong umatnya untuk mengerahkan segala daya
dan upaya bagi kebaikan dan kesejahteraan umat manusia, termasuk dalam
pengembangan kebudayaan. Upaya-upaya tersebut kemudian telah menghasilkan suatu
prestasi peradaban baru yang tinggi yang dikenal dengan ‚peradaban Islam‛ yang
dalam sejarahnya telah memberikan andil yang cukup besar bagi kemajuan peradaban
dunia.
Sifat akomodatif Islam terhadap budaya tidak berarti bahwa Islam menerima
begitu saja segala wujud kebudayaan yang ada. Proses Islamisasi tidak menghapuskan
budaya, melainkan justru memperkayanya, memberikan warna nilai-nilai Islam di
37
Ruslan Rahman. 2005. Parabela di Buton: Suatu Analisis Antropologi Politik. Makassar:
Program Pascasarjana Universitas hasanuddin (disertasi belum terbit), h. 138.
38
QS. An Nahl/16: 89:

89. (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas
mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat
manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.
39
Fazlurrahman. 1986. Islam. New York, Chicago, San Fransisco: Holt Reinhart, Winston, h. 241.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 24
dalamnya.tidak hanya dalam bidang seni, tetapi juga di dalam bidang-bidang lain di
dalam masyarakat Buton (Baubau). Dengan kata lain kedatangan Islam di nusantara
dalam taraf-taraf tertentu memberikan andil yang cukup besar dalam pengembangan
budaya lokal.
Pada sisi lain, secara fisik akulturasi budaya yang bersifat material dapat dilihat
misalnya: bentuk masjid Agung Wolio yang terdapat di dalam benteng mengadopsi
rumah penduduk, tidak seperti pada umumnya masjid di Jawa ataupun masjid yang
memiliki kubah, tapi menunjukkan ciri-ciri arsitektur lokal. Sementara esensi Islam
terletak pada ‚ruh‛ fungsi masjidnya.
Aspek akulturasi budaya lokal dengan Islam juga dapat dilihat dalam budaya
Buton (Baubau) adalah dalam bidang seni vokal yang disebut kabanti. Dalam seni
kabanti sering dibacakan berisi tentang ketauladanan dan sikap keagamaan yang tinggi
dari si tokoh. Seringkali kabanti ini berasal dari unsur budaya lokal pra-Islam
kemudian dipadukan dengan unsur Islam. Seni kabanti kini biasa disajikan pada acara-
acara selamatan atau tasyakuran. Akulturasi Islam dengan budaya-budaya lokal
nusantara sebagaimana yang terjadi di Baubau terdapat juga di daerah-daearah lain,
seperti pada suku bangsa Bugis, Makassar, Mandar, Kaili, dan lain sebagainya.
Jika dalam wilayah non-teologis atau sosial kemasyarakatan Islam begitu sangat
akomodatif terhadap budaya lokal, berbeda halnya dengan wilayah-wilayah lainnya,
terutama berkenaan dengan aspek teologis (aqidah). Dalam masalah teologis ini Islam
menarik garis demarkasi secara tegas. Islam tampil dengan wajah yang sangat
eksklusif. Penegasan Islam ini termaktub di dalam Alquran surah Al-Ikhlas, dan surah
Al-Kafirun yang tercermin dalam dua kalimah sahadah. Inilah doktrin sentral Islam
yang kemudian disebut dengan tauhid; pengakuan kemahakuasaan dan kemutlakan
Tuhan serta penegasan bahwa Muhammad nabi terakhir yang diutus Tuhan bagi umat
manusia di muka bumi.
Klaim-klaim eksklusif Islam sebagaimana tercermin dalam doktrin teologis
tersebut tidak berarti umat Islam menjadi umat yang eksklusif yang menafikan
pluralisme. Karena Islam juga sangat menekankan inklusivisme, sebagaimana
dinyatakan dalam sumber-sumber primer Islam (misalnya Q.S al-Kafirun:6,Q.S.al-
Hujarat:13) dan sebagaimana pula yang telah dipraktikkan dalam sejarah awal
pembentukan masyarakat Islam. Gambaran ideal tentang kerukunan antara umat Islam
dan non-Islam sebagaimana yang dicontohkan nabi dan yang kemudian menjadi model
bagi tata laku kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini secara original dapat dilihat
dalam butir-butir ‚Piagam Madinah‛.
Dari latar belakang tersebut di atas, penelitian ini mengangkat masalah pokok,
yaitu: Bagaimanakah pelaksanaan haroa maludu di Baubau? Dan bagaimana
pelaksanaan ganda maludu kaitannya dengan haroa maludu tersebut? Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan acara haroa maludu di Baubau dan
untuk mengetahui pelaksanaan ganda maludu yang berkaitan dengan acara haroa
maludu tersebut.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 25
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif40
. Adapun mengumpulan
data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi serta perekaman.
PEMBAHASAN
Baubau: selayang pandang
Baubau adalah salah satu nama Kota di Sulawesi Tenggara41
dari 12 Kabupaten/
kota. Berdasarkan Undang-Undang Momor 13 Tahun 2001, Kota Baubau berdiri
sendiri sebagai Kota berpisah dari Kabupaten Buton. Kota Baubau berada di pulau
Buton42
dengan tujuh kecamatan, yakni Wolio, Betoambari, Sorawolio, Bungi,
Kokalukuna, Murhum, dan Lealea. Adapun jumlah penduduk Kota Baubau 142.576
orang dengan rumah ibadah masjid 102 buah, Mushalla 30 buah, Gereja Protestan 7
buah, Gereja Katolok 1 buah, Pura 9 buah, dan Wihara 1 buah.43
Kota Baubau yang kita jumpai saat ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan
dan kesultanan Buton masa lalu. Hal ini terkait dengan posisi Kota Baubau yang dulu
dikenal dengan istilah Wolio (cikal bakal kota Baubau) merupakan pusat peradaban
Buton. Beberapa literatur menyebutkan bahwa: 1) Baubau merupakan pusat kerajaan
Buton. 2) Selain itu, catatan lain menyebutkan bahwa sejak tahun 1870-an Baubau
mengalami perkembangan yang sangat pesat, maka tidak mengherankan kalau Belanda
menjadikan Baubau sebagai ibukota afdeeling Oost Celebes atau Sulawesi Timur di
tahun 1911.44
3) Selanjutnya, saat Sulawesi Tenggara pernah menyandang status
sebagai kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara dengan ibukota
di Baubau. Namun berdasarkan Perpu Nomor 2 Tahun 1964 Junto Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1964, Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai daerah otonom dengan
status provinsi dengan ibukota Kendari. Selain itu, 4) Baubau juga pernah menjadi
ibukota kabupaten Buton, 5) sejak 3 November 1981, Baubau ditetapkan sebagai kota
administratif berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 40 tahun 1981, 6) Kota Baubau
sebagai kota otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2001. Sebagai kota
yang memiliki sejarah yang sangat panjang, mulai dari kerajaan/kesultanan Buton,
maka tidak mengherankan bahwa budaya yang mendominasi penduduknya adalah
budaya Buton.
Haroa Maludu di Baubau
Haroa maludu adalah dua kata yang berasal dari bahasa Wolio. Haroa berarti
acara atau peringatan, juga berarti sajian yang disiapkan pada setiap acara ritual,
40
James Danandjaya. 1990. Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Folklor, dalam
Amiruddin (ed) Pengembangan Penelitian kualitatif dalam Bidang Bahasa dan sastra. Malang: YA3, h.
98.
41
Saat penelitian ini diadakan, Provinsi Sulawesi Tenggara memeiliki 12 kabupaten/kota, yaitu:
Konawe, Kolaka, Muna, Buton, Kota Kendari, Kota Baubau, Kolaka Utara, Wakatobi, Konawe Selatan,
Bombana, Konawe Utara, dan Buton Utara.
42
Sejarah Buton Yang Terabaikan Labu Rope Labu Wana. Jakarta: RajaGrapindo Persada, h. 35.
43
Kantor BPS Kota Baubau. 2013. Baubau Dalam Angka Tahun 2013.
44
La Ode Rabbani. 2010. Kota-Kota Pantai di Sulawesi Tenggara. Yogyakarta: Ombak, h. 75.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 26
sedangkan maludu adalah bahasa Wolio yang dikonversi dari bahasa Arab, maulid,
yang berarti kelahiran.
Jadi haroa maludu adalah acara peringatan hari kelahiran nabi Muhammad saw.
Dari kata maludu saja, sudah terjalin hubungan yang begitu erat kedua budaya yakni
lokal (wolio) dan budaya asing (Arab). Hubungan kedua budaya tersebut melahirkan
satu budaya (bahasa) baru, yakni maludu.
Maulid yang dikonversi dan diakomodir menjadi bahasa setempat adalah salah
satu contoh kecil bagaimana budaya lokal dengan Islam saling berbaur dengan
dialektika masing-masing pada setiap daerah. Ini dimaklumi karena sejak awal
perkembangannya, Islam di Baubau telah menerima akomodasi budaya. Karena Islam
sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma aturan tentang kehidupan
dibandingkan dengan agama-agama lain. Bila dilihat kaitan Islam dengan budaya,
paling tidak ada dua hal yang perlu diperjelas: Islam sebagai konsepsi sosial budaya,
dan Islam sebagai realitas budaya.
Islam sebagai konsepsi budaya ini, oleh para ahli sering disebut dengan great
tradition (tradisi besar), sedangkan Islam sebagai realitas budaya disebut dengan little
tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi local) atau juga Islamicate, bidang-
bidang yang ‚Islamik‛, yang dipengaruhi Islam.45
Tradisi besar (Islam) adalah doktrin-
doktrin original Islam yang permanen, atau setidak-tidaknya merupakan interpretasi
yang melekat ketat pada ajaran dasar.
Dalam ruang yang lebih kecil, doktrin ini tercakup dalam konsepsi keimanan dan
syariah-hukum Islam yang menjadi inspirasi pola pikir dan pola bertindak umat Islam.
Tradisi-tradisi ini seringkali juga disebut dengan center (pusat) yang dikontraskan
dengan pinggiran. Tradisi kecil (tradisi local, Islamicate) adalah realm of influence-
kawasan-kawasan yang berada di bawah pengaruh Islam (great tradition). Tradisi local
ini mencakup unsur-unsur yang terkandung di dalam pengertian budaya46
yang
meliputi konsep atau norma, aktivitas serta tindakan manusia, dan berupa karya-karya
yang dihasilkan masyarakat.
Salah satu tindakan manusia dan karya yang dihasilkan masyarakat Baubau,
adalah bagaimana mereka mencintai Nabi-nya dengan cara mengadakan haroa maludu.
Pada haroa maludu tersebut tampak budaya lokal dan budaya asing (Islam) bergumul
dan menghasilkan budaya unik dengan ciri Baubau. Di dalam acara tersebut, selain
membacakan sejarah hidup Nabi, yang tak kalah menarik adalah karena dalam acara
maludu tersebut kadang diiringi musik rebana yand disebut ganda maludu.
Pada acara maludu inilah terjadi proses akulturasi antara Islam dan Budaya lokal
ini kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan
menyerap sambil mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh
45
Azyumardi Azra. 1999. Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam. Jakarta:
Paramadina, h. 13.
46
Koentjaraningrat. 1980. Pokok-Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Penerbitan Universitas, h. 7-8.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 27
kebudayaan asing, sehingga dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak
terdapat di wilayah bangsa yang membawa pengaruh budayanya47
.
Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik antara lain: mampu bertahan
terhadap budaya luar; mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya
luar; mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya asli;
dan memiliki kemampuan mengendalikan dan memberikan arah pada perkembangan
budaya selanjutnya48
.
Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Baubau,
ajaran Islam telah menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks inilah Islam
sebagai agama sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Baubau. Di sisi lain budaya-
budaya lokal yang ada di masyarakat Baubau, tidak otomatis hilang dengan kehadiran
Islam. Budaya-budaya lokal ini sebagian terus dikembangkan dengan mendapat warna-
warna Islam. Perkembangan ini kemudian melahirkan ‚akulturasi budaya‛, antara
budaya lokal dan Islam. Budaya-budaya lokal yang kemudian berakulturasi dengan
Islam tampak dalam semua siklus hidup Masyarakat Baubau. Seperti:
1. Pakandeana ana-ana maelu pada tanggal 10 Muharram
2. Bacana Maludu pada tanggal 12-29/30 Rabiul Awal
3. Nisifu pada tanggal 15 Sya’ban
4. Baana bangu pada tanggal 1 Ramadhan
5. Kunua pada tanggal 17 Ramadhan
6. Kadiri pada tanggal 27 Ramadhan
7. Raraeya Mpuu pada tanggal 1 syawal
8. Raraeya haji pada tanggal 10 Zulhijjah
9. Upacara Posipo (upacara tujuh bulanan)
10. Alana Bulua (pemotongan rambut)
11. Upacara dole-dole
12. Upacara tandaki (khitan bagi anak laki-laki)
13. Upacara Posusu (khitan bagi anak perempuan)
14. Posuo (pingitan)
15. Kawia (perkawinan)
16. Mate (prosesi kematian)49
Banyaknya haroa (acara ritus) bagi masyarakat Baubau memunculkan pameo
bahwa ‚orang Baubua hari-hari haroa‛. Haroa melekat dengan ritual yang
diselenggarakan, sehingga keberadaannya menjadi niscaya, baik dalam upacara ritual
peralihan maupun ritual yang sifatnya tetap. Pada haroa, simbol-simbol agama
47
Hartati Soebadio, “Sastra dan Sejarah”, Jurnal Arkelogi Indonesia, No. 1/Juli, Jakarta: Ikatan
Ahli Arkeologi Indonesia, 1992, “ Pertemuan Ilmiah Arkeologi III-1983, hal.. 1204-1219. Jakarta:
Depdikbud, h. 23.
48
Soerjanto Poespowardojo. 1986. “Pengertian Local Genius dan Relevansinya dalam
Modernisasi, Kepribadian budaya bangsa (local genius), Ayotrohaedi (ed.) Jakarta: Pustaka Jaya, h. 28-
38.
49
Wawancara dengan Maskur (30 tahun) pemerhati budaya Buton, pegawai dinas pariwisata Kota
Baubau, tanggal 20 Juni 2014.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 28
dimanifestaikan dengan serangkaian praktek ritual atau seremonial.50
Bagian dari
perilaku meliputi berbagai upacara dan ritual. Kegiatan atau perbuatan ritual meliputi
pemujaan dan pengagungan, ibadah zikir, menyantap makanan ritual.51
Menyantap
makanan ritual sebagai bagian dari praktek ritual perspektif orang Baubau ada dalam
haroa.
Adapun acara haroa maludu di Baubau diadakan mulai tanggal 12 Rabiul awal
sampai tanggal 29 atau 30 Rabiul Awal, dengan tiga tahapan pelaksanaan, yaitu:
Gorona Puta
Pelaksanaan maludu Gorona Puta adalah pelaksanaan maulid di rumah sultan.
Sultan yang dimaksudkan di sini adalah pemimpin negeri. Pada zaman kesultanan,
maludu selalu diadakan di istana Sultan. Akan tetapi seiring dengan perjalanan waktu,
sultan sudah dihapuskan, maka pelaksanaan maludu Gorona Puta diadakan di rumah
jabatan Walikota Baubau. Adapun waktu pelaksanaannya dimulai jam 00.00 tanggal
12 Rabiul awal. Tidak ada yang boleh mengadakan peringatan maulid sebelum acara
tersebut selesai diadakan oleh Gorano Puta.
Adapun Gorona Puta ini didahului dengan membakar kemenyang dan kemudian
membaca kitab barzanji dengan lahjah Buton, selanjutnya pembacaan asraka (sambil
berdiri), dan ditutup dengan doa. Semua perangkat pemerintah dan perangkat atau
pegawai masjid kesultanan Buton memakai pakaian adat sesuai dengan strata sosial
yang ada pada pundak mereka. Pembacaan kitab barzanji dan acara makan bersama
berakhir menjelang subuh.
Makanan yang disajikanpun pada acara maludu Gorano Puta ini sangat khas. Di
tengah ruangan disiapkan talam besar yang disebut ‘tala maludu’. Tala maludu berisi:
bagian bawah diisi beras mentah, menyusul kalo-kalo (kue kering 15 bentuk),
kemudian Bae mambaka (beras ketan yang diisi 40 butir telur), waje, cucuru, epu-epu,
palu dan dadar, dalam keadaan tertutup yang ditutup lagi dengan kain putih.
Selain tala maludu yang besar tersebut, juga diiringi empat talam dalam ukuran
kecil, yaitu: 1) talam manu kaluku hole (nasu wolio), bahannya dari ayam kampung
yang dimasak dengan santan dan kelapa goreng; 2) talam Ntolu sinanga (telur rebus
yang digoreng dan berair); 3. Talam Aru-aru (berupa kolak pisang atau ubi yang
dimasak dengan santan dan gula merah); dan 4) talam Uwe Maludu (air maulid) dan
disimpan di dalam kendi.
Haroa yang terbuat dari bahan makanan yang merupakan hasil alam mereka,
sekilas adalah sesuatu yang biasa-biasa saja. Makanan itu adalah sekumpulan jajanan
yang setiap saat dijajankan atau dengan mudah diperoleh di pasar-pasar tradisional.
Akan tetapi kua-kue haroa tersebut akan menjadi istimewa sekaligus berubah status
bilamana kue-kue tersebut diletakkan di atas tala maludu pada sebuah acara ritual yang
dilengkapi dengan nyala dan asap dupa, maka seketika kue-kue tradisional tersebut
menjadi sakral dan bermakna.
50
Ibid
51
Erni Budiawati. 200. Islam Sasak: Wetu Telu Versus Wetu Lima. Yogyakarta: LKiS, h. 26.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 29
Haroana Mia Bari
Haroana Mia Bari kadang juga disebut Sangkoniana Lowo. Adapun yang
melaksanakan disini adalah masyarakat umum. Bagi masyarakat Baubau,
memperingati haroa maludu hukumnya sunat muakkad. Tidak lengkap rasanya bila
maulid dilewatkan begitu saja. Tidak ada perbedaan antusias antara si kaya dan si
miskin. Semua masyarakat berupaya untuk memperingati Hari Kelahiran Nabi. Adapun
bagi mereka yang kurang mampu, tidak mendapatkan kemampuan untuk memenuhi isi
talam komplit ---‚Tala Rasulu‛, cukup mengisi Baskom ‚Bhalobu‛---. Seandainya pun
untuk mengisi ‚Bhalobu‛ tidak sanggup, maka untuk menjaga kesinambungan
pelaksanaan Peringatan Maulid, cukup dengan menyediakan air putih diisi dalam satu
tempat khusus sebagai air suci yang akan didoakan oleh sang Imam (Pembaca Utama
Al Barzanji).
Keyakinan seperti ini sudah melekat dan mendarah daging, turun temurun, sejak
zaman Kesultanan hingga saat ini. Menurut keyakinan mereka, maludu sangat
bermanfaat dan diraksakan sebagai hakekat dari kegiatan Maulid dalam rumpun
keluarga itu sendiri.
Bagi keluarga rumah tangga baru, tidak diperkenankan mengadakan haroa
maludu secara pribadi, akan tetapi harus ikut kepada orang tua tiga tahun berturut-
turut dengan cara mengisi ‚Bhalobu‛ yang diikutkan sertakan ke tala Rasulu orang tua
mereka. Setelah keluarga baru tersebut sudah mandiri (membangun rumah sendiri)
barulah mereka mengadakan maludu secara mandiri dengan mengisi tala Rasulu. Bagi
keluarga baru tersebut wajib hukumnya secara adat mengadakan haroa maludu tiga
tahun berturut-turut. Maludu yang diadakan masyarakat ini adalah dengan pembacaan
syarful anam yang diiringi alat musik rebana (ganda maludu).
Maluduana hukumu
Maluduana hukumu adalah peringatan maulid Nabi yang diadakan oleh perangkat
masjid Agung Keraton Buton. Acara ini di adakan di Galampana Lakina Agama
(kediaman perangkat agama). Maluduana hukumu ini dilaksanakan pada tengah malam
tanggal 29 atau 30 hijriyah, dimana tidak ada lagi yang boleh melaksanakan haroa
maludu sesudah itu. Karena memang tujuannya untuk menutup seluruh rangkaian
maulid seraya berdoa kepada Allah swt agar semua keinginan masyarakat dapat
dikabulkan oleh Allah swt, adanya berkah kehidupan tahun berjalan, mendapat
ampunan dan dimurahkan rejeki, mendapat perlindungan kesehatan dan keamanan
tetap tercurah kepada seluruh negeri.52
Pelaksanaan peringatan maulid dengan tiga tingkatan sebagaimana dijelaskan di
atas, mengindikasikan adanya keteraturan, keteladanan, pengayoman, penghormatan
yang tinggi terhadap cara tersebut. Keteraturan tampak dari tiga tingakatan tersebut.
Tidak ada yang berani melaksanakan haroa maludu sebelum pemerintah
melaksanakannya. Pemerintahpun memberikan keteladanan, pemerintah tidak pernah
alpa dalam melaksanakan haroa maludu tersebut. Demikian halnya dengan masyarakat
52
Wawancara dengan Laode Rasyinuddin (tokoh masyarakat, salah seorang khatib masjid Agung
Wolio) tanggal 19 Juni 2014.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 30
umum, mereka sangat antusias melaksanakan haroa maludu sebagai bukti kecintaannya
kepada agamanya. Acara peringatan maludu terakhir dilaksanakan oleh pegawai syara’.
Tidak ada lagi acara peringatan haroa maludu setelah ditutup oleh lakina agama (imam
masjid agung wolio).
Haroa maludu bagi masyarakat Baubau selalu dilakukan setiap tahunnya. Haroa
maludu tersebut merupakan fenomena dan ekspresi atau ungkapan praktek religius
mereka. Dengan demikian, haroa maludu memiliki pertalian dari makna khusus yang
dapat kita sebut sebagai suatu aktivitas yang include dengan aktivitas upacara
religiusitas mereka, yang dalam konteks ritual jelas mengandaikan adanya suatu
hubungan obyek suci secara umum. Suatu obyek, pengalaman, fenomena yang semula
profan menjadi suatu obyek, pengalaman, dan fenomena yang suci berkat penghususan
yang dibuat oleh pelakunya. Berkat hubungan itulah suatu fenomena termuati
kekudusan, mengandung arti religius dan menjadi simbolis.53
Ketiga tingkatan pelaksanaan maulid tersebut di atas, makanan yang disajikan
sama, yakni adanya tala Rasulu dan tala kecil pengiringnya. Isi dari talam yang berisi
berbagai macam kua tersebut dibagi kepada tamu dan tetangga. Ada yang unik dari
penyajian jenis kua tersebut, bila tala Rasulu sebagai inti dari sajian dalam haroa
maludu yang akan dibagi kepada keluarga dekat, maka untuk para tamu disediakan
talam yang disesuaikan dengan strata sosialnya. Strata sosial terlihat dari penutup
talam dan jumlah isi talam tersebut. Penutup bersusun 4 dan berisi 12 biji kue dalam
satu piring untuk Sultan; penutup bersusu 3 dan berisi 10 biji kue dalam satu piring
untuk imam lakina agama; penutup bersusun dua bersisi 8 biji kue dalam satu piring
untuk pejabat distrik; dan penutup bersusun satu dengan 6 biji kue dalam satu
piringnya diperuntukkan untuk masyarakat biasa. Untuk sultan dan lakina agama
baginya diperuntukkan satu talam. Adapun distrik dan masyarakat biasa satu talam
untuk berdua. Namun apabila isi talam tersebut tidak habis dimakan, maka tamu
diharapkan membawa makanan tersebut dengan memasukkannya ke dalam kantong
yang disiapkan tuan rumah yang diselipkan di bawah piring.
Ganda Maludu pada Acara Haroa Maludu di Baubau
Ganda (bahasa Wolio) artinya rebana. Rebana dari segi bahasa (lughawi) berasal
dari kata rabbana-rabbina-rabbuna yang berarti ‚Tuhan kami‛ atau ‚Tuhan Kita‛.
Selain dari segi bahasa, istilah rebana juga diartikan sebagai alat musik dan group
musik. Sebagai alat musik, rebana dimaknai sebagai salah satu jenis alat musik perkusi
(ritmis/non melodis) dalam kelompok membranophone yang membunyikannya
dilakukan dengan cara dipukul. Rebana sebagai group musik, diartikan sebagai
kelompok musik yang melantunkan solawat dan lagu-lagu Islami dengan iringan alat
musik utama rebana. Rebana hampir ada pada semua suku bangsa yang penduduknya
mayoritas beraga Islam, termasuk Kota Baubau. Rebana sebagai musik instrumental
53
M.Alifuddin. 2007. Islam Buton: Interaksi Islam dengan Budaya Lokal. Jakarta: Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama RI, h. 232.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 31
hanya berfungsi sebagai alat pengiring yang tidak pernah berdiri sendiri.54
Rebana ini
pun menjadi mengiring haroa maludu yang dilaksanakan oleh masyarakat umum.
Selain haroa maludu masyarakat umum yang diiringi oleh rebana, di Baubau ada
beberapa ritual yang diiringi oleh rebana, seperti acara pingitan gadis yang disebut
posuo. Ini menggambarkan bagaimana seni Islam bagian dari kebudayaan orang
Baubau.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai yang
dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial,55
sedangkan seni keagamaan Islam
merupakan salah satu unsur dari keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai
yang dimiliki manusia itu, yang berkaitan dengan Kebudayaan umumnya
mengandung tiga aspek penting, yaitu bahwa (1) kebudayaan dialihkan dari satu
generasi ke generasi lainnya dimana dalam hal ini kebudayaan dipandang sebagai suatu
warisan atau tradisi sosial, (2) kebudayaan dipelajari, bukan dialihkan dari keadaan
jasmani manusia yang bersifat genetik, (3) kebudayaan dihayati dan dimiliki bersama
oleh para warga masyarakat pendukungnya.
Ada tiga macam fungsi dan peran kebudayaan dalam kehidupan sosial:
1).Kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat. Kebudayaan
diasumsikan mempunyai kekuatan yang menghubungkan orang dengan kelompok,
komunitas atau masyarakat tempat afiliasinya, yang kemudian membedakannya
dengan kelompok,komunitas atau masyarakat lain; 2).Kebudayaan sebagai ekspresi
kehidupan sosial. Dalam konteks ini, kebudayaan bisa berupa kesenian yang di
dalamnya terdapat karya kreatif yang indah para seniman dalam bentuk lukisan, ukiran,
tari gubahan lagu dan sebagainya; dan 3).Kebudayaan berfungsi sebagai sarana
pemaknaan. Dalam konteks ini kebudayaan tidak ditempatkan semata-mata hanya
sebagai ciri atau identitas kelompok, komunitas dan masyarakat. Tetapi pelbagai
bentuk nilai, norma, keyakinan, ritual dan ketentuan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat diyakini tidak muncul mendadak atau terjadi secara tiba-tiba, tetapi
berlilit-lilit dengan sejumlah hal yang saling bertautan yang diliputi oleh beragam
makna.
Kebudayaan Islam mencakup banyak unsur, salah satunya seni. Seni secara
umum adalah segala sesuatu (karya kreatif) hasil ungkapan akal dan budi manusia
dengan segala prosesnya. Seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil
ekspresi jiwa tersebut dapat berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. The
Liang Gie56
mendefinisikan pengertian seni sebagai kegiatan manusia, yakni kegiatan
menciptakan sesuatu karya apapun yang mengandung keindahan. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Leo Tolstoy, ‚art is human activity, consisting in this that one man
consciously, by means of certain external signs, hands on to others feelings he has lived
54
A.Azis Nun, dkk. 1979. Naskah dan Penuntun Tentang Kesenian Daerah Sulawesi Tenggara
dan Pementasan Kesenian dan Duta Seni. Kendari: Poyek Pusat Pengembangan Kebudayaan Sulawesi
Tenggara, h. 3.
55
Tjetjep Rohendi Rohidi. 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI
Bandung, h. 6
56
The Liang Gie. 1996. Filsafat Seni, Sebuah Pengantar. Yogyakarta: PUBIB, h. 60
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 32
throught, and that other people are infected by these feelings and also experience
them.‚ (seni adalah suatu kegiatan manusia, terdiri atas seorang yang secara sadar
dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu, menyampaikan perasaan-perasaan
yang telah dihayati oleh orang-orang lain sehingga mereka tertular oleh perasaan-
perasaan ini dan juga mengalaminya).
Apa yang diutarakan oleh The Liang Gie di atas, juga terjadi di Baubau. Dalam
seni rebana yang ditabuh sebagai mengiring syair berisi berbagai macam perasaan sang
penutur. Syair-syair tersebut berisi berbagai perasaan, bisa perasaan bahagia, duka,
sanjungan, pujian, doa dan lain sebagainya. Syair dalam bahasa Wolio disebut kabanti.
Adapun kabanti yang dibaca dalam seni rebana maludu adalah syarful anam yang
dibaca dengan sangat lambat. Ada dua puluh judul syair yang harus ditamatkan dengan
72 macam lagu. Adapun ke-20, yaitu:
1.Assala, 11.Anabi
2.Khairuma, 12.Falaku
3.Bissahari, 13 Taala malinahu
4.Tanaka 14.Fatruku Fazatihali
5.Wulida 15.Man mislu-a
6.Hasalalka 16.Ya maulida
7.Alhamdu 17.Salal ila
8.Badatilana 18.Fi hubbi
9.Asraka 19.Fi Rujuba
10.Fi maani 20. Ilahi addini57
Kedua puluh syair syarful anam tersebut dibaca pada saat haroa maludu dan
posuo (pingitan). Haroa maludu hanya dilaksanakan pada bulan rabiul awal (yakni
tanggal 12 sampai tanggal 29 atau 30), sementara posuo dilaksanakan tergantung
kepada masyarakat yang punya hajatan, tidak terikat oleh waktu. Adapun pelaksanaan
haroa maludu maupun posuo dimulai setelah shalat Isya sampai sekitar jam 10 pagi
hari. Bagi para pemain, bulan maulid menjadi menjadi berkah tersendiri, seperti yang
diutarakan Waode Asma (72 Tahun):
Kalau sudah bulan maulid banyak sekali undangan, tidak ada istirahat itu kalau
sudah tanggal 12 rabiul awal, banyak yang sudah memesan jauh hari sebelumnya,
kadang tidak ada waktu yang tidak ada undangan. Saya juga tidak tahu kenapa kita
itu tidak capek, padahal kalau dipikir mulai Isya sampai jam 10, kita hanya
istirahat sore hari, kita lanjut terus, barangkali karena kita ibadah, menyanjung
Nabi kita, kita hanya parau suara. Ada juga enaknya, kita dibayar oleh yang punya
hajat, kita juga dijamin.
Apa yang diutarakan oleh Waode Asma di atas, tampak adanya keikhlasan dari
para pelaku pemain rebana pada haroa maludu. Mereka tidak merasakan capek walau
mereka memukul rebana dengan melagukan syair syarful anam mulai setelah shalat
57
Wawancara dengan Waode Asma (72 Tahun), pelaku seni rebana, tanggal 15 Juni 2014.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 33
Isya sampai jam sepuluh pagi. Mereka menikmati pekerjaan mereka. Selain mereka
sebagai jalan beribadah, mereka juga dapat materi dari segi ekonomi.
Pemain rebana pada haroa maludu mulai dari empat orang sampai 12 orang,
tergantung order yang punya hajatan. Semakin banyak pemain yang diundang semakin
banyak pula bayaran yang harus dikeluarkan oleh sang pengundang. Tarif atau bayaran
pemain perorang tergantung pada jauh dekatnya lokasi acara, selain itu tergantung
juga pada hubungan kekerabatan antara pemain dengan mereka yang punya hajatan.
Tarif bayaran sekitar Rp 300.000,- sampai Rp 500.000,- perorang. Para pemain
kadang dijemput, kadang juga datang sendiri, tergantung kesepakatan saat akad.
Melihat pendapatan para pemain yang tersebut di atas, memang haroa maludu
mendatangkan berkah tersendiri, kalau haroa maludu dimulai tanggal 12-29/30 Rabiul
awal, berarti mereka punya kesempatan manggung sekitar 17 kali. Penghasilan mereka
minimal 17 x Rp 300.000,- = Rp 5.100.000,- selama bulan maulid. Namun penghasilan
tersebut belum mampu memotivasi generasi muda khususnya untuk berlatih dan
bergabung sebagai pemain rebana haroa maludu tersebut. Terbukti hanya ada empat
kelompok saat ini yang bertahan di Kota Baubau, itu pun pada umumnya ibu-ibu yang
sudah tua. Hanya ada satu kelompok yang dibina anak muda yang bernama Asiri (21
tahun). Asiri menuturkan:
Saya tidak tau pak kenapa orang sekarang tidak banyak yang mau belajar rebana,
saya itu belajar dari kakek dan bapak saya. Hanya saya sendiri laki-laki sekarang
yang mau belajar rebana ini. Padahal dulu banyak laki-laki, barangkali mereka
malu. Sekarang saya juga melatih rebana ini, semuanya perempuan yang saya latih
tidak ada laki-laki. Kalau begini terus bisa punah budaya kita ini.58
Keprihatinan Asiri tersebut adalah wajar, karena bila melihat sejarah dan
berdasar pengalaman kakek dan orang tuanya, rebana maludu bukan hanya dimainkan
oleh perempuan, namun juga dimainkan oleh laki-laki. Akan tetapi sekarang hanya dia
sendiri yang bisa main rebana dan diundang oleh yang punya hajatan. Namun tekadnya
untuk mengembangkan seni rebana di Baubau tak pernah pupus, ia tidak malu untuk
bermain rebana dan melatih bagi mereka yang mau belajar.
PENUTUP
Pelaksanaan haroa maludu di Baubau terbagi atas tiga tahapan, yaitu: 1) Gorona
puta yang dilaksanakan oleh Sultan atau Walikota (pemimpin), dilaksanakan jam 00.00
tanggal 12 Rabiul Awal, Gorano Puta diawali dengan pembakaran kemenyang
dilanjutkan dengan pembacaan barzanji dialek Buton; 2) Haroana mia bari, yakni
perayaan maulid yang dilaksanakan oleh masyarakat umum, pada acara ini yang dibaca
adalah syarful anam diiringi ganda maludu (rebana maulid) yang dilaksanakan setelah
shalat Isya sampai jam 10 pagi; dan 3) maluduana hukumu yang dilaksanakan oleh
imam masjid Wolio, pelaksanaan ini merupakan penutup dari semua peringatan
58
Wawancara dengan Asiri (21 Tahun) pelatih dan pelaku seni ganda maludu, wawancara di
kediamannya kelurahan Melai tanggal 17 Juni 2014.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 34
maulid, adapun pelaksanaannya jam 00.00 tanggal 29 atau 30 Rabiul awal, ritualnya
sama dengan Gorona puta.
Adapun pelaksanaan ganda maludu (rebana maulid) hanya dilaksanakan oleh
masyarakat umum. Rebana maulid dengan pembacaan syair syarful anam selain pada
perayaan maulid (tanggal 12 sampai 29/30 Rabiul awal), seni ganda (rebana) ini juga
dilaksanakan pada acara posuo (pingitan) tanpa mengenal hari dan bulan. Pelaku seni
ganda maludu saat ini hanya ada empat kelompok di Baubau.
DAFTAR PUSTAKA
AAlquran dan terjemahnya Kementerian Agama RI
Alhadza, Abdullah, dkk. 2009. Sejarah Penyebaran Islam di Sulawesi Tenggara.
Kendari: Universitas Muhammadiyah Kendari.
Azra, Azyumardi. 1999. Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam. Jakarta:
Paramadina.
Budiawati, Erni. 200. Islam Sasak: Wetu Telu Versus Wetu Lima. Yogyakarta: LKiS.
Danandjaya, James. 1990. Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Folklor,
dalam Amiruddin (ed) Pengembangan Penelitian kualitatif dalam Bidang Bahasa
dan sastra. Malang: YA3.
Fazlurrahman. 1986. Islam. New York: Holt Reinhart Winston.
Gie, The Liang. 1996. Filsafat Seni, Sebuah Pengantar. Yogyakarta: PUBIB,
Kantor BPS Kota Baubau. 2013. Baubau Dalam Angka Tahun 2013.
Koentjaraningrat. 1980. Pokok-Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Penerbitan
Universitas.
M. Alifuddin. 2007. Islam Buton: Interaksi Islam dengan Budaya Lokal. Jakarta: Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
Nun, A.Azis, dkk. 1979. Naskah dan Penuntun Tentang Kesenian Daerah Sulawesi
Tenggara dan Pementasan Kesenian dan Duta Seni. Kendari: Poyek Pusat
Pengembangan Kebudayaan Sulawesi Tenggara.
Poespowardojo, Soerjanto. 1986. ‚Pengertian Local Genius dan Relevansinya dalam
Modernisasi, Kepribadian budaya bangsa (local genius), Ayotrohaedi (ed.)
Jakarta: Pustaka Jaya.
Rabbani, La Ode. 2010. Kota-Kota Pantai di Sulawesi Tenggara. Yogyakarta: Ombak.
Rahman, Ruslan. 2005. Parabela di Buton: Suatu Analisis Antropologi Politik.
Makassar: Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin (disertasi belum terbit).
Rahmawati, dkk. 2011. Inventarisasi Sastra Daerah Sulawesi Tenggara. Kendari:
Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 35
Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung:
STSI Bandung.
Schroorl, Pim . 1994. Ideologi and Change in Early State of Buton dalam G.J. Schute
(ed) Istate and Trade in The Indonesian Archipelago, Leiden
Soebadio, Hartati. 1992. ‚Sastra dan Sejarah‛, Jurnal Arkelogi Indonesia, No. 1/Juli,
Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, 1992, ‚ Pertemuan Ilmiah Arkeologi
III-1983, hal. 1204-1219. Jakarta: Depdikbud.
Suhri, Susanto. 2010. Sejarah Buton Yang Terabaikan Labu Rope Labu Wana. Jakarta:
RajaGrapindo Persada.
Supriyanto, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara. Kendari:
Kerjasama Kantor Wilayah Departemen Agama Prov. Sulawesi Tenggara dengan
Universitas Muhammadiyah Kendari.
Yunus, Rahim. 1995. Posisi Tasawuf Dalam Sistem Kekuasaan di Kesultanan Buton
Pada Abad ke-19. Jakarta: INIS.
136
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 36
UCAPAN TERIMA KASIH
Vol.4 No.2 Desember 2014
Redaksi Jurnal Studi Islam mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan
setinggi-tingginya kepada penyunting ahli (mitra bestari) yang telah bekerjasama
dalam menyunting artikel-artikel dalam Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon:
Prof. Dr. M. Amin Abdullah
Guru Besar Filsafat Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta
Prof. Dr. Sayyid Agil Husein Al-Munawar, M.A.
Guru Besar Tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr. H. Supiana, M.A.
Guru Besar Pendidikan Islam Universitas Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung
Prof. Dr. Natsir Mahmud, M.A.
Guru Besar Filsafat Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 37
PERSYARATAN NASKAH JURNAL STUDI ISLAM
A. Sifat dan Substansi
1. Tulisan berupa hasil penelitian, artikel ilmiyah, ringkasan atau elaborasi tesis dan
disertasi, book review, dan terjemahan dari bahasa asing ke bahasa Indonesia.
2. Wacana yang dikembangkan dalam tulisan ini, tampak aktual, menarik, dan
mendalam yang berkaitan dengan Islamic studys yang dilihat dari berbagai
macam perspektif. Tulisan yang diajukan dapat berupaka kajian tokoh.
B. Bahasa dan Teknik Penulisan
1. Tulisan dapat diekspresikan dalam bahasa Arab, Inggris dan Indonesia.
2. Panjang Tulisan berkiran 7500-8000 kata atau sekitar 15-20 halaman kwarto(A4)
tidak termasuk abstrak dan biodata singkat, dengan spasi 1,5 ditulis dengan Times
New Roman dan Tradisional Arabic berukuran 14 untuk bahasa Arab. Sedangkan
ukuran untuk yang bahasa Indonesia dan bahasa Inggris fonts 12.
3. Sistem pengutipan harus dibuat dengan menyebutkan sumbernya secara lengkap
dan ditulis dengan body text.
4. Daftar pustaka harus disertakan di akhir tulisan dan disusun secara alfabetis.
5. Penulisan hendaknya memperhatikan konsistensi pengguaan transliterasi dan
ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
6. Untuk memudahkan pembaca dan penulis abstrak tulisan 200-250 kata atau 1.5
halaman dan biodata singkat penulis.
7. Tulisan yang dimasukkan di jurnal studi Islam dalam bentuk print out disertasi file
softdisk.
C. Sistematika Penulisan
1. Judul, Nama, Tepat Tugas, email
2. Kata kunci
3. Abstrak
4. Pendahuluan
5. Pembahasan
6. Penutup
7. Daftar Pustaka
D. Lain-Lain
1. Tulisan tidak mencerminkan pendapat redaksi (penyunting)
2. Naskah yang dibuat diberi insentif
3. Naskah yang telah diserahkan menjadi milik penyunting.
4. Artikel yang dikirim disertakan copynya dalam disket yang terformat MS
Word (RTF).
Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 38
Catatan Detail Jurnal:
1. Cover ukuran 29 X21 Ful Color
2. Jumlah halaman 145
3. Jumlah Cetakan 100 Buku

More Related Content

What's hot

Pancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa IndonesiaPancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia
bellamiaariella3
 
Ipi2.rtf
Ipi2.rtfIpi2.rtf
Ipi2.rtf
iwan Alit
 
Sejarah pendidikan islam 8
Sejarah pendidikan islam 8Sejarah pendidikan islam 8
Sejarah pendidikan islam 8
trisvo
 
Pengantar pemikiran pendidikan islam
Pengantar pemikiran pendidikan islamPengantar pemikiran pendidikan islam
Pengantar pemikiran pendidikan islamYusuf Hasyim Addakhil
 
Kebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islamKebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islam
NUR DIANA
 
Kurikulum pai di tiap jenjang madrasah
Kurikulum pai di tiap jenjang madrasahKurikulum pai di tiap jenjang madrasah
Kurikulum pai di tiap jenjang madrasahaiieriie
 
Landasan pendidikan
Landasan pendidikanLandasan pendidikan
Landasan pendidikan
Riyadusshalihin
 
TI resume jurnal
TI resume jurnalTI resume jurnal
TI resume jurnal
Khusnul Ichfaridafganisme
 
Urgensi dan Peranan Pendidikan Islam
Urgensi dan Peranan Pendidikan IslamUrgensi dan Peranan Pendidikan Islam
Urgensi dan Peranan Pendidikan Islam
Lusiana Diyan
 
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan IslamIlmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam
ridwan muhamad saputra
 
Sumber Dasar Pendidikan Islam
Sumber Dasar Pendidikan IslamSumber Dasar Pendidikan Islam
Sumber Dasar Pendidikan Islam
Ameilya P P
 
Ilmu pendidikan islam
Ilmu pendidikan islamIlmu pendidikan islam
Ilmu pendidikan islam
Wati Rahmawati
 
Kuliah 2 Komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatif
Kuliah 2 Komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatifKuliah 2 Komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatif
Kuliah 2 Komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatif
Fara Omar
 
Contoh assignment pai jad
Contoh assignment pai jadContoh assignment pai jad
Contoh assignment pai jad
Silent Artist
 
Pancasila dalam pembangunan polteksosbud
Pancasila dalam pembangunan polteksosbudPancasila dalam pembangunan polteksosbud
Pancasila dalam pembangunan polteksosbud
Fajar Jabrik
 
Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam
Tokoh-Tokoh Pendidikan IslamTokoh-Tokoh Pendidikan Islam
Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam
Levina Lme
 
Peranan Falsafah Islam dalam Mendepani Cabaran Globalisasi
Peranan Falsafah Islam dalam Mendepani Cabaran GlobalisasiPeranan Falsafah Islam dalam Mendepani Cabaran Globalisasi
Peranan Falsafah Islam dalam Mendepani Cabaran Globalisasi
KOSPATI UKM
 
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAMDASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
Muhammad Wisnu D R
 
Pembangunan karakter bangsa
Pembangunan karakter bangsaPembangunan karakter bangsa
Pembangunan karakter bangsa
Muslimin B. Putra
 

What's hot (20)

Pemikiran Pendidikan Islam
Pemikiran Pendidikan IslamPemikiran Pendidikan Islam
Pemikiran Pendidikan Islam
 
Pancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa IndonesiaPancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai Pembangun, Pembentukan Karakter Bangsa Indonesia
 
Ipi2.rtf
Ipi2.rtfIpi2.rtf
Ipi2.rtf
 
Sejarah pendidikan islam 8
Sejarah pendidikan islam 8Sejarah pendidikan islam 8
Sejarah pendidikan islam 8
 
Pengantar pemikiran pendidikan islam
Pengantar pemikiran pendidikan islamPengantar pemikiran pendidikan islam
Pengantar pemikiran pendidikan islam
 
Kebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islamKebudayaan dalam islam
Kebudayaan dalam islam
 
Kurikulum pai di tiap jenjang madrasah
Kurikulum pai di tiap jenjang madrasahKurikulum pai di tiap jenjang madrasah
Kurikulum pai di tiap jenjang madrasah
 
Landasan pendidikan
Landasan pendidikanLandasan pendidikan
Landasan pendidikan
 
TI resume jurnal
TI resume jurnalTI resume jurnal
TI resume jurnal
 
Urgensi dan Peranan Pendidikan Islam
Urgensi dan Peranan Pendidikan IslamUrgensi dan Peranan Pendidikan Islam
Urgensi dan Peranan Pendidikan Islam
 
Ilmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan IslamIlmu Pendidikan Islam
Ilmu Pendidikan Islam
 
Sumber Dasar Pendidikan Islam
Sumber Dasar Pendidikan IslamSumber Dasar Pendidikan Islam
Sumber Dasar Pendidikan Islam
 
Ilmu pendidikan islam
Ilmu pendidikan islamIlmu pendidikan islam
Ilmu pendidikan islam
 
Kuliah 2 Komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatif
Kuliah 2 Komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatifKuliah 2 Komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatif
Kuliah 2 Komunikasi Islam sebagai komunikasi alternatif
 
Contoh assignment pai jad
Contoh assignment pai jadContoh assignment pai jad
Contoh assignment pai jad
 
Pancasila dalam pembangunan polteksosbud
Pancasila dalam pembangunan polteksosbudPancasila dalam pembangunan polteksosbud
Pancasila dalam pembangunan polteksosbud
 
Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam
Tokoh-Tokoh Pendidikan IslamTokoh-Tokoh Pendidikan Islam
Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam
 
Peranan Falsafah Islam dalam Mendepani Cabaran Globalisasi
Peranan Falsafah Islam dalam Mendepani Cabaran GlobalisasiPeranan Falsafah Islam dalam Mendepani Cabaran Globalisasi
Peranan Falsafah Islam dalam Mendepani Cabaran Globalisasi
 
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAMDASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN ISLAM
 
Pembangunan karakter bangsa
Pembangunan karakter bangsaPembangunan karakter bangsa
Pembangunan karakter bangsa
 

Viewers also liked

ambon Syarifudin,teknologi informasi
ambon Syarifudin,teknologi informasiambon Syarifudin,teknologi informasi
ambon Syarifudin,teknologi informasiSyarifudin Amq
 
ambon Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
ambon Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuambon Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
ambon Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin Amq
 
SD-MI kelas04 ips tantya winardi
SD-MI kelas04 ips tantya winardiSD-MI kelas04 ips tantya winardi
SD-MI kelas04 ips tantya winardisekolah maya
 
SD-MI kelas03 ips sunarso anis
SD-MI kelas03 ips sunarso anisSD-MI kelas03 ips sunarso anis
SD-MI kelas03 ips sunarso anissekolah maya
 

Viewers also liked (6)

ambon Syarifudin,teknologi informasi
ambon Syarifudin,teknologi informasiambon Syarifudin,teknologi informasi
ambon Syarifudin,teknologi informasi
 
ambon Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
ambon Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuambon Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
ambon Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
 
Kebudayaan islam
Kebudayaan islamKebudayaan islam
Kebudayaan islam
 
Sd 5 ips
Sd 5 ipsSd 5 ips
Sd 5 ips
 
SD-MI kelas04 ips tantya winardi
SD-MI kelas04 ips tantya winardiSD-MI kelas04 ips tantya winardi
SD-MI kelas04 ips tantya winardi
 
SD-MI kelas03 ips sunarso anis
SD-MI kelas03 ips sunarso anisSD-MI kelas03 ips sunarso anis
SD-MI kelas03 ips sunarso anis
 

Similar to Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon

Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin Amq
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin Amq
 
KELOMPOK 10.pptx
KELOMPOK 10.pptxKELOMPOK 10.pptx
KELOMPOK 10.pptx
OktaVia80
 
Dinamika Ilmu Sebagai Warisan Intelektual Ummah
Dinamika Ilmu Sebagai Warisan Intelektual Ummah   Dinamika Ilmu Sebagai Warisan Intelektual Ummah
Dinamika Ilmu Sebagai Warisan Intelektual Ummah
Fazril Saleh
 
Pendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docx
Pendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docxPendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docx
Pendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docx
AINUR ROFIQ97
 
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEBUDAYAAN ISLAM DAN MASYARAKAT MELAYU.pptx
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEBUDAYAAN ISLAM DAN MASYARAKAT MELAYU.pptxPENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEBUDAYAAN ISLAM DAN MASYARAKAT MELAYU.pptx
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEBUDAYAAN ISLAM DAN MASYARAKAT MELAYU.pptx
misriyadi1
 
327226832.pdf
327226832.pdf327226832.pdf
327226832.pdf
azizsriwijaya
 
Paradigma Alquran
Paradigma AlquranParadigma Alquran
Paradigma Alquran
NevandraFp1
 
Modernisasi Agama tugas bu Nurul.pptx
Modernisasi Agama tugas bu Nurul.pptxModernisasi Agama tugas bu Nurul.pptx
Modernisasi Agama tugas bu Nurul.pptx
ZaidaturR
 
islam dan akulturasi budaya
islam dan akulturasi budayaislam dan akulturasi budaya
islam dan akulturasi budaya
udinasep
 
Pendekatan Studi Islam
Pendekatan Studi Islam Pendekatan Studi Islam
Pendekatan Studi Islam
LBB. Mr. Q
 
mboh ski
mboh skimboh ski
mboh ski
AabBlackcanes
 
Agama dan Kebudayaan
Agama dan KebudayaanAgama dan Kebudayaan
Agama dan Kebudayaan
Jafar Sodiq
 
Sejarah Pendidikan Islam.pdf
Sejarah Pendidikan Islam.pdfSejarah Pendidikan Islam.pdf
Sejarah Pendidikan Islam.pdf
Zukét Printing
 
Sejarah Pendidikan Islam.docx
Sejarah Pendidikan Islam.docxSejarah Pendidikan Islam.docx
Sejarah Pendidikan Islam.docx
Zukét Printing
 
RAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASAN
RAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASANRAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASAN
RAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASAN
Episteme IAIN Tulungagung
 
01 pengajian ketamadunan
01 pengajian ketamadunan01 pengajian ketamadunan
01 pengajian ketamadunanAdzmir Nasir
 
Peranan tamadun melayu terhadap pembinaan
Peranan tamadun melayu terhadap pembinaanPeranan tamadun melayu terhadap pembinaan
Peranan tamadun melayu terhadap pembinaanpijot_hafizahassan
 
Kedatangan islam dan pembudayaan alam melayu
Kedatangan islam dan pembudayaan alam melayuKedatangan islam dan pembudayaan alam melayu
Kedatangan islam dan pembudayaan alam melayuskst2
 

Similar to Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon (20)

Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam malukuSyarifudin, mozaik peradaban islam maluku
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku
 
KELOMPOK 10.pptx
KELOMPOK 10.pptxKELOMPOK 10.pptx
KELOMPOK 10.pptx
 
Dinamika Ilmu Sebagai Warisan Intelektual Ummah
Dinamika Ilmu Sebagai Warisan Intelektual Ummah   Dinamika Ilmu Sebagai Warisan Intelektual Ummah
Dinamika Ilmu Sebagai Warisan Intelektual Ummah
 
Pendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docx
Pendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docxPendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docx
Pendidikan Islam Multikultural dan karakter bangsa indonesia.docx
 
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEBUDAYAAN ISLAM DAN MASYARAKAT MELAYU.pptx
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEBUDAYAAN ISLAM DAN MASYARAKAT MELAYU.pptxPENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEBUDAYAAN ISLAM DAN MASYARAKAT MELAYU.pptx
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KEBUDAYAAN ISLAM DAN MASYARAKAT MELAYU.pptx
 
327226832.pdf
327226832.pdf327226832.pdf
327226832.pdf
 
Paradigma Alquran
Paradigma AlquranParadigma Alquran
Paradigma Alquran
 
Modernisasi Agama tugas bu Nurul.pptx
Modernisasi Agama tugas bu Nurul.pptxModernisasi Agama tugas bu Nurul.pptx
Modernisasi Agama tugas bu Nurul.pptx
 
islam dan akulturasi budaya
islam dan akulturasi budayaislam dan akulturasi budaya
islam dan akulturasi budaya
 
Pendekatan Studi Islam
Pendekatan Studi Islam Pendekatan Studi Islam
Pendekatan Studi Islam
 
mboh ski
mboh skimboh ski
mboh ski
 
Agama dan Kebudayaan
Agama dan KebudayaanAgama dan Kebudayaan
Agama dan Kebudayaan
 
Sejarah Pendidikan Islam.pdf
Sejarah Pendidikan Islam.pdfSejarah Pendidikan Islam.pdf
Sejarah Pendidikan Islam.pdf
 
Sejarah Pendidikan Islam.docx
Sejarah Pendidikan Islam.docxSejarah Pendidikan Islam.docx
Sejarah Pendidikan Islam.docx
 
Kebudayaan islam
Kebudayaan islamKebudayaan islam
Kebudayaan islam
 
RAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASAN
RAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASANRAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASAN
RAGAM IDENTITAS ISLAM DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF KAWASAN
 
01 pengajian ketamadunan
01 pengajian ketamadunan01 pengajian ketamadunan
01 pengajian ketamadunan
 
Peranan tamadun melayu terhadap pembinaan
Peranan tamadun melayu terhadap pembinaanPeranan tamadun melayu terhadap pembinaan
Peranan tamadun melayu terhadap pembinaan
 
Kedatangan islam dan pembudayaan alam melayu
Kedatangan islam dan pembudayaan alam melayuKedatangan islam dan pembudayaan alam melayu
Kedatangan islam dan pembudayaan alam melayu
 

More from Syarifudin Amq

Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015Syarifudin Amq
 
Syarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin Amq
 
Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin Amq
 
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin Amq
 
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin Amq
 
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin Amq
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin Amq
 
Syarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin Amq
 
Syarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin Amq
 
Syarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin Amq
 
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin Amq
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin Amq
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin Amq
 
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin Amq
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)Syarifudin Amq
 

More from Syarifudin Amq (20)

Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015Syarifudin, Kurikulum Puasa  2015
Syarifudin, Kurikulum Puasa 2015
 
Syarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasiSyarifudin, teknologi komunikasi
Syarifudin, teknologi komunikasi
 
Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.Syarifudin, sejarah rasul.
Syarifudin, sejarah rasul.
 
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusiaSyarifudin, rumah pertobatan manusia
Syarifudin, rumah pertobatan manusia
 
Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013Syarifudin, qasidah 2013
Syarifudin, qasidah 2013
 
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijaliSyarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
Syarifudin, proposal pergerakan dakwah imam rijali
 
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalisSyarifudin, profesionalisne jurnalis
Syarifudin, profesionalisne jurnalis
 
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di malukuSyarifudin, problematika dakwah di maluku
Syarifudin, problematika dakwah di maluku
 
Syarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain coverSyarifudin, praktek desain cover
Syarifudin, praktek desain cover
 
Syarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwahSyarifudin, praktek dakwah
Syarifudin, praktek dakwah
 
Syarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan mediaSyarifudin, perencanaan media
Syarifudin, perencanaan media
 
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
Syarifudin, peradaban islam maluku 2014
 
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014Syarifudin, pemberdayaan  wakaf produktif, 3 mei 2014
Syarifudin, pemberdayaan wakaf produktif, 3 mei 2014
 
Syarifudin,zakat
Syarifudin,zakatSyarifudin,zakat
Syarifudin,zakat
 
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docxSyarifudin, paradigma ilmu.docx
Syarifudin, paradigma ilmu.docx
 
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswaSyarifudin, panduan praktikum mahasiswa
Syarifudin, panduan praktikum mahasiswa
 
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
Syarifudin, outline dakwah dan komunikasi 2012
 
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)
Syarifudin, mozaik peradaban islam maluku (2)
 

Recently uploaded

NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
astridamalia20
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
Rismawati408268
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
jaya35ml2
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
adelsimanjuntak
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 

Recently uploaded (20)

NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptxSOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
SOSIALISASI PPDB TAHUN AJARAN 2024-2025.pptx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdfEVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
EVIDENCE BASED DALAM PELAYANAN KB DAN KONTRASEPSI.pdf
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptxAKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
AKSI NYATA TAHAP PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK JENJANG SD USIA 6-12 TAHUN.pptx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 

Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon

  • 1. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 1
  • 2. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 2
  • 3. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 3 PENGANTAR PENYUNTING Jurnal Studi Islam dalam aspek kajiannya selalu menarik untuk dikaji karena ia berkaitan dengan aspek ketuhanan, kemanusiaan, dan alam semesta sebagai objek yang dimaknai, dijelaskan, dan dibahasakan melalui perspektif keilmuan yang dibingkai oleh perspektif multikultural sebagai spirit dari visi dan misi IAIN Ambon. Saat ini laju perkembangan pendidikan seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, budaya, sebagai tren keilmuan. Berkaitan dengan kajian tersebut Idham meneliti Pergumulan Budaya Lokal Dengan Islam di Baubau ia menemukan bahwa budaya lokal Indonesia termasuk budaya yang sangat terbuka terhadap budaya luar. Prosesi integrasi budaya luar yang datang dengan budaya setempat, terdapat kompromi budaya lokal dengan budaya pendatang. Untuk menjaga kesucian sistem budaya tersebut maka tawaran Asni Nurdin dalam hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa arah pengembangan kajian hukum Islam di Indonesia disesuaikan dengan prinsip-prinsip pokok hukum Islam seperti tauhid, persamaan, keadilan, rahmah yang bersifat inklusif-humanis. Sifat ingklusifisme ini tampak dalam temuan Syarifudin bahwa nilai-nilai ritual budaya di maluku yang tampak dalam ritual pukul sebagai pesan simbolik efek sosial dalam menggerakkan masyarakat di Maluku. Inilah gagasan pendidikan multikultural Imam Rijali sebagai model percontohan pendidikan multikultural yang berwawasan Pembelajaran yang humanis. Pendidikan multikultural humanis ini menurut Gusti Ketut Abdul Kahar menemukan bahwa media penunjang dalam proses pembelajaran yang membutuhkan peningkatan mutu ICT yang handal meningkatkan inisiasi, inovatif, dan kreativitas peserta didik yang progresif melalui kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual ini juga ditemukan dalam kajian Duriana mengungkapkan bahwa keruhanian yang diajarkan dalam dunia tasawuf sebagai pembentuk kesadaran untuk melahirkan kesalehan individual dan kesalehan sosial dalam mencegah perbuatan negatif. Dalam mencegah harmonisasi itu Subair Abdullah juga menemukan bahwa kesadaran multikultural, pluralisme budaya niscaya dapat bersemai dalam corak kehidupan masyarakat yang harmonis. Hal ini direkomendasikan Muhaemin dalam
  • 4. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 4 temuan risetnya bahwa pendidikan Islam sebagai pola yang berfungsi sebagai pembentukan kepribadian mutmainnah. Inilah yang disebut Ach. Zayadi dalam kajiannya konsep pendidikan yang berbasis kemanusiaan dengan merujuk pada membangun karakter Islami untuk mencerahkan dan memperbaiki kualitas Guru, Materi ajar sesuai kebutuhan publik. Ketika pemikiran ini diterapkan maka hasil temuan Suleman tentang diskriminasi profesi jurnalis, karena profesi jurnalis dianggap oleh sebagian laki-laki. Lingkungan budaya dapat diminimalisasi dengan pencerdasan karakter menerima perbedaan sebagai kekuatan untuk menciptakan kondisi humanis dan ingklusif sesuai dengan temuan Hayati Nufus bahwa pendidikan sebagai fasilitas dan karunia Allah swt untuk menata kecerdasan intelektual, emosi, dan spiritual yang perluditradisikan dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ambon, 17 Desember 2014 Penyunting.
  • 5. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 5
  • 6. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 6 WAWASAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL IMAM RIJALI DALAM PERSPEKTIF DAKWAH Oleh: Syarifudin Dosen Fakultas Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon email: syarifiainambon99@gmail.com Kata Kunci: Pendidikan, Multikultural, Imam Rijali, Pembelajaran. ABSTRAK; Penelitian ini berkaitan dengan Tokoh dan ulama Maluku yang menyebarkan Islam pada tahun 1539. Penelitian ini bercorak kualitatif, menggunakan artefak sebagai sumber data yang dipotret dengan Perspektif Dakwah. Kajian ini menemukan bahwa seorang guru yang dapat mengajarkan pendidikan multikultural ketika guru memiliki kompetensi AISYATEK (Kecerdasan Aqidah, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Syari’ah, Kecerdasan Akhlaq, Kecerdasan Entrepreneurship dan Kecerdasan Teknologi. Kompetensi ini temua disertasi Syarifudin yang biasanya digunakan dalam mengkur komptensi mubalig. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa nilai-nilai pendidikan dalam ritual pukul sebagai pesan simbolik yang digelar dalam ritual pemukulan fisik setiap selesai bulan suci Ramadhan. Tradisi puku sapu sebagai simbol pendidikan untuk mencegah manusia melakukan kemungkaran. Kemungkaran menurut Ibnu Suleman adalah mencegah manusia untuk berprilaku negatif pada diri sendiri dan orang lain. Efek sosial dari ritual ini adalah media untuk menggerakkan masyarakat di Maluku menjadi terhormat. Ajaran pedidikan Imam Rijali ini sebagai sang pencerah di tengah masyarakat. Gagasan Pendidikan multikultural Imam Rijali sebagai model percontohan pendidikan multikultural yang dapat menjadi pilihan akademik bagi pengembangan wawasan Pembelajaran secara simbolik. Key word; Education, Multicultural Society,The Priest Rijali, Learning. ABSTRAC This Research connected with this figure and scholars who spread Islam Maluku in 1539. This Research striped qualitative research, using artifacts as source that is seen through the perspective. This study found that a teacher who can teach multicultural education when teachers have competency AISYATEK (intelligence Creeds, Intellectual, intelligence Shari'a, the intelligence morality, intelligence Entrepreneurship and intelligence Technology. This Order temua dissertation Syarifudin that usually used in mengkur komptensi mubalig could stifle. This research proved that the values education in rituals at as a message that was held to celebrate the symbolic ritual beatings physical holy month of Ramadan after. Tradition puku broom as a symbol education to prevent people cut off. According to Ibnu Suleman Denial is to prevent people to acted very modestly negative impact on themselves and others. Social Effects of this ritual is to move media community in Maluku to honor. Equip teaching priest Rijali this as the pencerah in the middle of society. Multicultural Education ideas Priest Rijali as a model that can be a pilot multicultural education become the first choice for development of the vision academic learning in a symbolic manner. 1
  • 7. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 7 PENDAHULUAN model peradaban Islam Maluku didesain oleh berbagai unsur budaya sehingga membentuk citra yang sangat kompleks dengan paradigma dan perspektif masing-masing. Kekayaan khazanah peradaban Islam Maluku ketika tidak di jaga, dirawat, dan dilestarikan dengan baik maka akan berwajah buruk dalam proses pengembangan budaya kedepan dengan ancaman imprealisme budaya global dan aliran transnasional yang mengkonstruksi struktur masyarakat Maluku sangat kuat dengan berbagai macam faslitas teknologi, gaya hidup, dan model penataan Negara dengan sistem demokrasi yang akan berimplikasi pada spirit peradaban Islam yang berwawasan pancasila dalam bingkai multikultural yang diakomodir dalam perspektif pemikiran dakwah Imam Rijali. Dominasi imprealisme budaya global ini membutuhkan metode adabtasi budaya dengan tidak meninggalkan budaya timur sebagai identitas diri dan wajah budaya Maluku. Perjumpaan panca indra budaya inilah sebagai wawasan untuk mendapatkan rumusan baru jejak pergerakan peradaban Islam melalui arefak budaya berupa naskah kuno, tarian, yang dikonstruksi secara turun-temurung kepada umat Islam yang bermukim di Maluku dewasa ini. Kekayaan khazanah peradaban ini membutuhkan ilmuan budaya untuk mengungkap kronologis yang membentuk citra sebuah peradaban. Karena pentingnya rekaman jejek-jejak tersebut sebagai khazanah keilmuan dari para ulama masa lalu sebagai kerangka dasar mendesain sebuah peradaban di masa yang akan datang. Tulisan ini akan berupaya menginventarisasi dan memotret peradaban Islam Maluku sebagai paradigm budaya yang bercorak multikultural yang ber-wawasan Islam kepulauan dan kemaritiman dalam bingkai multikultural. Secara historiografi peradaban Islam Maluku yang datang dari timur tengah dan melintasi ruang, waktu, teknologi, dan berbagai macam daratan budaya sehingga membentuk karakter baru dengan berakulturasi dengan budaya lokal sehingga lahirlah peradaban Islam Maluku. Peradaban Panca indra budaya peradaban Islam yang tinggal di Maluku saat ini adalah Islam yang ingklusif dari Timur Tengah yang melintasi berbagai macam perjumpaan budaya, bahasa dengan melalui berbagai daratan, laut, dan corak pemikiran.1 Selain itu Islam berakulturasi dengan budaya setempat sehingga membentuk karakter baru yang disebut oleh Rektor IAIN Ambon adalah corak Islam Mazhab Maluku. Islam Maluku ini dikenal dengan budaya Salam-Sarani sebagai buah dari peradaban Maluku dalam menjaga kerukun-an antar umat beragama di Maluku. Peradaban Maluku juga dikenal dengan Seni Budaya Qasidah dan artikulasi religi melalui sajak-sajak atau dikenal dengan kapata-kapata yang sarat dengan spirit wawasan pendidikan multikultural warisan pemikiran Imam Rijali. Petuah bijak sang Ulama Maluku Imam Rijali tampak dalam konten kapata yang mengndung nilai-nilai dakwah dalam liriknya mengandung spirit multikultural, penulis mengduga kuat cerminan masyarakat hari ini sangat tergantung pada karya 1 Azyumardi Azrah, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII (Cet. II; Jakarta: Prenada Media, 2008), h. 44. M
  • 8. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 8 pemikiran masa lalu termasuk tokoh Maluku yaitu Imam Rijali untuk menjaga ekosistem publik dalam mealuka interaksi sosial antar umat Bergama. Islam Maluku terkenal dengan pantong, nyanyian, cigulu-cigulu, kapatah tentang rasa, serta kearifan lokal lainnya yang diduga kuat bersumber dari akulturasi budaya lokal dengan Islam yang datang dari tanah Arab.2 Perjumpaan budaya inilah yang memberikan keunikan bagi Islam di Maluku yang ada di negeri Raja-Raja ini. Selain pemahaman tersebut Islam yang ada di Maluku memiliki tradisi yang sampai saat ini menjadi khazanah budaya antara lain; Pemancangan Tiang Alif Masjid di Maluku, Masjid Tua Wapauwe, Abda’u di Tulehu Maluku Tengah, Pukul Sapu di Morella dan Mamala, Aroha di Pelauw Maluku Tengah, Dabus di Geser Seram bagian Timur, Ritul Memandikan Kain Gajah dan Kora-Kora di Banda, Naskah Kuno di Morella dan Hila, dan tarian Sawat dari kabupaten Tual (Maluku Tenggara). Peradaban Islam nusantara ini yang ada di Maluku menjadi bukti atau fakta sejarah bahwa Maluku perlu dieksplorasi budaya keislamannya untuk menjelajahi factor apa saja yang mengkonstruksi corak Islam di Maluku sehingga memiliki banyak peradaban dan ritual keagamaan yang sampai saat ini belum mendapat penjelasan secara komprehensip melalui metodologi dan kajian filosofi-historiy yang mendalam. PEMBAHASAN Wawasan pendidikan multikultural Imam Rijali dalam lintasan sejarah sangat sedikit kecuali karya monumen-talnya hikayat Tanah Hitu. Tetapi fakta lisan di tengah masyarakat sangat banyak yang dikonstruksi sebagai bagian dari pemikiran pendidikan multikultural Imam Rijali yang diwariskan secara lisan turun-temurun sampai saat ini.3 Sebelum memberikan pengertian terhadap istilah yang digunakan dalam kajian ini perlu dipahami bahwa yang dimaksudkan dengan peradaban Islam Maluku adalah Umat Islam yang tinggal selama lima tahun berturut-turut sehingga ia beradabtasi dan berinteraksi dengan budaya lokal dan budaya migrasi dari berbagai etnis, suku, dan corak pemikiran sehingga ia terbentuk satu budaya Islam yang disebut peradaban Islam mazahab Maluku.4 Pengertian peradaban yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah semua karya umat Islam yang ada di Maluku yang dijadikan sebagai ritual yang tidak bertentangan dengan syari’at, akal, budaya, dan agama Islam. Islam Maluku adalah agama yang telah beradabtasi dengan budaya lokal dan membentuk corak pemahaman baru sesuai dengan nilai-nilai syari’ah Islam. Dari pengertian tersebut maka dapat digambarkan bahwa cerminan peradaban Islam Maluku menurut data klasik/kuno yang didapatkan di Morella, Hila, dan Seram Bagian Timur, memberikan gambaran bahwa corak Islam Maluku adalah Islam Syiah- Sunny yang memiliki pemahaman Islam tasawuf dengan keunikan dalam berbagai 2 Kementerian Agama Republik Indonesia: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar (Jurnal Al-Qalam Volume 19 Nomor 2 November 2013), h.232 3 Lating(Sejarawan Masjid Tua Wapauwe) wawancara di Hila, 13 Desember 2014. 4 Jafar Laein(Imam Masjid Tua Wapauwe) wawancara di rumanya 23 Oktober 2014.
  • 9. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 9 aspek kepercayaannya dalam melakukan ritual-ritual dalam berbagai aspek.5 Misalnya aspek pemahaman tentang Haji, Khutbah Jumat, dan budaya lainnya yang diupacarakan saat datang bulan suci ramadhan, pasca bulan suci ramadhan dan bulan- bulan tertentu yang dianggap sakral berdasarkan warisan dari tuang Guru yang dianggap ‘alim oleh masyarakat Maluku. Buah pena para ulama klasik di Maluku yang telah menorehkan peradaban Islam sampai saat ini belum pernah dipentaskan secara akademik sehingga warisan pendidikan secara simbolik masih sangat kurang di Maluku. Sistem pendidikan simbolik di Maluku perlu dikaji dan dikembangkan untuk memberikan wawasan pendidikan multikultural yang bijak dan arif kepada generasi selanjutnya melalui media artefak sejarah dan ritual pukul sapu sebagai media silaturrahmi kebudayaan. Fakta sejarah ini menunjukkan bahwa Islam di Maluku memiliki peradaban yang cukup signifikan dan terpelihara secara baik sampai saat ini lewat tradisi lisan. Kerangka Konseptual. Dalam mengungkap dinamika pen-didikan multikultural Imam Rijali dari Perspektif Dakwah, sesuai jejak peradaban Islam di Maluku penulis menggunakan teori dakwah Mula Sadra yang mengungkapkan bahwa ekspresi suatu fenomena peradaban Islam sangat dipengaruhi oleh tiga paradigm yakni paradigma burhani, bayani, dan irfani.6 Menurut Mula Sadra ketiga aspek metode berpikir inilah yang sangat menentukan arah dan gerak sebuah peradaban Islam. Teori ini relevan dengan paradigma berpikir Syekh Ali Mahfuz pemikir Mesir yang kutip oleh Andi Faisal Bakti mengungkapkan bahwa peradaban itu dapat diketahui melalui tiga metode sistem berpikir. Ketiga sistem berpikir ini melahirkan corak budaya dan mazhab pendidikan dengan menelaah cara memahmi objek, menjelaskan objek, dan membahasakan objek pendidikan multikultural dari perspektif dakwah.7 Paradigma ini sesuai dengan Azyumardi Azra bawah gerak sebuah peradaban sangat ditentukan oleh kemampuan daya nalar sebuah komunitas. Semakin canggih daya nalar membaca fenomena Tuhan semakin baik rumusan peradaban yang dihasilkan. Olehnya G.E. Von Grunebaum berpendapat bahwa Perdaban Islam ketika bertemu dengan peradaban Asing, memunculkan tiga sikap, pertama, peradaban itu akan menyerap jika peradaban Asing itu tidak bertentangan dengan Aqidah/ajaran Islam, kedua, peradaban itu akan memodifikasi, jika peradaban itu memiliki relevansi, dan ketiga, peradaban itu akan ditolak jika peradaban asing itu akan bertentangan dengan Aqidah Islam.8 5 Muhammad As’ad dan Muh. Idham dkk, Buah Pena Sang Ulama (Cet. I; Jakarta: Orbit Publishing Jakarta: 2011), h. 242. 6 H. Rustam E. Tamburaka, Ilmu Sejarah, Teori Sejarah, Filsafat, dan IPTEK (Cet. II; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h. 91. 7 H. Faisal Bakti, Nation Bilding: Kontribusi Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Kebangkitan Bangsa Indonesia (Cet. I; Jakarta: Curia Press, 2006), h. 91. 8 Samiang Katu, Pasang Ri Kajang : Kajian tentang Akomodasi Islam dengan Budaya Lokas di Sulawesi Selatan, (Makassar: PPIM, 2000), h. 63.
  • 10. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 10 Selain teori tersebut juga menggunakan teori AGIL yang sangat relevan dalam menjelaskan pergerakan peradaban Islam di Maluku sebagai instrument dalam memahami, menjelaskan dan membahasakan konsep peradaban Islam yang ada di Maluku. Teori AGIL ini termasuk aliran structural fungsional dari Talcot Pason yang mengungkapkan bahwa peradaban sejarah itu sangat ditentukan oleh kecenderungan manusia yang terdiri dari; cara beradabtasi, cara menentukan tujuan, cara melakukan integrasi budaya, dan laten (alam bawa sadar) yang tersimpan dalam memorinya yang berdampak dalam prilakunya.9 Teori Talcot Parson ini relevan dengan paradigma pendidikan multikultural Imam Rijali. Sistem produksi pendidikan Imam Rijali dalam mengkonstruksi sistem pendidikan multikultural di Maluku dapat dilihat dalam peta keilmuan sebagai berikut; Model Pemikiran Pendidikan Imam Rijali. Pemahaman tentang Tiang Alif di Maluku salah satu peradaban sejarah Islam di Maluku yang sangat monumental adalah tradisi ritual tiang alif. Tradisi ini mengandung wawasan pendidikan aqidah, syari’ah, dan akhlaq. Tradisi pemahaman Islam Maluku dalam pendidikan tiang alif dapat dimaknai dari berbagai aspek. Tiang alif difahami oleh masyarakat Maluku adalah sebab dari segala sesuatu dan ia adalah kehormatan umat manusia dalam menjalani hidupnya.10 Atas dasar inilah sehingga ketika melakukan shalat jumat maka mereka menggunakan tongkat saat khutbah jumat sedang berlangsung. Karena tongkat difahami sebagai kekuatan bagi kaum pria dan kesejahteran bagi kaum wanita. Model pemahaman agama ini cukup sederhana dan menjadi corak dan cara beragama bagi Islam Maluku dalam menjelakan ajaran Islam di Indonesia. Apabila kita perhatikan dengan seksama, maka huruf "Alif" dalam Islam itu mengandung arti dan makna yang amat dalam. Betapa tidak. Coba kita renungkan, Asma Allah, diawali dengan huruf "Alif". Abjad huruf Arab juga diawali dengan huruf "Alif". Angka Arab ditulis dari kanan kekiri, maka angka satu itupun dilambangkan dengan huruf "alif". Coba kita perhatikan kitab Suci Al Qur'an. Surat Al-Fatihah, juga diawali dengan huruf "Alif". Kata syukur dan terima kasih kepada Ilahi, dinyatakan dengan kata " Alhamdulillah', segala puji bagi Allah, diawali dengan huruf "Alif". Pada waktu wahyu Tuhan untuk pertama kali turun dan Al-Qur'an disampaikan Allah melalui malaikat Jibril, maka Nabi Muhammad SAW diajari Jibril dengan kata-kata : "Iqra", bacalah, wahyu Tuhan yang pertama turun kepada Muhammad sebagaimana tertera dalam Surah Al Alaq, adalah diawali dengan huruf "Alif".11 Nilai pendidikan multikultural yang didapatkan dalam model pendidikan seperti ini bahwa ilmu alif itu adalah mata air segala ilmu ketika manusia telah menguasai ilmu alif maka tuntaslah pelajaran dunia akhirat. Nilai pendidikan lain dari tradisi alif 9 Talcott Parson, Sistem Interactional Civil Society (New York: Sage publishing, 2003), h. 210. 10 Bapak Lating tokoh agama di Hila, wawancara dirumahnya 12 Desember 2014. 11 Bapak Tete Pelu tokoh agama di Hitu Lama, wawancara dirumahnya 20 Nopember 2014.
  • 11. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 11 ini saat membangun masjid ada pesan simbolik yang mengandung makna persatuan, perdamain, dan silaturrahmi antar sesama muslim saat prosesi pembangunan tiang alif. a) Nilai Pendidikan Multikulutral di Masjid Tua Wapauwe. Masjid wapauwe sebagai pusat pendidikan multikultural Imam Rijali sebagai bukti artefak dan sekaligus jejak peradaban Islam di Maluku sangat berkembang dengan adanya rumah ibadah masjid Wapaue sebagai pusat organisasi membangun peradaban Pendidikan, artefak sejarah masjid ini sebagai madrasah yang dibangun pada tahun 1414, dan salah satu ulama Islam yang pernah menjadi Imam di Masjid tersebut adalah Imam Rijali. Masjid ini awalnya berada di atas Gunung tetapi ketika terjadi perang Wawane pada tahun 1682 maka bangsa Belanda menyuruh pindahkan masjid ini di dekan pantai, tetapi akibat tidak ada tenaga yang kuat berkat ilmu supranatural Imam Rijali maka dalam satu malam masjid Wapauwe pindah dengan tidak ada yang rusak ia berpidah sesuai dengan bentuk dan bangunan aslinya.12 Menara kubah Masjid Negeri Hila secara spritual memiliki makna simbolik. Pemahaman masyarakat Negeri Hila terhadap tiang alif tidak menyebut ‘menara kubah’ seperti lazimnya masyarakat lain. Masyarakat lebih menyebutnya sebagai tiang alif yang berarti huruf pertama dalam abjad Arab, atau berdiri tegak lurus di puncak kubah dengan memberi mahkota, maka memperindah seluruh fisik bangunan masjid itu dari berbagai sudut pandang. Apalagi ditambah dengan ornamen seni tangan mengukir mengelilingi ruang Masjid. Ada ukiran delapan sisi pada menara Masjid mengandung makna penjuru mata angin bagi aktifitas manusia secara ekonomi, agraria, melaut. Empat kipas diperut tiang alif maknya adalah memberi perlindungan kepada masyarakat. Ukuran panjang tiang mencapai lima meter mengisyaratkan shalat lima waktu.13 ‚Makna paling mendalam dan memiliki hubungan kaualitas dengan kehidupan manusia khususnya masyarakat Negeri Hila sebagai negeri Islam yang memiliki ketekunan atas adat istiadat yang ditinggalkan para leluhur sebelumnya,‛ ujar Suleman. Dirinya mengakui, begitu panjang jika diungkit satu persatu manuskrip pembangunan masjid yang terletak dulunya di pesisir tanah Hitu ini. Berdasarkan buku Hikayat Tanah Hitu dalam Al-Kisah XXVI yang ditulis salah satu penyiar Islam di Maluku khususnya tanah Hitu, Imam Ridjali yang kemudian dikutip penulis Eropa. Rumpius tahun 1700 menjelaskan, pembangunan masjid Negeri Hila dilaksanakan dalam tiga fase dengan tiga bentuk atau arsitektur bangunan masjid yang berbeda. 14 ‚Masjid Negeri Hila dibangun pada masa siar Islam di Maluku. Dulunya kawasan ini dikenal dengan Tanah Hitu. Hal ini diungkapkan oleh Imam Ridjali salah satu tokoh dan penyiar Islam dalam cerita Hikayat tanah Hitu. Kemudian, kembali disaling oleh seorang Jermanis yang dulunya menulis soal flora dan fauna Maluku yakni Rumphius, ‛kisahnya. Bangunan Masjid pertama berdiri pada abad 12 berbentuk 12 Jafar Lein (Imam Masjid Tua Wapauwe) wawancara di Hila Kaitetu, 11 Desember 2014. 13 Hj. Suleman Launuru, Ketua Panitia Pemasangan Kubah Masjid Negeri Hila 14 Jafar Lein (Penjaga Masjid Kaitetu), wawancara di Rumahnya 23 Juni 2014.
  • 12. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 12 surau tergantung dengan empat pilar penyanggah. Bangunan masjid kedua pada abad 14 berbentuk piramid dan bangunan ketiga abad 18 dan masih bertahan hingga saat ini. Kejadian ini ketika dianalisis secara ilmiah maka sulit dibuktikan dengan fakta- fakta tetapi konstruksi informasi yang diceritakan secara turun temurung semua data dalam bentuk tutur menisbahkan seperti itu. Sebuah suku terdiri dari beberapa klan yang dihimpun melalui suatu proses pengorganisasian. Sementara sebuah klan terdiri dari beberapa keluarga.15 b) Abda’u di Tulehu Maluku Tengah Pelaksanaan tradisi abda’u ini Peradaban Islam Maluku yang ada di Kabupaten Maluku tengah yang dilakukan setiap hari idul adha atau hari raya kurban. Ritual abda’u dilakukan setelah selesai shalat idul adha.16 Adapun persiapan ritual dilakukan dengan berpuasa selama tiga hari berturut-turut sebelum masuk menjadi peserta napatatilas sejah Ibrahim yang diperankan dalam bantuk teater abda’u ditengah masyarakat negeri Tulehu yang berada di kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Mengakatan ritual napaktilas perebutan bendera yang bertuliskan Lailaha Illah Muhammadurrasulullah sebagai simbol perjuangan. Apa pelajaran yang bisa diambil dari refleksi sejarah keluarga Nabi Ibrahim as sebagai modal dasar memperkokoh keluarga kita? Dan apa saja pelajaran yang sesuai dengan permasalahan hidup kita di era modern ini? Inilah yang akan direfleksikan melalui khutbah idul adha yang mubarakah ini. Informasi dalam Al-Quran Allah menjelaskannya dalam peristiwa ‘idul kurban keluarga Nabi Ibrahim merefleksikan tiga figur secara simbolik yang dapat diteladani untuk memecahkan persoalan sosial yang kita hadapi sekarang ini. 17 Sosok/profil keluarga Ibrahim as yang tangguh memiliki empat pelajaran besar antara lain; Pelajaran spiritual Nabi Ibrahim, Ketangguhan Sitti Hajar menghadapi masalah, dan ketaqwaan Ismail as sebagai anak menghadapi tantangan hidup yang berat melalui gersangnya padang pasir sembari bermunajad pada Allah.18 Pengorbanan keluarga Ibrahim sebagai simbolisasi haji melalui perjalan sa’i, tawwaf, wukuf di arafah adalah pelajaran besar yang perlu diangkat untuk dijadikan sebagai rumus menyelesaikan problematika sosial kita di Maluku menurut Syarifudin yang dikuti dar Tuang guru Tete Haji Ali bahwa pelajaran abda’u setiap tahun diperingati untuk mendapatkan hikmah dan ibrah dari perayaan Idul Adha untuk mencapai keluarga yang sakina melalui spirit pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail. c) Pukul Sapu di Morella dan Mamala 15 Philip K. Hitti, Sejarah Ringkas Dunia Arab. Terj. Usuluddin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing (Yogyakarta : Pustaka Iqra, 2001), h. 16 16 J. Saleh Ohorella (Raja Negeri Tulehu), Wawancara, di rumahnya 19 Juli 2013. 17 Abd Rahman Umarellah (68 Tahun), Mantan Dosen IAIN Ambon wafat pada tahun 2011 di Tulehu, wawancara di rumahnya 17 Juli 2002. 18 Abdullah Lestaluhu (Imam Masjid tulehu), Wawancara, di rumahnya 17 Juli 2014.
  • 13. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 13 Secara bahasa, akulturasi diartikan dengan ‚proses percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling mempengaruhi‛.19 Secara istilah akulturasi adalah proses perubahan sebuah kebudayaan karena kontak langsung dalah jangka waktu yang lama dan terus-menerus dengan kebudayaan lain atau kebudayaan ‚asing‛ yang berbeda. Kebudayaan tadi dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan lain. Yang lambat laun dan secara bertahap diterimanya menjadi kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan kepribadian aslinya.20 Unsur kebudayaan asing itu diterima secara selektif yang akhirnya akan muncul beragam penilaian, unsur kebudayaan asing yang dengan mudah diterima, ada yang dengan sukar diterima atau bahkan ditolak. Islam yang kami maksud disini adalah Agama Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadits, pengamalan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. yang merupakan satu kesatuan yang utuh, dalam analisis kesejarahan muncul adanya aspek aqidah (Iman), Aspek Syari’ah (aturan-aturan formal) dan aspek Ihsan (moral spiritual).21 Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat,22 sedangkan local adalah di suatu tempat (tempat pembuatan, tumbuh, produksi, hidup, dsb).23 Jadi yang dimaksudkan dengan Kebudayaan Lokal adalah hasil dari sebuah karya cipta dan rasa suatu masyarakat di suatu tempat/daerah tertentu. Proses Akulturasi Islam dengan Budaya Lokal, Agama Islam yang disebarkan oleh Nabi Muhammad saw. dari Mekkah ke Madinah adalah Islam yang masih murni yang memancarkan nilai-nilai Syar’i, yang belum dipengaruhi oleh budaya lokal, akan tetapi justru kehadiran Islam telah merubah budaya Arab Zaman Jahiliyah. Yang menyembah berhala, dan inilah kemusyrikan yang nyata.24 Sementara Islam hadir untuk menyampaikan serta memperkenalkan agama Tauhid, yang hanya menyembah satu Tuhan, yaitu Allah swt. Budaya Pukul Sapu di Mamala Nilai-nilai pendidikan multikultural yang ditemukan dalam tradisi pukul sapu. Ritual. Setiap tahunnya selesai bulan suci ramadhan setiap tanggal satu syawal acara ritual pukul sapu mulai di semarakkan dengan berbagai atraksi seni budaya Islam seperti sawat, hadrat, dan seni buju anak para tidor. Kekayan peradaban Islam ini setiap bulan syawal ada puasa sunat selama 6 hari menjelang pukul sapu mulai dari tanggal 2-6 syawal. 25 19 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 20 20 Hasan Lauselang (Dosen Syari’ah IAIN Ambon), Wawancara, di rumahnya 16 Juli 2014.. 21 Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, (Jakarta : Teraju, 2003), h. 7. 22 Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi (ed.) Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta: Fakultas ekonomi UI, 2008), h. 113. 23 Mahdi Malawat (Anak Raja Mamala), Wawancara, di ruang kerjanya Fakultas Dakwah dan Ushuluddin 9 Mei 2014. 24 Sitti Yulia Malawat (Anak Raja Mamala), Wawancara, di rumahnya 9 Juli 2014.. 25 Abdullah Malawat (Raja Mamala), Wawancara, di rumahnya 12 Juli 2014..
  • 14. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 14 Setelah puasa ada acara tahlilan untuk mendoakan para leluhur dan lainnya mengambil lidi dari pohon enau. Setelah itu membuat minyak mamala dengan menggunakan guci dan membaca ritual di ruma raja Mamala. Minyak mamala setelah ritual pembacaan mantra didistribusikan dalam bentuk botol-botol kecil untuk persiapan masing-asing kelompok saat acara pukul sapu di mulai.26 Sebelum acara pukul sapu (uku ala maihate) di mulai persiapan personil sebanyak seratus orang satu kelompok berjumlah 50 orang dan berbaris dengan saf yang rapi seperti saf saat shalat. Sapu lidi yang sudah disiapkan setiap orang mendapat satu genggam sapu lidi sebagai yang siap dipakai unuk memukul lawan main. Dari jumlah pemaian ini menelusuri lorong dan menyanyikan lagu spiritual sebagai spirit membangkitkan semangat jihat Tatatertib dalam dalam pembukaan ada durasi waktu yang disediakan 1-3 menit untuk saling berbalas cambukan. Pelajaran dari sistem cambuk ini lebih pada ajaran simbolik mencambuk sifat- sifat negatif dalam diri, sehingga fisik lebih ditonjolkan dengan cara membuka baju untuk dicambuk sebagai bukti bahwa tuntutan fisiklah yang banyak memengaruhi manusia. Ritual ini memberikan pendidikan bahwa pemukulan fisik dengan sapu lidi sebagai simbol pendidikan kebutuhan fisik perlu ditata untuk mencegah manusia melakukan kemungkaran. Kemungkarang menurut Ibnu Suleman adalah mencegah manusia berprilaku negatif pada diri sendiri dan orang lain. Pendidikan Budaya di Morella Asal mula Negeri Morella adalah penggabungan dari beberapa Aman ( Hena) atau Negeri Lama, yakni Negeri Lama Kapahaha, Negeri Lama Iyal Uli, Negeri Lama Putulesi dan Negeri Lama Ninggareta. Keempat Aman atau Negeri Lama inilah yang membentuk suatu Aman atau Negeri Hausihu Morella. Menurut tua-tua adat, leluhur yang tinggal di Negeri-negeri lama tersebut berasal dari Ula Pokol. Ula Pokol merupakan pusat negeri pertama sejak dulu, juga merupakan tempat yang sangat disakralkan oleh masyarakat Morella karena dipercayai sebagai tempat hunian Roh-roh Gaib (Rijalal Gaib). Ula Pokol terletak di pegunungan Salahutu, mula-mula yang hidup ditempat tersebut adalah Uka Latu Tapil, Beliau berasal dari Timur Tengah. Uka Latu Tapil datang ditempat tersebut dengan membawa seekor burung Manulatu (Burung Raja). Dikisahkan pula oleh para Tua-tua Adat setelah Uka Latu Tapil berada di Ula Pokol muncul tiga orang yang masing-masing mengklaim dirinya sebagai pendahulu atau penemu daerah baru tersebut, ditengah peredebatan sengit itu tiba-tiba mereka mendengar kicauan Burung Manulatu. Akhirnya mereka menyadari ternyata daerah itu telah berpenghuni dan mereka bertiga pun bersepakat untuk menemukan pemilik Manulatu tersebut. Ketiga orang tersebut adalah Tuhe, Meten dan Hiti. Tidak beberapa lama kemudian Tuhe, Meten dan Hiti menemukan orang yang dicari di Ula Pokol tersebut, saat itu dia sedang duduk bersemedi (Bersembah-yang). 26 Mahdi Mawalat(Ketua Jurusan Jurnalistik IAIN Ambon) wawancara di ruangan kerjanya di Jurusan Jurnalistik 19 Juni 2014.
  • 15. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 15 Dihadapan orang yang sedang duduk itu, mereka mengikrarkan ‚ Upu Tapil Ame‛ yang bermakna Tuanku Pelindung/Junjungan Kami, beliaulah Uka Latu Tapil. Tuhe, Meten dan Hiti kemudian dikukuhkan sebagai Hulu-balang atau pengawal Uka Latu Tapil, selanjutnya Uka Latu Tapil kemudian meletakkan tiga buah batu di Salahutu sebagai ‚ Hatu Manuai Telu‛ atau Batu Tiga Tuan Tanah karena disinilah tempat pertemuan Tuhe, Meten dan Hiti. Dalam perkembangan selanjutnya Tuhe Meten Dan Hiti meminang seorang putri yang bernama Hatuatina yang berasal dari Nusa Ina (Pulau Seram) tepatnya di pusat tiga aliran sungai Eti, Tala dan Sapalewa di Nunusaku Salahua untuk menjadi istri Uka Latu Tapil, dari perkawianan itu Uka Latu Tapil dan istrinya memperoleh tujuh orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Dari ketujuh anak laki-laki tersebut hanya anak yang bernama Tuharela / Umarella yang menjalani kehidupan normal sebagai manusia, sedangkan keenam lainnya menjalani hidup sebagai Sufisme Tulen (Gaib). Tuharella beristrikan seorang perempuan yang bernama Alungnusa dari Pulau Seram. Dari perkawinan inilah melahirkan/ beranak pinak sebagian besar warga Morella sekarang. Melalui proses perkawinan maka semakin banyak manusia di tempat itu (Ula Pokol) dan karena keadaan alam, merekapun mengadakan perpindahan ke beberapa tempat di daerah pegunungan yaitu ke Ama Ela (Gunung Kukusan) kemudian berpindah lagi ke Kapahaha dan sebagian ke Iyal Uli, Ninggareta, dan Putulessy. Walaupun ke-empat negeri lama ini terpisah jarak satu dengan yang lain namun kehidupan mereka bersatu dalam sistem kehidupan sosial kemasyarakatan, dimana pusat pemerintahan adatnya berada di Kapahaha yang saat itu pimpinan adat tertinggi di pegang oleh Tuhe, Meten, dan Hiti (Salamoni). Sementara pelaksanaan keagamaannya di pusatkan di Iyal Uli. Dari abad keabad kehidupan empat negeri lama ini dalam keadaan rukun dan damai, sampai pada akhir abad ke-6 ketika Bangsa Penjajah bercokol di Maluku, ke empat negeri lama ini bersatu untuk mempertahankan wilayah mereka dari serangan kaum penjajah. Kapahaha kemudian dijadikan sebagai pusat pertahanan untuk melawan kaum penjajah tersebut hal ini dikarenakan letaknya yang strategis dengan Kapitan Telukabessy (Ahmad Leikawa) sebagai panglima perang. Pada saat itu beberapa benteng pertahanan di Maluku sudah di taklukkan oleh Belanda sehingga para kapitan dan malesi dari daerah-daerah tersebut di tambah dengan bala bantuan dari daerah-daerah lain bergabung di Benteng Kapahaha seperti dari Kerajaan Ternate, Kerajaan Gowa, Tuban, Alaka, Huamual, Iha, Buru, Nusa Laut, Banda dan lain-lain. Mereka melakukan perlawanan terhadap kaum kompeni yang berlangsung dari tahun 1637 sampai dengan 1646. Ketika pada tahun 1646 Kapahaha berhasil ditaklukkan oleh kaum penjajah Belanda, maka semua rakyat kapahaha, para kapitan dan malesi serta seluruh personil bantuan tersebut diturunkan dari Bentang Kapahaha dan ditawan di pantai Teluk Telapuan (Teluk Sawatelu Morella). Setelah adanya pengumuman pembebasan tawanan perang kapahaha oleh gubernur Van Deimer, maka mereka mengadakan acara perpisahan sebelum kembali ke daerah masing-masing, dalam acara perpisahan itu di isi dengan lagu-lagu dan tari-
  • 16. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 16 tarian adat serta sekelompok Pemuda Kapahaha mengadakan Atraksi Pukul Sapu Lidi. Hari itu yang bertepatan dengan tanggal 27 Oktober 1646 mereka memberikan nama bagi Rakyat Kapahaha yang akan mereka tinggalkan dengan gelar Hausihu yang bermakna Kobaran Api Perjuangan (Kapahaha Hausihu Holi Siwalima). 27 Sementara itu, Rakyat Kapahaha Hausihu oleh belanda tidak diperkenangkan untuk kembali lagi ke Negeri Lama dipegunungan dengan maksud untuk memudahkan pengawasan Belanda terhadap mereka. Maka mereka kemudian menempati wilayah kurang lebih 3 km kearah selatan dari arah Sawatelu yaitu wilayah Morella sekarang dengan nama negerinya Hausihu Morella. Negeri Hausihu Morella termasuk dalam wilayah Ulisailessy bersama dengan Negeri Liang dan Negeri Waai. Kapata-kapata di Morella Kapata-kapata dan cigulu-cigulu adalah modep peradaban Islam dari aspek arth communication. Kapata ini terdiri dari berbagai model ada kapata agama, budaya, yang dilombakan TPQ-TPQ yang ada di Morellah dan bahkan di Mamala antar kampong. Saat ini kedua kampong ini konflik horizontal mulai dari 2012 sampai sekarang. Kondisi ini menunjukkan bahwa ada adat yang sudah terdegradasi dengan imprealisme budaya global. Negeri Morella terdapat beberapa dati-dati kecil seperti : a. Huta Haha sebagai dati Tuhe b. Ima Uli sebagai dati Manilet c. Sia’ Aman sebagai dati Sialana d. Uli Kau sebagai dati tawainlatu e. Uli Ina sebagai dati Leikawa f. Ninggareta sebagai dati Ulath g. Putulessy sebagai dati Latukau h. Sipil sebagai dati Lekai i. Ula Pokol sebagai dati Sasole 28 Kapata Hubungan Pela-Gandong Soya-Morella. Berikut ini adalah sebuah Lani (Kapata) di Negeri Morella yang mengisahkan sejarah hubungan Negeri Morella dan Negeri Soya : Meten Tuhe Hiti Naistita Nusa (Meten Tuhe Hiti Keliling Pulau) Pasoutama Nusa Yupu Latu Tapi (Utusan Pemuka Pulau Latu Tapi) Tou Nusaniwe Sirimau Mahu (Pandang Nusa Niwe Jauh Terpisah) Niwe Paukala Apono Paso Soko (Menggalak Niwe Dan Apono Menyatu) Meten Lehe Nusa Niwe (Meten Mendarat Ke Nusa Niwe) Mo Ete Sohu Siri Mau (Kamu-Kamu Liput Sirimau) Supu Yama Raila Yisasehu (Jumpa Yama Raila Sendiri) Sirimau Pamau Yamaraila (Sirimau Pelindung Yamaraila) Meten Peha Luasi Mae (Meten Berseruh Keduanya) Tuhe Hiti Naikeulai (Muncul Tuhe Dengan Hiti) 27 Yus Kerubun, Sawat Morella Berpadu di Arena Pukul Sapu Lidi Tahun 2010 Date Picture Taken : 17-09-2010. 28 Hasan Lauselang, Sawat Morella wawncara di kantornya IAIN Ambon 2014
  • 17. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 17 Hata-Hiti Hutu Lia Yulapoko (Empat Berangkat Menuju Yulapoko) Sailaputi Wela Wela Anomia (Lambang Putih Lamai Meria) Yupu Latu La Hate Reihata (Latu Restu Empat Berjumpa) Soya Souhatu Sabila Maralesi (Jatuh Cinta Sabila Maralesi) Le Atane Hale Nusa Niwe (Pindah Tempat Ke Nusa Niwe) Nisa Simi Yupulatu Yisa Sehu (Turunan Yupulatu Yisa Sehu) Kapata Hubungan Pela-Gandong Morella-Waai Kapata (Lani) di Negeri Morella yang menceritrakan sejarah hubungan pela gandong Negeri Morella dan Negeri Waai. Menurut hasil penelitian tahun 2013 Aisya Ipaenin mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam di IAIN Ambon mengungkapkan bahwa pela terdiri dari dua macam; a) Pertama; Pela berdasarkan akangkat saudara akibat ada kesamaan nasib dalam perjuangan bersama saat membawa upeti di Ternate. Model pela ini masih bisa menikah. b) Kedua; Pela gandong yang kebetulan saat belanda menjajah orang Maluku selama 350 tahun kedua bersaudara berpisah karena Bangsa Belanda memasukkan mereka agama Kristen. Pela seperti ini terjadi di Desa Seit dan Ou dimana Ou yang beragama Kristen dan Seith Bergama Islam. Kedua desa ini tidak bias saling menikah karena satu dara atau satu kandung.29 Pela gandong dan pela bukan gandong ini semua memiliki peradaban kapata- katapa yang digunakan saat pembinaan keluarga, masyarakat, dan pemerintahan. Keunikan dari artikulasi kapata-kapata ini kontengnya sangat universal karena ada spirit kerukunan antar umat beragama yang di konstruksi dalam kapata itu. Letekori Lau Yupu Towa Paila (Zaman Nenek Moyang Sejak Dahulu Kala) Sane Taha Lepaila Tuharella (Turunan Dari Moyang Tuharella) Rula Tahinano Yina Tatielya (Dengan Istrinya Nenek Tatielia) Huni Yulapoko Amanuela (Penghuni Ulapoko Amanuela) Sane Kutika Luwai Tapasala (Disuatu Saat Timbul Masalah) Wali Aa Kilingsina Tapiula (YaituKedua Kakak Beradik Kilingsina dan Tapiula) Rihu Sama Kilingsina Tapiula (Berpisah Tempat Tinggal Kilingsina dan Tapuila). Tapiula Takata Tiri Haita Paukala (Tapiula Ke Tatiri Pantai Baguala) Kilingsina Taka Moki Haita Tunuhala (Kilingsina Ke Moki Pantai Tunuhala) Tapiula Kupa Hunimua Metiela (Tapiula di Hunimua Tanjung Meti ela) Kilingsina Kupa Lataela (Kilingsina di Daratan Lataela) Lea Asele Taisa Sila-Sila (Terbagi Turunan Dua Sila-sila)30 Kapa-Kapa Wali Aa Kakula (Bersatu Kembali Seperti Sedia Kala) Hanu Soa Hatu Waai Morella (Membangun Persatuan Waai dan Morella) Di sebuah rumah tua 29 Sumber : Bapak Sulaiman Latukau (Tua Adat Negeri Morella) 30 Label : Konvoi Lagu Gandong 4 Negeri Basudara (Morella, Waai, Soya & Kaibobu) Usai Perayaan Pukul Sapu Lidi Tahun 2010 Date Picture Taken : 17-09-2010 Author : Yus Kerubun
  • 18. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 18 atap daun kering terpanggang abad Tiang kokoh tampak berkerut Tak ada lumut. Angin dari laut berhembus Takmampu menghalau gelisah Dalam cucuran keringat Berlelehan di tubuh tanpa sungut.31 Mungkin hanya peti besi tua Yang mampu menguak sejarah Negeri yang dulu berdiri dengan gagah Kini tampak letih - namun takmerasa kalah. Aku menemu malam bertabur bintang Dalam temaram cahayanya Gelombang laut februari terus berlari Mengejar mimpi lelaki sejati. Di dalam rumah tua Kilatan cahaya terus menerpa sejuta aksara yang tertulis di atas kertas - nasibnya sengsara seperti cinta sejati leluhur kita Engkau hapus debu yang menyelimutinya. Mungkin ada do'a para ulama di tubuhnya Kulihat cahaya melesat menembus cakrawala Barangkali juga mantera mengiringi laju perahu Tempat ikan berenag dan menunggu Di rumah tua - aku tertegun malu. Morella telah menjadi nyala api di hati Seribu kitab tersimpan dalam almari besi Menyembunyikan rasa nyeri Menyembunyikan air mata leluhur kami Menyembunyikan diriku di balik jeruji nurani. Nilai-nilai dari kapata tersebut mengandung nilai pendidikan persaudaraan, kecerdasan hidup harmoni, dan liriknya mengandung nilai religi yang sarat dengan muatan multikultural, dari tafsiran dari artefak sejarah semua warisan intelektual itu di asumsikan sebagai warisan pendidikan mutlikultural Imam Rijali. Karena asumsi kajian ini beranggapan bahwa cerminan realitas sosial hari ini adalah gambaran sistem pendidikan masa lalu yang dikonstruksi oleh para ulama dan termasuk Imam Rijali sebagai ulama Maluku yang selama ini sepi dalam dokumen 31 Oleh: Bambang Widiatmoko
  • 19. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 19 sejarah, sehingga pemikirannya tentang Pendidikan multikultural dapat dikonstruksi kembali sebagai mata air keilmuan tokoh masa lalu yang cemerlang. PENUTUP Penelitian ini membuktikan bahwa wawasan pendidikan multikultural Imam Rijali dalam perspektif dakwah memiliki dinamika yang signifikan ketika memiliki potensi 5 kecerdasan. Kelima Kecerdasan itu disingkat menjadi Teori AISYATEK (Kecerdasan Aqidah, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Syari’ah, Kecerdasan Akhlaq dan sosial, Kecerdasan Entrepreneurship dan Kecerdasan Teknologi. Ketika empat kecerdasan ini dimiliki seseorang Guru dan mubalig maka pergerakan sosial berjalan sesuai arah dan spirit Al-Quran dan Sunnah di Maluku. Konflik kekerasan dapat diminimalisasi sebesar 75%. Kelima modal kecerdasan ini sebagai standar kompetensi Guru dan Mubalig dalam menggerakkan arah pergerakan sosial di tengah masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Azyumardi Azrah, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII (Cet. II; Jakarta: Prenada Media, 2008. Kementerian Agama Republik Indonesia: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar (Jurnal Al-Qalam Volume 19 Nomor 2 November 2013. Muhammad As’ad dan Muh. Idham dkk, Buah Pena Sang Ulama (Cet. I; Jakarta: Orbit Publishing Jakarta: 2011. H. Rustam E. Tamburaka, Ilmu Sejarah, Teori Sejarah, Filsafat, dan IPTEK (Cet. II; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002. H. Faisal Bakti, Nation Bilding: Kontribusi Komunikasi Lintas Budaya Terhadap Kebangkitan Bangsa Indonesia (Cet. I; Jakarta: Curia Press, 2006). Samiang Katu, Pasang Ri Kajang : Kajian tentang Akomodasi Islam dengan Budaya Lokas di Sulawesi Selatan, (Makassar: PPIM, 2000. Talcott Parson, Sistem Interactional Civil Society (New York: Sage publishing, 2003. Hj. Suleman Launuru, Ketua Panitia Pemasangan Kubah Masjid Negeri Hila Philip K. Hitti, Sejarah Ringkas Dunia Arab. Terj. Usuluddin Hutagalung dan O.D.P. Sihombing (Yogyakarta : Pustaka Iqra, 2001. Abd Rahman Umarellah (68 Tahun), Mantan Dosen IAIN Ambon wafat pada tahun 2011 di Tulehu, wawancara di rumahnya 17 Juli 2002. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua Simuh, Islam dan Pergumulan Budaya Jawa, (Jakarta : Teraju, 2003.. Selo Soemarjan dan Soelaiman Soemardi (ed.) Setangkai Bunga Sosiologi, (Jakarta: Fakultas ekonomi UI, 2008. Yus Kerubun, Sawat Morella Berpadu di Arena Pukul Sapu Lidi Tahun 2010 Date Picture Taken : 17-09-2010. Sumber: Bapak Sulaiman Latukau (Tua Adat Negeri Morella)
  • 20. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 20 Label : Konvoi Lagu Gandong 4 Negeri Basudara (Morella, Waai, Soya & Kaibobu) Usai Perayaan Pukul Sapu Lidi Tahun 2010 Date Picture Taken : 17-09-2010 Author : Yus Kerubun Pergumulan Budaya Lokal Dengan Islam Di Baubau Oleh: Idham Peneliti pada Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Makassar Kantor: Jl. A.P. Pettarani No. 72 Makassar Rumah: Jl. Daeng Tata I BTN Tabaria Blok A12 No. 2 Makassar, Email: idbodi@yahoo.co.id ,HP. 0813 56 100 100 Kata Kunci: Peringatan Maulid, Haroa Maludu, Ganda Maludu, Rebana Baubau. ABSTRAK: Penelitian ini berkaitan dengan tradisi Haroa Maludu dan Ganda Maludu di Baubau diteliti dari aspek pergumulan budaya lokal dengan Islam. Jenis penelitian ini bercorak kwalitatif dalam mengetahui pelaksanaan ganda maludu yang berkaitan dengan acara Haroa Maludu. Adapun pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, studi dokumentasi dan perekaman. Penelitian ini menemukan bahwa budaya lokal Indonesia termasuk budaya yang sangat terbuka terhadap budaya luar. Prosesi integrasi budaya luar yang datang dengan budaya setempat, terdapat kompromi budaya lokal dengan budaya pendatang, ada tarik menarik, ada proses penolakan dan penerimaan, ada proses akulturasi-akomodasi, serta asimilasi yang dinamis, dan ada pergumulan antara keduanya. Budaya tersebut adalah haroa maludu dengan iringan musik ganda maludu di Baubau. Haroa Maludu adalah cara peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad saw khas Bau-Bau. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa
  • 21. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 21 tradisi ritual haroa Maludu di Baubau terbagi menjadi tiga corak budaya, yakni: 1) Gorona Puta, 2) haroana mia bari, dan 3) Maluduana hukumu. Key Word: Warning's birthday, Haroa Maludu Maludu Double, Tambourines Baubau. ABSTRACT: this Research related to the tradition Haroa Maludu and double Maludu In Baubau observed from the distress local culture with Islam. Types of this research striped kwalitatif maludu double implementation in knowing that related to Fast Haroa Maludu. Data collection And be done with an interview, observation, the study documentation and transcription. This Research found that local culture Indonesia including culture that is open to culture from outside. The procession integration between cultures that come with local culture, there is a compromise deal with local culture, there is a newcomer cultural attraction interesting, there is a process rejection and acceptance, there is a process acculturation-accommodation, and assimilation dynamic, and there is a struggle between them. Culture is musical accompaniment haroa maludu maludu double in Baubau. Haroa Maludu is a way to warn Prophet's birth day typical Bau-Bau. This research showed that Hits ritual tradition haroa Maludu in Baubau divided into three pattern culture, namely: 1) Gorona Puta, 2) Haroana mia bari, and 3) Maluduana hukumu. PENDAHULUAN esain operasional (DO) awal penelitian ini adalah ‚nilai-nilai keagamaan dalam seni budaya masyarakat di kawasan timur Indonesia‛ dengan tujuan menginventarisasi sejumlah seni budaya yang berhubungan dengan agama setempat. Dari sekian banyak seni budaya yang terinventarisir tersebut, peneliti memilih salah satu seni budaya yang sangat erat hubungannya dengan budaya dan agama mayoritas daerah tersebut. Ini dimaksudkan agar tergambar bagaimana asimilasi, akulturasi dan pergulatan maupun pergumulan antara budaya lokal sebagai budaya asli dengan agama sebagai budaya asing, yang akhirnya bersinergi membangun sebuah kebudayaan baru yang unik. Kebudayaan baru tersebut menjadi keragaman suku bangsa Indonesia yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia itu sendiri. Indonesia memiliki keanekaragam-an suku bangsa yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Keaneka-ragaman itu meliputi bahasa, adat istiadat, dan kesenian. Keanekaraman tersebut memberikan ciri khas tersendiri bagi daerah pendukungnya. Keaneka-ragaman seni sebagai bagian dari kebudayaan manusia merupakan sesuatu yang dapat merentang kearah kehidupan yang multidimensi. Oleh karena itu karya seni mempunyai hubungan erat dengan kebudayaan. Salah satu budaya masyarakat Baubau adalah tradisi maludu yang di dalamnya terdapat ganda maludu (rebana maulid). Maludu (bahasa Wolio) berasal dari bahasa Arab, Maulid. Maulid yang dimaksudkan di sini adalah kelahiran Nabi Muhammad saw. Jadi Maludu adalah tradisi masyarakat Baubau dalam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw. D
  • 22. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 22 Maludu diperingati di Baubau bersamaan dengan masuknya agama Islam di Baubau32 . Agama Islam masuk di Buton erat kaitannya dengan berkembangnya perdagangan antara Maluku dengan kawasan Barat Nusantara yang menjadikan Buton sebagai jalur pelayaran perdagangan.33 Pembawa Islam di Buton pada mulanya dibawa oleh para pedagang yang singgah di Wilayah Buton dalam pelayaran niaga antara kawasan Barat Nusantara dengan Kepulauan Maluku sebagai pusat rempah-rempah. Selanjutnya dalam pelayaran niaga ikut pula para muballig berkebangsaan Arab, yang selain berdagang juga menyebarkan Islam. Di antara mereka terdapat Syekh Abdul Wahid yang tiba sekitar 1540 M, pada masa Raja Ke-6. Tersebutlah dalam sejarah, bahwa pada saat Raja ke-6, Lakilaponto dan menjadi Sultan pertama di Buton34 , selanjutnya disusul muballig Firdaus Muhammad, selanjutnya datang pula Sayed Rabah. Pada mulanya Sayed Rabah melaksanakan dakwah Islam di Buton dan tidak lama kemudian melanjutkan tugas dakwah di Muna atas persetujuan Sultan Buton XIX, Tsaqiuddin Darul Alam.35 Kedatangan para muballigh tersebut diterima baik oleh masyarakat setempat tanpa konflik yang berarti. Agama Islam di Baubau (Buton) ternyata mampu berintegrasi dengan budaya lokal dengan hasil proses interaksi harmonis antara ajaran Islam dengan kebudayaan setempat. Interaksi harmoni tersebut terwujud dalam sistem sosial organisasi sosial, budaya, kesenian, dan lain-lain. Islam telah menjadi identitas masyarakat Baubau. Islam merupakan realitas yang tak terelakkan dalam sejarah kebudayaan mereka. Setelah beberapa abad, Islam tampil mengubah berbagai dimensi kehidupan masyarakat dan menyebabkan terjadinya transformasi di tengah masyarakat hingga kemudian memengaruhi pandangan dan perilaku masarakat Baubau. Transformasi nilai-nilai Islam dalam budaya masyarakat Baubau, dengan sendirinya memberikan ruang gerak yang mudah bagi nilai-nilai Islam untuk melakukan penetrasi dalam sistem sosial budaya masyarakat setempat.36 Penerimaan Islam oleh masayarakat Baubau ditandai dengan upaya memasukkan dan mensinkronkan ajaran Islam dengan nilai-nilai budaya masyarakat lokal. Seperti dalam ungkapan yang dapat menggugah jiwa dan semangat untuk berjuang dan berkorban: Bolimo arataa somanamo karo Bolimo Karo somanamo lipu 32 Rahmawati, dkk. 2011. Inventarisasi Sastra Daerah Sulawesi Tenggara. Kendari: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, h. 97 33 Abdullah Alhadza, dkk. 2009. Sejarah Penyebaran Islam di Sulawesi Tenggara. Kendari: Universitas Muhammadiyah Kendari, 1-2. 34 Pim Schroorl . 1994. Ideologi and Change in Early State of Buton dalam G.J. Schute (ed) Istate and Trade in The Indonesian Archipelago, Leiden, h. 17-59. Lihat juga Rahim Yunus. 1995. Posisi Tasawuf Dalam Sistem Kekuasaan di Kesultanan Buton Pada Abad ke-19. Jakarta: INIS, h. 72 35 Ibid, h. 15. 36 Supriyanto, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara. Kendari: Kerjasama Kantor Wilayah Departemen Agama Prov. Sulawesi Tenggara dengan Universitas Muhammadiyah Kendari, h. vi.
  • 23. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 23 Bolimo lipu somanamo sara Bolimo sara somanamo agama Artinya: Jangankan harta yang penting diri Jangankan diri yang penting negeri Jangankan negeri yang penting pemerintah Jangankan pemerintah yang penting agama.37 Di sini tampak dengan jelas bahwa interaksi Islam dengan budaya lokal terjalin dalam beragam bentuk. Selain akomodasi dan asimilasi, proses interaksi tersebut juga menunjukkan terjadinya integrasi yang ditandai oleh dominasi nilai-nilai Islam atas budaya lokal. Dalam berbagai dimensi, interaksi bisa melahirkan akomodasi, dan kadang interaksi melahirkan asimilasi. Ini tampak dalam semua lini kehidupan masyarakat Baubau, termasuk acara haroa maludu dan ganda maludu (seni rebana maulid) yang mengiringinya. ‚Islam itu sesungguhnya lebih dari satu sistem agama saja; Islam adalah satu kebudayaan yang lengkap‛. Pengakuan senada juga banyak diberikan oleh pakar Islam dari kalangan Barat. Jika pihak Barat banyak memberikan pengakuan yang kurang lebih sama, dari kalangan Islam sendiri, seperti keyakinan umum yang berkembang di kalangan umat Islam bahwa Islam adalah agama yang universal dan komprehensip meliputi berbagai bidang38 , meskipun penjelasannya ada yang bersifat rinci dan garis besar. Oleh sebab itu, Islam disebut juga sebagai agama yang ‚hadir di mana-mana‛ (omnipresence); sebuah pandangan yang meyakini bahwa di mana-mana kehadiran Islam selalu memberikan panduan etik yang benar bagi setiap tindakan manusia39 Ajaran Islam yang demikian telah mendorong umatnya untuk mengerahkan segala daya dan upaya bagi kebaikan dan kesejahteraan umat manusia, termasuk dalam pengembangan kebudayaan. Upaya-upaya tersebut kemudian telah menghasilkan suatu prestasi peradaban baru yang tinggi yang dikenal dengan ‚peradaban Islam‛ yang dalam sejarahnya telah memberikan andil yang cukup besar bagi kemajuan peradaban dunia. Sifat akomodatif Islam terhadap budaya tidak berarti bahwa Islam menerima begitu saja segala wujud kebudayaan yang ada. Proses Islamisasi tidak menghapuskan budaya, melainkan justru memperkayanya, memberikan warna nilai-nilai Islam di 37 Ruslan Rahman. 2005. Parabela di Buton: Suatu Analisis Antropologi Politik. Makassar: Program Pascasarjana Universitas hasanuddin (disertasi belum terbit), h. 138. 38 QS. An Nahl/16: 89:  89. (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. 39 Fazlurrahman. 1986. Islam. New York, Chicago, San Fransisco: Holt Reinhart, Winston, h. 241.
  • 24. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 24 dalamnya.tidak hanya dalam bidang seni, tetapi juga di dalam bidang-bidang lain di dalam masyarakat Buton (Baubau). Dengan kata lain kedatangan Islam di nusantara dalam taraf-taraf tertentu memberikan andil yang cukup besar dalam pengembangan budaya lokal. Pada sisi lain, secara fisik akulturasi budaya yang bersifat material dapat dilihat misalnya: bentuk masjid Agung Wolio yang terdapat di dalam benteng mengadopsi rumah penduduk, tidak seperti pada umumnya masjid di Jawa ataupun masjid yang memiliki kubah, tapi menunjukkan ciri-ciri arsitektur lokal. Sementara esensi Islam terletak pada ‚ruh‛ fungsi masjidnya. Aspek akulturasi budaya lokal dengan Islam juga dapat dilihat dalam budaya Buton (Baubau) adalah dalam bidang seni vokal yang disebut kabanti. Dalam seni kabanti sering dibacakan berisi tentang ketauladanan dan sikap keagamaan yang tinggi dari si tokoh. Seringkali kabanti ini berasal dari unsur budaya lokal pra-Islam kemudian dipadukan dengan unsur Islam. Seni kabanti kini biasa disajikan pada acara- acara selamatan atau tasyakuran. Akulturasi Islam dengan budaya-budaya lokal nusantara sebagaimana yang terjadi di Baubau terdapat juga di daerah-daearah lain, seperti pada suku bangsa Bugis, Makassar, Mandar, Kaili, dan lain sebagainya. Jika dalam wilayah non-teologis atau sosial kemasyarakatan Islam begitu sangat akomodatif terhadap budaya lokal, berbeda halnya dengan wilayah-wilayah lainnya, terutama berkenaan dengan aspek teologis (aqidah). Dalam masalah teologis ini Islam menarik garis demarkasi secara tegas. Islam tampil dengan wajah yang sangat eksklusif. Penegasan Islam ini termaktub di dalam Alquran surah Al-Ikhlas, dan surah Al-Kafirun yang tercermin dalam dua kalimah sahadah. Inilah doktrin sentral Islam yang kemudian disebut dengan tauhid; pengakuan kemahakuasaan dan kemutlakan Tuhan serta penegasan bahwa Muhammad nabi terakhir yang diutus Tuhan bagi umat manusia di muka bumi. Klaim-klaim eksklusif Islam sebagaimana tercermin dalam doktrin teologis tersebut tidak berarti umat Islam menjadi umat yang eksklusif yang menafikan pluralisme. Karena Islam juga sangat menekankan inklusivisme, sebagaimana dinyatakan dalam sumber-sumber primer Islam (misalnya Q.S al-Kafirun:6,Q.S.al- Hujarat:13) dan sebagaimana pula yang telah dipraktikkan dalam sejarah awal pembentukan masyarakat Islam. Gambaran ideal tentang kerukunan antara umat Islam dan non-Islam sebagaimana yang dicontohkan nabi dan yang kemudian menjadi model bagi tata laku kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini secara original dapat dilihat dalam butir-butir ‚Piagam Madinah‛. Dari latar belakang tersebut di atas, penelitian ini mengangkat masalah pokok, yaitu: Bagaimanakah pelaksanaan haroa maludu di Baubau? Dan bagaimana pelaksanaan ganda maludu kaitannya dengan haroa maludu tersebut? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan acara haroa maludu di Baubau dan untuk mengetahui pelaksanaan ganda maludu yang berkaitan dengan acara haroa maludu tersebut.
  • 25. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 25 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif40 . Adapun mengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi serta perekaman. PEMBAHASAN Baubau: selayang pandang Baubau adalah salah satu nama Kota di Sulawesi Tenggara41 dari 12 Kabupaten/ kota. Berdasarkan Undang-Undang Momor 13 Tahun 2001, Kota Baubau berdiri sendiri sebagai Kota berpisah dari Kabupaten Buton. Kota Baubau berada di pulau Buton42 dengan tujuh kecamatan, yakni Wolio, Betoambari, Sorawolio, Bungi, Kokalukuna, Murhum, dan Lealea. Adapun jumlah penduduk Kota Baubau 142.576 orang dengan rumah ibadah masjid 102 buah, Mushalla 30 buah, Gereja Protestan 7 buah, Gereja Katolok 1 buah, Pura 9 buah, dan Wihara 1 buah.43 Kota Baubau yang kita jumpai saat ini tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan dan kesultanan Buton masa lalu. Hal ini terkait dengan posisi Kota Baubau yang dulu dikenal dengan istilah Wolio (cikal bakal kota Baubau) merupakan pusat peradaban Buton. Beberapa literatur menyebutkan bahwa: 1) Baubau merupakan pusat kerajaan Buton. 2) Selain itu, catatan lain menyebutkan bahwa sejak tahun 1870-an Baubau mengalami perkembangan yang sangat pesat, maka tidak mengherankan kalau Belanda menjadikan Baubau sebagai ibukota afdeeling Oost Celebes atau Sulawesi Timur di tahun 1911.44 3) Selanjutnya, saat Sulawesi Tenggara pernah menyandang status sebagai kabupaten dalam wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tenggara dengan ibukota di Baubau. Namun berdasarkan Perpu Nomor 2 Tahun 1964 Junto Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1964, Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai daerah otonom dengan status provinsi dengan ibukota Kendari. Selain itu, 4) Baubau juga pernah menjadi ibukota kabupaten Buton, 5) sejak 3 November 1981, Baubau ditetapkan sebagai kota administratif berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 40 tahun 1981, 6) Kota Baubau sebagai kota otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2001. Sebagai kota yang memiliki sejarah yang sangat panjang, mulai dari kerajaan/kesultanan Buton, maka tidak mengherankan bahwa budaya yang mendominasi penduduknya adalah budaya Buton. Haroa Maludu di Baubau Haroa maludu adalah dua kata yang berasal dari bahasa Wolio. Haroa berarti acara atau peringatan, juga berarti sajian yang disiapkan pada setiap acara ritual, 40 James Danandjaya. 1990. Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Folklor, dalam Amiruddin (ed) Pengembangan Penelitian kualitatif dalam Bidang Bahasa dan sastra. Malang: YA3, h. 98. 41 Saat penelitian ini diadakan, Provinsi Sulawesi Tenggara memeiliki 12 kabupaten/kota, yaitu: Konawe, Kolaka, Muna, Buton, Kota Kendari, Kota Baubau, Kolaka Utara, Wakatobi, Konawe Selatan, Bombana, Konawe Utara, dan Buton Utara. 42 Sejarah Buton Yang Terabaikan Labu Rope Labu Wana. Jakarta: RajaGrapindo Persada, h. 35. 43 Kantor BPS Kota Baubau. 2013. Baubau Dalam Angka Tahun 2013. 44 La Ode Rabbani. 2010. Kota-Kota Pantai di Sulawesi Tenggara. Yogyakarta: Ombak, h. 75.
  • 26. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 26 sedangkan maludu adalah bahasa Wolio yang dikonversi dari bahasa Arab, maulid, yang berarti kelahiran. Jadi haroa maludu adalah acara peringatan hari kelahiran nabi Muhammad saw. Dari kata maludu saja, sudah terjalin hubungan yang begitu erat kedua budaya yakni lokal (wolio) dan budaya asing (Arab). Hubungan kedua budaya tersebut melahirkan satu budaya (bahasa) baru, yakni maludu. Maulid yang dikonversi dan diakomodir menjadi bahasa setempat adalah salah satu contoh kecil bagaimana budaya lokal dengan Islam saling berbaur dengan dialektika masing-masing pada setiap daerah. Ini dimaklumi karena sejak awal perkembangannya, Islam di Baubau telah menerima akomodasi budaya. Karena Islam sebagai agama memang banyak memberikan norma-norma aturan tentang kehidupan dibandingkan dengan agama-agama lain. Bila dilihat kaitan Islam dengan budaya, paling tidak ada dua hal yang perlu diperjelas: Islam sebagai konsepsi sosial budaya, dan Islam sebagai realitas budaya. Islam sebagai konsepsi budaya ini, oleh para ahli sering disebut dengan great tradition (tradisi besar), sedangkan Islam sebagai realitas budaya disebut dengan little tradition (tradisi kecil) atau local tradition (tradisi local) atau juga Islamicate, bidang- bidang yang ‚Islamik‛, yang dipengaruhi Islam.45 Tradisi besar (Islam) adalah doktrin- doktrin original Islam yang permanen, atau setidak-tidaknya merupakan interpretasi yang melekat ketat pada ajaran dasar. Dalam ruang yang lebih kecil, doktrin ini tercakup dalam konsepsi keimanan dan syariah-hukum Islam yang menjadi inspirasi pola pikir dan pola bertindak umat Islam. Tradisi-tradisi ini seringkali juga disebut dengan center (pusat) yang dikontraskan dengan pinggiran. Tradisi kecil (tradisi local, Islamicate) adalah realm of influence- kawasan-kawasan yang berada di bawah pengaruh Islam (great tradition). Tradisi local ini mencakup unsur-unsur yang terkandung di dalam pengertian budaya46 yang meliputi konsep atau norma, aktivitas serta tindakan manusia, dan berupa karya-karya yang dihasilkan masyarakat. Salah satu tindakan manusia dan karya yang dihasilkan masyarakat Baubau, adalah bagaimana mereka mencintai Nabi-nya dengan cara mengadakan haroa maludu. Pada haroa maludu tersebut tampak budaya lokal dan budaya asing (Islam) bergumul dan menghasilkan budaya unik dengan ciri Baubau. Di dalam acara tersebut, selain membacakan sejarah hidup Nabi, yang tak kalah menarik adalah karena dalam acara maludu tersebut kadang diiringi musik rebana yand disebut ganda maludu. Pada acara maludu inilah terjadi proses akulturasi antara Islam dan Budaya lokal ini kemudian melahirkan apa yang dikenal dengan local genius, yaitu kemampuan menyerap sambil mengadakan seleksi dan pengolahan aktif terhadap pengaruh 45 Azyumardi Azra. 1999. Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam. Jakarta: Paramadina, h. 13. 46 Koentjaraningrat. 1980. Pokok-Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Penerbitan Universitas, h. 7-8.
  • 27. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 27 kebudayaan asing, sehingga dapat dicapai suatu ciptaan baru yang unik, yang tidak terdapat di wilayah bangsa yang membawa pengaruh budayanya47 . Pada sisi lain local genius memiliki karakteristik antara lain: mampu bertahan terhadap budaya luar; mempunyai kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar; mempunyai kemampuan mengintegrasi unsur budaya luar ke dalam budaya asli; dan memiliki kemampuan mengendalikan dan memberikan arah pada perkembangan budaya selanjutnya48 . Sebagai suatu norma, aturan, maupun segenap aktivitas masyarakat Baubau, ajaran Islam telah menjadi pola anutan masyarakat. Dalam konteks inilah Islam sebagai agama sekaligus telah menjadi budaya masyarakat Baubau. Di sisi lain budaya- budaya lokal yang ada di masyarakat Baubau, tidak otomatis hilang dengan kehadiran Islam. Budaya-budaya lokal ini sebagian terus dikembangkan dengan mendapat warna- warna Islam. Perkembangan ini kemudian melahirkan ‚akulturasi budaya‛, antara budaya lokal dan Islam. Budaya-budaya lokal yang kemudian berakulturasi dengan Islam tampak dalam semua siklus hidup Masyarakat Baubau. Seperti: 1. Pakandeana ana-ana maelu pada tanggal 10 Muharram 2. Bacana Maludu pada tanggal 12-29/30 Rabiul Awal 3. Nisifu pada tanggal 15 Sya’ban 4. Baana bangu pada tanggal 1 Ramadhan 5. Kunua pada tanggal 17 Ramadhan 6. Kadiri pada tanggal 27 Ramadhan 7. Raraeya Mpuu pada tanggal 1 syawal 8. Raraeya haji pada tanggal 10 Zulhijjah 9. Upacara Posipo (upacara tujuh bulanan) 10. Alana Bulua (pemotongan rambut) 11. Upacara dole-dole 12. Upacara tandaki (khitan bagi anak laki-laki) 13. Upacara Posusu (khitan bagi anak perempuan) 14. Posuo (pingitan) 15. Kawia (perkawinan) 16. Mate (prosesi kematian)49 Banyaknya haroa (acara ritus) bagi masyarakat Baubau memunculkan pameo bahwa ‚orang Baubua hari-hari haroa‛. Haroa melekat dengan ritual yang diselenggarakan, sehingga keberadaannya menjadi niscaya, baik dalam upacara ritual peralihan maupun ritual yang sifatnya tetap. Pada haroa, simbol-simbol agama 47 Hartati Soebadio, “Sastra dan Sejarah”, Jurnal Arkelogi Indonesia, No. 1/Juli, Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, 1992, “ Pertemuan Ilmiah Arkeologi III-1983, hal.. 1204-1219. Jakarta: Depdikbud, h. 23. 48 Soerjanto Poespowardojo. 1986. “Pengertian Local Genius dan Relevansinya dalam Modernisasi, Kepribadian budaya bangsa (local genius), Ayotrohaedi (ed.) Jakarta: Pustaka Jaya, h. 28- 38. 49 Wawancara dengan Maskur (30 tahun) pemerhati budaya Buton, pegawai dinas pariwisata Kota Baubau, tanggal 20 Juni 2014.
  • 28. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 28 dimanifestaikan dengan serangkaian praktek ritual atau seremonial.50 Bagian dari perilaku meliputi berbagai upacara dan ritual. Kegiatan atau perbuatan ritual meliputi pemujaan dan pengagungan, ibadah zikir, menyantap makanan ritual.51 Menyantap makanan ritual sebagai bagian dari praktek ritual perspektif orang Baubau ada dalam haroa. Adapun acara haroa maludu di Baubau diadakan mulai tanggal 12 Rabiul awal sampai tanggal 29 atau 30 Rabiul Awal, dengan tiga tahapan pelaksanaan, yaitu: Gorona Puta Pelaksanaan maludu Gorona Puta adalah pelaksanaan maulid di rumah sultan. Sultan yang dimaksudkan di sini adalah pemimpin negeri. Pada zaman kesultanan, maludu selalu diadakan di istana Sultan. Akan tetapi seiring dengan perjalanan waktu, sultan sudah dihapuskan, maka pelaksanaan maludu Gorona Puta diadakan di rumah jabatan Walikota Baubau. Adapun waktu pelaksanaannya dimulai jam 00.00 tanggal 12 Rabiul awal. Tidak ada yang boleh mengadakan peringatan maulid sebelum acara tersebut selesai diadakan oleh Gorano Puta. Adapun Gorona Puta ini didahului dengan membakar kemenyang dan kemudian membaca kitab barzanji dengan lahjah Buton, selanjutnya pembacaan asraka (sambil berdiri), dan ditutup dengan doa. Semua perangkat pemerintah dan perangkat atau pegawai masjid kesultanan Buton memakai pakaian adat sesuai dengan strata sosial yang ada pada pundak mereka. Pembacaan kitab barzanji dan acara makan bersama berakhir menjelang subuh. Makanan yang disajikanpun pada acara maludu Gorano Puta ini sangat khas. Di tengah ruangan disiapkan talam besar yang disebut ‘tala maludu’. Tala maludu berisi: bagian bawah diisi beras mentah, menyusul kalo-kalo (kue kering 15 bentuk), kemudian Bae mambaka (beras ketan yang diisi 40 butir telur), waje, cucuru, epu-epu, palu dan dadar, dalam keadaan tertutup yang ditutup lagi dengan kain putih. Selain tala maludu yang besar tersebut, juga diiringi empat talam dalam ukuran kecil, yaitu: 1) talam manu kaluku hole (nasu wolio), bahannya dari ayam kampung yang dimasak dengan santan dan kelapa goreng; 2) talam Ntolu sinanga (telur rebus yang digoreng dan berair); 3. Talam Aru-aru (berupa kolak pisang atau ubi yang dimasak dengan santan dan gula merah); dan 4) talam Uwe Maludu (air maulid) dan disimpan di dalam kendi. Haroa yang terbuat dari bahan makanan yang merupakan hasil alam mereka, sekilas adalah sesuatu yang biasa-biasa saja. Makanan itu adalah sekumpulan jajanan yang setiap saat dijajankan atau dengan mudah diperoleh di pasar-pasar tradisional. Akan tetapi kua-kue haroa tersebut akan menjadi istimewa sekaligus berubah status bilamana kue-kue tersebut diletakkan di atas tala maludu pada sebuah acara ritual yang dilengkapi dengan nyala dan asap dupa, maka seketika kue-kue tradisional tersebut menjadi sakral dan bermakna. 50 Ibid 51 Erni Budiawati. 200. Islam Sasak: Wetu Telu Versus Wetu Lima. Yogyakarta: LKiS, h. 26.
  • 29. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 29 Haroana Mia Bari Haroana Mia Bari kadang juga disebut Sangkoniana Lowo. Adapun yang melaksanakan disini adalah masyarakat umum. Bagi masyarakat Baubau, memperingati haroa maludu hukumnya sunat muakkad. Tidak lengkap rasanya bila maulid dilewatkan begitu saja. Tidak ada perbedaan antusias antara si kaya dan si miskin. Semua masyarakat berupaya untuk memperingati Hari Kelahiran Nabi. Adapun bagi mereka yang kurang mampu, tidak mendapatkan kemampuan untuk memenuhi isi talam komplit ---‚Tala Rasulu‛, cukup mengisi Baskom ‚Bhalobu‛---. Seandainya pun untuk mengisi ‚Bhalobu‛ tidak sanggup, maka untuk menjaga kesinambungan pelaksanaan Peringatan Maulid, cukup dengan menyediakan air putih diisi dalam satu tempat khusus sebagai air suci yang akan didoakan oleh sang Imam (Pembaca Utama Al Barzanji). Keyakinan seperti ini sudah melekat dan mendarah daging, turun temurun, sejak zaman Kesultanan hingga saat ini. Menurut keyakinan mereka, maludu sangat bermanfaat dan diraksakan sebagai hakekat dari kegiatan Maulid dalam rumpun keluarga itu sendiri. Bagi keluarga rumah tangga baru, tidak diperkenankan mengadakan haroa maludu secara pribadi, akan tetapi harus ikut kepada orang tua tiga tahun berturut- turut dengan cara mengisi ‚Bhalobu‛ yang diikutkan sertakan ke tala Rasulu orang tua mereka. Setelah keluarga baru tersebut sudah mandiri (membangun rumah sendiri) barulah mereka mengadakan maludu secara mandiri dengan mengisi tala Rasulu. Bagi keluarga baru tersebut wajib hukumnya secara adat mengadakan haroa maludu tiga tahun berturut-turut. Maludu yang diadakan masyarakat ini adalah dengan pembacaan syarful anam yang diiringi alat musik rebana (ganda maludu). Maluduana hukumu Maluduana hukumu adalah peringatan maulid Nabi yang diadakan oleh perangkat masjid Agung Keraton Buton. Acara ini di adakan di Galampana Lakina Agama (kediaman perangkat agama). Maluduana hukumu ini dilaksanakan pada tengah malam tanggal 29 atau 30 hijriyah, dimana tidak ada lagi yang boleh melaksanakan haroa maludu sesudah itu. Karena memang tujuannya untuk menutup seluruh rangkaian maulid seraya berdoa kepada Allah swt agar semua keinginan masyarakat dapat dikabulkan oleh Allah swt, adanya berkah kehidupan tahun berjalan, mendapat ampunan dan dimurahkan rejeki, mendapat perlindungan kesehatan dan keamanan tetap tercurah kepada seluruh negeri.52 Pelaksanaan peringatan maulid dengan tiga tingkatan sebagaimana dijelaskan di atas, mengindikasikan adanya keteraturan, keteladanan, pengayoman, penghormatan yang tinggi terhadap cara tersebut. Keteraturan tampak dari tiga tingakatan tersebut. Tidak ada yang berani melaksanakan haroa maludu sebelum pemerintah melaksanakannya. Pemerintahpun memberikan keteladanan, pemerintah tidak pernah alpa dalam melaksanakan haroa maludu tersebut. Demikian halnya dengan masyarakat 52 Wawancara dengan Laode Rasyinuddin (tokoh masyarakat, salah seorang khatib masjid Agung Wolio) tanggal 19 Juni 2014.
  • 30. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 30 umum, mereka sangat antusias melaksanakan haroa maludu sebagai bukti kecintaannya kepada agamanya. Acara peringatan maludu terakhir dilaksanakan oleh pegawai syara’. Tidak ada lagi acara peringatan haroa maludu setelah ditutup oleh lakina agama (imam masjid agung wolio). Haroa maludu bagi masyarakat Baubau selalu dilakukan setiap tahunnya. Haroa maludu tersebut merupakan fenomena dan ekspresi atau ungkapan praktek religius mereka. Dengan demikian, haroa maludu memiliki pertalian dari makna khusus yang dapat kita sebut sebagai suatu aktivitas yang include dengan aktivitas upacara religiusitas mereka, yang dalam konteks ritual jelas mengandaikan adanya suatu hubungan obyek suci secara umum. Suatu obyek, pengalaman, fenomena yang semula profan menjadi suatu obyek, pengalaman, dan fenomena yang suci berkat penghususan yang dibuat oleh pelakunya. Berkat hubungan itulah suatu fenomena termuati kekudusan, mengandung arti religius dan menjadi simbolis.53 Ketiga tingkatan pelaksanaan maulid tersebut di atas, makanan yang disajikan sama, yakni adanya tala Rasulu dan tala kecil pengiringnya. Isi dari talam yang berisi berbagai macam kua tersebut dibagi kepada tamu dan tetangga. Ada yang unik dari penyajian jenis kua tersebut, bila tala Rasulu sebagai inti dari sajian dalam haroa maludu yang akan dibagi kepada keluarga dekat, maka untuk para tamu disediakan talam yang disesuaikan dengan strata sosialnya. Strata sosial terlihat dari penutup talam dan jumlah isi talam tersebut. Penutup bersusun 4 dan berisi 12 biji kue dalam satu piring untuk Sultan; penutup bersusu 3 dan berisi 10 biji kue dalam satu piring untuk imam lakina agama; penutup bersusun dua bersisi 8 biji kue dalam satu piring untuk pejabat distrik; dan penutup bersusun satu dengan 6 biji kue dalam satu piringnya diperuntukkan untuk masyarakat biasa. Untuk sultan dan lakina agama baginya diperuntukkan satu talam. Adapun distrik dan masyarakat biasa satu talam untuk berdua. Namun apabila isi talam tersebut tidak habis dimakan, maka tamu diharapkan membawa makanan tersebut dengan memasukkannya ke dalam kantong yang disiapkan tuan rumah yang diselipkan di bawah piring. Ganda Maludu pada Acara Haroa Maludu di Baubau Ganda (bahasa Wolio) artinya rebana. Rebana dari segi bahasa (lughawi) berasal dari kata rabbana-rabbina-rabbuna yang berarti ‚Tuhan kami‛ atau ‚Tuhan Kita‛. Selain dari segi bahasa, istilah rebana juga diartikan sebagai alat musik dan group musik. Sebagai alat musik, rebana dimaknai sebagai salah satu jenis alat musik perkusi (ritmis/non melodis) dalam kelompok membranophone yang membunyikannya dilakukan dengan cara dipukul. Rebana sebagai group musik, diartikan sebagai kelompok musik yang melantunkan solawat dan lagu-lagu Islami dengan iringan alat musik utama rebana. Rebana hampir ada pada semua suku bangsa yang penduduknya mayoritas beraga Islam, termasuk Kota Baubau. Rebana sebagai musik instrumental 53 M.Alifuddin. 2007. Islam Buton: Interaksi Islam dengan Budaya Lokal. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, h. 232.
  • 31. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 31 hanya berfungsi sebagai alat pengiring yang tidak pernah berdiri sendiri.54 Rebana ini pun menjadi mengiring haroa maludu yang dilaksanakan oleh masyarakat umum. Selain haroa maludu masyarakat umum yang diiringi oleh rebana, di Baubau ada beberapa ritual yang diiringi oleh rebana, seperti acara pingitan gadis yang disebut posuo. Ini menggambarkan bagaimana seni Islam bagian dari kebudayaan orang Baubau. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai yang dimiliki oleh manusia sebagai makhluk sosial,55 sedangkan seni keagamaan Islam merupakan salah satu unsur dari keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai yang dimiliki manusia itu, yang berkaitan dengan Kebudayaan umumnya mengandung tiga aspek penting, yaitu bahwa (1) kebudayaan dialihkan dari satu generasi ke generasi lainnya dimana dalam hal ini kebudayaan dipandang sebagai suatu warisan atau tradisi sosial, (2) kebudayaan dipelajari, bukan dialihkan dari keadaan jasmani manusia yang bersifat genetik, (3) kebudayaan dihayati dan dimiliki bersama oleh para warga masyarakat pendukungnya. Ada tiga macam fungsi dan peran kebudayaan dalam kehidupan sosial: 1).Kebudayaan sebagai ciri kelompok, komunitas atau masyarakat. Kebudayaan diasumsikan mempunyai kekuatan yang menghubungkan orang dengan kelompok, komunitas atau masyarakat tempat afiliasinya, yang kemudian membedakannya dengan kelompok,komunitas atau masyarakat lain; 2).Kebudayaan sebagai ekspresi kehidupan sosial. Dalam konteks ini, kebudayaan bisa berupa kesenian yang di dalamnya terdapat karya kreatif yang indah para seniman dalam bentuk lukisan, ukiran, tari gubahan lagu dan sebagainya; dan 3).Kebudayaan berfungsi sebagai sarana pemaknaan. Dalam konteks ini kebudayaan tidak ditempatkan semata-mata hanya sebagai ciri atau identitas kelompok, komunitas dan masyarakat. Tetapi pelbagai bentuk nilai, norma, keyakinan, ritual dan ketentuan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat diyakini tidak muncul mendadak atau terjadi secara tiba-tiba, tetapi berlilit-lilit dengan sejumlah hal yang saling bertautan yang diliputi oleh beragam makna. Kebudayaan Islam mencakup banyak unsur, salah satunya seni. Seni secara umum adalah segala sesuatu (karya kreatif) hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni juga merupakan ekspresi jiwa seseorang kemudian hasil ekspresi jiwa tersebut dapat berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. The Liang Gie56 mendefinisikan pengertian seni sebagai kegiatan manusia, yakni kegiatan menciptakan sesuatu karya apapun yang mengandung keindahan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Leo Tolstoy, ‚art is human activity, consisting in this that one man consciously, by means of certain external signs, hands on to others feelings he has lived 54 A.Azis Nun, dkk. 1979. Naskah dan Penuntun Tentang Kesenian Daerah Sulawesi Tenggara dan Pementasan Kesenian dan Duta Seni. Kendari: Poyek Pusat Pengembangan Kebudayaan Sulawesi Tenggara, h. 3. 55 Tjetjep Rohendi Rohidi. 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI Bandung, h. 6 56 The Liang Gie. 1996. Filsafat Seni, Sebuah Pengantar. Yogyakarta: PUBIB, h. 60
  • 32. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 32 throught, and that other people are infected by these feelings and also experience them.‚ (seni adalah suatu kegiatan manusia, terdiri atas seorang yang secara sadar dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu, menyampaikan perasaan-perasaan yang telah dihayati oleh orang-orang lain sehingga mereka tertular oleh perasaan- perasaan ini dan juga mengalaminya). Apa yang diutarakan oleh The Liang Gie di atas, juga terjadi di Baubau. Dalam seni rebana yang ditabuh sebagai mengiring syair berisi berbagai macam perasaan sang penutur. Syair-syair tersebut berisi berbagai perasaan, bisa perasaan bahagia, duka, sanjungan, pujian, doa dan lain sebagainya. Syair dalam bahasa Wolio disebut kabanti. Adapun kabanti yang dibaca dalam seni rebana maludu adalah syarful anam yang dibaca dengan sangat lambat. Ada dua puluh judul syair yang harus ditamatkan dengan 72 macam lagu. Adapun ke-20, yaitu: 1.Assala, 11.Anabi 2.Khairuma, 12.Falaku 3.Bissahari, 13 Taala malinahu 4.Tanaka 14.Fatruku Fazatihali 5.Wulida 15.Man mislu-a 6.Hasalalka 16.Ya maulida 7.Alhamdu 17.Salal ila 8.Badatilana 18.Fi hubbi 9.Asraka 19.Fi Rujuba 10.Fi maani 20. Ilahi addini57 Kedua puluh syair syarful anam tersebut dibaca pada saat haroa maludu dan posuo (pingitan). Haroa maludu hanya dilaksanakan pada bulan rabiul awal (yakni tanggal 12 sampai tanggal 29 atau 30), sementara posuo dilaksanakan tergantung kepada masyarakat yang punya hajatan, tidak terikat oleh waktu. Adapun pelaksanaan haroa maludu maupun posuo dimulai setelah shalat Isya sampai sekitar jam 10 pagi hari. Bagi para pemain, bulan maulid menjadi menjadi berkah tersendiri, seperti yang diutarakan Waode Asma (72 Tahun): Kalau sudah bulan maulid banyak sekali undangan, tidak ada istirahat itu kalau sudah tanggal 12 rabiul awal, banyak yang sudah memesan jauh hari sebelumnya, kadang tidak ada waktu yang tidak ada undangan. Saya juga tidak tahu kenapa kita itu tidak capek, padahal kalau dipikir mulai Isya sampai jam 10, kita hanya istirahat sore hari, kita lanjut terus, barangkali karena kita ibadah, menyanjung Nabi kita, kita hanya parau suara. Ada juga enaknya, kita dibayar oleh yang punya hajat, kita juga dijamin. Apa yang diutarakan oleh Waode Asma di atas, tampak adanya keikhlasan dari para pelaku pemain rebana pada haroa maludu. Mereka tidak merasakan capek walau mereka memukul rebana dengan melagukan syair syarful anam mulai setelah shalat 57 Wawancara dengan Waode Asma (72 Tahun), pelaku seni rebana, tanggal 15 Juni 2014.
  • 33. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 33 Isya sampai jam sepuluh pagi. Mereka menikmati pekerjaan mereka. Selain mereka sebagai jalan beribadah, mereka juga dapat materi dari segi ekonomi. Pemain rebana pada haroa maludu mulai dari empat orang sampai 12 orang, tergantung order yang punya hajatan. Semakin banyak pemain yang diundang semakin banyak pula bayaran yang harus dikeluarkan oleh sang pengundang. Tarif atau bayaran pemain perorang tergantung pada jauh dekatnya lokasi acara, selain itu tergantung juga pada hubungan kekerabatan antara pemain dengan mereka yang punya hajatan. Tarif bayaran sekitar Rp 300.000,- sampai Rp 500.000,- perorang. Para pemain kadang dijemput, kadang juga datang sendiri, tergantung kesepakatan saat akad. Melihat pendapatan para pemain yang tersebut di atas, memang haroa maludu mendatangkan berkah tersendiri, kalau haroa maludu dimulai tanggal 12-29/30 Rabiul awal, berarti mereka punya kesempatan manggung sekitar 17 kali. Penghasilan mereka minimal 17 x Rp 300.000,- = Rp 5.100.000,- selama bulan maulid. Namun penghasilan tersebut belum mampu memotivasi generasi muda khususnya untuk berlatih dan bergabung sebagai pemain rebana haroa maludu tersebut. Terbukti hanya ada empat kelompok saat ini yang bertahan di Kota Baubau, itu pun pada umumnya ibu-ibu yang sudah tua. Hanya ada satu kelompok yang dibina anak muda yang bernama Asiri (21 tahun). Asiri menuturkan: Saya tidak tau pak kenapa orang sekarang tidak banyak yang mau belajar rebana, saya itu belajar dari kakek dan bapak saya. Hanya saya sendiri laki-laki sekarang yang mau belajar rebana ini. Padahal dulu banyak laki-laki, barangkali mereka malu. Sekarang saya juga melatih rebana ini, semuanya perempuan yang saya latih tidak ada laki-laki. Kalau begini terus bisa punah budaya kita ini.58 Keprihatinan Asiri tersebut adalah wajar, karena bila melihat sejarah dan berdasar pengalaman kakek dan orang tuanya, rebana maludu bukan hanya dimainkan oleh perempuan, namun juga dimainkan oleh laki-laki. Akan tetapi sekarang hanya dia sendiri yang bisa main rebana dan diundang oleh yang punya hajatan. Namun tekadnya untuk mengembangkan seni rebana di Baubau tak pernah pupus, ia tidak malu untuk bermain rebana dan melatih bagi mereka yang mau belajar. PENUTUP Pelaksanaan haroa maludu di Baubau terbagi atas tiga tahapan, yaitu: 1) Gorona puta yang dilaksanakan oleh Sultan atau Walikota (pemimpin), dilaksanakan jam 00.00 tanggal 12 Rabiul Awal, Gorano Puta diawali dengan pembakaran kemenyang dilanjutkan dengan pembacaan barzanji dialek Buton; 2) Haroana mia bari, yakni perayaan maulid yang dilaksanakan oleh masyarakat umum, pada acara ini yang dibaca adalah syarful anam diiringi ganda maludu (rebana maulid) yang dilaksanakan setelah shalat Isya sampai jam 10 pagi; dan 3) maluduana hukumu yang dilaksanakan oleh imam masjid Wolio, pelaksanaan ini merupakan penutup dari semua peringatan 58 Wawancara dengan Asiri (21 Tahun) pelatih dan pelaku seni ganda maludu, wawancara di kediamannya kelurahan Melai tanggal 17 Juni 2014.
  • 34. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 34 maulid, adapun pelaksanaannya jam 00.00 tanggal 29 atau 30 Rabiul awal, ritualnya sama dengan Gorona puta. Adapun pelaksanaan ganda maludu (rebana maulid) hanya dilaksanakan oleh masyarakat umum. Rebana maulid dengan pembacaan syair syarful anam selain pada perayaan maulid (tanggal 12 sampai 29/30 Rabiul awal), seni ganda (rebana) ini juga dilaksanakan pada acara posuo (pingitan) tanpa mengenal hari dan bulan. Pelaku seni ganda maludu saat ini hanya ada empat kelompok di Baubau. DAFTAR PUSTAKA AAlquran dan terjemahnya Kementerian Agama RI Alhadza, Abdullah, dkk. 2009. Sejarah Penyebaran Islam di Sulawesi Tenggara. Kendari: Universitas Muhammadiyah Kendari. Azra, Azyumardi. 1999. Konteks Berteologi di Indonesia: Pengalaman Islam. Jakarta: Paramadina. Budiawati, Erni. 200. Islam Sasak: Wetu Telu Versus Wetu Lima. Yogyakarta: LKiS. Danandjaya, James. 1990. Metode Penelitian Kualitatif dalam Penelitian Folklor, dalam Amiruddin (ed) Pengembangan Penelitian kualitatif dalam Bidang Bahasa dan sastra. Malang: YA3. Fazlurrahman. 1986. Islam. New York: Holt Reinhart Winston. Gie, The Liang. 1996. Filsafat Seni, Sebuah Pengantar. Yogyakarta: PUBIB, Kantor BPS Kota Baubau. 2013. Baubau Dalam Angka Tahun 2013. Koentjaraningrat. 1980. Pokok-Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Penerbitan Universitas. M. Alifuddin. 2007. Islam Buton: Interaksi Islam dengan Budaya Lokal. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. Nun, A.Azis, dkk. 1979. Naskah dan Penuntun Tentang Kesenian Daerah Sulawesi Tenggara dan Pementasan Kesenian dan Duta Seni. Kendari: Poyek Pusat Pengembangan Kebudayaan Sulawesi Tenggara. Poespowardojo, Soerjanto. 1986. ‚Pengertian Local Genius dan Relevansinya dalam Modernisasi, Kepribadian budaya bangsa (local genius), Ayotrohaedi (ed.) Jakarta: Pustaka Jaya. Rabbani, La Ode. 2010. Kota-Kota Pantai di Sulawesi Tenggara. Yogyakarta: Ombak. Rahman, Ruslan. 2005. Parabela di Buton: Suatu Analisis Antropologi Politik. Makassar: Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin (disertasi belum terbit). Rahmawati, dkk. 2011. Inventarisasi Sastra Daerah Sulawesi Tenggara. Kendari: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara.
  • 35. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 35 Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI Bandung. Schroorl, Pim . 1994. Ideologi and Change in Early State of Buton dalam G.J. Schute (ed) Istate and Trade in The Indonesian Archipelago, Leiden Soebadio, Hartati. 1992. ‚Sastra dan Sejarah‛, Jurnal Arkelogi Indonesia, No. 1/Juli, Jakarta: Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia, 1992, ‚ Pertemuan Ilmiah Arkeologi III-1983, hal. 1204-1219. Jakarta: Depdikbud. Suhri, Susanto. 2010. Sejarah Buton Yang Terabaikan Labu Rope Labu Wana. Jakarta: RajaGrapindo Persada. Supriyanto, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam Sulawesi Tenggara. Kendari: Kerjasama Kantor Wilayah Departemen Agama Prov. Sulawesi Tenggara dengan Universitas Muhammadiyah Kendari. Yunus, Rahim. 1995. Posisi Tasawuf Dalam Sistem Kekuasaan di Kesultanan Buton Pada Abad ke-19. Jakarta: INIS. 136
  • 36. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 36 UCAPAN TERIMA KASIH Vol.4 No.2 Desember 2014 Redaksi Jurnal Studi Islam mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada penyunting ahli (mitra bestari) yang telah bekerjasama dalam menyunting artikel-artikel dalam Jurnal Studi Islam Pascasarjana IAIN Ambon: Prof. Dr. M. Amin Abdullah Guru Besar Filsafat Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta Prof. Dr. Sayyid Agil Husein Al-Munawar, M.A. Guru Besar Tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. H. Supiana, M.A. Guru Besar Pendidikan Islam Universitas Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Prof. Dr. Natsir Mahmud, M.A. Guru Besar Filsafat Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
  • 37. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 37 PERSYARATAN NASKAH JURNAL STUDI ISLAM A. Sifat dan Substansi 1. Tulisan berupa hasil penelitian, artikel ilmiyah, ringkasan atau elaborasi tesis dan disertasi, book review, dan terjemahan dari bahasa asing ke bahasa Indonesia. 2. Wacana yang dikembangkan dalam tulisan ini, tampak aktual, menarik, dan mendalam yang berkaitan dengan Islamic studys yang dilihat dari berbagai macam perspektif. Tulisan yang diajukan dapat berupaka kajian tokoh. B. Bahasa dan Teknik Penulisan 1. Tulisan dapat diekspresikan dalam bahasa Arab, Inggris dan Indonesia. 2. Panjang Tulisan berkiran 7500-8000 kata atau sekitar 15-20 halaman kwarto(A4) tidak termasuk abstrak dan biodata singkat, dengan spasi 1,5 ditulis dengan Times New Roman dan Tradisional Arabic berukuran 14 untuk bahasa Arab. Sedangkan ukuran untuk yang bahasa Indonesia dan bahasa Inggris fonts 12. 3. Sistem pengutipan harus dibuat dengan menyebutkan sumbernya secara lengkap dan ditulis dengan body text. 4. Daftar pustaka harus disertakan di akhir tulisan dan disusun secara alfabetis. 5. Penulisan hendaknya memperhatikan konsistensi pengguaan transliterasi dan ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 6. Untuk memudahkan pembaca dan penulis abstrak tulisan 200-250 kata atau 1.5 halaman dan biodata singkat penulis. 7. Tulisan yang dimasukkan di jurnal studi Islam dalam bentuk print out disertasi file softdisk. C. Sistematika Penulisan 1. Judul, Nama, Tepat Tugas, email 2. Kata kunci 3. Abstrak 4. Pendahuluan 5. Pembahasan 6. Penutup 7. Daftar Pustaka D. Lain-Lain 1. Tulisan tidak mencerminkan pendapat redaksi (penyunting) 2. Naskah yang dibuat diberi insentif 3. Naskah yang telah diserahkan menjadi milik penyunting. 4. Artikel yang dikirim disertakan copynya dalam disket yang terformat MS Word (RTF).
  • 38. Haroa Maludu Dan Ganda Maludu di Baubau 38 Catatan Detail Jurnal: 1. Cover ukuran 29 X21 Ful Color 2. Jumlah halaman 145 3. Jumlah Cetakan 100 Buku