4. Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema
yang berarti tanda atau lambang (sign). Semantik
merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang
meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi- sintaksis)
dan semantik (Djaja Sudarma, 1993).
5. Ada banyak ragam atau jenis makna yang dikemukakan oleh
para ahli linguistik. ke semua pendapat itu tidak diberikan
batasan yang sama karena dasar pembagiannya pun
menggunakan kacamata yang berbeda-beda. Misalnya, Leech
(2003), menggunakan istilah tipe makna dan membagi makna
ke dalam tujuh tipe yakni makna konseptual, konotatif, stilistik,
afektif, refleksi, kolokatif, dan tematik.
a.Makna Leksikal dan gramatikal
b.Makna Denotatif dan makna konotatif
c.Makna konseptual dan makna Asosiatif
d.Makna kata umum dan makna kata khusus
6. Relasi makna atau hubungan makna adalah kemaknaan
antara sebuah kata, frase, klausa atau kalimat dengan
kata, frase, klausa atau kalimat lainnya. Hubungan
tersebut berbentuk sinonim, antonim, homonim,
homofon, homograf, polisemi dan hiponim.
7. Sinonim dapat berarti memiliki makna
yang sama atau hampir sama yang
sering, tetapi tidak selalu dapat saling
menggantikan dalam kalimat (Yudi
Cahyono 1995:208). Sinonim juga
disebut dengan istilah padanan kata.
Menurut Verhaar dalam Muliastuti
(2003: 2.2) sinonim merupakan
ungkapan (dapat berupa kata, frase atau
kalimat) yang maknanya kurang lebih
sama dengan ungkapan lain.
Kata antonim yang lazim disebut lawan
kata berasal dari bahasa Yunani Kuno
onoma yang berarti 'nama' dan anti
yang berarti 'melawan". Secara harfiah
berarti 'nama lain untuk benda lain.
Menurut Verhaar, antonim adalah
ungkpan (biasanya berupa kata, tetapi
ada juga berupa frase atau kalimat)
yang dianggap bermakna, kebalikan
dari ungkapan lain.
8. Pengertian kesamaan makna tersebut
tidak harus sama secara utuh. Sebuah
kata yang digunakan dalam kalimat
tersebut belum tentu cocok digunakan
dalam kalimat lain. Misalnya, kata mati
dan tewas.
1. Ayam piaraannya mati semua
2 Keluarganya tewas dalam musibah
tanah longsor.
Ada beberapa faktor yang
menyebabkan kata-kata bersinonim
tidak selalu dapat menggantikan, yaitu:
1. Perbedaan waktu
2. Perbedaan daerah atau tempat;
3. Sosial;
4 Nuansa Makna
9. Ada beberapa oposisi makna yaitu: oposisi mutlak, oposisi kutub, oposisi hubungan, oposisi hierarki
dan oposisi majemuk.
1) Oposisi Mutlak
Kata-kata yang beroposisi mutlak adalah kata-kata yang memiliki pertentangan secara mutlak. Contoh:
Laki-laki dengan perempuan
2) Oposisi Kutub
Kata-kata yang beroposisi kutub adalah kata-kata yang pertentangannya agak tidak mutlak. Contoh:
Pandai dengan bodoh
3) Oposisi Hubungan
Kata kata yang beroposisi berhubungan adalah kata-kata yang pertentangannya saling berhubungan.
Maksudnya, kehadiran satu kata mengakibatkan munculnya kata lain yang mempunyai hubungan.
Contoh: dosen dengan mahasiswa
4) Oposisi Hierarki
Kata-kata yang beroposisi hierarki adalah kata kata yang berupa satuan ukuran (panjang, berat, isi),
nama satuan hitungan, penanggalan, nama jenjang kepangkatan dan sebagainya. Contoh: gram
dengan kuintal
5) Oposisi Majemuk
Kata-kata yang beroposisi majemuk adalah kata-kata yang tidak hanya beroposisi dengan satu kata,
tetapi dengan dua buah kata atau lebih. Contoh: jelek dengan baik, bagus, cantik, manis
10. • Homonim bersal dari bahasa Yunani Kuno onoma yang berarti "kata'
dan homas yang berarti 'sama'. Secara harfiah homonim berarti kata
yang sama lafal dan ejaannya, tetapi berbeda makna. Contoh: Hak asasi
manusia Hak sepatu wanita
• Homofon adalah kata yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaan dan
maknanya. Contoh: Masa dan massa Sanksi dan sangsi
• Homograf adalah kata yang sama ejaannya, tetapi lafal dan maknanya
berbeda. Contoh: Mobil sedan pak bupati berwarna merah Anak laki-
laki kecil itu menangis sedu-sedu
• Polisemi adalah satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki
makna lebih dari satu. Contoh: Mangga arumanis yang bergelantungan
itu sudah matang Adiknya berusia 25 tahun, sudah matang untuk
menikah
11. Menurut Pateda, terjadinya polisemi karena beberapa faktor :
1) Faktor gramatikal.
2) Faktor leksikal, dapat bersumber dari:
a. Sebuah kata mengalami perubahan pemakaian dalam Bahasa
yang mengakibatkan munculnya makna baru.
b. Digunakan pada lingkungan yang berbeda.
c. Karena metafora
3) Faktor pengaruh Bahasa asing.
4) Faktor pemakai Bahasa yang ingin menghemat penggunaan kata
5) Faktor Bahasa itu sendiri yang terbuka untuk menerima
perubahan, baik perubahan bentuk maupun perubahan makna.
12. Dalam kamus liguistik hiponim berarti hubungan antar
makna anggota taksonomi, misalnya anjing kucing, dan
kambing merupakan hiponim dari hewan. Secara semantis
hiponim dapat didefinisikan sebagai ungkapan (kata, frase
atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian
dari makna ungkapan lain.
Sebuah hiponim dapat menjadi superordinat dari hiponim di
bawahnya Sebuah kata akan merupakan hiponim atau
superordinat bergantung pada tingkatan hubungan kata
tersebut, bersifat lebih umum atau khusus. Apabila kata
tersebut sifatnya umum, kata tersebut termasuk
superordinat, tetapi apabila bersifat lebih khusus, termasuk
hiponim
13.
14. Kata kamus dipinjam dari bahasa Arab qamus, yaitu berasal dari
bahasa Yunani okeanos yang berarti "lautan". Seperti halnya sifat lautan
yang dalam dan luasnya tak hingga, kamus merupakan wadah untuk mereka
kosa kata yang jumlahnya semakin tak terbatas.
Arti kata kamus dalam, KBBI berarti (1) buku acuan yang memuat kata atau
ungkapan yang biasanya, disusun menurut abjad berikut keterangan tentang
maknanya, pemakaiannya atau terjemahannya; (2) buku yang memuat
kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad beserta penjelasan
tentang makna dan pemakaiannya.
Menurut Keraf (1986) kamus merupakan buku referensi yang memuat daftar
kosa kata yang terdapat dalam sebuah bahasa yang tersusun secara
alfabetis, disertai keterangan cara menggunakan kata tersebut.
15. Diantaranya manfaat kamus adalah menentukan benar atau
tidaknya bentuk tulisan atau makna suatu kata. Melalui kamus pula
kita dapat mempelajari bentuk, jenis dan kekerabatan kata-kata.
Untuk mencari konsep makna yang tepat pun kita menggunakan
kamus, juga berfungsi sebagai alat perekam data yang sengat
ampuh.
16. Ada tiga jenis kamus yaitu kamus ekabahasa, kamus dwibahasa dan kamus multibahasa
Kamus ekabahasa adalah kamus yang memuat suatu bahasa yang disusun secara alfabetis
dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya dalam bahasa yang sama. Misalnya
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Pusat Bahasa, Kamus Inggris-Inggris.
Kamus dwibahasa adalah kamus yang memuat kata atau gabungan kata suatu bahasa yang
disusun secara alfabetis dengan penjelasan makna dan contoh pemakaiannya dalam bahasa
lain, yang menjadi bahasa sasaran misalnya, Kamus Inggris- Indonesia, Kamus Indonesia-
Inggris. Kamus multibahasa adalah kamus yang memuat daftar kata dengan padanannya
lebih dari dua bahasa yang berbeda misalnya Kamus Arab-Indonesia-Inggris.
Selain itu ada beberapa jenis kamus yang lain, diantaranya kamus Bahasa Indonesia
kontemporer, kamus popular, kamus akronim, inisialisme dan singkatan, kamus kata-kata
serapan asing dalam Bahasa Indonesia, kamus istilah, kamus anak-anak, dan masih banyak
lagi.
17. Kamus sebagai salah satu jenis referensi banyak gunakan oleh hampir semua kalangan.
Untuk memahami cara menggunakaan kamus terlebih dahulu perlu mengetahui susunan
kamus. Kamus yang baik pada dasarnya tersusun atas tiga bagian yaitu pendahuluan, isi,
dan perlengkapan. Sistematika tersebut tidak dicantumkan secara eksplisit seperti dalam
sistematika karya ilmiah.
Berikut merupakan keterangan susunan kamus (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
1) Bagian Pendahuluan
Bagian pendahuluan adalah bagian awal suatu kamus Bagian ini memuat keterangan
mengenai petunjuk pemakaian kamus
2) Bagian Isi
Bagian isi kamus merupakan bagian terpenting/inti sebuah kamus, dengan tanpa
mengabaikan arti bagian lainnya.
3) Bagian Pelengkap
Bagian pelengkap berisi tentang kata dan ungkapan bahasa daerah, kata dan ungkapan
bahasa asing singkatan dan akronim, aksara daerah, aksara asing, nama negara, ibu kota
dan bahasa, nama mata uang. sukatan dan timbangan, nama daerah tingkat I dan
tingkat II di Indonesia, data jumlah penduduk, bintang dan tanda kehormatan,
lambang komunikasi, lambang matematika dan lambang unsur kimia.
18. Berikut merupakan tahap-tahap dalam menyusun kamus yang dilakukan tim
penyusun kamus pada umumnya. Ada beberapa tahapan, yaitu sebagai
berikut.
1. Tahap-Tahap Menyusun Kamus
a. Persiapan.
b. Pengumpulan data.
c. pengolahan data.
1) Pemeriksaan ulang urutan abjad.
2) Penyeleksian data.
3) Klasifikasi data.
4) Pemberian definisi.
5) Penyuntingan hasil pemberian definisi.
d. Pengetikan kartu induk.
e. Penyusunan kartotek.
f. Pengetikan naskah.
g. Koreksi naskah.
h. Cetak coba.
i. Koreksi cetak coba.
j. Reproduksi kamus.
21. Kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta, yakni berasal dari akar kata
sas-, yang dalam kata kerja turunannya diartikan sebagai mengarahkan,
mengajar dan memberi petunjuk atau instruksi, pengertian sastra, ilmu
sastra, sastra Indonesia dan sastra anak Sastra anak adalah karya seni
yang imajinatif dengan user estetisnya dominan yang bermedium kan
bahasa, baik lisan maupun tertulis, yang secara khusus dapat dipahami
oleh anak-anak dan berisi tentang dunia yang akrab dengan anak-anak.
22. Ada tiga unsur sastra yang membedakan dengan sastra orang
dewasa yaitu:
1.Unsur pantangan
Unsur pantangan adalah bahwa dalam menentukan tema dan
amanat sastra anak ada hal-hal yang harus dihindari.
2.Penyajian dengan gaya secara langsung
Penyajian dengan gaya secara langsung adalah dalam sajiannya,
cerita dideskripsikan secara singkat dan langsung menuju pada
sasaran.
3.Fungsi terapan
Fungsi terapan sebagai salah satu ciri sastra anak adalah bahwa
dalam sastra anak sajian cerita yang ditampilkan harus bersifat
informatif dan mengandung unsur-unsur yang bermanfaat, baik
sebagai pengetahuan umum, maupun keterampilan khusus.
23. Genre sastra adalah istilah yang sama untuk merujuk pada pengertian
jenis sastra. Untuk membantu pemahaman Anda tentang istilah yang
terdapat dalam sastra, penulis akan menggunakan istilah genre sastra
untuk merujuk pada pengertian jenis sastra.
Selain tentang genre sastra, perlu pula untuk penulis kemukakan bahwa
sastra, ditinjau dari segi fungsi pragmatiknya memiliki fungsi sebagai
pendidikan dan hiburan. Selain fungsi pendidikan dan hiburan, sastra
juga dapat membentuk kepribadian anak dan menuntun kecerdasan
emosi anak.
24. Cara membaca dan menikmati karya sastra yang dimaksud adalah
kegiatan yang sebenamya lebih dekat pada pengertian apresiasi karya
sastra. Apresiasi adalah berkaitan dengan dunia ekonomi, rujuk adalah
pengertian apresiasi seperti batasan 1 dan 2 walaupun kedua batasan
tersebut memerlukan pertanggungjawaban yang cukup berat. Kegiatan
apresiasi karya sastra anak terbagi menjadi 4 yaitu:
• Kegiatan apresiasi langsung
• Kegiatan apresiasi tidak langsung
• Kegiatan pendokumentasi
• Kegiatan kreatif
25.
26. Struktur pembangun karya fiksi tersebut terdiri atas:
• Struktur luar atau yang dikenal dengan ekstrinsik Struktur luar adalah
segala macam unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi
kehadirannya sangat mempengaruhi cerita yang disajikan, misalnya
factor social- politik, ekonomi, dan kepengarangan, serta tata nilai
yang dianut suatu masyarakat.
• Struktur dalam, atau yang lebih populer disebut sebagai unsur
instrinsik Struktur dalam adalah unsur-unsur yang membentuk karya
sastra itu sendiri, baik pada prosa, puisi maupun drama.
Kedua sastra tersebut, baik struktur luar maupun struktur dalam,
merupakan unsur atau bagian yang secara fungsional saling berkaitan.
Artinya, tidak ada unsur yang lebih penting kehadirannya dibandingkan
dengan unsur lain atau tidak ada unsur yang kehadirannya hanya
sebagai pelengkap saja.
27. sebuah karya prosa dibangun oleh unsur-unsur yang saling mendukung,
yaitu:
• Tokoh
• Tema
• Alur
• Latar atau landas tumpu
• Gaya penceritaan
• Pusat pengisahan
28. Tidak seperti pada prosa, unsur-unsur intrinsik pada puisi relatif lebih sedikit. Hal ini
disebabkan karena hakikat puisi adalah karya sastra yang padat makna dan memiliki
sifat seni yang dominan.
Berdasarkan hakikat puisi tersebut maka unsur yang terpenting dalam puisi adalah
adanya unsur estetis atau unsur keindahan dan unsur arti atau makna. Kedua unsur
tersebut diberi istilah unsur estetik bunyi dan unsur estetik satuan atau arti. Secara
singkat uraiannya adalah sebagai berikut:
1. Unsur-unsur estetik bunyi
Unsur-unsur estetik bunyi terdiri atas persajakan, kiasan bunyi dan orkestrasi. Unsur-
unsur tersebut saling berjalin untuk memperoleh ekspresivitas secara intensif. Bahkan,
unsur- unsur keputusan bunyi berjalinan erat dengan unsur-unsur satuan arti untuk
mendapatkan nilai seni atau nilai estetik sebanyak-banyaknya. Akan tetapi, dalam uraian
ini pembahasan keduanya kita pisahkan.
2. Unsur-unsur estetik satuan arti
Unsur-unsur ini berupa kata, frase, dan kalimat yang dipilih dan disusun untuk
mendapatkan nilai estetik Dalam Proses penciptaan puisi, penyair sering kali mengganti
kata-kata untuk mendapatkan pilihan yang tepat titik pilihan yang tepat harus sesuai
dengan unsur bunyi unsur arti, suasana tempat terjadinya peristiwa dan konsep
keindahan.