SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
1 
Menjawab Pertanyaan Para Sahabat tentang Tulisan Saya: 
“Urgensi Metakognisi Dalam Proses Belajar-Mengajar” 
Ada sejumlah sahabat saya yang bertanya: “Dari mana Anda mendapatkan bahan untuk menulis tentang Urgensi Kemampuan Metakognitif?” Saya jawab dengan sederhana. 
Saya mulai menulis dengan sebuah ide yang sangat ‘sederhana’, dan bahkan terlalu sederhana. Termasuk ketika menulis tentang persoalan metakognisi, yang kemudian membuat diri saya tertarik untuk membaca cerita tentang kesuksesan 3 orang perempuan yang telah memberi inspirasi pada diri saya: “Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Susi Pudjiastuti. 
Salah satu tulisan yang telah memberikan motivasi untuk menulis tentang hal itu adalah sebuah artikel di salah satu situs internet yang berjudul: “Metakognisi dan Keberhasilan Belajar Peserta Didik”, dalam http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognisi-dan-keberhasilan-belajar- peserta-didik/. 
Berikut saya unggah kembali (secara utuh) tulisan tersebut: 
METAKOGNISI DANKEBERHASILAN BELAJAR PESERTA DIDIK 
Oleh: Kuntjojo 
1. Pengertian Metakognisi 
Istilah metakognisi yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai yaitu meta dan kognisi (cognition). Istilah meta berasal dari bahasa Yunani μετάyang dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan after, beyond, with, adjacent), adalah suatu prefix yang digunakan dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan pada suatu abstraksi dari suatu konsep. (Wikipedia, Free Encyclopedia, 2008). Sedangkan cognition, menurut Ensklopedia tersebut berasal dari bahasa Latin yaitu cognoscere, yang berarti mengetahui (to know) dan mengenal (to recognize). Kognisi, disebut juga gejala-gejala pengenalan, merupakan “the act or process of knowing including both awareness and judgement” (Webster’s Seventh New Collegiate Dictionary, 1972 : 161). Sementara itu Huitt (2005) menyatakan “cognition refers to the process of coming to know and understand; the process of encoding, storing, processing, retrieving information.” . 
Metakognisi (metacognition) merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada tahun 1976. Menurut Flavell, sebagaimana dikutip oleh Livingston (1997), metakognisi terdiri dari pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge) dan pengalaman atau regulasi metakognitif (metacognitive experiences or regulation). Pengetahuan
2 
metakognitif menunjuk pada diperolehnya pengetahuan tentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dapat dipakai untuk mengontrol proses kognitif. Sedangkan pengalaman metakognitif adalah proses-proses yang dapat diterapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan mencapai tujuan-tujuan kognitif. 
Sedangkan Livingstone (1997) mendefinisikan metakognisi sebagai thinking about thinking atau berpikir tentang berpikir. Metakognisi, menurut tokoh tersebut adalah kemampuan berpikir di mana yang menjadi objek berpikirnya adalah proses berpikir yang terjadi pada diri sendiri. Ada pula beberapa ahli yang mengartikan metakognisi sebagai thinking about thinking,, learning to think, learning to study, learning how to learn, learning to learn, learning about learning (NSIN Research Matters No. 13, 2001). 
Sementara itu Margaret W. Matlin (1998:256) dalam bukunya yang diberi judul Cognition, menyatakan : “Metacognitionis our knowledge, awareness, and control of our cognitive process” .Metakognisi, menurut Matlin, adalah pengetahuan, kesadaran, dan kontrol terhadap proses kognitif yang terjadi pada diri sendiri. 
Wellman (1985) sebagaimana pendapatnya dikutip oleh Usman Mulbar (2008) menyatakan bahwa: Metacognition is a formof cognition, a second or higher order thinking process which involves active control over cognitive processes. It can be simply defined as thinking about thinking or as a “person’s cognition about cognition” Metakognisi, menurut Wellman, sebagai suatu bentuk kognisi, atau proses berpikir dua tingkat atau lebih yang melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif. Karena itu, metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir seseorang tentang berpikirnya sendiri atau kognisi seseorang tentang kognisinya sendiri. 
William Peirce mendefinisikan metakognisi secara umum dan secara khusus. Menurut Peirce (2003), secara umum metakognisi adalah berpikir tentang berpikir. Sedangkan secara khusus, dia mengutip definisi metakognisi yang dibuat oleh Taylor, yaitu “an appreciationof what one already knows, together with a correct apprehension of the learning task and what knowledge and skills it requires, combined with the ability tomake correct inferences about how to apply one’s strategic knowledge to aparticular situation, and to do so efficiently and reliably.” (Peirce,2003). 
Tokoh berikut yang juga mendefinisikan metakognisi antara lain Hamzah B. Uno. Menurut Uno (2007: 134) metakognisi merupakan keterampilan seseorang dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya. 
Taccasu Project (2008) mendiskripsikan pengertian metakognisi sebagai berikut ini.
3 
1) Metacognition is the part of planning,monitoring and evaluating the learning process. 
2) Metacognition is is knowledge about one’s own cognitive system; thinking about one’s own thinking; essential skill for learning to learning. 
3) Metacognition includes thoughts about what are we know or don’t know and regulating how we go about learning. 
4) Metacognition involves both the conscious awareness and the conscious control of one’s learning. 
5) Metacognition is learning how to learn involves possessing or acquiring the knowledge and skill to learn effectively in whatever learning situation learners encounters. 
Metakognisi, sebagaimana dideskripsikan pengertiannya oleh Taccasu Project pada dasarnya adalah kemampuan seseorang dalam belajar, yang mencakup bagaimana sebaiknya belajar dilakukan, apa yang sudah dan belum diketahui, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu perencaan mengenai apa yang harus dipelajari, bagaimana, kapan memelajari, pemantauan terhadap proses belajar yang sedang dia lakukan, serta evaluasi terhadap apa yang telah direncanakan, dilakukan, serta hasil dari proses tersebut. 
Berdasarkan beberapa definisi yangtelah dikemukakan pada uraian di atas dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian tentang metakognisi sebagai berikut. 
1) Metakognisi merupakan kemampuan jiwa yang termasuk dalam kelompok kognisi. 
2) Metakognisi merupakan kemampuan untuk menyadari, mengetahui, proses kognisi yang terjadi pada diri sendiri. 
3) Metakognisi merupakan kemampuan untuk mengarahkan proses kognisi yang terjadi pada diri sendiri. 
4) Metakognisi merupakan kemampuan belajar bagaimana mestinya belajar dilakukan yang meliputi proses perencanaan, pemantauan, dan evaluasi. 
5) Metakognisi merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Dikatakan demikian karena aktivitas ini mampu mengontrol proses berpikir yang sedang berlangsung pada diri sendiri. 
2. Komponen-komponen Metakognisi 
Para ahli yang banyak mencurahkan perhatiannya pada metakognisi, seperti John Flavel (Livington, 1997), Baker dan Brown, 1984, dan Gagne 1993 (Nur, 2005), menyatakan bahwa metakognisi memiliki dua komponen, yaitu (a) pengetahuan tentang kognisi, dan (b) mekanisme pengendalian diri dan monitoring kognitif. Sedang Flavell (Livingston, 1997) mengemukakan bahwa metakognisi meliputi dua komponen, yaitu 1) pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge), dan 1) pengalaman atau regulasi metakognisi (metacognitive experiences orregulation).
4 
Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh. Huitt (1997) bahwa terdapat dua komponen yang termasuk dalam metakognisi, yaitu (a) apa yang kita ketahui atau tidak ketahui, dan (b) regulasi bagaimana kita belajar (Mulbar, 2008). 
Kedua komponen metakognisi, yaitu pengetahuan metakognitif dan regulasi metakognitif, masing-masing memiliki sub komponen-sub komponen sebagai-mana disebutkan berikut ini (OLRC News. 2004) 
a. Pengetahuan tentang kognisi (knowledge about cognition) 
Pengetahuan metakognitif terdiri dari sub kemampuan-sub kemampuan sebagai berikut: 
1) declarative knowledge 
2) procedural knowledge 
3) conditional knowledge 
b. Regulasi tentang kognisi (regulation about cognition) 
Regulasi metakognitif terdiri dari subkemampuan-sub kemampuan sebagai berikut: 
1) planning, 
2) information management strategies, 
3) comprehension monitoring, 
4) debugging strategies, dan 
5) evaluation. 
Pengetahuan tentang kognisi adalah pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kognisinya, yang mencakup tiga sub komponen. Komponen pertama, declarative knowledge, yaitu pengetahuan tentang diri sendiri sebagai pembelajar serta strategi, keterampilan, dan sumber-sumber belajar yang dibutuhkannya untuk keperluan belajar. Komponen kedua, procedural knowledge, yaitu pengetahuan tentang bagaimana menggunakan apa saja yang telah diketahui dalam declarative knowledge tersebut dalam aktivitas belajarnya. Komponen ketiga, conditional knowledge, adalah pengetahuan tentang bilamana menggunakan suatu prosedur, keterampilan,atau strategi dan bilamana hal-hal tersebut tidak digunakan, mengapa suatu prosedur berlangsung dan dalam kondisi yang bagaimana berlangsungnya, dan mengapa suatu prosedur lebih baik dari pada prosedur-prosedur yang lain. 
Regulasi kognisi terdari dari sub komponen-sub komponen sebagai berikut.
5 
Pertama, planning, adalah kemampuan merencanakan aktivitas belajarnya. 
Kedua, information management strategies, adalah kemampuan strategi mengelola informasi berkenaan dengan proses belajar yang dilakukan. 
Ketiga, comprehension monitoring, merupakan kemampuan dalam memonitor proses belajarnya dan hal-hal yang berhubungan dengan proses tersebut. 
Keempat, debugging strategies, adalah kemampuan strategi-strategi debugging yaitu strategi yang digunakan untuk membetulkan tindakan-tindakan yang salah dalam belajar. 
Kelima, evaluation, adalah kemampuan mengevaluasi efektivitas strategi belajarnya, apakah ia akan mengubah strateginya, menyerah pada keadaan, atau mengakhiri kegiatan tersebut. 
3. Peranan Metakognisi terhadap Keberhasilan Belajar 
Sebagaimana dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa metakognisi pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya belajar dilakukan yang di dalamnya dipertimbangkan dan dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut (Taccasu Project, 2008). 
a. Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar. 
b. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan belajar. 
c. Menyusun suatu program belajar untuk konsep, keterampilan, dan ide-ide yang baru. 
d. Mengidentifkasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari sebagai sumber belajar. 
e. Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar. 
f. Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah kelompok. 
g. Belajar dari dan mengambil manfaat pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu. 
h. Belajar dari danmengambil manfaatkan pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu. 
i. Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya. 
Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas, dapat dinyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh kemampuan metakognisinya. Jika setiap kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu pada indikator dari learning how to learn sebagaimana disebutkan di atas, maka hasil optimal niscaya akan mudah dicapai.
6 
4. Pengembangan Metakognisi Peserta Didik dalam Pembelajaran 
Mengingat pentingnya peranan metakognisi dalam keberhasilan belajar, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan meningkatkan metakognisi mereka. Mengembangkan metakognisi pembelajar berarti membangun fondasi untuk belajar secara aktif. Guru atau dosen sebagai sebagai perancang kegiatan belajar dan pembelajaran, memunyai tanggung jawab dan banyak kesempatan untuk mengembangkan metakognisi pembelajar. 
Strategi yang dapat dilakukan guru atau dosen dalam mengembangkan metakognisi peserta didik melalui kegiatan belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut (Taccasu Project, 2008). 
a. Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar dengan: 
1) Mendorong pembelajar untuk memonitor proses belajar dan berpikirnya. 
2) Membimbing pembelajar dalam mengembangkan strategi-strategi belajar yang efektif. 
3) Meminta pembelajar untuk membuat prediksi tentang informasi yang akan muncul atau disajikan berikutnya berdasarkan apa yang mereka telah baca atau pelejari. 
4) Membimbing pembelajar untuk mengembangkan kebiasaan bertanya. 
5) Menunjukkan kepada pembelajar bagaimana teknik mentransfer pengetahuan, sikap-sikap,nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dari suatu situasi ke situasi yang lain. 
b. Membimbing pembelajar dalam mengembangkan kebiasaan peserta didik yang baik melalui : 
1) Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri 
Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri dapat dilakukan dengan: (1) mengidentifikasi gaya belajar yang paling cocok untuk diri sendiri (visual, auditif, kinestetik, deduktif, atau induktif); (2) memonitor dan meningkatkan kemampuan belajar (membaca, menulis, mendengarkan, mengelola waktu, dan memecahkan masalah); (3) memanfaatkan lingkungan belajar secara variatif (di kelas dengan ceramah, diskusi, penugasan, praktik di laboratorium, belajar kelompok, dst). 
2) Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir positif 
Kebiasaan berpikir positif dikembangkan dengan : (1) meningkatkan rasa percaya diri (self-confidence) dan rasa harga diri (self-esteem) dan (2) mengidentifikasi tujuan belajar dan menikmati aktivitas belajar.
7 
3) Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara hirarkis 
Kebiasaan untuk berpikir secara hirarkis dikembangkan dengan : (1) membuat keputusan dan memecahkan masalah dan (2) memadukan dan menciptakan hubungan-hubungan konsep-konsep yang baru. 
4) Mengembangkan kebiasaan untuk bertanya 
Kebiasaan bertanya dikembangkan dengan: (1) mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep utama dan bukti-bukti pendukung; (2) membangkitkan minat dan motivasi; dan (3) memusatkan perhatian dan daya ingat. 
Pengembangan metakognisi pembelajardapat pula dilakukan dengan aktivitas-aktivitas yang sederhana kemudian menuju ke yang lebih rumit. 
Daftar Pustaka 
Anderson, Neil J.(2002) “The Role Of Metacognition in Second Language Teaching and Learning”. DigestApril 2002. Tersedia pada: http://www.cal.org/ericcll/digest. Diakses pada 11 Februari 2006. 
Blakey, Elaine danSpence, Sheila. (2008) “Developing Metacognition” Tersedia pada : http://www.education.com/parter/articles. Diakses pada 13 September 2008. 
Livingstone, JenniferA. (1997) “Metacognition: An Overview” Tersedia pada: http: //http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/CEP564/Metacog.html.) 
Matlin, Margaret W.(1998) Cognition. Philadelphia: Harcourt Brace College Publisher. 
Mulbar, Usman. (2008) “Metakognisi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika”. Tersedia pada:http//www.usmanmulbar.files. wordpress. com. Diakses pada 8 Mei 2008. 
Nur, Mohamad, PrimaRetno Wikandri, dan Bambang Sugiarto. (1999) Teori Belajar. Surabaya: University Press Universitas Negeri Surabaya. 
OLRC News. (2004)“Metacognition” Tersedia pada: http://www.literacy.kent.edu/ ohioeff/resource.doc. Diakses pada 27 Juni 2008.
8 
Papaleontiou-Louca,Eleonora. (2008) Metacognition and Theory of Mind. Newcaltles: CambridgeScholars Publishing. 
Peirce, William.(2003) “Metacognition: Study Strategies, Monitoring, and Motivation”. Tersediapada: http://www.academic.pgcc.edu/wpeirce/MCCCTR /index.html. Diakses pada 21 Agustus 2008. 
Schraw, Gregory danBrooks, David W. (2008) “Helping Students Self-Regulate in Chemistry Courses:Improving the Will and the Skill” Tersedia pada: http://www.dwb.unl.edu/dwb/default.html. Diakses pada 26 Juli 2008. 
Taccasu Project.(2008) “Metacognition” Tersedia pada: http://www.hku.hk/cepc/taccasu/ref/metacognition.html.Diakses pada 10 September 2008. 
Uno, Hamzah B. (2007). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.

More Related Content

What's hot

Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHMakalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHSoga Biliyan Jaya
 
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadianperkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadianSeptia Darmayanti
 
Makalah Perbedaan individu dalam belajar
Makalah Perbedaan individu dalam  belajarMakalah Perbedaan individu dalam  belajar
Makalah Perbedaan individu dalam belajarMuhammad Hamdani
 
Tes objektif dan pengembangan tes objektif
Tes objektif dan pengembangan tes objektifTes objektif dan pengembangan tes objektif
Tes objektif dan pengembangan tes objektifmafia_konoha
 
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERSTEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERSIlma Urrutyana
 
Pengukuran, penilaian dan evaluasi
Pengukuran, penilaian dan evaluasiPengukuran, penilaian dan evaluasi
Pengukuran, penilaian dan evaluasiPesa Desgamalia
 
Strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung
Strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung Strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung
Strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung alfa della
 
PPT Uji T Dependent dan Indeppendent
PPT Uji T Dependent dan IndeppendentPPT Uji T Dependent dan Indeppendent
PPT Uji T Dependent dan IndeppendentZahrotutTaafufiyah
 
KB 2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Holistik, Kontekstual, dan Futuristik
KB 2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Holistik, Kontekstual, dan FuturistikKB 2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Holistik, Kontekstual, dan Futuristik
KB 2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Holistik, Kontekstual, dan FuturistikIstna Zakia Iriana
 
Penilaian Unjuk Kerja Siswa
Penilaian Unjuk Kerja SiswaPenilaian Unjuk Kerja Siswa
Penilaian Unjuk Kerja SiswaHildaNuraeni
 
Penerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikan
Penerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikanPenerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikan
Penerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikannirtaaldi
 
Teori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky pptTeori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky pptRahmah Salsabila
 
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12Nabila Nursafera
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatIrma Puji Lestari
 

What's hot (20)

Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHMakalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
 
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadianperkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
 
Pengantar Psikologi
Pengantar PsikologiPengantar Psikologi
Pengantar Psikologi
 
Makalah Perbedaan individu dalam belajar
Makalah Perbedaan individu dalam  belajarMakalah Perbedaan individu dalam  belajar
Makalah Perbedaan individu dalam belajar
 
Tes objektif dan pengembangan tes objektif
Tes objektif dan pengembangan tes objektifTes objektif dan pengembangan tes objektif
Tes objektif dan pengembangan tes objektif
 
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERSTEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
TEORI JOHN BROADES WATSON DAN CARL ROGERS
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeTeori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 
Pengukuran, penilaian dan evaluasi
Pengukuran, penilaian dan evaluasiPengukuran, penilaian dan evaluasi
Pengukuran, penilaian dan evaluasi
 
Teori Vygotsky
Teori VygotskyTeori Vygotsky
Teori Vygotsky
 
Strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung
Strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung Strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung
Strategi pembelajaran langsung dan tidak langsung
 
Prinsip prinsip pembelajaran
Prinsip prinsip pembelajaranPrinsip prinsip pembelajaran
Prinsip prinsip pembelajaran
 
PPT Uji T Dependent dan Indeppendent
PPT Uji T Dependent dan IndeppendentPPT Uji T Dependent dan Indeppendent
PPT Uji T Dependent dan Indeppendent
 
Masalah pembelajaran
Masalah pembelajaranMasalah pembelajaran
Masalah pembelajaran
 
KB 2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Holistik, Kontekstual, dan Futuristik
KB 2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Holistik, Kontekstual, dan FuturistikKB 2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Holistik, Kontekstual, dan Futuristik
KB 2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Holistik, Kontekstual, dan Futuristik
 
Penilaian Unjuk Kerja Siswa
Penilaian Unjuk Kerja SiswaPenilaian Unjuk Kerja Siswa
Penilaian Unjuk Kerja Siswa
 
Penerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikan
Penerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikanPenerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikan
Penerapan filsafat eksistensialisme dalam komponen pendidikan
 
Teori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky pptTeori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky ppt
 
Inovasi Kurikulum
Inovasi KurikulumInovasi Kurikulum
Inovasi Kurikulum
 
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12
INDUKSI ELEKTROMAGNETIK KELAS 12
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
 

Similar to Metakognisi dan Belajar

Metakognitif dalam pembelajaran
Metakognitif dalam pembelajaranMetakognitif dalam pembelajaran
Metakognitif dalam pembelajaranZulrahmat Togala
 
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan KonstruktivismeTeori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan KonstruktivismePratiwiKartikaSari
 
Metakognisi_pptx.pptx
Metakognisi_pptx.pptxMetakognisi_pptx.pptx
Metakognisi_pptx.pptxAlvinTamba2
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifCikgu Zatiah
 
Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
Psikologi Pembelajaran dan PengajaranPsikologi Pembelajaran dan Pengajaran
Psikologi Pembelajaran dan PengajaranFMx Cafe
 
Artikel eman p ps prodi pend. biologi
Artikel eman  p ps prodi pend. biologiArtikel eman  p ps prodi pend. biologi
Artikel eman p ps prodi pend. biologiAmir Uddin
 
Persepsi dan Motivasi
Persepsi dan MotivasiPersepsi dan Motivasi
Persepsi dan Motivasipjj_kemenkes
 
Kelompok 2 sbm jadi
Kelompok 2 sbm   jadiKelompok 2 sbm   jadi
Kelompok 2 sbm jadiMitha Ye Es
 
ringkasan peserta didik
ringkasan peserta didikringkasan peserta didik
ringkasan peserta didikDwi Rahayu
 
Kekuatan taksonomi bloom versi baru ialah membezakan antara
Kekuatan taksonomi bloom versi baru ialah membezakan antaraKekuatan taksonomi bloom versi baru ialah membezakan antara
Kekuatan taksonomi bloom versi baru ialah membezakan antaraAhmad Alli
 
Sepintas Buku Educational Psikologi Anita Wolfork
Sepintas Buku Educational Psikologi Anita WolforkSepintas Buku Educational Psikologi Anita Wolfork
Sepintas Buku Educational Psikologi Anita WolforkZaim Wahid
 
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn KognitifMakalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn KognitifFAJAR MENTARI
 
Model Model Pembelajaran (1).docx
Model Model Pembelajaran (1).docxModel Model Pembelajaran (1).docx
Model Model Pembelajaran (1).docxSALMIARISAM
 

Similar to Metakognisi dan Belajar (20)

Bab ll ppm angel
Bab ll ppm angelBab ll ppm angel
Bab ll ppm angel
 
Flavell
FlavellFlavell
Flavell
 
Modul 5 kb 3
Modul 5 kb 3Modul 5 kb 3
Modul 5 kb 3
 
Teori kognitif
Teori kognitif  Teori kognitif
Teori kognitif
 
Metakognitif dalam pembelajaran
Metakognitif dalam pembelajaranMetakognitif dalam pembelajaran
Metakognitif dalam pembelajaran
 
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan KonstruktivismeTeori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
 
Metakognisi_pptx.pptx
Metakognisi_pptx.pptxMetakognisi_pptx.pptx
Metakognisi_pptx.pptx
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
Psikologi Pembelajaran dan PengajaranPsikologi Pembelajaran dan Pengajaran
Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran
 
Artikel eman p ps prodi pend. biologi
Artikel eman  p ps prodi pend. biologiArtikel eman  p ps prodi pend. biologi
Artikel eman p ps prodi pend. biologi
 
Persepsi dan Motivasi
Persepsi dan MotivasiPersepsi dan Motivasi
Persepsi dan Motivasi
 
Kelompok 2 sbm jadi
Kelompok 2 sbm   jadiKelompok 2 sbm   jadi
Kelompok 2 sbm jadi
 
Metakognisi
MetakognisiMetakognisi
Metakognisi
 
ringkasan peserta didik
ringkasan peserta didikringkasan peserta didik
ringkasan peserta didik
 
Kekuatan taksonomi bloom versi baru ialah membezakan antara
Kekuatan taksonomi bloom versi baru ialah membezakan antaraKekuatan taksonomi bloom versi baru ialah membezakan antara
Kekuatan taksonomi bloom versi baru ialah membezakan antara
 
Sepintas Buku Educational Psikologi Anita Wolfork
Sepintas Buku Educational Psikologi Anita WolforkSepintas Buku Educational Psikologi Anita Wolfork
Sepintas Buku Educational Psikologi Anita Wolfork
 
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn KognitifMakalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
Makalah Psikologi Pendidikan Teori Belajar dan Pembelajarn Kognitif
 
Model Model Pembelajaran (1).docx
Model Model Pembelajaran (1).docxModel Model Pembelajaran (1).docx
Model Model Pembelajaran (1).docx
 
Teori Belajar Sibernetik
Teori Belajar Sibernetik Teori Belajar Sibernetik
Teori Belajar Sibernetik
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Metakognisi dan Belajar

  • 1. 1 Menjawab Pertanyaan Para Sahabat tentang Tulisan Saya: “Urgensi Metakognisi Dalam Proses Belajar-Mengajar” Ada sejumlah sahabat saya yang bertanya: “Dari mana Anda mendapatkan bahan untuk menulis tentang Urgensi Kemampuan Metakognitif?” Saya jawab dengan sederhana. Saya mulai menulis dengan sebuah ide yang sangat ‘sederhana’, dan bahkan terlalu sederhana. Termasuk ketika menulis tentang persoalan metakognisi, yang kemudian membuat diri saya tertarik untuk membaca cerita tentang kesuksesan 3 orang perempuan yang telah memberi inspirasi pada diri saya: “Mooryati Soedibyo, Dian Sastro, dan Susi Pudjiastuti. Salah satu tulisan yang telah memberikan motivasi untuk menulis tentang hal itu adalah sebuah artikel di salah satu situs internet yang berjudul: “Metakognisi dan Keberhasilan Belajar Peserta Didik”, dalam http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognisi-dan-keberhasilan-belajar- peserta-didik/. Berikut saya unggah kembali (secara utuh) tulisan tersebut: METAKOGNISI DANKEBERHASILAN BELAJAR PESERTA DIDIK Oleh: Kuntjojo 1. Pengertian Metakognisi Istilah metakognisi yang dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai yaitu meta dan kognisi (cognition). Istilah meta berasal dari bahasa Yunani μετάyang dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan after, beyond, with, adjacent), adalah suatu prefix yang digunakan dalam bahasa Inggris untuk menunjukkan pada suatu abstraksi dari suatu konsep. (Wikipedia, Free Encyclopedia, 2008). Sedangkan cognition, menurut Ensklopedia tersebut berasal dari bahasa Latin yaitu cognoscere, yang berarti mengetahui (to know) dan mengenal (to recognize). Kognisi, disebut juga gejala-gejala pengenalan, merupakan “the act or process of knowing including both awareness and judgement” (Webster’s Seventh New Collegiate Dictionary, 1972 : 161). Sementara itu Huitt (2005) menyatakan “cognition refers to the process of coming to know and understand; the process of encoding, storing, processing, retrieving information.” . Metakognisi (metacognition) merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada tahun 1976. Menurut Flavell, sebagaimana dikutip oleh Livingston (1997), metakognisi terdiri dari pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge) dan pengalaman atau regulasi metakognitif (metacognitive experiences or regulation). Pengetahuan
  • 2. 2 metakognitif menunjuk pada diperolehnya pengetahuan tentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dapat dipakai untuk mengontrol proses kognitif. Sedangkan pengalaman metakognitif adalah proses-proses yang dapat diterapkan untuk mengontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan mencapai tujuan-tujuan kognitif. Sedangkan Livingstone (1997) mendefinisikan metakognisi sebagai thinking about thinking atau berpikir tentang berpikir. Metakognisi, menurut tokoh tersebut adalah kemampuan berpikir di mana yang menjadi objek berpikirnya adalah proses berpikir yang terjadi pada diri sendiri. Ada pula beberapa ahli yang mengartikan metakognisi sebagai thinking about thinking,, learning to think, learning to study, learning how to learn, learning to learn, learning about learning (NSIN Research Matters No. 13, 2001). Sementara itu Margaret W. Matlin (1998:256) dalam bukunya yang diberi judul Cognition, menyatakan : “Metacognitionis our knowledge, awareness, and control of our cognitive process” .Metakognisi, menurut Matlin, adalah pengetahuan, kesadaran, dan kontrol terhadap proses kognitif yang terjadi pada diri sendiri. Wellman (1985) sebagaimana pendapatnya dikutip oleh Usman Mulbar (2008) menyatakan bahwa: Metacognition is a formof cognition, a second or higher order thinking process which involves active control over cognitive processes. It can be simply defined as thinking about thinking or as a “person’s cognition about cognition” Metakognisi, menurut Wellman, sebagai suatu bentuk kognisi, atau proses berpikir dua tingkat atau lebih yang melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif. Karena itu, metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir seseorang tentang berpikirnya sendiri atau kognisi seseorang tentang kognisinya sendiri. William Peirce mendefinisikan metakognisi secara umum dan secara khusus. Menurut Peirce (2003), secara umum metakognisi adalah berpikir tentang berpikir. Sedangkan secara khusus, dia mengutip definisi metakognisi yang dibuat oleh Taylor, yaitu “an appreciationof what one already knows, together with a correct apprehension of the learning task and what knowledge and skills it requires, combined with the ability tomake correct inferences about how to apply one’s strategic knowledge to aparticular situation, and to do so efficiently and reliably.” (Peirce,2003). Tokoh berikut yang juga mendefinisikan metakognisi antara lain Hamzah B. Uno. Menurut Uno (2007: 134) metakognisi merupakan keterampilan seseorang dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya. Taccasu Project (2008) mendiskripsikan pengertian metakognisi sebagai berikut ini.
  • 3. 3 1) Metacognition is the part of planning,monitoring and evaluating the learning process. 2) Metacognition is is knowledge about one’s own cognitive system; thinking about one’s own thinking; essential skill for learning to learning. 3) Metacognition includes thoughts about what are we know or don’t know and regulating how we go about learning. 4) Metacognition involves both the conscious awareness and the conscious control of one’s learning. 5) Metacognition is learning how to learn involves possessing or acquiring the knowledge and skill to learn effectively in whatever learning situation learners encounters. Metakognisi, sebagaimana dideskripsikan pengertiannya oleh Taccasu Project pada dasarnya adalah kemampuan seseorang dalam belajar, yang mencakup bagaimana sebaiknya belajar dilakukan, apa yang sudah dan belum diketahui, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu perencaan mengenai apa yang harus dipelajari, bagaimana, kapan memelajari, pemantauan terhadap proses belajar yang sedang dia lakukan, serta evaluasi terhadap apa yang telah direncanakan, dilakukan, serta hasil dari proses tersebut. Berdasarkan beberapa definisi yangtelah dikemukakan pada uraian di atas dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian tentang metakognisi sebagai berikut. 1) Metakognisi merupakan kemampuan jiwa yang termasuk dalam kelompok kognisi. 2) Metakognisi merupakan kemampuan untuk menyadari, mengetahui, proses kognisi yang terjadi pada diri sendiri. 3) Metakognisi merupakan kemampuan untuk mengarahkan proses kognisi yang terjadi pada diri sendiri. 4) Metakognisi merupakan kemampuan belajar bagaimana mestinya belajar dilakukan yang meliputi proses perencanaan, pemantauan, dan evaluasi. 5) Metakognisi merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Dikatakan demikian karena aktivitas ini mampu mengontrol proses berpikir yang sedang berlangsung pada diri sendiri. 2. Komponen-komponen Metakognisi Para ahli yang banyak mencurahkan perhatiannya pada metakognisi, seperti John Flavel (Livington, 1997), Baker dan Brown, 1984, dan Gagne 1993 (Nur, 2005), menyatakan bahwa metakognisi memiliki dua komponen, yaitu (a) pengetahuan tentang kognisi, dan (b) mekanisme pengendalian diri dan monitoring kognitif. Sedang Flavell (Livingston, 1997) mengemukakan bahwa metakognisi meliputi dua komponen, yaitu 1) pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge), dan 1) pengalaman atau regulasi metakognisi (metacognitive experiences orregulation).
  • 4. 4 Pendapat yang serupa juga dikemukakan oleh. Huitt (1997) bahwa terdapat dua komponen yang termasuk dalam metakognisi, yaitu (a) apa yang kita ketahui atau tidak ketahui, dan (b) regulasi bagaimana kita belajar (Mulbar, 2008). Kedua komponen metakognisi, yaitu pengetahuan metakognitif dan regulasi metakognitif, masing-masing memiliki sub komponen-sub komponen sebagai-mana disebutkan berikut ini (OLRC News. 2004) a. Pengetahuan tentang kognisi (knowledge about cognition) Pengetahuan metakognitif terdiri dari sub kemampuan-sub kemampuan sebagai berikut: 1) declarative knowledge 2) procedural knowledge 3) conditional knowledge b. Regulasi tentang kognisi (regulation about cognition) Regulasi metakognitif terdiri dari subkemampuan-sub kemampuan sebagai berikut: 1) planning, 2) information management strategies, 3) comprehension monitoring, 4) debugging strategies, dan 5) evaluation. Pengetahuan tentang kognisi adalah pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kognisinya, yang mencakup tiga sub komponen. Komponen pertama, declarative knowledge, yaitu pengetahuan tentang diri sendiri sebagai pembelajar serta strategi, keterampilan, dan sumber-sumber belajar yang dibutuhkannya untuk keperluan belajar. Komponen kedua, procedural knowledge, yaitu pengetahuan tentang bagaimana menggunakan apa saja yang telah diketahui dalam declarative knowledge tersebut dalam aktivitas belajarnya. Komponen ketiga, conditional knowledge, adalah pengetahuan tentang bilamana menggunakan suatu prosedur, keterampilan,atau strategi dan bilamana hal-hal tersebut tidak digunakan, mengapa suatu prosedur berlangsung dan dalam kondisi yang bagaimana berlangsungnya, dan mengapa suatu prosedur lebih baik dari pada prosedur-prosedur yang lain. Regulasi kognisi terdari dari sub komponen-sub komponen sebagai berikut.
  • 5. 5 Pertama, planning, adalah kemampuan merencanakan aktivitas belajarnya. Kedua, information management strategies, adalah kemampuan strategi mengelola informasi berkenaan dengan proses belajar yang dilakukan. Ketiga, comprehension monitoring, merupakan kemampuan dalam memonitor proses belajarnya dan hal-hal yang berhubungan dengan proses tersebut. Keempat, debugging strategies, adalah kemampuan strategi-strategi debugging yaitu strategi yang digunakan untuk membetulkan tindakan-tindakan yang salah dalam belajar. Kelima, evaluation, adalah kemampuan mengevaluasi efektivitas strategi belajarnya, apakah ia akan mengubah strateginya, menyerah pada keadaan, atau mengakhiri kegiatan tersebut. 3. Peranan Metakognisi terhadap Keberhasilan Belajar Sebagaimana dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa metakognisi pada dasarnya adalah kemampuan belajar bagaimana seharusnya belajar dilakukan yang di dalamnya dipertimbangkan dan dilakukan aktivitas-aktivitas sebagai berikut (Taccasu Project, 2008). a. Mengembangkan suatu rencana kegiatan belajar. b. Mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya berkenaan dengan kegiatan belajar. c. Menyusun suatu program belajar untuk konsep, keterampilan, dan ide-ide yang baru. d. Mengidentifkasi dan menggunakan pengalamannya sehari-hari sebagai sumber belajar. e. Memanfaatkan teknologi modern sebagai sumber belajar. f. Memimpin dan berperan serta dalam diskusi dan pemecahan masalah kelompok. g. Belajar dari dan mengambil manfaat pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu. h. Belajar dari danmengambil manfaatkan pengalaman orang-orang tertentu yang telah berhasil dalam bidang tertentu. i. Memahami faktor-faktor pendukung keberhasilan belajarnya. Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas, dapat dinyatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh kemampuan metakognisinya. Jika setiap kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu pada indikator dari learning how to learn sebagaimana disebutkan di atas, maka hasil optimal niscaya akan mudah dicapai.
  • 6. 6 4. Pengembangan Metakognisi Peserta Didik dalam Pembelajaran Mengingat pentingnya peranan metakognisi dalam keberhasilan belajar, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan meningkatkan metakognisi mereka. Mengembangkan metakognisi pembelajar berarti membangun fondasi untuk belajar secara aktif. Guru atau dosen sebagai sebagai perancang kegiatan belajar dan pembelajaran, memunyai tanggung jawab dan banyak kesempatan untuk mengembangkan metakognisi pembelajar. Strategi yang dapat dilakukan guru atau dosen dalam mengembangkan metakognisi peserta didik melalui kegiatan belajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut (Taccasu Project, 2008). a. Membantu peserta didik dalam mengembangkan strategi belajar dengan: 1) Mendorong pembelajar untuk memonitor proses belajar dan berpikirnya. 2) Membimbing pembelajar dalam mengembangkan strategi-strategi belajar yang efektif. 3) Meminta pembelajar untuk membuat prediksi tentang informasi yang akan muncul atau disajikan berikutnya berdasarkan apa yang mereka telah baca atau pelejari. 4) Membimbing pembelajar untuk mengembangkan kebiasaan bertanya. 5) Menunjukkan kepada pembelajar bagaimana teknik mentransfer pengetahuan, sikap-sikap,nilai-nilai, keterampilan-keterampilan dari suatu situasi ke situasi yang lain. b. Membimbing pembelajar dalam mengembangkan kebiasaan peserta didik yang baik melalui : 1) Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri Pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri dapat dilakukan dengan: (1) mengidentifikasi gaya belajar yang paling cocok untuk diri sendiri (visual, auditif, kinestetik, deduktif, atau induktif); (2) memonitor dan meningkatkan kemampuan belajar (membaca, menulis, mendengarkan, mengelola waktu, dan memecahkan masalah); (3) memanfaatkan lingkungan belajar secara variatif (di kelas dengan ceramah, diskusi, penugasan, praktik di laboratorium, belajar kelompok, dst). 2) Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir positif Kebiasaan berpikir positif dikembangkan dengan : (1) meningkatkan rasa percaya diri (self-confidence) dan rasa harga diri (self-esteem) dan (2) mengidentifikasi tujuan belajar dan menikmati aktivitas belajar.
  • 7. 7 3) Mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara hirarkis Kebiasaan untuk berpikir secara hirarkis dikembangkan dengan : (1) membuat keputusan dan memecahkan masalah dan (2) memadukan dan menciptakan hubungan-hubungan konsep-konsep yang baru. 4) Mengembangkan kebiasaan untuk bertanya Kebiasaan bertanya dikembangkan dengan: (1) mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep utama dan bukti-bukti pendukung; (2) membangkitkan minat dan motivasi; dan (3) memusatkan perhatian dan daya ingat. Pengembangan metakognisi pembelajardapat pula dilakukan dengan aktivitas-aktivitas yang sederhana kemudian menuju ke yang lebih rumit. Daftar Pustaka Anderson, Neil J.(2002) “The Role Of Metacognition in Second Language Teaching and Learning”. DigestApril 2002. Tersedia pada: http://www.cal.org/ericcll/digest. Diakses pada 11 Februari 2006. Blakey, Elaine danSpence, Sheila. (2008) “Developing Metacognition” Tersedia pada : http://www.education.com/parter/articles. Diakses pada 13 September 2008. Livingstone, JenniferA. (1997) “Metacognition: An Overview” Tersedia pada: http: //http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/CEP564/Metacog.html.) Matlin, Margaret W.(1998) Cognition. Philadelphia: Harcourt Brace College Publisher. Mulbar, Usman. (2008) “Metakognisi Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika”. Tersedia pada:http//www.usmanmulbar.files. wordpress. com. Diakses pada 8 Mei 2008. Nur, Mohamad, PrimaRetno Wikandri, dan Bambang Sugiarto. (1999) Teori Belajar. Surabaya: University Press Universitas Negeri Surabaya. OLRC News. (2004)“Metacognition” Tersedia pada: http://www.literacy.kent.edu/ ohioeff/resource.doc. Diakses pada 27 Juni 2008.
  • 8. 8 Papaleontiou-Louca,Eleonora. (2008) Metacognition and Theory of Mind. Newcaltles: CambridgeScholars Publishing. Peirce, William.(2003) “Metacognition: Study Strategies, Monitoring, and Motivation”. Tersediapada: http://www.academic.pgcc.edu/wpeirce/MCCCTR /index.html. Diakses pada 21 Agustus 2008. Schraw, Gregory danBrooks, David W. (2008) “Helping Students Self-Regulate in Chemistry Courses:Improving the Will and the Skill” Tersedia pada: http://www.dwb.unl.edu/dwb/default.html. Diakses pada 26 Juli 2008. Taccasu Project.(2008) “Metacognition” Tersedia pada: http://www.hku.hk/cepc/taccasu/ref/metacognition.html.Diakses pada 10 September 2008. Uno, Hamzah B. (2007). Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.