SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Download to read offline
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2008
TENTANG
PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63 dan Pasal
69 ayat (4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan
Bencana;
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4723);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENDANAAN DAN
PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Dana penanggulangan bencana adalah dana yang
digunakan bagi penanggulangan bencana untuk tahap
prabencana, saat tanggap darurat, dan/atau
pascabencana.
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya
disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat.
3. Anggaran . . .
- 2 -
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya
disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
4. Dana kontinjensi bencana adalah dana yang
dicadangkan untuk menghadapi kemungkinan
terjadinya bencana tertentu.
5. Dana siap pakai adalah dana yang selalu tersedia dan
dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada
saat tanggap darurat bencana sampai dengan batas
waktu tanggap darurat berakhir.
6. Dana bantuan sosial berpola hibah adalah dana yang
disediakan Pemerintah kepada pemerintah daerah
sebagai bantuan penanganan pascabencana.
7. Bantuan darurat bencana adalah bantuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar pada saat tanggap darurat.
8. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah
serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan
pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi.
9. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang
selanjutnya disingkat dengan BNPB adalah lembaga
pemerintah non-departemen sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
10. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang
selanjutnya disingkat BPBD adalah badan pemerintah
daerah yang melakukan penyelenggaraan
penanggulangan bencana.
11. Instansi/lembaga terkait adalah instansi/lembaga yang
terkait dengan penanggulangan bencana.
Pasal 2
Pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana ditujukan
untuk mendukung upaya penanggulangan bencana secara
berdayaguna, berhasilguna, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pasal 3 . . .
- 3 -
Pasal 3
Pengaturan pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana
meliputi:
a. sumber dana penanggulangan bencana;
b. penggunaan dana penanggulangan bencana;
c. pengelolaan bantuan bencana; dan
d. pengawasan, pelaporan, dan pertanggungjawaban
pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana.
BAB II
SUMBER DANA PENANGGULANGAN BENCANA
Pasal 4
(1) Dana penanggulangan bencana menjadi tanggungjawab
bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah.
(2) Dana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berasal dari:
a. APBN;
b. APBD; dan/atau
c. masyarakat.
Pasal 5
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengalokasikan
anggaran penanggulangan bencana dalam APBN dan
APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2)
huruf a dan huruf b secara memadai.
(2) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disediakan pada tahap prabencana, saat tanggap
darurat bencana, dan pascabencana.
(3) Dalam anggaran penanggulangan bencana yang
bersumber dari APBN sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Pemerintah menyediakan pula:
a. dana kontinjensi bencana;
b. dana siap pakai; dan
c. dana bantuan sosial berpola hibah.
Pasal 6 . . .
- 4 -
Pasal 6
(1) Dana kontinjensi bencana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a disediakan dalam APBN
untuk kegiatan kesiapsiagaan pada tahap prabencana.
(2) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (3) huruf b disediakan dalam APBN yang
ditempatkan dalam anggaran BNPB untuk kegiatan
pada saat tanggap darurat.
(3) Pemerintah daerah dapat menyediakan dana siap pakai
dalam anggaran penanggulangan bencana yang berasal
dari APBD yang ditempatkan dalam anggaran BPBD.
(4) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan pada
saat tanggap darurat.
(5) Dana bantuan sosial berpola hibah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c disediakan
dalam APBN untuk kegiatan pada tahap pascabencana.
Pasal 7
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong
partisipasi masyarakat dalam penyediaan dana yang
bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c.
(2) Dana yang bersumber dari masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang diterima oleh Pemerintah
dicatat dalam APBN.
(3) Dana yang bersumber dari masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang diterima oleh pemerintah
daerah dicatat dalam APBD.
(4) Pemerintah daerah hanya dapat menerima dana yang
bersumber dari masyarakat dalam negeri.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan dana
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan.
(6) Ketentuan . . .
- 5 -
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan dana
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri.
Pasal 8
Dalam mendorong partisipasi masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7, Pemerintah atau pemerintah
daerah dapat:
a. memfasilitasi masyarakat yang akan memberikan
bantuan dana penanggulangan bencana;
b. memfasilitasi masyarakat yang akan melakukan
pengumpulan dana penanggulangan bencana; dan
c. meningkatkan kepedulian masyarakat untuk
berpartisipasi dalam penyediaan dana.
Pasal 9
(1) Setiap pengumpulan dana penanggulangan bencana,
wajib mendapat izin dari instansi/lembaga yang
berwenang.
(2) Setiap izin yang diberikan oleh instansi/lembaga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) salinannya
disampaikan kepada BNPB atau BPBD.
(3) Tata cara perizinan pengumpulan dana
penanggulangan bencana dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB III
PENGGUNAAN DANA PENANGGULANGAN BENCANA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 10
(1) Penggunaan dana penanggulangan bencana
dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
BNPB, dan/atau BPBD sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
(2) Dana . . .
- 6 -
(2) Dana penanggulangan bencana digunakan sesuai
dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang
meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat,
dan/atau pascabencana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6.
Bagian Kedua
Prabencana
Pasal 11
Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan
bencana yang bersumber dari APBN atau APBD pada tahap
prabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 12
Dana penanggulangan bencana pada tahap prabencana
dialokasikan untuk kegiatan dalam situasi:
a. tidak terjadi bencana; dan
b. terdapat potensi terjadinya bencana.
Pasal 13
Penggunaan dana penanggulangan bencana dalam situasi
tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 huruf a meliputi:
a. fasilitasi penyusunan rencana penanggulangan
bencana;
b. program pengurangan risiko bencana;
c. program pencegahan bencana;
d. pemaduan perencanaan pembangunan dengan
perencanaan penanggulangan bencana;
e. penyusunan analisis risiko bencana;
f. fasilitasi pelaksanaan dan penegakan rencana tata
ruang;
g. penyelenggaraan . . .
- 7 -
g. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
penanggulangan bencana; dan
h. penyusunan standar teknis penanggulangan bencana.
Pasal 14
(1) Penggunaan dana penanggulangan bencana dalam
situasi terdapat potensi terjadinya bencana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b
meliputi:
a. kegiatan kesiapsiagaan;
b. pembangunan sistem peringatan dini; dan
c. kegiatan mitigasi bencana.
(2) Kegiatan kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a menggunakan dana kontinjensi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a.
Bagian Ketiga
Tanggap Darurat Bencana
Pasal 15
(1) Dana penanggulangan bencana yang digunakan pada
saat tanggap darurat meliputi:
a. dana penanggulangan bencana yang telah
dialokasikan dalam APBN atau APBD untuk masing-
masing instansi/lembaga terkait;
b. dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (3) huruf b yang dialokasikan dalam anggaran
BNPB; dan
c. dana siap pakai yang telah dialokasikan pemerintah
daerah dalam anggaran BPBD.
(2) BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya
mengarahkan penggunaan dana penanggulangan
bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a.
Pasal 16 . . .
- 8 -
Pasal 16
Penggunaan dana penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ayat (1) huruf a meliputi:
a. pelaksanaan pengkajian secara cepat dan tepat
terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya;
b. kegiatan penyelamatan dan evakuasi masyarakat
terkena bencana;
c. pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar
korban bencana;
d. pelaksanaan perlindungan terhadap kelompok rentan;
dan
e. kegiatan pemulihan darurat prasarana dan sarana.
Pasal 17
(1) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 ayat (1) huruf b digunakan sesuai dengan
kebutuhan tanggap darurat bencana.
(2) Penggunaan dana siap pakai terbatas pada pengadaan
barang dan/atau jasa untuk:
a. pencarian dan penyelamatan korban bencana;
b. pertolongan darurat;
c. evakuasi korban bencana;
d. kebutuhan air bersih dan sanitasi;
e. pangan;
f. sandang;
g. pelayanan kesehatan; dan
h. penampungan serta tempat hunian sementara.
(3) Penggunaan dana siap pakai dilaksanakan berdasarkan
pedoman yang ditetapkan oleh Kepala BNPB.
Pasal 18
Dalam hal pemerintah daerah mengalokasikan dana siap
pakai dalam anggaran BPBD, pengaturan penggunaan dana
siap pakai berlaku mutatis mutandis Pasal 17.
Bagian Keempat . . .
- 9 -
Bagian Keempat
Pascabencana
Pasal 19
Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan
bencana yang bersumber dari APBN dan APBD pada tahap
pascabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 20
Dana penanggulangan bencana dalam tahap pascabencana
digunakan untuk kegiatan:
a. rehabilitasi; dan
b. rekonstruksi.
Pasal 21
Kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 huruf a meliputi:
a. perbaikan lingkungan daerah bencana;
b. perbaikan prasarana dan sarana umum;
c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;
d. pemulihan sosial psikologis;
e. pelayanan kesehatan;
f. rekonsiliasi dan resolusi konflik;
g. pemulihan sosial ekonomi budaya;
h. pemulihan keamanan dan ketertiban;
i. pemulihan fungsi pemerintahan; atau
j. pemulihan fungsi pelayanan publik.
Pasal 22 . . .
- 10 -
Pasal 22
Kegiatan rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 huruf b meliputi:
a. pembangunan kembali prasarana dan sarana;
b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya
masyarakat;
d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
peralatan yang lebih baik dan tahan bencana;
e. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat;
f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
g. peningkatan fungsi pelayanan publik; atau
h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
Pasal 23
(1) Pemerintah dapat memberikan bantuan untuk
pembiayaan pascabencana kepada pemerintah daerah
yang terkena bencana berupa dana bantuan sosial
berpola hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (3) huruf c.
(2) Untuk memperoleh bantuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pemerintah daerah mengajukan
permohonan tertulis kepada Pemerintah melalui BNPB.
(3) Berdasarkan permohonan tertulis sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), BNPB melakukan evaluasi,
verifikasi, dan mengkoordinasikannya dengan
instansi/lembaga terkait.
(4) Hasil evaluasi dan verifikasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) ditetapkan oleh Kepala BNPB dan
disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk
selanjutnya diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat
untuk mendapatkan persetujuan penggunaan dana
bantuan sosial berpola hibah.
BAB IV . . .
- 11 -
BAB IV
PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 24
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dan
memberikan bantuan bencana kepada korban bencana.
(2) Bantuan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. santunan duka cita;
b. santunan kecacatan;
c. pinjaman lunak untuk usaha produktif; dan
d. bantuan pemenuhan kebutuhan dasar.
Bagian Kedua
Santunan Duka Cita
Pasal 25
(1) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (2) huruf a diberikan kepada korban
meninggal dalam bentuk:
a. biaya pemakaman; dan/atau
b. uang duka.
(2) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), diberikan setelah dilakukan pendataan, identifikasi,
dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang berwenang
yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD sesuai
dengan kewenangannya.
(3) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diberikan kepada ahli waris korban.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan
besaran bantuan santunan duka cita sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) diatur dengan peraturan Kepala
BNPB setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
Bagian Ketiga . . .
- 12 -
Bagian Ketiga
Santunan Kecacatan
Pasal 26
(1) Santunan kecacatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24 ayat (2) huruf b diberikan kepada korban
bencana yang mengalami kecacatan mental dan/atau
fisik.
(2) Santunan kecacatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), diberikan setelah dilakukan pendataan,
identifikasi, dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang
berwenang yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD
sesuai dengan kewenangannya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan
besaran bantuan santunan kecacatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala
BNPB setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
Bagian Keempat
Pinjaman Lunak untuk Usaha Produktif
Pasal 27
(1) Pinjaman lunak untuk usaha produktif diberikan
kepada korban bencana yang kehilangan mata
pencaharian.
(2) Pinjaman lunak untuk usaha produktif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk:
a. kredit usaha produktif; atau
b. kredit pemilikan barang modal.
(3) Pinjaman lunak sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
diberikan setelah dilakukan pendataan, identifikasi,
dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang berwenang
yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD sesuai
dengan kewenangannya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan
besaran pinjaman lunak sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala BNPB setelah
mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
Bagian Kelima . . .
- 13 -
Bagian Kelima
Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Pasal 28
(1) Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf d diberikan
kepada korban bencana dalam bentuk:
a. penampungan sementara;
b. bantuan pangan;
c. sandang;
d. air bersih dan sanitasi; dan
e. pelayanan kesehatan.
(2) Bantuan darurat bencana untuk pemenuhan
kebutuhan dasar korban bencana diberikan dengan
memperhatikan standar minimal kebutuhan dasar
dengan memperhatikan prioritas kepada kelompok
rentan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian
bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala
BNPB.
Bagian Keenam
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Bantuan
Pasal 29
(1) BNPB berwenang mengkoordinasikan pengendalian,
pengumpulan, dan penyaluran bantuan darurat
bencana pada tingkat nasional.
(2) BPBD berwenang mengkoordinasikan pengendalian,
pengumpulan dan penyaluran bantuan darurat
bencana pada tingkat daerah.
Pasal 30
(1) Tata cara pengelolaan serta pertanggungjawaban
penggunaan bantuan darurat bencana diberikan
perlakuan khusus sesuai dengan kebutuhan, situasi,
dan kondisi kedaruratan.
(2) Ketentuan . . .
- 14 -
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengelolaan
serta pertanggungjawaban penggunaan bantuan
darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Kepala BNPB.
BAB V
PENGAWASAN DAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 31
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, BNPB atau BPBD
sesuai dengan kewenangannya melaksanakan
pengawasan dan laporan pertanggungjawaban terhadap
pengelolaan dana dan bantuan penanggulangan
bencana.
(2) Instansi/lembaga terkait bersama BNPB atau BPBD
melakukan pengawasan terhadap penyaluran bantuan
dana yang dilakukan oleh masyarakat kepada korban
bencana.
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 32
Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan
pengawasan terhadap pengelolaan dana dan bantuan pada
seluruh tahapan penanggulangan bencana.
Bagian Ketiga
Laporan Pertanggungjawaban
Pasal 33
Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan penanggulangan
bencana, baik keuangan maupun kinerja pada tahap
prabencana dan pascabencana dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 34 . . .
- 15 -
Pasal 34
(1) Pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan
bencana pada saat tanggap darurat bencana
diperlakukan secara khusus sesuai dengan kondisi
kedaruratan dan dilaksanakan sesuai dengan prinsip
akuntabilitas dan transparansi.
(2) Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
penanggulangan bencana, baik keuangan maupun
kinerja pada saat tanggap darurat dilaporkan paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah masa tanggap darurat.
Pasal 35
(1) Pelaporan keuangan penanggulangan bencana yang
bersumber dari APBN atau APBD dilakukan sesuai
standar akuntansi pemerintahan.
(2) Sistem akuntansi dana penanggulangan bencana yang
bersumber dari masyarakat dilakukan sesuai pedoman
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Pasal 36
Semua laporan pertanggungjawaban penanggulangan
bencana, baik keuangan maupun kinerjanya, diaudit sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 37
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar . . .
- 16 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Februari 2008
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Februari 2008
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
ANDI MATTALATTA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 43
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT NEGARA RI
Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,
Wisnu Setiawan
- 17 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 22 TAHUN 2008
TENTANG
PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA
I. UMUM
Indonesia dikenal sebagai daerah rawan bencana. Bencana yang terjadi
di Indonesia sangatlah beragam baik jenis maupun skalanya
(magnitude). Di samping bencana alam Indonesia juga rawan terhadap
bencana akibat ulah manusia. Hal ini disebabkan karena faktor letak
geografis dan geologi serta demografi.
Bencana mengakibatkan dampak terhadap kehilangan jiwa manusia,
harta benda, dan kerusakan prasarana dan sarana. Kerugian harta
benda dan prasarana dapat mencapai jumlah yang sangat besar dan
diperlukan dana yang cukup besar pula untuk pemulihannya.
Penanggulangan bencana merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
bersifat preventif, penyelamatan, dan rehabilitatif yang harus
diselenggarakan secara koordinatif, komprehensif, serentak, cepat,
tepat, dan akurat melibatkan lintas sektor dan lintas wilayah sehingga
memerlukan koordinasi berbagai instansi terkait dengan penekanan
pada kepedulian publik dan mobilisasi masyarakat.
Seluruh sistem, pengaturan, organisasi, rencana dan program yang
berkaitan dengan hal-hal inilah yang disebut penanggulangan
bencana. Agar menjadi efektif, penanggulangan bencana harus
melibatkan semua sektor, termasuk sektor non-pemerintah, sektor
swasta dan masyarakat, melibatkan semua tingkatan masyarakat dari
tingkat nasional tertinggi sampai ke desa terkecil.
Guna menghindarkan dan mengurangi kerugian yang sangat besar,
maka diperlukan upaya penanggulangan sejak dari pencegahan,
mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, dibutuhkan dana
penanggulangan bencana.
Dengan telah disahkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007
tentang Penanggulangan Bencana, merupakan bukti satu langkah
maju dalam hal upaya Pemerintah dalam menangani bencana.
Undang-Undang . . .
- 2 -
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 63 dan 69 ayat (4)
mengamanatkan perlunya menerbitkan peraturan pemerintah yang
mengatur tentang mekanisme pengelolaan dana dan tata cara
pemberian dan besarnya bantuan penanggulangan bencana. Untuk
melaksanakan kedua ketentuan tersebut, Peraturan Pemerintah
tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana ini mengatur
beberapa hal penting, antara lain sumber, alokasi, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan pertanggungjawaban pada
tahap prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana.
Terkait dengan pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana, Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengkoordinasikan
kegiatan penyusunan rencana penggunaan dana penanggulangan
bencana pada tahap prabencana dan pascabencana pada tingkat
pusat, sementara pada tingkat daerah koordinasi dilakukan oleh
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Khusus anggaran
penanggulangan bencana untuk saat tanggap darurat dialokasikan
oleh Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Sedangkan pemerintah daerah dapat mengalokasikan dana
siap pakai dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Untuk menghindari terjadinya kesalahan dan penyimpangan dalam
pelaksanaannya, kegiatan penyusunan rencana dan penggunaan dana
dan bantuan bencana harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan
sesuai prinsip akuntabilitas dan transparansi. Kegiatan pengawasan
dan laporan pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dana dan
bantuan bencana dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
BNPB, dan BPBD.
Pengawasan terhadap seluruh kegiatan penanggulangan bencana
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat pada
setiap tahapan bencana, agar tidak terjadi penyimpangan dalam
penggunaan dana penanggulangan bencana.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4 . . .
- 3 -
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan “masyarakat” adalah orang
perseorangan, badan usaha, lembaga swadaya
masyarakat, baik dalam maupun luar negeri.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c.
Yang dimaksud dengan “dana bantuan sosial berpola
hibah” adalah block grant.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9 . . .
- 4 -
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Dana siap pakai dalam ketentuan ini digunakan juga
dalam status keadaan darurat.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18 . . .
- 5 -
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31 . . .
- 6 -
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “diperlakukan secara khusus” dalam
ketentuan ini adalah meskipun bukti pertanggungjawaban
yang diberikan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
namun bukti pertanggungjawaban tersebut diperlakukan
sebagai dokumen pertanggungjawaban keuangan yang sah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4829

More Related Content

What's hot

Perka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pb
Perka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pbPerka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pb
Perka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pb
Agus Witono
 

What's hot (19)

Perpres Alpalhankam Beredar
Perpres Alpalhankam BeredarPerpres Alpalhankam Beredar
Perpres Alpalhankam Beredar
 
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan HidupPP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
PP No 46/2017 Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup
 
Perka bnpb 9 2008 protap tim reaksi cepat bnpb
Perka bnpb 9 2008 protap tim reaksi cepat bnpbPerka bnpb 9 2008 protap tim reaksi cepat bnpb
Perka bnpb 9 2008 protap tim reaksi cepat bnpb
 
Perumahan Permukiman
Perumahan PermukimanPerumahan Permukiman
Perumahan Permukiman
 
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-14002 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
02 OKT Hasil Timus BAB VIII Pengadaan Lahan Pasal 121-140
 
54
5454
54
 
Pp no 14 tahun 2016 (penjelasan pp nomor 14 tahun 2016)
Pp no 14 tahun 2016 (penjelasan pp nomor 14 tahun 2016)Pp no 14 tahun 2016 (penjelasan pp nomor 14 tahun 2016)
Pp no 14 tahun 2016 (penjelasan pp nomor 14 tahun 2016)
 
Tugas perumahan
Tugas perumahanTugas perumahan
Tugas perumahan
 
Perka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pb
Perka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pbPerka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pb
Perka bnpb 13 2008 pedoman manajemen logistik dan peralatan pb
 
buletin-apbn-public-67.pdf
buletin-apbn-public-67.pdfbuletin-apbn-public-67.pdf
buletin-apbn-public-67.pdf
 
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah PenyakitPeraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit
 
Renkon kompol dadang dk, a md mar,sh.
Renkon kompol dadang dk, a md mar,sh.Renkon kompol dadang dk, a md mar,sh.
Renkon kompol dadang dk, a md mar,sh.
 
Uu no 4 1984
Uu no 4 1984Uu no 4 1984
Uu no 4 1984
 
Uu 03 1964
Uu 03 1964Uu 03 1964
Uu 03 1964
 
Perencanaan penanganan korban bencana
Perencanaan penanganan korban bencanaPerencanaan penanganan korban bencana
Perencanaan penanganan korban bencana
 
Permendagri 9 2009 penyerahan pras., sar., & util. rumkim
Permendagri 9 2009 penyerahan pras., sar., & util. rumkimPermendagri 9 2009 penyerahan pras., sar., & util. rumkim
Permendagri 9 2009 penyerahan pras., sar., & util. rumkim
 
Uu 24 2002
Uu 24 2002Uu 24 2002
Uu 24 2002
 
12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesia
12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesia12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesia
12_Antisipasi Bencana Hidrometeorlogi di Indonesia
 
Sistem nasional penanggulangan bencana
Sistem nasional penanggulangan bencanaSistem nasional penanggulangan bencana
Sistem nasional penanggulangan bencana
 

Similar to Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008

RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
M Ungang
 
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerahPp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
mas_kus
 
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Iqbal Raditya
 
Peraturan bupati-no.-1a-pedoman-umum-penggunaan-belanja-tidak-terduga-btt
Peraturan bupati-no.-1a-pedoman-umum-penggunaan-belanja-tidak-terduga-bttPeraturan bupati-no.-1a-pedoman-umum-penggunaan-belanja-tidak-terduga-btt
Peraturan bupati-no.-1a-pedoman-umum-penggunaan-belanja-tidak-terduga-btt
ppbkab
 
Permensos no. 20 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 20 tahun 2012 idn journalPermensos no. 20 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 20 tahun 2012 idn journal
IdnJournal
 
Perbup no.-23-ttg-pedoman-umum-penyaluran-belanja-tidak-terduga-btt-ta-2010
Perbup no.-23-ttg-pedoman-umum-penyaluran-belanja-tidak-terduga-btt-ta-2010Perbup no.-23-ttg-pedoman-umum-penyaluran-belanja-tidak-terduga-btt-ta-2010
Perbup no.-23-ttg-pedoman-umum-penyaluran-belanja-tidak-terduga-btt-ta-2010
ppbkab
 

Similar to Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 (20)

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008
 
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005
 
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada DaerahPeraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah
Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah
 
057 05 hibah kpd daerah
057 05 hibah kpd daerah057 05 hibah kpd daerah
057 05 hibah kpd daerah
 
057 05 hibah kpd daerah
057 05 hibah kpd daerah057 05 hibah kpd daerah
057 05 hibah kpd daerah
 
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
RPP penerima bantuan iuran jaminan sosial
 
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
No. 1a Tentang pedoman umum penggunaan belanja tidak terduga (btt)
 
Pp 60 2014 dana desa
Pp 60 2014 dana desaPp 60 2014 dana desa
Pp 60 2014 dana desa
 
1. perpres nomor 54 tahun 2020
1. perpres nomor 54 tahun 20201. perpres nomor 54 tahun 2020
1. perpres nomor 54 tahun 2020
 
RPP tentang Dana Desa Bersumber dari APBN
RPP tentang Dana Desa Bersumber dari APBNRPP tentang Dana Desa Bersumber dari APBN
RPP tentang Dana Desa Bersumber dari APBN
 
PPT PENANGGULANGAN KEDARURATAN PASCA BENCANA.pptx
PPT PENANGGULANGAN KEDARURATAN PASCA BENCANA.pptxPPT PENANGGULANGAN KEDARURATAN PASCA BENCANA.pptx
PPT PENANGGULANGAN KEDARURATAN PASCA BENCANA.pptx
 
64 pmk.05 2020_per
64 pmk.05 2020_per64 pmk.05 2020_per
64 pmk.05 2020_per
 
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008
 
PPno 2 2012
PPno 2  2012PPno 2  2012
PPno 2 2012
 
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerahPp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
Pp 2 tahun_2012_tentang_hibah_daerah
 
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
Kelembagaan dan tugas_serta_fungsi_bnpb[1]
 
Peraturan bupati-no.-1a-pedoman-umum-penggunaan-belanja-tidak-terduga-btt
Peraturan bupati-no.-1a-pedoman-umum-penggunaan-belanja-tidak-terduga-bttPeraturan bupati-no.-1a-pedoman-umum-penggunaan-belanja-tidak-terduga-btt
Peraturan bupati-no.-1a-pedoman-umum-penggunaan-belanja-tidak-terduga-btt
 
Pmk no _85_th_2019_ttg_petunjuk_operasional_penggunaan_dak_fisik_bidang_keseh...
Pmk no _85_th_2019_ttg_petunjuk_operasional_penggunaan_dak_fisik_bidang_keseh...Pmk no _85_th_2019_ttg_petunjuk_operasional_penggunaan_dak_fisik_bidang_keseh...
Pmk no _85_th_2019_ttg_petunjuk_operasional_penggunaan_dak_fisik_bidang_keseh...
 
Permensos no. 20 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 20 tahun 2012 idn journalPermensos no. 20 tahun 2012 idn journal
Permensos no. 20 tahun 2012 idn journal
 
Perbup no.-23-ttg-pedoman-umum-penyaluran-belanja-tidak-terduga-btt-ta-2010
Perbup no.-23-ttg-pedoman-umum-penyaluran-belanja-tidak-terduga-btt-ta-2010Perbup no.-23-ttg-pedoman-umum-penyaluran-belanja-tidak-terduga-btt-ta-2010
Perbup no.-23-ttg-pedoman-umum-penyaluran-belanja-tidak-terduga-btt-ta-2010
 

More from JalinKrakatau

More from JalinKrakatau (20)

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 8 Tahun 2014
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 8 Tahun 2014Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 8 Tahun 2014
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 8 Tahun 2014
 
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM...Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM...
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.74/MENLHK/SETJEN/KUM...
 
Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 18 Tahun 2020
Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 18 Tahun 2020Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 18 Tahun 2020
Peraturan Mentri Perhubungan Nomor 18 Tahun 2020
 
Panduan Penggunaan Inarisk
Panduan Penggunaan InariskPanduan Penggunaan Inarisk
Panduan Penggunaan Inarisk
 
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 01.07/MENKES/238/2020
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 01.07/MENKES/238/2020Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 01.07/MENKES/238/2020
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 01.07/MENKES/238/2020
 
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020
Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020
 
Protokol Pelatnas
Protokol PelatnasProtokol Pelatnas
Protokol Pelatnas
 
Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020
Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020
Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020
 
Pedoman Kaifiat Shalat Bagi Tenaga Kesehatan Yang Memakai Alat Pelindung Diri...
Pedoman Kaifiat Shalat Bagi Tenaga Kesehatan Yang Memakai Alat Pelindung Diri...Pedoman Kaifiat Shalat Bagi Tenaga Kesehatan Yang Memakai Alat Pelindung Diri...
Pedoman Kaifiat Shalat Bagi Tenaga Kesehatan Yang Memakai Alat Pelindung Diri...
 
Panduan Keamanan Pemanfaatan Aplikasi Video Conference: Upaya Mencegah Penyus...
Panduan Keamanan Pemanfaatan Aplikasi Video Conference: Upaya Mencegah Penyus...Panduan Keamanan Pemanfaatan Aplikasi Video Conference: Upaya Mencegah Penyus...
Panduan Keamanan Pemanfaatan Aplikasi Video Conference: Upaya Mencegah Penyus...
 
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-19)
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-19)Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-19)
Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Corona Virus Disease (Covid-19)
 
Panduan Kegiatan Menjaga Kebersihan Lingkungan Dan Langkah-Langkah Disinfeksi...
Panduan Kegiatan Menjaga Kebersihan Lingkungan Dan Langkah-Langkah Disinfeksi...Panduan Kegiatan Menjaga Kebersihan Lingkungan Dan Langkah-Langkah Disinfeksi...
Panduan Kegiatan Menjaga Kebersihan Lingkungan Dan Langkah-Langkah Disinfeksi...
 
Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020
Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020
Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) Dalam Menghadapi Waba...
Petunjuk Teknis Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) Dalam Menghadapi Waba...Petunjuk Teknis Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) Dalam Menghadapi Waba...
Petunjuk Teknis Penggunaan Alat Perlindungan Diri (APD) Dalam Menghadapi Waba...
 
Panduan Klinis Tata Laksana Covid-19 Pada Anak
Panduan Klinis Tata Laksana Covid-19 Pada AnakPanduan Klinis Tata Laksana Covid-19 Pada Anak
Panduan Klinis Tata Laksana Covid-19 Pada Anak
 
Pedoman Pelaksanaan Ramadan Aman Di Tengah Covid-19
Pedoman Pelaksanaan Ramadan Aman Di Tengah Covid-19Pedoman Pelaksanaan Ramadan Aman Di Tengah Covid-19
Pedoman Pelaksanaan Ramadan Aman Di Tengah Covid-19
 
SKB Menag, Menaker Dan Menpan RB
SKB Menag, Menaker Dan Menpan RBSKB Menag, Menaker Dan Menpan RB
SKB Menag, Menaker Dan Menpan RB
 
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 25 Tahun 2020
 
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2020
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2020Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2020
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2020
 
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020
 

Recently uploaded

Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
hartonohajar
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
citraislamiah02
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
Di Prihantony
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
iman333159
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
NezaPurna
 

Recently uploaded (13)

Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptxStandar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
Standar Kompetensi Jabatan Fungsional Arsiparis.pptx
 
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptxPELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
PELATIHAN BAPELKES ANTIKORUPSI 0502.pptx
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
2024.03.27_Konsep dan Potret Inflasi Indonesia _Workshop RCE_Badan Pusat Stat...
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptxManajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
Manajemen Kontrak pada Aplikasi SPANpptx
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdfAgenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
Agenda III - Organisasi Digital - updated.pdf
 
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdfRUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
RUNDOWN ACARA ORIENTASI CPNS DAN PPPK TAHUN 2024.pdf
 

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008

  • 1. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 63 dan Pasal 69 ayat (4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Dana penanggulangan bencana adalah dana yang digunakan bagi penanggulangan bencana untuk tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan/atau pascabencana. 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 3. Anggaran . . .
  • 2. - 2 - 3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 4. Dana kontinjensi bencana adalah dana yang dicadangkan untuk menghadapi kemungkinan terjadinya bencana tertentu. 5. Dana siap pakai adalah dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai dengan batas waktu tanggap darurat berakhir. 6. Dana bantuan sosial berpola hibah adalah dana yang disediakan Pemerintah kepada pemerintah daerah sebagai bantuan penanganan pascabencana. 7. Bantuan darurat bencana adalah bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada saat tanggap darurat. 8. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi. 9. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat dengan BNPB adalah lembaga pemerintah non-departemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 10. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disingkat BPBD adalah badan pemerintah daerah yang melakukan penyelenggaraan penanggulangan bencana. 11. Instansi/lembaga terkait adalah instansi/lembaga yang terkait dengan penanggulangan bencana. Pasal 2 Pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana ditujukan untuk mendukung upaya penanggulangan bencana secara berdayaguna, berhasilguna, dan dapat dipertanggungjawabkan. Pasal 3 . . .
  • 3. - 3 - Pasal 3 Pengaturan pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana meliputi: a. sumber dana penanggulangan bencana; b. penggunaan dana penanggulangan bencana; c. pengelolaan bantuan bencana; dan d. pengawasan, pelaporan, dan pertanggungjawaban pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana. BAB II SUMBER DANA PENANGGULANGAN BENCANA Pasal 4 (1) Dana penanggulangan bencana menjadi tanggungjawab bersama antara Pemerintah dan pemerintah daerah. (2) Dana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari: a. APBN; b. APBD; dan/atau c. masyarakat. Pasal 5 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengalokasikan anggaran penanggulangan bencana dalam APBN dan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a dan huruf b secara memadai. (2) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan pada tahap prabencana, saat tanggap darurat bencana, dan pascabencana. (3) Dalam anggaran penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah menyediakan pula: a. dana kontinjensi bencana; b. dana siap pakai; dan c. dana bantuan sosial berpola hibah. Pasal 6 . . .
  • 4. - 4 - Pasal 6 (1) Dana kontinjensi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a disediakan dalam APBN untuk kegiatan kesiapsiagaan pada tahap prabencana. (2) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b disediakan dalam APBN yang ditempatkan dalam anggaran BNPB untuk kegiatan pada saat tanggap darurat. (3) Pemerintah daerah dapat menyediakan dana siap pakai dalam anggaran penanggulangan bencana yang berasal dari APBD yang ditempatkan dalam anggaran BPBD. (4) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan pada saat tanggap darurat. (5) Dana bantuan sosial berpola hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf c disediakan dalam APBN untuk kegiatan pada tahap pascabencana. Pasal 7 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong partisipasi masyarakat dalam penyediaan dana yang bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c. (2) Dana yang bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diterima oleh Pemerintah dicatat dalam APBN. (3) Dana yang bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diterima oleh pemerintah daerah dicatat dalam APBD. (4) Pemerintah daerah hanya dapat menerima dana yang bersumber dari masyarakat dalam negeri. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. (6) Ketentuan . . .
  • 5. - 5 - (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Pasal 8 Dalam mendorong partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pemerintah atau pemerintah daerah dapat: a. memfasilitasi masyarakat yang akan memberikan bantuan dana penanggulangan bencana; b. memfasilitasi masyarakat yang akan melakukan pengumpulan dana penanggulangan bencana; dan c. meningkatkan kepedulian masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyediaan dana. Pasal 9 (1) Setiap pengumpulan dana penanggulangan bencana, wajib mendapat izin dari instansi/lembaga yang berwenang. (2) Setiap izin yang diberikan oleh instansi/lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) salinannya disampaikan kepada BNPB atau BPBD. (3) Tata cara perizinan pengumpulan dana penanggulangan bencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB III PENGGUNAAN DANA PENANGGULANGAN BENCANA Bagian Kesatu Umum Pasal 10 (1) Penggunaan dana penanggulangan bencana dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, BNPB, dan/atau BPBD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. (2) Dana . . .
  • 6. - 6 - (2) Dana penanggulangan bencana digunakan sesuai dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan/atau pascabencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. Bagian Kedua Prabencana Pasal 11 Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN atau APBD pada tahap prabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 12 Dana penanggulangan bencana pada tahap prabencana dialokasikan untuk kegiatan dalam situasi: a. tidak terjadi bencana; dan b. terdapat potensi terjadinya bencana. Pasal 13 Penggunaan dana penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a meliputi: a. fasilitasi penyusunan rencana penanggulangan bencana; b. program pengurangan risiko bencana; c. program pencegahan bencana; d. pemaduan perencanaan pembangunan dengan perencanaan penanggulangan bencana; e. penyusunan analisis risiko bencana; f. fasilitasi pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang; g. penyelenggaraan . . .
  • 7. - 7 - g. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana; dan h. penyusunan standar teknis penanggulangan bencana. Pasal 14 (1) Penggunaan dana penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b meliputi: a. kegiatan kesiapsiagaan; b. pembangunan sistem peringatan dini; dan c. kegiatan mitigasi bencana. (2) Kegiatan kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a menggunakan dana kontinjensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a. Bagian Ketiga Tanggap Darurat Bencana Pasal 15 (1) Dana penanggulangan bencana yang digunakan pada saat tanggap darurat meliputi: a. dana penanggulangan bencana yang telah dialokasikan dalam APBN atau APBD untuk masing- masing instansi/lembaga terkait; b. dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b yang dialokasikan dalam anggaran BNPB; dan c. dana siap pakai yang telah dialokasikan pemerintah daerah dalam anggaran BPBD. (2) BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya mengarahkan penggunaan dana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. Pasal 16 . . .
  • 8. - 8 - Pasal 16 Penggunaan dana penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf a meliputi: a. pelaksanaan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; b. kegiatan penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana; c. pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana; d. pelaksanaan perlindungan terhadap kelompok rentan; dan e. kegiatan pemulihan darurat prasarana dan sarana. Pasal 17 (1) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b digunakan sesuai dengan kebutuhan tanggap darurat bencana. (2) Penggunaan dana siap pakai terbatas pada pengadaan barang dan/atau jasa untuk: a. pencarian dan penyelamatan korban bencana; b. pertolongan darurat; c. evakuasi korban bencana; d. kebutuhan air bersih dan sanitasi; e. pangan; f. sandang; g. pelayanan kesehatan; dan h. penampungan serta tempat hunian sementara. (3) Penggunaan dana siap pakai dilaksanakan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Kepala BNPB. Pasal 18 Dalam hal pemerintah daerah mengalokasikan dana siap pakai dalam anggaran BPBD, pengaturan penggunaan dana siap pakai berlaku mutatis mutandis Pasal 17. Bagian Keempat . . .
  • 9. - 9 - Bagian Keempat Pascabencana Pasal 19 Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN dan APBD pada tahap pascabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 20 Dana penanggulangan bencana dalam tahap pascabencana digunakan untuk kegiatan: a. rehabilitasi; dan b. rekonstruksi. Pasal 21 Kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a meliputi: a. perbaikan lingkungan daerah bencana; b. perbaikan prasarana dan sarana umum; c. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat; d. pemulihan sosial psikologis; e. pelayanan kesehatan; f. rekonsiliasi dan resolusi konflik; g. pemulihan sosial ekonomi budaya; h. pemulihan keamanan dan ketertiban; i. pemulihan fungsi pemerintahan; atau j. pemulihan fungsi pelayanan publik. Pasal 22 . . .
  • 10. - 10 - Pasal 22 Kegiatan rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf b meliputi: a. pembangunan kembali prasarana dan sarana; b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat; c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat; d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana; e. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat; f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya; g. peningkatan fungsi pelayanan publik; atau h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat. Pasal 23 (1) Pemerintah dapat memberikan bantuan untuk pembiayaan pascabencana kepada pemerintah daerah yang terkena bencana berupa dana bantuan sosial berpola hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c. (2) Untuk memperoleh bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah daerah mengajukan permohonan tertulis kepada Pemerintah melalui BNPB. (3) Berdasarkan permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), BNPB melakukan evaluasi, verifikasi, dan mengkoordinasikannya dengan instansi/lembaga terkait. (4) Hasil evaluasi dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Kepala BNPB dan disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk selanjutnya diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan penggunaan dana bantuan sosial berpola hibah. BAB IV . . .
  • 11. - 11 - BAB IV PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA Bagian Kesatu Umum Pasal 24 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dan memberikan bantuan bencana kepada korban bencana. (2) Bantuan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. santunan duka cita; b. santunan kecacatan; c. pinjaman lunak untuk usaha produktif; dan d. bantuan pemenuhan kebutuhan dasar. Bagian Kedua Santunan Duka Cita Pasal 25 (1) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf a diberikan kepada korban meninggal dalam bentuk: a. biaya pemakaman; dan/atau b. uang duka. (2) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan setelah dilakukan pendataan, identifikasi, dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang berwenang yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya. (3) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepada ahli waris korban. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan besaran bantuan santunan duka cita sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan peraturan Kepala BNPB setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Bagian Ketiga . . .
  • 12. - 12 - Bagian Ketiga Santunan Kecacatan Pasal 26 (1) Santunan kecacatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf b diberikan kepada korban bencana yang mengalami kecacatan mental dan/atau fisik. (2) Santunan kecacatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan setelah dilakukan pendataan, identifikasi, dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang berwenang yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan besaran bantuan santunan kecacatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala BNPB setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Bagian Keempat Pinjaman Lunak untuk Usaha Produktif Pasal 27 (1) Pinjaman lunak untuk usaha produktif diberikan kepada korban bencana yang kehilangan mata pencaharian. (2) Pinjaman lunak untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk: a. kredit usaha produktif; atau b. kredit pemilikan barang modal. (3) Pinjaman lunak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan setelah dilakukan pendataan, identifikasi, dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang berwenang yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan besaran pinjaman lunak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala BNPB setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Bagian Kelima . . .
  • 13. - 13 - Bagian Kelima Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasal 28 (1) Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf d diberikan kepada korban bencana dalam bentuk: a. penampungan sementara; b. bantuan pangan; c. sandang; d. air bersih dan sanitasi; dan e. pelayanan kesehatan. (2) Bantuan darurat bencana untuk pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana diberikan dengan memperhatikan standar minimal kebutuhan dasar dengan memperhatikan prioritas kepada kelompok rentan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala BNPB. Bagian Keenam Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Bantuan Pasal 29 (1) BNPB berwenang mengkoordinasikan pengendalian, pengumpulan, dan penyaluran bantuan darurat bencana pada tingkat nasional. (2) BPBD berwenang mengkoordinasikan pengendalian, pengumpulan dan penyaluran bantuan darurat bencana pada tingkat daerah. Pasal 30 (1) Tata cara pengelolaan serta pertanggungjawaban penggunaan bantuan darurat bencana diberikan perlakuan khusus sesuai dengan kebutuhan, situasi, dan kondisi kedaruratan. (2) Ketentuan . . .
  • 14. - 14 - (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengelolaan serta pertanggungjawaban penggunaan bantuan darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala BNPB. BAB V PENGAWASAN DAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN Bagian Kesatu Umum Pasal 31 (1) Pemerintah, pemerintah daerah, BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya melaksanakan pengawasan dan laporan pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dana dan bantuan penanggulangan bencana. (2) Instansi/lembaga terkait bersama BNPB atau BPBD melakukan pengawasan terhadap penyaluran bantuan dana yang dilakukan oleh masyarakat kepada korban bencana. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 32 Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan dana dan bantuan pada seluruh tahapan penanggulangan bencana. Bagian Ketiga Laporan Pertanggungjawaban Pasal 33 Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan penanggulangan bencana, baik keuangan maupun kinerja pada tahap prabencana dan pascabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 34 . . .
  • 15. - 15 - Pasal 34 (1) Pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat bencana diperlakukan secara khusus sesuai dengan kondisi kedaruratan dan dilaksanakan sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi. (2) Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan penanggulangan bencana, baik keuangan maupun kinerja pada saat tanggap darurat dilaporkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah masa tanggap darurat. Pasal 35 (1) Pelaporan keuangan penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN atau APBD dilakukan sesuai standar akuntansi pemerintahan. (2) Sistem akuntansi dana penanggulangan bencana yang bersumber dari masyarakat dilakukan sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pasal 36 Semua laporan pertanggungjawaban penanggulangan bencana, baik keuangan maupun kinerjanya, diaudit sesuai dengan peraturan perundang-undangan. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 37 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar . . .
  • 16. - 16 - Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Februari 2008 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal 28 Februari 2008 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. ANDI MATTALATTA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 43 Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat, Wisnu Setiawan
  • 18. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA I. UMUM Indonesia dikenal sebagai daerah rawan bencana. Bencana yang terjadi di Indonesia sangatlah beragam baik jenis maupun skalanya (magnitude). Di samping bencana alam Indonesia juga rawan terhadap bencana akibat ulah manusia. Hal ini disebabkan karena faktor letak geografis dan geologi serta demografi. Bencana mengakibatkan dampak terhadap kehilangan jiwa manusia, harta benda, dan kerusakan prasarana dan sarana. Kerugian harta benda dan prasarana dapat mencapai jumlah yang sangat besar dan diperlukan dana yang cukup besar pula untuk pemulihannya. Penanggulangan bencana merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bersifat preventif, penyelamatan, dan rehabilitatif yang harus diselenggarakan secara koordinatif, komprehensif, serentak, cepat, tepat, dan akurat melibatkan lintas sektor dan lintas wilayah sehingga memerlukan koordinasi berbagai instansi terkait dengan penekanan pada kepedulian publik dan mobilisasi masyarakat. Seluruh sistem, pengaturan, organisasi, rencana dan program yang berkaitan dengan hal-hal inilah yang disebut penanggulangan bencana. Agar menjadi efektif, penanggulangan bencana harus melibatkan semua sektor, termasuk sektor non-pemerintah, sektor swasta dan masyarakat, melibatkan semua tingkatan masyarakat dari tingkat nasional tertinggi sampai ke desa terkecil. Guna menghindarkan dan mengurangi kerugian yang sangat besar, maka diperlukan upaya penanggulangan sejak dari pencegahan, mitigasi, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi. Untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, dibutuhkan dana penanggulangan bencana. Dengan telah disahkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, merupakan bukti satu langkah maju dalam hal upaya Pemerintah dalam menangani bencana. Undang-Undang . . .
  • 19. - 2 - Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Pasal 63 dan 69 ayat (4) mengamanatkan perlunya menerbitkan peraturan pemerintah yang mengatur tentang mekanisme pengelolaan dana dan tata cara pemberian dan besarnya bantuan penanggulangan bencana. Untuk melaksanakan kedua ketentuan tersebut, Peraturan Pemerintah tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana ini mengatur beberapa hal penting, antara lain sumber, alokasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pelaporan dan pertanggungjawaban pada tahap prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana. Terkait dengan pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengkoordinasikan kegiatan penyusunan rencana penggunaan dana penanggulangan bencana pada tahap prabencana dan pascabencana pada tingkat pusat, sementara pada tingkat daerah koordinasi dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Khusus anggaran penanggulangan bencana untuk saat tanggap darurat dialokasikan oleh Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sedangkan pemerintah daerah dapat mengalokasikan dana siap pakai dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Untuk menghindari terjadinya kesalahan dan penyimpangan dalam pelaksanaannya, kegiatan penyusunan rencana dan penggunaan dana dan bantuan bencana harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan sesuai prinsip akuntabilitas dan transparansi. Kegiatan pengawasan dan laporan pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dana dan bantuan bencana dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, BNPB, dan BPBD. Pengawasan terhadap seluruh kegiatan penanggulangan bencana dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat pada setiap tahapan bencana, agar tidak terjadi penyimpangan dalam penggunaan dana penanggulangan bencana. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 . . .
  • 20. - 3 - Pasal 4 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Yang dimaksud dengan “masyarakat” adalah orang perseorangan, badan usaha, lembaga swadaya masyarakat, baik dalam maupun luar negeri. Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c. Yang dimaksud dengan “dana bantuan sosial berpola hibah” adalah block grant. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 . . .
  • 21. - 4 - Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Dana siap pakai dalam ketentuan ini digunakan juga dalam status keadaan darurat. Huruf c Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 . . .
  • 22. - 5 - Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Cukup jelas. Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas. Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 . . .
  • 23. - 6 - Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “diperlakukan secara khusus” dalam ketentuan ini adalah meskipun bukti pertanggungjawaban yang diberikan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun bukti pertanggungjawaban tersebut diperlakukan sebagai dokumen pertanggungjawaban keuangan yang sah. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 35 Cukup jelas. Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4829