1. Risiko dalam Investasi
&
Biaya Modal
Studi Kelayakan Bisnis
Langgeng Pinaring K. 18012010052
Zandra Dina Riyanti 18012010053
Irvan Cahya R. 18012010058
Merchelly Bonita Sari 18012010060
Iqbal Badri Mashuri 18012010061
Lutfia Yulitamay A.C 18012010064
M. Usman Maulana 18012010065
Selvia Maisyaro 18012010105
Diah Ayu Aryani 18012010106
2. Setiap usulan investasi selalu mempunyai risiko.
Semakin tinggi risiko suatu investasi, semakin
tinggi tingkat keuntungan yang diminta para
pemilik modal yang menanamkan modalnya.
Masalah pokok dalam pemasukkan faktor risiko
dalam investasi antara lain adalah dalam
pendefinisian risiko tersebut. apa pun definisi
yang dipergunakan, maka hubungan yang positif
antara risiko dan tingkat keuntungan harus tetap
berlaku
Jika kita menilai suatu usulan investasi dengan
menggunakan metode NPV, maka salah satu tugas yang
harus kita lakukan adalah menentukan tingkat bunga
yang dianggap relevan. Tingkat bunga merupakan tingkat
keuntungan yang diminta oleh pemilik dana. Apabila
investor merasa bahwa proyek bisnis mempunyai risiko
yang tinggi, maka semakin tinggi tingkat keuntungan
yang mereka minta. Para investor selalu memiliki
investasi yang beresiko sama, tetapi diharapkan
memberi tingkat keuntungan yang lebih tinggi dengan
risiko yang lebih rendah
Tujuan Pengertian
Risiko dalam Investasi
3. Dari gambar diatas nampak bahwa investasi A lebih menarik daripada investasi B, investasi C lebih
menarik daripada investasi B. Tetapi kita tidak bisa mengatakan investasi C lebih menarik daripada A.
Hal ini disebabkan karena meskipun investasi C lebih beresiko, investasi tersebut memberikan
keuntungan yang diharapkan lebih tinggi. Risiko diukur dari kemungkinan menyimpang nilai riil dan
nilai yang diharapkan, semakin besar kemungkinan menyimpang maka semakin besar risiko yang
dimiliki investasi tersebut. secara statistik penyebaran nilai yang diharapkan diukur dengan deviasi
standar distribusi tersebut.
4. Semakin besar risiko, semakin tinggi tingkat keuntungan yang diminta oleh investor. Kalau risiko suatu investasi adalah
nol, tingkat keuntungan yang disyaratkan mestinya adalah tingkat keuntungan yang tidak mengandung risiko
(keuntungan bebas risikio), seperti investasi pada obligasi pemerintahan, deposito. Terdapat teori portofolio dimana
menjelaskan fenomena mengapa investor cenderung menginvestasikan dananya pada beberapa jenis surat berharga
(sekuritas). Yang melandasi tori ini adalah perilaku investor dalam investasi pada financial assets. Ternyata dengan
memiliki beberapa jenis surat berharga, fluktuasi tingkat keuntungan yang diperoleh akan berkurangyang berarti deviasi
standart tingkat keuntungan itu pun berkurang juga.
Penyesuain terhadap Tingkat Bunga untuk menghitung NPV
5. Rj = Rf + (Rm β Rf) Ξ²j
Notes
Rm: tingkat keuntungan portofolio pasar
Rf: tingkat keuntungan bebas risiko
Ξj: Beta saham j
Rj: tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham j
Penyesuain terhadap Tingkat Bunga untuk menghitung NPV
Rumus CAPM
Sharpe, Linter dan beberapa ahli lain,
memperkenalkan Capital Asset Pricing Model (CAPM)
bedasarkan potofolio ini. Mereka merumuskan bahwa
tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk suatu
saham tergantung pada dua unsur yaitu tingkat
keuntungan bebas resmi resiko dan premi atas
resikonya. Risiko disini dinyatakan dalam ukuran
beta yang menunjukkan kepekaan suatu saham
terhadap portofolio pasar.
6. Risiko yang ditanggung oleh pemilik modal sendiri adalah terdiri dari risiko usaha plus risiko financial. Bagi
perusahaan yang tidak menggunakan utang, maka risiko yang ditanggung adalah hanya risiko usaha saja.
Tetapi kalua perusahaan menggunakan utang, maka risiko yang ditanggung adalah risiko usaha dan risiko
financial. Karena itulah risikonya menjadi lebih besar, berarti yang nantinya tingkat keuntungan yang
disyaratkan oleh para pemilik modal sendiri menjadi maki besar. Kalau kita balik persoalannya, maka beta
modal sendiri dari perusahaan yang menggunakan utang haruslah lebih besar dari beta modal sendiri dari
perusahaan yang tidak menggunakan utang.
Ξ aktiva = Ξ² utang
utang
π’π‘πππ+πππππ π ππππππ
+ Ξ² modal sendiri
modal sendiri
π’π‘πππ+πππππ π ππππππ
Penyelesaian Beta Industry
7. Kita tahu bahwa aliran kas masuk bersih yang akan
datang merupakan sesuatu yang tidak pasti sifatnya.
Karena itu, sebenarnya kalau kita menuliskan At
seharusnya kita menuliskan A^
t, dimana tanda ^
menunjukan sesuatu yang tidak pasti. Kemudian kita
mengubah ketidakpastian tersebut menjadi kepastian,
dengan menggunakan koefisien tertentu. Tentu saja
koefisien ini diberi notasi at, harus lebih kecil dari 1 (satu).
Karena kita menganggap sama sesuatu yang tidak pasti
dengan sesuatu yang pasti, maka sesuatu yang pasti ini
lebih kecil daripada sesuatu yang tidak pasti.
Penyesuain terhadap Aliran Kas untuk menghitung NPV
Misalkan kita mengharapkan akan menerima Rp 100
satu tahun lagi. Karena ini hanya sebuah
pengharapan, maka kita tahu bashwa Rp 100 ini
adlaah sesuatu yang tidak pasti. Berapa kita
bersedia mengganti Rp 100 yang tidak pasti ini
dengan suatu jumlah yang pasti pada tahun yang
akan datang? Kalau jawabannya adalah Rp 90, maka
berarti koefiensi untuk mengubah ketidakpastian
menjadi kepastian adalah 0,90. Kalau kita telah
mengubah sesuatu yang tidak pasti menjadi sesuatu
yang pasti, maka tingkat bunga yang kita pakai
menjadi sesuatu yang pasti, maka tingkat bunga
yang kita pakai adalah tingkat bunga yang bukan
disesuaikan dengan risiko, tetapi tingkat bunga yang
bebas risiko atau R1.
8. Contoh di atas bisa kita tuliskan menjadi:
PV = A^t = 100 (2)
(1 + r) (1 + r)
Sama dengan
PV = a1 A^1 = 0,90 (100) (3)
(1 + R1) (1 + R1)
Kalau misalkan tingkat keuntungan bebas risiko 18% maka nilai sekarang (PV) adalah
PV = 0,90 (100) = 76,27
1 + 0.18
Karena ini harus sama dengan nilai persamaan (2), maka berarti persamaan (2) juga bisa dituliskan
menjadi
76,27 = 100
(1 + r)
Dengan demikian, maka r nya adalah
r = 31,11%
Dengan kata lain, kalau kita menggunakan koefisien 0,9 untuk mengubah ketidakpastian menjadi
kepastian, pada tahun 1, kalu tingkat keuntungan bebas risiko adalah 18%, maka tingkat keuntungan
yang telah disesuaikan dengan resiko (r) adalah 31,11%
9. Biaya Utang
Biaya Modal Individual
Biaya Modal
Sumber pembelanjaan dikelompokkan
menjadi dua, yaitu utang dan modal sendiri
(saham preferen, saham biasa, maupun laba
ditahan)
Biaya utang (cost of debt) merupakan biaya yang ditanggung karena
penggunaan sumber dana yang berasal dari pinjaman. Biaya utang
terdiri menjadi dua, yaitu utang jangka pendek (jangka waktu
pengembalian utang <1 tahun; contoh: utang dagang, utang wesel,
utang jangka pendek bank) dan utang jangka panjang (jangka waktu
>1 tahun; contoh: obligasi) yang masing-masing memiliki biaya modal.
10. Rumus Perhitungan Biaya
Utang Jangka Pendek
Biaya Utang
Kt = Kb (1-t)
t = tangkat pajak
Kt= biaya utang jangka pendek setelah pajak
Kb = biaya utang jangka pendek sebelum
pajak, sebesar tingkat bunga utang
Rumus Perhitungan Biaya Utang
Jangka Panjang
Kd =
I + N β Nb /n
Nb + N /2
β’ Kd = biaya utang
β’ I = bunga utang jangka panjang 1 tahun dalam rupiah
β’ N = nilai nominal obligasi
β’ Nb = Nilai bersih penjualan obligasi
β’ N = umur obligasi
Perhitungan
Biaya Uatang
setelah pajak
Kβd = Kd (1βt)
t = tarif pajak
11. Bunga dalam 1 tahun 25.000 x 4% = 1000 (bunga dalam 1 tahun)
Kd =
I + N β Nb /n
Nb + N /2
Kd =
1000 + 25.000 β 22.000 /15
22.000 + 25.000 /2
Kd = 5,1% -> biaya modal sebelum pajak
Ki = Kd (1-t)
= 0,051 (1-0,3) = 0,0357 -> 3,57%
PT ABC mengeluarkan obligasi dengan nilai nominal Rp 25.000/lembar. Umur obligasi 15 tahun. Hasil
penjualan obligasi bersih yang diterima perusahaan Rp 22.000. Bunga obligasi pertahun 4% dan
tingkat pajak 30%. Berapa besar biaya modal obligasi?
Contoh Soal
12. Rumus perhitungan saham preferen
Biaya Saham Preferen
Saham preferen adalah jenis saham yang
memberikan penghasilan tetap, berupa deviden
saham preferen kepada para pemiliknya. Saham
preferen merupakan modal sendiri, maka deviden
diambil dari laba bersih setelah pajak. Pemilik
saham preferen akan menerima bagian setelah
pemilik obligasi dilunasi, maka risiko saham
preferen akan sedikit lebih besar daripada risiko
obligasi.
Kp = Dp/Po
Kp = biaya saham preferen
Dp = deviden saham preferen
Po = harga saham preferen saat penjualan
13. Misalkan suatu saham preferen dengan nominal Rp 100.000 memberikan deviden
sebesar 16%. Harga jual saham preferen tersebut saat ini Rp 89.000 Dengan demikian
biaya saham preferen adalah?
DP = 16% x 100.000
= 16.000
Kp = Dp / Po
Kp = 16.000/89.000
= 17,98%
14. Kc = D
P0
Biaya Modal Saham (Cost of Common Stock)
Rumus Model Gordon
β’ Sama dengan biaya laba ditahan
β’ Merupakan tingkat pengembalian yang
diminta oleh pemegang saham biasa
perusahaan
β’ Apabila suatu saham membagikan
keuntungan sebagai dividen yang nilainya
konstan setiap tahun maka rumusnya
adalah:
β’ Kc = Biaya modal sendiri dari saham biasa
β’ D = dividen per lembar saham yang konstan setiap
tahun
β’ P0 = harga jual saham biasa
15. Biaya Modal Saham (Cost of Common Stock)
Apabila perusahaan menahan Sebagian laba dan kita asumsikan proporsi laba
ditahan adalah konstan, maka besarnya Kc adalah:
Rumus Model Gordon:
Kc = D1 + g
P0
Kc = Biaya saham biasa
D1 = dividen yang diharapkan pada akhir tahun pertama
P = harga jual saham biasa
g = pertumbuhan dividen saham per tahun (growth)
16. Contoh:
PT. ABC mengeluarkan saham biasa yang laku dijual Rp 4.000,00/lembar.
Dividen direncanakan akan dibayar sebesar Rp 160,00/lembar dengan
pertumbuhan (growth) dividen 8% per tahun. Hitung biaya saham biasa
tersebut!
Jawab:
Kc = D1 + g
P0
= 160 + 8%
4.000
Kc = 12%
Jadi, biaya saham biasa tersebut adalah 12%
17. Hubungan antara Biaya Modal Sendiri dengan Risiko Finansial
Semakin besar proporsi utang yang digunakan, semakin besar pula risiko finansialnya.
18. Biaya Utang dan Biaya Modal Sendiri dengan Tanpa Adanya
Biaya Kebangkrutan dalam Hubungan dengan Leverage
Apabila kita menganggap bahwa biaya kebangkrutan tidak ada, maka kurva biaya modal sendiri akan meningkat dengan
meningkatnya leverage dan membentuk garis lurus
Namun ketika kita memasukkan unsur biaya kebangkrutan dalam Analisa, maka biaya modal sendiri ini meningkat dengan
tingkat yang makin cepat dengan leverage tertentu.
19. Biaya Laba Ditahan
β Pada prinsipnya biaya laba ditahan sama dengan biaya saham biasa.
β Perbedaanya adalah jika menggunakan laba ditahan maka perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya ekstra.
Tetapi kalau membagikan laba dan mengeluarkan saham baru maka perusahaan harus menanggung biaya
pengeluaran saham baru yang disebut dengan floatation cost.
β Semakin besar floatation cost maka semakin besar selisih antara biaya laba ditahan dengan biaya saham biasa
baru.
β Misalkan untuk mengeluarkan saham baru perusahaan harus menanggung biaya emisi saham sebesar 5%. Ini
berarti bahwa perusahaan menerima sebesar 95% pembayaran dari para investor. Dengan kata lain, jika investor
membayar Rp. 100 maka perusahaan hanya menerima sebesar Rp. 95.
β Sebesar Rp. 5 jatuh ke perantara sebagai biaya emisi saham. Karena itu apabila biaya modal sendiri dari laba
yang ditahan adalah 33,33%, maka biaya modal sendiri dari emisi saham baru sebesar:
β 33,33% (100/0,95) = 35,08%
20. Biaya Modal Rata-rata Tertimbang
Penentuan tingkat bunga yang akan dipakai sebagai cut off rate. Kalau kita menggunakan anggapan
bahwa usulan investasi tersebut dibelanjain semuanya dengan modal sendiri, maka jelas yang menjadi
cut off rate-nya adalah biaya modal sendiri untuk perusahaan yang tidak menggunakan utang. Sebaliknya
kalau kita menyadari bahwa investasi tersebut dibelanjai dengan modal sendiri dan modal pinjaman,
maka mestinya cut off rate-nya adalah bukan biaya modal sendiri dari perusahaan yang menggunakan
modal sendiri semua. Cut off rate yang dipakai di sini mestilah mempertimbangkan biaya modal dari baik
dari hutang maupun Modal sendiri (dari perusahaan yang menggunakan utang.
21. Cara yang biasanya digunakan untuk kasus semacam
ini adalah :
1. Menarik aliran kas dengan menggunakan cara seperti pada bab 12 penaksiran
tersebut harus memisahkan aliran kas yang terjadi karena keputusan investasi dan
aliran kas yang terjadi karena keputusan pembelanjaan untuk meningkatkan kembali
maka formula yang dipergunakan adalah laba setelah pajak (menurut pengertian
akuntansi) + penyusutan + bunga (1- tarif pajak).
2. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang dengan menggunakan dasar setelah
pajak biaya modal ini tidak lain adalah menggunakan Perkalian antara besarnya
biaya modal dari masing-masing sumber pembelanjaan dengan proporsi dana yang
digunakan untuk menjelaskan cara tersebut.
22. ADJUSTED NET PRESENT VALUE SEBAGAI ALTERNATIF
PENGGUNAAN BIAYA MODAL RATA-RATA TERTIMBANG
Mekanisme metode Adjusted Net Present Value adalah sebagai berikut :
Adjusted NPV : Base Case NPV + NPV tambahan karena keputusan pembelanjaan
yang dimaksud dengan base case NPV adalah NPV yang dihitung jika proyek bisnis tersebut
dibelanjai dengan modal sendiri 100%. Sedangkan NPV tambahan karena keputusan
pembelanjaan merupakan manfaat/keuntungan yang diterima oleh proyek bisnis karena
menggunakan utang.
NPV tambahan karena keputusan pembelanjaan adalah karena proyek bisnis ini dibelanjai
dengan dua sumber utang, maka perhitungannya harus dipisahkan pula. Jika suatu
perusahaan menggunakan utang, maka bunga yang dibayarkan bersifat sebagai pengurang
pajak, maka penghematan pajak ini merupakan manfaat bagi perusahaan. Disamping itu, jika
perusahaan bisa mendapatkan kredit dengan suku bunga yang disubsidi, maka ini juga
merupakan manfaat bagi perusahaan.