1. Nama : Mega Safira
NIM : 11160161000044
Judul Skirpsi
“Perbedaan Keterampilan Berpikir Kritis Peserta Didik
antara SMAN dan MAN di KotaTangerang Selatan”
2. I. Pendahuluan
• Definisi napza atau narkoba
• Urgensi napza/narkoba
• Kerjasama BNN dengan lembaga Pendidikan (sekolah)
• Tujuan Pendidikan dan tuntutan kecakapan abad 21
• Berpikir kritis dan indikatornya.
• Materi napza baik di SMAN maupun MAN terdapat pada pelajaran Biologi kelas XI
• Perbedaan antara SMA dan MA terlihat dalam mata pelajaran agama Islam.
• Pendidikan Agama Islam menjadi bagian yang sangat penting dalam proses yang signifikan
dalam pembentukan karakter pada peserta didik.
• Pengetahuan mengenai ilmu keagamaan diduga dapat memberikan peserta didik yang
mendapatkan materi napza diharapkan dapat kritis menyikapi permasalahan mengenai
penyalahgunaannya dan bisa mengkampanyekan bahayanya napza di sekitar masyarakat
dan lingkungan sekitar.
A. Latar Belakang
3. B. Identifikasi Masalah
Pengguna napza terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya
berusia 15-24 tahun yang masih
menempuh Pendidikan.
Rendahnya pengetahuan peserta
didik mengenai konsep napza.
Adanya perbedaan antara SMAN dengan
MAN terlihat dalam penambahan rumpun
pendidikan agama Islam dan bahasa arab
di MAN selain mata pelajaran umum yang
hanya didapat di SMAN.
Napza mulai masuk ke dalam
dunia pendidikan (sekolah)
dengan banyaknya kasus
penyalahgunaan napza
menyangkut peserta didik.
4. C. Pembatasan Masalah
Keterampilan berpikir kritis yang
digunakan mengacu pada indikator
menurut Facione, yaitu interpretasi,
analisis, evaluasi, inferensi,
eksplanasi, dan regulasi diri.
Penelitian dilakukan di
SMAN 9 KotaTangerang
Selatan dan MAN 1 Kota
Tangerang Selatan.
Sampel penelitian yaitu
kelas XI MIPA sebanyak 72
peserta didik di SMAN 9 dan
29 peserta didik di MAN 1.
Konsep yang digunakan
pada penelitian adalah
konsep napza.
Kurangnya kesadaran tentang
bahaya penyalahgunaan napza
menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan penyalahgunaan
napza di kalangan pelajar.
5. D. Rumusan Masalah
“Apakah terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis peserta didik
terhadap konsep napza antara SMAN dan MAN di KotaTangerang
Selatan?”
6. E.Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi perbedaan keterampilan berpikir kritis peserta
didik terhadap konsep napza antara peserta didik di SMAN dan
MAN mengacu pada indikator menurut Facione.
7. F. Manfaat Penelitian
• Peserta didik Sebagai latihan untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis peserta didik khususnya pada konsep napza.
• Guru Instrumen tes keterampilan berpikir kritis ini dapat dijadikan suatu
alternatif alat evaluasi yang dapat digunakan untuk mengukur keterampilan
berpikir kritis peserta didik pada konsep napza.
• Peneliti menambah wawasan dan pengalaman serta memberi gambaran
tentang keterampilan berpikir kritis peserta didik terhadap konsep napza
sebagai salah satu upaya dalam menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran
tentang bahaya penyalahgunaan napza.
• Prodi Tadris Biologi Memberi informasi kepada Program Studi Tadris
Biologi mengenai database keterampilan berpikir kritis siswa terhadap konsep
napza sehingga dapat dijadikan referensi untuk diteliti lebih lanjut metode apa
yang efektif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada konsep
napza.
8. II. KajianTeoritis dan Pengajuan Hipotesis
A. DeskripsiTeoritis
• Pendidikan di Indonesia merupakan pendidikan berkarakter sesuai
tuntutan kecakapan abad 21 untuk dapat bersaing dengan sumber daya
manusia lainnya di era globalisasi ini. Peserta didik dituntut menguasai
berbagai bentuk keterampilan, termasuk keterampilan berpikir kritis.
• Napza merupakan bahaya yang mengancam masa depan bangsa apabila
disalahgunakan, sehingga perlu adanya keterampilan berpikir kritis agar
peserta didik dapat membuat keputusan yang tepat tentang apa yang
diyakini dan dilakukan untuk menjauhi bahkan memerangi napza.
• penambahan rumpun pendidikan agama islam dan bahasa arab di
madrasah Aliyah (MA) selain mata pelajaran umum yang didapat oleh
SMA menjadi bagian yang sangat penting dalam pembentukan karakter
peserta didik untuk menyikapi permasalahan mengenai penyalahgunaan
napza.
9. 1. KajianTeoritis Berpikir Kritis
• Pendidikan tidak cukup berbekal pengetahuan dan proses berpikir sederhana,
tetapi keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skills (HOTS)) agar
mampu mengembangkan keterampilan esensial abad ini dalam menghadapi
tantangan global.
• HOTS perlu dimiliki oleh peserta didik agar menjadi individu yang kritis, mandiri,
dan produktif. Dapat lebih terbuka pada keberagaman, tidak mudah menerima
suatu informasi tanpa bukti dan alasan yang mendasar, tidak mudah terpengaruh,
mandiri dalam berpikir dan bertindak.
• Keterampilan berpikir tingkat tinggi diantaranya keterampilan berpikir kritis dan
pemecahan masalah, berkomunikasi, kreativitas dan inovasi serta kolaborasi.
• Keterampilan tingkat tinggi yang digunakan dalam penelitian yaitu keterampilan
berpikir kritis sesuai dengan tujuan dari penelitian ini dalam mengambil
keputusan terkait permasalahan yang diberikan.
10. a. Pengertian Berpikir
• Berpikir yaitu kegiatan mental seseorang dari apa yang diamati
maupun dirasakan oleh panca indra.
• Berpikir merupakan kegiatan abstrak yang terdapat di dalam
otak manusia, sehingga proses abstrak tersebut perlu
dinyatakan berupa ide-ide, gagasan, karya maupun tindakan.
11. b. Pengertian Berpikir Kritis
• John Dewey menyatakan berpikir kritis, proses aktif dalam melakukan hal-hal
yang lebih mendalam, mengajukan berbagai pertanyaan dan menemukan
informasi relevan secara mandiri.
• Menurut Lau, berpikir kritis merupakan pemikiran yang jelas dan masuk akal,
berpikir secara tepat dan sistematis berdasarkan logika dan alasan ilmiah.
Seorang pemikir kritis dapat mengkomunikasikan berbagai pemikirannya,
membuat keputusan, menganalisis dan menyelesaikan permasalahan.
• Ennis menyatakan berpikir kritis adalah berpikir yang reflektif dan beralasan,
bertujuan untuk memutuskan apa yang dipercaya atau lakukan.
• Facione, berpikir kritis yaitu pengambilan keputusan yang reflektif serta
pemecahan masalah dengan penuh pertimbangan terhadap apa yang
dipercaya dan dilakukan.
• Scriven dan Paul, berpikir kritis proses intelektual yang aktif dan terampil,
mengevaluasi informasi yang didapat berdasarkan pengamatan, pengalaman,
refleksi, atau komunikasi sebagai acuan terhadap kepercayaan atau tindakan.
12. 2. KajianTeoritis Kurikulum
• Sistem Pendidikan Nasional menyatakan kurikulum merupakan
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
• Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar nasional
Pendidikan.
• Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem
Pendidikan. Standar nasional pendidikan diantaranya standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan (SKL).
13. 3. KajianTeoritis Sekolah Menengah Atas
(SMA)
sekolah menengah atas (SMA) merupakan jenjang sekolah
menengah yang termasuk ke dalam sekolah formal yang
diatur oleh pemerintah. SMA termasuk kedalam jenis
pendidikan umum yang memuat mata pelajaran umum.
14. 4. KajianTeoritis Madrasah Aliyah
(MA)
Sekolah madrasah merupakan sekolah yang setara
dengan sekolah umum dengan mata pelajaran umum
yang setara di bawah naungan kementrian
Pendidikan, tetapi khusus untuk sekolah madrasah
terdapat penambahan rumpun pendidikan agama
Islam dan bahasaArab yang regulasi serta
implementasinya diatur lebih lanjut dalam peraturan
oleh Kementrian Agama.
15. 5. Perbedaan SMA dan MA
• Terdapat pada muatan dan beban belajar mata pelajaran pendidikan
agama Islam.
• Pada SMA pelajaran keagamaan hanya terdapat pada mata pelajaran
pendidikan agama islam dengan beban belajar 3 jam pelajaran per
minggu atau setara dengan 3 x 45 menit.
• Pada MA muatan pelajaran keagamaan terdapat penambahan, yaitu
rumpun pendidikan agama islam dengan beban belajar kelas X
sebanyak 12 jam pelajaran per minggu atau setara dengan 12 x 45
menit dan kelas XI dan XII sebanyak 10 jam pelajaran per minggu atau
setara 10 x 45 menit.
16. 6. KajianTeoritis Hubungan Napza, Berpikir Kritis dan
Pendidikan Agama yang ada di SMA dan MA
• Abad 21 di era globalisasi ini seperti dua mata uang yang mempunyai dua sisi,
yaitu dapat memberi kemudahan dalam akses informasi dan teknologi dengan
cepat hingga lingkup global tetapi disisi lain dapat menurunkan moral bangsa
akibat pengaruh negatif dari percepatan arus globalisasi ini.
• Abad 21 yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peserta
didik menguasai berbagai bentuk keterampilan, salah satunya keterampilan
berpikir kritis.
• Keterampilan berpikir kritis ini sangat penting dimiliki oleh peserta didik untuk
dapat mengambil keputusan dalam menghadapi pengaruh negatif dari
globalisasi seperti penyalahgunaan napza.
• Era globalisasi ini juga menurunkan kualitas moral generasi muda, dalam hal ini
pendidikan karakter yang terdapat ke dalam mata pelajaran pendidikan agama
Islam di SMAN dan MAN khususnya di MAN menjembatani peserta didik
dengan aspek pengetahuan keagamaan, sikap dan keterampilan sehingga
dapat membentengi peserta didik dengan karakter dan nilai - nilai yang baik
dalam mengambil sikap terhadap permasalahan penyalahgunaan napza.
17. 7. KajianTeoritis Konsep Napza
• napza atau narkoba merupakan hal yang sama hanya penyebutan
istilahnya saja yang berbeda.
• Napza/narkoba adalah zat atau obat baik sintetis maupun semi sintetis
yang apabila masuk kedalam tubuh baik dihisap, dihirup atau
disuntikkan dapat berpengaruh terhadap pikiran, emosi dan tindakan.
• Narkotika berdasarkan kegunaannya dibagi ke dalam 3 golongan
sedangkan psikotropika dibagi berdasarkan kegunaanya ke dalam 4
golongan.
• Zat adiktif merupakan zat yang dapat menyebabkan ketergantungan.
• Dampak buruk penggunaan napza secara keseluruhan dapat
berpengaruh terhadap aspek fisik, psikologis, ekonomi, dan sosial.
18. B. Hasil Penelitian Relevan
Lebih dari 95% pelajar di Kota Denpasar tergolong memiliki pengetahuan rendah mengenai
narkotika dan psikotropika.Terdapat korelasi positif antara tingkat pengetahuan pelajar dengan
ketertarikan pelajar mengakses informasi narkotika dan psikotropika melalui internet atau media
massa. Hasil uji skrining menggunakan striptest terhadap sampel pelajar menunjukkan tingkat
penyalahgunaan narkotika dan psikotropika pada pelajar di Kota Denpasar diduga sebesar 0,73%
golongan benzodiazepine.
Keterampilan berpikir kritis peserta didik di MAN pada aspek interpretasi sebesar
67% atau termasuk pada kategori cukup, aspek analisis sebesar 49,5%, aspek
evaluasi 41,75%, aspek inferensi sebesar 46%, aspek eksplanasi sebesar 35,25%, dan
aspek regulasi diri sebesar 29,75%. Dengan demikian, keterampilan berpikir kritis
pada aspek analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi, dan regulasi diri termasuk dalam
kategori sangat kurang.
Hasil penelitian menunjukkan penyalahgunaan napza
sebagian besar berada pada usia remaja dan sedang
menempuh pendidikan tingkat sekolah menengah atas
(SMA). Jenis napza yang paling sering disalahgunakan adalah
double L
20. D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir,
maka hipotesis penelitian yang diajukan yaitu
“Terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis peserta
didik terhadap konsep napza antara SMAN dan MAN”.
21. III. Metodologi Penelitian
A.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
SMAN 9 KotaTangerang
Selatan dan MAN 1 Kota
Tangerang Selatan.
Waktu pelaksanaan penelitian
dilakukan pada semester Genap
Tahun Ajaran 2020/2021.
Penelitian di SMAN 9
dilaksanakan pada tanggal 25
Maret 2021 sedangkan di MAN 1
dilaksanakan pada tanggal 16
April 2021.
23. C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta
didik tahun ajaran 2020/2021 kelas XI MIPA di SMA
Negeri 9 KotaTangerang Selatan sebanyak 4 kelas dan
MAN 1 KotaTangerang Selatan sebanyak 2 kelas
dengan keseluruhan jumlah 219 peserta didik.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampling
bertujuan (purposive sampling). Sampling Purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tersebut berdasarkan kelas yang lebih unggul yang dipilih langsung
oleh guru mata pelajaran biologi kelas XI di SMAN 9 dan MAN 1.
Sampel yang digunakan sebanyak 72 peserta didik di SMAN 9 dan
sebanyak 29 peserta didik di MAN 1. Dengan demikian total sampel
yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 101 peserta didik.
24. D.Variabel Penelitian
Variabel bebas (independen), variabel
yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat (dependen).
Variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.
Variabel bebas (X)
keterampilan berpikir
kritis dan variabel
terikat (Y) konsep
napza.
25. E. Prosedur Penelitian
1. Tahap Pendahuluan
• Analisis Kurikulum : Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), Kompetensi Inti, dan Kompetensi Dasar.
• Analisis Buku Biologi
• Irisan Konsep Napza
• Studi literatur keterampilan berpikir kritis
• Menyusun Instrumen Penelitian yaitu Instrumen Tes dan
Non Tes. Instrumen tes yaitu tes keterampilan berpikir kritis
dan instrumen non tes yaitu angket respon peserta didik dan
wawancara.
26. • Pembuatan instrumen tes: menentukan fokus instrumen dan kisi-kisi
instrumen tes yang terdiri atas indikator dan sub indikator berpikir kritis,
pertanyaan pemicu berpikir kritis, irisan konsep napza, indikator
pembelajaran dan indikator soal.setelah selesai membuat instrumen tes
kemudian menyusun rubrik penilaian jawaban.
• Instrumen tes yang sudah jadi kemudian dilakukan validasi ahli dan
perbaikan instrumen tes.
• Lalu instrumen tes di lakukan uji coba.
• Selanjutnya dilakukan kalibrasi instrumen yaitu: validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.
• Setelah pembuatan instrumen selesai, peneliti membuat surat izin
penelitian dan melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran biologi
untuk dilakukan penelitian.
27. 2.Tahap Pelaksanaan
• Penelitian dilakukan di SMAN 9 Kota Tangerang Selatan dan MAN 1 Kota
Tangerang Selatan pada semester genapTahun ajaran 2020/2021.
• Pengambilan data instrumen tes dan angket melalui google form dan
wawancara secara online karena masih dalam masa pandemik.
• Pengambilan data instrumen tes dikedua sekolah dilakukan dengan jumlah
soal sebanyak 6 butir soal uraian dan alokasi waktu pengerjaan selama 35
menit.
• Peserta didik diarahkan oleh peneliti untuk memasuki link google meet,
peserta didik mengerjakan soal yang diberikan oleh peneliti dalam bentuk
google form yang diberikan ketika peserta didik di dalam room meeting, hal ini
dilakukan untuk mengawasi proses pengerjaan soal tes sampai mereka
selesai mengerjakan.
• Setelah selesai mengerjakan soal tes, selanjutnya diberikan angket respon.
• Terakhir dilakukan wawancara terhadap peserta didik.
28. 3.Tahap Akhir
• Setelah data instrumen tes dan non tes terkumpul
kemudia dilakukan analisis dengan perhitungan dan
uji statistik.
• Kemudian hasil data tes dan non tes yang diperoleh
selanjutnya dilakukan pembahasan yang dikaitkan
dengan penelitian sebelumnya sehingga dapat
ditarik kesimpulan dari hasil penelitian.
29. F.Teknik Pengumpulan Data
Tes Keterampilan Berpikir Kritis.
Intrumen tes yang digunakan berupa soal-
soal keterampilan berpikir kritis pada
konsep napza yang mengacu pada indikator
berpikir kritis menurut Facione. Soal dibuat
dalam bentuk uraian untuk mengidentifikasi
keterampilan berpikir kritis peserta didik.
Angket Respon dan Wawancara
Angket Respon peserta didik digunakan untuk
mengetahui respon peserta didik setelah
melakukan tes. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui secara lebih mendalam informasi
terhadap peserta didik dalam menyikapi
permasalahan penyalahgunaan napza di
dalam proses pembelajaran.
30. G. Instrumen Penelitian
1. InstrumenTes
• Fokus : Konten, Konstruk dan Bahasa.
• Kisi-kisi : Irisan Konsep, Indikator dan Sub Aspek Indikator KBK,
Indikator Pertanyaan dan Pembelajaran, Indikator Soal dan Butir
Uraian.
2. Instrumen NonTes
a. Angket Respon Peserta Didik Kisi-kisi :Tingkat kesesuaian,
Tampilan dan Bahasa.
b.Wawancara Indikator pertanyaan terdiri dari 10 butir
31. H. Kalibrasi Instrumen
1.ValidasiAhli
sebanyak 5 validator
dengan hasil sangat kayak
5. Uji Daya Pembeda
Kriteria Baik : soal nomor 2,6
Kriteria cukup : 1,4
Kriteria buruk : 3,5
4. UjiTingkat Kesukaran
Kriteria sedang :
soal nomor 2,3,4,5,6
Kriteria mudah : soal nomor 1
3. Uji Reliabilitas
diperoleh sebesar 0,47
dengan kriteria cukup.
2. UjiValiditas
Kritria sangat rendah : soal nomor 5
Kriteria cukup : soal nomor 1, 3
Kriteria tinggi : soal nomor 2,4
Kriteria sangat tinggi : soal nomor 6
32. I.Teknis Analisis Data
1. Analisis dataTes
• Pemberian Skor Tes menggunakan HCTSR dari Facione yaitu 4= akurat 3=
menjawab sebagian besar 2= menjawab sebagian kecil 1= jawaban tidak akurat.
• Perhitungan rumus persentase
• Kategorisasi KBK menurut Facione yaitu unggul, kuat, cukup, lemah, tidak
termunculkan dan tidak berpikir kritis.
a. Uji Prasyarat Hipotesis
1) Uji Normalitas
•dengan uji sampel Kolmogorov-smirnov
•Jika signifikansi lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
•Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka varian dari dua kelompok
data sama atau homogen.
b.Uji Hipotesis Parametrik
• Uji-t dengan menggunakan Independet sample t-test.
33. 2. Analisis Data NonTes
a. Analisis Angket Respon Peserta Didik
• Digunakan untuk mengidentifikasi keterbatasan keterbacaan soal pada
instrumen tes.
• Menggunakan skala likert untuk mengukur pendapat dalam bentuk
jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak Setuju (STS). Kemudian mengubahnya dalam bentuk angka yaitu
SS=4, S=3,TS=2 dan STS=1.
• Selanjutnya dihitung persentase jawaban peserta didik dengan respon
positif yaitu SS dan S kemudian respon negatifTS dan STS.
• Selanjutnya dikategorisasikan .
b. Analisis Wawancara
• Hasil wawancara dari 10 pertanyaan yang diberikan ke 15 responden
selanjutnya diolah dengan mengelompokkan jawaban yang sama dan
serupa antara satu dengan lainnya.
34. J. Hipotesis Statistik
Keterangan:
• H0 : Hipotesis nol diterima apabila tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis
peserta didik terhadap konsep napza antara SMAN dan MAN.
• Ha : Hipotesis alternatif diterima apabila terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis
peserta didik terhadap konsep napza antara SMAN dan MAN.
• 𝜇1 : Rata-rata hasil tes keterampilan berpikir kritis peserta didik terhadap konsep napza di
SMAN.
• 𝜇2 : Rata-rata hasil tes keterampilan berpikir kritis peserta didik terhadap konsep napza di
MAN.
H0 : 𝜇1 = 𝜇2
Ha : 𝜇1 ≠ 𝜇2
35. IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Ketercapaian Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
37. Kritik dan Saran
SMAN
• 1 dari 72 peserta didik menyatakan lebih dicantumkan lagi macam-macam dampak
dan jenis narkotikanya.
• 6 dari 72 peserta didik menyatakan tes kuesioner merupakan tipe tes yang sulit
sehingga perlu waktu untuk berpikir.
• 2 dari 72 peserta didik menyatakan gambar dan soal teks kurang jelas dan sulit dibaca.
• 4 dari 72 peserta didik menyatakan waktu yang dibutuhkan lebih lama lagi untuk
mengerjakan.
• 24 dari 72 peserta didik menyatakan perlu membuat pertanyaan pada soal agar lebih
mudah di pahami.
MAN
• 2 dari 29 peserta didik menyatakan potongan artikel kurang rapi dan teks foto tidak
enak dilihat.
• 5 dari 29 peserta didik menyatakan pertanyaan pada soal dibuat agar lebih mudah
dipahami.
• 4 dari 29 peserta didik menyatakan perlu waktu tambahan untuk berpikir dan
menjawab soal dengan baik.
38. 3. Hasil Wawancara
Hasil wawancara di MAN 1 secara keseluruhan berisikan
pernyataan peserta didik yang lebih mengarah kepada
ranah spiritual atau keagamaan, diantaranya:
• peserta didik menjawab lebih mendekatkan diri kepada Allah,
berdoa, narkoba merupakan barang haram yang dilarang oleh
agama karena didasarkan pada hukum – hukum islam,
memperbanyak melakukan ibadah seperti mendirikan sholat,
menjauhkan diri dari napza, melakukan hal positif dan
produktif serta peserta didik menyatakan insya allah akan
baik-baik saja apabila memilih pergaulan yang baik.
39. B. Analisis Data
1. Uji Statistik DataTes SMAN dan MAN
a. Uji Normalitas DataTes SMAN dan MAN
40. b. Uji Homogenitas Data SMAN dan MAN
Data Statistik
Sekolah
SMAN MAN
Jumlah Sampel
(N)
72 29
Levene statistic 3,297
p-value (Sig.) 0,072
α 0,05
Kesimpulan
0,072 > 0,05
Homogen
41. c. Uji HipotesisTes SMAN dan MAN
Data Statistik
Uji-T
SMAN MAN
Jumlah Sampel
(N)
72 29
p-value (Sig.) 0,03
α 0,05
Kesimpulan
0,03 < 0,05
H0 ditolak (terdapat
perbedaan)
42. C. Pembahasan
• Berdasarkan hasil penelitian antara SMAN dan MAN, didapatkan indikator
eksplanasi menjadi indikator dengan rata – rata berpikir kritis terendah.
• Eksplanasi merupakan kemampuan peserta didik dalam menjelaskan, menyatakan
hasil penalaran, membenarkan penalaran berdasarkan pertimbangan –
pertimbangan bukti, konsep, metodologi, kriteria dan konteks.
• Indikator eksplanasi pada SMAN mempunyai rata – rata sebesar 54% dan MAN lebih
tinggi dengan rata – rata sebesar 58%.
• SMAN dan MAN sama – sama memiliki pengkategorian berpikir kritis dengan
kategori tidak termunculkan.
• hal ini terjadi karena dalam menjawab pertanyaan, peserta didik belum dapat
menjelaskan secara baik dan sistematis alasan – alasan untuk memperkuat
kesimpulan yang telah dibuat.
• Peserta didik tidak menjelaskan fakta dan bukti apa saja secara urut, terperinci dan
jelas.
• Peserta didik hanya menyebutkan dampak napza berdasarkan pengetahuannya
tetapi tidak menjelaskan alasannya, juga tidak mengaitkan dengan artikel.
43. • Indikator keterampilan berpikir kritis yang terendah selanjutnya adalah indikator
evaluasi. Indikator evaluasi mempunyai sub indikator menilai klaim. Evaluasi merupakan
kemampuan untuk menilai suatu kebenaran.
• Hasil penelitian tes keterampilan berpikir kritis menunjukkan indikator evaluasi di SMAN
mempunyai rata – rata sebesar 59% dengan kategori tidak terwujud yang menunjukkan
lebih rendah daripada rata – rata di MAN sebesar 63% dengan kategori lemah.
• Hal ini dikarenakan peserta didik kurang dapat memilih dari ketiga artikel yang
disajikan, yang merupakan artikel dari sumber yang paling kredibel atau dapat
dipercaya.
• Peserta didik juga kurang mampu dalam memberikan alasan yang logis dari artikel yang
mereka pilih.
• Indikator evaluasi antara SMAN dan MAN sama – sama masih tergolong rendah, tetapi
rata-rata indikator evaluasi sedikit lebih tinggi di MAN dikarenakan peserta didik lebih
baik dalam memberikan alasan mengenai artikel yang dipilih.
• Hasil angket respon peserta didik di SMAN dan MAN menunjukkan respon positif
dengan kategori hampir seluruhnya tetapi masih terdapat kritik dan saran yang
mengarah kepada indikator evaluasi, hal ini dapat mendukung rendahnya indikator
tersebut, diantaranya :
• soal tes termasuk ke dalam kriteria sulit sehingga butuh waktu lebih lama untuk berpikir.
• pertanyaan pada soal dibuat agar lebih mudah dipahami serta potongan teks artikel kurang rapi
sehingga teks sedikit sulit terbaca.
44. • Indikator regulasi diri bertujuan untuk membentuk kesadaran peserta didik,
untuk dapat mengambil keputusan dan menyikapi berdasarkan proses berpikir,
bernalar, terhadap apa yang dipercaya. Peserta didik diminta untuk membuat
keputusan dalam menanggapi permasalahan terhadap penyalahgunaan napza
berdasarkan analisis dan kesimpulan yang mereka buat.
• indikator regulasi diri di SMAN mempunyai rata – rata sebesar 62% dengan
kategori tidak termunculkan lebih rendah dari rata – rata di MAN sebesar 71%
dengan kategori cukup.
• Indikator berpikir kritis di MAN lebih baik, hal ini dikarenakan terlihat dari
jawaban peserta didik di MAN yang membuat keputusan terhadap permasalahan
penyalahgunaan napza dengan dikaitkan pada pengetahuan keagamaan yang
mereka miliki.
• Mereka menyikapi permasalahan penyalahgunaan napza diantaranya :
• berdoa dan mendekatkan diri kepada Allah agar senantiasa dilindungi.
• banyak melakukan kegiatan kemanusiaan dan bergaul dalam kebaikan.
• Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan, peserta didik
menjawab lebih mengarah kepada ranah spiritual atau agama dari yang sudah
diajarkan di sekolah.
• Indikator regulasi di MAN lebih tinggi daripada di SMAN dikarenakan beban
belajar materi keagamaan di MAN lebih banyak sehingga dapat membentuk
karakter religius pada peserta didik terhadap permasalahan penyalahgunaan
napza.
45. • Indikator inferensi yang mempunyai sub indikator menanyakan bukti, dan
gambaran kesimpulan ini merupakan tahapan menyimpulkan dan
mempertimbangkan informasi yang sesuai.
• Pada tahap ini peserta didik diminta untuk memberi kesimpulan
berdasarkan jawaban dari nomor 1 sampai 3.
• Indikator inferensi di SMAN mempunyai rata – rata sebesar 69% dengan
kategori lemah sedangkan di MAN mempunyai rata – rata 74% dengan
kategori cukup.
• Rendahnya indikator inferensi di SMAN dikarenakan dalam memberi
kesimpulan peserta didik kurang dapat mengaitkan dengan jawaban
nomor 1 sampai 3.
• Peserta didik masih mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan tes
dengan indikator menarik kesimpulan sesuai fakta.
46. • Indikator analisis mempunyai sub indikator memeriksa ide – ide, mendeteksi
dan menganalisis pendapat.
• Analisis merupakan kegiatan mengidentifikasi maksud dari pernyataan atau
hubungan inferensial antara pernyataan atau konsep.
• Peserta didik diminta untuk menganalisis berdasarkan artikel yang dipaparkan
dengan menghubungkan pada jawaban sebelumnya.
• Indikator analisis di MAN mempunyai rata – rata sebesar 75 % dengan kategori
kuat, lebih besar dari SMAN dengan rata – rata 69 % dengan kategori lemah.
• Rendahnya indikator analisis di SMAN dikarenakan masih kurangnya
kemampuan peserta didik dalam menghubungkan antara pernyataan
berdasarkan artikel yang dipaparkan.
47. • Indikator tertinggi dari keseluruhan indikator berpikir kritis antara SMAN
dan MAN adalah indikator interpretasi.
• Interpretasi merupakan kemampuan untuk memahami, menjelaskan, dan
memberi makna data atau informasi.
• Interpretasi yaitu memahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis
yang diketahui maupun yang ditanyakan soal dengan tepat.
• Peserta didik diminta menyampaikan informasi yang didapat dari poster.
• indikator interpretasi di SMAN memiliki rata – rata 74 % dengan kategori
cukup dan rata – rata 88 % di MAN dengan kategori unggul.
• Tingginya indikator interpretasi antara kedua sekolah dikarenakan peserta
didik sudah baik dalam menginterpretasikan atau menyatakan maksud
dari gambar/poster.
48. V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
• Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan keterampilan berpikir
kritis peserta didik terhadap konsep napza antara SMAN dan MAN.
• Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil uji hipotesis pada nilai tes dengan
perolehan nilai signifikansi 0,03 < 0,05.
• Keterampilan berpikir kritis SMAN menunjukkan rata – rata sebesar
64,5% termasuk kategori lemah sedangkan keterampilan berpikir kritis
MAN memiliki rata – rata sebesar 71,5% termasuk kategori sedang.
• Berdasarkan hasil wawancara dan tes, Keterampilan berpikir kritis di
MAN lebih tinggi dipengaruhi oleh karakter religius yang dimiliki
peserta didik dalam menyikapi dan mengambil keputusan terhadap
permasalahan penyalahgunaan napza.
49. B. Saran
Peneliti Selanjutnya
melakukan pengembangan terhadap instrumen tes
keterampilan berpikir kritis terhadap konsep napza
berdasarkan kritik dan saran dari angket respon
peserta didik dan lain sebagainya untuk melakukan
evaluasi yang lebih baik lagi.
melakukan penelitian terhadap keterampilan
berpikir kritis, berfokus pada indikator eksplanasi
yang merupakan indikator terendah dari ke enam
indikator berpikir kritis.
melakukan penelitian menemukan metode
pembelajaran yang sesuai terhadap konsep napza
untuk diterapkan kepada peserta didik sebagai
upaya peningkatan keterampilan berpikir kritis.
Guru
sebagai fasilitator dalam pembelajaran
hendaknya dapat mengevaluasi terhadap
kegiatan pembelajaran yang dilakukan didalam
kelas dikarenakan keterampilan berpikir kritis
peserta didik yang masih rendah.