Dokumen tersebut membahas tentang pemeriksaan fisik ibu nifas, yang meliputi penjelasan tentang perubahan fisiologi pada masa nifas, standar operasional prosedur pemeriksaan fisik, dan tanda-tanda bahaya yang dapat terjadi pada ibu nifas."
1. r 2011
PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira selama 6
minggu.
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis,yaitu:
1. Perubahan fisik
2. Pemeriksaan fisik
3. Tanda-tanda bahaya pada Ibu nifas
4. Penanganan
B. Tujuan
Tujuan asuhan masa nifas yaitu :
1. Dapat mengetahui pemeriksaan fisik pada ibu nifas
2. Menjaga Kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologik
3. Mengeetahui tanda-tanda bahaya pada ibu nifas
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya dan perawatan bayi sehat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Masa nifas atau puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal.
Masa nifas adalah waktu yang dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.(Prawirohardjo, 2002:122)
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudahnya persalinan terhitung darisaat selesai
persalinan sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan.(Depkes RI, 2004:176)
Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu.(Muchtar, 1998:115)
Masa nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu.(Kapita
Selekta Jilid I, 2001:316)
B. Perubahan Fisilogi pada Masa Nifas
Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu:
1. Alat genitalia
2. Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil atau sering disebut involusi, selain itu juga perubahan-perubahan penting lain,
yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar mammae.
2. Fundus uteri
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir, TFU kurang
lebih 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas
symfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas symfisis.
Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis
dari bagian lain. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan Penanganan suatu luka yang kasar
dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.
Otot-otot uterus berkontraksi setelah post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di
antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan.
Proses involusi uteri:
Involusi Tinggi fundus Berat uterus
Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr
7 hari (1 minggu) Pertengehan pusat dan simfisis 500gr
14 hari (2 minggu) Tak teraba 350gr
42 hari (minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50gr
56 hari (minggu) normal 50gr
3. Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi,
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.
4. Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama kehamilan dan partus,
setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum
rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat
penunjang genetalia menjadi menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan
penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan
fisioterapi. Keuntungan lain ialah dicegahnya pula stasis darah yang dapat mengakibatkan
trombosis masa nifas.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik
a. Keaaan umum dan kesadaran
b. Tanda-tanda vital
· Tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah
sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan kanan darah sebelum hamil selama beberapa
hari bidan bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsi pascaparum, komplikasi yang relatif
jarang, tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan.
· Suhu
3. Suhu maternal kembali dari suhu yang sedikit meningkat selama periode intrapartum dan stabil
dalam 24 jam pertama pascapartum. Perhatikan adanya kenaikan suhu samapi 38 derajat pada
hari kedua samapi hari kesepuluh yang menunjukkan adanya morbiditas puerperalis.
· Nadi
Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal selama beberapa jam
pertama pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat
mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi diatas 100 selama puerperium, hal tersebut
abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
· Pernapasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum. Nafas
pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti
kelebihan cairan, seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru.
c. Kepala,wajah dan leher
Periksa ekspresi wajah, adaya oedema, sclera dan konjuctiva mata, mukosa mulut, adanya
pembesaran limfe, pembesaran kelenjar thiroid dan bendungan vena jugolaris.
d. Dada dan payudara
Auskultasi jantung dan paru-paru sesuai ondikasi keluhan ibu, atau perubahan nyata pada
penampilan atau tanda-tanda vital.
Pengakajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi penampilan dan integritasi
puting, posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah payudara terisi susu, dan adanya
sumbatan ductus, kongesti, dan tanda – tanda mastitis potensial.
e. Abdomen dan uterus
Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, diatesis recti dan kandung kemih. Untuk involusi
uterus periksa kontraksi uterus, posisi dan tinggi fundus uteri.
f. Genitalia
Pengkajian perinium terhadap memar, oedema, hematoma, penyembuhan setiap jahitan,
inflamasi. Pemeriksaan type, kuntitas dan bau lokhea. Pemeriksaan anus terhadap adanya
hemoroid.
g. Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya oedema, nyeri tekan atau panas pada betis adanya
tanda homan, refleks.
Tanda homan didapatkan dengan meletakkan satu tangan pada lutut ibu, dan lakukan tekanan
ringan untuk menjaga tungkai tetap lurus. Dorsifleksi kai tersebut jika terdapat nyeri pada betis
maka tanda homan positif.
2. Pemeriksaan penunjang
Berupa pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjnag lainnya.
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS
A. Petunjuk
1. Susunlah alat secara ergonomis dan mudah dijangkau
2. Bertindaklah dengan lembut dan hati-hati
3. Perhatikan kondisi alat sebelum bekerja untuk menilai kelayakkan penggunaanya
4. Pakailah alat sesuai fungsinya
4. B. Peralatan
1. Stetoschope
2. Spignomanometer
3. Thermometer
4. Jam tangan
5. Reflex hammer
6. Pengukur tinggi badan
7. Timbangan
C. Prosedur Tindakan
Langkah Kerja Gambar
1. Jelaskan Prosedur tindakan kepada Ibu
Key point:
· Menerangkan apa kegunaan pemeriksaan fisik pada ibu nifas
2. Periksa Tanda Tanda Vital ibu
Key Point:
· Pemeriksaan tekanan darah
Segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami peningkatan sementara tekanan darah
sistolik dan diastolik, yang kembali secara spontan kanan darah sebelum hamil selama beberapa
hari bidan bertanggung jawab mengkaji resiko preeklamsi pascaparum, komplikasi yang relatif
jarang, tetapi serius, jika peningkatan tekanan darah signifikan. Tekanan darah normal 120/80
mmHg
· Pemeriksaan suhu
Suhu badan pasca persalinan (periode intrapartum) dapat naik lebih dari 0,5°C dari keadaan
normal dan stabil dalam 24 jam pertama pascapartum. Tetapi tidak lebih dari 39°C sesudah 12
jam pertama setelah melahirkan. Umumnya suhu badan kembali normal. Bila lebih dari 38°C
kemungkinan ada infeksi. Suhu Normal 36-37’C.
· Pemeriksaan nadi
Denyut nadi meningkat selama persalinan akhir, kemabali normal setelah beberapa jam pertama
pascapartum. Hemoragi, demam selama persalinan, dan nyeri akut atau persisten dapat
mempengaruhi proses ini. Nadi umumnya 60-80 x/menit dan segera setelah partus dapat terjadi
takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan
berlebihan/penyakit jantung. Apabila denyut nadi di atas 100 selama puerperium, hal tersebut
abnormal dan mungkin menunjukkan adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat. Pada
nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu badan. Nadi normal 60-90 kali per menit.
· Pemeriksaan pernafasan
Fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama jam pertama pascapartum. Nafas
pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan evaluasi adanya kondisi – kondisi seperti
kelebihan cairan, seperti eksaserbasi asma, dan emboli paru. Nafas normal 16-24 kali permenit.
3. Payudara
Key Point:
ü Adanya pembesaran atau tidak
ü Putting susu menonjol atau tidak
ü Simetris atau tidak
ü Hiperpigmentasi atau tidak
ü Aerola bersih atau tidak
ü Pengeluaran kolostrum ada atau tidak
5. 4. Punggung dan pinggang
Key Point:
ü Simetris atau tidak
ü Apakah terjadi skoliosis, lordosis dan kifosis atau tidak
5. Posisi tulang belakang
Key point:
ü Simetris atau tidak
ü Ada kelainan atau tidak
6. Ekstermitas atas dan bawah
Key point:
ü Oedema atau tidak
ü Ada kemerahan atau tidak
ü Varises atau tidak
7. Abdomen
Key point:
ü Ada bekas luka operasi atau tidak
ü Kandung kemih kosong atau tidak
Miksi harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Bila kandung kemih dapat dilakukan
kateterisasi. Untuk mengistirahatkan otot-otot kandung kencing sehingga kelancaran kedua
sistem tersebut berlangsung dengan baik BAB harus dilakukan setelah 2 hari PP.
8. Vulva
Key point:
ü Apakah vulva bersih atau tidak
ü Apakan ada pengeluaran darah dan cairan lain atau tidak
Palpasi
9. Leher
Key point:
ü Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe atau tidak
10. Dada
Key point:
ü Apakah ada retraksi atau tidak
11. Abdomen
ü Teraba pembesaran kelenjar lien/ tidak,
ü Teraba pembesaran hepar/ tidak,
ü Berapa tinggi fundus uterinya.
Auskultasi
Key point:
ü Apakah pada dada terdengar wheezing dan ronchi atau tidak
ü Apakah pada abdomen terdengar bising usu atau tidak
Perkusi
Key point:
ü Apakah perut kembung atau tidak
ü Apakah ada reflek patella
12. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
Key point:
6. ü Menginformasikan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan
13. Dokumentasi
Key point:
ü Catat hasil pemeriksaan
D. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas
1. Perdarahan Pervaginam Banyak dan Menggumpal
ü Kurang 24 jam PP, penyebabnya:
· Sisa uri
· Kontraksi lemah/inertia uteri
· Perdarahan karena luka jalan lahir
ü Lebih dari 24 jam PP penyebabnya adalah sisa uri
2. Lochia Berbau
Kemungkinan penyebab: koprostatis (lochea yang tertimbun pada vagina)
3. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan terasa nyeri
ü Bendungan Payudara
· Suhu tidak lebih dari 38,5°C
· Terjadi dalam minggu-minggu pertama PP
ü Mastitis
· Suhu lebih dari 38,5°C
· Terjadi pada minggu ke-2 PP
· Bengkak, keras, kemerahan, nyeri tekan
4. Kaki terasa sakit, merah dan bengkak
Kemungkinan penyebab tromboplebitis femuralis
5. Demam
Kemungkinan penyebab:
· Febris puerpuralis
· Mastilitis
· Flegmasia Alba Dolens
6. Rasa Sakit Waktu BAK, Kemungkinan Penyebab Sistitis
Gejala : - kencing sakit
- daerah atas sympisis nyeri tekan
7. Rasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya.
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri epigastitik
E. Penanganan
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sanun dan air. Pastikan
bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ubu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
7. c. sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari
atau disetrika.
d. sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-
lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu
akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya.
b. menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
c. Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu
mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan panggul kembali normal, seperti:
1) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan
nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10
kali.
2) Ubtuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot
pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5
kali.
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan
jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan
latihan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
c. minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin
e. minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada bayinya
melalui ASInya.
5. Perawatan Payudara
a. menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar pada sekitar putting
susu setiap kali seleswai menyusui. Menyusu tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan sendok.
8. e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut
payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluakan
dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri
sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan
tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat mem,Bantu merencanakan
keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama
menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2 % kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman,
terutama apabila ibu telah haid lagi.
Pada ibu nifas juga ter jadi perubahan psikologi, seperti:
a. Taking in : focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri, pengalaman waktu
melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala
kurang tidur,.
b. Taking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawab merawat
bayi, perasaan sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jadi komunikasi kurang hati-hati,
ibu butuh dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
c. Letting go : ibu sudah mulai menerima tanggung jawab akan peran barunya, ibu sudah
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk merawat bayinya sudah
meningkat pada fase ini.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa nifas atau puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang
diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Pada masa nifas juga
terjadi perubahan pada alat reproduksi yaitu pada serviks dan endometrium. Pada psikologi ibu
nifas juga terjadi perubahan yaitu masa taking in, taking hold, dan letting go.
9. Pada masa nifas TFU 2 jari di bawah pusat, pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebuh
setinggi 7 cm atas symfisis/ setengah sympisis pusat. Setelah 12 hari uterus sudah tidak teraba
lagi.
Pada masa nifas dapat terjadi masalah – masalah yang dapat berakibat fatal karena dapat
menyebabkan kematian ibu. Maka ibu perlu perhatian yang lebih banyak dimana seorang bidan
harus bisa memberikan dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
1. Dimana meliputi Pengkajian data subyektif dan obyektif
a. Riwayat kesehatan ibu.
b. Riwayat sosial ekononomi
c. Pemeriksaan fisik :
· Tanda – tanda vital
· Payudara
· Uterus
· Kandung kemih
d. Pengkajian psikologis dan pengetahuan ibu
2. Merumuskan diagnosa / masalah potensial
a. Masalah nyeri
Nyeri setelah persalinan disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi uterus berurutan yang terjadi
secara terus – menerus. Nyeri ini lebih umum terjadi pada wanita menyusui. Alasan nyeri yang
lebih berat pada paritas tinggi adalah penurunan tonus otot uterus secara bersamaan
menyebabkan relaksasi intermitten.
b. Masalah infeksi
Infeksi puerperium adalah infeksi bakteri yang berasal dari saluran reproduksi selama persalinan
atau puerperium. Beberapa predisposisi :
· Persalinan lama, khususnya dengan ketuban pecah
· Semua keadaan yang akan dapat menurunkan daya tahan tubuh penderita, seperti perdarahan
banyak, preeklamsia, juga infeksi lain, seperti pneumonia, penyakit jantung, dan sebagainya.
· Tindakan bedah vaginal, yang menyebabkan perlukaan pada jalan lahir.
· Tertinggalnya sisa placenta, selaput ketuban, dan bekuan darah.
c. Masalah cemas
Penyebab yang menonjol :
· Kekecewaan, emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami kebanyakan wanita
selama kehamilan dan persalinan.
· Rasa sakit / nyeri masa nifas.
· Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum pada kebanyakan Rumah
Sakit.
· Kekecewaan pada kemempuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan rumah sakit,
· Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya.
B. Saran
1. Sebaiknya Petugas Kesehatan melakukan pemeriksaan fisik dengan hati-hati dan teliti
2. Segera lakukan tindakan bila ada tanda-tanda abnormal pada Ibu nifas pada saat melakukan
pemeriksaan fisik.
DAFTAR PUSTAKA
10. Depkes RI. 2004. Perawatan Ibu di Puskesmas. Surabaya.
Depkes RI. 2002. Asuhan Persalinan Normal. JHPIEGO. Jakarta.
Depkes RI. 2001. Konsep Asuhan Kebidanan. JHPIEGO. Jakarta.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC: Jakarta.
Mansjoer Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Media Aesculaplus. Jakarta.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC. Jakarta.
Neil-Wendy Rose. Perawatan Kehamilan. Dian Rakyat. Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina
Pustaka, Jakarta.
Pusdiknakes. 2001. Konsep Asuhan Kebidanan. JHPIEGO. Jakarta.
Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
JHPIEGO. Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Supriyadi, Teddy-Gunawan, Johanes. 1994. Kapita Selekta Kedokteran Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: Buku Kedokteran.
Varney, Hellen. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta: EGC.
Diposting oleh Nys. Noviannisa di Kamis, Oktober 20, 2011