1. LAPORAN PRAKTIKUM
KI-2051 KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN 7
PROTEIN DAN KARBOHIDRAT:
SIFAT DAN REAKSI KIMIA
Nama : Lathifuddin Siddiq
NIM : 14518031
Shift : Siang (13.00-17.00)
Kelompok : 4
Tanggal Percobaan : 5 November 2019
Tanggal Pengumpulan : 12 November 2019
Asisten : Adhien (10516069)
Dennis Avima (11216008)
LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
2. PERCOBAAN 7
Protein dan Karbohidrat: Sifat dan Reaksi Kimia
I. TUJUAN
1. Identifikasi penyusun asam amino dari kasein
2. Menentukan karakteristik senyawa karbohidrat melalui reaksi uji
II. DATA PENGAMATAN
2.A. Uji Kimia Protein dan Asam Amino
SAMPEL JENIS UJI PENGAMATAN FOTO
A. Uji Kimia Protein dan Asa Amino
Kasein
Tirosin 1. Uji Millon Kasein : Larutan
bening
(hasil uji: -)
Tirosin : Larutan
berwarna merah
(hasil uji: +)
Glisin 2. Uji Ninhidrin Kasein : Larutan
bening
(hasil uji: -)
Glisin : Larutan
berwarna biru
keunguan
(hasil uji: +)
Sistein 3. Uji Sulfur Kasein : Larutan
bening
(hasil uji: -)
Sistein : Larutan
berwarna coklat
dan terdapat
padatan hitam.
(hasil uji: +)
3. Glisin 4. Reaksi dengan
Asam Nitrit
Kasein : Tidak
terdapat
gelembung
(hasil uji: -)
HCl : Terdapat
sedikit
gelembung
(hasil uji: +)
Glisin+HCl :
Terdapat banyak
gelembung
(hasil uji: +)
Urea 5. Uji Biuret Kasein :
Terdapat
endapan
berwarna biru
muda
(hasil uji: +)
Urea dipanaskan:
Basa, larutan
berwarna ungu
(hasil uji: +)
Urea tanpa
dipanaskan :
basa, larutan
berwarna biru
muda
(hasil uji: +)
6. Uji
Xanthoproteat
Larutan
berwarna kuning
tua setelah
pemansan
(hasil uji: +)
4. SAMPEL JENIS UJI PENGAMATAN FOTO
B. Uji Kimia untuk Karbohidrat
Laktosa
1. Uji Molisch Terbentuk 2 fasa
bening
(hasil uji: -)
2. Uji Benedict Berwarna merah
setelah
dipanaskan
(hasil uji: +)
3. Uji Barfoed Tidak terbentuk
endapan
(hasil uji: -)
4. Uji Hidrolisis
Glukosa
pH : 8
kadar glukosa :
100 mg/dL
Glukosa
1. Uji Molisch Terbentuk fasa
ungu diantara 2
fasa bening
(hasil uji: +)
2. Uji Benedict Berwarna merah
setelah
dipanaskan
(hasil uji: +)
3. Uji Barfoed Terbentuk
endapan hitam
(hasil uji: +)
Fruktosa
1. Uji Molisch Terbentuk fasa
ungu diantara 2
fasa bening
(hasil uji: +)
5. 2. Uji Benedict Berwarna merah
setelah
dipanaskan
(hasil uji: +)
3. Uji Barfoed Terdapat
endapan hitam
(hasil uji: +)
Sukrosa
1. Uji Molisch Terdapat 2 fasa,
fasa yg di
permukaan
berwarna coklat
keunguan, panas
(hasil uji: +)
2. Uji Benedict Tidak ada
perubahan warna
setelah
dipanaskan
(hasil uji: -)
3. Uji Barfoed Tidak terbentuk
endapan
(hasil uji: -)
4. Uji Hidrolisis
Glukosa
pH : 7
Kadar glukosa :
2000 mg/dL
Maltosa
1. Uji Molisch Terdapat fasa
ungu diantara 2
fasa bening,
hangat
(hasil uji: +)
2. Uji Benedict Berwarna merah
setelah
dipanaskan
(hasil uji: +)
6. 3. Uji Barfoed Tidak terbentuk
endapan
(hasil uji: -)
4. Uji Hidrolisis
Glukosa
pH : 7
kadar glukosa :
100 mg/dL
Larutan Kanji Uji Hidrolisis
Glukosa
pH : 7
kadar glukosa : 0
mg/dL
Aqua dm Uji Benedict Tidak ada
perubahan warna
setelah
dipanaskan
(hasil uji: -)
III. PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan uji kimia protein dan asam amino terhadap senyawa
kasein, tirosin, glisin, sistein, dan urea. Telah dilakukan 6 uji kimia protein dan asam amino
yaitu uji Millon, uji Ninhidrin, uji Sulfur, rekasi dengan Asam Nitrit, uji Biuret dan uji
Xanthoproteat.
Pada percobaan pertama dilakukan uji Millon. Uji Millon adalah suatu metode
pengujian untuk mengidentifikasi senyawa yang mengandung gugus hidroksi fenolik. Salah
satu asam amino yang mengandung gugus hidroksi fenolik adalah tirosin. Hasil positif pada
uji Millon ditandai dengan adanya perubahan warna menjadi coklat kemerahan. Pereaksi
yang digunakan merupakan larutan merkuri (Hg) dalam asam nitrat (HNO3). Tirosin akan
ter-nitrasi oleh asam nitrat sehingga memperoleh penambahan gugus N=O, gugus tersebut
secara reversibel (bolak-balik) dapat berubah menjadi N-OH (hidroksifenil). Merkuri dalam
pereaksi millon akan bereaksi dengan gugus hidroksifenil dari tirosin membentuk warna
merah. (Walsh, 1961). Pada percobaan ini, digunakan 2 sampel yaitu tirosin dan kasein. Pada
sampel tirosin warna larutan berubah menjadi merah yang menunjukkan uji positif sedangkan
pada sampel kasein, larutan tidak menujukkan adanya perubahan warna yang menunjukkan
hasil uji negatif. Hal ini menujukkan bahwa tirosin mengandung gugus hidroksi fenolik
sesuai dengan literatur sedangkan kasein tidak mengandung gugus hidroksi fenolik.
7. Pada percobaan kedua dilakukan uji Ninhidrin. Uji Ninhidrin digunakan untuk
mendeteksi adanya asam -amino dan protein yang mengandung gugus amina bebas. Gugus
amina bebas adalah amina yang gugus aminonya tidak terikat. (Robinson, 1995). Ninhidrin
(2,2-Dihydroxyindane-1,3-dione) merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk
mendeteksi gugus amina dalam molekul asam amino. Asam amino bereaksi dengan ninhidrin
membentuk aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan molekul NH3 dan CO2.
Ninhidrin yang telah bereaksi akan membentuk hidrindantin. Hasil positif ditandai dengan
terbentuknya kompleks berwarna biru/keunguan yang disebabkan oleh molekul ninhidrin dan
hidrindantin yang yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi. (Hart,
2003). Pada percobaan ini digunakan 2 sampel yaitu glisin dan kasein. Pada sampel glisin
warna larutan berubah menjadi ungu yang menunjukkan uji positif sedangkan pada sampel
kasein tidak ada perubahan warna sama sekali yang menunjukan hasil uji negatif. Dari
percobaan ini dapat diketahui bahwa kasein tidak memiliki gugus amina pada asam amino
yang menyusunnya karena sudah membentuk ikatan peptide antar asam aminonya.
Pada percobaan ketiga dilakukan uji Sulfur. Uji Sulfur digunakan untuk menguji
adanya sulfur yang terkandung dalam asam amino. Sistein dan Metionin merupakan asam
amino yang mengandung sulfur pada molekulnya. Adanya sulfur belerang dapat ditentukan
dengan mengubah sulfur menjadi sulfide anorganik melalui pemutusan ikatan oleh basa.
Hasil positif ditunjukkan dengan adanya endapan berwarna hitam dari PbS (timbal sulfida),
jika sampel asam amino tersebut direaksikan dengan timbal asetat. (Girindra, 1986). Pada
percobaan ketiga ini digunakan 2 sampel yaitu sistein dan kasein. Pada sampel sistein
terdapat endapan berwarna hitam pada dasar tabung yang menunjukkan hasil positif pada uji
ini sedangkan pada kasein larutan tetap berwarna bening dan tidak bereaksi, hal ini
menunjukkan bahwa hasil uji sulfur pada kasein adalah negatif. Dari data percobaan ini,
dapat diketahui bahwa sistein mengandung sulfur dalam molekulnya sesuai dengan literatur
sedangkan kasein tidak mengandung sulfur.
Pada percobaan keempat dilakukan reaksi dengan asam nitrit, Percobaan ini dilakukan
untuk mengidentifikasi keberadaan gugus amina bebas. Uji positif pada percobaan ini
ditandai dengan terbentuknya gelembung. Pada percobaan ini digunakan sampel glisin yang
ditambahkan HCl 10%, kasein dan HCl 10% sebagai pembanding. Penambahan HCl
bertujuan memerikan suasana asam yang akan bereaksi dengan NaNO2 membentuk HNO2.
Adanya gelembung gas N2 pada uji positif disebabkan karena gugus amina yang ada pada
glisin dapat bereaksi dengan asam nitrit. Pada sampel glisin+HCl terbentuk banyak
gelembung yang menunjukkan hasil uji positif dan menandakan bahwa dalam glisin terdapat
gugus amina bebas sedangkan pada sampel kasein tidak terbentuk gelembung dan tidak
terjadi reaksi apapun yang menunjukkan hasil uji negatif dan menandakan bahwa dalam
kasein tidak terdapat gugus amina bebas.
Pada percobaan kelima dilakukan uji Biuret. Uji Biuret digunakan untuk mendeteksi
ada tidaknya ikatan peptida dalam suatu protein. Uji positif ditandai dengan terbentuknya
warna ungu karena terbentuk senyawa kompleks antara Cu2+
dan N dari molekul ikatan
peptida. Pada uji biuret berfungsi untuk untuk menguji kandungan protein dalam suatu
zat(makanan). Apabila setelah ditetesi biuret, makanan atau sari makanan yang mengandung
protein akan berubah warna menjadi ungu. Pada uji Biuret tidak spesifik terhadap protein
karena semua Cu2+
dapat berikatan dengan amida bukan hanya protein. (Winarno, 1992).
Pada percobaan ini digunakan 2 sampel yaitu urea dan kasein. Pada urea yang dipanaskan
8. hasil menunjukkan bahwa urea adalah basa dan larutan menjadi berwarna ungu yang menjadi
ciri bahwa hasil uji positif. Pada urea yang tidak dipanaskan dan kasein larutan berubah
warna menjadi warna biru muda yang merupakan warna ungu yang sangat muda, sehingga
menunjukkan hasil uji positif yang menandakan bahwa kasein mengandung ikatan peptida.
Pada percobaan keenam dilakukan uji Xanthoproteat. Uji Xanthoproteat digunakan
untuk mengidentifikasi keberadaan cicin benzene. Hasil uji positif ditunjukkan dengan
terbentuknya larutan berwarna kuning. Mekanisme uji Xanthoproteat mulanya terjadi pada
saat ditambahkan HNO3 pekat pada sampel. HNO3 dengan sampel akan bereaksi, reaksi
nitrasi dimana terjadi substitusi atom H+
dengan NO2 yang akan menghasilkan senyawa
kompleks. Dengan adanya pemanasan, reaksi akan berlangsung lebih cepat dan mulai
terbentuk kompleks kuning apabila dalam sampel terdapat cincin benzene yang menandakan
bahwa hasil uji positif. (Chatterjea, 2004). Pada percobaan ini digunakan kasein padat yang
kemudian ditambahkan asam nitrat dan dipanaskan. Setelah dipanaskan warna larutan
berubah menjadi warna kuning yang berarti hasil uji positif. Hal ini menujukkan bahwa
dalam kasein terdapat keberadaan cincin benzene dalam strukturnya.
Pada praktikum ini, dilakukan juga uji kimia untuk karbohidrat. Uji yang dilakukan
adalah uji Molisch, uji Benedict, uji Barfoed dan uji hidrolisis glukosa. Pada uji Molisch, uji
Benedict, dan uji Barfoed, sampel karbohidrat yang digunakan adalah laktosa, glukosa,
fruktosa, sukrosa dan maltose. Sedangkan pada uji hidrolisis glukosa digunakan sampel
karbohidrat berupa sukrosa, laktosa, maltose dan larutan kanji.
Uji Molisch digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan karbohidrat atau gula.Uji
positif ditunjukkan dengan adanya warna ungu diantara 2 fasa (Devor, 1950). Pada percobaan
yang dilakukan, hasil positif terdapat pada sampel glukosa, fruktosa, sukrosa dan maltosa
yang ditandai dengan terbentuknya warna ungu di antara 2 fasa. Hal ini menunjukkan bahwa
sampel yang digunakan merupakan gula atau karbohidrat. Pada laktosa didapat hasil uji
negatif, padahal seharusnya menunjukkan uji positif juga karena laktosa merupakan salah
satu gula. Faktor kesalahan yang memungkinkan adalah terlalu cepatnya sampel laktosa
dituangka ke dalam tabung H2SO4 dan tidak melalui dinding tabung.
Uji Benedict digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan gugus gula pereduksi dari
sampel karbohidrat dan gugus gula pereduksi berupa aldehid atau keton Hasil positifnya
ditandai dengan terbentuknya larutan berwarna merah, hijau,, atau kuning. (Soendoro, 2005).
Pada percobaan yang dilakukan, hasil positif ada pada sampel laktosa, glukosa, fruktosa dan
maltosa yang ditandai dengan perubahan warna larutan yang berubah dari warna biru menjadi
warna merah setelah tabung dipanaskan. Hal ini menunjukkan bahwa pada keempat sampel
tersebut (laktosa, glukosa, fruktosa dan maltose) terdapat gugus gula pereduksi. Sedangkan
hasil uji negatif terjadi pada aqua dm sebagai control dan sampel sukrosa yang tidak
mengalami perubahan warna apapun setelah dipanaskan. Hal ini menunjukkan bahwa sukrosa
tidak memiliki gugus gula pereduksi.
Uji Barfoed digunakan untuk melihat jenis sampel, apakah monosakarida atau
disakarida. Hasil positif pada uji ini menujukkan jenis monosakarida yang ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna merah bata atau kehitaman. (Barfoed, 1873). Pada percobaan
yang dilakukan, hasil positif terdapat pada sampel glukosa dan fruktosa yang ditandai dengan
adanya endapan berwarna merah kehitaman. Hal ini menunjukkan bahwa glukosa dan
fruktosa merupakan monosakarida. Sedangkan hasil uji negatif terdapat pada laktosa sukrosa
9. dan maltosa. Hal ini menunjukkan bahwa laktosa, sukrosa dan maltosa bukan merupakan
monosakarida melainkan disakarida.
Uji hidrolisis glukosa digunakan untuk melihat kandungan glukosa dalam sampel.
Pada uji ini menggunakan HCl pekat sebagai penghidrolisi sampel. Hasil hidrolisis kemudian
diteteskan pada Test-Tape berupa glukotes. Tape ini mengandung enzim glukosa oksidase
dan peroksidase serta orto-toluidin. Enzim gluoksa oksidase mengoksidasi glukosa menjadi
asam glukonat dan hydrogen peroksida yang akan bereaksi dengan enzim peroksidase
menghasilkan oksigen yang mengoksidasi orto-toluidin yang akan menghasilkan tingkatan
warna. Kada glukosa pada setiap sampel yang diuji pada uji ini adalah sebagai berikut,
laktosa 100 mg/dL, sukrosa 2000 mg/dL, maltose 100 mg/dL dan larutan kanji 0 mg/dL. Pada
uji ini diketahui bahwa sukrosa yang memiliki kandungan glukosa paling besar.
IV. KESIMPULAN
Dari uji protein yang telah dilakukan, diketahui bahwa asam amino penyusun kasein: tidak
memiliki gugus hidroksi fenolik, tidak memiliki gugus amina bebas, tidak memiliki atom
sulfur, memiliki ikatan peptide dan juga memiliki cincin benzene.
Dari uji yang telah dilakukan, diketahui karakteristik dari setiap senyawa karbohidrat
sebagai berikut, laktosa memiliki gugus gula pereduksi, merupakan disakarida dan kadar
gulanya sebesar 100mg/dL; glukosa memiliki gugus gula pereduksi dan merupakan
monosakarida; fruktosa memiliki gugus gula pereduksi dan merupakan monosakarida;
sukrosa tidak memiliki gugus gula pereduksi, merupakan disakarida dan kadar gulanya
sebesar 2000mg/dL; maltosa memiliki gugus gula pereduksi, merupakan disakarida dan kadar
gulanya sebesar 100mg/dL.
V. DAFTAR PUSTAKA
Devor, Arthur W. 1950. Carbohydrate Test Using Sulfonated -Napthol. Journal of the
American Chemical Society. 72(5). 2008 – 2012
Barfoed, C. 1873. Über die Nachweisung des Traubenzuckers neben Dextrin und verwandten
Körpern. Fresenius' Zeitschrift für Analytische Chemie. 12 (1): 27.
Girindra, Aisjah. 1986. Biokimia Jilid I. Jakarta: Gramedia
Hart, Harold. 2003. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB Press
Soendoro, R. 2005. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Walsh, Edward O’Farrel. 1961. An Introduction to Biochemistry. London: The English
Universities Press Ltd.
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia