1. MAKALAH
DAMPAK PEMBANGUNAN JEMBATAN SELAT SUNDA TERHADAP
OPTIMALISASI SUPPLY CHAIN JAWA SUMATRA
Ir. Agung R Prabowo .MSc, Prof. Dr. Ir. Senator Nur Bahagia, Dr Nofrisel .SE., MM., CLSP
Makalah ini diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Optimisasi
semester ganjil
Oleh :
Muhamad Prayogo
3333111172
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
CILEGON – BANTEN
2012
2. 2
1. Persiapan dan Rencana Implementasi Pengembangan Kawasan Strategis dan
Insfrastruktur Selat Sunda
Pembangunan jembatan yang menghubungkan antara pulau jawa dan pulau sumatra atau
Jembatan Selat Sunda (JSS) dan kawasan strategis yaitu kawasan indutri diprakarsai oleh PT.
Graha Banten Lampung Sejahtera (GBLS). Berangkat dengan meninjau gagasan para pemimpin
nomor 1 bangsa Indonesia, diantaranya adalah Bung Karno, BJ Habibie dan Pak SBY kemudian
masalah pembangunan insfrastuktur di Negara Indonesia yang masih minim. Menggugah GBLS
memprakarsai JSS atau jembatan yang menghubungkan antara pulau jawa dan pulau Sumatra.
Dalam kaitannya dengan pembangunan JSS terdapat kendala – kendala atau opini – opini
keraguan pada JSS, opini –opini tersebut tidak hanya dari kalangan masyarakat namun kalangan
pemerintah pusat yang juga meragukan pembangunan JSS. Tetapi, kendala – kendala tersebut
tidak menyurutkan Pemerintah Provinsi Banten dan Pem. Prov Lampung. Hal tersebut
dibuktikan dengan JSS diterima dipemerintah pusat, berita ini dikutif dari pemaparan Ir. Agung
R Prabowo .MSc diacara Seminar Nasional di Aula FT. Untirta pada 6 November 2012.
“23 Januari 2008, paparan AGN kepada presiden RI perihal konsep rencana pembangunan
jembatan selat sunda (JSS). Beliau menyampaikan: JSS sangat penting dan strategis untuk
pembangunan ekonomi Indonesia. Pembangunannya agar dipercepat, dan segera lakukan
pertemuan dengan Menteri – menteri kabinet terkait”.
16 Juni 2009, SBY menyatakan bahwa: Provinsi Lampung akan maju, jika JSS terealisasi
pembangunannya dalam kurun waktu 5 tahun kedepan, ketika berkampanye dilampung.”
Ditambah tonggak – tonggak sejarah pembangunan JSS, terekam dalam Kepres No. 36
Tahun 2009 berisi tentang langkah awal menyambung Negara Kesatuan Republik Indonesia
secara fisik dimulai dengan jembatan selat sunda. Kemudian, Kepres No. 86 Tahun 2011 berisi
tentang dimulainya pembangunan mempersatukan NKRI secara fisik. Dengan Kepres tersebut
GBLS tidak menghiraukan opini – opini kontra kalangan masyarakat maupun pemerintah pusat.
Ternyata opini – opini keraguan pembangunan JSS mencapai pucaknya ketika dikaitkan
dengan masalah anggaran. Anggaran yang dibutuhkan dalam pembangunan JSS adalah 100
triliun, 100 triliun adalah angka yang spektakuler untuk pemerintah Indonesia yang masih
mempunyai masalah – masalah klasik bangsa ini. Dan jika anggaran pembangunan Negara
3. 3
dialokasikan untuk pembangunan JSS, maka akan timbul kesenjangan antara Indonesia barat dan
Indonesia timur. Sehingga tidak mungkin anggaran tersebut didapat dari pemerintah.
Terobosan pembalikan modal tersebut adalah lewat kawasan strategis atau kawasan
industry, mengurangi angka pasok logistic, dan juga peran aktif generasi muda. Kawasan
strategis jelas akan mendatangkan benefit, pembangunan kawasan strategis tersebut berkaca dari
pembangunan jalan setapak yang mengangkat angka transaksi didesa tersebut. Kemudian angka
pasok logistic Indonesia merupakan hal yang sangat prihatin karena ongkos pasok logistic di
Indonesia tergolong sangat mahal dibanding Negara lain yang mempunyai subsidi BBM lebih
mahal. Generasi muda Indonesia diharapkan berkolaborasi dengan GBLS dalam pembangunan
JSS dan juga mampu mengimbangi kerasnya perdagangan global pada tahun 2024 yang akan
menjadi penikmat JSS bukan sekedar penonton.
Belajar dari pembangunan jembatan Suramadu yang terdapat kekurangan mengenai SDM
Indonesia yang kurang optimal, maka JSS menerapkan kolaborasi yang militant/ multi-disiplin
antara universitas/ perguruan tinggi, SDM berbagai kelompok umur, dan kompetensi/
profesionalitas.
2. Pembangunan Jembatan Selat Sunda Dalam Perspektif Logistik
Mengkaji tentang Indonesia dimata dunia tentang logistic performance index pada tahun
2011 adalah peringkat ke 75 dari 155 kemudian naik hingga menempati peringkat 59 dari 155
(sumber: world bank). Namun, biaya logistic di Indonesia tergolong sangat mahal.
Sebelumnya definisi logistic adalah bagiann dari proses rantai pasok yaitu perencanaan,
implementsi, dan pengendalian efisien, diagram yang efektif dan penyimpanan yang baik,
perawatan, dan informasi terbaru dari hulu ke hilir di tujuan. Hal ini sesuai dengan buku Lambert
edisi ke 4: “logistics is that part of the supply chain process that plans, implements, and controls
the efficient, effective flow and storage of good, services, and related information from the point
of origin to the point consumption in order” (Lambert, 4th edition). Logistic dibagi menjadi 2
level yaitu level mikro (corporate) dan level makro (state), hubungan JSS dalam kaitannya
dengan level makro yaitu tentang kebijakan pemerintah yang tidak konsisten.
Anggapan dasar pembangunan infrastuktur logistic adalah dengan pendekatan utama
dimana barang selalu mengikuti manusia sehingga tidak hanya manusia yang akan diuntungkan
oleh adanya JSS (Jembatan Selat Sunda) melainkan proses pasok logistic akan mengalami
4. 4
perbaikan dan akan meningkatkan usaha dalam negeri khususnya wilayah Sumatra, karena JSS
paling berpengaruh dengan koridor perdagangan pulau Sumatra. Menurut pandangan positif
logistic, JSS akan memberikan benefit bagi time efficient, time efficient bagi pengusaha akan
menentukan pengeluaran biaya, yang berarti akan menambah keuntungan. Juga pembangunan
JSS dapat menumbuhkan penyedia jasa dan pelaku logistic yang berarti akan menambah
lapangan pekerjaan.
Kesimpulan dari materi yang ke – 2 yaitu kegiatan logistic semestinya menjadi faktor
enabler bagi kegiatan perdagangan, yang pada gilirannya akan meningkatkan daya saing
ekonomi, pelaku logistic sangat menyambut pasitif dengan dibangunnya JSS dengan
pertimbangan: akan memperlancar arus barang domestik; akan menurunkan biaya logistic; akan
memperbaiki kinerja dan kualitas kegiatan logistic, pembangunan JSS diimbangi dengan
pembangunan kawasan ekonomi yang kuat baik di Banten maupun di Lampung, koneksivitas
kawasan ekonomi – Banten dan Lampung, dengan pusat – pusat pertumbuhan ekonomi lainnya
perlu diciptakan dan didisain berbasis pasa konsepsi Sistem Logistik Nasional dan MP3I.
3. Dampak JSS Terhadap Rantai Pasok Jawa – Sumatera
Sebelum ke dampak yang akan timbul perlu diketahui dahulu jejaring logistic nasional
dan tulang punggung transportasinya yaitu:
a. Rural logistic antar desa/ kota → darat → local transportasi masal
b. Nasional logistic antar propinsi → darat – laut → nasional inter island transportasion
c. Global logistic antar Negara → laut → global hubungan jalur internasional
Kemudian visi dan misi ekonomi Indonesia 2025
a. Visi
“Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur”.
b. Misi
i. Peningkatan nilai tambah dan perluasan rantai nilai proses produksi serta distribusi
dari pengelolaan asset dan akses (potensi) SDA, geografis wilayah, dan SDM,
melalui penciptaan kegiatan ekonomi yang terintegrasi dan sinergis di dalam
maupun antar antar – kawasan pusat – pusat pertumbuhan ekonomi.
5. 5
ii. Mendorong terwujudnya peningkatan efisiensi produksi dan pemasaran serta
integrasi pasar domestic dalam rangka penguatan daya saing dan daya tahan
perekonomian nasional.
iii. Mendorong penguatan system inovasi nasional di sisi produksi, proses, maupun
pemasaran untuk penguatan daya saing global yang berkelanjutan, menuju
innovation – driven economy.
Selanjutnya adalah tujuan penguatan konektivitas nasional adalah sebagai berikut:
a. Menghubungkan pusat – pusat pertumbuhan ekonomi untuk memaksimalkan
pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman, melalui inter –
modal supply chain systems.
b. Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksebilitas dari pusat – pusat
pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland)
c. Menyebarkan manfaat pembangunan secara meluas (pertumbuhan yang inklusif dan
berkeadilan) melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal,
terpencil dan perbatasan dalam rangka pemerataan pembangunan.
Dampak strategis JSS (jembatan selat sunda)
a. Memacu pertumbuhan dan pengembangan perdagangan karena JSS sangat strategis, tidak
hanya menjadi penghubung antara pulau sumatera dan pulau jawa, tetapi menyatukan
Indonesia dengan asia karena JSS merupakan kelanjutan dari trans asia highway dan trans
asia railway.
b. Memicu pertumbuhan kawasan kedua pulau jawa dan sumatera yang luar biasa besar
karena menyatunya kegiatan ekonomi, transportasi, mobilisasi barang dan jasa dari banda
aceh di ujung pulau sumatera hingga banyuwangi di ujung pulau jawa.
c. Memacu pengembangan kawasan ekonomi khusus karena mempermudah pasokan bahan
baku berupa karet, sawit, kopi dan coklat untuk industrinya dan mempermudah akses
pasarnya baik pasar domestic regional dan global.
6. 6
Dampak negative JSS (jembatan selat sunda)
a. Memacu laju impor produk dari ASEAN, china, dan mancanegara yang lain yang
berakibat matinya produsen dan pebisnis domestic yang belum mampu bersaing,
sehingga pulau jawa akan menjadi terbuka dan menjadi pasar produk mancanegara.
b. Dapat menghambat perwujudan transportasi nasional yang berbasis pada maritime
c. Kesenjangan makin melebar antara kawasan Indonesia timur dan barat
d. Pulau jawa, khususnya Jakarta akan semakin berat menghadapi problem transportasi
darat karena banyaknya kendaraan pribadi dan truk yang melintas.
Dampak local JSS (jembatan selat sunda)
a. Pengembangan kegiatan industry yang terkonsentrasi di pulau jawa data didistribisikan
ke pulau sumatera.
b. Pembangunan JSS akan mempengaruhi pola pemanfaatan ruang dan struktur kegiatan di
pulau jawa dan pulau sumatera terutama pada propinsi jawa dan lampung.
c. Lahan pertanian di sumatera yang lokasinya lebih jauh dari Jakarta dapat dikembangkan
sebagai pemasok hasil tani untuk pulau jawa, bukan ASEAN
d. Mempermudah berkembangnya kegiatan ekonomi utama di propinsi lampung dan banten.
----------o0 Terima Kasih 0o----------