SlideShare a Scribd company logo
1 of 35
MAKALAH
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
“POTRET BURAM ANAK BANGSA”
Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengajar : Bapak Hairus, SH., MH.
Disusun oleh :
KELOMPOK 6
1. FAISAL APRILLIAWAN (1641720004)
2. KRIS WIDYO FEBYANTI (1641720006)
3. MUHAMMAD DIO SYAHRIZAL (1641720039)
4. RYAN REVANTARA YUDA (1641720014)
JURUSAN TEKNOLOGIINFORMASI PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK
INFORMATIKA
POLITEKNIK NEGERI MALANG
2017
1 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
Kata Pengantar
Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho Allah
SWT, karena tanpa Rahmat & Ridho-Nya, kita tidak dapat menyelesaikan mekalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Hairus, SH., MH. selaku
dosen pengampu kewarganegaraan yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang
selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan
makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan potret buram anak bangsa.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen.
Demi tercapainya makalah yang sempurna.
Malang, 05 Juni 2017
2 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..........................................................................................................................1
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................4
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ......................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................5
A. DEFINISI.........................................................................................................................5
a. Anak.............................................................................................................................5
b. Bangsa ........................................................................................................................5
c. Moral............................................................................................................................6
d. Pendidikan...................................................................................................................6
e. Peran anak bangsa bagi sebuah bangsa...................................................................6
B. KONDISI ANAK BANGSA DARI SEGI MORAL.............................................................8
C. KONDISI ANAK BANGSA DARI SEGI PENDIDIKAN................................................10
D. PERBEDAAN ANAK REMAJA ZAMAN DULU DAN ZAMAN SEKARANG...............11
E. PERSAMAAN ANAK REMAJA ZAMAN DULU DAN ZAMAN SEKARANG................12
a. Perubahan Fisik dan Mental .....................................................................................12
b. Faktor Lingkungan ....................................................................................................13
c. Karakteristik Remaja Zaman Dulu dan Zaman Sekarang........................................17
d. Kebudayaan Remaja Zaman Dulu............................................................................18
e. Kebudayaan Remaja Zaman Sekarang ...................................................................19
f. Faktor Pendidikan .....................................................................................................19
F. PEMICU ........................................................................................................................24
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia ....24
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya moral dan etika generasi muda...25
G. POTRET BURAM......................................................................................................28
a. Betapa Rusaknya Moral Anak Bangsa Sekarang ....................................................28
b. Rendahnya Kualitas Pendidikan...............................................................................29
H. SOLUSI.........................................................................................................................31
BAB III......................................................................................................................................33
a. Kesimpulan ...................................................................................................................33
b. Saran.............................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................34
3 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dahulu Indonesia dikenal sebagai negara yang ramah, berpenduduk
penuh etika dan sopan santun. Masyarakat masih menjunjung tinggi tata krama
dalam pergaulan sebagaimana anak bersikap kepada orang yang lebih tua
maupun hubungan antar teman.
Namun seiring laju perkembangan zaman dan perubahan cepat dalam
teknologi informasi telah merubah sebagian besar masyarakat dunia terutama
remaja. Sebagaimana telah diketahui dengan adanya kemajuan informasi di
satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya media yang membahas
seputar masalah dan kebutuhan mereka. Dengan adanya hal tersebut, media
telah menyumbang peran besar dalam pembentukan budaya dan gaya hidup
yang akan mempengaruhi moral remaja. Namun sebagian besar media ini
membawa dampak negatif khususnya bagi remaja yang notabenenya lebih
banyak menggunakan. Berbagai masalah yang muncul tak terkendali, generasi
muda terpelajar baik pelajar maupun mahasiswa harapan bangsa tawuran
antara sesama bagaikan lawan yang abadi. Oleh karena itu generasi muda
memerlukan perbaikan yang lebih melalui membangun pendidikan karakter.
Hilangnya moral para remaja adalah suatu hal yang telah banyak
disaksikan di seluruh pelosok bumi nusantara, termasuk di Indonesia. Moral
remaja yang telah hilang termasuk dalam kenakalan remaja. Yaitu masalah
yang telah mengancam bangsa ini.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini
dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks
Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari
peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang
menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin
menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102
(1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC),
kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di
Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The
World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang
rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di
dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya
berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara
di dunia.
Remaja yang seharusnya menjadi tumpuhan masa depan bangsa tidak
lagi dapat diharapkan. Walaupun tidak sedikit juga para remaja yang telah
banyak menulis tinta emas dalam sejarah bangsa di dunia Internasional.
Namun tidak sedikit juga para remaja ini yang salah jalan. Mereka bahkan tidak
sadar akan keberadaannya dan siapa dirinya sendiri.
4 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kondisi Anak Bangsa Pada Saat Ini.
2. Bagaimana Perbedaan Remaja Zaman Dahulu dan Zaman Sekarang.
3. Bagaimana Solusi Yang Dapat DiberikanDari Permasalahan-permasalahan
Pemicunya.
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka tujuan penulisan
adalah untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi generasi
bangsa yang dillihat dari segi moralitas dan pendidikan.
2. Manfaat
Dari penulisan ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa
penambahan pengetahuan serta wawasan penulis kepada pembaca
tentang keadaan generasi bangsa sekarang ini sehingga kita dapat mencari
solusinya secara bersama agar generasi bangsa di masa yang akan datang
dapat lebih baik lagi kedepannya.
5 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
a. Anak
Menurut The Minimum Age Convention Nomor 138 tahun 1973,
pengertian tentang anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke
bawah. Sebaliknya , dalam Convention on The Right Of the Child tahun
1989 yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor
39 Tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18
tahun ke bawah.
Sementara itu, UNICEF mendefenisikan anak sebagai penduduk
yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun. Undang-Undang RI
Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, menyebutkan bahwa
anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah.
Sedangkan Undang-undang Perkawinan menetapkan batas usia 16
tahun (Huraerah, 2006: 19).
Maka, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak
terletak pada skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai
batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan
usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi dan kematangan
mental seseorang yang umumnya dicapai setelah seseorang melampaui
usia 21 tahun.
Menurut Undang–undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan
anak, hak anak adalah bagiandari hak asasi manusia yang wajib dijamin,
dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua, masyarakat, pemerintah dan
negara.
b. Bangsa
Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap Nasional
memiliki identitas bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, agama,
ideologi, budaya, dan sejarah. Mereka umumnya dianggap memiliki asal
usul keturunan yang sama.
Definisi bangsa menurut para ahli :
a. Menurut Ernest Renan (Perancis)
Bangsa adalah sekelompok manusia yang berada dalam
suatu ikatan batin yang dipersatukan karena memiliki persamaan
sejarah, serta cita-cita yang sama.
b. Menurut Otto Bauer (Jerman)
Bangsa merupakan sekelompok manusia yang memiliki
persamaan karakter karena persamaan nasib dan pengalaman
sejarah budaya yang tumbuh berkembang bersama dengan
tumbuh kembangnya bangsa.
c. Menurut Ben Anderson
Bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan
dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat.
d. Menurut Hans Kohn
Bangsa itu terjadi karena adanya persamaan ras, bahasa,
adat istiadat dan Agama yang menjadi pembeda antara bangsa
satu dan bangsa lain.
6 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
c. Moral
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke
manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif.
Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak
bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya.
Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia.
Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan
proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan
proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit
karena banyak orang yang memiliki moral atau sikapamoral itu dari sudut
pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-
sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh
sesamanya.
Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat
secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan
masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan
seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan
seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat
tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan
masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu
juga sebaliknya.
Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya
memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai
yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.
d. Pendidikan
Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan
kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek
formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap
pendidikan.
Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah,
sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi,
universitas atau magang.
Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah.
Pada tingkat global, Pasal 13 PBB 1966 Kovenan Internasional tentang
Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang atas
pendidikan.
Meskipun pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai
usia tertentu, bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak
dilakukan, dan sebagiankecil orang tua memilih untuk pendidikan home-
schooling, e-learning atau yang serupa untuk anak-anak mereka.
e. Peran anak bangsa bagi sebuah bangsa
Muda adalah seseorang yang secara fisik mengalami
perkembangan secara psikis dan mengalami perkembangan secara
emosional. Sehingga pemuda ialah sumber daya manusia jangka
panjang sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan
7 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
generasi saat ini. WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa
seseorang yang dikatakan muda adalah bagi mereka yang berusia 10-
24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut dengan "adolescenea"
atau remaja.
Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang
Kepemudaan. Definisi Pemuda adalah mereka yang berusia 18 hingga
35 Tahun. Usia muda merupakan masa perkembangan secara biologis
dan psikologis. Selain itu, pemuda juga selalu memiliki aspirasi yang
berbeda dengan aspirasi masyarakat pada umumnya. Dalam makna
positif aspirasi yang berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu
yang kreatif dan inovatif.
Menurut Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia Abipryadi
Riyanto menyatakan bahwa populasi penduduk Indonesia berada di usia
produktif yaitu pada umur 15-64 Tahun, merupakan modal besar bagi
perekenomoan nasional. selain itu juga, Penduduk dengan usia 15-64
tahun jumlahnya mencapai 60% dari total penduduk nasional yang
mencapai 240 juta orang. Angka ini, hanya Indonesia yang memiliki
populasi yang produktif hingga tahun 2030. Bila dibandingkan dengan
China, yang hanya memiliki penduduk produktif sampai tahun 2015. Ini
karena adanya kebijakan satu anak (one child policy). Namun, pada 1
Januari 2016. Pemerintah Tiongkok resmi mengizinkan pasangan-
pasangan di China untuk memiliki dua anak.
Pada dasarnya kebijakan yang sebelumnya dilakukan oleh
pemerintahan China pada saat memberlakukan one child policy,
memang mampu mengalami perbaikan dalam taraf hidup, menurut
pemerintah China dengan adanya kebijakan One Child Policy upaya ini
telah berhasil mengurangi angka kelahirahan hingga 400 juta jiwa
selama pelaksanaannya.
Dengan adanya keuntungan populasi penduduk Indonesia dengan
Usia Produktif yang mencapai 240 Juta Orang dari total penduduk
Nasional. seharusnya generasi muda di Indonesia mampu menjadikan
negara Indonesia menjadi lebih baik dibanding negara lain, karena
negara kita memiliki usia produktif yang lebih unggul. Hanya saja dengan
lebih banyaknya jumlah kaum muda harus disertai dengan
pengembangan potensi khusus untuk kaum muda Indonesia agar
mampu menyaingi kaum muda dari berbagai negara lainnya.
Seperti kita ketahui bahwa generasi muda adalah salah satu
komponen yang perlu dilibatkan dalam pembangunan baik secara
nasional maupun di daerah, karena memiliki sumber daya manusia yang
potensial yang mendukung keberhasilan pembangunan daerah,
mengapa demikian? karena generasi muda memiliki Fisik yang kuat,
pengetahuan baru, inovatif dan tingkat kreatif yang dapat digunakan
untuk membangun daerah dan secara umum dapat membangun Negara
Indonesia di masa yang akan datang.
Dalam mempersiapkan dan memberdayakan generasi muda agar
mampu berperan sebagai pelaku aktif dalam pembangunan, tidak
terlepas dari berbagai tantangan yang akan dihadapi, diantaranya :
Permasalahan sosial yang dilakukan generasi muda seperti
melakukan tindak kriminalitas, kekerasan, penyalahgunaan
menggunakan narkotika, minuman keras adalah Permasalahan sosial
8 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
yang hingga saat ini masih menjadi musuh terbesar dari generasi bangsa
ini. Menciptakan generasi penurus yang disiplindan terhindar dari segala
macam bentuk permasalahan sosial adalah tugas bersama yang harus
dilakukan baik itu dari orangtua dirumah (internal) maupun sekolah
(Eksternal). Serta peran dari pemerintahan yang harus turut andil untuk
menjauhkan anak bangsa dari permasalahan penyimpangan sosial.
Permasalahan lainnya dalam hal ketahanan budaya dan kepribadian
yang saat ini tidak bisa dihindarkan, dimana adanya budaya luar yang
dapat mempengaruhi pola berpikir dan berprilaku generasi muda yang
sudah tersebar malalui kemajuan teknologi komunikasi, dan juga
derasnya arus informasi global yang berdampak pada penetrasi budaya
asing.
Akibat pengaruh budaya luar negeri, generasi muda jadi kurang
berkembang kemandiriannya, kreativitas serta produktivitas. Sehingga
generasi muda kurang dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan
yang sesuai dengan karakter Indonesia yakni gotong-royong dan
semangat dalam membangun bangsa sebagaimana dicontohkan
pemuda (anak bangsa) ketika berjuangan mempertahankan
kemerdekaan.
Perlawanan saat ini terhadap derasnya kemajuan teknologi serta
masuknya budaya luar ke dalam negeri ini bukan berarti harus diperangi
dalam arti mengangkat senjata akan tetapi kita (sebagai generasi
bangsa) harus mampu lebih mencintai negeri ini dan tidak terpengaruh
secara berlebihan terhadap budaya asing.
B. KONDISI ANAK BANGSA DARI SEGI MORAL
Moralitas merupakan suatu
fenomena manusiawi yang universal,
menjadi ciri yang membedakan manusia
dari binatang. Pada binatang tidak ada
kesadaran tentang baik dan buruk, yang
boleh dan yang dilarang, yang harus dan
yang tidak pantas dilakukan baik
keharusan alamiah maupun keharusan
moral. Keharusan alamiah terjadi dengan
sendirinya sesuai hukum alam.
Sedangkan, keharusan moral bahwa
hukum yang mewajibkan manusia
melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Orang yang memiliki kepribadian
dan budi pekerti yang baik akan tercermin dari setiap tindak-tanduknya. Ia selalu
mematuhi norma (aturan) yang berlaku di lingkungan masyarakat dimana ia
tinggal. Dengan demikian, moral adalah ajaran atau pedoman yang dijadikan
landasan untuk bertingkah laku dalam kehidupan agar menjadi manusia yang
baik dan beraklak mulia.
Akan tetapi saat ini bangsa Indonesia tengah mengalami gejolak
sehubungan dengan kemerosotan moral dari generasi muda Indonesia.
Perkembangan informasi dan teknologi yang begitu cepat dan dengan mudah
diakses baik melalui jaringan internet atau media cetak. Sehingga setiap waktu
kejahatan akan terlihat secara kasat mata maupun tersembunyi. Hal utama
Keterangan : (Seorang siswa sedang merokok)
9 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
yang harus menjadi perhatian bagi bangsa ini adalah secara tidak langsung
tengah terjadi penjajahan moral terhadap generasi muda kita.
Coba kita lihat banyak anak putus sekolah, perkosaan dimana-mana,
Guru memperkosa anak didik, orang tua memperkosa anak kandung, dan
banyak lagi yang bisa kita tuliskan di sini, itu semua berdampak buruk terhadap
psikologi anak. Untuk itu saya mengajak guru dan para pembaca tulisan ini,
untuk mendidik anak kita agar terhindar dari krisis moral, dan khusus untuk para
guru, selain mengajar bidang study seorang guru dapat memberikan nasehat
bagi anak murid didiknya.
Pada hakikatnya terjadinya krisis moral jauh lebih berbahaya daripada
krisis lainya karena krisis moral akan melumpuhkan segala aspek/sendi dalam
kehidupan bermasyarakat/bernegara. Penyebab Utamanya adalah mereka
tidak memiliki Ideologi yang bagus dalam penerapanya. Sebenarnya Bangsa
Indonesia memiliki Ideologi yang luhur yaitu Pancasila. Akan tetapi Ideologi ini
sekarang tidak dijalankan secara murni dan konsekuen sehingga yang terjadi
adalah keserakahan dan kekacauan dimana mana. Jadi segala tindakannya
tidak menyentuh Asas Ketuhan, Kemanusian, Persatuan, Kerakyatan dan
Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Jika diamati secara umum, maka ada tujuh masalah utama moral bangsa
diantaranya.
1. Hilangnya Kejujuran
Berdasarkan laporan hasil investigasi sebuah lembaga survei
dinyatakan bahwa korupsi menyebar merata di wilayah negara ini, dari
Aceh hingga Papua. Karena itu dari tahun ke tahun posisi Indonesia
sebagai negara terkorup selalu menduduki peringkat 10 besar dunia
dalam indeks persepsi korupsi (CPI) menurut data dari Transperenscy
International.
2. Hilangnya Rasa Tanggung Jawab
Sebelum bendungan Situ Gintung jebol, Kompas 28 Juli 2008
memberitakan bahwa sebanyak 50 bendungan dari total 106 dinyatakan
rusak. Rusaknya infrastruktur pengairan ini menurut penelitian
disebabkan perawatan operasional bangunan yang kurang memadai.
Masalah seperti ini terjadi juga pada infrastruktur lainnya seperti
banyaknya gedung yang hampir roboh. Kasus lain adalah rusaknya
beberapa ruas rel kereta api yang diakibatkan besi baja rel kereta diambil
oleh oknum. Berita-berita tersebut merupakan cermin bahwa telah terjadi
penurunan moral tanggung jawab di masyarakat yang dapat berakibat
fatal bagi keselamatan masyarakat.
3. Tidak Berpikir Jauh ke Depan (Visioner)
Eksploitasi alam adalah salah satu bentuk dari produk berpikir jangka
pendek. Sebagai contoh, pembalakan hutan mencapai 0,6-1,3 juta
ha/tahun (Abdoellah, 1999), bahkan angka tersebut diperkirakan telah
melonjak menjadi 1,3–2 juta ha/tahun (KMNLH, 2002). Akibat dari
berbagai eksploitasi alam telah menimbulkan berbagai bencana. Dalam
kurun waktu 2006-2007 bencana ekologis (banjir, longsor, gagal panen,
gagal tanam, kebakaran hutan) tercatat 840 kejadian bencana.
4. Rendahnya Disiplin
Pada Sabtu, 9 Februari 2008 Suara Karya memberitakan bahwa ribuan
pegawai negeri sipil (PNS) di DKI Jakarta dan berbagai daerah nekat tidak
masuk kerja alias mangkir pada hari pascalibur Imlek 2559 (8/2). Kasus
10 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
mangkir, selalu terjadi setiap hari kejepit atau pascalibur (cuti) nasional.
Disebutkan bahwa meski ada aturan PP No.30/1980 yang menyatakan
bahwa ada tiga tingkatan pemberian sanksi kepada PNS dari mulai
hukuman disiplin ringan, sedang, dan berat, namun budaya mangkir ini
masih kental di kalangan pegawai negeri. Hal ini merupakan cermin
karakter bangsa yang mengabaikan budaya disiplin.
5. Kriris Kerjasama
Terjadinya perpecahan dan benturan di antara komponen masyarakat
menunjukkan bahwa bangsa ini sedang mengalami krisis persatuan dan
melunturnya budaya kerjasama. Demikian juga dengan jumlah kasus
tawuran di antara mahasiswa dan pelajar yang cenderung meningkat.
6. Krisis Keadilan
Partnership for Governance Reform pada 2002 menempatkan lembaga
peradilan di Indonesia menempati peringkat lembaga terkorup menurut
persepsi masyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan laporan Komisi
Ombudsman Nasional (KON) tahun 2002, bahwa berdasarkan
pengaduan masyarakat menyebutkan penyimpangan di lembaga
peradilan menempati urutan tertinggi.
7. Krisis Kepedulian
Media masa beberapa waktu yang lalu melaporkan adanya beberapa
warga masyarakat yang meninggal akibat kelaparan. Berita ini
menunjukan bahwa kepedulian juga telah menipis dalam kehidupan
masyarakat.
Jika kita melihat potret kehidupan bangsa saat ini, maka jelas terlihat
bahwa masalah moral sesungguhnya merupakan hal yang tidak kalah
penting dibanding masalah ekonomi. Jika hal itu dibiarkan, akan
mengancam masa depan bangsa. Namun sayang, masalah moral ini
kerap terpinggirkan dari agenda dan rencana para calon pemimpin
bangsa.
C. KONDISI ANAK BANGSA DARI SEGI PENDIDIKAN
Seperti yang telah kita
ketahui, kualitas pendidikan di
Indonesia semakin memburuk.
Hal ini terbukti dari kualitas guru,
sarana belajar, dan murid-
muridnya. Guru-guru tentuya
punya harapan terpendam yang
tidak dapat mereka sampaikan
kepada siswanya. Memang, guru-
guru saat ini kurang kompeten.
Banyak orang yang menjadi guru
karena tidak diterima di jurusan
lain atau kekurangan dana.
Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi
guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman
yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji
guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di
Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang
pensiun.
Keterangan : Kondisi memprihatinkan sebuah kelas yang
sedang berlangsung proses belajar
11 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya
pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang.
Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah
ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak
masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti
kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.
“Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung
Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).
Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesi a,
antara lain yaitu:
1. Meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati
pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka partisipasi.
2. Menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti
ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender.
3. Meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru
dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian
nasional.
4. Pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang
kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga
siap pakai yang dibutuhkan.
5. Pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah
jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah.
6. Pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan. Untuk tahun ini
dianggarkan Rp 44 triliun.
7. Penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.
8. Pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas
penddikan.
D. PERBEDAAN ANAK REMAJA ZAMAN DULU DAN ZAMAN SEKARANG
Masa remaja mengalami rentang waktu sekitar 10 tahun, yang terbagi
dalam tiga fase berikut ini:
1. Remaja awal (10-13 tahun).
2. Remaja tengah (14-17 tahun).
3. Remaja akhir (18-21 tahun).
Dalam sebuah survei terhadap 27.000 orang yang berusia 12 -- 19 tahun
dari seluruh dunia, ditemukan bahwa generasi remaja masa kini dicirikan oleh
beberapa hal:
1. Sangat berpusat pada diri sendiri dan ingin memuaskan keinginannya
tanpa pikir panjang. Mereka terbiasa dengan musik keras, tato, dll.
Mereka kurang dalam hal kepemimpinan, inisiatif, motivasi, dan
komitmen. Bunuh diri yang banyak terjadi pada generasi ini
menjadialasan yang diambil saat mereka mengalami situasi sulit.
2. Mereka percaya bahwa kesuksesan tergantung pada diri mereka sendiri.
Mencari kerja yang baik menjadi prioritas mereka.
3. Dalam kehidupan yang sangat sulit, mereka merindukan keluarga
sebagai tempat menghadapi kesulitan hidup.
12 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
4. Mereka membutuhkan identifikasi pada kebutuhan pasar, seperti
memakai sepatu atlet terkenal, minum Coca-Cola, dll..
5. Remaja sekarang terbiasa berbelanja. Mereka membeli barang yang
mereka inginkan, bukan yang dibutuhkan. Ironisnya, contoh ini mereka
dapatkan dari orang tua dan pengaruh iklan yang luar biasa.
6. Mereka sangat senang melakukan perjalanan dan petualangan,
termasuk menjelajah lewat internet.
7. Mereka senang mengoleksi CD, menonton televisi, "chatting", dll..
Akhirnya, kecanduan media. Di sisi lain, mereka adalah generasi yang
sangat rindu untuk bisahidup senang dan bahagia.
E. PERSAMAAN ANAK REMAJA ZAMAN DULU DAN ZAMAN SEKARANG
a. Perubahan Fisik dan Mental
Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, yang dicirikan dengan
Penambahan berat, perubahan konfigurasi anggota-anggota tubuh
(mulai serasi dan pas), mematangnya organ-organ reproduksi, dan
tumbuhnya tanda-tanda seksual sekunder seperti kumis dan jenggot
pada pria, dan buah dada pada wanita.
Perubahan-perubahan hormonal ini diiringi dengan
bertambahnya kepekaan perasaan remaja (lebih moody), meningginya
rasa tertarik pada lawan jenis, dan meningkatnya level agresi (ingin atau
senang berkelahi).
Remaja putri yang matang lebih awal akan mengalami stres yang
bertambah. Kalau dia terlihat gemuk, akan mengundang komentar dari
teman-temannya dan mengganggu dirinya. Akibatnya, dia cenderung
bergaul dengan kawan yang berusia di atasnya. Hal ini memperbesar
kemungkinan ia akan merokok, minum alkohol, menggunakan obat
terlarang, dan terlibat hubungan seks. Ia juga sering menghadapi konflik
dengan orang tua. Hal ini membuatnya enggan bertanya pada orang tua.
Pada masa ini, teman prianya mulai tertarik padanya. Padahal, ia belum
siap menghadapi tekanan-tekanan ini.
Ada bukti, pada masa ini mereka cenderung mengalami
gangguan psikologis yang lebih banyak dibandingkan dengan remaja
putri yang matang sesuai usianya, misalnya gangguan kecemasan,
depresi, dan gangguan makan (semuanya tergolong gangguan internal).
i. Kebutuhan untuk Diterima
Teman sebaya merupakan sumber harga diri terbesar bagi
seorang remaja. Itulah sebabnya, mereka mudah terjebak pada
teman. Misalnya, seorang anak yang alim di rumah atau rajin
sekolah minggu terjebak minum dengan temannya, bahkan ke
pelacuran. Karena itu, nilai iman yang ditanamkan sejak dini
dapat mencegah dia terjerumus lebih dalam.
ii. Berpikir Logis
Umumnya, remaja lebih mampu mengemukakan alasan
untuk berargumentasi dengan orang tua karena mereka sudah
bisa berpikir secara abstrak. Pertumbuhan intelektual yang cepat
dan banyaknya informasi yang mereka terima, membuat anak
remaja merasa diri lebih benar daripada orang tuanya.
13 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
iii. Senang dengan Teman Sebaya
Remaja juga semakin dekat dengan teman sebayanya dan
lebih mementingkan mereka. Mereka membangun persetujuan
bersama yang sangat mereka pegang (pakaian, rambut, musik,
dll.). Akibatnya, mereka lebih senang dengan orang yang
menyetujui ide mereka.
iv. Menguji Nilai, Nasihat, dan Iman Orang Tua
Mereka sangat bergumul dengan nilai-nilai orang tua
mereka yang dianggap ortodoks. Orang tua yang bijak akan
berusaha menjelaskan iman pribadinya tanpa sikap otoriter,
kemudian mendorong anaknya untuk mencari dan memiliki
keyakinan pribadi. Orang tua juga perlu memberikan kesempatan
lewat dialog yang terus-menerus, agar iman dan sikap terhadap
nilai-nilai yang benar terbentuk dalam diri anak. Tujuan orang tua
bukanlah memberikan jawaban yang mudah, melainkan
menguatkan anak untuk mencari jalan hidup mereka tanpa
didikte.
b. Faktor Lingkungan
Waktu berputar, tahun berganti, zaman pun berubah. Tidak ada
yang abadi di dunia ini, setiap perubahan akan membawa dampak
perubahan pada bidang lain. Yang abadi adalah perubahan itu sendiri.
Dahulu begini, sekarang begitu, kalau dulu ini, sekarang itu. Perbedaan
zaman membuat banyak perbedaan yang terjadi pada kehidupan
generasi muda. Tidak mungkin kita menyamakan generasi muda zaman
dahulu dan sekarang karena kondisinya saja sudah berbeda.
1. Makanan
Tidak ada makanan rekayasa genetika,tanpa bahan kimia,
tidak ada pertanian intensif, tidak perlu label “Organik”. Makanan
abad pertengahan lebih baik dari apa yang kita miliki saat ini,
bahkan pernyataan di atas baru sedikit dari sebagian pernyataan
yang lain. Makanan abad pertengahan ini tidak di hias dan
penampilannya itu, orang-orang pertengahan abad ini mau
memakan makananan hampir dua potong roti setiap hari, 8 oz
daging atau ikan dengan ukuran seperti steak lalu di sertai dengan
sayuran kacang, lobak, wortel, tiga pint bir. Di banding zaman
sekarang kalorinya sekitar 2.700 kalori per hari sedangkan zaman
dulu sekitar 3.500 sampai 4.000 kalori per hari .
2. Pekerjaan
Kalau zaman dulu tidak ada masalah dengan yang
namanya pengangguran tidak seperti zaman sekarang,kalau
seorang buruh dapat mengolah tanah . Kalau ada ahli dagang
maka dapat pekerja menjalankan toko,dan begitu juga dengan
berburu . Kapasitas zaman dulu kebanyakan laki-laki yang
melakukan pekerjaan,jika ada yang tidak bisa bekerja biasanya
cacat atau sakit maka orang itu dijaga oleh biarawati sukarela dan
14 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
rahib atau keluarga sendiri yang merawat dengan keadaan
memiliki cukup dana.
3. Gaya Hidup
Gaya hidup zaman dulu lebih baik maksudnya lebih sehat
dan mudah, jika menjadi bangsawan makanannya makanan
sehat, lezat dan bergizi sepanjang waktu dan akan di sibuki
dengan kegiatan yang sangat banyak. Jika menjadi buruh maka
akan bekerja selama bulan musim panas dan musim dingin untuk
menunggu dan menikmati hasil panen setelah membayar pajak
untuk pemilik tanah itu. Persyaratan sebagai seorang buruh
diantaranya : membayar sepersepuluh hasil panen (gandum),
melakukan beberapa pekerjaan aneh dengan kebalikannya bisa
melakukan apa saja untuk ke inginan sendiri dengan tanah itu,
menjamin tanah harus perlidungan dari penjahat dan
menyediakan bahan makanan pada saat kelaparan. Akan
menjadi sangat kaya apabila buruh tersebut melakukan dengan
bijak dengan tanah lahan tersebut.
4. Kejahatan
Yang melakukan kejahatan akan di adili dan di eksekusi,
yang melakukan kejahatan kecil di permalukan di depan publik
atau di denda. Kalau di zaman sekarang kejahatan kecil di
penjara sesuai dengan undang-undang hukum zaman sekarang.
5. Uang
Pada abad pertengahan uang itu adalah uang maka kalau
memiliki emas maka memiliki emas. Ekonomi zaman dulu di
dasari pada produksi di gantikan dengan ekonomi yang di dasari
pada sebuah banyak emas raja yang di keluarkan ke public.
6. Keindahan
Kelangsungan hidup banyak dari mereka karya seni yang
mengajarkan kita banyak tentang sejarah permadani atau lukisan
. Jika tidak memiliki akses ini,maka anda bisa melihat beberapa
karya seni yang luar biasa dalam busana liturgis yang dikenakan
oleh pendeta dalam misa setiap hari yang terbuat dari bahan
tenunan dengan penambahan benang emas.
7. Percintaan
Beda jauh dengan zaman sekarang,zaman dulu di sebut
dengan ksatria yang matang penuh antara usia 16 dan 20 .
Ksatria bertugas atau melayani 40 hari satu tahun untuk
junjungan mereka setelah itu mereka meghabiskan hari-hari di
turnamen .
8. Permainan
Senang bermain digital online? Rasanya kamu akan betah
berjam-jam menatap layar computer untuk melakukan games
online, bahkan dengan pemain yang tidak kamu kenal di belahan
15 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
dunia lain. Games online memang mengasyikkan, mengasah kita
untuk bertindak cepat.
Namun bila tidak dilakukan dengan bijak, akan membuat
kamu ketagihan dan melupakan berbagai hal seperti pekerjaan
rumah atau tugas kuliah. Bandingkan dengan zaman dahulu
permainan di dominasi permainan fisik secara nyata seperti petak
umpet, gobak sodor, atau lompat karet. Semua permainan
tersebut melatih keterampilan, kerja sama, dan kecerdasan.
Keduanya sama-sama bermain, namun teknologi
mengubah permainan menjadi lebih canggih. Bila generasi
sekarang lebih pintar karena teknologi, generasi zaman dahulu
lebih tangkas.
9. Teknologi
Teknologi memegang peranan penting dalam perubahan
generasi dahulu dan sekarang. Generasi sekarang sangat
dimanjakan oleh teknologi, semua menjadi lebih mudah dengan
adanya teknologi. Ingin mengerjakan PR dari sekolah? Tugas
kuliah? Atau presentasi dari bos di kantor? Teknologi akan
membantu dengan sangat mudah, internet siap dipakai kapan
pun.
Telepon tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi
biasa, namun berubah menjadi sumber informasi, ajang
eksistensi diri, bahkan sebagai hiburan. Bila mengenal televisi,
maka generasi kini mengenal berbagai tekonologi mulai dari
smartphone sampai tablet. Tidak gaul rasanya bila tidak
menenteng teknologi tinggi ini ke mana-mana.
Generasi sekarang jelas lebih pintar secara teknologi
namun mereka pun memiliki tantangan sendiri untuk belajar
dewasa memilih teknologi agar digunakan untuk kebaikan. Tidak
setiap informasi yang diperoleh dari teknologi baik dan sesuai
norma. Disinilah tantangan generasi sekarang dalam menyikapi
teknologi.
10. Fashion
Generasi zaman dahulu cenderung tidak neko-neko dalam
berpakaian, apa yang diberikan orang tua itulah yang dipakai.
Namun generasi kini lebih menunjukkan kreativitas dan berani
dalam berbusana. Banyak pilihan fashion yang modis namun
tetap syar’I dan mengikuti adat timur.
Hal ini dikarenakan lebih terbukanya dalam bergaul
dengan kultur lain. Berbagai mode lintas budaya saling bertukar
dan membawa perubahan. Perubahan ini jelas membawa warna
sendiri dalam fashion, namun lagi-lagi generasi sekarang
ditantang untuk dapat memfilter apa yang mereka lihat dan
terapkan. Dunia semakin terbuka, namun akal harus tetap bijak.
11. Bahasa
Bahasa gaul tetap menjadi ciri khas generasi muda dari
zaman ke zaman. Namun tampaknya generasi kini sangat kreatif
16 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
dalam membuat bahasa gaul, hampir-hampir banyak yang tidak
mengerti dengan bahasa generasi sekarang. Perpaduan huruf
dengan angka sering mewarnai tulisan generasi sekarang dan
kata-kata yang nyeleneh sering terdengar dalam obrolan. K4mu
m3ng3rti, k4n? Mengerti? Ciyus? Miapah? Kamu pasti familiar
dengan kalimat seperti itu, yang akan ditanggapi generasi dahulu
dengan kerutan di kening.
12. Sosialisasi
Dalam bersosialisasi, generasi dahulu lebih banyak
bertemu langsung. Mungkin beberapa sobat Lebaran yang masa
kecilnya pada tahun 1990-an masih ingat setiap sore akan
berkunjung ke rumah temannya untuk mengajak main bersama,
memiliki sahabat pena, dan mengirim kartu ucapan entah itu
Lebaran atau ulang tahun. Namun kini sosialisasi diakukan
melalui media, bercengkrama di Twitter, mengucapkan ulang
tahun di wall Facebook, atau asyik bercerita melalui BBM.
Mana yang lebih baik? Tidak dapat dikatakan generasi
muda sekarang lebih baik atau lebih buruk karena setiap
perubahan kembali kepada kualitas pribadi masing-masing.
Perubahan yang tidak diikuti dengan akhlak, sikap bijak, dan filter
yang cerdas tidak akan membawa perubahan yang lebih baik,
bila diikuti dengan kecerdasan, mental yang kuat, dan tetap
santun, maka dipastikankamu akan menjadi generasi muda yang
kritis, berprestasi dan membanggakan. Tidak mudah memang
menghadapi arus globalisasi dan teknologi yang menjamur,
namun be good next generation all! Jangan skeptis terhadap
perubahan, namun jangan pula mau terbawa arus.
13. Mengenali Kekerasan
Banyak kekerasan diberitakan di media bioskop, film, TV,
lagu, novel, cergam, dll.. Anak remaja menyukai film laga yang
penuh dengan kekerasan. Mereka tidak menyadari dampak
langsung dan tidak langsung dari media karena dampak tersebut
sudah terlalu biasa bagi mereka. Tidak jarang, mereka justru
melihat langsung perkelahian antarsekolah/remaja. Jadi, tidaklah
mengherankan jika semakin banyak anak remaja yang terlibat
dalam tindak kekerasan dan pembunuhan.
14. Keluarga yang Retak
Sebanyak 4 dari 10 remaja Amerika (39 persen) hidup
atau tinggal hanya dengan 1 orang tua saja. Dan, 8 dari 10 kasus
ini, yang absen adalah ayah. Kaum sosiologis berkata, "Belum
pernah keluarga begitu berubah. Semakin banyak wanita karier,
orang tua tunggal, kawin cerai, pasangan tanpa anak, `kumpul
kebo`, dan `pasangan homo` yang mengangkat anak."
Keluarga masa kini sudah jarang hidup dalam keluarga
batih ("extended family"), tetapi hanya pada keluarga inti. Di
samping itu, keluarga makin jauh dengan tetangganya. Dulu,
17 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
remaja kita bisa mengandalkan tetangga, gereja, atau keluarga
batihnya. Namun sekarang, itu tidak bisa dilakukan lagi.
15. Pengertian dan Informasi Tentang Seks
Remaja masa kini tumbuh dalam sebuah dunia tanpa
aturan seks. Bioskop, media cetak, TV, dan musik cenderung
mengidentikkan seks dengan cinta. Media melukiskan seks
sebagai bagian terpenting dari pacaran yang baik.
Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika semakin
banyak remaja yang sangat aktif dalam melakukan hubungan
seks. Remaja yang tidak aktif dalam melakukan aktivitas seksual
malah menjadi bingung dan bertanya-tanya, "Apakahaku normal,
ada apa dengan diriku?", "Apakah aku ada kekurangan yang
penting?" Di pihak lain, dalam diri mereka yang aktif melakukan
seks di luar pernikahan timbul perasaan bersalah.
Rata-rata anak remaja jaman sekarang itu ingin bergaul
dengan siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, sehingga ia
terjerumus kedalam pergaulan itu, yang paling gampang itu
biasanya bagi para laki-laki itu salah satunya adalah “ROKOK”,
karena mudah di dapat dan kebanyakan orang laki-laki yang suka
berkupul di sauatu tempat menghisap rokok. Lalu bagi para
perempuan biasanya ia tidak mau gengsi terhadap lawan jenis
atau teman yang di anggap saingannya, ia ingin tampil di depan
lelaki untuk menarik perhatian, sehingga terlewat batas dan di
lihat oleh orang dengan negative, gengsi dengan teman sejenis
biasanya dari barang barang yang di pakainya, dia tidak ingin
kalah oleh temannya itu sehingga menjadi saingan / saling
memamer.
16. Nilai-Nilai Moral dan Agama
Pada masa ini, kehidupan moral dan agama sudah bukan
lagi hal penting. Remaja semakin sulit mendefinisikan moral dan
agama. Dulu, remaja mudah membedakan mana bermoral dan
yang tidak. Sekarang, batasannya sangat tipis.
Bermoral atau tidak bukan lagi didasarkan pada Kitab
Suci, melainkan pada pendapat orang lain. Remaja tumbuh pada
nilai-nilai moral dan nilai kesucian. Mereka menganggap baik
kalau kebanyakan temannya juga mengatakan bahwa itu baik.
Jadi, nilai moral dan nilai baik sangat relatif.
c. Karakteristik Remaja Zaman Dulu dan Zaman Sekarang
1. Anak-anak dulu hanya bisa pegang dan hisap “Permen”
berbentuk “Rokok” sedangkan anak-anak sekarang sudah hebat
pegang dan hisap “Rokok”.
2. Anak-anak dulu takut sama yang namanya “Jarum Suntik”
sedangkan anak-anak sekarang sudah bisa “Nyuntik” sendiri
(Narkoba).
3. Anak-anak dulu pintar menyanyikan “Lagu Anak-Anak”
sedangkan anak-anak sekarang lebih memilih menyanyikan
“Lagu Percintaan”.
18 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
4. Anak-anak dulu hnaya nonton “Film Unyil” sedangkan anak-anak
sekarang tontonannya “Film Sinetron yang Tidak Menadidik”.
5. Anak-anak dulu “Nonton BF” ngunmpet-ngumpet sedangkan
anak-anak sekarang terang-terangan buat “Film BF”.
6. Anak-anak dulu sangat “Tabu Membicarakan” sex sedangkan
anak-anak sekarang sangat “Hebat Melakukan” sex.
7. Anak-anak dulu “Mengerti Arti Pacaran” saat minimal SMP kelas
1 sedangkan anak-anak sekarang “Sudah Bisa Pacaran” sejak
SD kelas 1.
8. Anak-anak dulu menjadikan anak perempuan sebagai “Teman
Sepermainan” sedangkan anak-anak sekarang anak perempuan
sebagai “Korban Pemerkosaan”.
9. Anak-anak dulu habis berkelahi kemudian “Berdamai” sedangkan
anak-anak sekarang habis berkelahi kemudian “Membunuh”.
10. Anak-anak dulu “Takut” sama “Guru” sedangkan anak-anak
sekarang “Ditakuti” sama “Guru”.
11. Anak-anak dulu hanya bisa “Diam” ketika dimarahi oleh
orangtuanya sedangkan anak-anak sekarang bisanya “Melawan
dan Tak Segan Menganiaya” Orangtuanya.
12. Anak-anak dulu hanya bisa “Gigit Jari” bila permintaannya tidak
dituruti sedangkan anak-anak sekarang akan “Mengamuk”
apabila permintaannya tidak dituruti.
13. Anak-anak dulu akan “Menagadu” kepada orangtua bila ada
masalah berat sedangkan anak-anak sekarang “Memilih Jalan
Pintas atau Bunuh Diri” hanya karena masalah kecil.
14. Anak-anak dulu “Suka Malu-Malu” sedangkan anak-anak
sekarang “Tidak Tahu Malu”, “Buat Malu”, dan “Malu-maluin”
15. Anak-anak dulu “Menerima” bila diberikan baju model apa saja
dari orangtua sedangkan anak-anak sekarang “Suka Mengkritik”
model baju yang orangtua berikan.
16. Anak-anak dulu selalu mengucapkan “Terima Kasih” bila diberi
sesuatu sedangkan anak-anak sekarang “Tidak Tahu Terima
Kasih” terhadap apapun yang telah diberikan.
d. Kebudayaan Remaja Zaman Dulu
Pada masa orang tua kita dulu, mereka diajari bagaimana
bersikap dan bertutur kata. Seperti kebiasaan mencium tangan kepada
orang yang lebih tua umurnya. Hal seperti ini sering diajarkan oleh orang
tua kepada anaknya. Sampai sekarang pun masih banyak orang tua
yang mengajarkan sopan santun, adapt istiadat serta tata cara bersikap
yang baik. Hal-hal seperti ini akan berdampak positif bagi para remaja,
seperti berikut :
1. Tumbuhnya rasa hormat terhadap pada orang yang lebih tua dan
kepada sesama remaja yang lainnya.
2. Menjadikan remaja lebih maju dalam berpikir dan dapat bersikap
lebih dewasa karena dari kebiasaan menghormati orang lain maka
para remaja bisa bersikap lebih dewasa dalam berpikir.
19 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
e. Kebudayaan Remaja Zaman Sekarang
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat
terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi tersebut telah
membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai
bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul
dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang. Dari cara
berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis
yang cenderung ke budaya Barat. Padahal cara berpakaian tersebut
jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya
rambut mereka dicat beraneka warna. Tidak banyak remaja yang mau
melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan
sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan
informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi
anak muda, internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika
digunakan secara semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang
berguna. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang
menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs
porno, bahkan sampai terkena penipuan. Bukan hanya internet saja,
ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone, apalagi sekarang ini
mulai muncul handphone yang bertekhnologi tinggi. Mereka justru
berlomba-lomba untuk memilikinya, tapi kita lihat alat musik kebudayaan
kita belum tentu mereka mengetahuinya. Hal ini jika kita lihat dari segi
sosial, maka kepedulian terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena
mereka lebih memilih kesibukan dengan menggunakan handphone
tersebut.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak
tahu sopan santun dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan.
Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga
mereka bertindak sesuka hati mereka.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya
generasi muda bangsa? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul
tindakan anarkhis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai jati
diri akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa
sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda
adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus
bangsa tidak memiliki jati diri?
Seperti contohnya pada kasus kecanduan Facebook atau FB.
Dampak negatif facebook semakin hari semakin terasa, meski pun
para facebookers banyak yang tidak menyadari akan pengaruh negati
facebook ini. Mungkin karena sudah kecanduan dengan yang namanya
facebook. Tapi justru inilah yang berbahaya, yang tidak disadari. Buat
para remaja dan pelajar serta anak anak, kamu harus tahu apa saja
dampak negatif dari facebook ini. Karena pengguna facebook di
dominasi oleh para remaja usia 14-24 tahun sebanyak 61,1%.
f. Faktor Pendidikan
Ketika saya merenungkan dan memperbandingkan pola
pendidikan yang saya terima dulu dengan pola yang ada sekarang, saya
merasa JIWA dan SENI ajar mengajar sudah mengalami perbedaan dan
20 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
pergeseran nilai. Berbincang dengan teman-teman lain yang entah
berperan sebagai orang tua, pengamat pendidikan atau lainnya, mereka
juga merasakan perbedaan itu. Dampak dari semua itu adalah perilaku
anak yang dinilai beda dengan perilaku jaman kita di usia yang sama.
Kalau mau dinilai secara objektif, tentu saja ada sisi positif dan sisi
negatif.
Sebuah peribahasa Latin yang berbunyi “Non scholae sed vitae
discimus” dapat diterjemahkan sebagai kita belajar bukan untuk nilai
sekolah, namun demi nilai kehidupan. Artinya di sini adalah tujuan utama
dari sekolah bukanlah demi nilai yang tinggi atau demi orang tua, diri
sendiri atau guru/sekolah, namun yang ingin dicapai dengan bersekolah
adalah mendapat manfaat (baca: ilmu) yang bisa dipergunakan dalam
hidup.
Perbedaan pendidikan jaman dulu dan jaman sekarang saya
perbandingkan dari sisi:
1. Orientasi pendidikan
2. Institusi pendidikan
3. Tenaga pendidik
4. Materi pendidikan
Note: Sebagai catatan jaman dulu yang dimaksud adalah sekitar
tahun 1950 – tahun 1980-an.
1. ORIENTASI PENDIDIKAN
a) Orientasi Pendidikan Jaman Dulu
Pada awalnya pendidikan dimaksudkan untuk mendidik
benih manusia agar anak manusia ini tumbuh menjadi seorang
yang berakhlak tinggi dan mulia, yang berbeda dengan
manusia purba. Investasi manusia di sini berarti
memanusiakan manusia, yaitu mengajarkan nilai kehidupan
kepada seorang anak manusia, yang diibaratkan benih
manusia. Misi utama lembaga pendidikan adalah mengajarkan
budi pekerti, etika, saling mengalah dan mendulukan
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Hal ini
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga
maupun dalam masyarakat. Setelah itu institusi dan tenaga
pendidik baru akan mengajarkan keterampilan yang membuat
benih manusia itu mampu menyokong hidupnya sendiri di
masa depan.
b) Orientasi Pendidikan Jaman Sekarang
Pendidikan sekarang lebih berorientasi kepada
bagaimana meningkat kecerdasan, prestasi, keterampilan, dan
bagaimana menghadapi persaingan. Pendidikan sekarang
kehilangan misi utamanya untuk investasi karakter manusia.
Pendidikan moral dan karakter bukan lagi merupakan faktor
utama seorang anak mengenyam pendidikan. Kedua hal ini
dianggap menjadi tugas para tokoh agama, tugas orang tua
atau wali di rumah. Sekolah berlomba menonjolkan kurikulum
yang dipercaya bisa menciptakan generasi muda super dari
21 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
usia sedini mungkin. Para orang tua juga tergiur dan ingin
anaknya menjadi “super kid.” Kata teman-teman saya: “Biar
pensiun muda!”
2. INSTITUSI PENDIDIKAN
a. Institusi Pendidikan Jaman Dulu
Jaman dulu sekolah didirikan oleh pemerintah atau
para misionaris dan pemuka agama. SD Negeri, SMP Negeri,
SMA Negeri adalah judul sekolah yang didirikan dan
beroperasi atas anggaran Departemen Pendidikan. Para
misionaris yang awalnya berasal dari Belanda melalui misi
penyebaran agama Kristiani juga mendirikan sekolah sebagai
wujud pelayanan, di samping mendirikan rumah sakit.
Madrasah-madrasah, tsanawiyah-tsanawiyah juga berdiri dan
dikelola oleh pemuka agama dan mesjid.
Karena misi utama mereka adalah pelayanan dan
kembali kepada orientasi pendidikan yang diemban, maka
sekolah dalam hal ini tidak mengejar keuntungan secara
materi. Pada jaman dulu memang ada perbedaan biaya juga,
yaitu antara sekolah favorit dan sekolah yang tidak begitu
unggul. Orang tua juga berupaya agar anaknya bisa masuk
sekolah favorit, walaupun harus mengeluarkan dana lebih
banyak.
b. Institusi Pendidikan Jaman Sekarang
Jaman sekarang orang pribadi, yayasan atau
perusahaan swasta boleh mendirikan institusi pendidikan. Hal
ini membuat misi utama sebuah institusi pendidikan tidak lagi
murni untuk pelayanan sosial, namun orang atau yayasan
atau perusahaan yang mendirikan lembaga pendidikan
tersebut akan memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan.
Ini berarti sebuah sekolah atau lembaga pendidikan adalah
suatu investasi. Agar mempunyai daya saing satu dengan
lainnya, masing-masing menghadirkan kelebihan yang tidak
dimiliki sekolah tradisional yang sudah ada, misalnya dari segi
kurikulum, sarana pendidikan, tenaga pengajar asing dsb.
3. TENAGA PENDIDIK
a. Tenaga Pendidik Jaman Dulu
Pada jaman ini seseorang memilih menjadi guru lebih
terdorong oleh hasrat dalam diri untuk membaktikan diri. Ia
memahami konsekuensi menjadi guru adalah melayani, dan
sudah sadar bahwa ia tidak akan kaya seperti seorang
pengusaha. Di era 1980-n seorang guru yang mempunyai
kemampuan lebih bisa memberikan les privat di luar jam
sekolah, itu adalah pemasukan tambahan selain gaji pokok
sebagai seorang guru. Ada juga yang membuka warung kecil-
kecilan untuk menambah lauk di rumah. Belum lagi di daerah
terpencil, tenaga mereka dihargai dengan hasil lading orang
22 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
tua murid. Maka di jaman itu kita sering mendengar istilah:
“Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.”
Guru pada jaman itu merupakan suatu profesi yang
sangat terhormat, karena dianggap memiliki pengetahuan
lebih daripada masyarakat setempat. Masyarakat juga
menuntut para guru mengajarkan nilai moral kepada anak-
anak mereka, di samping pengetahuan baca tulis dan
berhitung. Guru juga punya hak otoriter sebagai pengganti
orang tua bila anak berada di sekolah. Cara mendidik mereka
lebih banyak menggunakan pendekatan pribadi yang
membuat interaksi guru murid lebih erat. Hal ini terbawa
sampai di luar jam sekolah karena kondisi social masyarakat
jaman dulu yang lebih bersifat kekeluargaan.
b. Tenaga Pendidik Jaman Sekarang
Perekrutan tenaga pendidik sekarang (baca: Mayoritas)
lebih mengutamakan nilai kelulusan dan sertifikasi yang
dimiliki guru tersebut. Apakah guru tersebut sudah pasti
kompeten mengajar dengan kelulusan yang bernilai tinggi dan
banyaknya sertifikat yang dimiliki? Belum tentu. (Maaf, tidak
ada sedikit pun maksud saya untuk menyamaratakan dedikasi
dan porensi semua guru). Namun sudah menjadi pengetahuan
umum bahwa sekolah-sekolah yang ingin merekrut guru di
samping pengalaman minimal 1 atau 2 tahun juga meminta
bukti berupa sertifikat yang dimiliki guru tersebut sebagai bukti
bahwa ia mempunyai ‘skill’ lebih. Tuntutan ekonomi membuat
dedikasi mengajar sebagai suatu pelayanan menjadi
berkurang. Bisa dimaklumi karena media apapun sekarang
berlomba menawarkan barang konsumsi. Guru juga seorang
manusia, ia punya keluarga yang harus dihidupi. Di jaman
sekarang tuntutan ekonomi seakan tidak pernah habis, malah
selalu naik setiap tahunnya.
Cara mendidik guru sekarang juga sangat jarang
menggunakan pendekatan pribadi lagi. Wibawa seorang guru
tidak lagi dianggap sebagai pihak otoriter yang mesti disegani,
dipanuti. Murid menganggap guru mengajar hanya
menjalankan kewajiban, interaksi guru-siswa terbatas pada
jam sekolah. Masyarakat sekarang yang lebih mengarah ke
individualis, terutama di kota-kota besar, membuat interaksi
personal semakin berkurang. (Sekali lagi maaf…ini
kecenderungan yang terlihat menonjol di masyarakat kita).
Apakah hal ini merupakan efek domino dari tuntutan jaman
atau sistem pemerintahan kita dalam menyusun kurikulum?
4. MATERI PENDIDIKAN
a. Materi Pendidikan Jaman Dulu
Kurikulum atau materi pendidikan jaman dulu lebih
menekankan pada pembentukan nurani seorang anak,
penumbuhan dan penguatan karakter yang kelak
membuatnya mampu membedakan mana yang baik dan
23 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
benar, untuk kemudian mengutamakan keadilan, kedamaian,
harkat dan martabat manusia terlepas dari perbedaan suku,
agama, ras dan budaya. Terlepas suatu sekolah itu sekolah
favorit atau tidak, mereka punya kurikulum yang sama.
Selolah tidak terbagi menjadi sekolah nasional, sekolah
nasional plus, sekolah internasional. Materi yang diajarkan
kepada siswa di setiap propinsi sama, kalaupun berbeda tidak
terdapat kesenjangan yang mencolok mata.
b. Materi Pendidikan Jaman Sekarang
Jaman sekarang status sekolah terbagi menjadi
menjadi sekolah nasional, sekolah nasional plus, sekolah
internasional. Ada istilah diakui, terakreditasi dll. Kurikulum
yang digunakan juga berbeda satu dengan lainnya. Ada
sekolah yang menggunakan kurikulum Cambridge, ada yang
menggunakan kurikulum Montessori, dan lain-lain. Penonjolan
keunggulan juga terlihat dari banyaknya jam pengajaran suatu
mata pelajaran tertentu, misalnya ada sekolah yang bahasa
pengantarnya Inggris, Mandarin. Ironisnya bahasa Indonesia
hanya diberikan satu jam per minggu. Bagaimana
menanamkan semangat nasionalisme dan kebangsaan bila
sejak kecil seorang anak diajari bahwa bahasa yang lebih
bergengsi dan diterima di dunia internasional itu adalah
bahasa selain bahasa Indonesia?
Di samping itu penekanan tujuan sekolah dititikberatkan
pada cara-cara untuk meningkatkan kecerdasan, prestasi,
keterampilan, dan bagaimana mempersiapkan siswa
menghadapi persaingan global di masa depan.
5. KESIMPULAN
Setiap jaman mempunyai masalah dan situasi yang
berbeda. Sangat naif bila kita sekarang memaksakan kurikulum
yang ada pada pendidikan jaman dulu diterapkan pada kurikulum
sekarang. Ibarat pada tahun 1960-an orang begitu bangga
mengenakan celana panjang model cut-bray, tidak mungkin kita
menuntut remaja sekarang juga memakai model yang sama.
Mereka akan terlihat aneh di mata remaja lain yang mengikuti
perkembangan model legging jaman sekarang.
Itu soal pakaian, tentunya beda sekali dengan pendidikan
dan kurikulum yang up-to-date untuk mengembangkan potensi
seorang anak manusia. Lantas kurikulum seperti apa yang ideal?
Pola seperti apa yang ingin kita tanamkan kepada anak
Indonesia?
Menurut saya bila seseorang memutuskan memilih
berprofesi sebagai seorang guru hendaklah dirinya juga berpikir,
bersikap dan berperilaku seperti seorang guru. Ada pesan dari
seorang dosen saya yang berkata: “Ketika kita menghukum anak
didik, kita juga sedang menghukum diri sendiri.”
Artinya, bila murid melakukan kesalahan maka guru juga
punya andil dalam kesalahan tersebut, dan murid akan
24 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
mempunyai respek bila guru tersebut berada di sampingnya
dalam mengkoreksi kesalahan tersebut. Ketika murid dihukum
menulis ulang esainya, guru duduk mendampinginya. Guru juga
merasakan apa yang dialaminya. Anak akan segan dan respek
pada orang yang mampu menyelami apa yang dirasakannya.
Kami pribadi juga berharap kurikulum yang akan disusun
pada tahun 2013 mampu mengembalikan kurikulum ke tujuan
pendidikan yang utama, yakni: “Non scholae sed vitae discimus”,
yaitu kita belajar bukan untuk nilai sekolah, namun demi nilai
kehidupan. Semoga kurikulum yang baru berisi elemen-elemen
pendidikan yang essensial.
F. PEMICU
a) Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia
Pada umumnya faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia antara lain masalah efektifitas, efisiensi dan
standarisasi pengajaran. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi adalah
sebagai berikut:
Pertama, rendahnya sarana fisik, Kualitas sarana fisik dalam
menunjang pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, terbukti
dengan masih banyaknya sekolah dan perguruan tinggi kita yang
gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah,
koleksi buku perpustakaan yang tidak lengkap, laboratorium yang tidak
sesuai dengan standard, serta pemakaian teknologi informasi yang tidak
memadai. Bahkan masih ada sekolah yang tidak mempunyai gedung
sendiri, tidak mempunyai perpustakaan serta tidak mempunyai
laboratorium.
Kedua, rendahnya kualitas guru, Tugas guru sebagaimana diatur
dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 39 yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan,
melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat, namun
banyak guru di Indonesia yang belum memiliki profesionalisme yang
memadai dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru.
Ketiga, rendahnya kesejahteraan guru, Pasal 10 UU guru dan
dosen menyebutkan bahwa guru dan dosen akan mendapat
penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi : gaji pokok,
tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau
tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan
tugasnya. UU No. 14 Tahun 2005 mengenai guru dan dosen, UU
tersebut merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan
profesionalisme guru serta meningkatkan kesejahteraan guru atau
meningkatkan kualitas hidup ekonomi para guru. Namun muncul
masalah lain yang terjadi dilingkungan pendidikan swasta kesejahteraan
gurunya masih sulit untuk mencapai taraf yang ideal.
Keempat, rendahnya prestasi siswa, Dengan rendahnya sarana
fisik, kualitas guru dan kesejahteraan guru pencapaian prestasi siswa
pun menjadi tidak memuaskan. United Nations for Development
Programme (UNDP) mengumumkan hasil studi tentangt kualitas
25 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
manusia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report
2004 pada tanggal 15 september 2004, dalam laporan tersebut
Indonesia menempati peringkat ke-111 dari 177 negara. Ternyata anak-
anak Indonesia hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan
mereka sulit untuk menjawab soal-soal yang berbentuk uraian yang
memerlukan penalaran.
Kelima, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
Mahalnya biaya untuk memperoleh pendidikan di Indonesia itu
menyebabkan masyarakat yang berpendapatan atau yang kondisi
ekonominya rendah lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya
dan anak-anak tersebut pun lebih memilih bekerja untuk membantu
orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut
adalah salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kesempatan
pemerataan pendidikan di Indonesia.
Keenam, mahalnya biaya pendidikan, mahalnya biaya
pendidikan membuat masyarakat miskin lebih memilih untuk tidak
sekolah. Semakin mahalnya pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari
kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis
Sekolah). Pada realitanya MBS di Indonesia lebih dimaknai sebagai
suatu usaha untuk melakukan mobolisasi dana. Oleh karena itu, komite
sekolah/dewan pendidikan sebagai organ MBS memiliki syarat adanya
unsur pengusaha (lihat ikasp.wordpress.com, 2012).
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya moral dan etika
generasi muda
1. Longgarnya pegangan terhadap agama
Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala
sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan,
sehingga keyakinan beragam mulai terdesak, kepercayaan
kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-
suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya
pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah
kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian
satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya
adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Jika setiap
orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan
agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya
pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat
menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan
ketentuan-ketentuan Tuhan.
2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh
rumahtangga, sekolah maupun masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini
tidak berjalan dengan semestinya. Pembinaan moral di rumah
tangga misalnya harus dilakukan sejak anak masih kecil, sesuai
dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir,
belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan
belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku
dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap
26 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
yang dianggap baik untuk menumbuhkan moral, anak-anak akan
dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan moral pada
anak di rumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak
menghafalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus
dibiasakan. Zakiah Darajat mengatakan, moral bukanlah suatu
pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa
membiasakan hidup bermoral dari sejak kecil. Moral itu tumbuh
dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti
halnya rumah tangga, sekolah pun dapat mengambil peranan
yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya
dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi
pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik.
Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan
bakat dan kecerdasan, sekolah merupakan lapangan sosial bagi
anak-anak, dimana pertumbuhan mental, moral dan sosial serta
segala aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk
menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan agama
diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang diterima di
rumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang.
Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam
pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu
segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan
orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat
itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-
anak. Terjadinya kerusakan moral di kalangan pelajar dan
generasi muda sebagaimana disebutkan di atas, karena tidak
efektifnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan
moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling
bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi
pembinaan moral.
3. Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.
Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari
surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang
ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obatan
terlarang, gambar-gambar cabul, alat-alat kontrasepsi seperti
kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut
biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral.
Namun, gejala penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup
yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan
hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya
sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya
matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui
tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran,
pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus
budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal
yang semata-mata mengeruk keuntungan material dan
memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa
memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya
arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling
27 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan
generasi muda umumnya.
4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power),
uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya
tampaknya belum menunjukkan kemauan yang sungguh-
sungguh untuk melakukan pembinaan moral bangsa. Hal yang
demikian semakin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit
penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang,
kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik,
seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum
adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asyik memperebutkan
kekuasaan, materi dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji
itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan
moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan
lagi apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena
secara moral mereka sudah kehilangan daya efektivitasnya.
Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin
memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan.
Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki
pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep
pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-
sungguh dan berkesinambungan.
Beberapa faktor lain yang menyebabkan menurunnya moral
dan etika generasi muda saat ini adalah:
a. Salah pergaulan, apabila kita salah memilih pergaulan kita juga
bisa ikut-ikutan untuk melakukan hal yang tidak baik
b. Orang tua yang kurang perhatian, apabila orang tua kurang
memperhatikan anaknya, bisa-bisa anaknya merasa tidak
nyaman berada di rumah dan selalu keluar rumah. Hal ini bisa
menyebabkan remaja terkena pergaulan bebas.
c. Ingin mengikuti tren, bisa saja awalnya para remaja merokok
adalah ingin terlihat keren, padahal hal itu sama sekali tidak
benar. Lalu kalau sudah mencoba merokok dia juga akan
mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas.
d. Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan
butuh tempat pelarian.
e. Salah satu penyebab utama konflik orang tua dan remaja
adalah adanya perbedaan antargenerasi. Perbedaan ini
melibatkan kepercayaan, emosi, dan pilihan-pilihan dalam
hidup. Hal-hal ini telah menghasilkan salah pengertian,
ketegangan, dan konflik antaranggota keluarga. Konflik dapat
muncul dari segala macam isu. Mulai masalah memutuskan
hal keuangan, memilih baju, model rambut, rekreasi, hal-hal
religius, musik, makanan, atau masalah moral.
28 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
G. POTRET BURAM
a. Betapa Rusaknya Moral Anak Bangsa Sekarang
Anak bangsa memiliki tanggung jawab yang besar bagi
Indonesia. Namun, moral anak bangsa Indonesia justru semakin
merosot. Meskipun tidak semua anak bangsa. Tapi hal ini cukup
disayangkan. Berikut adalah bentuk-bentuk rusaknya moral anak
bangsa Indonesia:
1) Tawuran antarpelajar
Tugas seorang pelajar adalah belajar dan mengukir
prestasi setinggi-tingginya. Namun, sekarang marak terjadi
tawuran antar pelajar. Waktu yang seharusnya mereka gunakan
untuk belajar, malah mereka gunakan untuk tawuran, melawan
musuh-musuh mereka. Meskipun kadang, pemicu terjadinya
tawuran terkesan sepele, seperti ejekan antarpelajar. Bahkan
ada di antara mereka yang membawa senjata tajam saat
tawuran. Tak jarang banyak korban yang berjatuhan tapi mereka
tetap saja melakukan tawuran. Mereka tidak bisa berpikir
panjang, sekiranya apa akibatnya jika melakukan hal itu. Hal ini
menunjukkan pendidikan moral untuk negeri ini mengalami
kegagalan.
2) Hamil di luar nikah
Tidak adanya batasan antara pergaulan wanita dan pria
membuat para remaja semakin bebas. Hal ini membuat mereka
dapat melakukan hubungan se*s diluar nikah. Bahkan sangat
disayangkan jika remaja ini masih berusia belia. Akibatnya
semakin banyak bayi yang dibuang karena hasil dari hubungan
diluar nikah. Bahkan ada beberapa di antara mereka yang
memilih untuk menggugurkan kandungan mereka. Cara pacaran
yang salah membuat mereka terjerumus pada kesenangan
sesaat. Makin maraknya situs porno menjadi faktor utama
penyebab hubungan se*s di luar nikah.
3) Model pakaian masa kini
Trend barat sangat mempengaruhi gaya berpakaian
orang-orang di Indonesia. Terutama para remaja, karena
mereka masih dalam pencarian jati diri. Mereka ingin menjadi
pusat perhatian saat mengenakan pakaian. Selain itu, mereka
belum bisa menyeleksi secara benar pakaian mana yang
sekiranya cocok digunakan untuk adat Indonesia. Tak jarang
kita melihat para remaja mengenakan pakaian yang mini
sehingga terlihat se*si saat di tempat umum. Meskipun
perkembangan jaman semakin maju, tapi kita juga harus bisa
berpenampilan sesuai dengan adat yang berlaku di Indonesia.
Karena hal ini dapat memicu kejadian pemerkosaan. Dan pada
akhirnya akan merugikan remaja itu sendiri.
4) Tindak kriminal
Tiada hari tanpa berita kriminal. Bahkan tak jarang,
pelakunya merupakan para remaja dimana ia adalah anak
29 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
bangsa harapan Indonesia. Kasusnya pun beragam, ada di
antaranya, mencuri handphone karena mereka menginginkan
benda tersebut namun tidak mempunyai dana untuk
membelinya, dan pembunuhan kekasih, mantan, teman atau
keluarganya sendiri karena keinginan mereka yang tidak
terpenuhi, serta penculikan anak kecil untuk mendapatkan uang
tebusan. Merosotnya moral bangsa sangat terlihat di sini.
5) Penyalahgunaan narkoba
Kerusakan moral bangsa Indonesia yang sedang terkenal
adalah penggunaan narkoba. Narkoba merupakan obat-obatan
terlarang yang dapat merusak moral. Awalnya mungkin hanya
coba-coba, tapi obat ini mengandung nikotin yang dapat
membuat mereka ketagihan saat mengonsumsinya. Banyak
dampak negatif yang akan didapatkan jika mereka
mengonsumsi zat berbahaya ini, di antaranya adalah membuat
mereka kehilangan kesadaran sehingga dapat melakukan hal-
hal diluar perkiraan, seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan
bisa mengalami kecelakaan
b. Rendahnya Kualitas Pendidikan
Ditinjau dari,
Efektifitas Pendidikan Di Indonesia
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang
memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah,
menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan
trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran
agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Efisiensi Pengajaran Di Indonesia
Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu
tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan
akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh
hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu
jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang
mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih
standar hasil yang telah disepakati.
Standardisasi Pendidikan Di Indonesia
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan
bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana
agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak
perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya
nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas
standar saja. Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti
pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun
standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya
mutu pendidikan di Indonesia.
30 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
Keterbatasan Aksesibilitas dan Daya Tampung
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (2004),
menunjukkan bahwa. Angka partisipasi sekolah anak usia 7-12 tahun
adalah 96,77 persen, usia 13-15 tahun mencapai 83,49 persen, dan
anak umur 16-18 tahun 53,48 persen. Hasil riset UNDP 2004, yang
kemudian dipublikasikan dalam Laporan Indeks Pembangunan
Manusia Tahun 2006, juga memperlihatkan gejala serupa. Rasio
partisipasi pendidikan rata-rata hanya mencapai 68,4 persen.
Bahkan, masih ada sekitar 9,6 persen penduduk berusia 15 tahun ke
atas yang buta huruf.
Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Sarana fisik yang ada kualitasnya sangatlah rendah. Banyak
sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak,
kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku
perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar,
pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya.
Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri,
tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan
sebagainya.
Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan.
Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai
untuk menjalankan tugasnya. Walaupun guru dan pengajar bukan
satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi,
pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi,
sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat
besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih
rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
Rendahnya Kesejahteraan Guru
Kesejahteraan guru merupakan aspek penting yang harus
diperhatikan oleh pemerintah dalam menunjang terciptanya kinerja
yang semakin membaik di kalangan pendidik. Namun kenyataannya
masalah kesejahteraan guru belum mendapatkan perhatian besar
dari pemerintah. Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran
dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Guru
sebagai tenaga kependidikan juga memiliki peran yang sentral dalam
penyelenggaraan suatu sistem pendidikan.
Rendahnya Mutu SDM Pengelola Pendidikan
Sumber daya pengelola pendidikan bukan hanya seorang guru
atau kepala sekolah, melainkan semua sumber daya yang secara
langsung terlibat dalam pengelolaan suatu satuan pendidikan.
Rendahnya mutu dari SDM pengelola pendidikan secara praktis tentu
dapat menghambat keberlangsungan proses pendidikan yang
31 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
berkualitas, sehingga adaptasi dam sinkronisasi terhadap berbagai
program peningkatan kualitas pendidikan juga akan berjalan lamban.
Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada
tingkat Sekolah Dasar. Selain itu layanan pendidikan usia dini masih
sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu
akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara
keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi
pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah
ketidakmerataan tersebut.
Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang
menganggur. Hal tersebut disebkan adanya ketidakserasian antara
hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum
yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang
dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk
menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat
untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan
dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT)
membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak
bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu pencapaian prestasi siswa
pun menjadi tidak memuaskan.
H. SOLUSI
1. Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan
memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh
terhadap etika, moral dan kepribadian seseorang.
2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter
seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini.
Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak
kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak
buruk pada sikap anak.
3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk
mengurangi pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan
merokok.
4. Diadakannya pembinaan moral dan akhlak, diharapkan, dengan bekal
pembinaan moral dan akhlak yang baik dan kuat, mereka nantinya tidak
mudah terjerumus dipengaruhi hal yang negatif lagi.
5. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan
beramal sholeh.
6. Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti ikut dalam
suatu perkumpulan remaja masjid, ikut pengajian-pengajian rutin,
32 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
pagelaran seni, serta olahraga, karena hal tersebut juga dapat
meminimalkan seorang anak terjun ke dalam kegiatan-kegiatan yang
sifatnya mubadzir (sia-sia), semua jenis kegiatan rutin,selama kegiatan
tersebut bersifat positif serta dapat juga untuk mengukir prestasi.
7. Meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk dapat menikmati
pendidikan Indonesia,
8. Menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan,
9. Meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru
dan dosen,
10. Menambah jumlah jenis pendidikan dibidang kompetensi,
11. Membangun infrastruktur seperti : menambah jumlah komputer dan
perpustakaan disekolah, meningkatkan anggaran pendidikan dan
penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan (lihat
meilanikasim.wordpress.com, 2009).
12. Memahami remaja. Kita belajar memberikan toleransi kepada remaja
yang berbeda dengan kita, termasuk menerima dan memahami
perbedaan pandangan.
13. Menerima remaja apa adanya.
14. Memaafkan remaja dengan cara selalu memberinya kesempatan kedua.
33 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dalam kehidupan masyarakat terlihat jelas bagaimana
persamaan dan perbedaan remaja zaman dulu dan zaman sekarang
yang dilihat dari faktor lingkungan dan faktor sosialisasi. Perbedaan
dapat dilihat juga dari kebudayaan antara remaja zaman dulu dan
zaman sekarang. Oleh karena itu, kita juga perlu tahu bagaimana
karakteristik remaja zaman dulu dan zaman sekarang sehingga terlihat
jelas perbedaannya. Melalui karakteristik tersebut, kita dapat
mengetahui bahwa remaja zaman dulu memiliki ciri khas yang berbeda
dengan remaja zaman sekarang. Agar mahasiswa dapat mengerti
bahwa ada karakteristik yang baik dari remaja zaman dulu yang dapat
ditiru.
Dalam pendidikan ada dua hal pokok yaitu teori dan praktek,
teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana
seharusnya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah
tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya.
Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah
bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain.
Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi,
dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan.
Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya yaitu
keterbatasan aksesibilitas dan daya tampung, rendahnya sarana fisik,
rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya
mutu SDM pengelola pendidikan, rendahnya kesempatan pemerataan
pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa.
b. Saran
1) Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas
antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan, meningkatkan kualitas guru
juga prestasi siswa, dan memasukan pendidikan moral sedini
mungkin.
2) Marilah kita sebagai mahasiswa yang baik kita diharpkan untuk
bisa meniru hal-hal baik dari kehidupan remaja zaman dulu.
3) Perlu adanya kesadaran dari masing-masing pribadi agar
kehidupan kita lebih layak untuk dipandang orang baik melalui
perkataan, sikap, maupun perbuatan,
34 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Internet :
1) http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/09/29/15484888/Populas
i.Penduduk.Muda.Modal.Besar.Indonesia
2) http://tasyasambas.blogspot.co.id/2015/04/akibat-penyimpangan-
sosial-dalam_23.html#0
3) http://www.landasanteori.com/2015/08/pengertian-anak-menurut-
definisi-ahli.html
4) https://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa
5) https://id.wikipedia.org/wiki/Moral
6) http://zelously.blogspot.co.id/2016/04/generasi-muda-indonesia-
generasi.html
7) http://dlusyanatampubolon.blogspot.co.id/

More Related Content

Similar to POTRET BURAM ANAK BANGSA

Makalah character building(ank jlanan)
Makalah character building(ank jlanan)Makalah character building(ank jlanan)
Makalah character building(ank jlanan)Susyapriyani
 
Tugas Presentasi Makalah Perkembangan Masa Anak
Tugas Presentasi Makalah Perkembangan Masa AnakTugas Presentasi Makalah Perkembangan Masa Anak
Tugas Presentasi Makalah Perkembangan Masa AnakIvarizkyArifah
 
MAKALAH PPFM KEL 1.docx
MAKALAH PPFM KEL 1.docxMAKALAH PPFM KEL 1.docx
MAKALAH PPFM KEL 1.docxvandy39
 
Seri buku literasi digital - kajian dampak media sosial bagi anak dan remaja ...
Seri buku literasi digital - kajian dampak media sosial bagi anak dan remaja ...Seri buku literasi digital - kajian dampak media sosial bagi anak dan remaja ...
Seri buku literasi digital - kajian dampak media sosial bagi anak dan remaja ...literasi digital
 
Seribukuliterasidigital kajiandampakmediasosialbagianakdanremaja-puskakomui-1...
Seribukuliterasidigital kajiandampakmediasosialbagianakdanremaja-puskakomui-1...Seribukuliterasidigital kajiandampakmediasosialbagianakdanremaja-puskakomui-1...
Seribukuliterasidigital kajiandampakmediasosialbagianakdanremaja-puskakomui-1...okta larasati
 
Pendidikan di Indonesia
Pendidikan di IndonesiaPendidikan di Indonesia
Pendidikan di IndonesiaAliffanin
 
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)verdalena
 
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)verdalena
 
MAKALAH baru 2.docx
MAKALAH baru 2.docxMAKALAH baru 2.docx
MAKALAH baru 2.docxTIRASBALYO
 
Pengaruh pendidikan terhadap perekonomian masyarakat karsos
Pengaruh pendidikan terhadap perekonomian masyarakat   karsosPengaruh pendidikan terhadap perekonomian masyarakat   karsos
Pengaruh pendidikan terhadap perekonomian masyarakat karsosPamela Sandhya
 
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasarMeningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasarrizkywibowopambudi
 
Makalah (permasalahan pendidikan)
Makalah (permasalahan pendidikan)Makalah (permasalahan pendidikan)
Makalah (permasalahan pendidikan)e pai
 
Pedoman Model Pembelajaran Ekonomi Berbasis Teori Kecerdasan Majemuk (Multipl...
Pedoman Model Pembelajaran Ekonomi Berbasis Teori Kecerdasan Majemuk (Multipl...Pedoman Model Pembelajaran Ekonomi Berbasis Teori Kecerdasan Majemuk (Multipl...
Pedoman Model Pembelajaran Ekonomi Berbasis Teori Kecerdasan Majemuk (Multipl...DavidFernandoPurba1
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadisofhi12
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadisofhi12
 
eBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdf
eBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdfeBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdf
eBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdfleni narulita
 

Similar to POTRET BURAM ANAK BANGSA (20)

Makalah character building(ank jlanan)
Makalah character building(ank jlanan)Makalah character building(ank jlanan)
Makalah character building(ank jlanan)
 
Tugas Presentasi Makalah Perkembangan Masa Anak
Tugas Presentasi Makalah Perkembangan Masa AnakTugas Presentasi Makalah Perkembangan Masa Anak
Tugas Presentasi Makalah Perkembangan Masa Anak
 
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINIPENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
 
Buku pegangan kader
Buku pegangan kaderBuku pegangan kader
Buku pegangan kader
 
MAKALAH PPFM KEL 1.docx
MAKALAH PPFM KEL 1.docxMAKALAH PPFM KEL 1.docx
MAKALAH PPFM KEL 1.docx
 
Seri buku literasi digital - kajian dampak media sosial bagi anak dan remaja ...
Seri buku literasi digital - kajian dampak media sosial bagi anak dan remaja ...Seri buku literasi digital - kajian dampak media sosial bagi anak dan remaja ...
Seri buku literasi digital - kajian dampak media sosial bagi anak dan remaja ...
 
Seribukuliterasidigital kajiandampakmediasosialbagianakdanremaja-puskakomui-1...
Seribukuliterasidigital kajiandampakmediasosialbagianakdanremaja-puskakomui-1...Seribukuliterasidigital kajiandampakmediasosialbagianakdanremaja-puskakomui-1...
Seribukuliterasidigital kajiandampakmediasosialbagianakdanremaja-puskakomui-1...
 
Pendidikan di Indonesia
Pendidikan di IndonesiaPendidikan di Indonesia
Pendidikan di Indonesia
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
 
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
Draf panduan desa ramah anak provinsi jawa tengah final (1)
 
MAKALAH baru 2.docx
MAKALAH baru 2.docxMAKALAH baru 2.docx
MAKALAH baru 2.docx
 
Pengaruh pendidikan terhadap perekonomian masyarakat karsos
Pengaruh pendidikan terhadap perekonomian masyarakat   karsosPengaruh pendidikan terhadap perekonomian masyarakat   karsos
Pengaruh pendidikan terhadap perekonomian masyarakat karsos
 
Bowo
BowoBowo
Bowo
 
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasarMeningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
Meningkatkan peran guru untuk membentuk karakter anak sekolah dasar
 
Makalah (permasalahan pendidikan)
Makalah (permasalahan pendidikan)Makalah (permasalahan pendidikan)
Makalah (permasalahan pendidikan)
 
Pedoman Model Pembelajaran Ekonomi Berbasis Teori Kecerdasan Majemuk (Multipl...
Pedoman Model Pembelajaran Ekonomi Berbasis Teori Kecerdasan Majemuk (Multipl...Pedoman Model Pembelajaran Ekonomi Berbasis Teori Kecerdasan Majemuk (Multipl...
Pedoman Model Pembelajaran Ekonomi Berbasis Teori Kecerdasan Majemuk (Multipl...
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
eBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdf
eBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdfeBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdf
eBook 1001 cara bicara dengan remaja.pdf
 

Recently uploaded

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Recently uploaded (20)

MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

POTRET BURAM ANAK BANGSA

  • 1. MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN “POTRET BURAM ANAK BANGSA” Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Dosen Pengajar : Bapak Hairus, SH., MH. Disusun oleh : KELOMPOK 6 1. FAISAL APRILLIAWAN (1641720004) 2. KRIS WIDYO FEBYANTI (1641720006) 3. MUHAMMAD DIO SYAHRIZAL (1641720039) 4. RYAN REVANTARA YUDA (1641720014) JURUSAN TEKNOLOGIINFORMASI PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK INFORMATIKA POLITEKNIK NEGERI MALANG 2017
  • 2. 1 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a Kata Pengantar Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT, karena tanpa Rahmat & Ridho-Nya, kita tidak dapat menyelesaikan mekalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Hairus, SH., MH. selaku dosen pengampu kewarganegaraan yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan potret buram anak bangsa. Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna. Malang, 05 Juni 2017
  • 3. 2 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a DAFTAR ISI Kata Pengantar ..........................................................................................................................1 DAFTAR ISI ...............................................................................................................................2 BAB I..........................................................................................................................................3 A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................3 B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................4 C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ......................................................................................4 BAB II.........................................................................................................................................5 A. DEFINISI.........................................................................................................................5 a. Anak.............................................................................................................................5 b. Bangsa ........................................................................................................................5 c. Moral............................................................................................................................6 d. Pendidikan...................................................................................................................6 e. Peran anak bangsa bagi sebuah bangsa...................................................................6 B. KONDISI ANAK BANGSA DARI SEGI MORAL.............................................................8 C. KONDISI ANAK BANGSA DARI SEGI PENDIDIKAN................................................10 D. PERBEDAAN ANAK REMAJA ZAMAN DULU DAN ZAMAN SEKARANG...............11 E. PERSAMAAN ANAK REMAJA ZAMAN DULU DAN ZAMAN SEKARANG................12 a. Perubahan Fisik dan Mental .....................................................................................12 b. Faktor Lingkungan ....................................................................................................13 c. Karakteristik Remaja Zaman Dulu dan Zaman Sekarang........................................17 d. Kebudayaan Remaja Zaman Dulu............................................................................18 e. Kebudayaan Remaja Zaman Sekarang ...................................................................19 f. Faktor Pendidikan .....................................................................................................19 F. PEMICU ........................................................................................................................24 a) Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia ....24 b) Faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya moral dan etika generasi muda...25 G. POTRET BURAM......................................................................................................28 a. Betapa Rusaknya Moral Anak Bangsa Sekarang ....................................................28 b. Rendahnya Kualitas Pendidikan...............................................................................29 H. SOLUSI.........................................................................................................................31 BAB III......................................................................................................................................33 a. Kesimpulan ...................................................................................................................33 b. Saran.............................................................................................................................33 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................34
  • 4. 3 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dahulu Indonesia dikenal sebagai negara yang ramah, berpenduduk penuh etika dan sopan santun. Masyarakat masih menjunjung tinggi tata krama dalam pergaulan sebagaimana anak bersikap kepada orang yang lebih tua maupun hubungan antar teman. Namun seiring laju perkembangan zaman dan perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah sebagian besar masyarakat dunia terutama remaja. Sebagaimana telah diketahui dengan adanya kemajuan informasi di satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya media yang membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka. Dengan adanya hal tersebut, media telah menyumbang peran besar dalam pembentukan budaya dan gaya hidup yang akan mempengaruhi moral remaja. Namun sebagian besar media ini membawa dampak negatif khususnya bagi remaja yang notabenenya lebih banyak menggunakan. Berbagai masalah yang muncul tak terkendali, generasi muda terpelajar baik pelajar maupun mahasiswa harapan bangsa tawuran antara sesama bagaikan lawan yang abadi. Oleh karena itu generasi muda memerlukan perbaikan yang lebih melalui membangun pendidikan karakter. Hilangnya moral para remaja adalah suatu hal yang telah banyak disaksikan di seluruh pelosok bumi nusantara, termasuk di Indonesia. Moral remaja yang telah hilang termasuk dalam kenakalan remaja. Yaitu masalah yang telah mengancam bangsa ini. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Remaja yang seharusnya menjadi tumpuhan masa depan bangsa tidak lagi dapat diharapkan. Walaupun tidak sedikit juga para remaja yang telah banyak menulis tinta emas dalam sejarah bangsa di dunia Internasional. Namun tidak sedikit juga para remaja ini yang salah jalan. Mereka bahkan tidak sadar akan keberadaannya dan siapa dirinya sendiri.
  • 5. 4 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Kondisi Anak Bangsa Pada Saat Ini. 2. Bagaimana Perbedaan Remaja Zaman Dahulu dan Zaman Sekarang. 3. Bagaimana Solusi Yang Dapat DiberikanDari Permasalahan-permasalahan Pemicunya. C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka tujuan penulisan adalah untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi generasi bangsa yang dillihat dari segi moralitas dan pendidikan. 2. Manfaat Dari penulisan ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan pengetahuan serta wawasan penulis kepada pembaca tentang keadaan generasi bangsa sekarang ini sehingga kita dapat mencari solusinya secara bersama agar generasi bangsa di masa yang akan datang dapat lebih baik lagi kedepannya.
  • 6. 5 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI a. Anak Menurut The Minimum Age Convention Nomor 138 tahun 1973, pengertian tentang anak adalah seseorang yang berusia 15 tahun ke bawah. Sebaliknya , dalam Convention on The Right Of the Child tahun 1989 yang telah diratifikasi pemerintah Indonesia melalui Keppres Nomor 39 Tahun 1990 disebutkan bahwa anak adalah mereka yang berusia 18 tahun ke bawah. Sementara itu, UNICEF mendefenisikan anak sebagai penduduk yang berusia antara 0 sampai dengan 18 tahun. Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, menyebutkan bahwa anak adalah mereka yang belum berusia 21 tahun dan belum menikah. Sedangkan Undang-undang Perkawinan menetapkan batas usia 16 tahun (Huraerah, 2006: 19). Maka, secara keseluruhan dapat dilihat bahwa rentang usia anak terletak pada skala 0 sampai dengan 21 tahun. Penjelasan mengenai batas usia 21 tahun ditetapkan berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial, kematangan pribadi dan kematangan mental seseorang yang umumnya dicapai setelah seseorang melampaui usia 21 tahun. Menurut Undang–undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, hak anak adalah bagiandari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orangtua, masyarakat, pemerintah dan negara. b. Bangsa Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap Nasional memiliki identitas bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, agama, ideologi, budaya, dan sejarah. Mereka umumnya dianggap memiliki asal usul keturunan yang sama. Definisi bangsa menurut para ahli : a. Menurut Ernest Renan (Perancis) Bangsa adalah sekelompok manusia yang berada dalam suatu ikatan batin yang dipersatukan karena memiliki persamaan sejarah, serta cita-cita yang sama. b. Menurut Otto Bauer (Jerman) Bangsa merupakan sekelompok manusia yang memiliki persamaan karakter karena persamaan nasib dan pengalaman sejarah budaya yang tumbuh berkembang bersama dengan tumbuh kembangnya bangsa. c. Menurut Ben Anderson Bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat. d. Menurut Hans Kohn Bangsa itu terjadi karena adanya persamaan ras, bahasa, adat istiadat dan Agama yang menjadi pembeda antara bangsa satu dan bangsa lain.
  • 7. 6 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a c. Moral Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikapamoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah- sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama. d. Pendidikan Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang. Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat global, Pasal 13 PBB 1966 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Meskipun pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai usia tertentu, bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan sebagiankecil orang tua memilih untuk pendidikan home- schooling, e-learning atau yang serupa untuk anak-anak mereka. e. Peran anak bangsa bagi sebuah bangsa Muda adalah seseorang yang secara fisik mengalami perkembangan secara psikis dan mengalami perkembangan secara emosional. Sehingga pemuda ialah sumber daya manusia jangka panjang sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan
  • 8. 7 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a generasi saat ini. WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa seseorang yang dikatakan muda adalah bagi mereka yang berusia 10- 24 tahun, sedangkan usia 10-19 tahun disebut dengan "adolescenea" atau remaja. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Definisi Pemuda adalah mereka yang berusia 18 hingga 35 Tahun. Usia muda merupakan masa perkembangan secara biologis dan psikologis. Selain itu, pemuda juga selalu memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi masyarakat pada umumnya. Dalam makna positif aspirasi yang berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu yang kreatif dan inovatif. Menurut Ketua Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia Abipryadi Riyanto menyatakan bahwa populasi penduduk Indonesia berada di usia produktif yaitu pada umur 15-64 Tahun, merupakan modal besar bagi perekenomoan nasional. selain itu juga, Penduduk dengan usia 15-64 tahun jumlahnya mencapai 60% dari total penduduk nasional yang mencapai 240 juta orang. Angka ini, hanya Indonesia yang memiliki populasi yang produktif hingga tahun 2030. Bila dibandingkan dengan China, yang hanya memiliki penduduk produktif sampai tahun 2015. Ini karena adanya kebijakan satu anak (one child policy). Namun, pada 1 Januari 2016. Pemerintah Tiongkok resmi mengizinkan pasangan- pasangan di China untuk memiliki dua anak. Pada dasarnya kebijakan yang sebelumnya dilakukan oleh pemerintahan China pada saat memberlakukan one child policy, memang mampu mengalami perbaikan dalam taraf hidup, menurut pemerintah China dengan adanya kebijakan One Child Policy upaya ini telah berhasil mengurangi angka kelahirahan hingga 400 juta jiwa selama pelaksanaannya. Dengan adanya keuntungan populasi penduduk Indonesia dengan Usia Produktif yang mencapai 240 Juta Orang dari total penduduk Nasional. seharusnya generasi muda di Indonesia mampu menjadikan negara Indonesia menjadi lebih baik dibanding negara lain, karena negara kita memiliki usia produktif yang lebih unggul. Hanya saja dengan lebih banyaknya jumlah kaum muda harus disertai dengan pengembangan potensi khusus untuk kaum muda Indonesia agar mampu menyaingi kaum muda dari berbagai negara lainnya. Seperti kita ketahui bahwa generasi muda adalah salah satu komponen yang perlu dilibatkan dalam pembangunan baik secara nasional maupun di daerah, karena memiliki sumber daya manusia yang potensial yang mendukung keberhasilan pembangunan daerah, mengapa demikian? karena generasi muda memiliki Fisik yang kuat, pengetahuan baru, inovatif dan tingkat kreatif yang dapat digunakan untuk membangun daerah dan secara umum dapat membangun Negara Indonesia di masa yang akan datang. Dalam mempersiapkan dan memberdayakan generasi muda agar mampu berperan sebagai pelaku aktif dalam pembangunan, tidak terlepas dari berbagai tantangan yang akan dihadapi, diantaranya : Permasalahan sosial yang dilakukan generasi muda seperti melakukan tindak kriminalitas, kekerasan, penyalahgunaan menggunakan narkotika, minuman keras adalah Permasalahan sosial
  • 9. 8 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a yang hingga saat ini masih menjadi musuh terbesar dari generasi bangsa ini. Menciptakan generasi penurus yang disiplindan terhindar dari segala macam bentuk permasalahan sosial adalah tugas bersama yang harus dilakukan baik itu dari orangtua dirumah (internal) maupun sekolah (Eksternal). Serta peran dari pemerintahan yang harus turut andil untuk menjauhkan anak bangsa dari permasalahan penyimpangan sosial. Permasalahan lainnya dalam hal ketahanan budaya dan kepribadian yang saat ini tidak bisa dihindarkan, dimana adanya budaya luar yang dapat mempengaruhi pola berpikir dan berprilaku generasi muda yang sudah tersebar malalui kemajuan teknologi komunikasi, dan juga derasnya arus informasi global yang berdampak pada penetrasi budaya asing. Akibat pengaruh budaya luar negeri, generasi muda jadi kurang berkembang kemandiriannya, kreativitas serta produktivitas. Sehingga generasi muda kurang dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan yang sesuai dengan karakter Indonesia yakni gotong-royong dan semangat dalam membangun bangsa sebagaimana dicontohkan pemuda (anak bangsa) ketika berjuangan mempertahankan kemerdekaan. Perlawanan saat ini terhadap derasnya kemajuan teknologi serta masuknya budaya luar ke dalam negeri ini bukan berarti harus diperangi dalam arti mengangkat senjata akan tetapi kita (sebagai generasi bangsa) harus mampu lebih mencintai negeri ini dan tidak terpengaruh secara berlebihan terhadap budaya asing. B. KONDISI ANAK BANGSA DARI SEGI MORAL Moralitas merupakan suatu fenomena manusiawi yang universal, menjadi ciri yang membedakan manusia dari binatang. Pada binatang tidak ada kesadaran tentang baik dan buruk, yang boleh dan yang dilarang, yang harus dan yang tidak pantas dilakukan baik keharusan alamiah maupun keharusan moral. Keharusan alamiah terjadi dengan sendirinya sesuai hukum alam. Sedangkan, keharusan moral bahwa hukum yang mewajibkan manusia melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Orang yang memiliki kepribadian dan budi pekerti yang baik akan tercermin dari setiap tindak-tanduknya. Ia selalu mematuhi norma (aturan) yang berlaku di lingkungan masyarakat dimana ia tinggal. Dengan demikian, moral adalah ajaran atau pedoman yang dijadikan landasan untuk bertingkah laku dalam kehidupan agar menjadi manusia yang baik dan beraklak mulia. Akan tetapi saat ini bangsa Indonesia tengah mengalami gejolak sehubungan dengan kemerosotan moral dari generasi muda Indonesia. Perkembangan informasi dan teknologi yang begitu cepat dan dengan mudah diakses baik melalui jaringan internet atau media cetak. Sehingga setiap waktu kejahatan akan terlihat secara kasat mata maupun tersembunyi. Hal utama Keterangan : (Seorang siswa sedang merokok)
  • 10. 9 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a yang harus menjadi perhatian bagi bangsa ini adalah secara tidak langsung tengah terjadi penjajahan moral terhadap generasi muda kita. Coba kita lihat banyak anak putus sekolah, perkosaan dimana-mana, Guru memperkosa anak didik, orang tua memperkosa anak kandung, dan banyak lagi yang bisa kita tuliskan di sini, itu semua berdampak buruk terhadap psikologi anak. Untuk itu saya mengajak guru dan para pembaca tulisan ini, untuk mendidik anak kita agar terhindar dari krisis moral, dan khusus untuk para guru, selain mengajar bidang study seorang guru dapat memberikan nasehat bagi anak murid didiknya. Pada hakikatnya terjadinya krisis moral jauh lebih berbahaya daripada krisis lainya karena krisis moral akan melumpuhkan segala aspek/sendi dalam kehidupan bermasyarakat/bernegara. Penyebab Utamanya adalah mereka tidak memiliki Ideologi yang bagus dalam penerapanya. Sebenarnya Bangsa Indonesia memiliki Ideologi yang luhur yaitu Pancasila. Akan tetapi Ideologi ini sekarang tidak dijalankan secara murni dan konsekuen sehingga yang terjadi adalah keserakahan dan kekacauan dimana mana. Jadi segala tindakannya tidak menyentuh Asas Ketuhan, Kemanusian, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Jika diamati secara umum, maka ada tujuh masalah utama moral bangsa diantaranya. 1. Hilangnya Kejujuran Berdasarkan laporan hasil investigasi sebuah lembaga survei dinyatakan bahwa korupsi menyebar merata di wilayah negara ini, dari Aceh hingga Papua. Karena itu dari tahun ke tahun posisi Indonesia sebagai negara terkorup selalu menduduki peringkat 10 besar dunia dalam indeks persepsi korupsi (CPI) menurut data dari Transperenscy International. 2. Hilangnya Rasa Tanggung Jawab Sebelum bendungan Situ Gintung jebol, Kompas 28 Juli 2008 memberitakan bahwa sebanyak 50 bendungan dari total 106 dinyatakan rusak. Rusaknya infrastruktur pengairan ini menurut penelitian disebabkan perawatan operasional bangunan yang kurang memadai. Masalah seperti ini terjadi juga pada infrastruktur lainnya seperti banyaknya gedung yang hampir roboh. Kasus lain adalah rusaknya beberapa ruas rel kereta api yang diakibatkan besi baja rel kereta diambil oleh oknum. Berita-berita tersebut merupakan cermin bahwa telah terjadi penurunan moral tanggung jawab di masyarakat yang dapat berakibat fatal bagi keselamatan masyarakat. 3. Tidak Berpikir Jauh ke Depan (Visioner) Eksploitasi alam adalah salah satu bentuk dari produk berpikir jangka pendek. Sebagai contoh, pembalakan hutan mencapai 0,6-1,3 juta ha/tahun (Abdoellah, 1999), bahkan angka tersebut diperkirakan telah melonjak menjadi 1,3–2 juta ha/tahun (KMNLH, 2002). Akibat dari berbagai eksploitasi alam telah menimbulkan berbagai bencana. Dalam kurun waktu 2006-2007 bencana ekologis (banjir, longsor, gagal panen, gagal tanam, kebakaran hutan) tercatat 840 kejadian bencana. 4. Rendahnya Disiplin Pada Sabtu, 9 Februari 2008 Suara Karya memberitakan bahwa ribuan pegawai negeri sipil (PNS) di DKI Jakarta dan berbagai daerah nekat tidak masuk kerja alias mangkir pada hari pascalibur Imlek 2559 (8/2). Kasus
  • 11. 10 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a mangkir, selalu terjadi setiap hari kejepit atau pascalibur (cuti) nasional. Disebutkan bahwa meski ada aturan PP No.30/1980 yang menyatakan bahwa ada tiga tingkatan pemberian sanksi kepada PNS dari mulai hukuman disiplin ringan, sedang, dan berat, namun budaya mangkir ini masih kental di kalangan pegawai negeri. Hal ini merupakan cermin karakter bangsa yang mengabaikan budaya disiplin. 5. Kriris Kerjasama Terjadinya perpecahan dan benturan di antara komponen masyarakat menunjukkan bahwa bangsa ini sedang mengalami krisis persatuan dan melunturnya budaya kerjasama. Demikian juga dengan jumlah kasus tawuran di antara mahasiswa dan pelajar yang cenderung meningkat. 6. Krisis Keadilan Partnership for Governance Reform pada 2002 menempatkan lembaga peradilan di Indonesia menempati peringkat lembaga terkorup menurut persepsi masyarakat. Hal tersebut diperkuat dengan laporan Komisi Ombudsman Nasional (KON) tahun 2002, bahwa berdasarkan pengaduan masyarakat menyebutkan penyimpangan di lembaga peradilan menempati urutan tertinggi. 7. Krisis Kepedulian Media masa beberapa waktu yang lalu melaporkan adanya beberapa warga masyarakat yang meninggal akibat kelaparan. Berita ini menunjukan bahwa kepedulian juga telah menipis dalam kehidupan masyarakat. Jika kita melihat potret kehidupan bangsa saat ini, maka jelas terlihat bahwa masalah moral sesungguhnya merupakan hal yang tidak kalah penting dibanding masalah ekonomi. Jika hal itu dibiarkan, akan mengancam masa depan bangsa. Namun sayang, masalah moral ini kerap terpinggirkan dari agenda dan rencana para calon pemimpin bangsa. C. KONDISI ANAK BANGSA DARI SEGI PENDIDIKAN Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk. Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid- muridnya. Guru-guru tentuya punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang, guru- guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun. Keterangan : Kondisi memprihatinkan sebuah kelas yang sedang berlangsung proses belajar
  • 12. 11 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah. “Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007). Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesi a, antara lain yaitu: 1. Meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka partisipasi. 2. Menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender. 3. Meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional. 4. Pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan. 5. Pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah. 6. Pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan. Untuk tahun ini dianggarkan Rp 44 triliun. 7. Penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan. 8. Pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas penddikan. D. PERBEDAAN ANAK REMAJA ZAMAN DULU DAN ZAMAN SEKARANG Masa remaja mengalami rentang waktu sekitar 10 tahun, yang terbagi dalam tiga fase berikut ini: 1. Remaja awal (10-13 tahun). 2. Remaja tengah (14-17 tahun). 3. Remaja akhir (18-21 tahun). Dalam sebuah survei terhadap 27.000 orang yang berusia 12 -- 19 tahun dari seluruh dunia, ditemukan bahwa generasi remaja masa kini dicirikan oleh beberapa hal: 1. Sangat berpusat pada diri sendiri dan ingin memuaskan keinginannya tanpa pikir panjang. Mereka terbiasa dengan musik keras, tato, dll. Mereka kurang dalam hal kepemimpinan, inisiatif, motivasi, dan komitmen. Bunuh diri yang banyak terjadi pada generasi ini menjadialasan yang diambil saat mereka mengalami situasi sulit. 2. Mereka percaya bahwa kesuksesan tergantung pada diri mereka sendiri. Mencari kerja yang baik menjadi prioritas mereka. 3. Dalam kehidupan yang sangat sulit, mereka merindukan keluarga sebagai tempat menghadapi kesulitan hidup.
  • 13. 12 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a 4. Mereka membutuhkan identifikasi pada kebutuhan pasar, seperti memakai sepatu atlet terkenal, minum Coca-Cola, dll.. 5. Remaja sekarang terbiasa berbelanja. Mereka membeli barang yang mereka inginkan, bukan yang dibutuhkan. Ironisnya, contoh ini mereka dapatkan dari orang tua dan pengaruh iklan yang luar biasa. 6. Mereka sangat senang melakukan perjalanan dan petualangan, termasuk menjelajah lewat internet. 7. Mereka senang mengoleksi CD, menonton televisi, "chatting", dll.. Akhirnya, kecanduan media. Di sisi lain, mereka adalah generasi yang sangat rindu untuk bisahidup senang dan bahagia. E. PERSAMAAN ANAK REMAJA ZAMAN DULU DAN ZAMAN SEKARANG a. Perubahan Fisik dan Mental Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat, yang dicirikan dengan Penambahan berat, perubahan konfigurasi anggota-anggota tubuh (mulai serasi dan pas), mematangnya organ-organ reproduksi, dan tumbuhnya tanda-tanda seksual sekunder seperti kumis dan jenggot pada pria, dan buah dada pada wanita. Perubahan-perubahan hormonal ini diiringi dengan bertambahnya kepekaan perasaan remaja (lebih moody), meningginya rasa tertarik pada lawan jenis, dan meningkatnya level agresi (ingin atau senang berkelahi). Remaja putri yang matang lebih awal akan mengalami stres yang bertambah. Kalau dia terlihat gemuk, akan mengundang komentar dari teman-temannya dan mengganggu dirinya. Akibatnya, dia cenderung bergaul dengan kawan yang berusia di atasnya. Hal ini memperbesar kemungkinan ia akan merokok, minum alkohol, menggunakan obat terlarang, dan terlibat hubungan seks. Ia juga sering menghadapi konflik dengan orang tua. Hal ini membuatnya enggan bertanya pada orang tua. Pada masa ini, teman prianya mulai tertarik padanya. Padahal, ia belum siap menghadapi tekanan-tekanan ini. Ada bukti, pada masa ini mereka cenderung mengalami gangguan psikologis yang lebih banyak dibandingkan dengan remaja putri yang matang sesuai usianya, misalnya gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan makan (semuanya tergolong gangguan internal). i. Kebutuhan untuk Diterima Teman sebaya merupakan sumber harga diri terbesar bagi seorang remaja. Itulah sebabnya, mereka mudah terjebak pada teman. Misalnya, seorang anak yang alim di rumah atau rajin sekolah minggu terjebak minum dengan temannya, bahkan ke pelacuran. Karena itu, nilai iman yang ditanamkan sejak dini dapat mencegah dia terjerumus lebih dalam. ii. Berpikir Logis Umumnya, remaja lebih mampu mengemukakan alasan untuk berargumentasi dengan orang tua karena mereka sudah bisa berpikir secara abstrak. Pertumbuhan intelektual yang cepat dan banyaknya informasi yang mereka terima, membuat anak remaja merasa diri lebih benar daripada orang tuanya.
  • 14. 13 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a iii. Senang dengan Teman Sebaya Remaja juga semakin dekat dengan teman sebayanya dan lebih mementingkan mereka. Mereka membangun persetujuan bersama yang sangat mereka pegang (pakaian, rambut, musik, dll.). Akibatnya, mereka lebih senang dengan orang yang menyetujui ide mereka. iv. Menguji Nilai, Nasihat, dan Iman Orang Tua Mereka sangat bergumul dengan nilai-nilai orang tua mereka yang dianggap ortodoks. Orang tua yang bijak akan berusaha menjelaskan iman pribadinya tanpa sikap otoriter, kemudian mendorong anaknya untuk mencari dan memiliki keyakinan pribadi. Orang tua juga perlu memberikan kesempatan lewat dialog yang terus-menerus, agar iman dan sikap terhadap nilai-nilai yang benar terbentuk dalam diri anak. Tujuan orang tua bukanlah memberikan jawaban yang mudah, melainkan menguatkan anak untuk mencari jalan hidup mereka tanpa didikte. b. Faktor Lingkungan Waktu berputar, tahun berganti, zaman pun berubah. Tidak ada yang abadi di dunia ini, setiap perubahan akan membawa dampak perubahan pada bidang lain. Yang abadi adalah perubahan itu sendiri. Dahulu begini, sekarang begitu, kalau dulu ini, sekarang itu. Perbedaan zaman membuat banyak perbedaan yang terjadi pada kehidupan generasi muda. Tidak mungkin kita menyamakan generasi muda zaman dahulu dan sekarang karena kondisinya saja sudah berbeda. 1. Makanan Tidak ada makanan rekayasa genetika,tanpa bahan kimia, tidak ada pertanian intensif, tidak perlu label “Organik”. Makanan abad pertengahan lebih baik dari apa yang kita miliki saat ini, bahkan pernyataan di atas baru sedikit dari sebagian pernyataan yang lain. Makanan abad pertengahan ini tidak di hias dan penampilannya itu, orang-orang pertengahan abad ini mau memakan makananan hampir dua potong roti setiap hari, 8 oz daging atau ikan dengan ukuran seperti steak lalu di sertai dengan sayuran kacang, lobak, wortel, tiga pint bir. Di banding zaman sekarang kalorinya sekitar 2.700 kalori per hari sedangkan zaman dulu sekitar 3.500 sampai 4.000 kalori per hari . 2. Pekerjaan Kalau zaman dulu tidak ada masalah dengan yang namanya pengangguran tidak seperti zaman sekarang,kalau seorang buruh dapat mengolah tanah . Kalau ada ahli dagang maka dapat pekerja menjalankan toko,dan begitu juga dengan berburu . Kapasitas zaman dulu kebanyakan laki-laki yang melakukan pekerjaan,jika ada yang tidak bisa bekerja biasanya cacat atau sakit maka orang itu dijaga oleh biarawati sukarela dan
  • 15. 14 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a rahib atau keluarga sendiri yang merawat dengan keadaan memiliki cukup dana. 3. Gaya Hidup Gaya hidup zaman dulu lebih baik maksudnya lebih sehat dan mudah, jika menjadi bangsawan makanannya makanan sehat, lezat dan bergizi sepanjang waktu dan akan di sibuki dengan kegiatan yang sangat banyak. Jika menjadi buruh maka akan bekerja selama bulan musim panas dan musim dingin untuk menunggu dan menikmati hasil panen setelah membayar pajak untuk pemilik tanah itu. Persyaratan sebagai seorang buruh diantaranya : membayar sepersepuluh hasil panen (gandum), melakukan beberapa pekerjaan aneh dengan kebalikannya bisa melakukan apa saja untuk ke inginan sendiri dengan tanah itu, menjamin tanah harus perlidungan dari penjahat dan menyediakan bahan makanan pada saat kelaparan. Akan menjadi sangat kaya apabila buruh tersebut melakukan dengan bijak dengan tanah lahan tersebut. 4. Kejahatan Yang melakukan kejahatan akan di adili dan di eksekusi, yang melakukan kejahatan kecil di permalukan di depan publik atau di denda. Kalau di zaman sekarang kejahatan kecil di penjara sesuai dengan undang-undang hukum zaman sekarang. 5. Uang Pada abad pertengahan uang itu adalah uang maka kalau memiliki emas maka memiliki emas. Ekonomi zaman dulu di dasari pada produksi di gantikan dengan ekonomi yang di dasari pada sebuah banyak emas raja yang di keluarkan ke public. 6. Keindahan Kelangsungan hidup banyak dari mereka karya seni yang mengajarkan kita banyak tentang sejarah permadani atau lukisan . Jika tidak memiliki akses ini,maka anda bisa melihat beberapa karya seni yang luar biasa dalam busana liturgis yang dikenakan oleh pendeta dalam misa setiap hari yang terbuat dari bahan tenunan dengan penambahan benang emas. 7. Percintaan Beda jauh dengan zaman sekarang,zaman dulu di sebut dengan ksatria yang matang penuh antara usia 16 dan 20 . Ksatria bertugas atau melayani 40 hari satu tahun untuk junjungan mereka setelah itu mereka meghabiskan hari-hari di turnamen . 8. Permainan Senang bermain digital online? Rasanya kamu akan betah berjam-jam menatap layar computer untuk melakukan games online, bahkan dengan pemain yang tidak kamu kenal di belahan
  • 16. 15 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a dunia lain. Games online memang mengasyikkan, mengasah kita untuk bertindak cepat. Namun bila tidak dilakukan dengan bijak, akan membuat kamu ketagihan dan melupakan berbagai hal seperti pekerjaan rumah atau tugas kuliah. Bandingkan dengan zaman dahulu permainan di dominasi permainan fisik secara nyata seperti petak umpet, gobak sodor, atau lompat karet. Semua permainan tersebut melatih keterampilan, kerja sama, dan kecerdasan. Keduanya sama-sama bermain, namun teknologi mengubah permainan menjadi lebih canggih. Bila generasi sekarang lebih pintar karena teknologi, generasi zaman dahulu lebih tangkas. 9. Teknologi Teknologi memegang peranan penting dalam perubahan generasi dahulu dan sekarang. Generasi sekarang sangat dimanjakan oleh teknologi, semua menjadi lebih mudah dengan adanya teknologi. Ingin mengerjakan PR dari sekolah? Tugas kuliah? Atau presentasi dari bos di kantor? Teknologi akan membantu dengan sangat mudah, internet siap dipakai kapan pun. Telepon tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi biasa, namun berubah menjadi sumber informasi, ajang eksistensi diri, bahkan sebagai hiburan. Bila mengenal televisi, maka generasi kini mengenal berbagai tekonologi mulai dari smartphone sampai tablet. Tidak gaul rasanya bila tidak menenteng teknologi tinggi ini ke mana-mana. Generasi sekarang jelas lebih pintar secara teknologi namun mereka pun memiliki tantangan sendiri untuk belajar dewasa memilih teknologi agar digunakan untuk kebaikan. Tidak setiap informasi yang diperoleh dari teknologi baik dan sesuai norma. Disinilah tantangan generasi sekarang dalam menyikapi teknologi. 10. Fashion Generasi zaman dahulu cenderung tidak neko-neko dalam berpakaian, apa yang diberikan orang tua itulah yang dipakai. Namun generasi kini lebih menunjukkan kreativitas dan berani dalam berbusana. Banyak pilihan fashion yang modis namun tetap syar’I dan mengikuti adat timur. Hal ini dikarenakan lebih terbukanya dalam bergaul dengan kultur lain. Berbagai mode lintas budaya saling bertukar dan membawa perubahan. Perubahan ini jelas membawa warna sendiri dalam fashion, namun lagi-lagi generasi sekarang ditantang untuk dapat memfilter apa yang mereka lihat dan terapkan. Dunia semakin terbuka, namun akal harus tetap bijak. 11. Bahasa Bahasa gaul tetap menjadi ciri khas generasi muda dari zaman ke zaman. Namun tampaknya generasi kini sangat kreatif
  • 17. 16 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a dalam membuat bahasa gaul, hampir-hampir banyak yang tidak mengerti dengan bahasa generasi sekarang. Perpaduan huruf dengan angka sering mewarnai tulisan generasi sekarang dan kata-kata yang nyeleneh sering terdengar dalam obrolan. K4mu m3ng3rti, k4n? Mengerti? Ciyus? Miapah? Kamu pasti familiar dengan kalimat seperti itu, yang akan ditanggapi generasi dahulu dengan kerutan di kening. 12. Sosialisasi Dalam bersosialisasi, generasi dahulu lebih banyak bertemu langsung. Mungkin beberapa sobat Lebaran yang masa kecilnya pada tahun 1990-an masih ingat setiap sore akan berkunjung ke rumah temannya untuk mengajak main bersama, memiliki sahabat pena, dan mengirim kartu ucapan entah itu Lebaran atau ulang tahun. Namun kini sosialisasi diakukan melalui media, bercengkrama di Twitter, mengucapkan ulang tahun di wall Facebook, atau asyik bercerita melalui BBM. Mana yang lebih baik? Tidak dapat dikatakan generasi muda sekarang lebih baik atau lebih buruk karena setiap perubahan kembali kepada kualitas pribadi masing-masing. Perubahan yang tidak diikuti dengan akhlak, sikap bijak, dan filter yang cerdas tidak akan membawa perubahan yang lebih baik, bila diikuti dengan kecerdasan, mental yang kuat, dan tetap santun, maka dipastikankamu akan menjadi generasi muda yang kritis, berprestasi dan membanggakan. Tidak mudah memang menghadapi arus globalisasi dan teknologi yang menjamur, namun be good next generation all! Jangan skeptis terhadap perubahan, namun jangan pula mau terbawa arus. 13. Mengenali Kekerasan Banyak kekerasan diberitakan di media bioskop, film, TV, lagu, novel, cergam, dll.. Anak remaja menyukai film laga yang penuh dengan kekerasan. Mereka tidak menyadari dampak langsung dan tidak langsung dari media karena dampak tersebut sudah terlalu biasa bagi mereka. Tidak jarang, mereka justru melihat langsung perkelahian antarsekolah/remaja. Jadi, tidaklah mengherankan jika semakin banyak anak remaja yang terlibat dalam tindak kekerasan dan pembunuhan. 14. Keluarga yang Retak Sebanyak 4 dari 10 remaja Amerika (39 persen) hidup atau tinggal hanya dengan 1 orang tua saja. Dan, 8 dari 10 kasus ini, yang absen adalah ayah. Kaum sosiologis berkata, "Belum pernah keluarga begitu berubah. Semakin banyak wanita karier, orang tua tunggal, kawin cerai, pasangan tanpa anak, `kumpul kebo`, dan `pasangan homo` yang mengangkat anak." Keluarga masa kini sudah jarang hidup dalam keluarga batih ("extended family"), tetapi hanya pada keluarga inti. Di samping itu, keluarga makin jauh dengan tetangganya. Dulu,
  • 18. 17 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a remaja kita bisa mengandalkan tetangga, gereja, atau keluarga batihnya. Namun sekarang, itu tidak bisa dilakukan lagi. 15. Pengertian dan Informasi Tentang Seks Remaja masa kini tumbuh dalam sebuah dunia tanpa aturan seks. Bioskop, media cetak, TV, dan musik cenderung mengidentikkan seks dengan cinta. Media melukiskan seks sebagai bagian terpenting dari pacaran yang baik. Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika semakin banyak remaja yang sangat aktif dalam melakukan hubungan seks. Remaja yang tidak aktif dalam melakukan aktivitas seksual malah menjadi bingung dan bertanya-tanya, "Apakahaku normal, ada apa dengan diriku?", "Apakah aku ada kekurangan yang penting?" Di pihak lain, dalam diri mereka yang aktif melakukan seks di luar pernikahan timbul perasaan bersalah. Rata-rata anak remaja jaman sekarang itu ingin bergaul dengan siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, sehingga ia terjerumus kedalam pergaulan itu, yang paling gampang itu biasanya bagi para laki-laki itu salah satunya adalah “ROKOK”, karena mudah di dapat dan kebanyakan orang laki-laki yang suka berkupul di sauatu tempat menghisap rokok. Lalu bagi para perempuan biasanya ia tidak mau gengsi terhadap lawan jenis atau teman yang di anggap saingannya, ia ingin tampil di depan lelaki untuk menarik perhatian, sehingga terlewat batas dan di lihat oleh orang dengan negative, gengsi dengan teman sejenis biasanya dari barang barang yang di pakainya, dia tidak ingin kalah oleh temannya itu sehingga menjadi saingan / saling memamer. 16. Nilai-Nilai Moral dan Agama Pada masa ini, kehidupan moral dan agama sudah bukan lagi hal penting. Remaja semakin sulit mendefinisikan moral dan agama. Dulu, remaja mudah membedakan mana bermoral dan yang tidak. Sekarang, batasannya sangat tipis. Bermoral atau tidak bukan lagi didasarkan pada Kitab Suci, melainkan pada pendapat orang lain. Remaja tumbuh pada nilai-nilai moral dan nilai kesucian. Mereka menganggap baik kalau kebanyakan temannya juga mengatakan bahwa itu baik. Jadi, nilai moral dan nilai baik sangat relatif. c. Karakteristik Remaja Zaman Dulu dan Zaman Sekarang 1. Anak-anak dulu hanya bisa pegang dan hisap “Permen” berbentuk “Rokok” sedangkan anak-anak sekarang sudah hebat pegang dan hisap “Rokok”. 2. Anak-anak dulu takut sama yang namanya “Jarum Suntik” sedangkan anak-anak sekarang sudah bisa “Nyuntik” sendiri (Narkoba). 3. Anak-anak dulu pintar menyanyikan “Lagu Anak-Anak” sedangkan anak-anak sekarang lebih memilih menyanyikan “Lagu Percintaan”.
  • 19. 18 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a 4. Anak-anak dulu hnaya nonton “Film Unyil” sedangkan anak-anak sekarang tontonannya “Film Sinetron yang Tidak Menadidik”. 5. Anak-anak dulu “Nonton BF” ngunmpet-ngumpet sedangkan anak-anak sekarang terang-terangan buat “Film BF”. 6. Anak-anak dulu sangat “Tabu Membicarakan” sex sedangkan anak-anak sekarang sangat “Hebat Melakukan” sex. 7. Anak-anak dulu “Mengerti Arti Pacaran” saat minimal SMP kelas 1 sedangkan anak-anak sekarang “Sudah Bisa Pacaran” sejak SD kelas 1. 8. Anak-anak dulu menjadikan anak perempuan sebagai “Teman Sepermainan” sedangkan anak-anak sekarang anak perempuan sebagai “Korban Pemerkosaan”. 9. Anak-anak dulu habis berkelahi kemudian “Berdamai” sedangkan anak-anak sekarang habis berkelahi kemudian “Membunuh”. 10. Anak-anak dulu “Takut” sama “Guru” sedangkan anak-anak sekarang “Ditakuti” sama “Guru”. 11. Anak-anak dulu hanya bisa “Diam” ketika dimarahi oleh orangtuanya sedangkan anak-anak sekarang bisanya “Melawan dan Tak Segan Menganiaya” Orangtuanya. 12. Anak-anak dulu hanya bisa “Gigit Jari” bila permintaannya tidak dituruti sedangkan anak-anak sekarang akan “Mengamuk” apabila permintaannya tidak dituruti. 13. Anak-anak dulu akan “Menagadu” kepada orangtua bila ada masalah berat sedangkan anak-anak sekarang “Memilih Jalan Pintas atau Bunuh Diri” hanya karena masalah kecil. 14. Anak-anak dulu “Suka Malu-Malu” sedangkan anak-anak sekarang “Tidak Tahu Malu”, “Buat Malu”, dan “Malu-maluin” 15. Anak-anak dulu “Menerima” bila diberikan baju model apa saja dari orangtua sedangkan anak-anak sekarang “Suka Mengkritik” model baju yang orangtua berikan. 16. Anak-anak dulu selalu mengucapkan “Terima Kasih” bila diberi sesuatu sedangkan anak-anak sekarang “Tidak Tahu Terima Kasih” terhadap apapun yang telah diberikan. d. Kebudayaan Remaja Zaman Dulu Pada masa orang tua kita dulu, mereka diajari bagaimana bersikap dan bertutur kata. Seperti kebiasaan mencium tangan kepada orang yang lebih tua umurnya. Hal seperti ini sering diajarkan oleh orang tua kepada anaknya. Sampai sekarang pun masih banyak orang tua yang mengajarkan sopan santun, adapt istiadat serta tata cara bersikap yang baik. Hal-hal seperti ini akan berdampak positif bagi para remaja, seperti berikut : 1. Tumbuhnya rasa hormat terhadap pada orang yang lebih tua dan kepada sesama remaja yang lainnya. 2. Menjadikan remaja lebih maju dalam berpikir dan dapat bersikap lebih dewasa karena dari kebiasaan menghormati orang lain maka para remaja bisa bersikap lebih dewasa dalam berpikir.
  • 20. 19 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a e. Kebudayaan Remaja Zaman Sekarang Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Padahal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa. Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda, internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu akan memperoleh manfaat yang berguna. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno, bahkan sampai terkena penipuan. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone, apalagi sekarang ini mulai muncul handphone yang bertekhnologi tinggi. Mereka justru berlomba-lomba untuk memilikinya, tapi kita lihat alat musik kebudayaan kita belum tentu mereka mengetahuinya. Hal ini jika kita lihat dari segi sosial, maka kepedulian terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih kesibukan dengan menggunakan handphone tersebut. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak tahu sopan santun dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya generasi muda bangsa? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkhis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai jati diri akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki jati diri? Seperti contohnya pada kasus kecanduan Facebook atau FB. Dampak negatif facebook semakin hari semakin terasa, meski pun para facebookers banyak yang tidak menyadari akan pengaruh negati facebook ini. Mungkin karena sudah kecanduan dengan yang namanya facebook. Tapi justru inilah yang berbahaya, yang tidak disadari. Buat para remaja dan pelajar serta anak anak, kamu harus tahu apa saja dampak negatif dari facebook ini. Karena pengguna facebook di dominasi oleh para remaja usia 14-24 tahun sebanyak 61,1%. f. Faktor Pendidikan Ketika saya merenungkan dan memperbandingkan pola pendidikan yang saya terima dulu dengan pola yang ada sekarang, saya merasa JIWA dan SENI ajar mengajar sudah mengalami perbedaan dan
  • 21. 20 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a pergeseran nilai. Berbincang dengan teman-teman lain yang entah berperan sebagai orang tua, pengamat pendidikan atau lainnya, mereka juga merasakan perbedaan itu. Dampak dari semua itu adalah perilaku anak yang dinilai beda dengan perilaku jaman kita di usia yang sama. Kalau mau dinilai secara objektif, tentu saja ada sisi positif dan sisi negatif. Sebuah peribahasa Latin yang berbunyi “Non scholae sed vitae discimus” dapat diterjemahkan sebagai kita belajar bukan untuk nilai sekolah, namun demi nilai kehidupan. Artinya di sini adalah tujuan utama dari sekolah bukanlah demi nilai yang tinggi atau demi orang tua, diri sendiri atau guru/sekolah, namun yang ingin dicapai dengan bersekolah adalah mendapat manfaat (baca: ilmu) yang bisa dipergunakan dalam hidup. Perbedaan pendidikan jaman dulu dan jaman sekarang saya perbandingkan dari sisi: 1. Orientasi pendidikan 2. Institusi pendidikan 3. Tenaga pendidik 4. Materi pendidikan Note: Sebagai catatan jaman dulu yang dimaksud adalah sekitar tahun 1950 – tahun 1980-an. 1. ORIENTASI PENDIDIKAN a) Orientasi Pendidikan Jaman Dulu Pada awalnya pendidikan dimaksudkan untuk mendidik benih manusia agar anak manusia ini tumbuh menjadi seorang yang berakhlak tinggi dan mulia, yang berbeda dengan manusia purba. Investasi manusia di sini berarti memanusiakan manusia, yaitu mengajarkan nilai kehidupan kepada seorang anak manusia, yang diibaratkan benih manusia. Misi utama lembaga pendidikan adalah mengajarkan budi pekerti, etika, saling mengalah dan mendulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Hal ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat. Setelah itu institusi dan tenaga pendidik baru akan mengajarkan keterampilan yang membuat benih manusia itu mampu menyokong hidupnya sendiri di masa depan. b) Orientasi Pendidikan Jaman Sekarang Pendidikan sekarang lebih berorientasi kepada bagaimana meningkat kecerdasan, prestasi, keterampilan, dan bagaimana menghadapi persaingan. Pendidikan sekarang kehilangan misi utamanya untuk investasi karakter manusia. Pendidikan moral dan karakter bukan lagi merupakan faktor utama seorang anak mengenyam pendidikan. Kedua hal ini dianggap menjadi tugas para tokoh agama, tugas orang tua atau wali di rumah. Sekolah berlomba menonjolkan kurikulum yang dipercaya bisa menciptakan generasi muda super dari
  • 22. 21 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a usia sedini mungkin. Para orang tua juga tergiur dan ingin anaknya menjadi “super kid.” Kata teman-teman saya: “Biar pensiun muda!” 2. INSTITUSI PENDIDIKAN a. Institusi Pendidikan Jaman Dulu Jaman dulu sekolah didirikan oleh pemerintah atau para misionaris dan pemuka agama. SD Negeri, SMP Negeri, SMA Negeri adalah judul sekolah yang didirikan dan beroperasi atas anggaran Departemen Pendidikan. Para misionaris yang awalnya berasal dari Belanda melalui misi penyebaran agama Kristiani juga mendirikan sekolah sebagai wujud pelayanan, di samping mendirikan rumah sakit. Madrasah-madrasah, tsanawiyah-tsanawiyah juga berdiri dan dikelola oleh pemuka agama dan mesjid. Karena misi utama mereka adalah pelayanan dan kembali kepada orientasi pendidikan yang diemban, maka sekolah dalam hal ini tidak mengejar keuntungan secara materi. Pada jaman dulu memang ada perbedaan biaya juga, yaitu antara sekolah favorit dan sekolah yang tidak begitu unggul. Orang tua juga berupaya agar anaknya bisa masuk sekolah favorit, walaupun harus mengeluarkan dana lebih banyak. b. Institusi Pendidikan Jaman Sekarang Jaman sekarang orang pribadi, yayasan atau perusahaan swasta boleh mendirikan institusi pendidikan. Hal ini membuat misi utama sebuah institusi pendidikan tidak lagi murni untuk pelayanan sosial, namun orang atau yayasan atau perusahaan yang mendirikan lembaga pendidikan tersebut akan memperhitungkan biaya yang telah dikeluarkan. Ini berarti sebuah sekolah atau lembaga pendidikan adalah suatu investasi. Agar mempunyai daya saing satu dengan lainnya, masing-masing menghadirkan kelebihan yang tidak dimiliki sekolah tradisional yang sudah ada, misalnya dari segi kurikulum, sarana pendidikan, tenaga pengajar asing dsb. 3. TENAGA PENDIDIK a. Tenaga Pendidik Jaman Dulu Pada jaman ini seseorang memilih menjadi guru lebih terdorong oleh hasrat dalam diri untuk membaktikan diri. Ia memahami konsekuensi menjadi guru adalah melayani, dan sudah sadar bahwa ia tidak akan kaya seperti seorang pengusaha. Di era 1980-n seorang guru yang mempunyai kemampuan lebih bisa memberikan les privat di luar jam sekolah, itu adalah pemasukan tambahan selain gaji pokok sebagai seorang guru. Ada juga yang membuka warung kecil- kecilan untuk menambah lauk di rumah. Belum lagi di daerah terpencil, tenaga mereka dihargai dengan hasil lading orang
  • 23. 22 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a tua murid. Maka di jaman itu kita sering mendengar istilah: “Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.” Guru pada jaman itu merupakan suatu profesi yang sangat terhormat, karena dianggap memiliki pengetahuan lebih daripada masyarakat setempat. Masyarakat juga menuntut para guru mengajarkan nilai moral kepada anak- anak mereka, di samping pengetahuan baca tulis dan berhitung. Guru juga punya hak otoriter sebagai pengganti orang tua bila anak berada di sekolah. Cara mendidik mereka lebih banyak menggunakan pendekatan pribadi yang membuat interaksi guru murid lebih erat. Hal ini terbawa sampai di luar jam sekolah karena kondisi social masyarakat jaman dulu yang lebih bersifat kekeluargaan. b. Tenaga Pendidik Jaman Sekarang Perekrutan tenaga pendidik sekarang (baca: Mayoritas) lebih mengutamakan nilai kelulusan dan sertifikasi yang dimiliki guru tersebut. Apakah guru tersebut sudah pasti kompeten mengajar dengan kelulusan yang bernilai tinggi dan banyaknya sertifikat yang dimiliki? Belum tentu. (Maaf, tidak ada sedikit pun maksud saya untuk menyamaratakan dedikasi dan porensi semua guru). Namun sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sekolah-sekolah yang ingin merekrut guru di samping pengalaman minimal 1 atau 2 tahun juga meminta bukti berupa sertifikat yang dimiliki guru tersebut sebagai bukti bahwa ia mempunyai ‘skill’ lebih. Tuntutan ekonomi membuat dedikasi mengajar sebagai suatu pelayanan menjadi berkurang. Bisa dimaklumi karena media apapun sekarang berlomba menawarkan barang konsumsi. Guru juga seorang manusia, ia punya keluarga yang harus dihidupi. Di jaman sekarang tuntutan ekonomi seakan tidak pernah habis, malah selalu naik setiap tahunnya. Cara mendidik guru sekarang juga sangat jarang menggunakan pendekatan pribadi lagi. Wibawa seorang guru tidak lagi dianggap sebagai pihak otoriter yang mesti disegani, dipanuti. Murid menganggap guru mengajar hanya menjalankan kewajiban, interaksi guru-siswa terbatas pada jam sekolah. Masyarakat sekarang yang lebih mengarah ke individualis, terutama di kota-kota besar, membuat interaksi personal semakin berkurang. (Sekali lagi maaf…ini kecenderungan yang terlihat menonjol di masyarakat kita). Apakah hal ini merupakan efek domino dari tuntutan jaman atau sistem pemerintahan kita dalam menyusun kurikulum? 4. MATERI PENDIDIKAN a. Materi Pendidikan Jaman Dulu Kurikulum atau materi pendidikan jaman dulu lebih menekankan pada pembentukan nurani seorang anak, penumbuhan dan penguatan karakter yang kelak membuatnya mampu membedakan mana yang baik dan
  • 24. 23 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a benar, untuk kemudian mengutamakan keadilan, kedamaian, harkat dan martabat manusia terlepas dari perbedaan suku, agama, ras dan budaya. Terlepas suatu sekolah itu sekolah favorit atau tidak, mereka punya kurikulum yang sama. Selolah tidak terbagi menjadi sekolah nasional, sekolah nasional plus, sekolah internasional. Materi yang diajarkan kepada siswa di setiap propinsi sama, kalaupun berbeda tidak terdapat kesenjangan yang mencolok mata. b. Materi Pendidikan Jaman Sekarang Jaman sekarang status sekolah terbagi menjadi menjadi sekolah nasional, sekolah nasional plus, sekolah internasional. Ada istilah diakui, terakreditasi dll. Kurikulum yang digunakan juga berbeda satu dengan lainnya. Ada sekolah yang menggunakan kurikulum Cambridge, ada yang menggunakan kurikulum Montessori, dan lain-lain. Penonjolan keunggulan juga terlihat dari banyaknya jam pengajaran suatu mata pelajaran tertentu, misalnya ada sekolah yang bahasa pengantarnya Inggris, Mandarin. Ironisnya bahasa Indonesia hanya diberikan satu jam per minggu. Bagaimana menanamkan semangat nasionalisme dan kebangsaan bila sejak kecil seorang anak diajari bahwa bahasa yang lebih bergengsi dan diterima di dunia internasional itu adalah bahasa selain bahasa Indonesia? Di samping itu penekanan tujuan sekolah dititikberatkan pada cara-cara untuk meningkatkan kecerdasan, prestasi, keterampilan, dan bagaimana mempersiapkan siswa menghadapi persaingan global di masa depan. 5. KESIMPULAN Setiap jaman mempunyai masalah dan situasi yang berbeda. Sangat naif bila kita sekarang memaksakan kurikulum yang ada pada pendidikan jaman dulu diterapkan pada kurikulum sekarang. Ibarat pada tahun 1960-an orang begitu bangga mengenakan celana panjang model cut-bray, tidak mungkin kita menuntut remaja sekarang juga memakai model yang sama. Mereka akan terlihat aneh di mata remaja lain yang mengikuti perkembangan model legging jaman sekarang. Itu soal pakaian, tentunya beda sekali dengan pendidikan dan kurikulum yang up-to-date untuk mengembangkan potensi seorang anak manusia. Lantas kurikulum seperti apa yang ideal? Pola seperti apa yang ingin kita tanamkan kepada anak Indonesia? Menurut saya bila seseorang memutuskan memilih berprofesi sebagai seorang guru hendaklah dirinya juga berpikir, bersikap dan berperilaku seperti seorang guru. Ada pesan dari seorang dosen saya yang berkata: “Ketika kita menghukum anak didik, kita juga sedang menghukum diri sendiri.” Artinya, bila murid melakukan kesalahan maka guru juga punya andil dalam kesalahan tersebut, dan murid akan
  • 25. 24 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a mempunyai respek bila guru tersebut berada di sampingnya dalam mengkoreksi kesalahan tersebut. Ketika murid dihukum menulis ulang esainya, guru duduk mendampinginya. Guru juga merasakan apa yang dialaminya. Anak akan segan dan respek pada orang yang mampu menyelami apa yang dirasakannya. Kami pribadi juga berharap kurikulum yang akan disusun pada tahun 2013 mampu mengembalikan kurikulum ke tujuan pendidikan yang utama, yakni: “Non scholae sed vitae discimus”, yaitu kita belajar bukan untuk nilai sekolah, namun demi nilai kehidupan. Semoga kurikulum yang baru berisi elemen-elemen pendidikan yang essensial. F. PEMICU a) Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia Pada umumnya faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia antara lain masalah efektifitas, efisiensi dan standarisasi pengajaran. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi adalah sebagai berikut: Pertama, rendahnya sarana fisik, Kualitas sarana fisik dalam menunjang pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, terbukti dengan masih banyaknya sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, koleksi buku perpustakaan yang tidak lengkap, laboratorium yang tidak sesuai dengan standard, serta pemakaian teknologi informasi yang tidak memadai. Bahkan masih ada sekolah yang tidak mempunyai gedung sendiri, tidak mempunyai perpustakaan serta tidak mempunyai laboratorium. Kedua, rendahnya kualitas guru, Tugas guru sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 39 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat, namun banyak guru di Indonesia yang belum memiliki profesionalisme yang memadai dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru. Ketiga, rendahnya kesejahteraan guru, Pasal 10 UU guru dan dosen menyebutkan bahwa guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi : gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. UU No. 14 Tahun 2005 mengenai guru dan dosen, UU tersebut merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan profesionalisme guru serta meningkatkan kesejahteraan guru atau meningkatkan kualitas hidup ekonomi para guru. Namun muncul masalah lain yang terjadi dilingkungan pendidikan swasta kesejahteraan gurunya masih sulit untuk mencapai taraf yang ideal. Keempat, rendahnya prestasi siswa, Dengan rendahnya sarana fisik, kualitas guru dan kesejahteraan guru pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. United Nations for Development Programme (UNDP) mengumumkan hasil studi tentangt kualitas
  • 26. 25 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a manusia melalui laporannya yang berjudul Human Development Report 2004 pada tanggal 15 september 2004, dalam laporan tersebut Indonesia menempati peringkat ke-111 dari 177 negara. Ternyata anak- anak Indonesia hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan mereka sulit untuk menjawab soal-soal yang berbentuk uraian yang memerlukan penalaran. Kelima, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, Mahalnya biaya untuk memperoleh pendidikan di Indonesia itu menyebabkan masyarakat yang berpendapatan atau yang kondisi ekonominya rendah lebih memilih untuk tidak menyekolahkan anaknya dan anak-anak tersebut pun lebih memilih bekerja untuk membantu orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal tersebut adalah salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan di Indonesia. Keenam, mahalnya biaya pendidikan, mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin lebih memilih untuk tidak sekolah. Semakin mahalnya pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Pada realitanya MBS di Indonesia lebih dimaknai sebagai suatu usaha untuk melakukan mobolisasi dana. Oleh karena itu, komite sekolah/dewan pendidikan sebagai organ MBS memiliki syarat adanya unsur pengusaha (lihat ikasp.wordpress.com, 2012). b) Faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya moral dan etika generasi muda 1. Longgarnya pegangan terhadap agama Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragam mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan- suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. 2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumahtangga, sekolah maupun masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan dengan semestinya. Pembinaan moral di rumah tangga misalnya harus dilakukan sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap
  • 27. 26 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a yang dianggap baik untuk menumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan moral pada anak di rumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak menghafalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus dibiasakan. Zakiah Darajat mengatakan, moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak kecil. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga, sekolah pun dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan, sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mental, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang diterima di rumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak- anak. Terjadinya kerusakan moral di kalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutkan di atas, karena tidak efektifnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral. 3. Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis. Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obatan terlarang, gambar-gambar cabul, alat-alat kontrasepsi seperti kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral. Namun, gejala penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui tulisan-tulisan, bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling
  • 28. 27 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya. 4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukkan kemauan yang sungguh- sungguh untuk melakukan pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semakin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asyik memperebutkan kekuasaan, materi dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehilangan daya efektivitasnya. Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh- sungguh dan berkesinambungan. Beberapa faktor lain yang menyebabkan menurunnya moral dan etika generasi muda saat ini adalah: a. Salah pergaulan, apabila kita salah memilih pergaulan kita juga bisa ikut-ikutan untuk melakukan hal yang tidak baik b. Orang tua yang kurang perhatian, apabila orang tua kurang memperhatikan anaknya, bisa-bisa anaknya merasa tidak nyaman berada di rumah dan selalu keluar rumah. Hal ini bisa menyebabkan remaja terkena pergaulan bebas. c. Ingin mengikuti tren, bisa saja awalnya para remaja merokok adalah ingin terlihat keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalau sudah mencoba merokok dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas. d. Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian. e. Salah satu penyebab utama konflik orang tua dan remaja adalah adanya perbedaan antargenerasi. Perbedaan ini melibatkan kepercayaan, emosi, dan pilihan-pilihan dalam hidup. Hal-hal ini telah menghasilkan salah pengertian, ketegangan, dan konflik antaranggota keluarga. Konflik dapat muncul dari segala macam isu. Mulai masalah memutuskan hal keuangan, memilih baju, model rambut, rekreasi, hal-hal religius, musik, makanan, atau masalah moral.
  • 29. 28 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a G. POTRET BURAM a. Betapa Rusaknya Moral Anak Bangsa Sekarang Anak bangsa memiliki tanggung jawab yang besar bagi Indonesia. Namun, moral anak bangsa Indonesia justru semakin merosot. Meskipun tidak semua anak bangsa. Tapi hal ini cukup disayangkan. Berikut adalah bentuk-bentuk rusaknya moral anak bangsa Indonesia: 1) Tawuran antarpelajar Tugas seorang pelajar adalah belajar dan mengukir prestasi setinggi-tingginya. Namun, sekarang marak terjadi tawuran antar pelajar. Waktu yang seharusnya mereka gunakan untuk belajar, malah mereka gunakan untuk tawuran, melawan musuh-musuh mereka. Meskipun kadang, pemicu terjadinya tawuran terkesan sepele, seperti ejekan antarpelajar. Bahkan ada di antara mereka yang membawa senjata tajam saat tawuran. Tak jarang banyak korban yang berjatuhan tapi mereka tetap saja melakukan tawuran. Mereka tidak bisa berpikir panjang, sekiranya apa akibatnya jika melakukan hal itu. Hal ini menunjukkan pendidikan moral untuk negeri ini mengalami kegagalan. 2) Hamil di luar nikah Tidak adanya batasan antara pergaulan wanita dan pria membuat para remaja semakin bebas. Hal ini membuat mereka dapat melakukan hubungan se*s diluar nikah. Bahkan sangat disayangkan jika remaja ini masih berusia belia. Akibatnya semakin banyak bayi yang dibuang karena hasil dari hubungan diluar nikah. Bahkan ada beberapa di antara mereka yang memilih untuk menggugurkan kandungan mereka. Cara pacaran yang salah membuat mereka terjerumus pada kesenangan sesaat. Makin maraknya situs porno menjadi faktor utama penyebab hubungan se*s di luar nikah. 3) Model pakaian masa kini Trend barat sangat mempengaruhi gaya berpakaian orang-orang di Indonesia. Terutama para remaja, karena mereka masih dalam pencarian jati diri. Mereka ingin menjadi pusat perhatian saat mengenakan pakaian. Selain itu, mereka belum bisa menyeleksi secara benar pakaian mana yang sekiranya cocok digunakan untuk adat Indonesia. Tak jarang kita melihat para remaja mengenakan pakaian yang mini sehingga terlihat se*si saat di tempat umum. Meskipun perkembangan jaman semakin maju, tapi kita juga harus bisa berpenampilan sesuai dengan adat yang berlaku di Indonesia. Karena hal ini dapat memicu kejadian pemerkosaan. Dan pada akhirnya akan merugikan remaja itu sendiri. 4) Tindak kriminal Tiada hari tanpa berita kriminal. Bahkan tak jarang, pelakunya merupakan para remaja dimana ia adalah anak
  • 30. 29 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a bangsa harapan Indonesia. Kasusnya pun beragam, ada di antaranya, mencuri handphone karena mereka menginginkan benda tersebut namun tidak mempunyai dana untuk membelinya, dan pembunuhan kekasih, mantan, teman atau keluarganya sendiri karena keinginan mereka yang tidak terpenuhi, serta penculikan anak kecil untuk mendapatkan uang tebusan. Merosotnya moral bangsa sangat terlihat di sini. 5) Penyalahgunaan narkoba Kerusakan moral bangsa Indonesia yang sedang terkenal adalah penggunaan narkoba. Narkoba merupakan obat-obatan terlarang yang dapat merusak moral. Awalnya mungkin hanya coba-coba, tapi obat ini mengandung nikotin yang dapat membuat mereka ketagihan saat mengonsumsinya. Banyak dampak negatif yang akan didapatkan jika mereka mengonsumsi zat berbahaya ini, di antaranya adalah membuat mereka kehilangan kesadaran sehingga dapat melakukan hal- hal diluar perkiraan, seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan bisa mengalami kecelakaan b. Rendahnya Kualitas Pendidikan Ditinjau dari, Efektifitas Pendidikan Di Indonesia Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah disepakati. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja. Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
  • 31. 30 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a Keterbatasan Aksesibilitas dan Daya Tampung Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (2004), menunjukkan bahwa. Angka partisipasi sekolah anak usia 7-12 tahun adalah 96,77 persen, usia 13-15 tahun mencapai 83,49 persen, dan anak umur 16-18 tahun 53,48 persen. Hasil riset UNDP 2004, yang kemudian dipublikasikan dalam Laporan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2006, juga memperlihatkan gejala serupa. Rasio partisipasi pendidikan rata-rata hanya mencapai 68,4 persen. Bahkan, masih ada sekitar 9,6 persen penduduk berusia 15 tahun ke atas yang buta huruf. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik Sarana fisik yang ada kualitasnya sangatlah rendah. Banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya. Rendahnya Kualitas Guru Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya. Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru. Rendahnya Kesejahteraan Guru Kesejahteraan guru merupakan aspek penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah dalam menunjang terciptanya kinerja yang semakin membaik di kalangan pendidik. Namun kenyataannya masalah kesejahteraan guru belum mendapatkan perhatian besar dari pemerintah. Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Guru sebagai tenaga kependidikan juga memiliki peran yang sentral dalam penyelenggaraan suatu sistem pendidikan. Rendahnya Mutu SDM Pengelola Pendidikan Sumber daya pengelola pendidikan bukan hanya seorang guru atau kepala sekolah, melainkan semua sumber daya yang secara langsung terlibat dalam pengelolaan suatu satuan pendidikan. Rendahnya mutu dari SDM pengelola pendidikan secara praktis tentu dapat menghambat keberlangsungan proses pendidikan yang
  • 32. 31 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a berkualitas, sehingga adaptasi dam sinkronisasi terhadap berbagai program peningkatan kualitas pendidikan juga akan berjalan lamban. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Selain itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Hal tersebut disebkan adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja. Mahalnya Biaya Pendidikan Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah. Rendahnya Prestasi Siswa Dengan keadaan yang demikian itu pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. H. SOLUSI 1. Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral dan kepribadian seseorang. 2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak. 3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk mengurangi pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. 4. Diadakannya pembinaan moral dan akhlak, diharapkan, dengan bekal pembinaan moral dan akhlak yang baik dan kuat, mereka nantinya tidak mudah terjerumus dipengaruhi hal yang negatif lagi. 5. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh. 6. Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti ikut dalam suatu perkumpulan remaja masjid, ikut pengajian-pengajian rutin,
  • 33. 32 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a pagelaran seni, serta olahraga, karena hal tersebut juga dapat meminimalkan seorang anak terjun ke dalam kegiatan-kegiatan yang sifatnya mubadzir (sia-sia), semua jenis kegiatan rutin,selama kegiatan tersebut bersifat positif serta dapat juga untuk mengukir prestasi. 7. Meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk dapat menikmati pendidikan Indonesia, 8. Menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, 9. Meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, 10. Menambah jumlah jenis pendidikan dibidang kompetensi, 11. Membangun infrastruktur seperti : menambah jumlah komputer dan perpustakaan disekolah, meningkatkan anggaran pendidikan dan penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan (lihat meilanikasim.wordpress.com, 2009). 12. Memahami remaja. Kita belajar memberikan toleransi kepada remaja yang berbeda dengan kita, termasuk menerima dan memahami perbedaan pandangan. 13. Menerima remaja apa adanya. 14. Memaafkan remaja dengan cara selalu memberinya kesempatan kedua.
  • 34. 33 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a BAB III PENUTUP a. Kesimpulan Dalam kehidupan masyarakat terlihat jelas bagaimana persamaan dan perbedaan remaja zaman dulu dan zaman sekarang yang dilihat dari faktor lingkungan dan faktor sosialisasi. Perbedaan dapat dilihat juga dari kebudayaan antara remaja zaman dulu dan zaman sekarang. Oleh karena itu, kita juga perlu tahu bagaimana karakteristik remaja zaman dulu dan zaman sekarang sehingga terlihat jelas perbedaannya. Melalui karakteristik tersebut, kita dapat mengetahui bahwa remaja zaman dulu memiliki ciri khas yang berbeda dengan remaja zaman sekarang. Agar mahasiswa dapat mengerti bahwa ada karakteristik yang baik dari remaja zaman dulu yang dapat ditiru. Dalam pendidikan ada dua hal pokok yaitu teori dan praktek, teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seharusnya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya yaitu keterbatasan aksesibilitas dan daya tampung, rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya mutu SDM pengelola pendidikan, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa. b. Saran 1) Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, meningkatkan kualitas guru juga prestasi siswa, dan memasukan pendidikan moral sedini mungkin. 2) Marilah kita sebagai mahasiswa yang baik kita diharpkan untuk bisa meniru hal-hal baik dari kehidupan remaja zaman dulu. 3) Perlu adanya kesadaran dari masing-masing pribadi agar kehidupan kita lebih layak untuk dipandang orang baik melalui perkataan, sikap, maupun perbuatan,
  • 35. 34 | P o t r e t B u r a m A n a k B a n g s a DAFTAR PUSTAKA Sumber Internet : 1) http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/09/29/15484888/Populas i.Penduduk.Muda.Modal.Besar.Indonesia 2) http://tasyasambas.blogspot.co.id/2015/04/akibat-penyimpangan- sosial-dalam_23.html#0 3) http://www.landasanteori.com/2015/08/pengertian-anak-menurut- definisi-ahli.html 4) https://id.wikipedia.org/wiki/Bangsa 5) https://id.wikipedia.org/wiki/Moral 6) http://zelously.blogspot.co.id/2016/04/generasi-muda-indonesia- generasi.html 7) http://dlusyanatampubolon.blogspot.co.id/