SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Download to read offline
Metode Praktis
Dalam Menuntut Ilmu
Judul Asli :
Manhajun Mūjazun Fii Thalab Al-‘Ilmi
Penyusun :
Asy-Syaikh Nāshir Ibnu Hamad Al-Fahd
Penerjemah :
Abū Sālik
Desain Cover & Muroja’ah :
Abū Hazm Al-Andalasiy
4
DAFTAR ISI
Kiat-kiat dalam menuntut ilmu .....................................6
Tingkatan-tingkatan dalam menuntut ilmu............. 13
Kitab-kitab dan matan-matan pilihan....................... 15
Tauhīd...................................................................... 15
Al-Qur-ān................................................................ 16
Hadīts ...................................................................... 17
Mushtholah Al-Hadīts.......................................... 18
Ushūl Fiqih.............................................................. 19
Fiqih......................................................................... 21
Nahwu..................................................................... 23
Terakhir .......................................................................... 26
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
6
‫ﺑﻌﺪ‬ ‫أﻣﺎ‬ ،‫اﷲ‬ ‫رﺳﻮل‬ ‫ﻰﻠﻋ‬ ‫والﺴﻼم‬ ‫والﺼﻼة‬ ‫ﷲ‬ ‫اﺤﻟﻤﺪ‬
ebagian dari ikhwah yang aku muliakan telah
ber-husnuzhon kepadaku sehingga mereka
memintaku untuk menuliskan untuk mereka
sebuah metode dalam menuntut ilmu, maka aku
menuliskan yang berkaitan dengannya secara
ringkas, semoga Allāh menjadikannya bermanfaat.
Kiat-kiat dalam menuntut ilmu
Pertama : Ikhlas.
Sudah seharusnya bagi seorang thālib (penuntu ilmu)
untuk mengikhlaskan niat, ini adalah perkara yang
telah ma’rūf, hanya saja jalan yang harus ditempuh
cukup panjang, sedangkan rintangan tersebar di
mana-mana. Dan hal-hal yang dapat merusak niat
juga begitu banyak dan samar. Maka wajib bagi
seorang thālib untuk terus memperhatikan niatnya,
karena ia begitu cepat berubah-ubah.
Kedua : Tazkiyatunnafs (menyucikan jiwa).
Yaitu dengan merutinkan diri dalam melakukan
ketaatan, memperbanyak istighfar, selalu
memperbarui taubat dan menghindari maksiat-
S
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
7
maksiat, karena kemaksiatan termasuk penghalangan
terbesar dalam menuntut ilmu. Terkadang seorang
thālib terhalangi untuk mendapatkan ilmu, hilang
hafalannya dan sulit baginya untuk memahami
disebabkan dampak buruk dari maksiat.
Ketiga : Memohon pertolongan kepada Allāh Ta’ālā
Bersandar kepadanya, berdo’a, merendah diri,
tunduk di hadapan-Nya, meminta hidayah dan
bimbingan darinya, merutinkan membaca
(ِ‫ﷲ‬‫ﺎ‬ِ‫ﺑ‬
َّ
‫ﻻ‬ِ‫إ‬
َ
‫ة‬َّ‫ﻮ‬
ُ
‫ﻗ‬
َ
‫ﻻ‬َ‫و‬
َ
‫ل‬ْ‫ﻮ‬َ‫ﺣ‬
َ
‫)ﻻ‬, dan memperbanyak membaca
do’a-do’a yang ma,tsuroh (yang disebutkan dalam
Al-Qur-ān dan As-Sunnah) yang berkaitan dengan
bab ini, seperti ;
(
ً
‫ﻤﺎ‬
ْ
‫ﻠ‬ِ‫ﻋ‬ ِ
�
ْ
‫د‬ِ‫ز‬
ِّ
‫ب‬َ‫)ر‬,
(‫ﻴﻢ‬ِ‫ﻜ‬َْ
‫اﺤﻟ‬ ُ‫ﻴﻢ‬ِ‫ﻠ‬َ‫اﻟﻌ‬ َ
‫ﺖ‬
ْ
‫ﻧ‬
َ
‫أ‬
َ
‫ﻚ‬
َّ
‫ﻧ‬ِ‫إ‬ ‫ﺎ‬
َ
‫ﻨ‬َ‫ﺘ‬
ْ
‫ﻤ‬
َّ
‫ﻠ‬َ‫ﻋ‬
َ
‫ﻣﺎ‬
َّ
‫ﻻ‬ِ‫إ‬
َ
‫ﺎ‬
َ
‫ﻨﻟ‬ َ‫ﻢ‬
ْ
‫ﻠ‬ِ‫ﻋ‬
َ
‫ﻻ‬
َ
‫ﻚ‬
َ
‫ﺎﻧ‬َ‫ﺤ‬
ْ
‫ﺒ‬ُ‫)ﺳ‬,
( َّ�‫ا‬
ِ
�َ‫ﺘ‬ْ‫ﻤ‬
َّ
‫ﻠ‬َ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬َ‫ﻤ‬ِ‫ﺑ‬ ِ
�
ْ
‫ﻌ‬
َ
‫ﻔ‬
ْ
�‫ا‬َ‫و‬ ِ
�ُ‫ﻌ‬
َ
‫ﻔ‬
ْ
‫ﻨ‬
َ
�
َ
‫ﻣﺎ‬ ِ
�ْ‫ﻤ‬
ِّ
‫ﻠ‬َ‫ﻋ‬ ),
( ِّ‫اﺪﻟ‬ ِ
‫ﻲﻓ‬ ِ
�
ْ
‫ﻬ‬
ِّ
‫ﻘ‬
َ
� َّ�‫ا‬
َ
‫ﻞ‬ْ�ِ‫و‬
ْ
‫ﺄ‬َّ‫اﺘﻟ‬ ِ
�ْ‫ﻤ‬
ِّ
‫ﻠ‬َ‫ﻋ‬َ‫و‬ ِ
‫ﻳﻦ‬ ),
( َ‫ﻢ‬
ِّ
‫ﻠ‬َ‫ﻌ‬ُ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬َ‫ﻳ‬ َّ�‫ا‬
َ‫دم‬
ٓ
‫ا‬
ِ
�‫ﻤ‬ِّ‫ﻬ‬
َ
�
َ
‫ﺎن‬َ‫ﻤ‬ْ‫ﻴ‬
َ
‫ﻠ‬ُ‫ﺳ‬ َ‫ﻢ‬ِّ‫ﻬ‬
َ
‫ﻔ‬ُ‫ﻣ‬
َ
‫�ﺎ‬َ‫و‬ ِ
�ْ‫ﻤ‬
ِّ
‫ﻠ‬َ‫ﻋ‬ َ‫ﻴﻢ‬ِ‫ﻫ‬‫ا‬َ‫ﺮ‬ْ‫ﺑ‬ِ�َ‫و‬ )
(dan sebagainya-edt)
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
8
Keempat : Mengamalkannya.
Wajib bagi seorang thālib untuk beramal dengan
ilmunya. Karena tujuan menuntut ilmu adalah untuk
diamalkan, bukan untuk berbangga-bangga di
hadapan manusia. Maka wajib baginya untuk
bersungguh-sungguh dalam melakukan ketaatan dan
memperbanyak amalan sunnah, seperti qiyamullail,
shiyām, shadaqah, membaca Al-Qur-ān, berdzikir dan
semisalnya.
Dalam hal ini saya ingin memberi peringatan
terhadap dua hal :
1. Bahwasannya mencukupkan diri hanya dengan
tenggelam di dalam membaca kitab-kitab,
menghafal matan-matan, menyusun tulisan
ilmiyah dan membahasnya dapat me-
ngeraskan hati dan menjadikan seorang thālib
merasa berat untuk melaksanakan ibadah.
Maka hendaknya ia memberi jeda/senggang
waktu sesaat untuk melakukan amalan-
amalan sunnah di tengah masa-masa
belajarnya. Kemudian ia hendaknya banyak
menelaah siroh (sejarah) orang-orang shalih,
karena itu dapat melembutkan hati dan
menambah semangat dalam beramal, dengan
izin Allāh.
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
9
2. Dalam hal ini terdapat syubhat yang selalu
dibawakan oleh para pemalas dari kalangan
thālib yang tenggelam dengan ilmunya dan
berat dalam melakukan ibadah, yaitu
“bahwasannya menuntut ilmu lebih utama
daripada ibadah-ibadah sunnah.” Syubhat ini
tidaklah pada tempatnya. Asalnya hal ini
tidaklah boleh dibenturkan antara
mendahulukan ini dengan ini. Perhatikanlah
para ulama besar dari kalangan shahabat,
tabi’in dan setelahnya, kalian akan mendapati
bahwa mereka terkenal dengan ibadahnya.
Sesungguhnya menuntut ilmu didahulukan
daripada ibadah hanya apabila di dalam
kondisi yang tidak memungkinkan untuk
menggabungkannya. Dan ini tidaklah terjadi
kecuali pada kondisi yang jarang terjadi.
Kelima : Ilmu tidaklah diraih dengan bersantai-
santai.
Sudah seharusnya dalam menuntut ilmu itu
seseorang merasakan keletihan, keseriusan dan
kesungguhan -terutama di awal-awal menuntut ilmu-.
Disebutkan bahwa “kemahiran itu 1/10 nya adalah
dari kecerdasan, dan 9/10 nya adalah dari kerja keras.”
Maka barangsiapa yang mengeluh disebabkan
lemahnya hafalan ataupun pemahaman, ia dapat
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
10
menggantinya dengan kuatnya tekat, meninggalkan
kemalasan dan meningkatkan kesungguhan.
Barangsiapa yang kuat keinginannya, lurus tekatnya
dan bersungguh-sungguh dalam urusannya maka ia
akan menyusul rombongan, in syā Allāh.
Keenam : Sesungguhnya ilmu terlalu luas untuk
dikuasai keseluruhannya, maka pilihlah dari setiap
ilmu apa yang paling baik untukmu.
Hendaknya seorang thālib -terutama bagi pemula-
tidak terlalu menyibukan diri dalam mendalami ilmu-
ilmu yang bersifat sampingan, seperti permasalahan-
permasalahan asing, ilmu-ilmu yang syadz, atau yang
semisal. Karena ia tidaklah memiliki nilai (di tahap itu-
edt) selain untuk intermezzo dan membuat takjub
teman-teman sekitar. Akan tetapi hendaklah ia giat
dalam mengokohkan pondasi-pondasi ilmu, dan
mendalami permasalahan-permasalahan yang
terpenting.
Ketujuh : Di antara tanda keberkahan ilmu ialah
bersikap inshof (bijak) dan meninggalkan sikap
ta’ashub (fanatik buta).
Hendaknya seorang thālib mencari kebenaran
dengan dalilnya, dari Al-Qur-ān dan As-Sunnah tanpa
fanatik buta kepada madzhab, ulama atau syaikh
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
11
tertentu. Karena setiap orang perkataannya bisa
diambil dan bisa ditinggalkan kecuali Nabi ‫ﷺ‬.
Kedelapan : Barangsiapa yang mengabaikan ushūl
(pondasi) maka ia tidak akan sampai kepada tujuan.
Adapun ushūl ilmu itu ada dua bagian :
1. Ushūl dari segala ilmu, yaitu tauhīd. Seorang
thālib tidaklah mendapat udzur apabila bodoh
terhadap perkara-perkara tauhīd.
2. Ushūl dari fan (bidang-bidang) ilmu yang
dipelajari oleh seorang thālib (yang dimaksud
ushūl disini ialah ushūl secara makna umum,
bukan khusus), dan ushūl dari setiap fan ilmu ia
adalah bab-bab terpentingnya, pembagian,
pengertian dan masā-il nya.
Kesembilan : Tidaklah disebut ilmu kecuali apa yang
tersimpan di dalam dada.
Wajib bagi seorang thālib untuk perhatian dalam
menghafal matan-matan, dalil-dalil, aqwāl
(perkataan-perkataan) ulama dan pokok-pokok
permasalahan.
Tingkatan dalam menghafal ada 4 (empat) :
1. Menghafal setiap matan sesuai dengan
lafazhnya, ini adalah asalnya. Tidak ada yang
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
12
bisa menggantikannya kecuali jika seorang
thālib mendapatkan kesulitan untuk itu.
2. Lebih menfokuskan makna-makna dari setiap
lafazh. Maka thālib dapat menghafal matan
dengan menyeluruh baik itu (secara lafazh
ataupun hanya berupa menghafal dalam segi
makna-maknanya. Jangan hanya terikat
dengan lafazh dari penulis, karena itu
bukan termasuk pada ranah ibadah.
3. Memilih poin-poin pentingnya saja untuk
dihafalkan. Apabila sebuah matan terlalu
panjang sehingga sulit bagi seorang thālib
untuk menghafalkannya secara keseluruhan,
maka ia boleh meringkasnya sesuai
kemampuan dan memilih pasal-pasal dan
persoalan terpentingnya yakni apabila itu
berbentuk susunan buku. Atau dengan
menghafal bait-bait terpentingnya saja apabila
itu berbentuk manzhumah. Hendaknya ia
meminta bantuan untuk memilihnya kepada
orang yang berpengalaman dari ahli ilmu, lalu
ia menghafalkan apa yang telah ia pilih.
4. Memilihnya lalu menghafalkannya sesuai
makna, baik itu sesuai dengan lafazhnya
ataupun hanya secara maknanya saja.
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
13
Kesepuluh : Ilmu adalah “buruan” dan tulisan
(catatan) adalah “pengikatnya”.
Janganlah seorang thālib senantiasa mengandalkan
ingatannya saja. Karena hafalan terkadang bisa
‘berkhianat’. Apa yang dihafalkan bisa pergi, adapun
yang tertulis tetap bertahan. Maka hendaknya ia juga
bersemangat untuk mencatat, meringkas faidah-
faidah dan menyusun ulang setiap pembahasan.
Kesebelas : Barangsiapa yang mencari ilmu secara
sekaligus maka ia juga akan kehilangannya secara
sekaligus.
Hendaknya bagi seorang thālib untuk bertahap dalam
mencari ilmu, sedikit demi sedikit. Dan tidak
berpindah dari suatu persoalan kepada persoalan
lainnya sebelum ia mutqin (kuat,kokoh) di dalamnya.
Terlalu penuhnya ilmu di fikiran menyebabkannya
lebih mudah hilang.
Tingkatan-tingkatan dalam menuntut ilmu
Tingkatan yang masyhūr dalam menuntut ilmu ada
3 (tiga) tingkatan :
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
14
1. Pemula : Fase pengenalan, mencari gambaran
umum, atau disebut juga marhalah al-mutūn
(tingkatan mempelajari matan-matan ringkas).
Yaitu seorang thālib mengenali istilah-istilah
setiap fan/bidang ilmu, persoalan-persoalan
yang dibahasnya dan gambaran umumnya.
Dan sepatutnya bagi seorang thālib untuk
mengerahkan kesungguhannya dalam
tingkatan ini untuk memahami setiap lafazh
dan istilah, dan tidak menyibukan pikirannya
dalam mendalami rincian masā-il.
2. Menengah : Fase mendalami & memperjelas,
atau disebut juga dengan marhalah syuruh al-
mutūn (tingkatan penjabaran matan). Yakni
seorang thālib mencari penjabaran tiap
permasalahan yang ada dalam matan,
mengetahui dalil-dalilnya dan dapat
membedakan mana yang rojih (kuat) dengan
pendapat yang lemah.
3. Lanjutan : Fase perluasan dan ijtihād, atau
disebut juga dengan marhalah al-mabsuthat
wal-muthawalat. Yaitu seorang thālib
memperluas bidang-bidang setiap ilmu,
meneliti rincian setiap permasalahan,
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
15
memperhatikan ikhtilāfāt (ikhtilaf-ikhtilaf) dan
yang lainnya.
Kitab-kitab dan matan-matan pilihan
Adapun untuk menetapkan kitab-kitab dalam setiap
fan/bidang, maka setiap marhalah berbeda-beda
sesuai pada perbedaan masing-masing waktu,
tempat, madzhab atau guru. Dan apa yang akan aku
sebutkan di sini tidaklah harus diterapkan seutuhnya
untuk semua kalangan.
Tauhīd
a) Tauhīd Al-‘Ibādah : Hendaknya seorang thālib
memulai dengan mukhtashorot (matan-matan
ringkas) karya Asy-Syaikh Muhammad bin
‘Abdul Wahhāb -rahimahullah-. Seperti : Al-
Ushūl Ats-Tsalātsah, Al-Qawā’id Al-Arba’ah,
dan Kitab At-Tauhīd. Lalu setiap syarah dan
hasyiyah nya. Kemudian melanjutkannya
dengan kitab-kitab tebal karya Syaikhul Islām
Ibnu Taymiyah dan karya para imam dakwah
Nejd seperti Ad-Durar As-Saniyyah dan yang
selainnya.
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
16
b) Tauhīd Al-Asmā Wa Ash-Shifāt : Dimulai
dengan matan-matan ringkas karya Syaikhul
Islām Ibnu Taymiyah, seperti : Al-Wāsithiyah,
Al-Hamawiyah, kemudian At-Tadmuriyah.
Lalu syarah-syarah dari Al-Wasithiyah dan
kitab-kitab tebal tentang ini, seperti
pembahasan-pembahasan ‘aqidah dalam
Majmū’ Al-Fatāwā, Dar-u At-Ta’ārudh, dan
Ash-Shawā-iq Al-Mursalah, keseluruhannya
karya Syaikhul Islām Ibnu Taymiyah.
Al-Qur-ān
a) Tafsīr : Tafsīr adalah ilmu yang utama, hanya
saja kitab-kitabnya tebal bahkan ringkasannya
sekalipun, tidak ada yang membahasnya
berbentuk matan. Oleh karena itu sebaiknya
bagi seorang thālib untuk tidak memulai
dengannya kecuali setelah menguasai bagian
dari ilmu-ilmu yang lain. Kitab-kitab tafsīr itu
banyak, hanya saja kebanyakan darinya tidak
terlepas dari kebid’ahan. Kitab tafsīr yang
paling utama ialah Tafsīr Ath-Thabariy,
Al-Baghawiy, Ibnu Katsir, Ibnu As-Sa’diy, dan
Ad-Durr Al-Mantsūr karya As-Suyuthi.
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
17
b) Ushūl At-Tafsīr : Di antara matan terbaiknya
ialah Muqoddimah At-Tafsīr karya Syaikhul
Islām. Kitab tersebut memiliki syarah-syarah
dan hasyiyah yang telah dicetak. Aku telah
meringkasnya dan kutambahkan beberapa
permasalahan padanya dari perkataan-
perkataan Ibnu Taymiyah juga. Ringkasan ini
bisa didapatkan di web1
.
c) ‘Ulūm Al-Qur-ān : Di antara tulisan terbaik
mengenai ini adalah Al-Itqān karya Al-Imam
As-Suyuthi, walaupun di dalamnya terdapat
beberapa kekeliruan.
Hadīts
a) Matan-matannya cukup banyak, di antara
yang paling terkenal ialah ‘Umdatul Ahkām
karya ‘Abdul Ghaniy Al-Maqdisiy, Bulūghul
Marom karya Ibnu Hajar, Al-Muharror karya
Ibnu ‘Abdil Hadi dan Al-Muntaqo karya Ibnu
Taymiyah. Dan hendaknya seorang thālib
1
https://ia800903.us.archive.org/31/items/almontserbillah_yahoo_
201311/%D8%A3%D8%B5%D9%88%D9%84%20%D8%AA%D9%81%
D8%B3%D9%8A%D8%B1%20%D8%B4%D9%8A%D8%AE%20%D8%
A7%D9%84%D8%A5%D8%B3%D9%84%D8%A7%D9%85.pdf
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
18
memulainya dengan ‘Umdatul Ahkām karena
matannya ringkas, lalu melanjutkan kepada
Bulūghul Marom atau Al-Muharror, keduanya
hampir sama, setelah itu mempelajari syarah-
syarah/penjelasan dari kitab tersebut.
Kemudian mempelajari kitab-kitab yang lebih
tebal, seperti Fath-ul Bāri (Syarah Shahih
Bukhari), (Al-Minhaj) Syarah Shahih Muslim,
Nailul Authār dan selainnya.
Mushtholah Al-Hadīts
Matan yang masyhur di antaranya : Manzhūmah
Al-Baiquniyah, An-Nukhbah (Nukhbatul Fikar)
karya Ibnu Hajar, Al-Mūqizhoh karya Adz-
Dzahabiy. Kemudian syarah-syarahnya serta
syarah Muqoddimah Ibnu Ash-Shalah. Lalu
memperluas pembahasan darinya dengan
mempelajari kitab-kitab ‘ilal, ilmu mengenai rijalul
hadīts dan selainnya.
Mengenai ini aku memperingatkan dua hal :
 Pertama; Bahwa kebanyakan kitab-
kitab mushthalah yang ada ia berada di
atas manhaj muta-akhirin (belakangan/
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
19
baru) dan menyelisihi manhaj ulama
mutaqoddimin (terdahulu).
 Kedua; Sesungguhnya mempelajari
teori untuk ilmu ini tidaklah terlalu
menghasilkan faidah. Jika meng-
inginkan faidah lebih maka hendaknya
bagi seorang thālib untuk melakukan
pembelajaran ilmiyah secara mandiri
mentakhrij hadīts, menelaah kitab-kitab
takhrij, rijal dan ‘ilal.
Ushūl Fiqih
Di antara matan-matan yang paling terkenal ialah
matan Al-Waraqāt karya Al-Juwainiy,
Mukhtashor Ibnul Hājib, Al-Minhāj karya Al-
Baidhawiy. Kemudian mempelajari setiap
syarahnya, lalu melanjutkan kepada kitab-kitab
tebal; seperti Al-Mustashfa karya Al-Ghazali,
Al-Ihkām (Fii Ushūlil Ahkam) karya Ibnu Hazm,
Al-Bahr Al-Muhīth karya Az-Zarkasyi dan yang
selainnya.
Mengenai ini aku memperingatkan dua hal :
 Pertama; Bahwa umumnya kitab-kitab ushūl
tidak terlepas dari ke-bid’ah-an ilmu kalam, di
antara kitab yang paling selamat ialah
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
20
RaudhatunNāzhir karya Ibnu Qudamah, dan
Hasyiyah Asy-Syinqithi atasnya yang dicetak
dengan judul Mudzakkiroh Fii Ushūl Al-Fiqh,
Syarah Al-Kaukāb Al-munīr karya Ibnu
An-Najar Al-Futuhiy. Dan aku telah
menyusun kitab Ushūl Fiqh Syaikhil Islām
Ibn Taymiyah2
, dan terdapat juga
mukhtashor nya di web.3
2
Ketika mukhtashor ini tersebar, ternyata sejumlah ikhwah
mengadukan kepadaku mengenai adanya beberapa kendala yang
sulit difahami sehingga mereka memintaku untuk mensyarahnya.
Sebelumnyaaku pernahmenulistigasyarah darinya,di antaranyaAl-
Mabsuth, ia adalah syarah yang panjang terhadap mukhtashor ini.
Dan aku menyebutkan di dalamnya furu’ yang disebutkan syaikhul
Islam yangdibangundi atas setiap pondasi secara rinci.LaluAl-Wajiz,
ia adalahringkasandari syarah Al-Mabsuth.LaluAl-Umdah,ia adalah
syarah terhadap satu permasalahan saja, akan tetapi ia tumpuan
utama dalam ushul fiqhiyah di sisi Syaikh, yaitu permasalahan
takhshiishul‘illah. Di dalamnya aku menyebutkan cabang-cabang
permasalahan yang dibangun di atas tumpuan tersebut secara
tersusun atas bab-bab fiqih. Hanya saja disebabkan kondisi-kondisi
yang tidak menentu di penjara sehingga aku tidak berkesempatan
untuk merapikan kembali syarah-syarah tersebut yang
memungkinkan untuk menyingkap apa yang menjadi kendala di
kalangan ikhwah -In Syaa Allāh-. Oleh sebab itu aku mengajak bagi
siapa yang memiliki keterampilan di bidang ushul fiqh dari kalangan
penuntut ilmu yang berada di luar sana, untuk memeriksanya-
terdapat ganjaran dan pahala, In syaa Allah- serta memberi catatan-
catatan terhadap ringkasan ini, menjabarkan makna-maknanya dan
menjelaskan permasalahan-permasalahannya. Maka limpahan doa
dari ku baginya (yang mau membantu hal ini-edt).
3
ia801601.us.archive.org/10/items/ofsit/ofsit.pdf
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
21
 Kedua; Bahwa kitab-kitab ushūl tidak
terlepas dari istilah-istilah yang samar dan
membingungkan disebabkan terlalu banyak-
nya mushtholahāt (istilah-istilah) ushūliyah
dan kalamiyah di dalamnya. Maka sebaiknya
bagi seorang pemula untuk memulai dengan
membaca kitab-kitab karya kontemporer
seperti Ushūl Fiqh karya Khallaf,
Al-Khudhori, Zaidan dan selainnya. Jika telah
menyelesaikannya maka baru lanjut ke kitab-
kitab mutaqoddimin (terdahulu).
Fiqih
Matan-matannya beragam sesuai dengan masing-
masing madzhabnya. Seperti Al-Kanz (Kanzu Ad-
Daqoiq) untuk madzhab Hanafi, Mukhtashor
Kholil untuk madzhab Maliki, Al-Minhāj untuk
madzhab Syafi’i, Zādul Mustaqni’ untuk madzhab
Hanbali. Lalu mempelajari syarah/penjelasan dari
masing-masing matan tersebut. Kemudian
melanjutkan kepada kitab-kitab yang tebal semisal
Al-Mughni, Majmū’ Syarh Al-Muhaddzab dan
selainnya.
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
22
Dan bagi yang tidak ingin terikat dengan madzhab
maka hendaknya membaca Ad-Durar Al-Bahiyyah
karya Asy-Syaukani dan Syarahnya Ar-Raudhoh
An-Nadhiyyah karya Shadiq Al-Qinnaujiy.
Mengenai ini aku memperingatkan dua hal :
 Pertama; Bahwa kebanyakan orang-orang
yang menisbatkan dirinya kepada hadīts di
generasi kita ini, mereka mencela sikap
bermadzhab atau terhadap kitab-kitab ini,
tentu pandangan seperti ini perlu dikoreksi.
Karena yang tercela adalah sikap ta’ashhub
(fanatik buta). Adapun mempelajari dan
mengenal madzhab-madzhab melalui kitab-
kitab tersebut maka itu tidaklah masalah.
Pada hal ini terdapat rincian yang ke-
beradaannya tidak dapat dibendung.
 Kedua; Aku menasihati para thālib setelah
mengenal fiqih dan ushūlnya agar ia juga
menelaah kitab-kitab para Al-Fuqohā
Al-Ahrār (yaitu para ulama yang tidak terikat
dengan madzhab tertentu), seperti Ibnu
Hazm, Ibnu Taymiyah, Ibnul Qayyim dan
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
23
Asy-Syaukani.4
Karena itu dapat memberi
seorang thālib faidah yang banyak,
menghasilkan kemampuan untuk ber-ijtihād,
mengagungkan setiap nash-nash, dan
menyikapi setiap pendapat para ulama
dengan baik.
Nahwu
Hendaknya seorang thālib memulainya dengan
mempelajari matan Al-Ājurūmiyah dengan
syarahnya seperti At-Tuhfah As-Saniyyah,
bersama kitab-kitab ringkas karya Ibnu Hisyam,
seperti Syarah Syudzūr Adz-Dzahab dan Syarh
QathrunNada. Lalu kitab-kitab tebal seperti
4
Dengan catatan bahwa Ibnu Hazm berasal dari madzhab zhohiriyah
dan Asy-Syaukani juga zhohiriyah dari kalangan ahlul hadīts, yang
mana mereka menetapkan cakupan dari sebuah dalil dan apa yang
semisal dengan maknanya. Hanya saja mereka menolak adanya
qiyas pada suatu ‘illah. Sehingga aku menemukan beberapa
syadz/kerancuan dari mereka yang menyelisihi ijma’. Maka aku
menasihatkan thālib sebelum membacanya agar mempelajari
terlebih dahulu kitab I’lamul Muwaqi’in karya Ibnul Qayyim, karena
ia termasuk kitab terbaik di bidang ushul fiqh dan dalam hal metode
menyikapi setiap nash-nash syar’i dengan tetap menjauhi orang-
orang yang ghuluw dalam qiyas ataupun jumud (kaku) nya orang-
orang zhohiriyah.
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
24
Mughni Al-Labīb, syarah-syarah Alfiyyah dan
selainnya.
Mengenai ini aku memperingatkan dua hal :
 Pertama; Sesungguhnya mutqin dalam ilmu
nahwu “secara teori” tidaklah bermakna akan
selamat dari lahn (kesalahan dalam baca/
pengucapan-edt) sama sekali. Telah diketahui
bahwa sebagian para imam nahwu pun juga
terkadang terjatuh pada lahn. Dan di antara
cara terbaik untuk memperbaiki lisan ialah
dengan membaca sejumlah kitab yang ber-
syakl (berharokat) dengan suara lantang.
Semakin banyak membaca maka lisannya
akan semakin lebih baik. Dan dengan
mengulang-ulangi ini akan menghasilkan
kemampuan yang spontan dalam mengenali
bahasa Arab, in syā Allāh ta’ālā.
 Kedua, memutqinkan Nahwu secara teori
dan praktek dapat menyelamatkan dari lahn
dan dapat mengetahui i’rab setiap
kalimatnya. Bukan berarti ia akan memiliki
perkataan yang baik dalam Balaghoh, Bayan
dan keindahan tutur kata. Untuk mendalami
hal tersebut maka tempatnya di ilmu Adab
bukan di ilmu Nahwu (note : Adab di sini
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
25
bukan adab sopan santun, akan tetapi adab
sastra Arab-edt). Apabila seorang thālib ingin
meningkatkan kualitas tutur katanya
hendaknya ia mempelajari kitab-kitab syi’ir
(syair) Arab, kitab-kitab ahli Balaghoh dan
tokoh-tokoh ilmu Bayan. Dan hendaknya ia
menghafal bait-bait syi’ir dan adab yang ia
bisa. Lalu juga merujuk kepada kitab-kitab
yang membahas tentang Al-Insyā; seperti
Al-Mutsul As-Sā-ir karya Ibnul Atsir dan yang
lainnya.
Kedua belas : Menggabungkan antara dua fiqih.
Wajib bagi seorang thālib setelah memahami ilmu
syar’i agar ia juga memahami fiqih waqi’ (realita) agar
ia dapat menerapkan setiap kaidah syar’i pada
tempatnya dan mengetahui hukumnya. Hendaknya
ia menelaah madzhab-madzhab kontemporer dan
mempelajari nawazil dari fiqihnya. Kemudian
menelaah kitab-kitab mausu’at (ensiklopedi) masa
kini dan mengamati kejadian-kejadian terbaru.
Sehingga ia akan bisa bersikap adil dalam hal ini tanpa
melampaui batasnya.
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
26
Ketiga belas : Barang siapa yang tergesa-gesa untuk
tampil maka ia akan terluput dari banyak ilmu.
Maka hendaknya seorang thālib untuk bersemangat
dalam memantapkan ilmunya sebelum turun untuk
mengajar. Dan hendaknya ia tetap melanjutkan
pembelajarannya meskipun ia telah duduk untuk
mengajar. Sebagaimana perkataan Imam Ahmad :
(‫اﻤﻟﻘﺮﺒة‬ ‫إﻰﻟ‬ ‫اﻤﻟﺤﺮﺒة‬ ‫)ﻣﻦ‬ “Dari tempat tinta hingga ke kubur.”
Keempat belas : Adab penuntut ilmu.
Wajib bagi seorang thālib untuk menghiasi dirinya
dengan adab-adab penuntut ilmu terhadap dirinya
sendiri, guru-gurunya, teman-teman, murid-murid
dan selainnya. Para ulama telah menyusun tulisan
yang banyak mengenai tema ini, baik itu ulama
terdahulu ataupun masa kini; yang baik untuk
merujuk kepadanya.
Terakhir
Ini adalah beberapa kitab yang aku nasehatkan
kepada para penuntut ilmu untuk membacanya,
mengulang-ulang dalam mempelajarinya dan selalu
me-muroja’ahnya :
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
27
1. Seluruh tulisan-tulisan Syaikhul Islām Ibnu
Taymiyah dan muridnya yakni Ibnul Qayyim
-Semoga Allāh merahmati keduanya-. Karena
tulisan-tulisan mereka dibangun di atas
pemahaman Al-Qur-ān dan As-Sunnah, dan
itu adalah landasan utama manhaj salafiy.5
2. Seluruh tulisan-tulisan Al-Hafizh Adz-
Dzahabiy -rahimahullāh-, karena ia adalah
seorang muhaqqiq yang inshof (adil;bijak).
3. Seluruh tulisan Al-Hafizh Ibnu Rajab
-rahimahullāh-, khususnya kitab Fathul Bari,
Syarh Al-‘ilal, Jami’ Al-‘Ulum Wa Al-Hikam dan
Al-Qawā’id. Karena di dalamnya terdapat
banyak faidah yang tidak ditemukan di kitab
selainnya.
4. Fathul Bari karya Al-Hafizh Ibnu Hajar.
Hakikatnya kitab tersebut bukan hanya syarah
terhadap Shahih Bukhari saja, melainkan ia
adalah syarah terhadap umumnya kitab-kitab
5
Aku belum pernah mencintai seorangpun setelah kecintaanku
terhadap al-qurun al-mufaddholah (orang-orang yang berada di
generasi terbaik/salafusshalih) sebagaimana kecintaanku terhadap
lima imam. Demi Allāh sungguh aku selalu mendoakan mereka di
dalam sujudku, mereka lah; Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
(w: 728 H) dan muridnya yakni Ibnul Qayyim (w: 751 H), serta
Al-Imam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab (w: 1206 H), dan muridnya
yakni Abdul ‘Aziz Ibnu Muhammad Ibnu Su’ud (w: 1218 H), dan
guruku Hamud Asy-Syu’aibiy (1422 H).Rahimahumullāh jamī’ān.
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
28
shahih, sunan dan musnad-musnad. Dan ia
adalah sandaran bagi para pensyarah hadīts
yang hidup setelahnya.
5. Seluruh tulisan para Aimmah Ad-Da’wah
An-Najdiyyah (para imam-imam dakwah Nejd),
khususnya kitab Ad-Durar As-Saniyyah, ia
sesuai dengan namanya (yakni “permata yang
berharga”-pent).
6. Seluruh tulisan Asy-Syaikh ‘Abdurrahman Al-
Mu’allimiy -rahimahullāh- (“Imam Dzahabi nya
masa kini”). Khususnya kitab At-Tankil dan Al-
Anwar Al-Kasyifah.
7. Hasyiyah Asy-Syaikh ‘Abdurrahman Ibnu
Qasim -rahimahullāh- terhadap kitab
Ar-Raudh Al-Murbi’. Ia adalah kitab fiqih
terbaik, di dalamnya terdapat faidah-faidah
yang tidak didapatkan di kitab selainnya.
8. Seluruh tulisan Asy-Syaikh Bakr Abu Zaid
-rahimahullāh-, ia termasuk dari ulama
kontemporer yang memiliki tulisan-tulisan
terbaik yang dipenuhi dengan banyak faidah.
9. Adapun kitab yang ditulis ulama kontemporer
dalam Mushthalahul Hadīts, maka yang terbaik
adalah karya-karya Asy-Syaikh Thariq Ibnu
‘Iwadhillah. Ia adalah seorang muhaqqiq di
bidang ini. Kitab-kitabnya begitu berharga dan
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu
29
syarahnya terhadap kitab Nukhbatul Fikar
termasuk dari syarah terbaik.
Inilah yang mampu kutuliskan,
‫وﻰﻠﻋ‬ ‫�ﻤﺪ‬ ‫ﻧبﻴﻨﺎ‬ ‫ﻰﻠﻋ‬ ‫اﷲ‬ �‫وﺻ‬
‫ﻪﻟ‬
ٓ
‫ا‬
�‫أﻤﺟﻌ‬ ‫وﺻﺤﺒﻪ‬
Versi asli berbahasa Arab dirilis pada 1434 H
Selesai diterjemahkan
pada Syawwāl 1440 H
Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu.pdf

More Related Content

Similar to Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu.pdf

Terjemahan talim-word
Terjemahan talim-wordTerjemahan talim-word
Terjemahan talim-word
-
 
Kajian tentang filsafat dakwah islam
Kajian tentang filsafat dakwah islamKajian tentang filsafat dakwah islam
Kajian tentang filsafat dakwah islam
Muhsin Hariyanto
 

Similar to Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu.pdf (20)

Modul hadis tarbawy
Modul hadis tarbawyModul hadis tarbawy
Modul hadis tarbawy
 
Kemampuan membaca
Kemampuan membacaKemampuan membaca
Kemampuan membaca
 
Bekal penuntut ilmu
Bekal penuntut ilmuBekal penuntut ilmu
Bekal penuntut ilmu
 
10 langkah kemampuan membaca
10 langkah  kemampuan membaca10 langkah  kemampuan membaca
10 langkah kemampuan membaca
 
BAB 1 .ppt
BAB 1 .pptBAB 1 .ppt
BAB 1 .ppt
 
Terjemahan talim-word
Terjemahan talim-wordTerjemahan talim-word
Terjemahan talim-word
 
Kemampuan membaca
Kemampuan membacaKemampuan membaca
Kemampuan membaca
 
Materi 2 & 3 mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu & bertakwa kepa...
Materi 2 & 3   mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu & bertakwa kepa...Materi 2 & 3   mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu & bertakwa kepa...
Materi 2 & 3 mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu & bertakwa kepa...
 
Kitab ta’limul muta’allim [1]
Kitab ta’limul muta’allim [1]Kitab ta’limul muta’allim [1]
Kitab ta’limul muta’allim [1]
 
Keawajian menuntut ilmu
Keawajian menuntut ilmuKeawajian menuntut ilmu
Keawajian menuntut ilmu
 
Ta'lim Muta'allim
Ta'lim Muta'allimTa'lim Muta'allim
Ta'lim Muta'allim
 
Morobbi contoh dalam meransang tarbiah yang berjaya
Morobbi contoh dalam meransang tarbiah yang berjayaMorobbi contoh dalam meransang tarbiah yang berjaya
Morobbi contoh dalam meransang tarbiah yang berjaya
 
Kajian tentang filsafat dakwah islam
Kajian tentang filsafat dakwah islamKajian tentang filsafat dakwah islam
Kajian tentang filsafat dakwah islam
 
Urutan ke 8 putaran 2
Urutan ke 8 putaran 2Urutan ke 8 putaran 2
Urutan ke 8 putaran 2
 
Etika dan adab dalam menuntut ilmu.pptx
Etika dan adab dalam menuntut ilmu.pptxEtika dan adab dalam menuntut ilmu.pptx
Etika dan adab dalam menuntut ilmu.pptx
 
JURNAL_HADITS_TARBAWI_KELOMPOK_8 asli.docx
JURNAL_HADITS_TARBAWI_KELOMPOK_8 asli.docxJURNAL_HADITS_TARBAWI_KELOMPOK_8 asli.docx
JURNAL_HADITS_TARBAWI_KELOMPOK_8 asli.docx
 
JURNAL_HADITS_TARBAWI_KELOMPOK_8 asli.docx
JURNAL_HADITS_TARBAWI_KELOMPOK_8 asli.docxJURNAL_HADITS_TARBAWI_KELOMPOK_8 asli.docx
JURNAL_HADITS_TARBAWI_KELOMPOK_8 asli.docx
 
Kewajiban menuntut ilmu[1]
Kewajiban menuntut ilmu[1]Kewajiban menuntut ilmu[1]
Kewajiban menuntut ilmu[1]
 
MAKALAH ILMU DAN WAKTU.docx
MAKALAH ILMU DAN WAKTU.docxMAKALAH ILMU DAN WAKTU.docx
MAKALAH ILMU DAN WAKTU.docx
 
Hadits belajar mengajar
Hadits belajar mengajarHadits belajar mengajar
Hadits belajar mengajar
 

More from Menuntut Ilmu

More from Menuntut Ilmu (17)

Forty-Hadith-on-Islam-Imam-Abu-Bakr-al-Ajurri (1).pdf
Forty-Hadith-on-Islam-Imam-Abu-Bakr-al-Ajurri (1).pdfForty-Hadith-on-Islam-Imam-Abu-Bakr-al-Ajurri (1).pdf
Forty-Hadith-on-Islam-Imam-Abu-Bakr-al-Ajurri (1).pdf
 
40 Hadits Seputar Pendidikan Anak - edisi parenting
40 Hadits Seputar Pendidikan Anak - edisi parenting40 Hadits Seputar Pendidikan Anak - edisi parenting
40 Hadits Seputar Pendidikan Anak - edisi parenting
 
فتييان تتعلقان بتكفير الجهمية.pdf
فتييان تتعلقان بتكفير الجهمية.pdfفتييان تتعلقان بتكفير الجهمية.pdf
فتييان تتعلقان بتكفير الجهمية.pdf
 
يقولون ويقول الله تصحيح الكثير من المفاهيم.pdf
يقولون ويقول الله تصحيح الكثير من المفاهيم.pdfيقولون ويقول الله تصحيح الكثير من المفاهيم.pdf
يقولون ويقول الله تصحيح الكثير من المفاهيم.pdf
 
ابن تيمية بقلم تلميذه الذهبي.pdf
ابن تيمية بقلم تلميذه الذهبي.pdfابن تيمية بقلم تلميذه الذهبي.pdf
ابن تيمية بقلم تلميذه الذهبي.pdf
 
درر من تفسير ابن كثير .pdf
درر من تفسير ابن كثير .pdfدرر من تفسير ابن كثير .pdf
درر من تفسير ابن كثير .pdf
 
الكواكب الدرية في بركات الأعمال الخيرية د عبدالله بن معيوف الجعيد.pdf
الكواكب الدرية في بركات الأعمال الخيرية د عبدالله بن معيوف الجعيد.pdfالكواكب الدرية في بركات الأعمال الخيرية د عبدالله بن معيوف الجعيد.pdf
الكواكب الدرية في بركات الأعمال الخيرية د عبدالله بن معيوف الجعيد.pdf
 
إلياس عليه السلام نبي الفينيقيين حقائق في التاريخ والمنهج من منظور.pdf
إلياس عليه السلام نبي الفينيقيين حقائق في التاريخ والمنهج من منظور.pdfإلياس عليه السلام نبي الفينيقيين حقائق في التاريخ والمنهج من منظور.pdf
إلياس عليه السلام نبي الفينيقيين حقائق في التاريخ والمنهج من منظور.pdf
 
كتاب الرد على الجهمية للكرجي.pdf
كتاب الرد على الجهمية للكرجي.pdfكتاب الرد على الجهمية للكرجي.pdf
كتاب الرد على الجهمية للكرجي.pdf
 
Perilaku Kita - Syaikh At-Tuwayjiri.pdf
Perilaku Kita - Syaikh At-Tuwayjiri.pdfPerilaku Kita - Syaikh At-Tuwayjiri.pdf
Perilaku Kita - Syaikh At-Tuwayjiri.pdf
 
Raihlah Kebahagiaan - Syeiikh Muhammad b Ibrahim AL-TUWAYJIRI.pdf
Raihlah Kebahagiaan - Syeiikh Muhammad b Ibrahim AL-TUWAYJIRI.pdfRaihlah Kebahagiaan - Syeiikh Muhammad b Ibrahim AL-TUWAYJIRI.pdf
Raihlah Kebahagiaan - Syeiikh Muhammad b Ibrahim AL-TUWAYJIRI.pdf
 
23 Kiat Hidup Bahagia - Syaikh as-Sa'di.pdf
23 Kiat Hidup Bahagia - Syaikh as-Sa'di.pdf23 Kiat Hidup Bahagia - Syaikh as-Sa'di.pdf
23 Kiat Hidup Bahagia - Syaikh as-Sa'di.pdf
 
20 Tips Bersabar - Ibnu Taymiyyah.pdf
20 Tips Bersabar - Ibnu Taymiyyah.pdf20 Tips Bersabar - Ibnu Taymiyyah.pdf
20 Tips Bersabar - Ibnu Taymiyyah.pdf
 
البراعة في تبيان شرك الطاعة
 البراعة في تبيان شرك الطاعة البراعة في تبيان شرك الطاعة
البراعة في تبيان شرك الطاعة
 
مجموع_فتاوى_الشيخ_ناصر_السنة_القرشي_تقبله_الله.pdf
مجموع_فتاوى_الشيخ_ناصر_السنة_القرشي_تقبله_الله.pdfمجموع_فتاوى_الشيخ_ناصر_السنة_القرشي_تقبله_الله.pdf
مجموع_فتاوى_الشيخ_ناصر_السنة_القرشي_تقبله_الله.pdf
 
سؤال_وجواب_لصغار_الطلاب_في_العقيدة_والصلاة_والسيرة_والآداب_جمع.pdf
سؤال_وجواب_لصغار_الطلاب_في_العقيدة_والصلاة_والسيرة_والآداب_جمع.pdfسؤال_وجواب_لصغار_الطلاب_في_العقيدة_والصلاة_والسيرة_والآداب_جمع.pdf
سؤال_وجواب_لصغار_الطلاب_في_العقيدة_والصلاة_والسيرة_والآداب_جمع.pdf
 
الولاء_والبراء_في_الاسلام_محمد_القحطاني.pdf
الولاء_والبراء_في_الاسلام_محمد_القحطاني.pdfالولاء_والبراء_في_الاسلام_محمد_القحطاني.pdf
الولاء_والبراء_في_الاسلام_محمد_القحطاني.pdf
 

Recently uploaded

Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
EirinELS
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
GilangNandiaputri1
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
subki124
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
furqanridha
 

Recently uploaded (20)

Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdfSurat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
Surat Pribadi dan Surat Dinas 7 SMP ppt.pdf
 
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptxKegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
Kegiatan Komunitas Belajar dalam sekolah .pptx
 
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar.pdf
 
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas pptsistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
sistem digesti dan ekskresi pada unggas ppt
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SDMateri Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 

Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu.pdf

  • 1.
  • 2.
  • 3. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu Judul Asli : Manhajun Mūjazun Fii Thalab Al-‘Ilmi Penyusun : Asy-Syaikh Nāshir Ibnu Hamad Al-Fahd Penerjemah : Abū Sālik Desain Cover & Muroja’ah : Abū Hazm Al-Andalasiy
  • 4. 4 DAFTAR ISI Kiat-kiat dalam menuntut ilmu .....................................6 Tingkatan-tingkatan dalam menuntut ilmu............. 13 Kitab-kitab dan matan-matan pilihan....................... 15 Tauhīd...................................................................... 15 Al-Qur-ān................................................................ 16 Hadīts ...................................................................... 17 Mushtholah Al-Hadīts.......................................... 18 Ushūl Fiqih.............................................................. 19 Fiqih......................................................................... 21 Nahwu..................................................................... 23 Terakhir .......................................................................... 26
  • 5.
  • 6. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 6 ‫ﺑﻌﺪ‬ ‫أﻣﺎ‬ ،‫اﷲ‬ ‫رﺳﻮل‬ ‫ﻰﻠﻋ‬ ‫والﺴﻼم‬ ‫والﺼﻼة‬ ‫ﷲ‬ ‫اﺤﻟﻤﺪ‬ ebagian dari ikhwah yang aku muliakan telah ber-husnuzhon kepadaku sehingga mereka memintaku untuk menuliskan untuk mereka sebuah metode dalam menuntut ilmu, maka aku menuliskan yang berkaitan dengannya secara ringkas, semoga Allāh menjadikannya bermanfaat. Kiat-kiat dalam menuntut ilmu Pertama : Ikhlas. Sudah seharusnya bagi seorang thālib (penuntu ilmu) untuk mengikhlaskan niat, ini adalah perkara yang telah ma’rūf, hanya saja jalan yang harus ditempuh cukup panjang, sedangkan rintangan tersebar di mana-mana. Dan hal-hal yang dapat merusak niat juga begitu banyak dan samar. Maka wajib bagi seorang thālib untuk terus memperhatikan niatnya, karena ia begitu cepat berubah-ubah. Kedua : Tazkiyatunnafs (menyucikan jiwa). Yaitu dengan merutinkan diri dalam melakukan ketaatan, memperbanyak istighfar, selalu memperbarui taubat dan menghindari maksiat- S
  • 7. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 7 maksiat, karena kemaksiatan termasuk penghalangan terbesar dalam menuntut ilmu. Terkadang seorang thālib terhalangi untuk mendapatkan ilmu, hilang hafalannya dan sulit baginya untuk memahami disebabkan dampak buruk dari maksiat. Ketiga : Memohon pertolongan kepada Allāh Ta’ālā Bersandar kepadanya, berdo’a, merendah diri, tunduk di hadapan-Nya, meminta hidayah dan bimbingan darinya, merutinkan membaca (ِ‫ﷲ‬‫ﺎ‬ِ‫ﺑ‬ َّ ‫ﻻ‬ِ‫إ‬ َ ‫ة‬َّ‫ﻮ‬ ُ ‫ﻗ‬ َ ‫ﻻ‬َ‫و‬ َ ‫ل‬ْ‫ﻮ‬َ‫ﺣ‬ َ ‫)ﻻ‬, dan memperbanyak membaca do’a-do’a yang ma,tsuroh (yang disebutkan dalam Al-Qur-ān dan As-Sunnah) yang berkaitan dengan bab ini, seperti ; ( ً ‫ﻤﺎ‬ ْ ‫ﻠ‬ِ‫ﻋ‬ ِ � ْ ‫د‬ِ‫ز‬ ِّ ‫ب‬َ‫)ر‬, (‫ﻴﻢ‬ِ‫ﻜ‬َْ ‫اﺤﻟ‬ ُ‫ﻴﻢ‬ِ‫ﻠ‬َ‫اﻟﻌ‬ َ ‫ﺖ‬ ْ ‫ﻧ‬ َ ‫أ‬ َ ‫ﻚ‬ َّ ‫ﻧ‬ِ‫إ‬ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻨ‬َ‫ﺘ‬ ْ ‫ﻤ‬ َّ ‫ﻠ‬َ‫ﻋ‬ َ ‫ﻣﺎ‬ َّ ‫ﻻ‬ِ‫إ‬ َ ‫ﺎ‬ َ ‫ﻨﻟ‬ َ‫ﻢ‬ ْ ‫ﻠ‬ِ‫ﻋ‬ َ ‫ﻻ‬ َ ‫ﻚ‬ َ ‫ﺎﻧ‬َ‫ﺤ‬ ْ ‫ﺒ‬ُ‫)ﺳ‬, ( َّ�‫ا‬ ِ �َ‫ﺘ‬ْ‫ﻤ‬ َّ ‫ﻠ‬َ‫ﻋ‬ ‫ﺎ‬َ‫ﻤ‬ِ‫ﺑ‬ ِ � ْ ‫ﻌ‬ َ ‫ﻔ‬ ْ �‫ا‬َ‫و‬ ِ �ُ‫ﻌ‬ َ ‫ﻔ‬ ْ ‫ﻨ‬ َ � َ ‫ﻣﺎ‬ ِ �ْ‫ﻤ‬ ِّ ‫ﻠ‬َ‫ﻋ‬ ), ( ِّ‫اﺪﻟ‬ ِ ‫ﻲﻓ‬ ِ � ْ ‫ﻬ‬ ِّ ‫ﻘ‬ َ � َّ�‫ا‬ َ ‫ﻞ‬ْ�ِ‫و‬ ْ ‫ﺄ‬َّ‫اﺘﻟ‬ ِ �ْ‫ﻤ‬ ِّ ‫ﻠ‬َ‫ﻋ‬َ‫و‬ ِ ‫ﻳﻦ‬ ), ( َ‫ﻢ‬ ِّ ‫ﻠ‬َ‫ﻌ‬ُ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬َ‫ﻳ‬ َّ�‫ا‬ َ‫دم‬ ٓ ‫ا‬ ِ �‫ﻤ‬ِّ‫ﻬ‬ َ � َ ‫ﺎن‬َ‫ﻤ‬ْ‫ﻴ‬ َ ‫ﻠ‬ُ‫ﺳ‬ َ‫ﻢ‬ِّ‫ﻬ‬ َ ‫ﻔ‬ُ‫ﻣ‬ َ ‫�ﺎ‬َ‫و‬ ِ �ْ‫ﻤ‬ ِّ ‫ﻠ‬َ‫ﻋ‬ َ‫ﻴﻢ‬ِ‫ﻫ‬‫ا‬َ‫ﺮ‬ْ‫ﺑ‬ِ�َ‫و‬ ) (dan sebagainya-edt)
  • 8. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 8 Keempat : Mengamalkannya. Wajib bagi seorang thālib untuk beramal dengan ilmunya. Karena tujuan menuntut ilmu adalah untuk diamalkan, bukan untuk berbangga-bangga di hadapan manusia. Maka wajib baginya untuk bersungguh-sungguh dalam melakukan ketaatan dan memperbanyak amalan sunnah, seperti qiyamullail, shiyām, shadaqah, membaca Al-Qur-ān, berdzikir dan semisalnya. Dalam hal ini saya ingin memberi peringatan terhadap dua hal : 1. Bahwasannya mencukupkan diri hanya dengan tenggelam di dalam membaca kitab-kitab, menghafal matan-matan, menyusun tulisan ilmiyah dan membahasnya dapat me- ngeraskan hati dan menjadikan seorang thālib merasa berat untuk melaksanakan ibadah. Maka hendaknya ia memberi jeda/senggang waktu sesaat untuk melakukan amalan- amalan sunnah di tengah masa-masa belajarnya. Kemudian ia hendaknya banyak menelaah siroh (sejarah) orang-orang shalih, karena itu dapat melembutkan hati dan menambah semangat dalam beramal, dengan izin Allāh.
  • 9. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 9 2. Dalam hal ini terdapat syubhat yang selalu dibawakan oleh para pemalas dari kalangan thālib yang tenggelam dengan ilmunya dan berat dalam melakukan ibadah, yaitu “bahwasannya menuntut ilmu lebih utama daripada ibadah-ibadah sunnah.” Syubhat ini tidaklah pada tempatnya. Asalnya hal ini tidaklah boleh dibenturkan antara mendahulukan ini dengan ini. Perhatikanlah para ulama besar dari kalangan shahabat, tabi’in dan setelahnya, kalian akan mendapati bahwa mereka terkenal dengan ibadahnya. Sesungguhnya menuntut ilmu didahulukan daripada ibadah hanya apabila di dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk menggabungkannya. Dan ini tidaklah terjadi kecuali pada kondisi yang jarang terjadi. Kelima : Ilmu tidaklah diraih dengan bersantai- santai. Sudah seharusnya dalam menuntut ilmu itu seseorang merasakan keletihan, keseriusan dan kesungguhan -terutama di awal-awal menuntut ilmu-. Disebutkan bahwa “kemahiran itu 1/10 nya adalah dari kecerdasan, dan 9/10 nya adalah dari kerja keras.” Maka barangsiapa yang mengeluh disebabkan lemahnya hafalan ataupun pemahaman, ia dapat
  • 10. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 10 menggantinya dengan kuatnya tekat, meninggalkan kemalasan dan meningkatkan kesungguhan. Barangsiapa yang kuat keinginannya, lurus tekatnya dan bersungguh-sungguh dalam urusannya maka ia akan menyusul rombongan, in syā Allāh. Keenam : Sesungguhnya ilmu terlalu luas untuk dikuasai keseluruhannya, maka pilihlah dari setiap ilmu apa yang paling baik untukmu. Hendaknya seorang thālib -terutama bagi pemula- tidak terlalu menyibukan diri dalam mendalami ilmu- ilmu yang bersifat sampingan, seperti permasalahan- permasalahan asing, ilmu-ilmu yang syadz, atau yang semisal. Karena ia tidaklah memiliki nilai (di tahap itu- edt) selain untuk intermezzo dan membuat takjub teman-teman sekitar. Akan tetapi hendaklah ia giat dalam mengokohkan pondasi-pondasi ilmu, dan mendalami permasalahan-permasalahan yang terpenting. Ketujuh : Di antara tanda keberkahan ilmu ialah bersikap inshof (bijak) dan meninggalkan sikap ta’ashub (fanatik buta). Hendaknya seorang thālib mencari kebenaran dengan dalilnya, dari Al-Qur-ān dan As-Sunnah tanpa fanatik buta kepada madzhab, ulama atau syaikh
  • 11. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 11 tertentu. Karena setiap orang perkataannya bisa diambil dan bisa ditinggalkan kecuali Nabi ‫ﷺ‬. Kedelapan : Barangsiapa yang mengabaikan ushūl (pondasi) maka ia tidak akan sampai kepada tujuan. Adapun ushūl ilmu itu ada dua bagian : 1. Ushūl dari segala ilmu, yaitu tauhīd. Seorang thālib tidaklah mendapat udzur apabila bodoh terhadap perkara-perkara tauhīd. 2. Ushūl dari fan (bidang-bidang) ilmu yang dipelajari oleh seorang thālib (yang dimaksud ushūl disini ialah ushūl secara makna umum, bukan khusus), dan ushūl dari setiap fan ilmu ia adalah bab-bab terpentingnya, pembagian, pengertian dan masā-il nya. Kesembilan : Tidaklah disebut ilmu kecuali apa yang tersimpan di dalam dada. Wajib bagi seorang thālib untuk perhatian dalam menghafal matan-matan, dalil-dalil, aqwāl (perkataan-perkataan) ulama dan pokok-pokok permasalahan. Tingkatan dalam menghafal ada 4 (empat) : 1. Menghafal setiap matan sesuai dengan lafazhnya, ini adalah asalnya. Tidak ada yang
  • 12. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 12 bisa menggantikannya kecuali jika seorang thālib mendapatkan kesulitan untuk itu. 2. Lebih menfokuskan makna-makna dari setiap lafazh. Maka thālib dapat menghafal matan dengan menyeluruh baik itu (secara lafazh ataupun hanya berupa menghafal dalam segi makna-maknanya. Jangan hanya terikat dengan lafazh dari penulis, karena itu bukan termasuk pada ranah ibadah. 3. Memilih poin-poin pentingnya saja untuk dihafalkan. Apabila sebuah matan terlalu panjang sehingga sulit bagi seorang thālib untuk menghafalkannya secara keseluruhan, maka ia boleh meringkasnya sesuai kemampuan dan memilih pasal-pasal dan persoalan terpentingnya yakni apabila itu berbentuk susunan buku. Atau dengan menghafal bait-bait terpentingnya saja apabila itu berbentuk manzhumah. Hendaknya ia meminta bantuan untuk memilihnya kepada orang yang berpengalaman dari ahli ilmu, lalu ia menghafalkan apa yang telah ia pilih. 4. Memilihnya lalu menghafalkannya sesuai makna, baik itu sesuai dengan lafazhnya ataupun hanya secara maknanya saja.
  • 13. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 13 Kesepuluh : Ilmu adalah “buruan” dan tulisan (catatan) adalah “pengikatnya”. Janganlah seorang thālib senantiasa mengandalkan ingatannya saja. Karena hafalan terkadang bisa ‘berkhianat’. Apa yang dihafalkan bisa pergi, adapun yang tertulis tetap bertahan. Maka hendaknya ia juga bersemangat untuk mencatat, meringkas faidah- faidah dan menyusun ulang setiap pembahasan. Kesebelas : Barangsiapa yang mencari ilmu secara sekaligus maka ia juga akan kehilangannya secara sekaligus. Hendaknya bagi seorang thālib untuk bertahap dalam mencari ilmu, sedikit demi sedikit. Dan tidak berpindah dari suatu persoalan kepada persoalan lainnya sebelum ia mutqin (kuat,kokoh) di dalamnya. Terlalu penuhnya ilmu di fikiran menyebabkannya lebih mudah hilang. Tingkatan-tingkatan dalam menuntut ilmu Tingkatan yang masyhūr dalam menuntut ilmu ada 3 (tiga) tingkatan :
  • 14. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 14 1. Pemula : Fase pengenalan, mencari gambaran umum, atau disebut juga marhalah al-mutūn (tingkatan mempelajari matan-matan ringkas). Yaitu seorang thālib mengenali istilah-istilah setiap fan/bidang ilmu, persoalan-persoalan yang dibahasnya dan gambaran umumnya. Dan sepatutnya bagi seorang thālib untuk mengerahkan kesungguhannya dalam tingkatan ini untuk memahami setiap lafazh dan istilah, dan tidak menyibukan pikirannya dalam mendalami rincian masā-il. 2. Menengah : Fase mendalami & memperjelas, atau disebut juga dengan marhalah syuruh al- mutūn (tingkatan penjabaran matan). Yakni seorang thālib mencari penjabaran tiap permasalahan yang ada dalam matan, mengetahui dalil-dalilnya dan dapat membedakan mana yang rojih (kuat) dengan pendapat yang lemah. 3. Lanjutan : Fase perluasan dan ijtihād, atau disebut juga dengan marhalah al-mabsuthat wal-muthawalat. Yaitu seorang thālib memperluas bidang-bidang setiap ilmu, meneliti rincian setiap permasalahan,
  • 15. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 15 memperhatikan ikhtilāfāt (ikhtilaf-ikhtilaf) dan yang lainnya. Kitab-kitab dan matan-matan pilihan Adapun untuk menetapkan kitab-kitab dalam setiap fan/bidang, maka setiap marhalah berbeda-beda sesuai pada perbedaan masing-masing waktu, tempat, madzhab atau guru. Dan apa yang akan aku sebutkan di sini tidaklah harus diterapkan seutuhnya untuk semua kalangan. Tauhīd a) Tauhīd Al-‘Ibādah : Hendaknya seorang thālib memulai dengan mukhtashorot (matan-matan ringkas) karya Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhāb -rahimahullah-. Seperti : Al- Ushūl Ats-Tsalātsah, Al-Qawā’id Al-Arba’ah, dan Kitab At-Tauhīd. Lalu setiap syarah dan hasyiyah nya. Kemudian melanjutkannya dengan kitab-kitab tebal karya Syaikhul Islām Ibnu Taymiyah dan karya para imam dakwah Nejd seperti Ad-Durar As-Saniyyah dan yang selainnya.
  • 16. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 16 b) Tauhīd Al-Asmā Wa Ash-Shifāt : Dimulai dengan matan-matan ringkas karya Syaikhul Islām Ibnu Taymiyah, seperti : Al-Wāsithiyah, Al-Hamawiyah, kemudian At-Tadmuriyah. Lalu syarah-syarah dari Al-Wasithiyah dan kitab-kitab tebal tentang ini, seperti pembahasan-pembahasan ‘aqidah dalam Majmū’ Al-Fatāwā, Dar-u At-Ta’ārudh, dan Ash-Shawā-iq Al-Mursalah, keseluruhannya karya Syaikhul Islām Ibnu Taymiyah. Al-Qur-ān a) Tafsīr : Tafsīr adalah ilmu yang utama, hanya saja kitab-kitabnya tebal bahkan ringkasannya sekalipun, tidak ada yang membahasnya berbentuk matan. Oleh karena itu sebaiknya bagi seorang thālib untuk tidak memulai dengannya kecuali setelah menguasai bagian dari ilmu-ilmu yang lain. Kitab-kitab tafsīr itu banyak, hanya saja kebanyakan darinya tidak terlepas dari kebid’ahan. Kitab tafsīr yang paling utama ialah Tafsīr Ath-Thabariy, Al-Baghawiy, Ibnu Katsir, Ibnu As-Sa’diy, dan Ad-Durr Al-Mantsūr karya As-Suyuthi.
  • 17. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 17 b) Ushūl At-Tafsīr : Di antara matan terbaiknya ialah Muqoddimah At-Tafsīr karya Syaikhul Islām. Kitab tersebut memiliki syarah-syarah dan hasyiyah yang telah dicetak. Aku telah meringkasnya dan kutambahkan beberapa permasalahan padanya dari perkataan- perkataan Ibnu Taymiyah juga. Ringkasan ini bisa didapatkan di web1 . c) ‘Ulūm Al-Qur-ān : Di antara tulisan terbaik mengenai ini adalah Al-Itqān karya Al-Imam As-Suyuthi, walaupun di dalamnya terdapat beberapa kekeliruan. Hadīts a) Matan-matannya cukup banyak, di antara yang paling terkenal ialah ‘Umdatul Ahkām karya ‘Abdul Ghaniy Al-Maqdisiy, Bulūghul Marom karya Ibnu Hajar, Al-Muharror karya Ibnu ‘Abdil Hadi dan Al-Muntaqo karya Ibnu Taymiyah. Dan hendaknya seorang thālib 1 https://ia800903.us.archive.org/31/items/almontserbillah_yahoo_ 201311/%D8%A3%D8%B5%D9%88%D9%84%20%D8%AA%D9%81% D8%B3%D9%8A%D8%B1%20%D8%B4%D9%8A%D8%AE%20%D8% A7%D9%84%D8%A5%D8%B3%D9%84%D8%A7%D9%85.pdf
  • 18. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 18 memulainya dengan ‘Umdatul Ahkām karena matannya ringkas, lalu melanjutkan kepada Bulūghul Marom atau Al-Muharror, keduanya hampir sama, setelah itu mempelajari syarah- syarah/penjelasan dari kitab tersebut. Kemudian mempelajari kitab-kitab yang lebih tebal, seperti Fath-ul Bāri (Syarah Shahih Bukhari), (Al-Minhaj) Syarah Shahih Muslim, Nailul Authār dan selainnya. Mushtholah Al-Hadīts Matan yang masyhur di antaranya : Manzhūmah Al-Baiquniyah, An-Nukhbah (Nukhbatul Fikar) karya Ibnu Hajar, Al-Mūqizhoh karya Adz- Dzahabiy. Kemudian syarah-syarahnya serta syarah Muqoddimah Ibnu Ash-Shalah. Lalu memperluas pembahasan darinya dengan mempelajari kitab-kitab ‘ilal, ilmu mengenai rijalul hadīts dan selainnya. Mengenai ini aku memperingatkan dua hal :  Pertama; Bahwa kebanyakan kitab- kitab mushthalah yang ada ia berada di atas manhaj muta-akhirin (belakangan/
  • 19. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 19 baru) dan menyelisihi manhaj ulama mutaqoddimin (terdahulu).  Kedua; Sesungguhnya mempelajari teori untuk ilmu ini tidaklah terlalu menghasilkan faidah. Jika meng- inginkan faidah lebih maka hendaknya bagi seorang thālib untuk melakukan pembelajaran ilmiyah secara mandiri mentakhrij hadīts, menelaah kitab-kitab takhrij, rijal dan ‘ilal. Ushūl Fiqih Di antara matan-matan yang paling terkenal ialah matan Al-Waraqāt karya Al-Juwainiy, Mukhtashor Ibnul Hājib, Al-Minhāj karya Al- Baidhawiy. Kemudian mempelajari setiap syarahnya, lalu melanjutkan kepada kitab-kitab tebal; seperti Al-Mustashfa karya Al-Ghazali, Al-Ihkām (Fii Ushūlil Ahkam) karya Ibnu Hazm, Al-Bahr Al-Muhīth karya Az-Zarkasyi dan yang selainnya. Mengenai ini aku memperingatkan dua hal :  Pertama; Bahwa umumnya kitab-kitab ushūl tidak terlepas dari ke-bid’ah-an ilmu kalam, di antara kitab yang paling selamat ialah
  • 20. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 20 RaudhatunNāzhir karya Ibnu Qudamah, dan Hasyiyah Asy-Syinqithi atasnya yang dicetak dengan judul Mudzakkiroh Fii Ushūl Al-Fiqh, Syarah Al-Kaukāb Al-munīr karya Ibnu An-Najar Al-Futuhiy. Dan aku telah menyusun kitab Ushūl Fiqh Syaikhil Islām Ibn Taymiyah2 , dan terdapat juga mukhtashor nya di web.3 2 Ketika mukhtashor ini tersebar, ternyata sejumlah ikhwah mengadukan kepadaku mengenai adanya beberapa kendala yang sulit difahami sehingga mereka memintaku untuk mensyarahnya. Sebelumnyaaku pernahmenulistigasyarah darinya,di antaranyaAl- Mabsuth, ia adalah syarah yang panjang terhadap mukhtashor ini. Dan aku menyebutkan di dalamnya furu’ yang disebutkan syaikhul Islam yangdibangundi atas setiap pondasi secara rinci.LaluAl-Wajiz, ia adalahringkasandari syarah Al-Mabsuth.LaluAl-Umdah,ia adalah syarah terhadap satu permasalahan saja, akan tetapi ia tumpuan utama dalam ushul fiqhiyah di sisi Syaikh, yaitu permasalahan takhshiishul‘illah. Di dalamnya aku menyebutkan cabang-cabang permasalahan yang dibangun di atas tumpuan tersebut secara tersusun atas bab-bab fiqih. Hanya saja disebabkan kondisi-kondisi yang tidak menentu di penjara sehingga aku tidak berkesempatan untuk merapikan kembali syarah-syarah tersebut yang memungkinkan untuk menyingkap apa yang menjadi kendala di kalangan ikhwah -In Syaa Allāh-. Oleh sebab itu aku mengajak bagi siapa yang memiliki keterampilan di bidang ushul fiqh dari kalangan penuntut ilmu yang berada di luar sana, untuk memeriksanya- terdapat ganjaran dan pahala, In syaa Allah- serta memberi catatan- catatan terhadap ringkasan ini, menjabarkan makna-maknanya dan menjelaskan permasalahan-permasalahannya. Maka limpahan doa dari ku baginya (yang mau membantu hal ini-edt). 3 ia801601.us.archive.org/10/items/ofsit/ofsit.pdf
  • 21. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 21  Kedua; Bahwa kitab-kitab ushūl tidak terlepas dari istilah-istilah yang samar dan membingungkan disebabkan terlalu banyak- nya mushtholahāt (istilah-istilah) ushūliyah dan kalamiyah di dalamnya. Maka sebaiknya bagi seorang pemula untuk memulai dengan membaca kitab-kitab karya kontemporer seperti Ushūl Fiqh karya Khallaf, Al-Khudhori, Zaidan dan selainnya. Jika telah menyelesaikannya maka baru lanjut ke kitab- kitab mutaqoddimin (terdahulu). Fiqih Matan-matannya beragam sesuai dengan masing- masing madzhabnya. Seperti Al-Kanz (Kanzu Ad- Daqoiq) untuk madzhab Hanafi, Mukhtashor Kholil untuk madzhab Maliki, Al-Minhāj untuk madzhab Syafi’i, Zādul Mustaqni’ untuk madzhab Hanbali. Lalu mempelajari syarah/penjelasan dari masing-masing matan tersebut. Kemudian melanjutkan kepada kitab-kitab yang tebal semisal Al-Mughni, Majmū’ Syarh Al-Muhaddzab dan selainnya.
  • 22. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 22 Dan bagi yang tidak ingin terikat dengan madzhab maka hendaknya membaca Ad-Durar Al-Bahiyyah karya Asy-Syaukani dan Syarahnya Ar-Raudhoh An-Nadhiyyah karya Shadiq Al-Qinnaujiy. Mengenai ini aku memperingatkan dua hal :  Pertama; Bahwa kebanyakan orang-orang yang menisbatkan dirinya kepada hadīts di generasi kita ini, mereka mencela sikap bermadzhab atau terhadap kitab-kitab ini, tentu pandangan seperti ini perlu dikoreksi. Karena yang tercela adalah sikap ta’ashhub (fanatik buta). Adapun mempelajari dan mengenal madzhab-madzhab melalui kitab- kitab tersebut maka itu tidaklah masalah. Pada hal ini terdapat rincian yang ke- beradaannya tidak dapat dibendung.  Kedua; Aku menasihati para thālib setelah mengenal fiqih dan ushūlnya agar ia juga menelaah kitab-kitab para Al-Fuqohā Al-Ahrār (yaitu para ulama yang tidak terikat dengan madzhab tertentu), seperti Ibnu Hazm, Ibnu Taymiyah, Ibnul Qayyim dan
  • 23. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 23 Asy-Syaukani.4 Karena itu dapat memberi seorang thālib faidah yang banyak, menghasilkan kemampuan untuk ber-ijtihād, mengagungkan setiap nash-nash, dan menyikapi setiap pendapat para ulama dengan baik. Nahwu Hendaknya seorang thālib memulainya dengan mempelajari matan Al-Ājurūmiyah dengan syarahnya seperti At-Tuhfah As-Saniyyah, bersama kitab-kitab ringkas karya Ibnu Hisyam, seperti Syarah Syudzūr Adz-Dzahab dan Syarh QathrunNada. Lalu kitab-kitab tebal seperti 4 Dengan catatan bahwa Ibnu Hazm berasal dari madzhab zhohiriyah dan Asy-Syaukani juga zhohiriyah dari kalangan ahlul hadīts, yang mana mereka menetapkan cakupan dari sebuah dalil dan apa yang semisal dengan maknanya. Hanya saja mereka menolak adanya qiyas pada suatu ‘illah. Sehingga aku menemukan beberapa syadz/kerancuan dari mereka yang menyelisihi ijma’. Maka aku menasihatkan thālib sebelum membacanya agar mempelajari terlebih dahulu kitab I’lamul Muwaqi’in karya Ibnul Qayyim, karena ia termasuk kitab terbaik di bidang ushul fiqh dan dalam hal metode menyikapi setiap nash-nash syar’i dengan tetap menjauhi orang- orang yang ghuluw dalam qiyas ataupun jumud (kaku) nya orang- orang zhohiriyah.
  • 24. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 24 Mughni Al-Labīb, syarah-syarah Alfiyyah dan selainnya. Mengenai ini aku memperingatkan dua hal :  Pertama; Sesungguhnya mutqin dalam ilmu nahwu “secara teori” tidaklah bermakna akan selamat dari lahn (kesalahan dalam baca/ pengucapan-edt) sama sekali. Telah diketahui bahwa sebagian para imam nahwu pun juga terkadang terjatuh pada lahn. Dan di antara cara terbaik untuk memperbaiki lisan ialah dengan membaca sejumlah kitab yang ber- syakl (berharokat) dengan suara lantang. Semakin banyak membaca maka lisannya akan semakin lebih baik. Dan dengan mengulang-ulangi ini akan menghasilkan kemampuan yang spontan dalam mengenali bahasa Arab, in syā Allāh ta’ālā.  Kedua, memutqinkan Nahwu secara teori dan praktek dapat menyelamatkan dari lahn dan dapat mengetahui i’rab setiap kalimatnya. Bukan berarti ia akan memiliki perkataan yang baik dalam Balaghoh, Bayan dan keindahan tutur kata. Untuk mendalami hal tersebut maka tempatnya di ilmu Adab bukan di ilmu Nahwu (note : Adab di sini
  • 25. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 25 bukan adab sopan santun, akan tetapi adab sastra Arab-edt). Apabila seorang thālib ingin meningkatkan kualitas tutur katanya hendaknya ia mempelajari kitab-kitab syi’ir (syair) Arab, kitab-kitab ahli Balaghoh dan tokoh-tokoh ilmu Bayan. Dan hendaknya ia menghafal bait-bait syi’ir dan adab yang ia bisa. Lalu juga merujuk kepada kitab-kitab yang membahas tentang Al-Insyā; seperti Al-Mutsul As-Sā-ir karya Ibnul Atsir dan yang lainnya. Kedua belas : Menggabungkan antara dua fiqih. Wajib bagi seorang thālib setelah memahami ilmu syar’i agar ia juga memahami fiqih waqi’ (realita) agar ia dapat menerapkan setiap kaidah syar’i pada tempatnya dan mengetahui hukumnya. Hendaknya ia menelaah madzhab-madzhab kontemporer dan mempelajari nawazil dari fiqihnya. Kemudian menelaah kitab-kitab mausu’at (ensiklopedi) masa kini dan mengamati kejadian-kejadian terbaru. Sehingga ia akan bisa bersikap adil dalam hal ini tanpa melampaui batasnya.
  • 26. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 26 Ketiga belas : Barang siapa yang tergesa-gesa untuk tampil maka ia akan terluput dari banyak ilmu. Maka hendaknya seorang thālib untuk bersemangat dalam memantapkan ilmunya sebelum turun untuk mengajar. Dan hendaknya ia tetap melanjutkan pembelajarannya meskipun ia telah duduk untuk mengajar. Sebagaimana perkataan Imam Ahmad : (‫اﻤﻟﻘﺮﺒة‬ ‫إﻰﻟ‬ ‫اﻤﻟﺤﺮﺒة‬ ‫)ﻣﻦ‬ “Dari tempat tinta hingga ke kubur.” Keempat belas : Adab penuntut ilmu. Wajib bagi seorang thālib untuk menghiasi dirinya dengan adab-adab penuntut ilmu terhadap dirinya sendiri, guru-gurunya, teman-teman, murid-murid dan selainnya. Para ulama telah menyusun tulisan yang banyak mengenai tema ini, baik itu ulama terdahulu ataupun masa kini; yang baik untuk merujuk kepadanya. Terakhir Ini adalah beberapa kitab yang aku nasehatkan kepada para penuntut ilmu untuk membacanya, mengulang-ulang dalam mempelajarinya dan selalu me-muroja’ahnya :
  • 27. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 27 1. Seluruh tulisan-tulisan Syaikhul Islām Ibnu Taymiyah dan muridnya yakni Ibnul Qayyim -Semoga Allāh merahmati keduanya-. Karena tulisan-tulisan mereka dibangun di atas pemahaman Al-Qur-ān dan As-Sunnah, dan itu adalah landasan utama manhaj salafiy.5 2. Seluruh tulisan-tulisan Al-Hafizh Adz- Dzahabiy -rahimahullāh-, karena ia adalah seorang muhaqqiq yang inshof (adil;bijak). 3. Seluruh tulisan Al-Hafizh Ibnu Rajab -rahimahullāh-, khususnya kitab Fathul Bari, Syarh Al-‘ilal, Jami’ Al-‘Ulum Wa Al-Hikam dan Al-Qawā’id. Karena di dalamnya terdapat banyak faidah yang tidak ditemukan di kitab selainnya. 4. Fathul Bari karya Al-Hafizh Ibnu Hajar. Hakikatnya kitab tersebut bukan hanya syarah terhadap Shahih Bukhari saja, melainkan ia adalah syarah terhadap umumnya kitab-kitab 5 Aku belum pernah mencintai seorangpun setelah kecintaanku terhadap al-qurun al-mufaddholah (orang-orang yang berada di generasi terbaik/salafusshalih) sebagaimana kecintaanku terhadap lima imam. Demi Allāh sungguh aku selalu mendoakan mereka di dalam sujudku, mereka lah; Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (w: 728 H) dan muridnya yakni Ibnul Qayyim (w: 751 H), serta Al-Imam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab (w: 1206 H), dan muridnya yakni Abdul ‘Aziz Ibnu Muhammad Ibnu Su’ud (w: 1218 H), dan guruku Hamud Asy-Syu’aibiy (1422 H).Rahimahumullāh jamī’ān.
  • 28. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 28 shahih, sunan dan musnad-musnad. Dan ia adalah sandaran bagi para pensyarah hadīts yang hidup setelahnya. 5. Seluruh tulisan para Aimmah Ad-Da’wah An-Najdiyyah (para imam-imam dakwah Nejd), khususnya kitab Ad-Durar As-Saniyyah, ia sesuai dengan namanya (yakni “permata yang berharga”-pent). 6. Seluruh tulisan Asy-Syaikh ‘Abdurrahman Al- Mu’allimiy -rahimahullāh- (“Imam Dzahabi nya masa kini”). Khususnya kitab At-Tankil dan Al- Anwar Al-Kasyifah. 7. Hasyiyah Asy-Syaikh ‘Abdurrahman Ibnu Qasim -rahimahullāh- terhadap kitab Ar-Raudh Al-Murbi’. Ia adalah kitab fiqih terbaik, di dalamnya terdapat faidah-faidah yang tidak didapatkan di kitab selainnya. 8. Seluruh tulisan Asy-Syaikh Bakr Abu Zaid -rahimahullāh-, ia termasuk dari ulama kontemporer yang memiliki tulisan-tulisan terbaik yang dipenuhi dengan banyak faidah. 9. Adapun kitab yang ditulis ulama kontemporer dalam Mushthalahul Hadīts, maka yang terbaik adalah karya-karya Asy-Syaikh Thariq Ibnu ‘Iwadhillah. Ia adalah seorang muhaqqiq di bidang ini. Kitab-kitabnya begitu berharga dan
  • 29. Metode Praktis Dalam Menuntut Ilmu 29 syarahnya terhadap kitab Nukhbatul Fikar termasuk dari syarah terbaik. Inilah yang mampu kutuliskan, ‫وﻰﻠﻋ‬ ‫�ﻤﺪ‬ ‫ﻧبﻴﻨﺎ‬ ‫ﻰﻠﻋ‬ ‫اﷲ‬ �‫وﺻ‬ ‫ﻪﻟ‬ ٓ ‫ا‬ �‫أﻤﺟﻌ‬ ‫وﺻﺤﺒﻪ‬ Versi asli berbahasa Arab dirilis pada 1434 H Selesai diterjemahkan pada Syawwāl 1440 H