Dokumen tersebut membahas tentang asuhan keperawatan pada kelainan masa nifas, yang meliputi infeksi puerperalis, HPP, gangguan payudara, dan gangguan psikologi post partum. Kelainan utama masa nifas adalah infeksi masa nifas, perdarahan pasca persalinan, tromboemboli, gangguan payudara, dan gangguan psikologi. Dokumen ini juga menjelaskan penyebab, manifestasi klinis, dan penatalaksana
2. TUJUAN PEMBELAJARAN
• Mengetahui dan menyebutkan kelainan yang
terjadi pada kala nifas (Infeksi Puerperalis, HPP,
Gangguan Payudara, Tromboemboli, Gangguan
Psikologi Post Partum)
• Mengetahui dan menyebutkan faktor penyebab,
manifestasi klinis, manajemen terapeutik dari
kelainan pada kala nifas/nifas dengan komplikasi
• Menyusun pengkajian, diagnosa kep.,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada
klien dengan kelainan kala nifas/komplikasi masa
nifas
3. masalah utama masa nifas
• Infeksi masa nifas
• Perdarahan pasca persalinan/ HPP
• Tromboemboli
• Keadaan abnormal pada payudara
• Keadaan Abnormal pada psikologi (Depresi
pasca persalinan)
4. Infeksi purperalis
Infeksi kala nifas adalah infeksi, peradangan
pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh
sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya
suhu badan melebihi 38 oC tanpa menghitung
hari pertama, dan berturut-turut selama dua
hari
5. • FEBRIS PUERPERALIS adalah meningkatnya
suhu tubuh diatas 380 C selama 24 jam yang
terjadi setelah hari pertama sampai hari ke
10 pasca persalinan atau abortus.
• Infeksi Puerperalis merupakan infeksi bakteri
pada traktus genetalia yg terjadi setelah
melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu
380 C atau lebih selama 2hari dalam 10 hari
pertama pasca persalinan dengan
mengecualikan 24 jam pertama
6. Etiologi :
• INFEKSI GENITAL
–Patogen potensial yg berada dalam vagina
secara normal :
• Streptococcus anerobik
• Basil gram negatif anerobik
• Streptococcus hemolyticus (selain group A)
–Bakteri yg berasal dari organ visera sekitar :
• E Coli
• Clostridium Welchii
7. –Bakteri yang berasal dari organ yang
jauh :
•Stafilokok
•Streptokus Hemolitikus Grup A
–Mycoplasma hominis
• INFEKSI NON – GENITAL :
–Infeksi traktus urinarius : E Coli
–Infeksi mamme : stafilikok
8. Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
• Persalinan berlangsung lama persalinan terlantar
• Tindakan operasi persalinan
• Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan
bekuan darah
• Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih
kecil > enam jam
• Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum
(perdarahan antepartum dan post partum, anemia
pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu
hamil dengan penyakit infeksi)
9. Keadaan yang bisa menimbulkan
infeksi purperalis
• Manipulasi penolong : terlalu sering melakukan
pemeriksaan dalam, alat yang dipakai kurang suci
hama
• Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial)
• Hubungan seks menjelang persalinan
• Sudah terdapat infeksi intrapartum : persalinan
lama terlantar, ketuban pecah lebih dari enam
jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (lokal
infeksi)
10. LOKASI dan PENYEBARAN INFEKSI
• Sebagian besar infeksi nifas yang berasal dari
traktus genitalis merupakan infeksi ascending
dari vagina atau servik dan mengadakan
infeksi pada lokasi plasenta. Penyebaran
selanjutnya dari tempat ini dapat terus keatas
mengenai tuba falopii – parametrium
sehingga menyebabkan pelvio peritonitis.
11. Gambaran klinis infeksi umum
Infeksi Lokal
1. Pembengkakan luka episiotomi
2. Terjadi penanahan
3. Perubahan warna lokal
4. Pengeluaran lochia bercampur nanah
5. Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri
6. Temperatur badan dapat meningkat
12. Infeksi General
1. Tampak sakit dan lemah
2. Temperatur meningkat diatas 39 oC
3. Tekanan darah dapat menurun dan nadi
meningkat
4. Pernapasan dapat meningkat dan napas
terasa sesak
5. Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma
6. Terjadi gangguan involusi uterus
7. Lochia : berbau, bernanah serta kotor
13. DIAGNOSIS
• Pemeriksaan payudara : mastitis (DD)
• Palpasi abdomen : nyeri abdomen
• Inspeksi genitalia : infeksi luka jalan lahir
• Pemeriksaan Bimanual : menentukan
sifat lokal nyeri pelvis, massa, abses,
thrombosis vena
14. • Lab : Sel darah Putih normal/tinggi, Laju
Endap Darah, Sel darah merah meningkat, Hb
Ht menurun pada keadaan anemi
• Hapusan vagina, intra uterus : kultur
aerob/anaerob, pemeriksaan bakteriologi,
pewarnaan gram utk menentukan organisme
penyebab
• Pemeriksaan urine : bakteriuria, kultur
15. TERAPI
• Rawat di RS, Diet TKTP, ukur suhu per oral
4x/hari
• Transfusi darah bila perlu
• Antibiotika spektrum luas yang tepat
PP 1,2 – 2,4 juta unit IM Penisillin G 500.000
satuan setiap 6 jam
Metisilin 1gr setiap 6 jam +
Ampisillin Kapsul 4x250mg oral
Metronidazole 3 x 500 mg slm 5 hari
• Ada Abses jaga spy tidak ke peritoneum
16. Pengkajian keperawatan
• Riwayat prenatal, persalinan, post partum
• Riwayat 1 jam post partum (HPP, Pre
eklampsia, Depresi, FU kontraksi, Lokhea,
Peritoneum, rektum, VU)
• Sosial budaya, Self Care ibu dan Bayi
• Status Psikososial/Psikologis
17. Pengkajian per sistem
• KU dan tanda awal : Aktivitas/ist. TTV (nadi >
100/menit, nafas cepat, suhu > 38 oC)
• Sistem Vaskuler : Perdarahan, Tensi, Trombosis
• Sistem Reproduksi : TFU, Lokhea, Perineum,
Vulva, Payudara
• Traktus urinarius, disuria, panas
• Traktus Gastrointestinal
• Nyeri/ketidaknyamanan
18. Diagnosa Keperawatan
• Nyeri b/d respons tubuh pada agen tidak efektif,
sifat infeksi
• Resti Komplikasi b/d vaskularisasi tinggi pada
area yang sakit, peningkatan pemajanan
lingkungan
• Perubahan Nutrisi kurang b/d anoreksia, intake
inadequat
• Resti terhadap perubahan peran menajdi orang
tua b/d ….
Dll…
19. Prioritas Tindakan Keperawatan
• Mengontrol Penyebaran Infeksi
• Meningkatkan pemulihan
• Mendukung proses pembenahan keluarga
secara terus menerus
20. Intervensi keperawatan
• Diagnosa Nyeri
1. Kaji lokasi dan sifat ketidaknyamanan/nyeri
2. Pertahankan kebersihan dan kehangatan
3. Relaksasi, aktivitas pengalihan
4. Keseimbangan menyusui bila memungkinkan
5. Analgesik, antipiretik
6. Kompres panas lokal, lampu pemanas,
rendam duduk
21. Diagnosa Resti Komplikasi
• Tinjau ulang catatan prenatal, intra dan post
partum
• Teknik aseptik, septik dalam melaksanakan
tindakan
• Demonstrasikan masase fundus yang tepat
• Vulva hygienen yg benar
• Pantau TTV, kaji malaise, anoreksia
• Observasi tanda infeksi lain
• Posisi Semi fowler
22. evaluasi
Didasarkan pada Tujuan pemulangan, yaitu :
1. Infeksi teratasi
2. Involusio berlanjut
3. Mendemonstrasikan kedekatan, pertalian dan
melakukan perawatan bayi
24. Pengertian
• Hilangnya darah > 500ml dalam 24jam
pertama setelah lahirnya bayi (William, 1981)
• Kehilangan darah > 500ml selama atau setelah
melahirkan (Doengoes, 2001)
25. • HPP merupakan salah satu penyebab
mortalitas pada ibu
• Jumlah 500ml kurang tepat, pada
proses persalinan per vaginam
umumnya > 500ml darah yang keluar
26. Jenis HPP
• Perdarahan pasca persalinan PRIMER
Perdarahan > 500 ml yang terjadi dalam waktu
24 jam pasca persalinan
• Perdarahan pasca persalinan SEKUNDER
Perdarahan abnormal yang terjadi setelah 24
jam pasca persalinan sampai berakhirnya
masa nifas
27. ETIOLOGI
• Trauma Jalan lahir
Episiotomi lebar; Laserasi perineum, vagina,
serviks; Ruptur uterus
• Kegiatan Kompresi pembuluh darah tempat
implantasi plasenta
Miometrium hipotonia; Retensi sisa plasenta;
Gangguan faal koagulasi
29. Faktor penyebab lain
Kesalahan manajemen kala III dengan
mempercepat kelahiran placenta pelepasan
placenta tidak lengkap peningkatan
perdarahan
30. Etiologi True HPP :
• Atonia uteri dan
• Sisa plasenta ( 80%)
• Laserasi jalan lahir (20% )
• Gangguan faal pembekuan darah pasca solusio
plasenta
Etiologi utama Late HPP :
• Proses reepitelisasi ‘plasental site’ yang buruk ( 80% )
• Sisa konsepsi atau gumpalan darah
• Bila dengan pemeriksaan ultrasonografi dapat
diidentifikasi adanya masa intra uterin (sisa konsepsi
atau gumpalan darah ) maka harus dilakukan evakuasi
uterus
31. Faktor Predisposisi
• Kelahiran dengan bayi besar
• Kelahiran forcep tengah
• Rotasi forceps
• Kelahiran sebelum pembukaan cerviks lengkap
• Insisi cerviks
• Kelahiran per vaginam
• Post sectio Caesarea
• Insisi uterus lain
33. Pengaruh perdarahan bergantung :
• Volume darah yang ada sebelum kehamilan
• Besarnya hipervolemia sebelum kehamilan
• Tingkat anemia waktu kelahiran
34. Manifestasi Klinis
• Hipovolemia berat
• Hipoksia
• Dispnea
• Asidosis
• Sianosis
• Kehilangan darah dalam jumlah yg besar
• Distensi kavum uteri
35. Penatalaksanaan HPP
• Perdarahan pada kala III, uterus tidak
kontraksi maka harus dilakukan masase uterus
• Tekanan manual pd fundus uteri, Bila plasenta
belum keluar, pengeluaran manual harus
dilakukan
• 20 unit oksitosin dalam 1000ml RL atau NS
diberikan 10ml/menit perinfus IV
• Ergovine 0,2mg IV perdarahan di implantasi
placenta
36. Bila belum berhasil
• Kompresi bimanual
• Transfusi darah (gol darah Ibu diketahui sebelum
persalinan)
• Explorasi cavum uterus manual utk mencari sisa
placenta
• Pmx inspeculum vagina & cerviks
• Pasang tambahan infus IV kedua (utk
melanjutkan oksitosin dan transfusi)
• Pantau produksi urine output jantung
37. Penatalaksanaan True HPP
• Periksa apakah plasenta lengkap
• Masase fundus uteri
• Pasang infuse RL dan berikan uterotonik ( oksitosin,
methergin atau misoprostol )
• Bila perdarahan > 1 L pertimbangkan tranfusi
• Periksa faktor pembekuan darah
• Bila kontraksi uterus baik dan perdarahan terus terjadi,
periksa kembali kemungkinan adanya laserasi jalan lahir
• Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan kompresi
bimanual
• Bila perdarahan terus berlangsung, pertimbangkan ligasi
arteri hipogastrika
38.
39. Terapi awal Late HPP
• Memasang cairan infuse dan
• Memberikan uterotonika (methergin 0.5 mg
intramuskular)
• Antipiretika dan Antibiotika (bila ada tanda
infeksi)
• Kuretase hanya dilakukan bila ada sisa
konsepsi
43. 4. Keamanan
a. Laserasi jalan lahir
Darah merah terang sedikit menetap
(mungkin tersembunyi) dengan uterus keras,
UC baik, Robekan terlihat pada labia
mayora/minora dari muara vagina ke
perineum, robekan episiotomi luas, ekstensi
episiotomi ke dalam kubah vagina, robekan
pada cerviks
44. b. Hematoma
Unilateral, penonjolan masa tegang pd
muara vagina, labia mayora, keras, nyeri
pada sentuhan, perubahan warna
kemerahan/kebiruan unilateral kulit
perineum atau bokong (hematoma
abdominal Post SC asimptomatik, kecuali
pd perubahan TTV)
45. • Sexualitas/sistem Reproduksi
a. Pembesaran uterus lunak, menonjol, sulit
dipalpasi, perdarahan merah terang dr vagina,
bekuan besar dikeluarkan dr masase uterus
(atonia uterus)
b. Uterus kuat, kontraksi baik, kontraksi partial,
agak menonjol (fragmen placenta tertahan)
c. Fundus uterus inversi mendekat, menonjol
melalui ostium ext. (inversi uterus)
d. Gestasi multiple, poli hidramnion, makrosomia,
abrupsi placenta, placenta previa
46. Pengkajian Khusus Late HPP
1. Sirkulasi
Rembesan kontinu, rembesan tiba-tiba
kelihatan pucat, anemis
2. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan uterus (fragmen placenta
tertahan)
Sakit punggung, ketidaknyamanan
vagina/pelvis (hematoma)
47. 3. Keamanan
Lokhea berbau busuk (infeksi), ketuban
pecah dini
4. Sexualitas
Subinvolusio, Leukorea, Terlepasnya
jaringan
48. Pemeriksaan Diagnostik
• Golongan darah
• Jumlah darah lengkap (penurunan Hb, Ht,
peningkatan SDP
• Kultur uterus/vagina
• Urinalisis
• Profil Koagulasi
• Sonografi
49. Diagnosa Keperawatan
• Kekurangan volume cairan b/d kehilangan
vaskuler berlebihan
• Perubahan perfusi jaringan b/d hipovolemia
• Resti penurunan Cardiac output b/d gangguan
sirkulasi
• Gangguan pola nafas b/d intake O2 rendah
• Nyeri b/d laserasi
• Resti Infeksi b/d trauma jalan lahir
• Gangguan pola eliminasi urine b/d pengeluaran
renin
51. Intervensi diagnosa 1
• Kaji dan catat jumlah, type dan sisi perdarahan.
Timbang dan hitung pembalut, simpan bekuan
dan jaringan utk dievaluasi
• Kaji lokasi uterus dan derajat kontraktilitas uterus
(masase penonjolan uterus dengan satu tangan
sambil tangan kedua tepat diatas simp pubis)
• Perhatikan hipotensi, tachikardi, Perlambatan
CRT
• Pantau intake output
• Berikan lingkungan tenang, dukungan psikologis
52. Intervensi Diagnosa Kep 2
Tujuan : Pefusi jaringan kembali normal
KH : TD, Nadi, Hb, Ht Normal, CRT normal, Fungsi
hormonal normal ditunjukkan dgn suplay ASI adequat
1. Perhatikan Hb, Ht sebelum dan sesudah kehilangan
darah
2. Kaji status nutrisi
3. Pantau tanda vital, derajat durasi hipovolemik
4. Obs tingkat kesadaran, perubahan perilaku
5. Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi, lidah
6. Kaji produksi ASI
7. Pantau kadar pH, Tx oksigen
54. Beberapa keadaan abnormal yang mungkin
terjadi adalah :
1. Bendungan ASI/Payudara Bengkak (Engorgement)
2. Mastitis dan Abses Mamae
3. Berbagai masalah menyusui pada keadaan
khusus
55. Bendungan ASI
• Payudara bengkak disebabkan karena
menyusui yang tidak kontinyu, sehingga sisa
ASI terkumpul pada daerah duktus
• Dapat terjadi pada hari ke tiga setelah
melahirkan
• Penggunaan bra yang ketat serta keadaan
puting susu yang tidak bersih dapat
menyebabkan sumbatan pada duktus
56. Gejala
• Perlu dibedakan antara payudara bengkak
dengan payudara penuh
• Pada payudara bengkak : payudara odem,
sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat
walau tidak merah, dan ASI tidak keluar
kemudian badan menjadi demam setelah 24
jam
• Payudara penuh : payudara terasa berat,
panas dan keras. Bila ASI dikeluarkan tidak ada
demam
57. Pencegahan
• Menyusui bayi segera setelah lahir dengan
posisi dan perlekatan yang benar
• Menyusui bayi tanpa jadwal (nir jadwal dan on
demand)
• Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila
produksi melebihi kebutuhan bayi
• Jangan memberikan minuman lain pada bayi
• Lakukan perawatan payudara pasca persalinan
(masase, dan sebagainya)
58. Penatalaksanaan
• Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar
payudara lebih lembek, sehingga lebih mudah
memasukkannya ke dalam mulut bayi
• Bila bayi belum dapat menyusu, ASI
dikeluarkan dengan tangan atau pompa dan
diberikan pada bayi dengan cangkir/sendok
• Tetap mengeluarkan ASI sesering yang
diperlukan sampai bendungan teratasi
59. • Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberi
kompres hangat dan dingin bergantian
• Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun
demam dan pengurang sakit
• Lakukan pemijatan pada daerah payudara
yang bengkak, bermanfaat untuk membantu
memperlancar pengeluaran ASI
• Pada saat menyusui, sebaiknya ibu tetap rileks
• Makan makanan bergizi untuk meningkatkan
daya tahan tubuh dan perbanyak minum
60. • Mastitis adalah peradangan pada payudara.
Mastitis ini dapat terjadi kapan saja sepanjang
periode menyusui, tapi paling sering terjadi
antara hari ke-10 dan hari ke-28 setelah
kelahiran
• Infeksi ini menimbulkan demam, nyeri lokal
pada mamae, pemadatan mamae dan terjadi
perubahan warna kulit mamae
MASTITIS
61. Penyebab
• Payudara bengkak yang tidak disusukan secara
adekuat
• Bra yang terlalu ketat
• Puting susu lecet yang menyebabkan infeksi
• Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup dan
terjadi anemia
62. Gejala
• Bengkak dan nyeri
• Payudara tampak merah pada keseluruhan
atau di tempat tertentu
• Payudara terasa keras dan berbenjol-benjol
• Ada demam dan rasa sakit umum
63. Penanganan
• Payudara dikompres dengan air hangat
• Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan
pengobatan analgetika
• Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika
• Bayi mulai menyusu dari payudara yang
mengalami peradangan
• Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya
• Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang bergizi dan istirahat cukup
64. Masalah Menyusui
Pada Keadaan Khusus
Masalah yang timbul pada periode ini adalah :
• Ibu melahirkan dengan bedah sesar.
• Ibu sakit.
• Ibu penderita hepatitis (HbsAg +) dan ibu
penderita HIV/AIDS (+).
• Ibu penderita TBC paru.
• Ibu penderita diabetes.
• Ibu yang memerlukan pengobatan.
• Ibu hamil
65. Ibu Melahirkan dengan Bedah Sesar
ada beberapa keadaan yang dapat
mempengaruhi ASI baik langsung maupun tidak
langsung : pengaruh pembiusan saat operasi,
psikologi ibu
Ibu dengan pasca persalinan sesar tetap dapat
memberikan ASI nya. Hal yang perlu diperhatikan
pada kondisi ini adalah :
• Mintalah segera mungkin untuk dapat menyusui
• Cari posisi yang nyaman untuk menyusui seperti :
lying flat on your back, clutch (football) hold, side
lying, cross cradle (transition) hold
• Dukungan dari keluarga
• Yakin bahwa ibu dapat memberikan ASI
66. • Ibu Sakit
Ibu sakit bukan merupakan alasan untuk
berhenti menyusui. Justru dengan tetap
menyusui, ASI akan melindungi bayi dari
penyakit. Perlu bantuan dari orang lain untuk
mengurus bayi dan rumah tangga ibu tetap
mendapatkan istirahat yang cukup
Periksa ke tenaga kesehatan terdekat, untuk
mendapatkan pengobatan yang tidak
mempengaruhi ASI maupun bayi
67. • Ibu Penderita HIV/AIDS (+) dan Hepatitis
(HbsAg +)
Masih ada perbedaan pandangan mengenai
penularan penyakit HIV/AIDS atau Hepatitis
melalui ASI dari ibu penderita kepada bayinya.
Ada yang berpendapat bahwa ibu penderita
HIV/AIDS atau Hepatitis tidak diperkenankan
untuk menyusui. Namun demikian, WHO
berpendapat : ibu penderita tetap dianjurkan
memberikan ASI kepada bayinya dengan
berbagai pertimbangan. Antara lain: alasan
ekonomi, aspek kesehatan ibu
68. • Ibu Penderita TBC Paru
Pada ibu penderita TBC paru tetap dianjurkan
untuk menyusui, karena kuman TBC tidak
ditularkan melalui ASI. Ibu tetap diberikan
pengobatan TBC paru secara adekuat dan
diajarkan cara pencegahan pada bayi dengan
menggunakan masker. Bayi diberikan INH
sebagai profilaksis. Pengobatan pada ibu
dilakukan kurang lebih 3 bulan kemudian
dilakukan uji Mantoux pada bayi. Bila hasil
negatif terapi INH dihentikan dan imunisasi
bayi dengan vaksinasi BCG.
69. • Ibu Penderita Diabetes
Bayi tetap diberikan ASI, namun
kadar gula darahnya tetap
dimonitor
70. Ibu yang Memerlukan Pengobatan
• minum obat karena sakit menghentikan
pemberian ASI (obat-obatan yang ibu minum
mengganggu bayi dan kadar ASI)
• ada jenis obat-obatan tertentu yang sebaiknya
tidak diberikan pada ibu menyusui. Apabila
ibu memerlukan obat, berikan obat yang masa
paruh obat pendek dan mempunyai rasio ASI-
plasma kecil atau dicari obat alternatif yang
tidak berakibat pada bayi maupun ASI
71. Ibu Hamil
Pada saat ibu masih menyusui, terkadang
hamil lagi tidak membahayakan bagi ibu
maupun bayi, asalkan asupan gizi pada saat
menyusui dan hamil terpenuhi
Namun demikian, perlu dipertimbangkan
adanya hal-hal yang dapat dialami antara lain :
puting susu lecet, keletihan, ASI berkurang,
rasa ASI berubah dan dapat terjadi kontraksi
uterus dari isapan bayi
72. Pengkajian
• Pemeriksaan Fisik payudara (harus sangat
gentle, tidak keras dan kasar petechei
ecchymoses bawah kulit)
• Nipple Dicharge
73. Diagnosa Keperawatan
• Nyeri b/d inflamasi, infeksi
• Menyusui tidak efektif b/d bayi tidak mau
menyusu
• Gangguan citra tubuh b/d ketidakmampuan
ibu dalam menyusui
• Kurang pengetahuan tentang perawatan
payudara b/d kurangnya informasi
74. • Trombosis Pembentukan massa bekuan
darah dalam sistem Cardiovaskuler yg tidak
terkendali
• Emboli Oklusi beberapa bagian sistem
cardiovaskuler oleh suatu massa yg tersangkut
dalam perjalanannya ke suatu tempat melalui
arus darah
• Tromboemboli gangguan trombosis dan
emboli
TROMBOEMBOLI
75. Trombosis vena dapat terjadi selama
kehamilan atau sering terjadi pada masa nifas
antara hari ke 5 – 15.
Perawatan obstetri yang baik dan ambulasi dini
dapat menurunkan kejadian penyakit
tromboemboli.
Proses trombosis selalu berawal dari vena
profunda tungkai bawah namun dapat pula
menjalar keatas menuju vena femoralis atau
vena vena dalam panggul (Deep Vein
Thrombosis)
Situasi ini sering menyebabkan
terjadinya emboli paru
76. DEEP VEIN THROMBOSIS
• DVT merupakan
pembentukan
bekuan darah di
dalam pembuluh
darah vena bagian
dalam. DVT sering
juga disebut
bekuan darah di
kaki
77. Penyebab dan faktor resiko
• vena atau pembuluh darah balik, menghantarkan
darah dari bagian tubuh kembali ke jantung dan
paru-paruoksigenasi atau pembuatan O2
• DVT paling banyak terjadi di vena-vena bagian
dalam kaki dan paha. Pembuluh vena dalam ini,
khusus terbungkus oleh otot-otot paha dan
tungkai bawah mempunyai semacam saluran
berdinding kenyal serta disekat-sekat oleh katup-
katup yang membuat aliran darah berjurusan
searah. Darah akan dibawa dari bawah ke atas,
atau dari kaki ke arah jantung
78. Insiden
• Kehamilan dan nifas
5X >
• Penyebab utama
kematian di USA
• 1 : 2000 wanita hamil
• 1 : 700 wanita post
partum
79. etiologi
• Trias Vischow
1. Perubahan susunan darah (Hiperkoagulasi)
Peningkatan plasminogen dan antitrombin pada
kehamilan
2. Perubahan laju peredaran darah (Stasis Vena)
pembesaran uterus peningkatan stasis vena
ekstrimitas bawah
3. Perlakuan interna pembuluh darah
Trombus menempel pd pembuluh darah
81. Tanda dan gejala
• TVS (trombosis vena Superficial)
tanda inflamasi, ekstrimitas kemerahan, lunak,
dan hangat, palpasi luas dan penyempitan
vena
82. • DVT
lebih sulit dideteksi, obstruksi vena balik,
pembengkakan betis, edema, eritema, hangat,
lunak, Tanda Hodmann (nyeri belakang lutut
ketika dorsoflexi), spasme arteri kaki pucat,
dingin, penurunan nadi perifer, malaise, kaku
83. Tanda klinik adalah terjadinya demam
ringan, kenaikan frekuensi nadi dan rasa
lesu tak dapat memberi informasi
mengenai progresivisitas penyakit
Konfirmasi diagnosis dengan
menggunakan”colour – enhanced Doppler
imaging “ pada vena tibialis dan femoralis
85. Diagnosis komplikasi DVT ke emboli
paru :
•Dispneoe
•Nyeri dada
•Sianosis
•Krepitasi pada auskultasi paru
86. Penatalaksanaan
• Tromboemboli ringan
Istirahat, antibiotik, mobilisasi, aktivitas ringan
• Tromboemboli berat
Antikoagulan : heparin infus IV 10.000 iu setiap
6jam dilanjutkan kaumarin 10 gram/hari
kemudian 3mg/hari selama 6minggu
kemudian dikurangi dan dihentikan dalam 2
mgu
87. Terapi DVT :
•Heparin infus ( 20.000 dalam 500 PZ dengan
kecepatan 25 ml / jam untuk mencapai dosis 25.000
IU per hari ) selama 5 hari dan dipantau dengan
pemeriksaan APTT (Active partial tromboplastin
time)
•Tirah baring dengan tungkai di elevasi selama
heparinisasi
Terapi Emboli Paru :
•Heparin bolus 25.000 IU intra vena dan diikuti
dengan pemberian per infus seperti pada kasus DVT
89. Diagnosa keperawatan
• Gangguan perfusi jaringan b/d interupsi jaringan vena
KH : Nadi perifer teraba, pengisian kapiler adequat, penurunan edema,
eritema
Intervensi :
Tirah baring
Observasi ekstrimitas
Catat lingkar betis kedua kaki
Kaji pengisian kapiler, periksa tanda hodmann
Anjurkan meninggikan telapak kaki, kaki bawah diatas ketinggian
jantung
Instuksikan utk tidak memaksa ekstrimitas yg sakit
Anjurkan nafas dalam
Obs TTv
Lakukan ambulasi progresif setelah fase akut
Kompres hangat lembab
Kolaborasi pemberian antikoagulan
Pantau pmx darah
90. Nyeri b/d proses inflamasi spasme vaskuler
KH : Nyeri hilang, ibu dapat istirahat dengan tepat
Kaji ketidaknyamanan
Pertahankan tirah baring yg tepat
Pantau TTV
Tinggikan ekstrimitas yang sakit
Anjurkan perubahan posisi dengan mempertahankan
ekstrimitas tetap tinggi
Jelaskan prosedur tindakan dan intervensi
Identifikasi nyeri dada yg tida2 dan tajam, dispnea, takikardi,
ketakutan
Berikan obat sesuai indikasi
Beri kompres hangat lembab
Anjurkan tindakan penurunan ketergantungan emosi
(relaksasi dan pengungkapan masalah)
92. Perubahan emosi selama masa nifas
memiliki berbagai bentuk dan variasi.
Kondisi ini akan berangsur-angsur normal
sampai pada minggu ke 12 setelah
melahirkan
• “Third Days Blues”, “Post partum
Blues”
• Depresi pasca persalinan/severe post
partum depression
• Women with borderline personalities
• Psikosis pasca persalinan
93. • 50 – 70% terjadi instabilitas emosional pada
ibu pasca persalinan dengan penyebab yang
tidak jelas
• Gejala berawal antara hari ke 3 – 5 pasca
persalinan
• Instabiltas emosional dapat berlangsung
kurang dari 1 minggu namun ada kasus yang
dapat terjadi sampai berbulan-bulan
“third days blues”
94. • Pada 0 – 3 hari : puncak kegelisahan karena rasa sakit
pada saat melahirkan sangat terasa berakibat ibu sulit
beristirahat, kurang istirahat pada siang hari, sulit
tidur dimalam hari
• Pada 3 -10 hari : Postnatal blues biasanya muncul
3th day blues. Hasil riset paling banyak muncul pada
hari ke5 Postnatal blues adalah suatu kondisi dimana
ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan
terhadap kondisinya dan kondisi bayinya sehingga ibu
mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada
kondisi dirinya atau bayinya
• Pada 1 – 12 minggu : mulai membaik dan menuju pada
tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya (perhatian dari
anggota keluarga terdekat)
95. DEPRESI PASCA PERSALINAN
disebut juga affective neurotic depression.
Singkat setelah kelahiran
8 – 12% wanita pasca persalinan
akan menampakkan tanda – tanda depressi
dalam 5 bulan pertama pasca persalinan
96. • Riset : 10% ibu mengalami depresi setelah
melahirkan dan 10%-nya saja yang tidak
mengalami perubahan emosi. Keadaan ini
berlangsung antara 3-6 bulan bahkan pada
beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama
kehidupan bayi
• Penyebab depresi : reaksi terhadap rasa sakit
yang muncul saat melahirkan dan sebab-sebab
kompleks lainnya. Hasil riset : faktor-faktor
penyebab depresi adalah terhambatnya karir ibu
karena harus melahirkan, kurangnya perhatian
orang-orang terdekat terutama suami dan
perubahan struktur keluarga karena hadirnya bayi
(primipara)
97. Resiko tinggi mengalami kejadian ini :
• Ibu berusia < 16 tahun
• Riwayat klg dgn depresi atau pernah menderita depresi
• Depresi pada masa hamil
• Masalah hubungan keluarga pada masa remaja
• Tidak ada dukungan dari pasangan selama kehamilan,
persalinan
• Merawat bayi sendirian tanpa keluarga atau teman
• Pengalaman negatif saat berhubungan dengan tenaga
kesehatan selama kehamilan
• Riwayat komplikasi kehamilan
98. Women with borderline personalities
• Gejala hampir sama dengan gangguan emosi
pada nifas yg lain, ditambah perasaan putus
asa, hampa dan tak berguna
• Bisa timbul selama kehamilan, menonjol saat
kelahiran
99. • 1 – 3% wanita mengalami kejadian psikosis pasca
persalinan dalam bentuk manik atau depresi
namun ada juga yang diselingi dengan episode
skizofrenik
• Gangguan ini dapat terjadi secara mendadak
pada hari 5 – 15 pasca persalinan. Pada awalnya
pasien merasa bingung , cemas, tidak dapat tidur
dan sedih. Delusi (merasa bahwa anaknya
mengalami sesuatu yang berbahaya ) atau
halusinasi terjadi dengan cepat
• Pasien harus segera memperoleh perawatan
secara profesional
PSIKOSIS PASCA PERSALINAN
100. Etiologi
• Kombinasi dari aspek biologis, psikosoial,
stress situasional
• Latar belakang depresi personal, keluarga,
dukungan sosial rendah, masalah selama
kehamilan dan persalinan
101. Faktor yg meningkatkan
• Fluktuasi hormon
• Latar belakang depresi, gangguan mental
• Kesulitan berhubungan dengan orang terdekat
• Kemarahan terhadap kehamilan
• Perasaan terisolasi, tidak ada dukungan keluarga
• Kelelahan, kurang tidur, kekhawatiran finansial,
melahirkan bayi cacat
• Kehamilan tidak diinginkan
102. Manifestasi Klinis
• Depresi ringan, menangis, perasaan
kehilangan, kelelahan, konsentrasi menurun
• Ansietas, pobia, ketakutan akan
membahayakan bayi, insomnia, BB turun,
Mudah tersinggung, perasaan bersalah, apatis
• Fluktuasi , neurotik depresi ke psikotik
• Delusi, halusinasi, disorientasi, rasa marah
terhadap diri sendiri dan bayi
103. Pengkajian
• Identifikasi awal faktor resiko
• Latar belakang depresi postpartum, Gangguan
afektif keluarga
• Status sosial ekonomi, ambivalen peran ortu
• Kebiasaan ibu, interaksi ibu-bayi, gangguan
tidur, menangis, kecemasan, kurang kasih
sayang dalam merawat bayi
104. Diagnosa keperawatan
• Koping individu tidak efektif b/d stress kelahiran,
konsep negatif, sistem pendukung inadequat
• Gangguan interaksi sosial b/d depresi berat
• Koping keluarga inefektif b/d depresi mental, efek
pada keluarga
• Resti mencederai diri sendiri b/d psikosis post
partum
• Perubahan peran orang tua b/d perasaan tidak
adequat, delusi, halusinasi
• Perubahan proses keluarga b/d depresi mental
105. Intervensi
• Pendidikan Ibu, peningkatan koping,
pemecahan masalah
• Kombinasi psikoterapi, dukungan sosial,
medikasi
• Terapi spesifik bergantung sifat gangguan
psikiatri yang terjadi
• Anti depresan
• Rawat Inap untuk mencegah cedera diri dan
bayi