Sanksi ta'zir adalah hukuman untuk pelanggaran yang tidak diatur oleh Al-Quran atau hadis, seperti pelanggaran terhadap kehormatan, harta milik, atau keamanan. Hukuman ta'zir dapat berupa hukuman mati, cambuk, penjara, pengasingan, denda, atau ancaman, dan pelaksanaannya diserahkan kepada hakim untuk menentukan berdasarkan kasusnya. Terdapat 13 jenis sanksi ta'zir
1. A. Sanksi Ta’zir
a) Pengertian
Adalah suatu jarimah yang diancam dengan hukuman ta’zir, pelaksanaan hukuman ta’zir,
baik yang jenis larangannya ditentukan oleh nas atau tidak, baik perbuatan itu menyangkut hak
Allah ataupun perorangan, hukumannya diserahkan sepenuhnya kepada penguasa.
Ta‘zîr adalah sanksi atas kemaksiatan yang di dalamnya tidak had dan kafarah. Pada
dasarnya, sanksi ta‘zîr ditetapkan berdasarkan pendapat seorang qâdhi dengan
mempertimbangkan kasus, pelaku, politik, dan sebagainya. Dr. Abdurrahman al-Maliki
mengelompokkan kasus ta‘zîr menjadi tujuh: (1) pelanggaran terhadap kehormatan; (2)
penyerangan terhadap nama baik; (3) tindak yang bisa merusak akal; (4) penyerangan terhadap
harta milik orang lain; (5) ganggungan terhadap keamanan atau privacy; (6) mengancam
keamanan Negara; (7) kasus-kasus yang berkenaan dengan agama; (8) kasus-kasus ta‘zîr lainnya.
Secara bahasa ta'zir merupakan mashdar (kata dasar) dari 'azzaro yang berarti menolak
dan mencegah kejahatan, juga berarti menguatkan, memuliakan, membantu. Ta'zir juga berarti
hukuman yang berupa memberi pelajaran. Disebut dengan ta'zir, karena hukuman tersebut
sebenarnya menghalangi si terhukum untuk tidak kembali kepada jarimah atau dengan kata lain
membuatnya jera. Sementara para fuqoha' mengartikan ta'zir dengan hukuman yang tidak
ditentukan oleh al Qur'an dan hadits yang berkaitan dengan kejahatan yang melanggar hak Allah
dan hak hamba yang berfungsi untuk memberi pelajaran kepada si terhukum dan mencegahnya
untuk tidak mengulangi kejahatan serupa. Ta'zir sering juga disamakan oleh fuqoha' dengan
hukuman terhadap setiap maksiyat yang tidak diancam dengan hukuman had atau kaffarat.
Hukuman ta'zir adalah hukuman yang bersifat pengajaran terhadap berbagai perbuatan
yang tidak dihukum dengan hukuman hudud atau terhadap kejahatan yang sudah pasti ketentuan
hukumnya hanya syaratnya tidak cukup (misalnya saksi tidak cukup dsb). Pelaksanaan hukuman
takzir ini diserahkan kepada penguasa yang akan menjatuhkan hukuman. dan dalam hal ini
hakim atau penguasa memiliki kebebasan untuk menetapkan hukuman ta’zir kepada pelaku
tindak pidana yang hukumannya tidak disebutkan dalam Alquran. Pemberian hak ini adalah
untuk mengatur kehidupan masyarakat secara tertib dan untuk mengantisipasi berbagai hal yang
tidak diinginkan. Tindak pidana yang dikenakan hukuman ta’zir selain tindak pidana yang
dihukum dengan hudud, qisas atau diyat, dan kiffarat. Bentuk hukumannya bisa berupa hukuman
mati, dera, kurungan, pengasingan, salib, ancaman, denda, dsb.
2. 4. Jenis-Jenis Sanksi Ta’zir
Mengenai sanksi-sanksi yang telah digunakan syar’I (sebagai hukuman), mencakup
jenis-jenis berikut
1. Sanksi Hukuman Mati, khalifah boleh menjatuhkan sanksi hukuman mati dalam
ta’zir. Meskipun sanksi pembunuhan termasuk had (hudud), yang ditunjukan bagi
pezina mukshon, liwath, juga terdapat hadist yang melarang had dijatuhkan pada
kasus selain had, akan tetapi sanksi pembunuhan itu sendiri berbeda dengan sanksi
jilid (dera) yang ditetapkan sebagai had. Untuk sanksi jilid masih mungkin untuk
mengurangi hadnya (jumlah jilidnya), sedangkang sanksi hukuman mati adalah had
satu-satunya. Walupun demikian seorang khalifah atau imam bisa memberi sanksi
hukuman mati dalam kasus ta’zir. Hal ini dijelaskan pada hadist Nabi SAW:
... ...
Barangsiapa yang mendatangi kalian dan memerintahkan kalian dengan maksud
memecah beleh persatuan kalian, atau memisahkan dari jama’ah kalian, maka
bunuhlah.
2. Jilid, yaitu memukul dengan cambuk, atau dengan alat sejenis.
3. Penjara, pemenjaraan secara syar’I adalah menghalangi atau melarang
seseorang untuk mengatur dirinya sendiri. Baik itu dilakukan di dalam negeri,
rumah, mesjid, di dalam penjara, atau di tempat-tempat lain.
4. Pengasingan, adalah pembuangan seseorang di tempat yang jauh.
5. Al-hijri, pemboikotan, yaitu seorang penguasa mengistruksikan masyarakat untuk
tidak berbicara dengan seorang dalam batas waktu tertentu.
6. Salib, sanksi ini berlaku dalam satu kondisi, yaitu jika sanksi bagi pelaku
kejahatan adalah hukuman mati. Terhadapnya boleh dijatuhi hukuman salib.
7. Ghuramah, ganti rugi, yaitu hukuman bagi orang yang berdosa dengan cara
membayar harta sebagai sanksi atas tindak kejahatan.
8. Melenyapkan Harta, yaitu menghancurkan harta benda sampai rusak dan habis,
agar tidak bisa dimanfaatkan lagi.
9. Mengubah Bentuk Barang, maksudnya Rasulullah SAW melarang merusak
potongan uang perak dan emas, kecuali dipalsukan. Dan jika kemudian terjadi
pemalsuan, maka secara otomatis, sebagai sanksinya beliau merusaknya, dan
menjatuhkan sanksi kepada pelakunya.
10. Tahdid ash-Shadiq, ancaman yang nyata, yaitu pelaku dosa diancam dengan
sanksi jika ia mengerjakan tindak dosa.
11. Wa’dh, nasihat, yaitu seorang qadhi menasehati pelaku dosa dengan
memperingatkannya dengan azab Allah SWT.
12. Hurman, pencabutan, yaitu menghukum pelaku dosa dengan pencabutan
sebagian hak maliyyahnya.
13. Tawbikh, pencelaan, yaitu mencela pelaku dosa dengan kata-kata.
14. Tasyir, publikasi, yaitu mempublikasikan orang yang dikenai sanksi untuk
mehilangkan kepercayaan masyarakat terhadap orang tersebut.