Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Manajemen kurikulum sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan pendidikan. Adapun tujuan penelitian ini adalah Mengetahui Konsep Manajemen Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter. Mengetahui Manajemen Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter di Guslah I Kec. Beji Kab. Pasuruan. Mengetahui Manajemen Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di Guslah I Kec. Beji Kab. Pasuruan.
1. MANAJEMEN KURIKULUM BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK
MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
(STUDI KASUS DI GUSLAH I KEC. BEJI KAB. PASURUAN)
LINDA MARIANA
Program Studi Manajemen Pendidikan,
Program Pascasarjana (S2), Universitas Gresik
ABSTRAK
Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan
siswa. Manajemen kurikulum sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang sistematik
dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan pendidikan. Adapun tujuan penelitian ini
adalah Mengetahui Konsep Manajemen Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter.
Mengetahui Manajemen Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter di Guslah I Kec. Beji Kab.
Pasuruan. Mengetahui Manajemen Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter Untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan di Guslah I Kec. Beji Kab. Pasuruan. Metode penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang dimaksudkan untuk
menggambarkan dan menafsirkan keadaan yang ada sekarang, berkenaan dengan kondisi atau
hubungan yang ada, yang menyangkut praktek-praktek yang sedang berlangsung. Dalam
penelitian deskriptif kualitatif juga dimaksudkan untuk mengungkapkan sudut pandang atau
sikap yang dimiliki, proses-proses yang berlangsung, pengaruh-pengaruh yang dirasakan atau
kecenderungan-kecenderungan yang sedang berkembang yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi empiris. Hasil penelitian ini adalah 1) Konsep Manajemen
Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter adalah Kurikulum sekolah yang mengandung nilai-
nilai sebagai basis nilai (value basic) atau nilai inti (core value), membudaya (civilized) dan
mempribadi (personalized). 2) Dalam manajemen kurikulum di Sekolah SDN Guslah I Kec.
Beji pendidikan karakter masuk dalam nilai-nilai dasar perangkat pembelajaran. Pendidikan
karakter perlu ditanamkan pada anak usia Sekolah Dasar karena untuk membentuk pribadi
siswa agar memiliki nilai-nilai luhur bangsa dan dapat menjadi warga negara yang baik. 3)
Program prioritas sekolah dalam melaksanakan manajemen sekolah adalah perubahan
kurikulum dan pengajaran, tenaga kependidikan, siswa, sarana dan prasarana pendidikan, dan
manajemen hubungan sekolah - masyarakat dan pelayanan khusus lembaga pendidikan.
Kata kunci. Manajemen, kurikulum, pendidikan karakter dan mutu pendidikan
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran tematik merupakan
strategi Kurikulum memuat isi dan materi
pelajaran. Kurikulum merupakan sejumlah mata
ajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh
siswa untuk memperoleh sejumlah
pengetahuan. Mata ajaran (subject matter)
dipandang sebagai pengalaman orang tua atau
orang-orang pandai masa lampau, yang telah
disusun secara sistematis dan logis. Mata ajaran
tersebut mengisi materi pelajaran yang
disampaikan kepada siswa, sehingga
memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang
berguna baginya.
Kurikulum sebagai rencana
pembelajaran. Kurikulum merupakan suatu
program pendidikan yang disediakan untuk
membelajarkan siswa. Dengan program itu para
siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,
sehingga terjadiperubahan dan perkembangan
tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan
pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain,
sekolah menyediakan lingkungan bagi siswa
yang memberikan kesempatan belajar .
manajemen yang berkisar pada perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, penyusunan
staf dan monitoring akan membuat program
pendidikan berjalan dengan sukses.
Manajemen kurikulum sebagai suatu
sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif,
komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam
rangka mewujudkan ketercapaian tujuan
kurikulum, Perencanaan kurikulum harus
memperhatikan karakteristik kurikulum yang
2. baik, baik dari segi isi, pengorganisasian
maupun peluang untuk menciptakan
pembelajaran yang baik akan mudah
diwujudkan oleh pelaksana kurikulum dalam
hal ini guru. Di dalam perencanaan terdapat isi
dari kurikulum, proses, evaluasi dan juga
kelulusan. Perlu adanya kesempatan untuk
membina siswa kearah perubahan tingkah laku
yang diinginkan dan menilai sampai mana
perubahan-perubahan yang telah terjadi pada
diri siswa. Tujuan perencanaan kurikulum
dikembangkan dalam bentuk kerangka teori dan
penelitian terhadap kekuatan sosial,
pengembangan msyarakat, kebutuhan dan gaya
belajar siswa, Dalam penyusunan kurikulum
harus memperhatikan tingkat pendidikan dan
jenis pendidikan yang terdapat pada
kurikulum.Tingkat pendidikan dibedakan
menjadi pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Setiap jenis
dan jenjang pendidikan tersebut mempunyai
tujuan berbeda satu sama lain akan tetapi harus
mencerminkan adanya kesinambungan dari
ketiganya.
Pengorganisasian kurikulum merupakan
upaya untuk mengelola dan mensinkronkan
semua program kurikulum sehingga dapat
diimplementasikan dalam kegiatan belajar
mengajar dengan optimal. Sedangkan
organisasi kurikulum merupakan struktur
program yang berupa kerangka umum program-
program pengajaran yang akan disampaikan
kepada peserta didik. Beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan didalam organisasi
kurikulum berkaitan dengan ruang lingkup
(scope), kontinuitas, keseimbangan,
keterpaduan, alokasi waktu. Secara keseluruhan
pengorganisasian terhadap kurikulum
berhubungan dengan isi kurikulum yang akan
disampaikan kepada peserta didik.
Seluruh komponen pendidikan saling
mendukung dan bekerja sama maka mutu
pendidikan akan lebih baik. Kepala sekolah
merupakan pimpinan di sekolah dan merupakan
orang yang berhubungan secara langsung
dengan teknis pelalksanaan program pendidikan
disekolah. Kepala sekolah juga sebagai penentu
kebijakan di sekolah dan kepela sekolah
seharunya bisa memainkan perannya dengan
terarah dengan sebijak mungkin serta
mengarahkan kepada pencapaian tujuan agar
lebih memaksimalkan lagi kegiatan-kegiatan
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Berdasarkan hasil paparan di atas maka
penelitian ini mengambil judul “Manajemen
Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter Untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Kasus
Di Guslah I Kec. Beji Kab. Pasuruan).
1.1 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, fokus penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Konsep Manajemen
Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter?
2. Bagaimana Manajemen Kurikulum
Berbasis Pendidikan Karakter di Guslah I
Kec. Beji Kab. Pasuruan?
3. Bagaimana Manajemen Kurikulum
Berbasis Pendidikan Karakter Untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan di Guslah
I Kec. Beji Kab. Pasuruan?
1.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas
dan fokus penelitian tersebut maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Konsep Manajemen
Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter.
2. Mengetahui Manajemen Kurikulum
Berbasis Pendidikan Karakter di Guslah I
Kec. Beji Kab. Pasuruan.
3. Mengetahui Manajemen Kurikulum
Berbasis Pendidikan Karakter Untuk
Meningkatkan Mutu Pendidikan di Guslah
I Kec. Beji Kab. Pasuruan.
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sebagai referensi
ilmiyah dalam suatu penelitian lanjutan. Dalam
melakukan penelitian tidak dapat lepas dari
hasil penelitian-penelitian terdahulu mempuyai
topik penelitian yang variatif, diantaranya
beberapa penelitian terdahulu ang relevan
dengan peeliian ini adalah tentang manajemen
kurikulum berbasis pendidikan karakter untuk
meningkatkan mutu pendidikan Dari beberapa
penelitian yang sudah dilakukan, terdapat topik
karaya penelitian berikut ini, diantaranya adalah
penelitian tentang membangun karakter peserta
didik melalui proses pendidikan di SMA Negeri
10 Maros. Yang dilakukan oleh Anwar pada
tahun 2019. Dari penelitian ini bertujuan
merumuskan cara membangun karakter peserta
didik di SMA Negeri 10 Maros.
Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari
informan yang bersentuhan langsung dengan
objek penelitian. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara mendalam. Data diolah
dimulai dengan reduksi data, penyajian data
hingga penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
adalah untuk membangun karakter peserta didik
diperlukan kerja sama antara kepala sekolah,
pendidik, dan komite sekolah dengan
mewujudkan visi dan misi sekolah. Dilakukan
pula pembinaan secara berjenjang dan
pembiasaan berbuat posistif, beretika,
pemberian nasihat, serta pemberian sanksi
kepada peserta didik yang menyalahi aturan tata
tertib sekolah. Kata kunci: Karakter, Peserta
3. didik, SMA Negeri 10 Maros. Dari penelitian
terdahulu dan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti terdapat perbedaan, perbedaannya
adalah lokasi penelitian, metode yang
digunakan, dan variabel penelitian. Persamaan
dalam penelitian ini adalah pilihan topik
penelitian yaitu karakter peserta didik.
.
2.1 2.2 Manajemen Kurikulum Berbasis
Karakter
2.1.1 Pengertian Konsep Manajemen
Banyak pakar manajemen yang
mengemukakan pendapat mereka tentang
pengertian manajemen. Untuk mengetahui
pengertian manajemen maka berikut ini
diketengahkan beberapa pendapat untuk
membantu dalam memahami konsep dasar
manajemen. Menurut Daft dan Marcic
(2009:8) management is the attainment of
organizational goals in an effective and
efficient manner through planning,
organizing, leading, and controlling
organizational resources. Definisi ini
menjelaskan bahwa manajemen merupakan
pencapaian sasaran organisasi secara efektif
dan efisien melalui kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan sumberdaya organisasi.
Sebagai seorang manajer baru, perlu
mengingat bahwa manajemen bermuara
kepada upaya memperoleh tindakan melalui
orang lain. Itu artinya, seorang manajer tidak
dapat melakukan proses manajemen
keseluruhan dengan diri sendiri. Sebagai
seorang manajer, pekerjaannya adalah
menciptakan lingkungan dan kondisi yang
menangani atau mendayagunakan orang lain
mencapai sasaran. Secara umum aktivitas
manajemen ada dalam organisasi yang
diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien.
Terry (1973:4) menjelaskan:
“Management is performance of conceiving
and achieving desired results by means of
group efforts consisting of utilizing human
talent and resources”. Pendapat ini
dipahami bahwa manajemen adalah
kemampuan mengarahkan dan mencapai
hasil yang diinginkan dengan tujuan dari
usaha-usaha manusia dan sumber daya
lainnya. Sejatinya, wujud dari setiap
organisasi adalah hasil daya cipta manusia
sesuai dinamika kebudayaan.
Kehadiran berbagai organisasi dalam
kehidupan masyarakat kontemporer
merupakan salah satu fenomena kehidupan
untuk membantu dan mempermudah
pemenuhan kebutuhan hidup manusia secara
individu dan masyarakat. Kebutuhan hidup
tersebut mencakup kebutuhan sandang,
Praktik manajemen hampir sama tuanya
dengan perkembangan peradaban manusia.
Namun studi bidang pengetahuan
manajemen secara sistematik boleh
dikatakan masih belum lama diterapkan
dalam organisasi. Pengetahuan manajemen
telah dipraktikkan dalam bisnis, rumah sakit,
sekolah-sekolah, universitas, pemerintahan,
industri, perbankan dan aktivitas organisasi
lainnya. Dalam konteks ini disadari bahwa
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi
yang menggunakan sumber daya manusia
dan sumber daya material hanya akan dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efisien
dengan memfungsikan pengetahuan, proses
dan aktivitas manajemen. Sebagai suatu
pemikiran ilmiah keberadaan manajemen
mengalami sejarah perkembangan tersendiri
sampai masa sekarang ini.
Hersey dan Blanchard (1988:4)
mengemukakan manajemen adalah proses
bekerja sama antara individu dan kelompok
serta sumber daya lainnya dalam mencapai
tujuan organisasi adalah sebagai aktivitas
manajemen. Dengan kata lain, aktivitas
manajerial hanya ditemukan dalam wadah
sebuah organisasi, baik organisasi bisnis,
pemerintahan, sekolah, industri, rumah sakit
dan lain-lain. Proses di sini menghadirkan
berbagai fungsi dan aktivitas yang
dilaksanakan oleh manajer dan anggota atau
bawahannya dalam suatu organisasi.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa
manajemen merupakan proses memperoleh
suatu tindakan dari orang lain untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Aktivitas
manajerial itu dilakukan oleh para manajer
organisasi dapat mendorong sumber daya
personil (pegawai atau anggota) bekerja
memanfaatkan sumber daya lainnya
sehingga tujuan organisasi yang disepakati
bersama dapat tercapai. Sejalan dengan
pendapat di atas Mondy & Premeaux
(1995:6) mengemukakan “Management is
the process of get-ting thing done through
the efforts of other people”. Dengan
demikian pada hakikatnya proses
manajemen dilakukan para manajer di dalam
suatu organisasi, dengan cara-cara atau
aktivitas tertentu mereka mempengaruhi
para personil atau anggota organisasi,
pegawai, karyawan atau buruh agar mereka
bekerja sesuai prosedur, pembagian kerja,
dan tanggung jawab yang diawasi untuk
mencapai tujuan bersama.
Dalam perspektif lebih luas, manajemen
adalah suatu proses pengaturan dan
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
organisasi melalui kerjasama para anggota
untuk mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien. Berarti manajemen
4. merupakan perilaku anggota dalam suatu
organisasi untuk mencapai tujuannya.
Dengan kata lain, organisasi adalah wadah
bagi operasionalisasi manajemen. Sejumlah
unsur pokok yang membentuk kegiatan
manajemen, yaitu: Unsur manusia (men),
barang-barang (materials), mesin
(machines), metode (methods), uang
(money) dan pasar atau (market) (Terry,
1973). Keenam unsur ini memiliki fungsi
masing-masing dan saling berinteraksi atau
mempengaruhi dalam mencapai tujuan
organisasi terutama proses pencapaian
tujuan secara efektif dan efisien.
Efisien ialah hubungan antara input
(masukan) dengan output (keluaran). Jika
hasil yang dicapai lebih banyak daripada
input (masukan/modal) yang dikeluarkan
maka hal itu dimaksudkan sebagai efisien.
Manakala seorang manajer memanfaatkan
sumber daya masukan seperti, uang, orang,
dan peralatan dapat dihemat/diminimalisir
untuk mencapai suatu tujuan merupakan
hakikat efisiensi.
2.1 Peningkatan Mutu Pendidikan
2.2.1 Konsep Mutu Pendidikan
Dalam pendidikan hal yang sangat
penting dan yang akan terus berkembang
dengan seiringnya berjalannya waktu dan
juga zaman yang diIndonesia agak sedikit
sulit kita mengimbangi dimana
perkembangan itu suatu mutu yang
pendidikannya masih tergolong rendah.
Bagaimana bisa mengikuti suatu
perkembangan jika yang sesuatu yang belum
berkembang saja menjadikan mutu
pendidikan kita yang masih rendah, berbagai
upaya yang dilakukan oleh pemerintah yang
ada diIndonesia untuk dapat menyelesaikan
permasalahan itu.
Adapun penerapan yang peningkatan
suatu mutu pendidikan di Indonesia yang
telah banyak dilakukan akan tetapi masih
belum dapat atau belum secara langsung
diberikan suatu efek yang perbaikan dalam
mutu tersebut. Sebagai beberapa upaya telah
dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang ada di
Indonesia salah satunya ialah suatu upya
dengan merubah dan memperbaiki
kurikulum atau beberapa proyek yang sangat
meningkat.
Dapat dilihat bahwa pemerintah telah
banyak menghabiskan suatu anggaran
dimana dalam dana yang membiayi suatu
proyek itu dengan upaya meningkatkan
suatu mutu pendidikan, akan tetapi tetap saja
tidak ada hasil yang menggembirakan dari
berbagai program tersebut dimana telah
dilaksanakan untuk peningkatan suatu mutu
pendidikan yang ada diIndonesia. Jika kita
melihat secara sederhana bahwa pendidikan
itu terdapat beberapa elemen, dimana elemn
pertama ialah suatu kurikulum pengarajan
yang seharusnya diajarkan kepada murid
dan harusnya diberikan suatu prioritas yang
seharusnya diterima diIndonesia. Kedua
ialah suatu tenaga dimana pendidikan
seorang guru hanya sekedar memberikan
sesuatu yang mencontohkan yang baik, tidak
sedikit seorang guru menjadi tennaga
pengajar dalam pendidikan. Ketiga dalam
pendidikan ialah diaman peserta didik
diberikan suatu motivasi dikarenakan
mereka harus belajar dan juga memotivasi
diperlukan untuk meningkatkan suatu minat
dalam belajar siswa.
Dapat disimpulkan bahwa
pendidikan memberikan suatu kemudahan
kepada suatu pengajar dan juga pendidikan
dalam memperbaiki suatu prasarana yang
dimana kita menghargai seorang guru yang
sangat sabar dalam menghadapi keluh kesal
seorang peserta didik itu sendiri.
Pendidikan merupakan faktor
utama dalam pembentukan pribadi manusia.
Pendidikan sangat berperan dalam
membentuk baik atau buruknya pribadi
manusia menurut ukuran normatif.
Menyadari akan hal tersebut, pemerintah
sangat serius menangani bidang pendidikan,
sebab dengan sistem pendidikan yang baik
diharapkan muncul generasi penerus bangsa
yang berkualitas dan mampu menyesuaikan
diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Reformasi pendidikan merupakan
respon terhadap perkembangan tuntutan
global sebagai suatu upaya untuk
mengadaptasikan sistem pendidikan yang
mampu mengembangkan sumber daya
manusia untuk memenuhi tuntutan zaman
yang sedang berkembang. Melalui reformasi
pendidikan, pendidikan harus berwawasan
masa depan yang memberikan jaminan bagi
perwujudan hak-hak azasi manusia untuk
mengembangkan seluruh potensi dan
prestasinya secara optimal guna
kesejahteraan hidup di masa depan.
Seiring perkembangan zaman yang
sangat cepat dan modern membuat dunia
pendidikan semakin penuh dengan
dinamika. Di Indonesia sendiri dinamika itu
tampak dari tidak henti-hentinya sejumlah
masalah yang melingkupi dunia pendidikan.
Merosotnya mutu pendidikan di
Indonesia secara umum dan mutu
pendidikan tinggi secara sfesifik dilihat dari
persfektif makro dapat disebabkan oleh
buruknya sistem pendidikan nasional dan
rendahnya sumber daya manusia (Hadis dan
Nurhayati, 2010:2). Pendidikan pada
5. dasarnya merupakan suatu usaha
pengembangan sumber daya manusia
(SDM), walaupun usaha pengembangan
SDM tidak hanya dilakukan melalui
pendidikan khususnya pendidikan formal
(sekolah). Tetapi sampai detik ini,
pendidikan masih dipandang sebagai sarana
dan wahana utama untuk pengembangan
SDM yang dilakukan dengan sistematis,
programatis, dan berjenjang.
Kemajuan pendidikan dapat dilihat
dari kemampuan dan kemauan dari
masyarakat untuk menangkap proses
informatisasi dan kemajuan teknologi.
Karena Proses informatisasi yang cepat
karena kemajuan teknologi semakin
membuat horizon kehidupan didunia
semakin meluas dan sekaligus semakin
mengerut. Hal ini berarti berbagai masalah
kehidupan manusia menjadi masalah global
atau setidak-tidaknya tidak dapat dilepaskan
dari pengaruh kejadian dibelahan bumi yang
lain, baik masalah politik, ekonomi ,
maupun sosial. 3 strategi meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia secara umum.
Ke-3 strategi tersebut antara lain:
1) Mengembangkan Kurikulum
Kurikulum adalah
instrumen pendidikan yang sangat
penting dan strategis dalam menata
pengalaman peserta didik, dalam
meletakkan landasan-landasan
pengetahuan, nilai, keterampilan,dan
keahlian, dan dalam membentuk
atribut kapasitas yang diperlukan
untuk menghadapi perubahan-
perubahan sosial yang terjadi. Saat
ini, memang telah dilakukan upaya-
upaya untuk semakin meningkatkan
relevansi kurikulum dengan
melakukan revisi dan uji coba
kurikulum berbasis kompetensi
(KBK). Kurikulum uji coba tersebut
didasarkan pada pendekatan yaitu:
(1) Pengasaan aspek kognitif dalam
bentuk kemampuan, (2) penguasaan
aspek afektif yang lebih
komprehensif, dan (3) penguasaan
aspek keterampilan dalam bentuk
kapasitas profesional. Kompetensi
itu hendaknya dapat membentuk
suatu kapasitas yang utuh dan
komprehensif sehingga tidak
diredusir menjadi keterampilan siap
pakai. Kompetensi yang dapat
dilakukan melalui tiga elemen dasar
yaitu basic, knowledge, skill
(intellectual skill, participation skill),
and disposition. Melalui proses
pembelajaran yang efektif, dari tiga
elemen dasar ini dapat dibentuk
kompetensi dan komitmen untuk
setiap keputusan yang diambil.
Kapasitas ini harus menjadi muatan
utama kurikulum dan menjadi
landasan bagi pengembangan proses
pembelajaran dalam rangka
pembentukan kompetensi.
2) Memperkuat Kapasitas Manajemen
Sekolah
Sekolah sebagai sebuah lembaga
terdepan dalam menjalankan
pengembangan mutu pendidikan
harus dapat memberikan kapasitas
yang tepat dalam menciptakan
lulusan yang baik, untuk itu
dibutuhkan model manajemen yang
tepat agar sekolah dapat menjalankan
fungsinya dengan baik.
Dewasa ini telah banyak
digunakan model-model dan prinsip-
prinsip manajemen modern terutama
dalam dunia bisnis untuk kemudian
diadopsi dalam dunia pendidikan.
Salah satu model yang diadopsi
dalam dunia pendidikan. Salah satu
model yang diadopsi adalah . Sekolah
sebagai sebuah lembaga terdepan
dalam menjalankan pengembangan
mutu pendidikan harus dapat
memberikan kapasitas yang tepat
dalam menciptakan lulusan yang
baik, untuk itu dibutuhkan model
manajemen yang tepat agar sekolah
dapat menjalankan fungsinya dengan
baik.
Dewasa ini telah banyak
digunakan model-model dan prinsip-
prinsip manajemen modern terutama
dalam dunia bisnis untuk kemudian
diadopsi dalam dunia pendidikan.
Salah satu model yang diadopsi
dalam dunia pendidikan. Salah satu
model yang diadopsi adalah School
Based Management. Dalam rangka
desentralisasi di bidang pendidikan,
model ini mulai dikembangkan untuk
diterapkan. Diproposisikan bahwa
manajemen berbasis sekolah (MBS):
(1) akan memperkuat rujukan
referensi nilai yang dianggap
strategis dalam arti memperkuat
relevansi, (2) memperkuat partisipasi
masyarakat dalam keseluruhan
Kegiatan pendidikan, (3)
memperkuat preferensi nilai pada
kemandirian dan kreativitas baik
individu maupun kelembagaan, dan
(4) memperkuat dan mempertinggi
kebermaknaan fungsi kelembagaan
sekolah. School Based Management.
Dalam rangka desentralisasi di
6. bidang pendidikan, model ini mulai
dikembangkan untuk diterapkan.
Diproposisikan bahwa manajemen
berbasis sekolah (MBS): (1) akan
memperkuat rujukan referensi nilai
yang dianggap strategis dalam arti
memperkuat relevansi, (2)
memperkuat partisipasi masyarakat
dalam keseluruhan Kegiatan
pendidikan, (3) memperkuat
preferensi nilai pada kemandirian dan
kreativitas baik individu maupun
kelembagaan, dan (4) memperkuat
dan mempertinggi kebermaknaan
fungsi kelembagaan sekolah.
3) Memperkuat Sumber Daya Tenaga
Kependidikan
Sebagai pelaksana, tenaga
kependidikan merupakan faktor yang
langsung berdekatan dengan objek
dari hasil pendidikan, maka perlu ada
pengembangan yang baik dan
dilakukan secara bekesinambungan.
Dalam jangka panjang, agenda utama
upaya memperkuat sumber daya
tenaga kependidikan ialah dengan
memperkuat sistem pendidikan dan
tenaga kependidikan yang memiliki
keahlian. Keahlian baru itu adalah
modal manusia (human investmen),
dan memerlukan perubahan dalam
sistem pembelajarannya.) Di abad ke-
21 perolehan keahlian itu
memerlukan perubahan dalam sistem
pembelajaran karena alasan: (1)
keahlian yang diperlukan untuk
mencapai keberhasilan akan semakin
tinggi dan berubah sangat cepat, (2)
Keahlian yang diperlukan sangat
tergantung pada teknlogi dan inovasi
baru, maka banyak dari keahlian itu
harus dikembangkan dan dilatih
melalui pelatihan dalam pekerjaan,
dan (3) kebutuhan akan keahlian itu
didasarkan pada keahlian individu.
Beberapa strategi yang dipaparkan di
atas, sesungguhnya mutu pendidikan
merupakan peran kita semua,
kesadaran dalam peningkatan mutu
pendidikan perlu dibangun secara
sadar dan berkesinambungan. Salam
sejahtera, tetap semangat membangun
pendidikan yang berkualitas.
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
kualitatif yang dimaksudkan untuk
menggambarkan dan menafsirkan keadaan yang
ada sekarang, berkenaan dengan kondisi atau
hubungan yang ada, yang menyangkut praktek-
praktek yang sedang berlangsung. Dalam
penelitian deskriptif kualitatif juga dimaksudkan
untuk mengungkapkan sudut pandang atau sikap
yang dimiliki, proses-proses yang berlangsung,
pengaruh-pengaruh yang dirasakan atau
kecenderungan-kecenderungan yang sedang
berkembang yang dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi empiris. Penelitian ini
difokuskan pada Manajemen Kurikulum Berbasis
Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan Mutu
Pendidikan (Studi Kasus Di Guslah I Kec. Beji
Kab. Pasuruan).
Penelitian kualitatif merupakan bentuk
riset yang bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan
induktif. Proses dan makna (perspektif subyek)
lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.
Metodologi kualitatif merupakan prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati. Jadi pendekatan
ini diarahkan pada latar dan individu secara
holystic (menyeluruh), tidak boleh
mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam
variabel atau hipotesis melainkan perlu
memandangnya sebagai bagian dari suatu
kesatuan (Moloeng, l997, p. 3).
3.2 Kerangka Pemikiran
Kerangka berfukir merupakan model
konseptual tentang bagaiman teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai masalah penting
(Sugiyono, 2009) Kerangka pemikiran adalah
alur pikir peneliti sebagai dasar-dasar
pemikiran untuk memperkuat sub fokus yang
menjadi latar belakang dari penelitian ini.
Didalam penelitian kualitatif, dibutuhkan
sebuah landasan yang mendasari penelitian
agar penelitian lebih terarah. Oleh karena itu
dibutuhkan kerangka pemikiran untuk
mengembangkan konteks dan konsep
penelitian lebih lanjut sehingga dapat
memperjelas konteks penelitian, metedologi,
serta penggunaan teori dalam penelitian.
Maksud dari kerangka berpikir sendiri adalah
supaya terbentuknya suatu alur penelitian yang
jelas dan dapat diterima secara akal (Sugiyono,
2017: 92).
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Profil Sekolah
Guslah I Kec. Beji Kab. Pasuruan
berlokasi di Kecamatan Beji Kabupaten
Pasururan. SDN Guslah I Kec. Beji terbentang
dengan luas di Kecamatan Beji. Letak wilayah
yang cukup strategis karena dilewati oleh jalan
lintas kabupaten yang menghubungkan
beberapa kota di Jawa Timur. Selain
menghubungkan antar kota, Jalan tersebut
7. juga menjadi jalan utama yang
menghubungkan antar kabupaten, Sehingga
dengan adanya jalan tersebut bisa menjadi
salah satu potensi untuk mengembangkan
desa, terutama perekonomian masyarakat.
4.2 Konsep Manajemen Kurikulum Berbasis
Pendidikan Karakter
Pembangunan karakter bangsa, tidak hanya
mengenalkan nilai-nilai sebagai basis nilai
(value basic) atau nilai inti (core value) bagi
karakter untuk berperilaku, tetapi hendaknya
meyakini bahwa nilai-nilai tersebut, dan
mampu serta berkomitmen menjadinya
membudaya (civilized) dan mempribadi
(personalized). Dalam hal demikian, maka
posisi Pendidikan Umum/Nilai-nilai menjadi
penting, karena tidak hanya bergulat dengan
penanaman dan pembudayaan nilai-nilai yang
menjadi basis dan inti karakter dalam
berperilaku, tetapi Pendidikan Umum/Nilai
fokus utamanya pada pribadi manusia,
khususnya pribadi peserta didik, yakni pada
upaya pengembangan individu dalam skala
yang luas.
Pendidikan karakter dapat
diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap
mata pelajaran. Materi pembelajaran yang
berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada
setiap mata pelajaran perlu dikembangkan,
dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks
kehidupan sehari-hari. Karena itu,
pembelajaran nilai-nilai karakter seharusnya
tidak hanya diberikan pada aras kognitif saja,
tetapi menyentuh pada internalisasi dan
pengamalan nyata dalam kehidupan peserta
didik sehari-hari di sekolah dan di masyarakat.
Pendidikan karakter menjadi sesuatu yang
penting untuk membentuk generasi yang
berkualitas.
Pada prinsipnya, pengembangan
kurikulum berbasis karakter bangsa tidak
dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi
terintegrasi ke dalam mata pelajaran,
pengembangan diri, dan budaya sekolah. Oleh
karena itu, guru dan sekolah perlu
mengintegrasikan nilai-nilai yang
dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), Silabus dan
Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang
sudah ada.
Prinsip pembelajaran yang digunakan
dalam pengembangan Kurikulum karakter
bangsa mengusahakan agar peserta didik
mengenal dan menerima nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa sebagai milik mereka dan
bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya melalui tahapan mengenal pilihan,
menilai pilihan, menentukan pendirian, dan
selanjutnya menjadikan suatu nilai sesuai
dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini,
peserta didik belajar melalui proses berpikir,
bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini
dimaksudkan untuk mengembangkan
kemampuan siswa dalam melakukan kegiatan
sosial dan mendorong siswa untuk melihat diri
sendiri sebagai makhluk sosial. Sebagaimana
hasil wawancara dengan Guru SDN Guslah I:
“Pendidikan karakter (character
education) sangat erat
hubungannya dengan pendidikan
moral dimana tujuannya adalah
untuk membentuk dan melatih
kemampuan individu secara terus-
menerus guna penyempurnaan diri
kearah hidup yang lebih baik di
Sekolah.” (I.P.01 A).
Materi pelajaran biasa digunakan sebagai
bahan atau media untuk mengembangkan nilai-
nilai budaya dan karakter bangsa. Oleh karena
itu, guru tidak perlu mengubah pokok bahasan
yang sudah ada, tetapi menggunakan materi
pokok bahasan itu untuk mengembangkan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Juga,
guru tidak harus mengembangkan proses
belajar khusus untuk mengembangkan nilai.
Suatu hal yang selalu harus diingat bahwa satu
aktivitas belajar dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan dalam ranah
kognitif, afektif, dan psiomotorik. Konsekuensi
dari prinsip ini, nilai-nilai budaya dan karakter
bangsa tidak ditanyakan dalam ulangan
ataupun ujian. Walaupun demikian, peserta
didik perlu mengetahui pengertian dari suatu
nilai yang sedang mereka tumbuhkan pada diri
mereka. Oleh karenanya kebutuhan pendidikan
karakter snagat diprioritasakan. Pendidikan
karakter diintegrasikan dalam pembelajaran
pada setiap mata pelajaran. Materi
pembelajaran yang berkaitan dengan norma
atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran perlu
implementasi dengan konteks kehidupan
sehari-hari. Sebagaimana Wawancara penulis
dengan salah satu Kepala Sekolah SDN Guslah
I Kec.Beji
“Pendidikan karakter merupakan salah
satu alat untuk membimbing
seseorang menjadi orang baik,
sehingga mampu memfilter
pengaruh yang tidak baik. Sehingga
adanya proses internalisasi
gagasan, nilai, dan seperangkat
pengetahuan dari satu generasi ke
generasi berikutnya”. (P.I.8.A)”
Kebijakan pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan mengenai
pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013
perlu disambut gembira dan didukung semua
pihak. Pendidikan karakter bukan hanya
penting, tetapi mutlak dilakukan oleh setiap
8. bangsa jika ingin menjadi bangsa yang
beradab. Banyak fakta membuktikan bahwa
bangsa-bangsa yang maju bukan disebabkan
bangsa tersebut memiliki sumber daya alam
yang berlimpah, melainkan bangsa yang
memiliki karakter unggul seperti kejujuran,
kerja keras, tanggung jawab dan lainnya.
4.1 Manajemen Kurikulum Berbasis
Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan
Mutu Pendidikan di Guslah I Kec. Beji Kab.
Pasuruan
Reformasi dalam dunia pendidikan
merupakan respon terhadap perkembangan
tuntutan global sebagai suatu upaya untuk
mengadaptasikan sistem pendidikan yang
mampu mengembangkan sumber daya
manusia untuk memenuhi tuntutan zaman
yang sedang berkembang. Melalui reformasi
pendidikan, pendidikan harus berwawasan
masa depan yang memberikan jaminan bagi
perwujudan hak-hak azasi manusia untuk
mengembangkan seluruh potensi dan
prestasinya secara optimal guna kesejahteraan
hidup di masa depan. Pendidikan pada
dasarnya merupakan suatu usaha
pengembangan sumber daya manusia (SDM),
walaupun usaha pengembangan SDM tidak
hanya dilakukan melalui pendidikan
khususnya pendidikan formal (sekolah).
Tetapi sampai detik ini, pendidikan masih
dipandang sebagai sarana dan wahana utama
untuk pengembangan SDM yang dilakukan
dengan sistematis, programatis, dan
berjenjang.
Paradigma pendidikan saat ini disadari
atau tidak telah mengalami suatu pergeseran
yaitu menuntut guru dilapangan harus
mempunyai syarat dan kompetensi untuk
dapat melakukan suatu perubahan dalam
melaksanakan proses pembelajaran dikelas.
Di Guslah I Kec. Beji, Guru dituntut lebih
kreatif, inovatif, tidak merasa sebagai teacher
center, menempatkan siswa tidak hanya
sebagai objek belajar tetapi juga sebagai
subjek belajar dan pada akhirnya bermuara
pada proses pembelajaran yang
menyenangkan, bergembira, dan demokratis
yang menghargai setiap pendapat sehingga
pada akhirnya substansi pembelajaran benar-
benar dihayati.
Implementasi pendekatan
konstruktivisme dalam pembelajaran
diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang
berpusat pada siswa (Student Center) . Guru
dituntut untuk menciptakan suasana belajar
sedemikian rupa , sehingga siswa bekerja
sama secara gotong royong (cooperative
learning). Untuk menciptakan situasi yang
diharapkan pada pernyataan diatas seorang
guru harus mempunyai syarat-syarat apa yang
diperlukan dalam mengajar dan membangun
pembelajaran siswa agar efektif dikelas, saling
bekerjasama dalam belajar sehingga tercipta
suasana yang menyenangkan dan saling
menghargai (demokratis), diantaranya :
(1).Guru harus lebih banyak menggunakan
metode pada waktu mengajar, variasi metode
mengakibatkan penyajian bahan lebih
menarik perhatian siswa, mudah diterima
siswa, sehingga kelas menjadi hidup, metode
pelajaran yang selalu sama( monoton ) akan
membosankan siswa. (2).Menumbuhkan
motivasi, hal ini sangat berperan pada
kemajuan , perkembangan siswa,.(3).
Selanjutnya melalui proses belajar, bila
motivasi guru tepat dan mengenai sasaran
akan meningkatkan kegiatan belajar, dengan
tujuan yang jelas maka siswa akan belajar
lebih tekum, giat dan lebih bersemangat. Saat
ini banyak guru yang telah melaksanakan
teori konstruktivisme dalam pembelajaran di
kelas, kenyataan dilapangan kita sudah
banyak menjumpai guru yang dalam mengajar
tidak hanya melaksanakan kewajiban.
Sebagaimana yang dikemukaaknoleh
salah satu Guru Guslah I Beji, bahwa:
“Guru sudah menggunkan strategi,
metode dalam mengajar, agar
pembelajaran dapat berlangsung dengan
efektif. Disisi lain bahwa pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar dimana
pengajar masih memegang peran yang
sangat dominan, pengajar tidak hanya
banyak ceramah (telling
method), namun juga membantu
pengembangan aktivitas murid”
Dari berbagai kemajuan dan beberapa
permasalahan yang ada di lapangan, sekolah
dalam hal ini kepala sekolah, guru dan
stakeloders mempunyai tanggung jawab
terhadap peningkatan mutu pembelajaran di
sekolah terutama guru sebagai ujung tombak
terdepan dalam peningkatan mutu pendidikan
dalam hal ini peembelajaran di kelas karena
bersentuhan langsung dengan siswa dalam
proses pembelajaran.
Guru mempunyai tugas dan tanggung
jawab yang sangat berat terhadap kemajuan
dan peningkatan kompetensi siswa , dimana
hasilnya akan terlihat dari jumlah siswa yang
mencapai ketuntasan pada indicator
pencapaian, tuntas pada kompetensi dasar
serta tuntas pada sutandar kompetensi yang
telah di tetapkan dalam strandar ini
(permendiknas no.22/2006), dan pada
akhirnya akan terlihat pada lulus dan tidak
9. lulus siswa pada nilia akhir Ujian Nasional
.dengan demikian tangung jawab peningkatan
mutu pendidikan di sekolah , selalu
dibebankan kepada guru.
Teknologi pembelajaran sudah
sangat berkembang dan maju, guru masih
dipandang sebagai diterminan faktor dalam
menentukan keberhasilan pembelajaran siswa.
Peran guru sebagai fasilitator, inspirator,
motivator, dan mitra siswa dalam belajar
masih belum atau tidak akan pernah bisa
tergantikan dengan teknologi. Selain itu, guru
juga diklaim berperan mengendalikan
efektivitas implementasi kebijakan
peningkatan mutu, inovasi, dan demokratisasi.
Banyak temuan menunjukkan adanya
hubungan kuat antara apa yang dilakukan guru
dan tingkat keberhasilan siswa dalam belajar.
Memaksimalkan peran guru dengan
memperkuat kemampuan profesional,
pedagogis, dan teknologi terkait dengan
pembelajaran, seharusnya menjadi prioritas
kebijakan dan program nasional pendidikan.
Sayangnya, keberhasilan pengelolaan mutu
pendidikan masih dilihat sebatas hasil/skor
agregat siswa pada ujian berskala nasional
sehingga perkembangan dan kemajuan
individual siswa dalam belajar dan efektivitas
guru dalam mengajar belum mendapatkan
perhatian maksimal. Keterbatasan
pemahaman makna kualitas pendidikan dapat
mereduksi makna pendidikan dan proses
pendidikan.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
4.1 Konsep Manajemen Kurikulum Berbasis
Pendidikan Karakter
1) Konsep Manajemen Kurikulum
Berbasis Pendidikan Karakter adalah
Kurikulum sekolah yang mengandung
nilai-nilai sebagai basis nilai (value
basic) atau nilai inti (core value),
membudaya (civilized) dan mempribadi
(personalized).
2) Pendidikan karakter diintegrasikan
dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran. yang berkaitan dengan norma
atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan,
dieksplisitkan, dikaitkan dengan
konteks kehidupan sehari-hari.
3) Pembelajaran nilai-nilai karakter
diberikan pada aras kognitif, afektif dan
psiomotorik yaitu menyentuh pada
internalisasi dan pengamalan nyata
dalam kehidupan peserta didik sehari-
hari di sekolah dan di masyarakat untuk
membentuk generasi yang berkualitas.
4.2 Manajemen Kurikulum Berbasis Pendidikan
Karakter di Guslah I Kec. Beji Kab.
Pasuruan
1) Dalam manajemen kurikulum di Sekolah
SDN Guslah I Kec. Beji pendidikan
karakter masuk dalam nilai-nilai dasar
perangkat pembelajaran. Pendidikan
karakter perlu ditanamkan pada anak
usia Sekolah Dasar karena untuk
membentuk pribadi siswa agar memiliki
nilai-nilai luhur bangsa dan dapat
menjadi warga negara yang baik.
2) Pendidikan karakter memiliki misi penting
dalam menciptakan siswa berbudi
pekerti yang luhur. Guru dapat
mengembangkan materi berbasis
kearifan lokal dengan berbagai kegiatan
pembelajaran yang menarik yang
diharapkan dapat mengembangkan
karakter siswa seperti karakter kerja
sama, toleransi, dan sikap peduli.
3). Dalam penyusunan kurikulum di SDN
Guslah I Kec. Beji ini berlandaskan nilai-
nilai yang ada dalam pendidikan
karakter, moralitas dan perilaku, karena
hal ini merupakan aspek penting dalam
mengembangkan ranah afektif,
khususnya bagi anak usia Sekolah Dasar.
4.3 Manajemen Kurikulum Berbasis
Pendidikan Karakter Untuk Meningkatkan
Mutu Pendidikan di Guslah I Kec. Beji Kab.
Pasuruan
1) Program prioritas sekolah dalam
melaksanakan manajemen sekolah
adalah perubahan kurikulum dan
pengajaran, tenaga kependidikan,
siswa, sarana dan prasarana
pendidikan, dan manajemen hubungan
sekolah - masyarakat dan pelayanan
khusus lembaga pendidikan.
2) Manajemen Kurikulum Berbasis
pendidikan karakter untuk
meningkatkan mutu pendidikan di
Guslah I Kec. Beji Kab. Pasuruan.
menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan, melalui usaha
mempersiapkan peserta didik untuk
terjun kelingkungan masyarakat dan
memberikan bekal pengetahuan,
keterampilan serta nilai-nilai untuk
hidup, demi peningkatan mutu
pendidikan.
3) Penyusunan kurikulum membutuhkan
landasan-landasan yang kuat, yang
didasarkan pada hasil-hasil pemikiran
dan penelitian yang mendalam,
penyususnan tersebut untuk
mewujudkan tujuan pendidikan
10. nasional dengan memperhatikan tahap
perkembangan peserta didik dan
kesesuaiannya dengan lingkungan
serta kebutuhan pembangunan
Nasional.
6.1 Saran
1. Dalam penyusunan kurikulum harus
memperhatikan tingkat pendidikan dan
jenis pendidikan yang terdapat pada
kurikulum. Tingkat pendidikan dibedakan
menjadi pendidikan dasar, pendidikan
menengah dan pendidikan tinggi. Setiap
jenis dan jenjang pendidikan tersebut
mempunyai tujuan berbeda satu sama lain
akan tetapi harus mencerminkan adanya
kesinambungan dari ketiganya.
2. Suatu lembaga pendidikan memerlukan hal
lain didalam ruang lingkup kurikulum,
yaitu pengembangan terhadap kurikulum
tersebut. hal ini meman diperlukan
pengembangan guna mengikuti
perkembangan dunia pendidikan yang ikut
berlari mengikuti perkembangan IPTEK.
Manajemen kurikulum sangat diperlukan
untuk merespon perkembangan IPTEK,
perubahan sosial diluar sistem pendidikan,
pemenuhan kebutuhan siswa, kemajuan-
kemajuan dalam pendidikan, dan
perubahan sistem pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Alen Marlis, (2010). Manfaat Pendidikan Karakter
bagi Guru Untuk. Membangun
Peradaban Bangsa. Dikutip dari
http://alenmarlis.com
Abdul Hadis dan Nurhayati, (2010), Manajemen
Mutu Pendidikan. Bandung:
Alfabetha.
Abin Syamsudin Makmun, (1999). Pemberdayaan
Sistem Perencanaan dan
Manajemen Berbasis Sekolah
Menuju Kearah Peningkatan
Kualitas Kerja Pendidikan Yang
Diharapkan. Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan UPI.
Bandung.
Anas, Sudijono. (1996). Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Azwar, S. (2008). Sikap manusia: Teori dan
pengukurannya (ed.4).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daft, Richard L. and Marcic, Dorothy. (2013).
Understanding Management. 8th
Edition. South-Western Cengage
Learning.
Depdiknas. (2006). Permendiknas no 22 tahun
2006 tentang Standar Isi. Jakarta:
Depdiknas.
Dun Steinhoff, John F. Burgess. (1993). Small
Business Management
Fundamentals 6: New York.
Megraw Hill.Inc
Hersey, Paul dan Kenneth. H. Blanchard,
Manajemen Perilaku Organisasi
: Pendayungan Sumber Daya
Manusia, Terjemahan Agus
Dharma,. Erlangga
Hamid Hasan, S. (2008). Evaluasi Kurikulum.
Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Hisrich, Peters. (1998). Entrepreneurship, fourth
edition. New York, USA: Mc
Graw Hill inc
Kuchapski dalam Arismunandar. (2005).
Manajemen Pendidikan Peluang
dan Tantangan. Cet. I. Makassar:
Badan Penerbit Universitas
Negeri Makassar
Mondy R, Wayne & Shane R. Premeaux, (1995),
Management, Seventh Edition.
New Jersey: Prentice Hll.Inc.
Mastuhu, Dinamika sistem pendidikan pesantren,
suatu kajian tentang unsur dan
nilai sistem pendidikan
pesantren, Jakarta: INIS, 1994.
Moleong, Steven. (1999).Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Moleong, j, Lexy. (2006). Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja.
Rosdakarya
Moleong, (1994), Metode Penelitian Kualitatif,
Bandung: PT Remaja.
Rosdakarya
Nasution, (1996), Manajemen Transportasi, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Sugiyono.(2006).Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R &.
D.Bandung:Alfabeta.
Schwartz SI, Shires GT, Spencer FC, Daly JM,
Fischer JE, Galloway AC. (1999)
Principles of Surgery. United
States of America : McGraw-Hill
companies.
Tilaar. (2006). Standarisasi Pendidikan Nasional:
Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Terry, George. R. (1973). The Principles of
Management. Illionis.