5. ABSTRAK
Kejadian stunting merupakan akibat dari asupan makan yang tidak
adekuat dalam jangka waktu yang lama, kualitas makan yang tidak baik,
meningkatnya angka kesakitan atau gabungan dari semua faktor tersebut. Deteksi
dini pada anak-anak sangat penting, karena stunting yang terjadi pada masa
anak-anak dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak pada saat
dewasa. Manifestasi klinik yang ditimbulkan akibat adanya gangguan
perkembangan diantaranya adalah gangguan motorik kasar. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui perbedaan perkembangan motorik kasar antara balita stunting
dan non stunting di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten
sukoharjo. Jenis penelitian bersifat observasional dengan pendekatan yang
digunakan adalah crossectional. Jumlah sampel penelitian 35 balita dari masing-
masing kelompok sesuai dengan kriteria inklusi. Data status gizi diperoleh melalui
pengukuran antropometri. Data Konsumsi zat gizi menggunakan Recall 24 Jam
selama 3 hari dan perkembangan motorik kasar balita diperoleh dengan melakukan
tes Denver II. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan konsumsi
gizi baik energi, protein, Fe dan Zn pada balita yang stunting dan non stunting.
Pada balita stunting terdapat 2,8% balita dengan perkembangan motorik
abnormal, 11,4% balita dengan perkembangan motorik kasar meragukan dan
82,9% balita dengan perkembangan motorik kasar normal. Sedangkan pada balita
non stunting diketahui tidak terdapat balita dengan perkembangan motorik kasar
abnormal, dan 91,4% balita dengan perkembangan motorik kasar normal.Hasil uji
perbedaan perkembangan motorik kasar balita antara balita stunting dan non
stunting disimpulkan tidak ada perbedaan perkembangan motorik kasar.
Kata kunci : Stunting, Konsumsi gizi, Perkembangan motorik kasar
6. Studi menunjukkan bahwa anak
pendek sangat berhubungan dengan
prestasi pendidikan yang buruk.
Anak-anak pendek menghadapi
kemungkinan yang lebih besar
untuk tumbuh menjadi orang
dewasa yang kurang berpendidikan,
miskin, kurang sehat dan lebih
rentan terhadap penyakit tidak
menular.
Berdampak
negatif pada
masa depan
Menghambat
pertumbuhan
Stunting
7. Menurut Guru Besar Bidang Ilmu Gizi Kesehatan
Endang L Achmadi, sebagian orang bertubuh
pendek memang ada yang cerdas, namun
jumlahnya hanya sedikit. Rata-rata orang yang
kurang gizi pertumbuhannya tidak berjalan
optimal dan beresiko 9,2278 kali lebih besar
memiliki IQ rendah.
Dibandingkan anak dengan status gizi normal,
anak dengan status gizi rendah mempunyai skor
IQ 13 poin lebih rendah secara signifikan,
sedangkan anak dengan gizi baik mempunyai skor
IQ 10 poin lebih tinggi namun tidak signifikan
secara statistik.
8. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten
Sukoharjo pada tahun 2010 diketahui bahwa 0,51% balita
mengalami gizi buruk, dan 3,81% mengalami gizi kurang.
Di Kecamatan Kartasura, prevalensi stunting sebesar
24,16% (72 balita dari 300 balita), dan untuk wilayah
Kelurahan Kartasura prevalensi gizi buruk sebesar 0,75%
dan prevalensi gizi kurang sebesar 3,57%. Kelurahan
Kartasura memiliki prevalensi gizi kurang dan gizi buruk
yang tertinggi dari 12 Kelurahan yang ada di Kecamatan
Kartasura dengan prevalensi sebesar 4,32 %, sehingga
Kelurahan Kartasura yang dipilih untuk dijadikan tempat
penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Perbedaan konsumsi zat gizi dan perkembangan motorik
kasar antara balita stunting dan nonstunting di Kelurahan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
9. Materi dan Metode
• Penelitian ini merupakan penelitian observasional
dengan pendekatan cross sectional yang akan
menjelaskan perbedaan antara perkembangan
motorik kasar dan stunting pada balita.
• Lokasi penelitian : Kelurahan Kartasura Kecamatan
Kartasura Kabupaten Sukoharjo.
• Cara pengambilan sampel: teknik simple random
sampling diambil masing-masing 35 balita dari
kelompok stunting dan non stunting.
• Data konsumsi zat gizi dilakukan dengan metode
recall 24 jam selama 3 hari dan perkembangan
motorik kasar dengan tes Denver II
10. Hasil dan Pembahasan
• Berdasarkan Profil Kelurahan Kartasura tahun 2011 diketahui
bahwa jumlah penduduk Kelurahan Kartasura sebanyak 15.441
jiwa.
• Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Kartasura adalah
sebesar 0,35% tidak tamat SD, sebesar 22,6% tamat SD,
tamat SLTP sebesar 40,4%, tamat SLTA sebesar 30,4% dan
6,25% tamat perguruan tinggi.
• Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Kartasura adalah
buruh/swasta (71,8%), pedagang (8,67%), tukang kayu
(5,16%), penjahit (4,43%), pengrajin (4,33%), pengawai
negeri (3,0%), tukang batu (2,19%) dan peternak (0,42%).
• Berdasarkan data dapat dilihat bahwa sebagian besar
penduduk di Kelurahan Kartasura bekerja sebagai
buruh/swasta.
11.
12.
13.
14. • Hasil penelitian ini tidak ada perbedaan yang signifikan secara
statistik, namun prosentase perkembangan motorik kasar
normal pada balita non stunting (91,4%) lebih besar
dibandingkan dengan balita stunting (82,9%).
• Prosentase perkembangan motorik kasar abnormal dan
meragukan pada balita non stunting (8,6%) lebih kecil
dibandingkan dengan balita stunting (17,1%). Hal ini
menunjukkan bahwa status gizi merupakan salah satu faktor
yang berpengaruh terhadap perkembangan motorik kasar anak.
• Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Wantikasari (2011)
yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
status gizi dengan perkembangan motorik kasar anak usia 1-5
tahun. Penelitian dengan hasil yang sama juga dilakukan oleh
Proboningsih (2004) yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan perkembangan anak antara anak yang memiliki
status gizi kurang dan status gizi normal.
• Wulandari (2010) juga menyimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan antara status gizi dengan perkembangan motorik
kasar dan halus anak.
15. • Berbeda dengan hasil penelitian Muslim (2007)
yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan
perkembangan motorik kasar antara anak
pendek (stunted) dengan anak normal.
• Sylvia (2010) dalam penelitiannya juga
menyimpulkan bahwa status gizi (BB/U) dan
status gizi (TB/U) berhubungan secara
bermakna dengan perkembangan motorik kasar
balita usia 2- 5 tahun.
Perbedaan hasil penelitian ini dapat disebabkan
karena peneliti tidak melakukan tes ulangan
untuk balita yang memiliki perkembangan
motorik kasar meragukan, selain itu keahlian
dari tim pelaksana tes Denver II dan keadaan
psikologi balita juga sangat berpengaruh pada
hasil tes.
16. Kesimpulan
Prosentase balita stunting di wilayah
Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten
Sukoharjo pada bulan Desember 2011 adalah sebesar
14,3%. Pada balita stunting perkembangan motorik
kasar abnormal terdapat 2,8% balita, perkembangan
motorik kasar meragukan terdapat 11,4% balita dan
untuk perkembangan motorik kasar normal terdapat
82,9% balita. Sedangkan balita nonstunting motorik
kasar meragukan terdapat 8,6% balita dan untuk
perkembangan motorik kasar normal terdapat 91,4%
balita. Terdapat perbedaan tingkat konsumsi zat gizi
(Energi, Protein, Fe, Zn, dan vitamin A) pada balita
stunting dan non stunting. Tidak terdapat perbedaan
perkembangan motorik kasar antara balita stunting
dan non stunting.
17. Saran
Perlu adanya pengukuran tinggi badan
secara rutin dalam kegiatan posyandu, sehingga
pertumbuhan balita dapat dipantau. Hal ini
dikarenakan masih terdapat balita dengan status
gizi stunting. Makanan tambahan untuk balita
dengan status gizi kurang perlu diberikan,
karena asupan dapat berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Meningkatkan pola asuh orang tua dan keaktifan
orang tua dalam memberikan stimulasi
(rangsangan) kepada balita, agar tidak terdapat
balita dengan perkembangan abnormal dan
meragukan.