Dokumen tersebut membahas anatomi dan fisiologi reproduksi wanita, meliputi hipotalamus dan hubungannya dengan hipofisis serta peranannya dalam mengontrol siklus ovulasi dan menstruasi, anatomi dan fisiologi ovarium beserta perkembangan folikelnya, serta mekanisme hormonal dan perubahan endometrium selama siklus mens.
3. Anatomi – Fisiologi Hipotalamus
terletak di dasar otak, di atas kiasma optikus dan di bawah ventrikel ke-3
Terhubung langsug dengan hipofisis
3 zona: periventrikuler, medial dan lateral.
koneksi: hipotalamus-hipofisis, hipotalamus – sistem limbik, hipotalamustalamus, hipotalamus – pons
umpan balik: (1) umpan balik panjang, (2) umpan balik pendek; (3) umpan
balik sangat pendek
Fungsi: pelepasan GnRH, CRH, GHRH, TRH
sumber produksi hormon neurohipofisial
5. Hormon Reproduksi - Hipotalamus
GnRH: disebut juga luteinizing
hormone–releasing hormone
(LHRH), diproduksi oleh neuron
yang badan selnya ada di
nukleus arkuata hipotalamus1
GnRH disekresi secara pulsasi,
dan sekresi secara pulsasi ini
mempengaruhi pelepasan
gonadotropin.1,2
Sekresi GnRH secara pulsasi dan
kontinyu diperlukan karena
GnRH mempunyai waktu paruh
singkat (2-4 menit).
GnRH mempunyai fungsi
autokrin dan parakrin.3
7. Hipofisis: Anatomi - Fisiologi
Embriologi: ektoderm
epidrmal dari lipatan
kantong Rathke
Anterior (Adenohipofisis)
Pembuluh darah: pleksus
kapiler pembuluh darah
porta yang berasal dari
eminensia mediana
hipotalamus
intermediate
Sel: (1) asidofilik
(2)basofilik (3) netral
Hipofisis
embriologi berasal dari
jaringan neuro
ektodermal ventrikel ke3
Posterior
Fungsi: sekresi oksitosisn
dan Vasopresin
8. Sekresi Hormon Hipofisis Anterior
Sekresi: FSH, LH, TSH, ACTH, GH, dan Prolaktin
Gonadotropin: FSH dan LH, disekresi oleh sel gonaotroph
Prolaktin: disekresi oleh sel lactotroph, untuk sintesis air susu. Sekresi dihambat
oleh dopamin. Distimulasi oleh manipulasi puting, obat2an, stres, latihan fisik,
makanan, hormon lain: TRH, vasopressin, GABA, enorphin.
TSH: dihasilkan oleh sel tyrotroph. Stimulasi pelepasan T3-T4, prolaktin.
Hiper/hipotiroid berhubungan dengan disfungsi ovulasi krn HPO aksis terganggu
9. Hipofisis Posterior (Neurohipofisis): Sruktur dan Fungsi
Struktur
• perpanjangan
hipotalamus
• embriologi
berasal dari
jaringan neuro
ektodermal
ventrikel ke-3.
• Akson pada
hipofisis
posterior berasal
dari badan sel
nukleus otik
kiasma dan
paraventrikuar.
Fungsi
• sekresi
oksitosisn dan
Vasopresin
Oksitosin
• diproduksi di
nukleus
paraventrikuler
hipotalamus,
• stimulasi
kontraksi otot
uterus dan
kontrasi
myoepitel
duktus
laktiferus.
Vasopresin
• Hormon
antidiuretik,
• disintesis di
nukleus
supraoptikus.
• Mengatur
tekanan darah
dan osmolalitas
cairan
11. Efek opioid endogen pada GnRH
Endorphin
Endorphin menghambat
pelepasan GnRH
Enkephalin
Dynorphin
Kadar endorphin
memuncak pada saat
fase luteal, dan terendah
pada saat menstruasi
13. Siklus Menstruasi. Panel atas
menunjukkan perubahan siklik
FSH,
LH,
Estradiol,
dan
Progesteron
relatif
terhadap
waktu ovulasi.
Panel bawah menunjukkan siklus
ovarium pada fase folikuler dn
fase
luteal
dan
siklus
endometrium
pada
fase
proliferartif dan sekretori
14. Perubahan endometrium selama siklus mens
Perubahan pada: kelenjar endometrium dan stroma
Lapisan endometrium1:
- Desidua fungsionalis: stratum spongiosum & stratum compactum
- Desidua basalis
Fase: proliferatif & sekretorik2,3,4
Mens5
16. Folikel preovulasi (De Graaf)
Folikel yang yang mempunyai antrum yang berisi cairan yang tersusun atas
sekresi dari sel granulosa. Oosit terhubung ke folikel melalui cumulus
oophorus.
Estrogen pada kadar rendah menghambat sekresi LH, namun pada kadar tinggi
dapat meningkatkan sekresi LH.1
17. Teori Dua Sel, Dua Gonadotropin
ada pembagian dan kompartemen
aktivitas sintesis hormon steroid
pada folikel yang sedang
berkembang.
18. Ovulasi
Lonjakan LH bertanggung jawab terhadap peningkatan konsentrasi
prostaglandin dan enzi proteolitik lokal pada dinding folikel.
19. Fase Luteal
Setelah ovulasi fase luteal
Setelah ovulasi, folikel berubah menjadi
korpus luteum, regulator utama fase luteal.1
20. Umur korpus luteum bergantung pada
produksi LH.1
Jika kehamilan terjadi, peran LH
digantikan oleh hCG dan akan terus
menstimulasi korpus luteum untuk
mensekresi progesteron. 2
Hubungan hipotalamus dengan regio lain membentuk umpan balik ke area yang mensuplai input neural ke hidpotalamusUmpan balik panjang: tersusun atas input endokrin dari hormon yang bersirkulasi (spt estrogen, androgen) ke reseptor steroid yang ada di dalam hipotalamus. Dengan cara yang sama hormon hipofisis memberi umpan balik ke hipotalamus dan berfungsi sebagai umpan balik pendek. Di dalam hipotalamus sendiri terdapat mekanisme umpan balik ke hipotalamus sendiri yang disebut sebagai umpan balik sangat pendek.GnRH: mengontrol sekresi LH dan FSH; CRH: mengontrol pelepasan adrenocorticotrophic hormone(ACTH); GHRH mengeontrol pelepasan hormon pertumbuhan (GH); TRH mengontrol pelepasan thyroid-stimulating hormone(TSH).Hipofisis posterior merupakan perpanjangan hipotalamus yang dihubungkan oleh tangkai infundibulum. Kapiler pada eminensia mediana tidak memiliki tight junction seperti pembeuluh darah di otak lainnya, melainkan pembuluh daranya memilili fenestrae, sehingga tidak ada sawar darah otak di eminentia mediana.
. Akson dari neuron yang menyekresikan GnRH berakhir pada pembuluh darah porta pada eminesia mediana dimana GnRH disekresikan ke hipofisis anterior.Sebuah penelitian: sekresi GnRH terus menerus tidak menyebabkan sekresi gonaotropin, sedangkan sekresi secara pulsasi menyebabkan sekresi gonadotropin secara fisiologis dan menyebabkan perkembangan folikel. Hal ini disebabkan paparan hipofisis terhadap GnRH menyebabkan fenomena downregulasi reseptor GnRH di hipofisis, sedangkan sekresi intermiten menyebabkan upregulasi. Sama seperti sel pacemaker jantung, pulsasi sekresi GnRH merupakan ritme tersendiri dari neuron yang mennyekresikan GnRH, dan dapat dimodulasi oleh input hormonal dan neuronal ke hipotalamus.Sekresi GnRH secara pulsasi bervariasi dalam hal amplitude (durasi) dan freksuensinya pada setiap siklus mens. Pada fase folikuler: amplitudo kecil dan frekuensi sering. Pada fase luteal: ada pemanjangan secara progresif interval antar pulsasi + amplitudo lebih tinggi. Variasi frekuensi pulsasi ini menyebabka sekresi FSH dan LH yang bervariasi. Contoh: penuruunan pulsasi sekres GnRH menyebabkan penurunan sekresi LH, namun meninngkatnya sekresi FSH, sebuah aspek penting untuk meningkatkan FSH pada fase luteal. Namun, frekuensi pulsasi bukan merupaan penentu tunggal respon hipofisis; pengoruh hormonal lain seperti sex steroid dapat memdoulasi efek GnRHReseptor GnRH terdapat juga pada struktur di luar hipofisis seperti pada ovarium dan plasenta.
Sex steroid dapat meningkatkan kadar endorphin sentralGejala disforia saat mens dapat disebabkan oleh penurunan kadar endorphin saat menstruasi.
Fase folikuler: umpan balik hrmon menyebabkan perkembangan folikel yang dominan, dan matang pada pertengahan siklus dan siap untuk diovulasikan. Rerata lama fase folikuler manusia antara 10-14 hari, siklus ini paling bervariasi.Fase luteal: waktu antara ovulasi hingga munculnya mens, rerata lamanya 14 hari, dan hampir sama pada setiap individu.Menstruasi normal antara 21 – 35 hari, dengan 2-6 hari mens dengan rerata kehilanngan darah 20-60 ml.
Pada awal siklus menstruasi, kadar hormon steroid gonad rendah dan telah menurun sejak fase luteal siklus sebelumnya. Dengan matinya korpus luteum, kadar FSH mulai meningkat, dan terjadi perekrutan folikel yang sedang berkembang. Masing masing folikel ini menyekresikan estrogen (pada fase folikuler) dan estrogen ini merangsang proliferasi endometrium.Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan umpanbalik negatif pada sekresi FSH oleh hipofisis, yang mulai menurun pada pertengahan fase folikuler. Folikel yang sedang berkembang menghasilkan inhibin-B, yang juga mensupresi sekresi FSH oleh hipofisis. Sebaliknya, FSH yang pada awalnya menurun karena respon terhadap meningkatnya kadar estradiol, meningkat pada akhir fase folikuler (respon bifasik)Pada akhir fase folikuler (sesaat sebelum ovulasi), reseptor LH yang tumbuh krn stimulasi FSH ada pada sel granulosa, stimulasi oleh LH memodulasi sekresi progesteron.Setelah stimulasi estrogen cukup, dimulailah lonjakan LH oleh hipofisis, yang menjadi penyebab ovulasi yang terjadi 24-36 jam berikutnya. Ovulasi menandai pergantian fase luteal – fase sekresi.Kadar estrogen menurun pada fase luteal sesaat sebelum ovulasi sampai pertengahan fase luteal, dimana estrogen mulai meningkat karena sekresi oleh korpus uteum. Inhibin-A juga disekresi oleh korpus luteum.Kadar progestreon meningkat tajam setelah ovulasi dan dapat digunakan sebagai tanda presumtif bahwa ovulasi telah terjadi.Progesterone, estrogen, dan inhibin-A bekerja di sentral untuk mensupresi sekresi gonadotropin dan pertumbuhan folikel. Hormon-hormon ini tetep tinggi selama masa kehidupan korpus luteum dan mulai menurun saat kematian korpus uteum.
Desidua fungsionalis merupakan lapisan endometrium 2/3 atas yang merupakan lapisan yang luruh pada setiap siklus mens jika kehamilan tidak terjadi. Desidua basalis merupkan regio yang terdalam dari endometrium dan tidak mengalami perkembangan yang signifikans selama siklus mens, dan tidak ikut luruh. Desidua basalis ini merupakan sumber regenerasi endometrium setelah mens.Fase sekretoris: hari pertama pedarahan vagina disebut hari pertama siklus menstruasi. Fase sektretoris ditandai dengan pertumbuhan desidua fungsionalis karena pengaruh estrogen. Pada awal fase ini endometrium relatif tipis (1-2mm). Perubahan yang dominan terjadi pada fase ini adalah perubahan kelenjar endoetrium yang awalnya lurus, sempit, dan pendek menjadi struktur yang lebih panjang, dan berkelok. Fase sekretoris: pada siklus dengan lama 28 hari, ovulasi terjadi pada hari ke 14. Dalam 48-72 jam setelah ovulsi, sekresi progesteron menyebabkan perubahan struktue pada fase sekretoris. Perubahan pada fase sekretoris disebabkan oleh pengaruh hormon progesteron. Aktivitas kelenjar-kelenjar pada fase sekresi ini memuncak pada hari ke- 6-7 setelah ovulasi, dan endometrium sudah optimal untuk implantasi blastokis.Tanpa adanya implantasi, sekrese kelenjar berhenti, dn terjadi degradasi desidua fungsional. Peluruhan lapisan endometrium ini disebut mens. Menstruasi disebabkan oleh matinya korpus luteum sehingga produksi hormon estrogen dan progesteron berhenti. Penurunan hormon steroid sex tersebut menyebabkan spasme arteri spiralis yang menyebabkan iskemia endometrium. Secara bersamaaan terjadi degradasi oleh lisosom dan dan pelepasan enzim proteolitk. Desidua fungsionlis ini luruh dan meninggalkan desidua basalis. Prostaglandin F2a meningkat pada puncaknya selama mens. Prostaglandin ini merupakan vasokontriktor kuat dan juga menyebabkan konstriksi myometrium.
Perekrutan folikel primordial mana yang terpilih untuk tumbuh pada walnya tidak bergantung gonadotropin (FSH). Segera setelah prekrutan folikel, FSH mengambil alih perkembangan dan diferensiasi foliklel. Perubahan pada folikel krn efek FSH: pertumbuhan oosit dan ekspansi sel granulosa menjadi sel kuboid.Folikel pre antral. Oosit sudah mulai menumbuhkan zona pelusida, zona yang memisahkan oosit dengan sel grenulosa di skitarnya. Pada saat yang sama sel teka juga berkembang. Kedua sel tersebut secara sinergis menghasilkan hormon estrogen. Folikel yang lain mengalami atresia.
Stimulasi LH memerlukan kadar estrogen tinggi (200 pg/ml) selama lebih dari 48 jam. Interaksi FSH-estrogen pada folikel yang dominan menginduksi pertumbuhan reseptor LH pada sel granulosa. Papapran LH yang tinggi menyebabkan respon spesifik oleh folikel dominan yaitu luteinisasi sel granulosa, produksi progesteron dan inisisasi ovulasi. Ovulasi akan terjadi pada folikel yang matang (folikel de graaf) 10-12 jam setelah kadar LH puncak
Teori ini menyatakan bahwa ada pembagian dan kompartemen aktivitas sintesis hormon steroid pada folikel yang sedang berkembang. Umumnya, kebanyakan aktvitas aromatase (untuk produksi estrogen) terjadi di se granulosa. Aktivitas aromatase ditingkatkan oleh stimulasi reseptor FSH pada sel ini. Akan tetapi, sel granulosa tidak mempunyai enzim-enzim awal untuk sintesis steroid, dan oleh karena itu membutuhkan androgen sebagai substrat untuk armatisasi. Androgen disintesis krn respon terhadap LH, dan sel yang mempunyai reseptor LH terbanyak adalah sel teka. Karena itu terjadi hubungan sinergis antara sel teka dan sel granulosa.: LH menstimulasi sel teka untuk menghasilkan androgen, yang kemudian ditransfer ke sel granulosa untuk proses aromatisasi yang distimulasi oleh FSH menjadi estrogen. Estrogen ini penting juga utuk pertumbuhan folikel.Androgen mempunyai dua peran regulasi pada perembangan folikel. Pada konsentrasi rendah (pada awal folikel preantral), androgen ini menstimulasi aktivitas ensim aromatase melalui reseptor spesifik pada sel granulosa. Pada kadar tinggi, androgen ini menghambat aktivitas aromatase. Kadar estrogen yang sudah tinggi, menyebabkan umpanbalik negatif untuk FSH.Kadar FSH yang rendah menyebabkan atresia folikel. Hal ini menguntungkan bagi folikel yang dominan (folikel yang terpilih). Hanya folikel yang dominanlah (folikel yang mempunyai reeptor FSH paling banyak) yang dapat bertahan dengan kadar FSH yang rendah. Sel ini terus menghasilkan estrogen untuk umpanbalik negatif FSH kadar FSH semakin rendah folikel yang kurang matang semakin atresia, hingga tinggal satu folikel yang dominan yang bertahan, dan kemudian tahap ovulasi dimulai.
Proses ini memungkinkan pelemahan dan perforasi dinding folikel. Ovulasi terjadi dengan cara pengeluaran ovum melalui lubang daripada ruptur folikel.
1. Sel granulosa yang tersisa di folikel mulai mengambil lipid sehingga menjadi kuning. Sel ini juga mensekresi progesteron yang mendukung fase luteal. Estrogen dan inhibin A juga diroduksi. Selain itu terjadi degenerasi membran basement korpus korpus luteum sehingga memungkinkan invasi pembuluh darah.
Tanpa adanya simulasi LH, korpus luteum akan mengalai regresi pada 12-16 hari dan membentuk korpus albikans. Hal ini diseababkan umpanbalik negatif terhadap FSH dan LH yang disebabkan oleh estrogen dan progesteron. Karena saat korpus luteum masih aktif, jormon estrigen dan progesteron tersu disekresi sehingga kadarnya meningkat penrurunan FSH dan LH. Tanpa danya kehamilan korpus luteum mengalami regresi.Poduksi progesteron oleh korpus luteum terus dibutuhkan hingga usia kehamilan 5 minggu, ketika usia tersebut plasenta sudah sanggup mengahsilkan progesteron sendiri untuk memmpertahankan fase lutealnya.