1. BAB 1
KAS
A.PENGERTIAN KAS
Kas adalah merupakan elemen terpenting bagi setiap perusahaan dan bukanlah hal yang
mengherankan bila kas menjadi sumber penyelewengan atau penyalagunaan bagi pegawai
perusaan. Agar kas perusahaan aman dan terlindungi dari hal-hal yang merugikan perusahaan, mana
perlu dirancang suatu sistem pengawasan intern yang baik terhadap penerimaan dan pengeluaran
Pengertian kas di dalam akuntansi tidak hanya menyangkut pengertian kas seperti dalam kehidupan
sehari-hari. Istilah kas dalam akuntansi selain meliputi uang tunai, juga menyangkut rekening giro
yang di buka perusahaan atau lebih di kenal dengan istilah kas di bank. Oleh sebab itu pembahasan
kas dalam bab ini tidak akan terlepas dengan masalah-masalah yang bersangkutan dengan rekening
giro perusahaan yang ada di bank
PENGAWASAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN KAS
Pengertian kas mencakup uang giral dan uang chartal serta setiap item di mana bank mau
menerimanya sebagai setoran. Dengan demikian, kas akan terdiri atas uang logam,uang kertas,wesel
bank, cek dan rekening giro. Sedangkan cek mundur dan kas bon pegawai adalah merupakan elemen
piutang dan bukan merupakan elemen kas, demikian juga dengan perangko dan materai adalah
merupakan elemen persekot biaya
Kas merupakan alat pembayaran dan hampir seluruh transaksi perusahaan akan menyangkut
masalah pertukaran atau berakhir dengan kas, oleh sebab itu di perlukan pengawasan yang ketat
terhadap transaksi penerimaan dan pengeluaran kas.
Masalah yang di hadapi setiap pimpinan perusahaan sehubungan dengan kas adalah masalah:
1. penentuan saldo kas yang cukup setiap saat untuk menjaga likuiditas perusahaan
2. perlindungan yang cukup terhadap kas untuk mencegah pencurian, dan penyalahgunaan kas.
KAS DAN BANK
Sistem pengendalian inter
Salah satu tugas pimpinan perusahaan adalah melindungi aktiva perusahaan dari perusahaan,
pencurian dan penyalahgunaan. Bila perusahaan semakin besar dan semakin kompleks, maka
peranan pembukuan dan akuntansi menjadi semakin penting untuk mengawasi penerimaan kas,
mencegah pengeluaran kas yang tidak sah, dan mencegah kesalahan-kesalahan yang mungkin
terjadi. Untuk itu pegawai harus di seleksi dan dilatih dengan baik, tugas-wewenang, dan tanggung
jawabnya harus di tentukan dengan jelas. Organisasi harus di rancang sedemikian rupa sehingga
tidak terdapat seorang pegawai menangani suatu transaksi secara lengkap. Suatu kesalahan, apakah
di sengaja atau tidak akan mudah di ketahui atau di temukan bila suatu transaksi di tangani oleh
lebih dari satu orang dengan demikian sedapat mungkn pekerjaan seorang pegawai yang mencatat
aktiva di cek secara otomatis oleh pegawai yang lain.
2. KAS KECIL
Untuk pengeluaran-pengeluaran tertentu seperti pembelian perangko dan materai, bahan habis
pakai, ongkos taksi, dan sumbangan PMI biasanya tidak praktis di lakukan dengan cek. Pengeluaran-
pengeluaran seperti ini biasanya di lakukan melalui dana kusus yang di sebut dengan kas kecil. Dana
ini, biasanya pengurusanya di serahkan kepada pegawai khusus, dan stiap pengeluaran yang di
lakukan melalui kas kecil harus di dukung dengan bukti pengeluaran atau kwitansi yang menjelaskan
tujuan pengeluaran, tanggal dan jumlahnya.
Untuk membentuk kas kecil, sebuah cek di tarik dari rekening giro dan di uangkan di bank. Pada saat
pembentukan kas kecil ini akan di buat jurnal sebagai berikut:
Kas kecil Rp x x x
Kas/bank Rp x x x
Kas ini, kemudian disimpan di kotak penyimpanan uang beserta dengan bukti pengeluaran atau
kwitansi pembayaran yang di lakukan dari kas kecil ini. Bila jumlah kas kecil hampir habis atau pada
setiap akhir bulan, maka pegawai yang diserahi tanggung jawab kas kecil akan meminta penggantian
dana dengan cara menyerahkan bukti pengeluaran atau kwitansi sebagai penukarnya. Misalkan dana
kecil kas tersebut digunakan untuk pembayaran-pembayaran sebagai berikut:
Pembelian perangko dan materai Rp x x x
Pembayaran telepon dan telegram Rp x x x
Biaya angkut pengantaran barang Rp x x x
Biaya angkut pembelian barang Rp x x x
Pada saat dana kas kecil ini diganti akan dibuat jurnal sebagai berikut:
Biaya perangko dan materai Rp x x x
Biaya telepon dan perangko Rp x x x
Biaya penjualan Rp x x x
Biaya angkut pembelian Rp x x x
Kas Rp x x x
Rekening kas kecil dalam buku besar jumlahnya tetap sebesar jumlah aslinya. Jumlah ini tidak akan
berubah kecuali kalau besarnya dana kas kecil di naikkan atau di turunkan. Metode seperti ini di
sebut dengan metode dana tetap atau sistem imprest.
REKENING BANK
Kartu tanda tangan
Pada saat perusahaan membuka rekening giro, perusaahaan diberi nomer rekening giro, dan bank
akan meminta pada perusahaan untuk menandatanghani kartu tanda tangan dari pegawai
3. perusahaan yang berwenang menandatangani cek perusahaan. Kartu ini akan digunakan oleh bank
keontetikan tanda tangan dalam cek, ketika cek tersebut diserahkan kepada bank untuk diuangkan.
Bukti setoran
Bukti setoran (deposit slip) berfungsi sebagai bukti bahwa nasabah telah menyetorkan sejumlah
uang kepada bank.
Cek
Cek adalah perintah tertulis dari nasabah giro bank kepada bank untuk membayar sejumlah uang
kepada si pembawa cek atau orang yang namanya tertulis pada cek tersebut. Dengan demikian ada
tiga pihak yang terlibat dalam cek ini:
1. penarik cek yaitu pihak yang menandatangani.
2. pihak yang tertarik, yaitu bank darimana cek tersebut ditarik.
3. penerima, yaitu pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran.
Saat cek dikeluarkan untuk membayar utang, jumlah tersebut akan dikredit pada rekening kas pada
saat tanggal pengeluaran, biarpun cek tersebut baru diuangkan penerima beberapa hari kemudian.
Catatan pengeluaran cek
Pada saat cek ditulis harus dibuatsebuah catatan yang merinci pengeluaran cek tersebut, catatan ini
dapat dikerjakan di bonggol cek darimana cek tersebut harus dipisahkan atau dapat berbentuk buku
cek khusus yang disimpan bersama-sama formulir cek. Kedua bentuk catatan ini harus juga
menyediakan informasi tentang jumlah setoran dan saldo bank yang ada. Perusahaan dapat
membuat voucher dari setiap cek yang dikeluarkan dan menggunakannya untuk mencatat transaksi
tersebut dalam jurnal pengeluaran kas.
REKENING KORAN
Bila perusahaan mempunyai rekening giro dalam suatu bank, umumnya ia setiap akhir bulan akan
menerima rekening koran (yang kadang-kadang disertai dengan nota debit dan nota kredit bank). Isi
dari rekening koran berupa daftar:
1. Saldo awal bulan
2. Setoran selama satu bulan
3. Jumlah cek yang dibayar selama satu bulan.
4. Pendebitan dan pengkreditan yang dilakukan bank
5. Saldo akhir
Rekening koran ini, sebetulnya merupakan buku pembantu nasabah yang ada di bank yang
digunakan untuk mencatat notasi “simpanan” uang nasabah. Oleh sebab itu, rekening koran ini,
biasanya dibuat paling tidak rangkap dua dimana yang aasli dikirimkan kepada nasabah (perusahaan)
sedangkan tembusannya menjadi arsip di bank.
REKONSILIASI BANK
4. Rekening ini dalam buku besar merupakan kebalikan dari rekenning nasabah yang ada didalam buku
yang diselenggarakan bank, artinya kalau rekening kas di bank bersaldo debit maka rekening
nasabah di bank akan mempunyai saldo yang sama hanya saja letaknya disebelah kredit dan
sebaliknya.
Contoh, misalnya PT. Anda membuka rekening giro di bank nusantara dengan menyetor sebesar Rp
1.000.000,00 transaksi ini akan dicatat dalam buku perusahaan dan buku bank nusantara sebagai
berikut:
Buku PT Anda Bank nusantara
Kas di bank nasabah PT Anda
Kas kas
Dari uraian diatas, tampak bahwa jumlah saldo kedua rekening tersebut yaitu rekening kas di bank,
dan rekening nasabah dalam buku bank harus selalu sama dalam setiap saat. Akan tetapi dalam
kenyataannya jumlahnya tidak selalu sama hal ini disebabkan:
1. adanya beda tanggal
a. Adanya cek yang masih beredar
b. Nota debit atau nota kredit yang belum dicatat perusahaan
c. Setoran yang masih dalam proses
d. Uang tunai atau cek yang masih belum di setorkan ke bank
2.kesalahan pencatatan dapat terjadi karena:
a.perusaan salah mencatat cek yang telah dikeluarkan
b.perusahaan salah mencatat jumlah setoran
c.bank salah mencatat pengeluaran cek atau jumlah setoran
d.bank salahmenhitung jumlah nota debet atau nota kreditnya
rekonsiliasi bank dapat dibagi menjadi dua bagian:
1. bagian pertama dimulai dengan saldo menurut laporan bank dan diakhiri dengan saldo setelah
disesuaikan
5.000.000,00 2.000.000,00 2.000.000,00 5.000.000,00
5.000.000,00 5.000.000,00 2.000.000,00
5. 2. bagian kedua dimulai dengan saldo menurut catatan nasabah dan diakhiri dengan saldo setelah
penyesuaian.
PERUSAHAAN ‘’X’’
LAPORAN REKONSILIASI BANK
PER TANGGAL
Saldo bank menurut laporan bank............................................Rp x x x
Tambah:setoran yang belum dicata bank Rp x x x
Kesalahan bank x x x x x x
Rp x x x
Kurang:pengurangan nasabah yang belum dicatat bankRp x x x
Kesalahan bank................................................... x x x x x x
Saldo disesuaikan............................................................ Rp x x x
Saldo bank menurut catatan perusahaan...................................Rp x x x
Tambah:tambah yang belum dicatat perusahaan.........Rp x x x
Kesalahan nasabah....................................... x x x x x x
Rp x x x
Kurang:pengurangan bank yang belum dicatat
Perusahaan.........................................................Rp x x x
Kesalahan nasabah............................................ x x x x x x
Saldo disesuaikan............................................................ Rp x x x
Agar dapat diperoleh pengawasan yang maksimum, laporan rekonsiliasi bank sebaiknya di kerjakan
oleh karyawan bank yang tidak menangani atau mencatat transaksi bank.
Prosedur untuk menemukan pos-pos yang perlu di rekonsiliasi guna membuat laporan rekonsiliasi
bank dapat diikhtisarkan sebagai berikut:
1. bandingkan setiap setoran dalam laporan bank dengan setoran yang belum di catat pada laporan
rekonsilisiasi periode sebelumnya dan dengan bukti setoran atau catatan setoran lainnya.
2. bandingkan daftar cek menurut laporan bank dengan cek yang masih beredar seperti tampak
dalam laporan rekonsiliasi periode sebelumnya dan dengan daftar cek seperti tampak dalam jurnal
pengeluaran kas.
3. telusuri atau usut memo kredit bank ke jurnal penerimaan kas.
4. telusuri atau usut memo debet bank ke jurnal pengeluaran kas.
6. 5. kesalahan yang di temukan selama proses perbandingan tersebut di atas di catat secara terpisah
dan di rekonsiliasi secara tersendiri.
Seluruh penambahan dan pengurangan pada saldo perbuku perusahaan harus di catat
dalam pembukuan melalui jurnal penyesuaian, agar saldo kas perusahaan dapat menunjukan jumlah
yang benar.
SELISIH KAS
Perhitungan kas pada setiap mesin kas yang dipegang kasir mungkin berbeda dengan jumlah yang
tertulis pada mesin tersebut. Jika catatan tidak mengungkapkan hal ini maka akan terjadi kesalahan
administrasi.dalam hal demikian dianggap bahwa perbedaan tersebut diakibadkan karena kesalahan
dalam pengembalian.
Contoh:
Alat baca dalam mesin kas menujukkan jumlah penjualan hari itu sebesar Rp 750.000,00 tetapi
penghitungan kas mununjukkan jumlah sebesar Rp 751.000,00. Jurnal untuk mencatat penjualan
tunai tersebut adalah sebagai berikut:
Kas..............................Rp 751.000,00
Penjualan.................................Rp 750.500,00
Selisih kas.................................Rp 500,00
Jika jumlah menurut alat baca kas menunjukkan Rp 750.000,00 dan jumlah uang kas yang ada
sebesar Rp 749.000,00 maka jumlah jurnalnya adalah sebagai berikut:
Kas...........................Rp 749.000,00
Selisiah kas...............Rp 1.000,00
Penjualan.................Rp 750.500,00
Selisih kas akan di sajikan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya umum bila bersaldo debet, dan
sebagai pendapatan lain-lain bila bersaldo kredit.
DANA KAS UNTUK PENGEMBALIAN
Pada pedagang eceran atau jenis perusahaan lain yang menerima kas langsung dari pelanggannya
atau pembelinya biasanya harus menyediakan uang tunai untuk di pakai sebagai dana pengembalian
atau penukaran. Pada saat ini dana di bentuk akan di buat jurnal dengan mendebet rekening kas dan
mengkredit rekening kas di bank. Selama dana ini tidak di tambah atau di kurangi, rekening kas tidak
perlu di debet atau di kredit.
SISTEM PENGAWASAN PENGELUARAN KAS
Sistem akuntansi harus di rancang tidak hanya dengan maksud untuk mencatat transaksi dan
menyusun laporan keuangan, tetapi juga dengan tujuan atau agar dapat menyediakan informasi bagi
manajemen dan menetapkan sistem pengendalian intern yang dapat melindungi aktiva dari
pemborosan, kerugian dan penyalahgunaan.
Elemen-elemen pokok yang harus ada dalam sistem voucher adalah sebagai berikut:
7. 1. setiap kewajiban perusahaan yang terjadi harus di catat dalam suatu dokumen yang di sebut
dengan voucher. Voucher adalah otorisasi tertulis untuk mengeluarkan cek.
2. dalam sistem voucher ini di gunakan jurnal khusu yang di sebut voucher register guna mencatat
seluruh voucher yang ada.
3. pada saat voucher di bayar di perlukan jurnal khusus yang lain untuk seluruh cek yang di
keluarkan. Jurnal khusus ini disebut check register yang mengganti peranan jurnal pengeluaran kas.
4. pada sistem voucher, buku pembantu utang peranannya di ganti oleh arsip voucher yang belum di
bayar.
KEBAIKAN SISTEM VOUCHER
Jika sistem voucher bisa berfungsi dengan baik, maka seluruh faktor yang di setujui untuk di bayar
beserta dokumen pendukungnya seperti bukti penerimaan barang dan pesanan pembelian
jumlahnya telah di verifikasi. Dengan demikian kemungkinan terjadinya kesalahan atau kecurangan
bisa di kurangi. Pencatatan seluruh voucher dalam suatu jurnal khusus ( voucher register )
kemungknan aktiva, utang, dan biaya dapat di catat dan distribusikan secara tepat.
POTONGAN PEMBELIAN
Pembelian barang dagang di catat sebesar harga fakturnya, dan potongan tunai yang di peroleh di
kredit pada rekening potongan pembelian pada saat di bayar. Sebagai contoh bila harga vaktur
pembelian barang dagangan sebesar Rp.100.000,00 dengan syarat 2/10, n/30, maka transaksi
tersebut mula-mula di catat Rp.100.000,00. Bila pembayaran dilakukan dalam periode diskon,maka
potongan pembelian sebesar Rp 2.000,00 sehingga harga pokok barang dagangan tersebut tidak
dibayar dalam periode potongan, maka harga pokok barang dagangan tersebut tetap sebesar Rp
100.000,00 perlKUn potongan pembelian ini di dasarkan pada anggapan bahwa saat pembayaran
akan mempengaruhi harga pokok barang dagangan.
Keberatan pokok pencatatan pembelian sebesar harga fakturnya dan pengakuan potongan
pembelian pada saat pembayaran adalah bahwa cara ini tidak dapat digunakan untuk mengukur
besarnya diskon ( potongan ) yang tidak diambil. Mnajemen yang efisien dari suatu perusahaan
harus selalu menyediakan kas yang cukup untuk membayar seluruh faktur dalam masa potongan,
dan memandang kegagalan untuk mengambil diskon sebagai ketidakefisienan. Untuk mengukur
besarnya ketidakefisienan ini, faktor pembelian harus di catat sebesar jumlah bersihnya, dengan
anggapan seluruh potongan akan di ambil. Setiap potongan yang tidak di ambil kemudian akan di
catat dalam rekening biaya yang di beri nama kerugian potongan. Contoh misalnya, faktur sebesar
Rp.100.000,00 akan di catat sebagai berikut:
Pembelian......................................Rp 98.ooo,00
Utang voucher/ utang usaha......... Rp 98.000,00
Jika faktur pembelian tersebut di bayar sesudah periode potongan, maka pembayaran tersebut akan
di catat dengan jurnal sebagai berikut:
8. Utang voucher/utang usaha.................... Rp 98.000,00
Kerugian piutang...................................... Rp 2.000,00
Kas di bank................................. Rp 100.000,00
Keputusan untuk mempergunakan masa potongan akan tergantung pada perbandingan antara
besarnya bunga di bank dengan besarnya diskon sebagai contoh, bila syarat pembelian 2/10, n/30,
dan harga faktur Rp 100.000,00 berarti kreditur memberi pinjaman sebesar Rp 98.000,00 dengan
bunga Rp 2.000,00 untuk selama 20 hari (30-10). Dengan kata lain bunga dari kreditur selama
setahun sama dengan:
2.000 x 360 = 36,7%
98.000 20
DANA KAS KHUSUS
Dana kas juga dapat di bentuk untuk memenuhi tujuan-tujuan khusus perusahaan. Sebagai contoh,
uang muka perjalanan dapat di perlakukan sebagaimana dengan perlakuan terhadap kas kecil, dana
uang muka perjalanan di bentuk untuk sejumlah tertentu, untuk kemudian sesudah di terima
laporan penggunaannya, dana tersebut di ganti. Sejumlah kas di kirim atau di setorkan bank lokal di
mana cabang tersebut berada, dan perwakilan cabang gtersebut di beri wewenang untuk menarik
cek guna membayar biaya sewa, gaji dan biaya-biaya lain. Setiap bulan kantor cabang harus
mengirimkan faktur, kwitansi, laporan bank, rekonsiliasi bank dan dokumen-dokumen yang lain ke
kantor pusat.
( buku dasar-dasar akuntansi 2)
Drs. Sugiarto, M.Acc. Ak, dasar-dasar akuntansi 2, BPFE-yogyakarta, september 1987.
9. BAB 2
PIUTANG DAGANG
PENGERTIAN PIUTANG DAGANG
Piutang dagang atau disebut juga piutang usaha merupakan piutang atau tagihan yang timbul dari
penjualan barang dagangan dan jasa secara kredit. Piutang dagang biasanya diberikan penjual
kepada pembeli barang dagangan atau jasa atas dasar kepercayaan, tanpa disertai dengan janji
tertulis secara formal.
Selain piutang dagang, ada pula piutang yang timbul bukan dari penjualan barang dagangan dan
jasa, misalnya piutang kepada karyawaan, piutang kepada pemegang saham, piutang dividen,dan
sebagainya.
KERUGIAN PIUTANG
Penjualan barang dagangan dan jasa secara kredit dimaksudkan untuk memperbesar volume
penjualan barang daganga dan jasa. Akan tetapi maksud tersebut di ats bukan tidak menimbulkan
risiko yang berupa tidak tertagihnya piutang yang diberikan kepada pembeli barang dagangan dan
jasa.
Jika debitur perusahaan mengalami pailit atau kesulitan keuangan, maka perusahaan sebagai
kreditur akan menanggung kerugian karena tidak tertagihnya piutang perusahaan. Kerugian piutang
tersebut tentu saja akan mengurangi laba perusahaan.
METODE PENCATATAN KERUGIAN PIUTANG
Metode yang dipergunakan dalam mencatat kerugian piutang ada 2 macam yaitu:
1. metode penghapusan langsung
Pencatatan kerugian piutang dilakukan jika ada kepastian bahwa debitur perusahaan tidak mampu
membayar kewajibannya kepada perusahaan.
Dalam mencatat kerugian piutang, perusahaan mendebit rekening KERUGIAN PIUTANG dan
mengkredit rekening PIUTANG DAGANG sebesar jumlah piutang dagang yang tidak tertagih.
Sebagai contoh,misalnya pada tanggal 1 april 2000 PT DIASWATI menjual barang dagangan secara
kredit kepada CV KENCANA sebesar Rp 100.000,00 dengan syarat pembayaran 2/10 , n/30. Pada
tanggal 1 mei 2000 CV KENCANA karena pailit di nyatakan tidak mampu membayar kewajiban
keuangannya.
Jurnal yang dibuat oleh PT DIASWATI adalah ssebagai berikut:
-pada saat timbulnya piutang ( tanggal 1 april 2000)
Piutang dagang Rp 100.000,00
Penjualan Rp 100.000,00
10. -pada saat mencetak kerugian piutang (tanggal 1 mei 2000)
Kerugian piutang Rp 100.000,00
Piutang dagang Rp 100.000,00
2. metode cadangan
Berbeda dengan metode penghabisan langsung yang mencatat kerugian piutang pada saat ada
kepastian tidak tertagihnya piutang. Menurut metode cadangan, pencatatan kerugian piutang di
lakukan pada akhir periode akuntansi, meskipun piutang tersebut belum pasti tidak tertagih. Dengan
menggunakan metode ini, maka di perlukan penaksiran terhadap jumlah piutang yang di perkirakan
tidak tertagih pada akhir periode. Kerugian piutang di cadangkan meskipun piutang yang tidak
tertagih belum di ketahui secara pasti.
Jurnal yang di buat perusahaan untuk menaksir kerugian piutang atau mencadangkan kerugian
piutang pada akhir periode adalah sebagai berikut:
Kerugian piutang Rp x x x x
Cadangan kerugian piutang Rp x x x x
Rekening kerugian piutang akan dilaoprkan dalam laporan laba-rugi sebagai elemen dari biaya
usaha. Sedangkan rekening cadangan kerugian piutang akan dilaporkan sebagai rekening pengurang
dari pos piutang dagang.
Jika piutang yang telah dicadangkan tidak tertagih tersebut benar-benar tidak tertagih, maka jurnal
yang dibuat perusahaan untuk mencatat piutang yang tidak tertagih adalah sebagai berikut:
Cadangan kerugian piutang Rp x x x x
Piutang dagang Rp x x x x
Sebagai contoh, misalnya pada tanggal 31 desember 2000 kerugian piutang PT DIASWATI di taksir
Sebesar Rp 60.000,00 pada tanggal 5 januari 2001, piutang dagang sebesar Rp 20.000,00 benar-
benar tak tertagih
Jurnal yang dibuat oleh PT DIASWATI adalah sebagai berikut:
31 des 2000 kerugian piutang Rp 60.000,00
Cadangan kerugian piutang Rp 60.000,00
5 jan 2000 cadangan kerugian piutang Rp 20.000,00
Piutang dagang Rp 20.000,00
CARA MENAKSIR BESARNYA KERUGIAN PIUTANG
Besarnya kerugian piutang dapat ditaksir dengan menggunakan 3 macam cara sebagai berikut:
1. presentasi dari hasil penjualan bersih
11. Berdasarkan cara ini, besarnya kerugian piutang di tentukan dengan mengalihkan sejumlah
presentasi tertentu dengan hasil penjualan bersih. Sedangkan yang di maksud dengan hasil
penjualan bersih di sini adalah total penjualan bersih atau dapat pula berarti penjualan kredit bersih.
Mengingat piutang timbul dari penjualan kredit, maka taksiran kerugian piutang kiranya lebih tepat
di hitung dari penjualan kredit bersih dari pada di hitung dari total penjualan bersih. Sebagai contoh,
PT DIASWATI menggunakan metode cadangan dalam mencatat kerugian piutang-piutang. Pada
tanggal 31 desember 2000 kerugian piutang di taksir sebesar 3% dari penjualan kredit bersih atau 1%
dari total penjualan bersih, data mengenai hasil penjualan tahun 2000 adalah sebagai berikut:
Total penjualan bersih Rp 20.000.000,00
( penjualan tunai sebesar Rp 12.500.000,00)
Jika kerugian piutang dihitung dari total penjualan bersih
1% X Rp 20.000.000,00 = Rp 200.000,00
Jika kerugian piutang dihitung dari penjualan kredit bersih
3% X( Rp 20.000.000,00 – Rp 12.500.000,00) = Rp 225. 000,00
Dengan menggunakan perhitungan presentasi dari penjualan kredit bersih, maka jurnal untuk
menaksir besarnya kerugian piutang tahun 2000 adalah sebagai berikut:
Kerugian piutang Rp225.000,00
Cadangan kerugian piutang Rp225.000,00
2. persentase dari saldo piutang dagang
Cara ini menggunakan pendekatan neraca yaitu menaksir besarnya kerugian piutang berdasarkan
persentase tertentu dari saldo piutang dagang pada akhir tahun yang bersangkutan.
Misalnya saldo piutang dagang pe 31 desember 2000 adalah sebesar Rp4.000.000,00. Kerugian
piutang di taksir sebesar 5% dari saldo piutang dagang.
Jumlah kerugian piutang tahun 2000 adalah sebesar:
5% x Rp4000.000,00 = Rp200.000,00
Besarnya presentase kerugian piutang dari saldo piutang dapat di hitung berdasarkan pengalaman-
pengalaman yang terjadi di masa lalu, yaitu dengan cara membandingkan jumlah piutang yang tidak
tertagih dalam tahun yang bersangkutan dengan saldo piutang dagang pada akhir periode yang
bersangkutan.
3. analisis umur piutang
Kerugian piutang dapat pula ditaksir dengan cara menganalisis umur dari saldo piutang debitur-
debitur perusahaan. Umur piutang masing-masing debitur di golong-golongkan, baik yang belum
jatuh tempo maupun yang telah jatuh tempo.bagi piutang debitur yang telah jatuh tempo, semakin
lama jaraknya dengan saat jatuh temponya maka semakin besar pula kemunkinan tidak tertagihnya.
12. Dengan demikian dalam menaksir besarnya kerugian piutang, masing-masing kelompok umur
piutang ditentukan besarnya persentase kerugian, di mana semakin lama umur piutang dari saat
jatuh tempo semakin besar pula persentase kerugiannya.
PENGHAPUSAN PIUTANG DENGAN METODE CADANGAN
Dalam metode penghapusan langsung, kerugian piutang diakui pada saat piutang benar-benar tidak
tertagih, sedangkan dalam metode cadangan kerugian dicatat pada akhir periode akhir
akuntansi,dalam hal terjadi suatu piutang dinyatakan tidak tertagih,maka jurnal yang dibuat dengan
menggunakan metode cadangan ini adalah sebagai berikut:
Cadangan kerugian piutang Rp x x x x x
Piutang dagang Rp x x x x x
PENERIMAAN KEMBALI PIUTANG YANG TELAH DIHAPUS
Ada kemungkinan piutang yang semula telah dihapus karena dinyatakan tidak tertagih, pada saat
berikutnya ternyata dapat diterima kembali. Jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan kembali
piutang yang telah dihapus adalah sebagai berikut:
Metode cadangan
Piutang dagang Rp x x x x x
Cadangan kerugian piutang Rp x x x x x
(jurnal untuk menimbulkan kembali piutang dagang yang telah dihapus)
Kas Rp x x x x x
Piutang dagang Rp x x x x x
(jurnal untuk mencatat penerimaan uang dari piutang dagang yang telah dihapus)
Jurnal penerimaan kembali piutang yang telah dihapus tersebut dapat digabung manjadi satu jurnal,
sebagai berikut:
Kas
Rp x x x x x x
Cadangan kerugian piutang Rp x x x x x x
Metode penghapusan langsung
Penerimaan kembali piutang yang telah dihapus dapat terjadi:
a. dalam periode yang sama dengan periode piutang tersebut dihapus.
b. dalam periode setelah periode piutang tersebut dihapus.
13. Dalam hal ini, jurnal yang dibuat dengan menggunakan metode penghapusan langsung adalah
sebagai berikut:
- jika periode penerimaan kembali sama dengan periode penghapusan piutang:
Piutang dagang Rp x x x x x
Kerugian piutang Rp x x x x x
Kas Rp x x x x x
Piutang dagang Rp x x x x x
Atau
Kas Rp x x x x x
Kerugian piutang Rp x x x x x
- jika periode penerimaan kembali setelah periode penghapusan:
Piutang dagang Rp x x x x x
Penerimaan kembali piutang Rp x x x x x
Kas Rp x x x x x
Piutang dagang Rp x x x x x
Atau
Kas Rp x x x x x
Penerimaan kembali piutang Rp x x x x x
Rekening penerimaan kembali piutang merupakan rekening nominal yang dilaporkan dalam laporan
laba-rugi sebagai penghasilan diluar usaha. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
pencatatan piutang dagang sebagai mana dibahas dimuka, berikut ini diberikan contoh dengan
menggunakan metode penghapusan langsung dan metode cadangan.
PENYAJIAN PIUTANG DAGANG DALAM NERACA
Penyajian pos piutang dagang di dalam neraca dipisahkan dengan pos-pos piutang yang lain.
demikian juga pos piutang karyawan dipisahkan dengan pos piutang kepada pemegang saham.
Berikut ini diberikan contoh penyajian pos piutang dagang dalam neraca suatu perusahaan:
14. PT DIASWATI
NERACA
31 desember 2000
Aktiva pasiva
Aktiva lancar
Kas Rp x x x x x
Surat-surat berharga Rp x x x x x
Piutang dagang Rp x x x x
Cad.kerug.piutang( Rp x x x x)
Rp x x x x x
Pada contoh di atas nampak bahwa pos cadangan kerugian piutang merupakan rekening pengurang
bagi pos piutang dagang.
Menurut :
(akuntansi keuangan dasar 2)
Prof.Drs.Mardiasmo, akt
15. BAB 3
PERSEDIAAN
Pengertian persediaan barang dagangan adalah elemen yang sangat penting dalam menentukan
harga pokok penjualan pada perusahaan dagang eceran, maupun perusahaan dagang partai besar.
Persediaan berpengaruh terhadap neraca maupun laporan laba rugi. Dalam neraca sebuah
perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur, persediaan sering kali merupakan bagian yang
sangat besar dari keseluruhan aktiva lancar yang di miliki perusahaan.
Penentuan kwantitas persediaan
Tujuan penentuan kwantitas persediaan ialah untuk menetapkan jumlah unit persediaan yang di
miliki perusahaan pada tangga neraca yaitu:
1. melakukan perhitungan fisik atas barang yang ada di gudang.
Perhitungan fisik persediaan meliputi pekerjaan menghitung, menimbang, atau mengukur tiap-tiap
jenis barang yang berada dalam persediaan.
2. menentukan pemilikan atas barang dalam perjalanan.
Barang di sebut dalam perjalanan apabila barang tersebut pada tanggal neraca berada di tangan
pihak pengangkut, seperti perusahaan kereta api, perusahaan angkutan dengan truk, atau angkutan
udara. Hak kepemilikan di tentukan oleh syarat penjualan yang di sepakati oleh pihak penjual dan
pembeli. Apabila syarat yang di gunakan FOB SHIPPING POINT, maka pemilikan atas barang akan
berpindah ke tangan pembeli pada saat pihak pengangkut menerima barang dari tangan penjual
sebaliknya apabila syarat penjualan yang di gunakan FOB DESTINATION, maka hak milik atas barang
akan tetap berada di tangan penjual sampai barang di serahkan ke tangan pembeli oleh perusahaan
pengangkut.
Harga perolehan persediaan
Sebagaimana di atur dalam prinsip akuntansi, dasar utama akuntansi untuk persediaan adalah harga
perolehan. Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang di perlukan untuk mendapat barang
dan menempatkannya dalam kondisi yang siap untuk di jual. Faktor-faktor yang mempengaruhi
harga perolehan persediaan, nama rekeningnya, dan pengaruhnya terhadap harga perolehan
persediaan nampak dalam tabel berikut:
faktor Nama rekening Pengaruh terhadap harga
perolehan
Harga faktur
Biaya angkut
Potongan tunai pembelian
Retur dan potongan pembelian
Pembelian
Biaya angkut pembelian
Potongan tunai pembelian
Retur dan potongan pembelian
Menambah
Menambah
Mengurangi
mengurangi
Harga perolehan persediaan bisa di pandang sebagai kumpulan harga perolehan yang terdiri dari
dua elemen yaitu:
16. 1. harga perolehan persediaan awal
2. harga perolehan yang di beli selama periode yang bersangkutan
Metode penetapan harga perolehan atas dasar aliran fisik sesungguhnya
Penetapan harga perolehan persediaan adalah pekerjann yang rumit karena barang yang berada
dalam persediaan mungkin berasal dari pembelian yang berbeda debgab harga perolehan yang
berbeda pula. Salah satu jawabannya adalah dengan menggunakan metode identifikasi khusus yang
berarti mengikuti aliran fisik yang sesungguhnya terjadi. Metode identifikasi khusus adalah metode
yang ideal, karena persediaan akhir dan harga pokok penjualan dapat di tentukan harga
perolehannya sesuai dengan harga perolehan sesungguhnya.
Metode harga perolehan atas dasar aliran anggapan
Dalam akuntansi lazim di gunakan metode penentuan harga perolehan yang di dasarkan pada aliran
anggapan yaitu:
1. first-in, first-out (FIFO)
Metode FIFO menganggap bahwa barang yang lebih dahuku di beli, akan di jual lebih dahulu.
Dengan demikian harga perolehan yang lebih dalu di beli, di anggap akan menjadi harga pokok
penjualan lebih dulu juga. Pengalokasian harga perolehan barang tersedia di jual pada PT pinatubo
dengan metode FIFO adalah sebagai berikut:
Harga perolehan
persediaan yang
tersedia untuk di
jual
Tgl keterangan Unit Hp/unit Total hp
1/1
15/4
24/8
27/11
Pers. Awal
Pembelian
Pembelian
Pembelian
jumlah
100
200
300
400
1.000
10,00
11,00
12,00
13,00
Rp 1.000,00
Rp 2.200,00
Rp 3.600,00
Rp5.200,00
Rp 12.000,00
Langkah 1
Tgl unit hp/unit total hp
27/11 400 13 Rp 5.200
24/8 50 12 Rp 600
Jumlah 450 Rp 5.800
Langkah 2
Tersedia dijual Rp 12.000
Persediaan akhir Rp 5.800
Harga pokok
Penjualan Rp 6.200
maka 550 unit barang yangtelah dijual akan mempunyai harga perolehan sebagai berikut:
17. tanggal unit Hp/unit Total hp
1/1
15/4
24/8
jumlah
100
200
250
550
Rp 10,00
Rp 11,00
Rp 12,00
Rp 1.000,00
Rp 2.200,00
Rp 3.000,00
Rp 6.200,00
Last-in firs-out(LIFO)
Metode LIFO didasarkan pada anggapan bahwa barang yang dibeli lebih akhir akan dijual atau di
keluarkan lebih dahulu. Dengan demikian harga perolehan barang yang dibeli lebih akhir akan
dialokasikan lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan.
Pengalokasian harga perolehan barang tersedia untuk dijual pada Ptmahameru, seandainya
perusahaan tersebut menggunakan sistem persediaan periodik dengan metode LIFO akan nampak
sebagai berikut:
Harga peerolehan
persediaan yang
tersedia untuk
dijual
tgl keterangan unit Hp/unit Total hp
1/1
15/4
24/8
27/11
Pers.awal
Pembelian
Pembelian
Pembelian
jumlah
100
200
300
400
1.000
Rp 10,00
Rp 11,00
Rp 12,00
Rp 13,00
Rp 1.000,00
Rp 2.200,00
Rp 3.600,00
Rp 5.200,00
Rp 12.000,00
Langkah 1
Persediaan akhir
Tgl unit hp/unit total akhir
1/1 100 10 Rp 1.000
15/4 200 11 Rp 2.200
24/8 150 12 Rp 1.800
Jumlah 450 Rp 5.800
Langkah 2
Harga pokok penjualan
Tersedia dijual Rp 12.000
Persediaan akhir ( RP 5.800)
HPP Rp 6.200
Separti halnya pada metode FIFO, kita dapat menguji kebenaran penetuan harga pokok penjualan
dengan cara sebagai berikut:
tanggal unit Hp/unit Total hp
27/11
24/8
jumlah
400
150
550
Rp 13,00
Rp 12,00
Rp 5.200,00
Rp 1.800,00
Rp 7.000,00
Metode rata-rata
18. Metode rata-rata didasarkan pada angkatan bahwa barang atersedia untuk di jual adalah homogen.
Pada metode ini, pengalokasian harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual dilakukan atas
dasar harga perolehan rata-rata tertimbang. Pengalokasian barang tersedia dijual pada PT
Pisanatubo seandainya perusahaan tersebut menggunakan metode rata-rata adalah sebagai berikut:
Rp 10,00 + Rp 11,00 + Rp 12,00 +13,00 / 4 = Rp 11,50
Metode rata-rata sederhana mempunyai dua kelemahan pokok, yakni:
1. tidak memperhitungkan jumlah unit yng dibeli
2. bisa dipengaruhi oleh harga beli perunit yang estrim tinggi atau estrim rendah.
Pengaruh metode harga perolehan terhadap laporan keuangan
Semua metode yang telah diuraikan diatas dapat diterima umum karena semuanya didasarkan pada
harga perolehan. Perusahaan bebas untuk memilih salah satu diantaranya yang dianggap paling
cocok untuk perusahaan yang berssangkutan. Perusahaan yang satu menganggap metode FIFO
paling cocok untuknya, sedang perusahaan lain memilih LIFO. Tidak sedikit juga perusahaan yang
memilih metode rata-rata.
Pemilihan metode harga perolehan
Alasan yang mendasari pemilihan suatu metode bisa bermacam-macam, tetapi pada umumnya
meliputi 3 fakfor berikut:
1. pengaruh terhadap neraca
Keuntungan pemakaian metode fifo akan terasa pada masa inflasi, karena pemakaian fifo pada masa
seperti itu akan menghasilkan nilai persediaan yang lebih mencerminkan harga yang berlaku pada
tanggal neraca. Akibat yang sebaliknya akan terjadi jika metode lifo digunakan pada masa inflasi.
2. pengaruh terhadap laporan laba rugi
Perbedaan setiap rupiah dalam persediaan akhir akan mengakibatkan yang sama jumlahnya dalam
laba bersih sebelum pajak. Tingkat laba bersih yang lebih tinggi bagi menejemen mungkin
merupakan hal yang menguntungkan karena pihak luar akan memberikan penilaian yang positif
terhadap perusahaan.
3. pengaruh pajak
Meskipin jumlah rupiah persediaan dan laba bersih selama masa inflasi pada metode fifo lebih besar
dibandingkan dengan metode lifo, namun dewasa ini banyak perusahaan berpindah ke metode lifo
karena perhitungan laba bersih dengan metode lifo akan menghasilkan pajak penghasilan yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan metode fifo maupun metode rata-rata.
Sistem persediaan perpetual
Perusahaan-perusahaan yang menjual barang dagangan yang mahal harganya,sepreti mobil, mebel,
dan peralatan rumah tangga, biasanya mengunakan sistem persediaan perpetual.
19. Pencatatan pada sistem persediaan perpetual
Untuk memberikan gambaran mengena cara pemakaian sistem persediaan perpetual dan sekaligus
membedakannya dengan sistem persediaan periodik,sebagai contoh transaksi pembelian dan
penjualan solar panel, PT agung selama bulan juni 1992 berikut ini:
Persediaan,pembelian dan penjualan solar panel
Juni 1 persediaan awal (4 unit) Rp 12.000,00
1 s/d 30 pembelian secara kredit ( 12 unit @ Rp 3.000,00) Rp 36.000,00
1 s/d 30 penjualan secara kredit ( 7 unit @ Rp 5.000,00 ) Rp 35.000,00
Harga pokok penjualan ( 7 unit @ Rp 3.000,00 ) Rp 21.000,00
30 persediaan akhir ( 9 unit @ Rp 3.000,00 ) Rp 27.000,00
jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi di atas adalah sebagai berikut:
Sistem perpetual sistem periodik
Persediaan awal, 1 juni
Rekaning persediaan menunjukkan rekaning persediaan menunjukkan barang yang ada
Barang yang ada dalam persediaan dalam persediaan sebesar Rp 12.000,00
Sebesar Rp 12.000,00
Ayat jurnal untuk mencatat pembelian
Persediaan 36.000 pembelian 36.000
Utang dagang 36.000 utang dagang 36.000
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan
Piutang dagang 35.000 piutang dagang 35.000
Penjualan 35.000 penjualan 35.000
Harga pokok penjualan 21.000
Perrsediaan 21.000
Jurnal penyesuaian untuk akhir periode
Tidak diperlukan jurnal penyesuaian. HPP 12.000
Rekening persediaan menunjukkan persediaan 12.000
Saldo yang ada pada akhir periode HPP 36.000
Yaitu Rp 27.000 pembelian 36.000
( Rp 12.000 + Rp 36.000 – Rp 21.000 ) persediaan 27.000
HPP 27.000
Dalam sistem persediaan perpetual, pembelian barang dagangan dicatat dengan mendebit rekening
persediaan sebesar harga perolehannya.dalam sistem ini rekening pembelian tidak digunakan.
Apabila terjadi penjualan barang dagangan, maka perusahaan membuat dua ayat jurnal. Jurnal yang
pertama dibuat untuk mencatat penjualan baranag dagangan sebesar harga jualnya ( sistem
periodik), sedangkan jurnal yang kedua dibuat untuk mencatat harga pokok penjualan dan
pengurangan persediaan sebesar harga perolehannya.
Penetapan harga perolehan pada sistem perpetual
Metode penentuan harga perolehan persediaan yang telah diterangkan dimuka untuk sistem
periodik, berlaku pula untuk metode perpetual. Jika perusahaan menggunakan metode identifikasi
khusus, penerapannya dalam sistem perpetual persis sama seperti sistem periodik.sebagaimana
terlihat dalam ayat jurnal yang dibuat pada sistem pepetual di atas, penentuan harga pokok
penjualan dilakukan pada saat penjualan terjadi, sehingga harga perolehan persediaan dapat
diketahui pada saat itu juga.
20. Firs-in, firs-out (FIFO)
Dalam metode FIFO, barang yang dibeli lebih awal dianggap akan dijual lebih awl pula. Oleh karena
itu, harga perolehan barang yang dibelli lebih awal akan dibebankan lebihdahulu ebagai harga pokok
penjualan. Persediaan menurut metode FIFO dengan sistem persediaan perpetual adalah sebagai
berikut:
Perpetual- FIFO
tanggal pembelian penjualan saldo
¾
10/4
26/4
29/4
Unit hp total
4.000 Rp8,00 Rp32.000
12000 Rp8,80 Rp105.600
4.000 Rp8,30 Rp33.200
Unit hp total
4.000 Rp8,00 }Rp67.200
4.000 Rp8,00
Unit hp total
4.000 Rp8,00 Rp32.000
4.000 Rp8,00
12000 Rp8,00 } Rp 137.600
8.000 Rp8,80 Rp 70.400
8.000 Rp8,80
4.000 Rp8,30 }Rp103.600
Persediaan akhir pada situasi di atas adalah Rp 103.600,00 dan harga pokok penjualan adalah Rp
67.200,00 {(4.000 x Rp 8,00) + ( 4.000 x Rp 8,80)}.
Last-in, fist-out (LIFO)
Pada metode LIFO dengan sistem persediaan perpetual dianggap bahwa baranng yang dibeli lebih
akhir akan dijual lebih dahulu. Oleh karena itu harga perolehan barang-barang yang dibeli lebih akhir
akan dialokasikan menjadi harga pokok penjualan lebih dahulu. Apabila kita menggunakan PT
cendana di atas, maka persediaan yang ditetapkan denagn metode LIFO-perpetual akan nampak
sebagai berikut:
Perpetual-LIFO
tanggal pembelian penjualan saldo
¾
10/4
26/4
29/4
Unit hp total
4.000 Rp8,00 Rp32.000
12000 Rp8,80 Rp105.600
4.000 Rp8,30 Rp33.200
Unit hp total
8.000 Rp8,80 Rp70.400
Unit hp total
4.000 Rp8,00 Rp 32.000
4.000 Rp8,00
12000 Rp8,80 }Rp137.600
4.000 Rp8,00
4.000 Rp8,80 }Rp67.200
4.000 Rp8,00
4.000 Rp8,80 }Rp100.400
4.000 Rp8,30
Persediaan akhir pada situasi di atas adalah Rp100.400,00 dan harga pokok penjualan Rp70.400,00.
Hasil perhitungan harga perolehan persediaan menurut LIFO-periodik, biasanya berbeda bila
dibandingakan dengan LIFO-perpetual karena dalam sistem periodik, harga perolehan paling akhir
pada periode yang bersangkutan akan dialokasikan lebih dahulu sebagai harga pokok penjualan,
sedangkan dalam sistem perpetual pengalokasian sebagai harga pokok penjualan tidak menunggu
sampai akhir periode.apabila kita gunakan data di atas dengan metode LIFO-periodik, maka
penentuan persediaan akhir menjadi sebagai berikut:
21. Persediaan awal..................... 0 unit
Pembelian selama bulan juni.......... 20.000 unit
Tersedia dijual......................... 20.000 unit
Penjualan selama bulan juni.......... 8.000 unit
Persediaan akhir...................... 12.000 unit
Harga perolehan akhir sebanyak 12.000 unit tersebut ditetapkan dengan mengambil harta
perolehan dari barang-barang yanng dibeli lebih awal yaitu:
Dari pembelian ¾ : 4.000 unit x Rp 8,00 = Rp 32.000,00
Dari pembelian 10/4: 8.000 unit x Rp 8,80 = Rp 70.400,00
Jumlah 12.000 unit =Rp 102.400,00
Dengan demikian antara LIFO-periodik dengan LIFO-perpetual terdapat perbedaan sebesar
Rp2.000,00 (Rp102.400,00 – Rp 100.400,00).
Rata-rata bergerak
Metoade penentuan harga perolehan rata-rata pad sistem persediaan periodik seperti telah di
uraikan di atas, di sebut rata-rata tertimbang yang perhitungannya dilakukan setiap akhir
periode.pada sistem perpetual, harga perolehan rata-rata tidak dilakukan pada akhir periode,
melainkan pada setiap terjadi transaksi pembelian. Oleh karena itu metode rata-rata pada sistem
perpetual disebut metode rata-rata bergerak. Penerapan harga rata-rata bergerak pada PT cendana
akan nampak sebagai berikut:
Rata-rata bergerak
tgl pembelian Penjualan saldo
¾
10/4
26/4
29/4
Unit hp total
4.000 Rp8,00 Rp 32.000
12000 Rp8,80 Rp105.600
4.000 Rp8,30 Rp 33.200
Unit hp total
8.000 Rp8,60 Rp68.800
Unit hp total
4.000 Rp8,00 Rp 32.000
16000 Rp8,60 Rp137.600
8.000 Rp8,60 Rp 68.800
12000 Rp8,50 Rp102.000
Seperti terlihat di atas, harga rata-rata yang baru selalu dihitung setiap terjadi transaksi pembelian.
Psda tanggal 10 april, setelah dibeli 12.000 unit dengan harga Rp105.600,00, maka harga perolahan
barang tersedia dijual menjadi Rp 137.600,00(Rp32.000,00 + Rp 105.600,00) dengan jumlah unit
tersedia ddijual menjadi 16.000 unit. Harga rata-rata per unit setelah transaksi pembelian ini adalah
Rp 137.600,00 dibagi 16.000 sama dengan Rp 8,60. Harga rata-rata per unit tidak berubah jika terjadi
transaksi penjualan.
Penyampangan dari harga perolehan
Barang yang dibeli oleh perusahaan untuk dijual kembali, biasanya tidak segera terjual. Antara saat
pembelian dan saat penjualan terdapat saat menunggu yang lamanya tergantung pada kecepatan
22. perputaran atau laku tidaknya barang yang bersangkutan. Pengukuran kerugian akan tergantung
kepada apakah kerugian disebabkan oleh :
1. rusak atau ketinggalan jaman
Kerugian yang diakibatkan oleh kerusakan atau menjadi ketinggalan jaman di ukur dengan selisih
antara harga perolehan dengan taksiran nilai bersih yang bisa direalisasi. Nilai bersih yang bisa
direalisasi adalah taksiran harga jual di kurangi dengan taksiran biaya yang diperlukan untuk menjual
barang tersebut. Sebagai contoh, misalkan sebuah toko barang-barang elejktronik mempunyai 4
buah pesawatntelevisi yang rusak bagian lurnya tergores ketika masih berada di gudang. Harga
perolehan barang tersebut adalah Rp 250.000,00 dan biasanya dijual dengan harga eceran sebesar
Rp 400.000,00 pada tanggal neraca barang tersebut akan laku dijual dengan harga Rp 230.000,00
dan diperlukan biaya perbaikan Rp 20.000,00 ditambah komisi untuk pegawai bagian penjualan
sebesar 10%. Nilai bersih yang bisa direalisasi untuk setiap pesawat televisi adalah:
Taksiran harga jual................................. Rp230.000,00
Kurangi: biaya penjualan:
- reparasi............... Rp 20.000,00
- k0omisi 10%....... Rp23.000,00 Rp 43.000,00
Nilai bersih yang bisa direalisasi...................... Rp187.000,00
Dengan dekian perusahaan akan menderita kerugian sebesar Rp 63.000,00 (Rp250.000,00 – Rp
187.000,00) untuk tiap buah televisi,atau kerugian seluruhnya menjadi Rp 252.000,00 (4 x Rp
63.000,00).jurnal yang harus dibuat untuk mencatat kerugian ini adalah sebagai berikut:
Kerugian penurunan nilai persediaan...........252.000
Persediaan................................................... 252.000
2. penurunan harga
Kemampuan barang untuk menghasilkan pendapatan akan berkurang apabila harga jual barang
menurun. Dalam situasi demikian, perusahaan dapat menggunakan metode harga terendah diantara
harga perilehan dan harga pasar.sebagai contoh, misalkan sebuah perusahaan alat-alat elektronika
menjual pesawat televisi yang harga perolehannya Rp300.000,00 dengan harga Rp500.000,00 pada
tanggal neraca, harga pengganti pesawat televisi tersebut turun terastis 20% sehingga menjadi
Rp240.000,00 {Rp300.000,00 – (20% x Rp300.000,00)}. Dalam metode harga terendah diantara
harga perolehan dan harga pasar, perusahaan harus mengakui kerugian akibat penurunan dalam
kemampuan menghasilkan pendapatan sebesar Rp60.000,00 (Rp300.000,00 – Rp240.000,00) untuk
setiap pesawat televisi pada tahun ini. Seandainya perusahaan tersebut pada akhir tahun memiliki
10 buah pesawat televisi dalam persediaannya, maka jurnal yang harus dibuat adalah sebagai
berikut:
Des 31 kerugian penurunan nilai persediaan.....Rp600.000,00
Persediaan................................ Rp600.000,00
Namun tidak jarang perusahaan mencantumkan harga perolehan barang dalam tanda kurung
sebagai berikut:
23. Neraca (sebagian)
Aktiva lancar
Kas Rp x x x
Piutang dagang x x x
Persediaan (dengan harga trendah di antara
Harga perolehan dan harga pasar; harga
Perolehan Rp300.000,00) Rp240.000,00
Jumlah aktiva Rp x x x x x x
Penaksiran persediaan
1.metode laba kotor
Laba kotor umumnya digunakan apbila perusahaan menyusun laporan keungan secara bulanan,
dengan tidak melakukan perhitungan fisik persediaan.
2. metode harga eceran
Perusahaan dagang yang menjual barang-barang secara eceran, pada umumnya memiliki barang
dagangan yang banyak sekali jenisnya. Pada toko-toko super market seperti: matahari atau hero,
jenis barang dagangannnya bisa mencapai ribuan macam.
Kesalahan penentuan persediaan
Kesalahan penentuan persediaan kadang-kadang terjadi pada perhitungan fisik persediaan atau
pada penentuan harga-harga perolehan.apabila terjadi kesalahan dalam penentuan persediaan,
maka kesalahan tersebut akan berpengaruh terhadap laporan laba-rugi maupun neraca.
Pengaruh kesalahan terhadap laporan laba-rugi
Sebagaimana diketahui, persediaan awal dan persediaan akhir dilaporkan dalam laporan laba-rugi,
dan persediaan akhir suatu periode secara otomatis akan menjadi persediaan awal [eriode
berikutnya. Total laba bersih kedua tahun tersebut, dan neraca pada akhir tahun kedua,tidak akan
keliru karena kesalahan akan salingnmengimbangisatu dengan lainnya. Pengaruh tresebut nampak
dibawah ini (di anggzp terjadi kesalahan terlalu kecil Rp3.000,00 pada persediaan akhir tahun 1990,
dan tidak dikoreksi pada tahun 1991.
24. Ringkasan laporan laba-rugi
1990 1991
Salah benar salah benar
Penjualan Rp80.000 Rp80.000 Rp90.000 Rp90.000
Pers.awal Rp20.000 Rp20.000 Rp12.000 Rp15.000
Pembelian 40.000 40.000 68.000 68.000
Tersedia
Dijual 60.000 60.000 80.000 83.000
Pers.akhir 12.000 15.000 23.000 23.000
Harga pokok
Penjualan 48.000 45.000 57.000 60.000
Laba kotor 32.000 35.000 33.000 30.000
Biaya operasi 10.000 10.000 20.000 20.000
Laba bersih Rp22.000 Rp25.000 Rp13.000 Rp10.000
(Rp3.000) laba bersih terlalu rendah Rp3.000 laba bersih terlalu
Tinggi
Total laba bersih selama dua tahun menjadi benar
Dalam contoh di atas, laba bersih pada tahun 1990 terlalu rendah Rp3.000,00 dan pada tahun 1991
terlalu tinggi Rp3.000,00. Dengan menggunakan saldo persediaan yang salah, total laba bersih
selama dua tahun tersebut adalah Rp35.000,00(Rp22.000,00 + Rp13.000,00). Demikian pula apabila
digunakan saldo persediaan yang benar akan diperoleh total laba bersih yang sama yaitu
Rp35.000,00(Rp25.000,00 + Rp10.000,00). Dengan demikian modal pada akhir Thun 1991
menunjukkan saldo yang benar.
Pengaruh terhadap neraca
Pengaruh persediaan akhir terhadap neraca dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
dasar akuntansi, yaitu: aktiva=kewajiban + modal.
Penyajian dalam laporan keuangan
Persediaan dilaporkan dalam neraca pada kelompok aktiva lancar setelah piutang dagang,
sedangkan harga pokok penjualan dilaporkan dalam laporan laba-rugi sebagai pengurang atas
penjualan. Selain itu persediaan harus di ungkapkan dengan jelas dengan neraca atau dalam catatan
atas laporan keuangan yang meliputi:
1.klasifikasi persediaan
2.dasar akuntansi yang digunakan (harga perolehan terendah dantara harga perolehan dan harga
pasar)
3.metode harga perolehan yang digunakan ((FIFO,LIFO,atau rata-rata).
Menurut (buku dasar-dasar akuntansi 2)
Drs.Al. Haryono jusuf, M.B.A.,Akuntan,sekolah tinggi ilmu ekonomi yogyakarta,2005
25. BAB 4
SURAT BERHARGA
PENGERTIAN SURAT BERHARGA
Surat berhaga padaumumnya berupa saham dan obligasi dari perusahaan lain yang dibeli oleh
perusahaan dengan maksud untuk dijual lagi.pembelian surat-surat berharga biasanya untuk
memanfaatkan kas perusahaan yang untuk sementara tidak dipergunakan dalam operasi, sedangkan
penjualan surat-surat berharga dilakukan pada saat harga jual lebih tinggi dari harga perolehannya.
AKUNTANSI UNTUK SURAT-SURAT BERHARGA
1.SAHAM
Saham adalah surat tanda pemilikan atas perusahaan yang menjual saham tersebut. Pemilik saham
secara peiodik berhak atas bagian keuntungan yang disebut dengan dividen.
Pembelian surat-surat berharga dalam bentuk saham
Pada saat membeli surat-surat berharga secara tunai dalam bentuk saham, perusahaan mencatat
transaksi tersebut dengan mendebit rekening SURAT-SURAT BERHARGA dan menkredit rekening
KAS, sebesar harga perolehan dari surat berharga tersebut.
Sebagai contoh, misalnya PT DIASWATI pada tanggal 1 juni 2000 membeli 100 lembar saham PT ASTI
yang mempunyai nilai nominal @ Rp100.000,00 dengan kurs 98%. Biaya provisi dan materai
Rp50.000,00 jurnal yang dibuat PT DIASWATI pada saat pembelian surat berharga tersebut adalah
sebagai berikut:
Surat-surat berharga Rp9.850.000,00
Kas Rp9.850.000,00
Harga kurs saham 98% x 100 lembar x Rp100.000,00 = Rp9.800.000,00
Biaya provisi dan materai = 50.000,00
Harga perolehan surat berharga Rp9.850.000,00
Jika selama pemilikan saham tersebut PT DIASWATI memperoleh dividen atas saham-saham yang
dimilikinya, maka jurnal yang dibuat untuk mencatat penerimaan dividen adalah debit rekening KAS
dan kredit rekening PENDAPATAN DIVIDEN sebersar jumlah dividen yang diterima.
Misalnya: pada tanggal 1 juli 2000 PT ASTI membagikan dividen sebesar 5% dari nilai nominal saham.
Jurnal yang dibuat PT DIASWATI pada saat menerima dividen adalah sebagai berikut:
Kas Rp500.000,00
Pendapatan dividen Rp500.000,00
Dividen = 5% x Rp10.000.000,00 = Rp 500.000,00
26. Penjualan surat-surat berharga dalam bentuk saham
Pada saat menjual surat-surat berharga dalam bentuk saham, perusahaan membuat jurnal dengan
mendebit rekening KAS sebesar kas yang diterima perusahaan dari penjualan saham, mengkredit
rekening SURAT-SURAT BERHARGA sebesar harga perolehan saham yang dijual
Sebagai contoh misalnya, PT DIASWATI menjual surat-surat berharga (saham) sebanyak 60 lembar
dengan harga kurs 105%bpada tanggal 1 agustus 2000. Biaya provisi dan materai atas penjualan
saham tersebut adalah Rp30.000,00 jurnal untuk mencatat penjualan surat-surat berharga tersebut
adalah sebagai berikut:
Kas Rp6.270.000,00
Surat-surat berharga Rp5.910.000,00
Laba penjualan surat berharga Rp 360.000,00
Harga kurs saham 105% x 60 lembar x Rp100.000,00 = Rp6.300.000,00
Biaya penjualan (provisi & materai) = ( 30.000,00)
Harga jual = Rp6.270.000,00
Harga perolehan 60 lembar saham =( 5.910.000,00)
Laba penjualan surat-surat berharga = Rp360.000,00
Harga perolehan 100 lembar saham adalah Rp9.850.000,00 sehinggah harganperolehan 60
lembar saham adalah 60/100 x Rp9.850.000,00 = Rp5.910.000,00.
2.OBLIGASI
Obligasi adalah surat tanda pengakuan uang dari perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut.
Pemilik obligasi mempunyai hak menerima bunga atas obligasi yang biasanya diterima setahun 2
kali.
Pembelian surat-surat berharga dalam bentuk obligasi
Pada saat pembelian obligasi, perusahaan menghitung bunga berjalan yang dalam jurnal tersebut di
atas didebet dengan rekening PENDAPATAN BUNGA. Bunga berjalan obligasi dihitung sebagai
berikut:
T x p x n / 1200
Sebagai contoh, pada tanggal 1 mei 2000 PT DIASWATI membeli 4 lembar obligasi PT PENUMPING
nilai nominal @ Rp500.000,00 dengan kurs 97%. Biaya provisi dan materai Rp10.000,00 bunga
obligasi 6% setahun dibayarkan setiap tanggal 1 maret dan 1 septamber.
27. Jurnal yang dibuat PT DIASWATI untuk mencatat pembelian obligasi tersebut adalah sebagai berikut:
Surat-surat berharga Rp1.950.000,00
Pendapatan bunga Rp 20.000,00
Kas Rp1.970.000,00
Harga kurs obligasi 97% x 4 x Rp 500.000,00 = Rp 1.940.000,00
Biaya provisi & materai = 10.000,00
Harga perolehan obligasi = Rp 1.950.000,00
Bunga berjalan:2/12x6/100xRp 2.000.000,00 =Rp 20.000,00
Jumlah kas yang dibayarkan =Rp1.970.000,00
Contoh tersebut di atas, maka jurnal yang di buat perusahaan pada tanggal 1 september 2000
adalah sebagai berikut:
Kas Rp60.000,00
Pendapatan bunga Rp60.000,00
Bunga obligasi 6/12 x 6/100 x Rp2.000.000,00 = Rp 60.000,00
Penjualan surat-surat berharga dalam bentuk obligasi
Pada saat menjual surat-surat berharga dalam bentuk obligasi. Perusahaan mencatat transaksi
tersebut dengan mendebet rekening KAS sebesar uang yang di terima, mengkredit rekening SURAT-
SURAT BERHARGA sebesar harga perolehan obligasi yang di jual dan mengkredit rekening
PENDAPATAN BUNGA sebesar bunga berjalan pada saat penjualan. Sedangkan selisih antara harga
jual dengan harga menjual 4 lembar obligasi 6% dari PT PENUMPING pada tanggal 1 desember 2000
dengan kurs 95%. Biaya provisi dan materai Rp 15.000,00
Jurnal yang di buat perusahaan untuk mencatat penjualan obligasi tersebut adalah sebagai berikut:
Kas Rp1.915.000,00
Rugi penjualan surat berharga Rp 65.000,00
Surat-surat berharga Rp1.950.000,00
Pendapatan bunga Rp 30.000,00
28. Harga kurs obligasi 95% x 4 x Rp500.000,00 =Rp1.900.000,00
Biaya provisi dan materai = 15.000,00
Harga jual = Rp1.885.000,00
Bunga berjalan3/12x6/100xRp2.000.000,00 = 30.000,00
Jumlah kas yang diterima =Rp1.915.000,00
Harga jual obligasi =Rp1.885.000,00
Harga perolehan obligasi yang dijual = 1.950.000,00
Rugi penjualan surat berharga =Rp 65.000,00
PENYAJIAN SURAT-SURAT BERHARGA DI NERACA
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa surat-surat berharga disajikan dalam neraca sebagai
aktiva kelompok lancar. Penyajian tidak dipisahkan antara saham dan obligasi melainkan cukup
dengan nama SURAT-SURAT BERHARGA.
Sedangakan masalah penilaian terhadap surat-surat berharga untuk menyajikan di neraca dapat
menggunakan 2 macam yaitu:
1.harga perolehan
Surat-surat berharga disajikan pada neraca sebesar harga perolehannya.
2.harga perolehan atau harga pasar mana yang lebih rendah.
Surat-surat berharga disajikan pada neraca sebesar harga perolehan, atau harga pasarnya jaka harga
perolehan lebih tinggi dari harga pasar.