SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
PENANGANAN KASUS TUMOR MAMMAE PADA RAS
ANJING MIXED CHOW DI ZOO KLINIK MAKASSAR
TUGAS AKHIR
HARTARTO AKHMAD, S.KH
C024191005
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
ii
PENANGANAN KASUS TUMOR MAMMAE PADA RAS
ANJING MIXED CHOW DI ZOO KLINIK MAKASSAR
Tugas Akhir Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Dokter
Hewan
Disusun dan Diajukan oleh:
HARTARTO AKHMAD, S.KH
C024191005
PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020
iii
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Hartarto Akhmad, S.KH
Nim : C024191005
Jurusan / Program Studi : Program Profesi Dokter Hewan
Fakultas : Kedokteran
a. Karya Tugas Akhir saya adalah asli.
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari tugas akhir ini tidak asli atau
plagiasi, maka saya bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik
yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, September 2020
Hartarto Akhmad, S.KH
v
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
tugas akhir dokter hewan yang berjudul “Penanganan Kasus Tumor Mammae
pada Ras Anjing Mixed Chow di Zoo Klinik Makassar”. Shalawat dan salam
kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alahi Wassallam yang telah mengajari
manusia sampai akhir hayatnya dan membawa manusia dari alam kegelapan
menuju alam yang terang benderang seperti saat ini. Shalawat juga penulis
haturkan kepada keluarga Rasulullah, Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut, Tabi’ut tabi’in
dan seluruh umat islam yang senantiasa berada di jalan islam.
Rasa terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh anggota keluarga
tercinta atas segala dukungan dan doa selama penulis menuntut ilmu.
Ucapan terima kasih penulis kepada Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari AP.Vet.,
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu dan arahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir sebagai syarat
kelulusan coassistensi dokter hewan.
Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada Drh. Magfira Satya
Apada, M.Sc selaku ketua Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH)
Universitas Hasanuddin, Zoo Klinik Makassar, Balai Besar Veteriner Maros,
Maros Vet Clinic dan seluruh staf pengajar yang telah berupaya sebaik mungkin
untuk kemajuan PPDH Unhas serta memberi banyak bekal ilmu yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
Terima kasih kepada seluruh teman-teman yang saya cintai di PPDH
karena telah mengukirkan banyak kesan, pengalaman, bantuan, pelajaran dan
tentunya kenangan indah selama proses coassistensi yang telah penulis jalani.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan kesuksesan kepada kita
semua. Aamiin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari
kata sempurna, maka dari itu saran maupun kritikan yang bersifat membangun
dari berbagai pihak sangat penulis harapkan sebagai bahan acuan untuk perbaikan
selanjutnya.
Makassar, September 2020
Hartarto Akhmad, S.KH
vi
ABSTRAK
Hartarto Akhmad, S.KH. C024191005. berjudul “Penanganan Kasus Tumor
Mammae pada Ras Anjing Mixed Chow di Zoo Klinik Makassar”. Dibimbing
oleh Dr. drh. Dwi Kesuma Sari AP.Vet
Tumor merupakan masalah yang biasa terjadi pada berbagai jenis anjing, termasuk
anjing chow-chow dan peranakannya. Penyakit ini merupakan penyakit degeneratif
akibat dari sel kelenjar mammae membelah dan tumbuh tanpa kendali. Tanda klinis
yang terlihat biasanya adalah adanya pertumbuhan massa yang perlahan, single atau
multiple. Penanganan pasien tumor mammae pada anjing mixed chow di Zoo Klinik
Makassar menggunakan metode ovariohisterectomi dan simple mastectomy.
Premedikasi Athropine sulphate 0,025% dosis 0,04 mg/kg BB secara subkutan,
anestesi Ketamine HCl 10% dosis 15 mg/kg BB dan Xylasine 2% dosis 2 mg/kg BB
secara intramuskuler. Selain itu dilanjutkan dengan terapi supportif berupa
pemberian Betamox LA, Meloxicam, dan memperhatikan manajemen pasca operasi
seperti pemberian pakan dan wound management pasca operasi.
Kata kunci : Tumor Mammae, Anjing Mixed Chow, Ovariohysterectomi,
…………………. Mastectomi
vii
ABSTRACT
Hartarto Akhmad, S.KH. C024191005. entitled "Management of Mammae
Tumor Cases in Mixed Chow Dog Breeds at Makassar Zoo Clinic". Guided by
Dr. drh. Dwi Kesuma Sari AP.Vet
Tumors are a common problem in many types of dogs, including chow-chows and
their breeds. This disease is a degenerative diseases resulting from mammary
gland cells dividing and growing without control. The clinical signs that are seen
are usually the presence of a slow mass growth, single or multiple. Treatment of
mammary tumor patients in mixed chow dogs at the Makassar Zoo Clinic used the
ovariohysterectomy and simple mastectomy methods. Premedication of 0.025%
Athropine sulphate with dose 0.04 mg / kg BW subcutaneous rute, 10% anesthetic
Ketamine HCl dose of 15 mg / kg BW and Xylasine 2% dose 2 mg / kg BW
intramuscular rute. In addition, it is continued with supportive therapy in the form
of giving Betamox LA, Meloxicam, and more attention to post operative
management such as feeding and post operative wound management.
Keyword: Mammary Tumor, Mixed Chow Dog, Ovariohysterectomi,
………………Mastectomi
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR iii
PERNYATAAN KEASLIAN iv
KATA PENGANTAR v
ABSTRAK vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL ix
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penulisan 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1. Anatomi Fisiologi Reproduksi Anjing Betina 4
2.2. Pubertas (Dewasa Kelamin) 7
2.3. Kelenjar Mammae 8
2.4. Tumor Mammae 9
2.5. Anjing Chow-Chow 15
2.6. Penanganan Tumor Mammae 16
BAB III. METODE PENULISAN 17
3.1. Materi 17
3.2. Metode 17
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22
4.1. Hasil 22
4.2. Pembahasan 26
BAB V. PENUTUP 32
5.1. Kesimpulan 32
5.2. Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alat kelamin Betina 7
Gambar 2. Kelenjar Mammae pada Anjing 8
Gambar 3. Tumor Mammae pada Anjing 9
Gambar 4. Anjing Chow-Chow 15
Gambar 5. Tumor Mammae pada Anjing Mixed Chow 23
Gambar 6. Diagnosis Fibriosarcoma Mammae 25
Gambar 7. Ovariohisterektomi pada Pasien Tumor Mammae 26
Gambar 8. Simple Mastektomi pada Pasien Tumor Mammae 26
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Tes Darah Pasien Tumor pada Anjing Mixed Chow 23
Tabel 2. Jenis PengobatanPasien Tumor Mammae 30
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anjing merupakan hewan peliharaan yang memiliki banyak manfaat bagi
kehidupan manusia. Anjing biasa digunakan sebagai penjaga rumah, hewan
gembalaan, hewan pelacak, hewan percobaan, maupun hewan kesayangan. Anjing
rentan terhadap berbagai penyakit, mulai dari yang ringan hingga penyakit
berbahaya. Penyakit yang muncul dapat disebabkan banyak faktor, antara lain
kurangnya pemeliharaan kesehatan hewan dari segi nutrisi ataupun lingkungan,
adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh, reaksi tubuh terhadap
penyakit termasuk kondisi klinis tubuh. Selain itu, anjing juga dapat mengalami
kelainan yang bisa mengurangi nilai estetika seperti fracture, cacat bawaan hingga
tumor.
Tumor merupakan masalah yang biasa terjadi pada hewan kecil termasuk
anjing. Tumor identik dengan neoplasma yang merupakan kumpulan sel yang
abnormal, terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh tidak terkontrol serta bersifat
merugikan bagi penderitanya. Tumor dapat berkembang menjadi kanker. Studi
secara epidemiologi mengenai kejadian kanker pada hewan kecil telah banyak
dilakukan. Hasil studi atau kajian post mortem pada 2.000 anjing di Amerika
menunjukkan bahwa 23% penyebab kematian anjing adalah kanker yang awalnya
dari tumor namun tidak ditangani dengan baik, sehingga secara tidak langsung
kejadian tumor pada anjing harus diwaspadai (Morris dan Dobson, 2010).Tumor
adalah pertumbuhan abnormal dan tidak terkontrol dari jaringan yang mengalami
transformasi di dalam tubuh inang (Gunanti et al, 2009). Tumor mammae
umumnya jarang terjadi pada anjing dan kucing, namun jika terjadi dapat
berakibat fatal karena tumor mammae bersifat malignant dan merusak jaringan
secara agresif (Sorenmo 2011).
Secara garis besar, tumor dapat dibagi menjadi dua yaitu tumor ganas dan
tumor tidak ganas. Kejadian tumor ganas pada individu sangat mengancam
kelangsungan hidupnya, contohnya pada kasus hemangiosarcoma pada limpa
anjing. Sedangkan tumor tidak ganas, bisa menyebabkan kematian bila tumor
tersebut menghalangi atau menganggu fungsi tubuh yang penting, tetapi pada
dasarnya tumor ini tidak secara langsung menyebabkan kematian, contohnya
tumor papilloma pada anjing. Untuk pemberian nama tumor, didasarkan pada
nama organ/jaringan , jenis jaringan (epitel atau bukan epitel), dan keganasan
tumor (jinak atau ganas). Contohnya : Tumor Jinak (Osteoma, mioma, fibroma,
melanoma, papilloma, adenoma). Tumor Ganas (Osteosarcoma, Miosarcoma,
Fibrosarcoma, Melanosarcoma, Carsinoma, Adenocarsinoma) (Gunanti et al,
2009).
Semua hewan yang termasuk mamalia mempunyai kelenjar mammae.
Kejadian tumor pada beberapa jenis jaringan anjing atau kucing sering terjadi.
Salah satu diantaranya adalah tumor kelenjar mammae. Penyebab dari timbulnya
2
tumor belum diketahui secara pasti. Tumor kelenjar mammae pada anjing
mempunyai reseptor untuk hormon betina (estrogen dan progesteron). Hormon-
hormon tersebut memacu pertumbuhan tumor. Faktor resiko yang terlibat dalam
perkembangan kanker pada anjing betina namun cara mengecek yang sering
digunakan ialah kadar dan durasi paparan estrogen endogen maupun eksogen.
Sebagai contoh: gangguan estrus, nuliparitas, atau menopause yang terlambat
pada hewan, akan meningkatkan paparan seumur hidup terhadap estrogen. Selain
itu, obesitas pada anjing dan kucing akan meningkatkan kadar estrogen pasca
menopause. Estrogen yang dihasilkan oleh jaringan adiposa pasca menopause
yang obesitas akan mengonversi androgen menjadi estrogen. Selain itu, kasus
tumor kelenjar mammae tidak dijumpai pada anjing dan kucing yang telah
diangkat indung telur (ovarium) dan kandungannya pada umur yang sangat muda
karena organ reproduksi tersebut berperan penting dalam pembentukan dan
sekresi hormon reproduksi. Sebaliknya, pemberian hormon progesteron untuk
mencegah kehamilan atau untuk pengobatan yang lain, meningkatkan resiko
timbulnya tumor (Sorenmo 2011).
Tumor kelenjar mammae merupakan penyakit degeneratif akibat dari sel-
sel kelenjar mammae membelah dan tumbuh tanpa kendali. Kasus tumor kelenjar
mammae telah ditemukan secara signifikan pada anjing ras maupun lokal. Saat
ini, tumor kelenjar mammae merupakan 50% dari seluruh kasus tumor yang
menimpa anjing betina (Oliveira et al., 2013). Angka kejadian ini jauh lebih tinggi
dari pada angka kejadian tumor kelenjar mammae pada hewan betina domestik
lainnya. Tumor kelenjar mammae pada anjing diklasifikasikan sebagai sel tumor
epitel, mesenkim dan campuran (Morris, 2010). Secara histopatologi, nukleus
tampak membesar karena sitoplasma berkurang, nukleus hiperkromatis karena
bertambahnya nukleoprotein, nukleus lebih besar dibandingkan ukuran normal.
Tampak pula mitosis dengan berbagai tingkat (profase, metafase, anafase,
telofase) bahkan nampak mitosis abnormal yaitu mitosis multisentrik misalnya
tripolar atau bentuk lainnya (Tjarta, 2009). Tingkat keganasan tumor (grading)
berafiliasi dengan kemampuannya untuk bermetastasis. Setiap tumor memiliki
kemampuan metastatis yang berbeda. Dasar yang digunakan untuk menentukan
tingkat keganasan dengan melihat derajat diferensiasi, kelainan-kelainan nukleus
dan banyaknya mitosis.
Anjing adalah mamalia yang mengalami domestikasi dari serigala sejak
15.000 tahun yang lalu, bahkan kemungkinan sudah sejak 100.000 tahun yang lalu
berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA. Anjing telah
berkembang menjadi ratusan ras dengan berbagai macam variasi. Warna rambut
serta jenis rambut anjing bisa beraneka ragam. Rambut anjing bisa lurus Siberian
husky dan malamute alaskan atau keriting seperti toy poodle, dan bertekstur kasar
hingga lembut seperti yang dimiliki ras anjing golden retriever dan chow-chow.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat gaya hidup
manusia juga semakin berkembang. Kegiatan memelihara hewan seperti anjing
3
dan kucing oleh masyarakat saat ini sudah sering dijumpai, terlebih di kota besar
seperti Makassar. Hal tersebut mendorong pembangunan dan perkembangan
klinik dan dokter hewan di kota Makassar. Zoo Klinik Makassar merupakan salah
satu klinik hewan yang didirikan pada tahun 2012 dan memiliki cukup banyak
pasien hewan setiap harinya. Beberapa waktu yang lalu, Zoo Klinik Makassar
kedatangan pasien anjing ras mixed chow dengan kasus temuan benjolan besar di
kelenjar mammae, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat kasus tersebut
sebagai tugas akhir koassistensi Program Profesi Dokter Hewan Universitas
Hasanuddin.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada karya
tulis ini, yaitu bagaimanakah penanganan kasus tumor kelenjar mammae pada
anjing Peranakan mixed chow di Zoo Klinik Makassar ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
penanganan dan tindakan terhadap kasus tumor mammae pada anjing Peranakan
mixed chow di Zoo Klinik Makassar.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Fisiologi Reproduksi Anjing Betina
Secara anatomi, alat kelamin betina dapat dibagi menjadi tiga bagian besar
(Hafez, 2014):
1. Ovarium, merupakan organ reproduksi primer yang menghasilkan sel-sel
kelamin betina yang biasa disebut ova atau te1ur dan hormon-hormon
betina
2. Saluran-saluran reproduksi yang terbagi menjadi tuba fallopii atau oviduct,
uterus, cervix dan vagina
3. Alat kelamin bagian luar, terdiri atas sinus urogenitalis, vulva dan clitoris.
Fungsi organ reproduksi sekunder (saluran-saluran reproduksi dan alat-alat
kelamin bagian luar) adalah menerima dan menyalurkan sel-sel kelarnin
jantan dan betina; menyediakan lingkungan, memberi makan dan
melahirkan individu baru yang terbentuk.
Selain itu masih ada kelenjar susu yang dapat dianggap sebagai alat
kelamin pelengkap karena sangat erat berhubungan dengan proses reproduksi dan
sangat penting fungsinya dalam pemberian makanan bagi individu yang baru
lahir. Organ reproduksi anjing betina hampir sama dengan mamalia lain yaitu
meliputi Ovarium, tuba falopii (tuba uterina atau oviduct), uterus, servik, vagina
dan vulva (Toelihere, 2009).
1. Ovarium
Ovarium anjing relatif kecil, kurang lebih 1,5 x 0,7 x 0,5 cm pada anjing
dengan berat 12 kg, berlokasi di bagian dorsal dari rongga perut, di sebelah
caudal dari ginjal kurang lebih pada tingkat ketiga atau keempat dari vertebrae
lumbalis. Jumlahnya sepasang dan digantung oleh mesovarium yang berisi saraf
dan suplai darah yang berasal dari artery ovaria dan dari anastomosis arteri
uterina. Setiap ovarium diselimuti oleh lemak dan dikelilingi oleh bursa yang
terbuka sepanjang 0,2 – 1,8 cm dan mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai alat
eksokrin yang menghasilkan ovum atau sel telur dan sebagai alat endokrin yang
mensekresikan hormon kelamin betina yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium
anjing berbentuk oval dan pipih, berukuran lebih kurang dua sentimeter dan
bergantung pada fase siklus birahi. Berat ovarium anjing berkisar antara 1
sampai 8 gram.
Ovarium terdiri dari medulla dan cortex, dikelilingi oleh epitel. Pada
medulla terdapat pembuluh darah dan syaraf, sedangkan cortex merupakan
tempat pembentukan ovum dan hormon. Ovarium dapat mengandung struktur-
struktur komponen yang berbeda pada tingkat perkembangannya. Sel-sel gamet
akan tumbuh dan berkembang dalam mencapai kematangannya berturut-turut
folikel primer, sekunder, tertier dan folicle de graaf. Bantuan hormon estrogen
yang cukup yang disekresikan oleh sel theca interna, folicle de graaf ini akan
5
pecah, sehingga keluarlah ovum dari Ovarium. Peristiwa ini disebut ovulasi.
Ovarium anjing yang baru lahir diperkirakan mengandung 700.000 buah oocyte.
Kemudian jumlah ini menurun menjadi 250.000 pada saat pubertas, 33.000 pada
usia lima tahun dan hanya 500 buah pada anjing yang berusia 10 tahun. Hal ini
disebabkan oleh kegagalan folikel menjadi matang, tidak berovulasi dan malah
berdegenerasi. Jumlah folicle de graaf yang terbentuk pada satu siklus berahi
tergantung pada hereditas dan faktor-faktor lingkungan. Pada anjing 3-15 folicle
de Graaf matang pada setiap estrus.
Setelah ovulasi rongga folikel diisi oleh darah dan limfa membentuk
corpus haemorrhagicum, dan untuk kemudian berubah menjadi corpus luteum.
Corpus luteum anjing mempunyai bentuk agak membulat dengan diameter dua
sampai lima milimeter. Jika terjadi fertilisasi, corpus luteum ini akan terus
berfungsi untuk mempertahankan kebuntingan. Sedangkan jika fertilisasi tidak
terjadi, corpus luteum tetap akan berfungsi sampai akhir masa estrus.
2. Tuba Fallopii
Tuba fallopii atau oviduct merupakan saluran kelamin yang paling
anterior, mempunyai hubungan anatomik yang intim dengan ovarium dan
menggantung pada mesosalphinx. Terbagi atas infudibullum dengan fimbraenya,
ampulla dan isthmus. Ovum yang dihasilkan dari proses ovulasi akan disapu ke
dalam ujung fimbrae. Kapasitasi, fertilisasi dan pembelahan embrio terjadi di
dalam tuba fallopii ini. Pengangkutan sperma ke tempat fertilisasi dan
pengangkutan ovum ke uterus untuk perkembangan selanjutnya diatur oleh kerja
dari kontraksi muskuler yang dikoordinir oleh hormon-hormon ovarial, estrogen
dan progesteron (Toelihere, 2009).
3. Tuba Uterina dan Uterus
Tuba uterina panjangnya 4-10 cm dan diameternya 1-2 mm, tampak
seperti saluran yang terbuka pada akhir ovarium dan diameternya mengecil ke
arah uterus. Cornu utery berbentuk elips pada potongan melintang, panjang dan
menyempit dan bergabung di kaudal membentuk corpus utery (Junaidi, 2006).
Tipe uterus anjing adalah duplex, yang terdiri dari dua Cornua utery
masing-masing dengan saluran vagina. Ukuran dan berat dari uterus meningkat
sewaktu anjing menginjak dewasa dan memasuki proestrus dan estrus,
mencapai ukuran maksimal selama awal metestrus kemudian menurun sewaktu
mulainya anestrus, meskipun tidak kembali ke ukuran anjing dewasa. Ketebalan
dan lebar mencapai maksimal 7-9 minggu sesudah mulainya estrus (Ibid).
Uterus adalah suatu saluran muskuler yang diperlukan untuk penerimaan
ovum yang telah dibuahi, nutrisi dan perlindungan fetus. Selain itu juga
berfungsi pada stadium permulaan ekspulsi fetus pada waktu kelahiran. Uterus
terdiri dari cornua, corpus dan cervix uteri. Anjing mempunyai uterus yang
tergolong dalam tipe bicornua subsepticus atau bipartitus, dengan cornua yang
cukup panjang 10-14 cm dan corpus 1,4-2 cm. Cornua yang panjang ini
6
merupakan penyesuaian anatomik dengan produksi anak yang banyak. Cervix
uteri adalah otot sphincter yang terletak diantara uterus dan vagina dengan
panjang sekitar 1,5-2 cm, dan pada anjing mempunyai bentuk lumen yang tidak
teratur. Fungsi utama cervix adalah sebagai penutup lumen uterus, sehingga
mengurangi kesempatan masuknya jasad renik (Ibid).
4. Serviks
Serviks berbentuk oval memisahkan uterus dan vagina. Vagina
memanjang dari servik ke selaput dara (hymen) dan vestibula memanjang ke
vulva. Ciri utama dari servik adalah tidak dapat dijangkau lewat vagina karena
vaginanya yang sangat panjang. Pada anjing yang tidak estrus dan belum pernah
bunting, saluran servik bagian kaudal membuka ke arah bawah, ke arah dinding
kranial vagina. Servik tetap tertutup pada anjing normal kecuali selama siklus
estrus dan parturisi (Toelihere, 2009).
5. Vagina
Vagina adalah organ kelamin betina dengan struktur selubung muskuler
yang terdiri dari bagian vestibulum dan portio vaginalis. Bagian vestibulum
yaitu bagian yang berhubungan dengan vulva (vagina anterior) yang panjangnya
5-10 cm. Sedangkan bagian portio vaginalis cervicis yaitu bagian yang
berhubungan dengan cervix. Diantara kedua bagian ini terdapat selaput tipis
yang disebut hymen, yang karena tipisnya akan robek dan hilang sewaktu
hewan mencapai umur dewasa. Pada hewan betina normal dan tidak bunting,
epitel mukosa vagina secara periodik berubah atas pengaruh hormone yang
disekresikan Ovarium. Sehingga pada anjing, perubahan histologis epitel vagina
sangat baik untuk menentukan periode siklus reproduksi (Mc Donald, 2013).
Vagina anjing sangat panjang, diukur berdasarkan panjang total dari vulva
ke servik, termasuk vestibula. Pada anjing dengan berat 12 kg panjangnya
mencapai 10-14 cm. Vestibula dan vagina meningkat lebarnya selama siklus
estrus,dan saluran genital menjadi tegang dan bengkak (Andersen, 2009). Pada
fase proestrus dan anestrus servik dan vagina membesar, menebal dan
oedematus, dan ketebalan myometrium meningkat. Pada fase anestrus servik
dan vagina dalam keadaan pasif (Junaidi, 2006).
6. Vulva dan Alat Kelamin Luar
Alat kelamin bagian luar terbagi atas vestibulum, vulva dan klitoris.
Vestibulum memiliki beberapa otot sirkuler atau seperti spinkter yang menutupi
saluran kelamin terhadap dunia luar. Sewaktu kopulasi terjadi, otot-otot pada
vestibulum ini berkontraksi, dan ini merupakan salah satu unsur untuk
terjadinya proses terkait pada anjing.
Pada anak anjing, vulva adalah organ yang relatif kecil yang dihiasi oleh berkas
rambut sampai mendekati pubertas. Mulai membesar selama periode prepubertal
(4-8 bulan) dan setelah memasuki estrus pertama bentuk sudah sama seperti
dewasa (Junaidi, 2006).
7
Gambar 1. Alat Kelamin Betina (Betteridge,2011)
2.2. Pubertas (Dewasa Kelamin)
Pubertas (dewasa kelamin) adalah suatu periode dalam kehidupan
makhluk jantan dan betina, dimana organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan
perkembangbiakan dapat terjadi. Pada hewan jantan pubertas ditandai oleh
kesanggupan berkopulasi dan menghasilkan sperma disertai perubahan-perubahan
kelamin sekunder lainnya. Pada hewan betina, pubertas ditandai dengan terjadinya
berahi dan ovulasi.
Anjing mencapai saat pubertas pada umur 7-9 bulan dengan variasi 6-18
bulan dan lebih dulu terjadi pada anjing bangsa kecil dibanding bangsa besar.
Biasanya, anjing mencapai saat pubertas dalam dua sampai tiga bulan setelah
tercapai berat badan dewasa, dan pubertas lebih dulu terjadi beberapa minggu
pada hewan betina. Namun demikian pubertas sangat bergantung pada
lingkungan, dimana anjing yang hidup bebas (free roaming animals) mencapai
dewasa kelamin lebih cepat dibanding anjing yang di kandangkan (kenneled
animals) (Mc Donald, 2013).
Berbagai faktor dapat mempengaruhi permulaan pubertas. Anjing yang
hidup bebas dan anjing domestik yang dapat berkelana dengan bebas secara
seksual lebih awal mencapai pubertas daripada anjing yang di kennel. Perbedaan
dalam pertumbuhan tidak terjadi pada anjing, tetapi interval diantara estrus secara
gradual diperpanjang dengan meningkatnya umur. Anjing tua yang masih estrus,
fertilitasnya mungkin tidak terkena efek yang serius, dan siklus estrus telah
dilaporkan berlanjut secara teratur hingga umur 20 tahun (Junaidi, 2006).
Pubertas atau siklus estrus pertama pada anjing betina dicapai paling awal
pada usia 6 bulan pada anjing ras dengan ukuran tubuh kecil. Siklus estrus anjing
terdiri dari proestrus, estrus, metestrus dan anestrus (Blendinger, 2009). Durasi
proestrus rata-rata 9 hari. Durasi estrus adalah sama dengan proestrus, kurang
lebih 9 hari (dengan kisaran 4-12 hari). Durasi metestrus 130-140. Rata-rata
durasi anestrus berlangsung selama 4 hingga 5 bulan. Pubertas dicapai paling
awal pada usia 6 bulan pada anjing ras dengan ukuran tubuh kecil, dan paling
lama pada usia 2 tahun pada anjing ras dengan ukuran tubuh yang lebih besar.
Rata-rata dapat diperkirakan siklus estrus pertama kali muncul antara umur 6
hingga 12 bulan. Pada umumnya, anjing yang lebih tua mempunyai siklus estrus
yang lebih tidak teratur daripada anjing yang lebih muda. Menurut Feldman and
8
Nelson (2009), umur ideal anjing betina kawin antara 2-6 tahun. Kawin pertama
direkomendasikan saat estrus kedua atau ketiga, sesudah pemilik mengetahui,
paling tidak satu kali siklus ovarium normal (Junaidi, 2006).
2.3. Kelenjar Mammae
Secara anatomi kelenjar mammae anjing biasanya terdiri atas lima kelenjar
beserta putingnya masing-masing di kedua sisi kanan dan sisi kiri yang terletak
pada bagian kranial kaudal thoracs, kranial kaudal abdomen, dan pada bagian
inguinal. Pada siklus estrus pertama akan banyak dijumpai sel-sel lemak (deposit
lemak) pada kelenjar mammae. Pada masa non laktasi, kelenjar dan jaringan
adiposa sedikit berkembang sehingga tidak terlalu tampak adanya pembesaran
kelenjar mammae (Budras, 2013). Pada masa kebuntingan terjadi peningkatan
pembentukan lument dan perkembangan alveoli yang diakhiri dengan
pembentukan saluran kelenjar mammae. Selama periode laktasi, alveoli berperan
dalam menyekresikan air susu dan selama itu pula akan terjadi perkembangan
ductus lactiferus, sinus lactiferus dan ductus papillary. Dari alveoli air susu akan
bermuara melalui sinus lactiferus dan duktus lactiferus, sinus lactiferus ini akan
menjulur ke daerah ductus papillary dan berakhir sampai papilla mammae.
Setelah masa laktasi bagian dari sistem duktus khususnya alveoli kelenjar akan
berfungsi.
Gambar 2. Kelenjar Mammae pada Anjing (Kumar, 2011)
Menurut Suwiti et al., (2010) kelenjar mammae merupakan kelenjar
tubuloalveolar majemuk berkembang dari lapisan bawah epidermis, banyak
dijumpai sel-sel lemak serta terdapat lobulus dengan batas yang tidak begitu jelas.
Lobulus ini berisi antara lain alveolus, ductus lactiferous, dengan epitel kubis
selapis (cuboid simplex). Kelenjar mammae terdiri dari sel-sel yang selalu
membelah untuk menghasilkan susu, terutama selama masa laktasi. Parenkim atau
sel yang akan mensekresikan susu dari kelenjar mammae berkembang (proliferasi)
dari sel epitelial yang berasal dari primary mammary cord. Perkembangan
kelenjar mammae juga dipengaruhi oleh hormon. Hormon yang berhubungan
dengan perkembangan kelenjar mammae antara lain hormon esterogen yang
dihasilkan oleh ovarium dan uterus (Stovall , 2013).
9
2.4. Tumor Mammae
Neoplasma merupakan kumpulan sel yang terbentuk secara abnormal yang
tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan sel di
sekitarnya dan tidak ada manfaatnya bagi tubuh. Neoplasia ataupun neoplasma
sering disebut dengan tumor. Sebagaimana definisi tumor pada peradangan, maka
tumor pada neoplasma juga berarti pembengkakan. Tetapi tidak semua
pembengkakan adalah tumor. Banyak kebengkakan misalnya : abses, radang
kronis, benjolan parasit, dan nekrosa lemak intra abdominal bukan termasuk
tumor. Sebaliknya tumor akan terus bertambah karena pertambahan sel-sel baru
(Berata et al.,2011).
Anjing merupakan salah satu hewan yang sering terkena tumor. Tumor
mammae adalah tumor yang paling sering menyerang anjing setelah tumor kulit,
sering terjadi pada anjing betina yang belum di sterilisasi. Tumor mammae biasa
berwujud kecil, simple nodule atau besar, agresif, dan pertumbuhan luar biasa.
Apabila di deteksi secara dini dan sempurna maka semua jenis tumor mammae
dapat diobati. Tumor mammae pada anjing dapat terjadi dikarenakan pengaruh
hormon, begitu juga dengan resiko peningkatan sel tumor yang dapat terjadi
setelah siklus estrus. Sel tumor mammae, baik jinak atau ganas memiliki reseptor
estrogen dan progesteron. Hormon ini akan menginduksi terjadinya hipertrofi
pada parenkim mammae setelah siklus estrus (Moulton, 2011).
Gambar 3. Tumor mammae pada Anjing (Tobias, 2010)
Tingginya pembentukan tumor pada kelenjar mammae berhubungan
dengan bertambahnya volume kelenjar mammae serta sekresi selama periode
laktasi. Jika sebelum siklus pertama resiko munculnya tumor adalah sebesar 0,5 %
maka pada siklus pertama resiko munculnya tumor akan naik mencapai 8 % dan
lebih dari 26 % setelah siklus estrus kedua atau pada estrus selanjutnya. Pada
anjing , sekitar 40 % dari keseluruhan tumor mammae yang terletak pada kelenjar
susu bagian inguinal dan muncul segera setelah estrus (Bostock, 2015).
Kejadian tumor mammae pada anjing memiliki persentasi lebih tinggi jika
dibandingkan dengan hewan domestik lainnya dan tiga kali lebih beresiko
daripada manusia, Anjing yang belum di steril juga memiliki resiko terkena tumor
mammae tujuh kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan anjing yang telah
disteril. Selain itu tumor mammae juga memiliki kemampuan untuk bermetastasis
ke jaringan atau organ tubuh lainnya. Faktor endokrin memiliki pengaruh dalam
10
proses terjadinya tumor, hal ini dikarenakan pengaruh hormon sehingga
menyebabkan perubahan struktur dan fungsi dalam kelenjar mammae (Rezia et
al., 2009).
Gambaran klinis tumor mammae muncul dalam bentuk nodul tunggal atau
ganda pada parenkim, bentuknya bervariasi dan kerap ditemukan pada setiap
kelenjar, baik tumor jinak maupun ganas sehingga menyulitkan dalam
membedakan tipe tumor. Namun demikian terjadinya pertumbuhan yang cepat,
invasi jaringan lokal dan ulserasi merupakan karakteristik dari tumor malignant.
Sekitar 2/3 dari tumor mammae ditemukan pada kelenjar empat dan lima,
sehingga akan memungkinkan parenkim lebih banyak pada tingkat ini Tumor
mammae merupakan kasus tertinggi kedua yang paling sering terjadi pada anjing
setelah tumor kulit Dari 53 % neoplasama, 41% diantaranya bersifat malignant
(Baba dan Catoi, 2017).
Menurut Bloom (2014) tumor mammae mewakili 25% sampai 30% dari
seluruh jumlah kasus tumor yang terjadi pada anjing. Dari hasil observasi yang
dilakukan pada 6.754 tumor pada berbagai organ anjing, 720 diantaranya
berhubungan dengan kelenjar mammae. Sangatlah sulit untuk menentukan tipe
dari tumor hanya dengan pemeriksaan secara fisik. Pemeriksaan biopsi sangat di
perlukan untuk menentukan jenis tumor apakah jinak atau ganas. Tumor biasanya
lebih agresif dan tumbuh sangat besar serta menyebar ke organ lain. Pemeriksaan
dengan menggunakan sinar X pada bagian dada atau inspeksi pada limfonodus
akan lebih membantu dalam menentukan jenis tumor yang menyerang. Faktor-
faktor yang mempengaruhi prognosis tumor mammae pada anjing meliputi ukuran
tumor. Tumor mammae dengan ukuran kurang dari 3 cm mempunyai
kecenderungan prognosis lebih baik di bandingkan tumor yang lebih besar. Tumor
mammae yang lebih bebas bergerak dan tanpa ulserasi di kulit lebih mempunyai
mempunyai prognosis lebih baik di bandingkan tumor yang melekat di muskulus
atau mempunyai ulserasi.
Limfonodus yang membengkak juga mengindikasikan prognosis buruk
untuk tumor mammae (Fossum, 2012). Tumor mammae diklasifikasikan menurut
jaringan asalnya dan sifat keganasannya. Dasar dalam pengklasifikasian tumor
mammae adalah dengan mengamati lesi histologis yang muncul pada tumor.
Berikut ini merupakan klasifikasi tumor mammae berdasarkan ganas dan tidaknya
tumor tersebut.
1. Tumor Jinak
Tumor ini dilasifikasikan menjadi empat jenis yakni : 1. Papilloma, 2.
Adenoma, 3. Fibroadenoma, 4. Benign mixed tumor (Tumor jinak campuran.
Gambaran umum dari ke empat tumor jinak tersebut adalah sebagai berikut:
a. Papilloma
Papilloma merupakan neoplasma pada epitel pipih berlapis. Secara
patologi anatomis papiloma mempunyai bentuk bitnik-bintik kecil.
Papiloma adalah neoplasma yang terdiri atas penjuluran-penjuluran papilla
11
yang biasanya dalam jumlah banyak. Papiloma merupakan bentuk
neoplasma jinak dari epitel. Apabila sel-sel epitel tumbuh dan bertambah,
kelebihannya membentuk penonjolan keluar permukaan. Ketika
penonjolan-penonjolan ini tumbuh menjadi penjuluran papilla, jaringan di
bawahnya akan tumbuh juga bersamanya.
Umumnya papiloma terdapat pada kulit terbungkus oleh epitel pipih
berlapis disertai proses pertandukan, tidak berpigmen dan tanpa adanya
bentuk-bentuk kulit. Papiloma juga dapat terjadi dalam saluran-saluran
berbagai kelenjar, kecuali pertumbuhan papiler dalam sinus lactiferus
bukanlah suatu neoplasma (Berata et al., 2011).
b. Adenoma
Adenoma adalah neoplasma epitel yang bersifat jinak yang membentuk
kelenjar. Adenoma terletak dalam stroma jaringan fibrosa dan bentuk
kelenjar. Bentuknya bisa besar-besar atau kecil-kecil, tubuler atau bundar.
Epitel penutupnya bisa kubis atau silindris. Apabila ada gambaran epitel
menjadi berlapis-lapis, hal ini menunjukan adanya keganasan
(adenokarsinoma). Secara patologi anatomi adenoma terletak seluruhnya
atau sebagian dalam kelenjar dari mana ia tumbuh.
Adenoma secara relatif sering ditemukan dalam kelenjar mammae
anjing dan kelenjar thyroid kuda. Adenoma pada kelenjar mammae dapat
muncul sebagai lobular adenoma dan papillary adenoma. Secara
histopatologi lobular adenoma ditandai dengan sel-sel berbentuk kuboid
atau kolumnar, hiperkromatik, serta proliferasi sel di dalam lumen alveolus
dan duktus. Sedangkan pada papillary adenoma ditandai dengan adanya
bentukan papilla dalam alveolus dan sistem ductus (Berata et al., 2011).
c. Fibroadenoma
Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang berasal dari proliferasi
dari elemen-elemen epithel dan stroma. Ada dua tipe fibroadenoma yaitu
pericanalicular fibroadenoma (epitel yang dikelilingi oleh stroma), dan
intracanalicular fibroadenoma (epitel yang ditekan atau dirusak oleh
stroma). (Baba dan Catoi, 2017).
d. Benign mixed tumor
Benign mixed tumor atau tumor jinak campuran yang secara morfologi
mirip dengan komponen epitel (luminal dan myoepitel) dan sel mesenkim
yang memproduksi jaringan tulang rawan, tulang, dan adiposa (Ibid).
2. Tumor ganas
Tumor ini diklasifikasikan menjadi 11 jenis yakni: 1. Adenocarcinoma, 2.
Papillary adenocarcinoma, 3. Solid carcinoma, 4. Spindle cell carcinoma, 5.
Anaplastic carcinoma, 6. Mucinius carcinoma, 7. Malignant myoepithelioma, 8.
Malignant mixed tumor (Tumor ganas campuran), 9. Squamous cell carcinoma,
12
10. Fibrosarcoma, 11. Osteosarcoma. (Misdorp et al., 2009). Gambaran umum
dari masing masing jenis tumor ganas tersebut yaitu :
a. Adenocarcinoma
Adenokarsinoma tampak seperti adenoma dan terdiri atas asini yang
dilapisi epitel dalam stroma jaringan ikat fibrosa. Perbedaan
adenokarsinoma dan adenoma adalah bahwa epitel pada adenokarsinoma
lebih sulit didiferensiasi dan tidak seperti yang normal. Hal ini dapat
dilihat karena adanya proliferasi epitel ke dalam asini. Proliferasi ini
berupa beberapa lapis atau penonjolan papil-papil yang banyak. Perbedaan
utama ialah kekuatan epitel untuk menerobos terlihat bahwa epitel itu
menembus dasar membran dan menginfiltrasi jaringan ikat. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya kerusakan-kerusakan pada jaringan sekitarnya.
Pada neoplasma yang lebih ganas, invasi ini demikian hebat sehingga
sel-sel tidak dapat membentuk kelenjar lagi dan hanya keliatan seperti
masa epitel. Keganasan sebagaimana juga dengan neoplasma yang lain
tampak pada anaplasia dan sel-sel yang tidak dapat didiferensiasi.
Adenokarsinoma tampak lebih besar, bulat dan lebih hiperkromatis dengan
nukleoli yang besar berwarna tua disertai banyak gambaran mitosis
(Berata et al., 2011).
b. Papillary adenocarcinoma
Papillary adenocarcinoma adalah tumor yang berkembang dari
papillary adenoma yang kemudian berubah menjadi tumor ganas. Sel-sel
epitel pada tumor ini berbentuk silindris dan kuboid serta memiliki inti sel
hiperkromatik berukuran besar dengan bentukan bulat atau oval serta
jumlah mitosis yang bervariasi. Sekitar 18 papillary adenocarcinoma
berkembang dari lobus mammae dan duktus interlobular.
Papillary adenocarcinoma biasanya menunjukan struktur multiple
ductus. Pada sebagian atau seluruh bagian lumen berisi papila dengan
jumlah cabang yang banyak dimana cabang-cabang dari papilla tersebut
kemudian akan bersatu kembali (Moulton, 2011).
c. Solid Carcinoma
Tipe tumor yang umum pada anjing dan kemungkinan lebih parah dari
tipe tumor lainnya. Secara mikroskopis terlihat adanya proliferasi sel-sel
epitel dan mioepitel. Sel-sel tumor tumor kecil, inti sel hiperkromatik, dan
indeks mitosis biasanya tinggi. Beberapa solid karsinoma terlihat adanya
sel-sel yang memiliki vakuola sitoplasma yang berasal dari mioepitel.
Jumlah stroma dapat berubah dari sedikit menjadi lebih banyak (Cassali,
2002).
13
d. Spindle Cell Carcinoma
Spindle cell Carcinoma pada anjing sering tampak seperti solid tumor.
Sel-sel karsinoma tersebut berinfiltrasi, dan masuk ke dalam sistem
limfatik. Secara histologi, spindle cell carcinoma mirip dengan
fibrosarkoma. Diagnosa banding antara spindle cell carcinoma dan
fibrosarkoma cukup sulit, namun benang-benang retikulin dapat
diidenfikasi dengan pewarnaan khusus (Baba dan Catoi, 2017).
e. Anaplastic Carcinoma
Pada anaplastic carcinoma tampak infiltrasi-infiltrasi sel neoplasma,
terbentuknya sel-sel pleumorfik berukuran besar, sel-sel nukleus
berbentuk bizarre dengan kromatin. Sel-sel raksasa anaplastic carcinoma
sering dilaporkan terdapat pada tumor mammae anjing dan kucing.
f. Mucinius Carcinoma
Secara mikroskopis, sebagaian besar pada musinius karsinoma
ditemukan sel myoepithel tanpa adanya keterkaitan dengan sekresi mukus.
Musin dapat muncul dari sel-sel epitel sekretori, sel-sel jaringan pengikat,
atau sel-sel mioepitel (Baba dan Catoi, 2017).
g. Malignant Myoepitelioma
Malignant myoepithelioma berbentuk bulat dan oval dengan diameter
hingga 4 cm, konsistensi lunak, kurang memiliki batas, dan sering terlihat
adanya ulserasi. Secara mikroskopis, sel tersusun dalam bentuk bundel
atau spiral, dengan aspek mioid dan tidak berlobular. Sel bervakuolisasi
dan memiliki sitoplasama yang jelas, berderet mengelilingi nukleus, dan
sel-sel nukleus berukuran raksasa kadang-kadang teridentifikasi. Fokus
nekrotik sering terjadi dalam massa tumor (Baba dan Catoi, 2017).
h. Malignant mixed tumor (Tumor campuran ganas)
Tumor campuran ganas terbentuk dari sel-sel seperti epitel (epitel,
mioepitel, atau kedua dari sel tersebut) dan sel-sel dari jaringan pengikat.
Sebesar 30% dari tumor campuran memiliki sel-sel fusi yang berasal dari
selsel mioepitel dan jaringan pengikat (Benazzi, 2015).
i. Squamous Cell Carcinoma
Squamous cell carcinoma adalah karsinoma yang paling sering terjadi
yang ditandai oleh adanya sel-sel epitel bersusun banyak dari mana ia
berasal. Ada tidaknya pertandukan tergantung pada epitel asalnya. Tidak
terdapat pigmentasi dan pembentukan papil-papil ke dalam neoplasmanya.
Pada neoplasma yang cukup terdiferensiasi, urutan dari lapisan-
lapisan tidak tampak dan jaringan ikat di bawahnya yaitu stratum
germynativum basal yang berwarna tua, stratum spinosum dengan sel-sel
yang lebih besar dan pucat, yang pelan-pelan menipis untuk bersatu
dengan stratum corneum. Epitel ini tidak saja terbatas pada permukaan
14
neoplasma sebagaimana pada papilloma, sebaliknya masa epitel ini akan
memasuki masa neoplasma itu. Bidang sayatan terlihat epitel seperti
pulau-pulau yang dikelilingi stroma. Membrana basalis dari epitel akan
berada di tepi dari suatu epitel, sedangkan yang sebenarnya adalah epitel
permukaan akan terdapat ditengah-tengahnya dari masa neoplasma ini.
Neoplasma akan mengalami pertandukan dan ceratohyalin yang berwarna
merah dari stratum korneum. Neoplasma akan berada di tengah-tengah
dari masa epitel dan karena tekanan sel-sel yang tumbuh akan menjadi
sangat padat berbentuk bundar, dan berlamel-lamel (Berata et al., 2011).
j. Fibrosarcoma
Fibrosarkoma adalah neoplasma ganas dari fibroblas dan paling sering
ditemukan pada anjing tua. Tumor jenis ini ditemukan pada anjing yang
berumur rata-rata 8 tahun dan tidak ada perbedaan akibat rasa tau jenis
kelamin. Fibrosarkoma pada anjing sering berlokasi pada kelenjar
mammae, kaki dan gusi. Fibrosarkoma yang terdapat pada sistem
urogenitalis anjing, kuda betina dan sapi sering dikelirukan dengan
leiomiosarkoma pada kelenjar mammae anjing betina. Secara patologi
anatomi fibrosarkoma ukurannya bervariasi, bahkan ada yang bisa sangat
besar. Biasanya berbentuk tidak teratur dan noduler, tidak ada batas yang
jelas dengan jaringan sekitar dan tidak berkapsula. Konsistensinya padat
atau seperti daging dengan adanya bagian yang empuk dan rapuh.
Potongan melintang dari neoplasma ini tampak berlobulasi, homogen,
baur (difusi), putih keabu-abuan dan dapat memperlihatkan adanya
serabut. Warna coklat kemerah-merahan disebabkan karena adanya
perdarahan dan warna kuning karena adanya nekrosis (Berata et al., 2011).
Secara histopatologi struktur dasar fibrosarkoma terdiri atas kelompok
sel-sel fibroblast yang muda dan serabut-serabut kolagen yang berjalan
berputar-putar. Sel-sel neoplasma yang pleomorfik berbentuk spindle
fusiform atau polygonal. Neoplasma yang tidak ada diferensiasi
mempunyai sel-sel raksasa berinti banyak dan sel-sel ber bentuk bizarre
(ganjil), sitoplasma jelas berbeda dari serabut. Intinya berbentuk bundar
atau oval dan hiperkromatis, nukleoli berjumlah 2-5 buah dan umumnya
sangat jelas. Gambaran mitosis tampak sangat tinggi. Pada fibrosarkoma
terdapat banyak vaskularisasi, tetapi pembuluh darah yang terbentuk
sangat jelek sehingga mudah terjadi pendarahan. Nekrosis terjadi akibat
kekurangan darah dari jaringan neoplasma, dan infeksi sekunder yang
disertai edema. Pertumbuhan fibrosarkoma biasanya cepat dan infiltratif
(Berata et al., 2011).
k. Osteosarcoma
Osteosarkoma merupakan salah satu neoplasma pada kelenjar
mammae. Biasanya di dalam neoplasma terdapat proliferasi sel-sel
15
berbentuk fusiform dan lonjong, kemudian terlihat adanya “pulau-pulau”
tumor yang disertai bentukan osteoid dan tulang, indeks mitosis tinggi,
metastasis dapat berlangsung melalui darah ke paru-paru (Goldsmith et al.,
2011).
2.5. Anjing Chow-Chow
Chow-Chow adalah salah satu ras anjing tertua di dunia yang berasal dari
Tiongkok. Ciri-ciri utama dari anjing ini adalah bulunya tebal dan
lembut, mulut dan lidah berwarna hitam, serta kaki belakang yang tidak bengkok
sehingga membuat anjing ini berlari dengan kaku. Anjing ini memiliki
penampakan fisik yang mirip seperti singa kecil atau beruang (Both, 2013).
Sejarah anjing ini dimulai sekitar 2000 tahun yang lalu. Anjing jenis
Chow-Chow digunakan untuk menarik kereta luncur, menarik gerobak, membawa
beban, menggiring ternak, atau menjaga barang. Selain itu, sebagian
masyarakat Tionghoa kuno juga memelihara Chow-Chow sebagai bahan makanan
dan bahan pakaian. Anjing ini memiliki karakter yang jinak, sopan, serius,
dan loyal terhadap majikannya. Chow-Chow juga termasuk salah satu anjing
yang sensitif terhadap panas (Ibid).
Gambar 4. Anjing Chow-Chow (Sumber : anjingkita.com, 2018)
2.6. Penanganan Tumor Mammae
Pertimbangan untuk terapi tumor glandula mammae pada anjing antara
lain pembedahan, kemoterapi, radiasi, immunoterapi, terapi hormonal dan
diet. Tindakan pembedahan dan pengangkatan glandula mammae (mastectomy)
masih merupakan pilihan terapi terbaik. Tindakan pembedahan dan pengangkatan
kelenjar mammae (mastectomy) masih merupakan pilihan terapi terbaik. Pada
operasi mastectomy, penyayatan tumor dilakukan secara elip melingkari tumornya,
dipreparasi dari jaringan sekitar, kemudian tumor diambil (Benazzi, 2015).
Operasi mastektomi dilakukan setelah hewan dibius dengan kombinasi
Xylazine HCI 2 % dengan dosis 2mg per kg bobot badan dengan ketamine HCI
dengan doses 35mg per kg bobot badan, diaplikasikan secara intra muscular. Hal
lain yang dipertimbangkan adalah seberapa banyak kanker telah menyebar,
pengangkatan massa atau sisa jaringan mammae dan limponodus yang mongering
(Ibid).
16
Pada operasi mastectomy dilakukan penyayatan tumor secara elips
melingkari tumornya, dilakukan pemisahan jaringan tumor dengan jaringan
disekitarnya dengan preparasi tumpul maupun tajam, kemudian kulit dan jaringan
tumor diangkat. Pembuluh darah yang terpotong diligasi dan yang kecil dijepit
dengan hemostat (arteri clamps). Hal terakhir yang dilakukan adalah penjahitan
dengan cat gut ukuran 4/0 untuk jaringan dalam dan kulit dengan menggunakan
benang silk ukuran 3/0 dengan pola jahitan krusiate (Berata et al., 2011).
17
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Materi
3.1.1. Alat
Alat yang dibutuhkan antara lain, handle scalpel dan blade, gunting
lurus, gunting bengkok, needle holder, pinset anatomis, pinset cirrurgis,
seperangkat hemostatic forceps, allis forceps, duk klem, termometer, stetoskop,
stopwatch, spoit, mosquito klem, gunting tajam tumpul, gunting tajam tajam,
tali restraint, handuk, surgery lamp, dan wadah buat alat bedah.
3.1.2. Bahan
Bahan lain yang digunakan adalah air sabun, alkohol 70%, betadine,
Athropine sulfate 0,025% dosis 0,04 mg/kg BB subcutan (SC), Ketamine HCl
10% dosis 15 mg/kg BB intramuscular (IM), Xylasine 2% dosis 2 mg/kg BB
intramuscular (IM), nebacetine, hematodine, biodine, salep biophlacentone,
Betamox LA, kassa steril, benang catgut chromic 4/0 dan 3/0, alkohol 70%,
cairan NaCL, tampon, needle, handscoen, dan masker bedah.
3.2. Metode
3.2.1. Persiapan Ruangan
Ruang operasi digunakan sebagai ruangan untuk melakukan
pembedahan. Ruangan dan meja dibersihkan dengan desinfektan. Alat dan
bahan untuk operasi disiapkan.
3.2.2. Persiapan Alat
Alat bedah untuk tindakan operasi yang telah dicuci dimasukkan ke
dalam autoclave untuk disterilkan. Setelah alat disterilisasi, alat dipindahkan ke
meja operasi dan siap untuk digunakan.
3.2.3. Persiapan Hewan
Sebelum operasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
kondisi tubuh hewan secara umum. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah
hewan memenuhi syarat operasi atau tidak. Bila hewan dinyatakan memenuhi
syarat, maka operasi dapat dilaksanakan. Setelah itu, persiapkan daerah operasi
pada hewan. Hal yang dilakukan sebelum operasi adalah peneguhan diagnosis
dan mengevaluasi tingkat metastasis tumor mammae yang dapat dilakukan
dengan cara radiografi atau USG daerah abdomen, Tes darah lengkap dan
urinalisis, Evaluasi limfonodus regional dengan dipalpasi, Biopsi (bila massa
tumor besar dan keras). Pada kasus ini, tim dokter melakukan pemeriksaan
darah lengkap dan pengamatan histopatologi jaringan tumor.
Sebelum di operasi, massa tumor harus di ukur dan tegangan kulit harus
dievaluasi untuk memperkirakan penutupan luka. Jika memungkinkan, insisi
harus dilakukan paralel untuk mempermudah penutupan luka. Ukuran insisi
tergantung dari tipe tumor.
18
Terlebih dahulu diberikan premedikasi Athropine sulphate 0,025% dosis
0,04 mg/kg BB secara sub kutan kemudian induksi anastesi umum diinjeksikan
15 menit setelahnya. Induksi anestesi yang digunakan adalah Ketamin HCl 10%
dosis 15 mg/kg BB secara intramuskuler, dan Xylasin 2% dosis 2 mg/kg BB
secara intramuskuler. Posisi dan pencukuran hewan harus disesuaikan dengan
ukuran insisi dan teknik operasi. Jika prosedur operasi diperkirakan lebih dari 1
jam, maka harus mempersiapkan antibiotik.
3.2.4. Prosedur Kerja
1. Ovariohisterektomi
a. Setelah anjing tersebut di anastesi atau pingsan dengan baik, anjing
tersebut diletakkan diatas meja operasi dengan posisi dorsal
recumbency.
b. Kemudian bersihkan bulu dan semprotkan terlebih dahulu sabun
pada area yang akan dicukur, kemudian cukur di daerah abdomen,
posterior umbilical.
c. Bersihkan dan disinfeksi daerah sekitar dengan menggunakan
betadine.
d. Setelah itu, buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal
dengan panjang kurang lebih 3 - 4 cm. Lapisan pertama yang disayat
adalah kulit kemudian subkutan.
e. Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikit hingga
bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah itu, bagian peritoneum
tersebut dijepit menggunakan pinset kemudian disayat sedikit tepat
pada bagian linnea alba sekitar 2-3 cm dari umbilicus dengan
menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat.
f. Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan
posterior menggunakan gunting tajam-tumpul (bertujuan agar tidak
melukai organ bagian dalam), dengan panjang sesuai dengan sayatan
yang telah dilakukan pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka,
kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium.
g. Pencarian uterus dan ovarium dilakukan dengan menggunakan jari
telunjuk yang dimasukkan ke rongga abdomen. Setelah itu, uterus
ditarik keluar dari rongga abdomen hingga posisinya adalah ekstra
abdominal.
h. Pada bagian ujung tanduk uteri ditemukan ovarium dan dipreparir
hingga posisinya ekstra abdominal. Saat mempreparir, beerapa
bagian yang dipotong diantaranya adalah penggantung uterus
(mesometrium), penggantung tuba falopi (mesosalphinx), dan
penggantung ovarium (mesovarium). Pada saat mempreparir uterus
dan jaringan sekitarnya, dinding uterus tetap dijaga jangan sampai
robek atau rupture.
19
i. Dilakukan penjepitan menggunakan arteri klem pada bagian
penggantung ovarium dan termasuk pembuluh darahnya. Penjepitan
dilakukan menggunakan dua klem arteri yang dijepitkan pada
penggantung tersebut secara bersebelahan.
j. Pada bagian anterior dari klem arteri yang paling depan, dilakukan
pengikatan menggunakan benang silk.
k. Setelah itu, dilakukan pemotongan pada penggantung tersebut
menggunakan gunting pada posisi diantara dua klem arteri tadi.
l. Klem arteri yang menjepit penggantung dan berhubungan dengan
uterus tidak dilepas sedangkan klem arteri yang satunya lagi dilepas
secara perlahan-lahan, sebelumnya pastikan tidak ada perdarahan
lagi.
m. Berikan cairan infus agar organ tidak terlalu kering. Dan lakukan hal
yang sama pada bagian uterus yang disebelahnya. Dilakukan
penjepitan, pengikatan, dan pemotongan dengan cara yang sama.
n. Setelah kedua tanduk uteri beserta ovarium dipreparir, maka
selanjutnya adalah bagian corpus uteri yang dipreparir. Pada bagian
corpus uteri , dilakukan penjepitan menggunakan klem yang agak
besar. Kemudian diligasi dengan penjahitan corpus uteri
menggunakan catgut chromic 3,0. Dilakukan pengikatan dengan kuat
melingkar pada corpus uteri menggunakan benang catgut chromic,
dan pada ikatan terakhir dikaitkan pada corpus uteri agar ikatan
lebih kuat.
o. Setelah itu, dilakukan pemotongan menggunakan scalpel pada
bagian corpus uteri yaitu pada posisi diantara dua klem tadi.
p. Kemudian, uterus dan ovarium dilepas dan diangkat keluar tubuh,
dan jika sudah tidak ada perdarahan, klem yang satunya lagi dapat
dilepas secara perlahan dan sebelum ditutup jangan lupa berikan
antibiotic;
q. Selanjutnya dilakukan teknik penjahitan dengan menuggunakan
catgut chromic 3,0 dilakukan penjahitan aponeurose M. obliqous
abdominis externus dengan menggunakan teknik terputus sederhana
(simple interrupted). Pastikan jahitan tidak melukai atau mengenai
organ didalamnya, gunakan alice forcep untuk membantu penjahitan.
r. Penjahitan terakhir dilakukan pada kulit dengan teknik jahitan simple
interupted menggunakan benang chromic, dan dilanjutkan dengan
jahitan tunggal sederhana menggunakan benang silik.
s. Berikan antibiotik pada bagian dalam organ sedikit demi sedikit
secara merata pada semua bagian.
t. Setelah operasi selesai, desinfeksi jahitan dengan mengusap bagian
jahitan dengan betadine, pada jahitan secara merata dan kemudian
tutup dengan hypavix dan dipasang gurita untuk melindungi jahitan
20
supaya kering, tidak ada kontaminasi dan tidak digigit sehingga
jahitan tidak lepas.
2. Mastektomi
a. Setelah dilakukan ovarioshisterektomi, hewan dipersiapkan untuk
operasi, dianestesi dan diletakkan pada posisi dorsal recumbency.
b. Buatlah insisi berbentuk elips pada kulit disekitar glandula yang
akan diangkat dimulai dari ventral midline
c. Potong jaringan yang antara subkutaneus dan linea
d. Lakukan ligasi atau cauterisasi pada pembuluh darah
e. Potong jaringan subkutaneus lateral sampai fascia abdominalis
externus
f. Pada daerah cranial dari insisi, identifikasi tiap batas antara jaringan
mammary dan glandula yang berdekatan
g. Dengan benang absorbable 2-0 atau 3-0, lakukan ligasi ganda pada
jaringan dan pembuluh darah diantara glandula lalu potong.
h. Dari arah cranial atau medial, lakukan diseksi antara fascia
abdominalis externus. Dari arah caudal, gunakan diseksi tumpul dan
tajam untuk mengangkat glandula mammae dari dinding abdomen.
Lalu ligasi pembuluh darah dan jaringan mammary dan potong.
i. Jika glandula mammae caudalis akan diangkat, lakukan identifikasi
vena dan arteri epigastrikus superfisialis caudal pada daerah
inguinalis. Ligasi dan potong terlebih dahulu sebelum melanjutkan
prosedur mastectomy
j. Setelah semua jaringan tumor di angkat, lakukan pemberian
antibiotic sekitar luka, setelah itu lakukan penjahitan di sekitar otot
dengan metode simple interrupted suture, kemudian lapisan subkutan
dengan metode continuous suture, dan terakhir adalah lapisan kulit
dengan metode simple interrupted suture. Untuk jaringan otot dan
subkutan menggunakan jenis benang absorbable, sedangkan kulit
menggunakan benang silk
k. Hal yang harus diperhatikan selama operasi berjalan adalah
meminimalisir terjadinya kontaminasi alat bedah dan tetap menjaga
kebersihan luka operasi.
3.2.5. Perawatan Pasca Operasi
Jaringan tumor yang diangkat harus dilakukan evaluasi histologi. Pasien
ditempatkan pada kandang yang kering dan bersih. Perawatan hewan setelah
pembedahan perlu diperhatikan. Kelainan setelah pembedahan seperti
perdarahan pada luka bekas sayatan dapat dicegah dengan membuat balutan
tekan. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan dan kondisi luka
bekas sayatan tidak terbuka kembali, luka harus tetap kering dan aerasi yang
cukup, kondisi lingkungan senyaman mungkin bagi pasien, pemberian salep
21
untuk mempercepat regenerasi jaringan dan antibiotik spektrum luas untuk
mencegah infeksi sekunder. Penggunaan Elizabeth collar dapat sangat
membantu mencegah pasien menjilati bekas luka.
Selain terapi, tindakan yang dilakukan untuk mereduksi resiko terjadi
atau berulangnya tumor kelenjar mammae pada anjing betina adalah melalui
ovariohisterektomi (OH).
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Anamnesis
Berdasarkan informasi dari klien Zoo Klinik Makassar yang bernama
Ibu Luly di Jalan Gagak, klien memelihara anjing sekitar 20 ekor, termasuk
jenis anjing Chow-chow. Klien memiliki seekor Peranakan anjing mixed chow
hasil persilangan dengan ras anjing terrier. Pasien ini memiliki kelainan
morfologi dengan inspeksi glandula mammae yang membesar dengan morfologi
yang abnormal dan asimetris terhadap bagian glandula mammae lain.
Permukaan kulit sekitar jaringan tampak mengkilap. Anjing tersebut dicurigai
sebagai suspect tumor. Sebelum dilakukan mastektomi, tim dokter hewan
melakukan pemeriksaan fisik dan uji darah terhadap pasien.
4.1.2. Sinyalemen
Nama : Candy
Jenis Hewan : Anjing (canine)
Ras atau Breed : Mixed chow
Warna bulu dan kulit : Cokelat Putih
Jenis Kelamin : Betina
Berat badan : 24,3 kg
Tanda Khusus : -
4.1.3. Pemeriksaan fisik
Gizi : Pertumbuhan badan baik
Suhu Tubuh : 38,20C
Frekuensi jantung : 135x/menit
Frekuensi nafas : 30x/menit
4.1.4. Temuan klinis
Pemeriksan organ perkemihan dan kelamin (urogenital) terlihat bersih,
daerah sekitar dubur bersih. Glandula mammae bagian medialateral dexter
tampak membesar dengan konsistensi padat dan asimetris terhadap kelenjar
mammae lain. Pasien kadang-kadang terlihat lemas dan pada saat berkativitas,
glandula mammae yang mengalami pembesaran tampak menyentuh tanah yang
menyebabkan munculnya lesi abrasi di sekitar glandula mammae yang kadang-
kadang bergesekan dengan tanah.
23
Gambar 5. Tumor Mammae pada Anjing Mixed Chow
4.1.5. Diagnosis
Diagnosis tumor mammae dapat dikelirukan dengan beberapa kelainan
pada glandula mammae lainnya. Tanda yang sama ditemukan pada limfoma,
tumor sel mast, mammary hyperplasia dan mastitis. Oleh karena itu, perlu
dilakukan biopsi dan pemeriksaan histopatologi jaringan untuk identifikasi
tumor.
Gambaran X-ray juga diperlukan untuk mengidentifikasi adanya
metastasis tumor di paru-paru, hati dan ginjal. Metastasis tumor ke organ lain
dapat terjadi karena adanya koneksi limfatik diantara rangkaian glandula
mammae kanan dan kiri. Namun, pada kasus ini, peneguhan diagniosis
dilakukan dengan hanya menggunakan uji darah dan histopatologi saja.
Umumnya, kelenjar di daerah kranial (glandula mammae 1, 2 dan 3)
terdapat saluran menuju lymphonodus axillaris, sedangkan kelenjar di daerah
kaudal (glandula mammae 4 dan 5) menuju lymphonodus inguinalis, dan
diantara kelenjar tersebut terdapat saluran berbeda menuju salah satu atau kedua
limfonodus. Hubungan flexiform tersebut dapat membantu menjelaskan
bagaimana terjadinya metastasis limfatik tumor melalui pembuluh limfe menuju
organ lain. Tumor glandula mammae tidak dapat bermetastasis ke glandula
mammae atau limfonodus yang berdekatan melalui limfatik, karena tidak
ditemukan hubungan interkelenjar limfatik diantaranya.
Tabel 1. Hasil Tes Darah Pasien Tumor pada Anjing Mixed Chow
Parameter Hasil Uji Satuan Interpretasi
HEMATOLOGI
WBC 34 10^3/uL 5-14.1 H
LYM # 5.3 10^3/uL 0.4-2.9 H
MID # 1.3 10^3/uL 0-1.8
GRA # 27.4 10^3/uL 4-12.6 H
Lym % 17.1 % 8-21
Mid % 4.1 % 2-9
24
Gra % 78.8 % 60-83
RBC 3.63 10^6/uL 5.5-8.5 L
HGB 5.2 g/dL 11.9-18.9 L
MCHC 21.7 g/dL 32-36.2 L
MCH 14 Pg 21-26.2 L
MCV 64.7 FL 66-77 L
RDW-CV 15.6 % 11-15.5 H
RDW-SD 41.4 fL 35-58
HCT 23.5 % 37-55 L
PLT 184 10^3/uL 211-621 L
HMPV 8.8 fL 6.1-10.1
PDW 10.9 fL 10-18
PCT 0.162 % 0.1-0.5
P-LCR 35.2 % 13-43
Selain pemeriksaan darah lengkap, tim dokter hewan Zoo Klinik
Makassar juga melakukan pembuatan slide preparat histopat di Balai Besar
Veteriner Maros dan dilanjutkan pembacaan slide untuk pengamatan
histopatologi di Maros Vet Clinic. Berikut adalah hasil pemeriksaan
histopatologi :
Fibrin pada seluruh folikel (Pembesaran 25x, Pewarnaan HE)
A
25
Terdapat fibrin pada lumen berisi sel necrotic (Pembesaran 50x, Pewarnaan HE)
Sel banyak mengalami nekrosis dan mengarah ke tumor; Terdapat akumulasi sel radang
dalam jumlah banyak (Pembesaran 200x, Pewarnaan HE)
Gambar 6. Diagnosis : s/ Fibriosarcoma Mammae;
4.1.6. Penanganan dan pengobatan
Tindakan yang dilakukan untuk menangani kasus tumor mammae adalah
dengan operasi pengangkatan tumor dengan metode simple mastectomy dengan
pemberian pre anastesi athropin dilanjutkan dengan pemberian anestesi umum
kombinasi ketamine-xylazine. Operasi utama yang dilakukan adalah
pengangkatan tumor. Selain itu dilakukan ovariohisterektomi untuk kontrol
hormon reproduksi. Post operasi dilanjutkan dengan pemberian antibiotik
spekterum luas dan antiinflamasi.
B
C
26
Gambar 7. Ovariohisterektomi pada Pasien Tumor Mammae
Gambar 8. Simple Mastektomi pada Pasien Tumor Mammae
4.2. Pembahasan
Penanganan terhadap Tumor mammae pada anjing jenis mixed chow dilakukan
pada hari Sabtu, 5 September 2020 di Zoo Klinik Makassar. Operasi berlangsung
selama dua jam, sekitar pukul 15.00–17.00 WITA. Berdasarkan anamnesis yang
diperoleh dari klien, pembesaran kelenjar mammae pada pasien sudah mulai kelihatan
tiga bulan terakhir sejak bulan Juni 2020. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan
bahwa pasien kurang aktif dibandingkan anjing peliharaan lain yang dimiliki oleh
klien.
Lokasi pembesaran kelenjar mammae pada pasien yaitu di sekitar puting
kedua daerah pectoral sebelah kanan. Pembentukan tumor mammae pada pasien
belum diketahui penyebabnya secara pasti. Berdasarkan informasi yang diperoleh
dari Tobias, Karen M tahun 2010 melalui tulisannya “Manual of Small Animal
Soft Tissue Surgery”, tumor umumnya terjadi pada anjing betina yang masih
bereproduksi dan berumur antara 5-10 tahun, namun ± 80 % kasus didiagnosa
pada anjing berusia lebih dari 7 tahun sedangkan pasien dengan kasus tumor
mammae berumur 7 tahun. Faktor resiko kejadian tumor tinggi pada anjing yang
masih aktif bereproduksi. Menurut beberapa peneliti diduga berhubungan dengan
produksi dan aktivitas hormon estrogen dan progesteron. Hormon tersebut
berperan dalam inisiasi awal terbentuknya tumor dan berperan dalam
27
perkembangan tumor selanjutnya. Tanda klinis yang terlihat biasanya adalah
adanya pertumbuhan massa yang perlahan, single atau multiple. Kurang lebih 50
% kejadian adalah multiple tumor. Berdasarkan informasi dari klien, pasien
sudah 3 kali bunting dan selalu ada hasilnya selalu ada anak yang mati setiap
kelahiran. Hal ini digolongkan sebagai kasus abortus yang disebabkan karena
berbagai faktor, baik infeksi maupun noninfeksi termasuk peranan sistem
hormone reproduksi. Tumor mammae biasanya diindikasi saat terdeteksi massa
selama pemeriksaan fisik. Lama waktu dimana massa sudah berada di situ
biasanya tidak diketahui, namun tingkat pertumbuhan bisa saja berguna dalam
menentukan prognosis. Palpasi nodus limfatikus regional dapat membantu
menentukan persebaran. Pada saat di palpasi, terjadi pembesaran limfonodus di
daerah axillaris.
Pada kasus ini, hal yang pertama dilakukan sebelum mastektomi adalah
ovariohisterektomi. ovariohisterektomi yang selanjutnya disingkat OH merupakan
istilah kedokteran yang terdiri dari ovariektomi dan histerektomi. Ovariektomi
adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan ovarium dari
rongga abdomen. Sedangkan histerektomi adalah tindakan mengamputasi,
mengeluarkan dan menghilangkan uterus dari rongga abdomen. Pengertian OH
merupakan gabungan dari pengetian diatas yaitu tindakan pengambilan ovarium,
corpus uteri dan cornua uteri.
Pemilihan tindakan OH untuk mencegah terjadinya tumor merupakan
salah satu pilihan bijak terhadap kelangsungan hidup pasien. Hormon estrogen
yang diproduksi di ovarium selama ini dikenal sebagai pemicu tumor mammae
Estrogen yang memiliki reseptor pada sel mammae dengan bakat tumor bisa
membuat sel membelah lebih cepat. Semakin cepat pembelahan, kemungkinan sel
tumbuh abnormal dan menjadi bibit kanker semakin besar. Sehingga stimulasi
estrogen yang terus-menerus membuat sel tumor tumbuh dan berkembang.
Hormon progesteron yang juga dihasilkan oleh ovarium sehingga mempercepat
proses pertumbuhan sel. Oleh karena itu, pengangkatan ovarium dilakukan agar
siklus estrus terhenti dengan demikian estrogen dan progesteron pun tak lagi
diproduksi. Sehingga pertumbuhan sel tumor mammae juga terhenti.
Sebelum dilakukan OH dan mastektomi, hewan yang telah dipersiapkan
diletakkan diatas meja operasi dan di-restrain. Tim dokter hewan melakukan
anastesi terlebih dahulu. Anastesi umum dilakukan untuk menghilangkan
kesadaran hewan, menghilangkan rasa sakit, memudahkan pelaksanaan operasi
dan menjaga keselamatan operator maupun hewan itu sendiri. Pembiusan
anestetikum harus memperhatikan ukuran relatif hewan, umur hewan, dan kondisi
fisik. Xylazine mempunyai daya kerja sebagai hipnotikum, anoksia, analgesia,
muscle relaxan berpengaruh terhadap sistem cardiovascular. Sedangkan ketamin
merupakan golongan anestetikum disosiatif, mempunyai margin of safety yang
cukup luas, menekan fungsi respirasi, menyebabkan adanya refleks menelan.
Pemberian obat anestesi diberikan secara intra muscular (IM).
28
Penggunaan kombinasi ketamine dan xylazine ini harus hati-hati karena
memberikan efek samping seperti meningkatkan cardiac output, tachycardia,
hipotensi, hipersalivasi, meningkatkan kontraksi dan konvulsi otot pada anjing
serta mengakibatkan defisiensi hati dan ginjal. Oleh karena itu, pemeriksaan
hewan sebelum dilakukan operasi sangat penting untuk memastikan hewan benar-
benar dalam keadaan sehat. Namun pemberian kombinasi dari kedua anastesi ini
juga bertujuan untuk mencegah vomitus. Untuk mengurangi efek dari anestetikum
ini sebaiknya diberikan medikasi preanestesi yaitu dengan menggunakan atrophin
sulfat.
Atrophine sulphate merupakan anti kolinergik yang kerjanya memblokir
kerja asetilkolin pada terminal-terminal ganglion dan syaraf otonom, mengurangi
kerja kelenjar saliva dan bronchial, serta meningkatkan kerja jantung. Tujuan
medikasi preanestetik adalah untuk mengurangi jumlah anestetikum umum yang
diperlukan dan meningkatkan batas keamanan, mengurangi rasa takut,
menenangkan pasien, mengurangi sekresi kelenjar saliva dan kelenjar selaput
lendir saluran pernafasan, mengurangi pergerakan lambung dan usus serta
mencegah muntah ketika pasien dalam keadaan tidak sadar, menghambat refleks
vaso-vagal sehingga mencegah perlambatan dan henti denyut jantung,
mengurangi rasa sakit, rontaan dan rintihan selama masa pemulihan. Pre anastesi
digunakan cairan Athropine Sulphate 0,025 %. Volume Athropine sulphate yang
diinjeksikan adalah sebagai berikut :
Volume = dosis x berat badan = 0,04 mg/kg x 24,3 kg
Konsentrasi 0,025%
= 0,04 mg/kg x 24,3 kg = 3.8 cc
0,25 mg
Jadi volume Athropine sulphate yang diinjeksikan adalah sebanyak 3.8 cc
secara subkutan. Efek utama dari Athropine sulphate ini yang dikehendaki adalah
untuk menurunkan tonus parasimpatik, karena reflek parasimpatik tersebut
berbahaya dan kadang dapat menyebabkan kematian (berhentinya jantung)
(Tennant, 2012). Anestesi umum dengan memberikan Ketamin dosis 10% dan
Xilacyin dosis 0,2 %. Volume Ketamine (konsentrasi 10% dan dosis 15 mg/kg)
yang diberikan adalah:
Volume Ketamine = dosis x berat badan = 15 mg/kg x 24,3 kg
Konsentrasi 100 mg
= 3.64 cc
Volume Xylacine (konsentrasi 2% dan dosis 2 mg/kg) yang diberikan
bersama Ketamin, yang disuntikkan secara intramuskuler, adalah sebagai berikut :
Volume Xylacine = dosis x berat badan = 2 mg/kg x 24.3 kg
Konsentrasi 2%
2 mg/kg x 24.3 kg = 2.43 cc
20 mg
29
Sebelum obat anestesi diberikan pasien diberikan obat antibiotik berupa
Betamox dengan sediaan dosis 15 mg/kg BB dan konsentrasi 150 mg/ml,
sehingga dosis yang diinjeksikan adalah (15 mg/kg x 24.3 kg)/150 mg/ml = 2.43
ml dengan rute pemberian secara IM. Setelah dianestesi hewan akan menunjukkan
gejala-gejala memasuki stadium-stadium anestesi, yaitu : Stadium pertama, pasien
masih sadar tetapi dalam keadaan analgesia dan amnesia. Stadium kedua, pasien
tidak sadar, tetapi dapat bereaksi tidak tentu dan biasanya menunjukkan pola
pernafasan tidak teratur. Stadium ketiga, menghasilkan keadaan operasi optimal
dengan pernafasan yang cukup baik dan hemodinamis yang stabil. Tapi pada
bagian yang lebih dalam, baik pernafasan maupun sirkulasi menunjukkan tanda-
tanda menurun. Stadium keempat, terjadi kolaps kardiovaskuler dan kegagalan
pernafasan (Sabiston, 2016).
Setelah dilakukan operasi OH sesuai dengan prosedur di bab metode, hal
selanjutnya yang dilakukan adalah operasi mastektomi. Jenis mastektomi yang
dilakukan adalah mastektomi sederhana (simple mastectomy). Mastektomi
sederhana adalah pengangkatan glandula mammae tunggal, termasuk puting dan
kulit diatas glandula mammae. Masteketomi sederhana adalah pilihan yang tepat
bila jaringan tumor berada tepat dibawah puting atau bergabung dengan kulit
diatasnya. Teknik ini tidak dapat digunakan bila jaringan tumor berada di bawah
rectus fascia. Tim dokter hewan melakukan pengangkatan semua jaringan sampai
batas rectus fascia untuk memastikan semua glandula mammae terangkat. Hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan mastektomi yaitu jarak jaringan yang
dihilangkan karena akan berpengaruh saat penjahitan, semakin besar jarak kedua
sisi jaringan yang dihilangkan maka tinggi tingkat kesulitan operasi.
Beberapa kasus pasca operasi mastektomi pada hewan menyebabkan
keterbatasan gerak hewan, sehingga hal seperti ini harus menjadi pertimbangan
dokter. Hal lain yang harus diperhatikan saat proses operasi berlangsung adalah
berhati-hati dalam melakukan insisi untuk meminimalisir pendarahan yang terjadi.
Selain itu, kebersihan alat bedah dan lingkungan operasi harus diperhatikan.
Kasus infeksi pasca operasi sangat rentang terjadi karena kebersihan kurang
diperhatikan. Penggunaan antiseptik dan antibiotik harus sering dilakukan selama
proses pembedahan berlangsung.
Setelah dilakukan operasi, hewan ditempatkan pada kandang kering dan
bersih, dengan alas yang bersih. 10 menit setelah operasi hewan terlihat sudah
mulai sadar. Pakan yang diberikan adalah pakan yang mengandung nilai gizi
tinggi untuk proses penyembuhan luka pasca operasi. Kebutuhan makronutrisi
seperti protein, kerbohidrat dan lemak serta mineral, vitamin dan air harus
diperhatikan. Kondisi luka jahitan pasca operasi juga harus diperhatikan.
Pemasangan collar agar pasien tidak menjilati daerah pasca operasi dan tidak
terlihat adanya kelainan pada daerah di sekitar luka operasi setelah beberapa hari
pasca operas. Pemberian obat antibiotik yaitu Amoxicillin dan antiinflamasi yaitu
meloxicam diberikan setelah operasi.
30
Berikut tata laksana obat amoxicillin dan meloxicam yang diberikan pada
anjing Mixed Chow yang telah menjalani mastektomi sederhana :
Tabel 2. Jenis Pengobatan Pasien Tumor Mammae
Nama Betamox LA
Mekanisme kerja
Penisilin bekerja dengan menghambat pembentukan
dinding sel bakteri, dengan menghambat penggabungan
asam N-asetilmuramat non esensial ke dalam struktur
mukopeptida yang biasanya membuat sel menjadi kaku
dan kuat. Ketika dinding sel tidak terbentuk sempurna,
terjadi gradient tekanan CIS dan CES sehingga terjadi
proses difusi dan akhirnya sel mengalami lisis.
Indikasi
Amoksisilin memiliki efek antimikroba yang baik
terhadap mikroorganisme seperti Haemophilus
influenzae, Eschericia coli, dan Proteus mirabilis.
Biasanya obat ini diberikan bersamaan dengan senyawa
inhibitor beta-laktamase seperti klavulanat atau
salbaktam untuk mencegah hidrolisis oleh beta-
laktamase spektrum luas yang ditemukan pada bakteri
gram negatif (Brunton et al., 2008).
Dosis 0.1 mg/kg BB
Frekuensi LA
Rute Injeksi
Nama Meloxicam
Mekanisme
kerja
Meloxicam merupakan salah satu obat dari
golongan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang
mekanisme kerjanya menghambat enzim
siklooksigenase 2 (COX-2). Bioavailabilitas meloxicam
sekitar 89% memiliki lipofilitas tinggi sehingga
absorpsi dan disolusinya terbatas akibatnya onset dari
obat lambat. Efek samping meloxicam pada
gastrointestinal lebih rendah dibandingkan dengan
31
golongan AINS non selektif lainnya. Hal ini
dikarenakan hambatan meloxicam terhadap COX-2
lebih dominan dibanding hambatan COX-1, sedangkan
efek samping pada gastrointestinal maupun ginjal
dikarenakan adanya hambatan terhadap COX-1
(Sweetman, 2009).
Indikasi
Meloxicam digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
dan inflamasi dari beberapa penyakit misalnya: arthritis
rheumatoid, osteoartritis, dan spondilitisankilosa.
Dosis 0.1-0.2 mg/kg BB
Frekuensi q 24 h
Rute PO
Pencegahan dan Edukasi Klien
Beberapa cara untuk mencegah tumor mammae pada hewan
peliharaan antara lain dengan menjaga hewan dari kondisi stress,
memperhatikan naluri dan siklus reproduksi pada hewan, menjaga
kebutuhan nutrisi agar tetap terpenuhi, serta memperhatikan
kebersihan lingkungan. selain itu, klien bisa melakukan check up rutin
terhadap kesehatan hewannya kepada doker heran.
32
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Tumor mammae adalah tumor yang paling sering menyerang anjing
setelah tumor kulit. Tumor mammae biasa berwujud kecil, simple nodul atau
besar. Tumor jinak biasanya tumbuh secara perlahan, lembut dan kecil.
Sedangkan tumor ganas tumbuh secara cepat, bentuk yang tidak teratur dan terikat
pada kulit atau jaringan di dekatnya, pendarahan dan ulserasi. Mastektomi,
lumpektomi dan kemoterapi merupakan penanganan pada kasus tumor mammae.
Selain itu, ovariohisterektomi juga tindakan yang dapat mendukung agar kejadian
tumor mammae tidak terulang kembali. ras anjing chow-chow atau hasil
persilangannya merupakan salah satu jenis anjing yang paling sering terkena
tumor di dunia kedokteran hewan. Tumor umumnya terjadi pada anjing betina
yang masih bereproduksi dan berumur antara 5 – 10 tahun, namun ± 80 % kasus
didiagnosa pada anjing berusia > 7 tahun. Terapi yang dilakukan melibatkan pre
operasi, operasi maupun pasca operasi sangat menentukan prognosis kesembuhan
pasien.
5.2. Saran
Pemilik hewan sebaiknya rutin memeriksakan kondisi hewannya dalam
jangka waktu tertentu. Tindakan ovariohisterektomi merupakan salah satu
tindakan pencegahan dini terhadap kasus tumor mammae yang tentunya
memperhatikan konsep animal welfare. Kebersihan lingkungan dan manajemen
juga harus diperhatikan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Tjarta. 2009. BukuAjar Patologi I (Umum) edisi ke-1. Jakarta: Sagung
Seto.
Andersen, Hanby M. A., Landsdown, R. J. M., dan Speirs, V. 2009. Breast
Cancer Cell Line, Breast Cancer Res., 5 (2), 89-102.
Baba dan Catoi, 2017. Comperative oncology (Bucharets) RO : The Publishing
House of The Romanian Academy.
Bali.Hafez, E.S.E. 2014. Reproduction in farm animals. 6th Ed.Philadelphia: Lea
& Febiger. Part 4: Reproductive Failure.
Benazzi. 2015. High-intensity Raf signal causes cell cycle arrest mediated by
p21Cip1. Mol Cell Biol 17: 5588–5597.
Berata et al. 2011. From latent disseminated cells to overt metastasis: genetic
analysis of systemic breast cancer progression. Proc Natl Acad Sci
USA 100: 7737–7742.
Betteridge KJ and Laing JA. 2011. The diagnosis of pregnancy. In Fertility and
Infertility in the Domestic Animals 2nd edn pp 81–127 Ed. JA Laing.
Baillière, Tindall and Cassell, London.
Bloom. 2014. The Canine Tansmissible Veneral Tumor. Etiology, Pathology
Diagnosis And Treatment. International Veterinary
Both, JT. 2013. Journal of the South African Veterinary Association - Atypical
dermoid sinus in a chow chow dog : case report. Volume 69, Issue 3, Sep
2013 p 12-13.
Bostock, Riomori & Shawn Lily. Breast cancer. USA: Merck. Diakses melalui :
http://www.merckmanuals.com/professional/gynecologyandobstetrics/brea
stdisorders/breastcancer (Accessed October, 15, 2020).
Brunton et al., Parker, K.L. Blumenthal, D. Boxton, I., 2008, General Principle.
2008 Ed. Goodman and gilman’s manual of pharmacology and
therapeutics. California: McGraww-Hill, hal 1-25.
Budras, Browse NL, Stewart G. 2013. Lymphedema: pathophysiology and
classification. Surgery; 26: 91–106.
Cassali, 2002) Principles of Surgical Technique. The Art of Surgery2nd edition.
Munich : Baltimore.
Donald, MC Gregor, Abrham Stain, Linda Latswochki. 2013. Malignant Tumor of
the Breast; in Cancer Principal and Practice Oncology.
Feldman, E.C. dan Nelson, R.W. 2009. Canine and Feline Endrocrinology and
Reproduction. USA : Elseiver Health Science.
Fossum, T.W. 2012. Small Animal Surgery Second Edition. C.V. Mosby. St
Louis
Glenda Stovall , 2013. Interactions between Ras and Raf: key regulatory proteins
in cellular transformation. Mol Reprod Dev 42: 493–499.
34
Goldsmith et al., 2011. Basal cell carcinoma. N Engl J Med; 353: 2262-9.
Gunanti S, Bambang PP, Ietje W, dan Ros S. 2009. Pengobatan penyakit tumor
mammae melalui operasi (mastektomi dan ovario histerektomi) dan
kombinasinya (tanaman herbal) pada hewan. J. Ilmu Pert. Indonesia 14
(1): 6-14. Information Service, Ithaca NY (www.ivis.com)
Junaidi, I. 2006. Kanker. Jakarta : PT Buasna Ilmu Populer
Komunitas Penggemar Anjing Ras No. 1 di Indonesia, Terbaik dan Terlengkap.
anjingkita.com, 2018.
Misdorp W. 2009. Canine mammary tumours: Protective effect of late
ovariectomy and stimulating effect of progestins. Vet Quarterly Vol. 10. P.
26–33.
Kumar, Ashwani. 2011. Unilateral Mastectomy for The Management of Chronic
Suppurative Mastitis in A Goat. Indian Journal of Small ruminants. 2012,
18(1): 148-151.
Morris J, Dobson J. 2010. Small Animal Oncology. Oxford: Wiley-Blackwell.
Moulton, Jack.E. 2011. Tumor in Diagnostic Animal. Page : 24-26. Edition,
Revised. University of California Press. Barkeley. Los Angeles. London.
Oliveira C, Pinto M, Duval A, Brennetot C, Domingo E, Espin E et al. 2013. RAF
mutations characterize colon but not gastric cancer with mismatch repair
deficiency. Oncogene 22: 9192–9196.
Puja I K. 2007. Anjing Kintamani Maskot Fauna Kabupaten Bangli. Penerbit
Universitas Udayana.
Sabiston, D. C. 2016, Buku Ajar Bedah, diterjemahkan oleh Petrus Andrianto &
Sorenmo KU. 2011. Mammary gland tumors in cats: risk factors, clinical
presentation, treatments, and outcome [Proceeding]. Jeju, Korea: 36th
World Small Animal Veterinary Congress WSAVA.
Suwiti, Ni Ketut. 2010. Deteksi Histologik Kesembuhan Luka Pada Kulit Pasca
Pemberian Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia Linn), Buletin Veterine
Udayana Volume 2 No.1: 1-9, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Udayana, Bali. hal: 2. repository
Sweetman, 2009. Randomized controlled trial of weight training and lymphedema
in mammary gland cancer survivors. Journal of Clinical Oncology,
24(18), 1-8.
Tennant, Colin. 2012. Buku Pintar Anjing. Jakarta: Gramedia. Timan I.S, 185-
196, Jakarta, EGC.
Tobias, Karen M. 2010. Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery. Singapore:
Willey-Blackwell.
Toelihere, 2009. Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.

More Related Content

Similar to Tugas akhir hartarto akhmad

Similar to Tugas akhir hartarto akhmad (20)

Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
JURNAL RACHEL.pdf
JURNAL RACHEL.pdfJURNAL RACHEL.pdf
JURNAL RACHEL.pdf
 
Pengobatan alternatif penyakit mioma
Pengobatan alternatif penyakit miomaPengobatan alternatif penyakit mioma
Pengobatan alternatif penyakit mioma
 
Makalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan cobaMakalah penanganan hewan coba
Makalah penanganan hewan coba
 
Mastitis_110035.pptx
Mastitis_110035.pptxMastitis_110035.pptx
Mastitis_110035.pptx
 
Bab i bab ii
Bab i bab iiBab i bab ii
Bab i bab ii
 
new potensi fraksi antikanker ulva fasciata
new potensi fraksi antikanker ulva fasciatanew potensi fraksi antikanker ulva fasciata
new potensi fraksi antikanker ulva fasciata
 
L.pptx
L.pptxL.pptx
L.pptx
 
Makalah kanker genitalia
Makalah kanker genitaliaMakalah kanker genitalia
Makalah kanker genitalia
 
Askepcamammaev xcb x
Askepcamammaev xcb xAskepcamammaev xcb x
Askepcamammaev xcb x
 
Tugas fix kep.anak intervensi kemotherapi
Tugas fix kep.anak intervensi kemotherapiTugas fix kep.anak intervensi kemotherapi
Tugas fix kep.anak intervensi kemotherapi
 
Ca mammae
Ca mammaeCa mammae
Ca mammae
 
Askep cista ovarium
Askep cista ovariumAskep cista ovarium
Askep cista ovarium
 
STUDI KASUS MIOMA UTERI
STUDI KASUS MIOMA UTERISTUDI KASUS MIOMA UTERI
STUDI KASUS MIOMA UTERI
 
Asuhan keperawatan kanker kulit
Asuhan keperawatan kanker kulitAsuhan keperawatan kanker kulit
Asuhan keperawatan kanker kulit
 
Asuhan keperawatan kanker kulit
Asuhan keperawatan kanker kulitAsuhan keperawatan kanker kulit
Asuhan keperawatan kanker kulit
 
Tumor ganas genitalia
Tumor ganas genitaliaTumor ganas genitalia
Tumor ganas genitalia
 
Breast Cancer. Kanker Payudara. Description, Type, etc
Breast Cancer. Kanker Payudara. Description, Type, etcBreast Cancer. Kanker Payudara. Description, Type, etc
Breast Cancer. Kanker Payudara. Description, Type, etc
 
Kimia dalam kesehatan versi 2016
Kimia dalam kesehatan versi 2016Kimia dalam kesehatan versi 2016
Kimia dalam kesehatan versi 2016
 
1838.pdf
1838.pdf1838.pdf
1838.pdf
 

Recently uploaded

PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxwijayanti1974
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPeniMSaptoargo2
 
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntasCytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntascytotec sabah
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitPutriKemala3
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3NadhifahRahmawati
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTRiskaViandini1
 
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdfnendaayuwandari
 
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023AthoinNashir
 
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptxPPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptxDianLestariDian
 
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxTata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxseptimanzebua
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxSimon Samsudin
 
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxAsuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxIrfanNersMaulana
 
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptxCRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptxalfareese93
 
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptxDavyPratikto1
 
Konsep Pastien Savety dalam pelayanan kesehatan
Konsep Pastien Savety dalam pelayanan kesehatanKonsep Pastien Savety dalam pelayanan kesehatan
Konsep Pastien Savety dalam pelayanan kesehatanIrfanNersMaulana
 
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024PUTRA ADI IRAWAN
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungHalo Docter
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxTULUSHADI
 
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptxPresentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptxYesicaAprilliaPutriA
 

Recently uploaded (20)

PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
 
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntasCytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
Cytotec di Sabah: Solusi dan Pertimbangan Penting obat aborsiterbukti tuntas
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
 
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
 
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptxPPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
PPT PENYULUHAN GIZI SEIMBANG BALITA.pptx
 
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxTata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxAsuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
 
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptxCRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
 
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
 
Konsep Pastien Savety dalam pelayanan kesehatan
Konsep Pastien Savety dalam pelayanan kesehatanKonsep Pastien Savety dalam pelayanan kesehatan
Konsep Pastien Savety dalam pelayanan kesehatan
 
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
Bahan Ajar Mata Kuliah Urinalisis Edisi Tahun 2024
 
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
Cara Menggugurkan Kandungan usia kehamilan 2 bulan +6287776558899
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptxPresentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
Presentation3 kelas ibu hamil p tm pertama.pptx
 

Tugas akhir hartarto akhmad

  • 1. PENANGANAN KASUS TUMOR MAMMAE PADA RAS ANJING MIXED CHOW DI ZOO KLINIK MAKASSAR TUGAS AKHIR HARTARTO AKHMAD, S.KH C024191005 PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2020
  • 2. ii PENANGANAN KASUS TUMOR MAMMAE PADA RAS ANJING MIXED CHOW DI ZOO KLINIK MAKASSAR Tugas Akhir Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Dokter Hewan Disusun dan Diajukan oleh: HARTARTO AKHMAD, S.KH C024191005 PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2020
  • 3. iii
  • 4. iv PERNYATAAN KEASLIAN 1. Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Hartarto Akhmad, S.KH Nim : C024191005 Jurusan / Program Studi : Program Profesi Dokter Hewan Fakultas : Kedokteran a. Karya Tugas Akhir saya adalah asli. b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari tugas akhir ini tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya. Makassar, September 2020 Hartarto Akhmad, S.KH
  • 5. v KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir dokter hewan yang berjudul “Penanganan Kasus Tumor Mammae pada Ras Anjing Mixed Chow di Zoo Klinik Makassar”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alahi Wassallam yang telah mengajari manusia sampai akhir hayatnya dan membawa manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti saat ini. Shalawat juga penulis haturkan kepada keluarga Rasulullah, Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut, Tabi’ut tabi’in dan seluruh umat islam yang senantiasa berada di jalan islam. Rasa terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh anggota keluarga tercinta atas segala dukungan dan doa selama penulis menuntut ilmu. Ucapan terima kasih penulis kepada Dr. Drh. Dwi Kesuma Sari AP.Vet., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak ilmu dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir sebagai syarat kelulusan coassistensi dokter hewan. Penulis juga mengucapkan rasa terima kasih kepada Drh. Magfira Satya Apada, M.Sc selaku ketua Program Pendidikan Profesi Dokter Hewan (PPDH) Universitas Hasanuddin, Zoo Klinik Makassar, Balai Besar Veteriner Maros, Maros Vet Clinic dan seluruh staf pengajar yang telah berupaya sebaik mungkin untuk kemajuan PPDH Unhas serta memberi banyak bekal ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis. Terima kasih kepada seluruh teman-teman yang saya cintai di PPDH karena telah mengukirkan banyak kesan, pengalaman, bantuan, pelajaran dan tentunya kenangan indah selama proses coassistensi yang telah penulis jalani. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan kesuksesan kepada kita semua. Aamiin. Penulis menyadari bahwa penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu saran maupun kritikan yang bersifat membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan sebagai bahan acuan untuk perbaikan selanjutnya. Makassar, September 2020 Hartarto Akhmad, S.KH
  • 6. vi ABSTRAK Hartarto Akhmad, S.KH. C024191005. berjudul “Penanganan Kasus Tumor Mammae pada Ras Anjing Mixed Chow di Zoo Klinik Makassar”. Dibimbing oleh Dr. drh. Dwi Kesuma Sari AP.Vet Tumor merupakan masalah yang biasa terjadi pada berbagai jenis anjing, termasuk anjing chow-chow dan peranakannya. Penyakit ini merupakan penyakit degeneratif akibat dari sel kelenjar mammae membelah dan tumbuh tanpa kendali. Tanda klinis yang terlihat biasanya adalah adanya pertumbuhan massa yang perlahan, single atau multiple. Penanganan pasien tumor mammae pada anjing mixed chow di Zoo Klinik Makassar menggunakan metode ovariohisterectomi dan simple mastectomy. Premedikasi Athropine sulphate 0,025% dosis 0,04 mg/kg BB secara subkutan, anestesi Ketamine HCl 10% dosis 15 mg/kg BB dan Xylasine 2% dosis 2 mg/kg BB secara intramuskuler. Selain itu dilanjutkan dengan terapi supportif berupa pemberian Betamox LA, Meloxicam, dan memperhatikan manajemen pasca operasi seperti pemberian pakan dan wound management pasca operasi. Kata kunci : Tumor Mammae, Anjing Mixed Chow, Ovariohysterectomi, …………………. Mastectomi
  • 7. vii ABSTRACT Hartarto Akhmad, S.KH. C024191005. entitled "Management of Mammae Tumor Cases in Mixed Chow Dog Breeds at Makassar Zoo Clinic". Guided by Dr. drh. Dwi Kesuma Sari AP.Vet Tumors are a common problem in many types of dogs, including chow-chows and their breeds. This disease is a degenerative diseases resulting from mammary gland cells dividing and growing without control. The clinical signs that are seen are usually the presence of a slow mass growth, single or multiple. Treatment of mammary tumor patients in mixed chow dogs at the Makassar Zoo Clinic used the ovariohysterectomy and simple mastectomy methods. Premedication of 0.025% Athropine sulphate with dose 0.04 mg / kg BW subcutaneous rute, 10% anesthetic Ketamine HCl dose of 15 mg / kg BW and Xylasine 2% dose 2 mg / kg BW intramuscular rute. In addition, it is continued with supportive therapy in the form of giving Betamox LA, Meloxicam, and more attention to post operative management such as feeding and post operative wound management. Keyword: Mammary Tumor, Mixed Chow Dog, Ovariohysterectomi, ………………Mastectomi
  • 8. viii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL i HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR iii PERNYATAAN KEASLIAN iv KATA PENGANTAR v ABSTRAK vi DAFTAR ISI viii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR TABEL ix BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 3 1.3. Tujuan Penulisan 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1. Anatomi Fisiologi Reproduksi Anjing Betina 4 2.2. Pubertas (Dewasa Kelamin) 7 2.3. Kelenjar Mammae 8 2.4. Tumor Mammae 9 2.5. Anjing Chow-Chow 15 2.6. Penanganan Tumor Mammae 16 BAB III. METODE PENULISAN 17 3.1. Materi 17 3.2. Metode 17 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4.1. Hasil 22 4.2. Pembahasan 26 BAB V. PENUTUP 32 5.1. Kesimpulan 32 5.2. Saran 32 DAFTAR PUSTAKA 33
  • 9. ix DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Alat kelamin Betina 7 Gambar 2. Kelenjar Mammae pada Anjing 8 Gambar 3. Tumor Mammae pada Anjing 9 Gambar 4. Anjing Chow-Chow 15 Gambar 5. Tumor Mammae pada Anjing Mixed Chow 23 Gambar 6. Diagnosis Fibriosarcoma Mammae 25 Gambar 7. Ovariohisterektomi pada Pasien Tumor Mammae 26 Gambar 8. Simple Mastektomi pada Pasien Tumor Mammae 26 DAFTAR TABEL Tabel 1. Hasil Tes Darah Pasien Tumor pada Anjing Mixed Chow 23 Tabel 2. Jenis PengobatanPasien Tumor Mammae 30
  • 10. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anjing merupakan hewan peliharaan yang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Anjing biasa digunakan sebagai penjaga rumah, hewan gembalaan, hewan pelacak, hewan percobaan, maupun hewan kesayangan. Anjing rentan terhadap berbagai penyakit, mulai dari yang ringan hingga penyakit berbahaya. Penyakit yang muncul dapat disebabkan banyak faktor, antara lain kurangnya pemeliharaan kesehatan hewan dari segi nutrisi ataupun lingkungan, adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh, reaksi tubuh terhadap penyakit termasuk kondisi klinis tubuh. Selain itu, anjing juga dapat mengalami kelainan yang bisa mengurangi nilai estetika seperti fracture, cacat bawaan hingga tumor. Tumor merupakan masalah yang biasa terjadi pada hewan kecil termasuk anjing. Tumor identik dengan neoplasma yang merupakan kumpulan sel yang abnormal, terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh tidak terkontrol serta bersifat merugikan bagi penderitanya. Tumor dapat berkembang menjadi kanker. Studi secara epidemiologi mengenai kejadian kanker pada hewan kecil telah banyak dilakukan. Hasil studi atau kajian post mortem pada 2.000 anjing di Amerika menunjukkan bahwa 23% penyebab kematian anjing adalah kanker yang awalnya dari tumor namun tidak ditangani dengan baik, sehingga secara tidak langsung kejadian tumor pada anjing harus diwaspadai (Morris dan Dobson, 2010).Tumor adalah pertumbuhan abnormal dan tidak terkontrol dari jaringan yang mengalami transformasi di dalam tubuh inang (Gunanti et al, 2009). Tumor mammae umumnya jarang terjadi pada anjing dan kucing, namun jika terjadi dapat berakibat fatal karena tumor mammae bersifat malignant dan merusak jaringan secara agresif (Sorenmo 2011). Secara garis besar, tumor dapat dibagi menjadi dua yaitu tumor ganas dan tumor tidak ganas. Kejadian tumor ganas pada individu sangat mengancam kelangsungan hidupnya, contohnya pada kasus hemangiosarcoma pada limpa anjing. Sedangkan tumor tidak ganas, bisa menyebabkan kematian bila tumor tersebut menghalangi atau menganggu fungsi tubuh yang penting, tetapi pada dasarnya tumor ini tidak secara langsung menyebabkan kematian, contohnya tumor papilloma pada anjing. Untuk pemberian nama tumor, didasarkan pada nama organ/jaringan , jenis jaringan (epitel atau bukan epitel), dan keganasan tumor (jinak atau ganas). Contohnya : Tumor Jinak (Osteoma, mioma, fibroma, melanoma, papilloma, adenoma). Tumor Ganas (Osteosarcoma, Miosarcoma, Fibrosarcoma, Melanosarcoma, Carsinoma, Adenocarsinoma) (Gunanti et al, 2009). Semua hewan yang termasuk mamalia mempunyai kelenjar mammae. Kejadian tumor pada beberapa jenis jaringan anjing atau kucing sering terjadi. Salah satu diantaranya adalah tumor kelenjar mammae. Penyebab dari timbulnya
  • 11. 2 tumor belum diketahui secara pasti. Tumor kelenjar mammae pada anjing mempunyai reseptor untuk hormon betina (estrogen dan progesteron). Hormon- hormon tersebut memacu pertumbuhan tumor. Faktor resiko yang terlibat dalam perkembangan kanker pada anjing betina namun cara mengecek yang sering digunakan ialah kadar dan durasi paparan estrogen endogen maupun eksogen. Sebagai contoh: gangguan estrus, nuliparitas, atau menopause yang terlambat pada hewan, akan meningkatkan paparan seumur hidup terhadap estrogen. Selain itu, obesitas pada anjing dan kucing akan meningkatkan kadar estrogen pasca menopause. Estrogen yang dihasilkan oleh jaringan adiposa pasca menopause yang obesitas akan mengonversi androgen menjadi estrogen. Selain itu, kasus tumor kelenjar mammae tidak dijumpai pada anjing dan kucing yang telah diangkat indung telur (ovarium) dan kandungannya pada umur yang sangat muda karena organ reproduksi tersebut berperan penting dalam pembentukan dan sekresi hormon reproduksi. Sebaliknya, pemberian hormon progesteron untuk mencegah kehamilan atau untuk pengobatan yang lain, meningkatkan resiko timbulnya tumor (Sorenmo 2011). Tumor kelenjar mammae merupakan penyakit degeneratif akibat dari sel- sel kelenjar mammae membelah dan tumbuh tanpa kendali. Kasus tumor kelenjar mammae telah ditemukan secara signifikan pada anjing ras maupun lokal. Saat ini, tumor kelenjar mammae merupakan 50% dari seluruh kasus tumor yang menimpa anjing betina (Oliveira et al., 2013). Angka kejadian ini jauh lebih tinggi dari pada angka kejadian tumor kelenjar mammae pada hewan betina domestik lainnya. Tumor kelenjar mammae pada anjing diklasifikasikan sebagai sel tumor epitel, mesenkim dan campuran (Morris, 2010). Secara histopatologi, nukleus tampak membesar karena sitoplasma berkurang, nukleus hiperkromatis karena bertambahnya nukleoprotein, nukleus lebih besar dibandingkan ukuran normal. Tampak pula mitosis dengan berbagai tingkat (profase, metafase, anafase, telofase) bahkan nampak mitosis abnormal yaitu mitosis multisentrik misalnya tripolar atau bentuk lainnya (Tjarta, 2009). Tingkat keganasan tumor (grading) berafiliasi dengan kemampuannya untuk bermetastasis. Setiap tumor memiliki kemampuan metastatis yang berbeda. Dasar yang digunakan untuk menentukan tingkat keganasan dengan melihat derajat diferensiasi, kelainan-kelainan nukleus dan banyaknya mitosis. Anjing adalah mamalia yang mengalami domestikasi dari serigala sejak 15.000 tahun yang lalu, bahkan kemungkinan sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA. Anjing telah berkembang menjadi ratusan ras dengan berbagai macam variasi. Warna rambut serta jenis rambut anjing bisa beraneka ragam. Rambut anjing bisa lurus Siberian husky dan malamute alaskan atau keriting seperti toy poodle, dan bertekstur kasar hingga lembut seperti yang dimiliki ras anjing golden retriever dan chow-chow. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat gaya hidup manusia juga semakin berkembang. Kegiatan memelihara hewan seperti anjing
  • 12. 3 dan kucing oleh masyarakat saat ini sudah sering dijumpai, terlebih di kota besar seperti Makassar. Hal tersebut mendorong pembangunan dan perkembangan klinik dan dokter hewan di kota Makassar. Zoo Klinik Makassar merupakan salah satu klinik hewan yang didirikan pada tahun 2012 dan memiliki cukup banyak pasien hewan setiap harinya. Beberapa waktu yang lalu, Zoo Klinik Makassar kedatangan pasien anjing ras mixed chow dengan kasus temuan benjolan besar di kelenjar mammae, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat kasus tersebut sebagai tugas akhir koassistensi Program Profesi Dokter Hewan Universitas Hasanuddin. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada karya tulis ini, yaitu bagaimanakah penanganan kasus tumor kelenjar mammae pada anjing Peranakan mixed chow di Zoo Klinik Makassar ? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan informasi mengenai penanganan dan tindakan terhadap kasus tumor mammae pada anjing Peranakan mixed chow di Zoo Klinik Makassar.
  • 13. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Fisiologi Reproduksi Anjing Betina Secara anatomi, alat kelamin betina dapat dibagi menjadi tiga bagian besar (Hafez, 2014): 1. Ovarium, merupakan organ reproduksi primer yang menghasilkan sel-sel kelamin betina yang biasa disebut ova atau te1ur dan hormon-hormon betina 2. Saluran-saluran reproduksi yang terbagi menjadi tuba fallopii atau oviduct, uterus, cervix dan vagina 3. Alat kelamin bagian luar, terdiri atas sinus urogenitalis, vulva dan clitoris. Fungsi organ reproduksi sekunder (saluran-saluran reproduksi dan alat-alat kelamin bagian luar) adalah menerima dan menyalurkan sel-sel kelarnin jantan dan betina; menyediakan lingkungan, memberi makan dan melahirkan individu baru yang terbentuk. Selain itu masih ada kelenjar susu yang dapat dianggap sebagai alat kelamin pelengkap karena sangat erat berhubungan dengan proses reproduksi dan sangat penting fungsinya dalam pemberian makanan bagi individu yang baru lahir. Organ reproduksi anjing betina hampir sama dengan mamalia lain yaitu meliputi Ovarium, tuba falopii (tuba uterina atau oviduct), uterus, servik, vagina dan vulva (Toelihere, 2009). 1. Ovarium Ovarium anjing relatif kecil, kurang lebih 1,5 x 0,7 x 0,5 cm pada anjing dengan berat 12 kg, berlokasi di bagian dorsal dari rongga perut, di sebelah caudal dari ginjal kurang lebih pada tingkat ketiga atau keempat dari vertebrae lumbalis. Jumlahnya sepasang dan digantung oleh mesovarium yang berisi saraf dan suplai darah yang berasal dari artery ovaria dan dari anastomosis arteri uterina. Setiap ovarium diselimuti oleh lemak dan dikelilingi oleh bursa yang terbuka sepanjang 0,2 – 1,8 cm dan mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai alat eksokrin yang menghasilkan ovum atau sel telur dan sebagai alat endokrin yang mensekresikan hormon kelamin betina yaitu estrogen dan progesteron. Ovarium anjing berbentuk oval dan pipih, berukuran lebih kurang dua sentimeter dan bergantung pada fase siklus birahi. Berat ovarium anjing berkisar antara 1 sampai 8 gram. Ovarium terdiri dari medulla dan cortex, dikelilingi oleh epitel. Pada medulla terdapat pembuluh darah dan syaraf, sedangkan cortex merupakan tempat pembentukan ovum dan hormon. Ovarium dapat mengandung struktur- struktur komponen yang berbeda pada tingkat perkembangannya. Sel-sel gamet akan tumbuh dan berkembang dalam mencapai kematangannya berturut-turut folikel primer, sekunder, tertier dan folicle de graaf. Bantuan hormon estrogen yang cukup yang disekresikan oleh sel theca interna, folicle de graaf ini akan
  • 14. 5 pecah, sehingga keluarlah ovum dari Ovarium. Peristiwa ini disebut ovulasi. Ovarium anjing yang baru lahir diperkirakan mengandung 700.000 buah oocyte. Kemudian jumlah ini menurun menjadi 250.000 pada saat pubertas, 33.000 pada usia lima tahun dan hanya 500 buah pada anjing yang berusia 10 tahun. Hal ini disebabkan oleh kegagalan folikel menjadi matang, tidak berovulasi dan malah berdegenerasi. Jumlah folicle de graaf yang terbentuk pada satu siklus berahi tergantung pada hereditas dan faktor-faktor lingkungan. Pada anjing 3-15 folicle de Graaf matang pada setiap estrus. Setelah ovulasi rongga folikel diisi oleh darah dan limfa membentuk corpus haemorrhagicum, dan untuk kemudian berubah menjadi corpus luteum. Corpus luteum anjing mempunyai bentuk agak membulat dengan diameter dua sampai lima milimeter. Jika terjadi fertilisasi, corpus luteum ini akan terus berfungsi untuk mempertahankan kebuntingan. Sedangkan jika fertilisasi tidak terjadi, corpus luteum tetap akan berfungsi sampai akhir masa estrus. 2. Tuba Fallopii Tuba fallopii atau oviduct merupakan saluran kelamin yang paling anterior, mempunyai hubungan anatomik yang intim dengan ovarium dan menggantung pada mesosalphinx. Terbagi atas infudibullum dengan fimbraenya, ampulla dan isthmus. Ovum yang dihasilkan dari proses ovulasi akan disapu ke dalam ujung fimbrae. Kapasitasi, fertilisasi dan pembelahan embrio terjadi di dalam tuba fallopii ini. Pengangkutan sperma ke tempat fertilisasi dan pengangkutan ovum ke uterus untuk perkembangan selanjutnya diatur oleh kerja dari kontraksi muskuler yang dikoordinir oleh hormon-hormon ovarial, estrogen dan progesteron (Toelihere, 2009). 3. Tuba Uterina dan Uterus Tuba uterina panjangnya 4-10 cm dan diameternya 1-2 mm, tampak seperti saluran yang terbuka pada akhir ovarium dan diameternya mengecil ke arah uterus. Cornu utery berbentuk elips pada potongan melintang, panjang dan menyempit dan bergabung di kaudal membentuk corpus utery (Junaidi, 2006). Tipe uterus anjing adalah duplex, yang terdiri dari dua Cornua utery masing-masing dengan saluran vagina. Ukuran dan berat dari uterus meningkat sewaktu anjing menginjak dewasa dan memasuki proestrus dan estrus, mencapai ukuran maksimal selama awal metestrus kemudian menurun sewaktu mulainya anestrus, meskipun tidak kembali ke ukuran anjing dewasa. Ketebalan dan lebar mencapai maksimal 7-9 minggu sesudah mulainya estrus (Ibid). Uterus adalah suatu saluran muskuler yang diperlukan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi, nutrisi dan perlindungan fetus. Selain itu juga berfungsi pada stadium permulaan ekspulsi fetus pada waktu kelahiran. Uterus terdiri dari cornua, corpus dan cervix uteri. Anjing mempunyai uterus yang tergolong dalam tipe bicornua subsepticus atau bipartitus, dengan cornua yang cukup panjang 10-14 cm dan corpus 1,4-2 cm. Cornua yang panjang ini
  • 15. 6 merupakan penyesuaian anatomik dengan produksi anak yang banyak. Cervix uteri adalah otot sphincter yang terletak diantara uterus dan vagina dengan panjang sekitar 1,5-2 cm, dan pada anjing mempunyai bentuk lumen yang tidak teratur. Fungsi utama cervix adalah sebagai penutup lumen uterus, sehingga mengurangi kesempatan masuknya jasad renik (Ibid). 4. Serviks Serviks berbentuk oval memisahkan uterus dan vagina. Vagina memanjang dari servik ke selaput dara (hymen) dan vestibula memanjang ke vulva. Ciri utama dari servik adalah tidak dapat dijangkau lewat vagina karena vaginanya yang sangat panjang. Pada anjing yang tidak estrus dan belum pernah bunting, saluran servik bagian kaudal membuka ke arah bawah, ke arah dinding kranial vagina. Servik tetap tertutup pada anjing normal kecuali selama siklus estrus dan parturisi (Toelihere, 2009). 5. Vagina Vagina adalah organ kelamin betina dengan struktur selubung muskuler yang terdiri dari bagian vestibulum dan portio vaginalis. Bagian vestibulum yaitu bagian yang berhubungan dengan vulva (vagina anterior) yang panjangnya 5-10 cm. Sedangkan bagian portio vaginalis cervicis yaitu bagian yang berhubungan dengan cervix. Diantara kedua bagian ini terdapat selaput tipis yang disebut hymen, yang karena tipisnya akan robek dan hilang sewaktu hewan mencapai umur dewasa. Pada hewan betina normal dan tidak bunting, epitel mukosa vagina secara periodik berubah atas pengaruh hormone yang disekresikan Ovarium. Sehingga pada anjing, perubahan histologis epitel vagina sangat baik untuk menentukan periode siklus reproduksi (Mc Donald, 2013). Vagina anjing sangat panjang, diukur berdasarkan panjang total dari vulva ke servik, termasuk vestibula. Pada anjing dengan berat 12 kg panjangnya mencapai 10-14 cm. Vestibula dan vagina meningkat lebarnya selama siklus estrus,dan saluran genital menjadi tegang dan bengkak (Andersen, 2009). Pada fase proestrus dan anestrus servik dan vagina membesar, menebal dan oedematus, dan ketebalan myometrium meningkat. Pada fase anestrus servik dan vagina dalam keadaan pasif (Junaidi, 2006). 6. Vulva dan Alat Kelamin Luar Alat kelamin bagian luar terbagi atas vestibulum, vulva dan klitoris. Vestibulum memiliki beberapa otot sirkuler atau seperti spinkter yang menutupi saluran kelamin terhadap dunia luar. Sewaktu kopulasi terjadi, otot-otot pada vestibulum ini berkontraksi, dan ini merupakan salah satu unsur untuk terjadinya proses terkait pada anjing. Pada anak anjing, vulva adalah organ yang relatif kecil yang dihiasi oleh berkas rambut sampai mendekati pubertas. Mulai membesar selama periode prepubertal (4-8 bulan) dan setelah memasuki estrus pertama bentuk sudah sama seperti dewasa (Junaidi, 2006).
  • 16. 7 Gambar 1. Alat Kelamin Betina (Betteridge,2011) 2.2. Pubertas (Dewasa Kelamin) Pubertas (dewasa kelamin) adalah suatu periode dalam kehidupan makhluk jantan dan betina, dimana organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi. Pada hewan jantan pubertas ditandai oleh kesanggupan berkopulasi dan menghasilkan sperma disertai perubahan-perubahan kelamin sekunder lainnya. Pada hewan betina, pubertas ditandai dengan terjadinya berahi dan ovulasi. Anjing mencapai saat pubertas pada umur 7-9 bulan dengan variasi 6-18 bulan dan lebih dulu terjadi pada anjing bangsa kecil dibanding bangsa besar. Biasanya, anjing mencapai saat pubertas dalam dua sampai tiga bulan setelah tercapai berat badan dewasa, dan pubertas lebih dulu terjadi beberapa minggu pada hewan betina. Namun demikian pubertas sangat bergantung pada lingkungan, dimana anjing yang hidup bebas (free roaming animals) mencapai dewasa kelamin lebih cepat dibanding anjing yang di kandangkan (kenneled animals) (Mc Donald, 2013). Berbagai faktor dapat mempengaruhi permulaan pubertas. Anjing yang hidup bebas dan anjing domestik yang dapat berkelana dengan bebas secara seksual lebih awal mencapai pubertas daripada anjing yang di kennel. Perbedaan dalam pertumbuhan tidak terjadi pada anjing, tetapi interval diantara estrus secara gradual diperpanjang dengan meningkatnya umur. Anjing tua yang masih estrus, fertilitasnya mungkin tidak terkena efek yang serius, dan siklus estrus telah dilaporkan berlanjut secara teratur hingga umur 20 tahun (Junaidi, 2006). Pubertas atau siklus estrus pertama pada anjing betina dicapai paling awal pada usia 6 bulan pada anjing ras dengan ukuran tubuh kecil. Siklus estrus anjing terdiri dari proestrus, estrus, metestrus dan anestrus (Blendinger, 2009). Durasi proestrus rata-rata 9 hari. Durasi estrus adalah sama dengan proestrus, kurang lebih 9 hari (dengan kisaran 4-12 hari). Durasi metestrus 130-140. Rata-rata durasi anestrus berlangsung selama 4 hingga 5 bulan. Pubertas dicapai paling awal pada usia 6 bulan pada anjing ras dengan ukuran tubuh kecil, dan paling lama pada usia 2 tahun pada anjing ras dengan ukuran tubuh yang lebih besar. Rata-rata dapat diperkirakan siklus estrus pertama kali muncul antara umur 6 hingga 12 bulan. Pada umumnya, anjing yang lebih tua mempunyai siklus estrus yang lebih tidak teratur daripada anjing yang lebih muda. Menurut Feldman and
  • 17. 8 Nelson (2009), umur ideal anjing betina kawin antara 2-6 tahun. Kawin pertama direkomendasikan saat estrus kedua atau ketiga, sesudah pemilik mengetahui, paling tidak satu kali siklus ovarium normal (Junaidi, 2006). 2.3. Kelenjar Mammae Secara anatomi kelenjar mammae anjing biasanya terdiri atas lima kelenjar beserta putingnya masing-masing di kedua sisi kanan dan sisi kiri yang terletak pada bagian kranial kaudal thoracs, kranial kaudal abdomen, dan pada bagian inguinal. Pada siklus estrus pertama akan banyak dijumpai sel-sel lemak (deposit lemak) pada kelenjar mammae. Pada masa non laktasi, kelenjar dan jaringan adiposa sedikit berkembang sehingga tidak terlalu tampak adanya pembesaran kelenjar mammae (Budras, 2013). Pada masa kebuntingan terjadi peningkatan pembentukan lument dan perkembangan alveoli yang diakhiri dengan pembentukan saluran kelenjar mammae. Selama periode laktasi, alveoli berperan dalam menyekresikan air susu dan selama itu pula akan terjadi perkembangan ductus lactiferus, sinus lactiferus dan ductus papillary. Dari alveoli air susu akan bermuara melalui sinus lactiferus dan duktus lactiferus, sinus lactiferus ini akan menjulur ke daerah ductus papillary dan berakhir sampai papilla mammae. Setelah masa laktasi bagian dari sistem duktus khususnya alveoli kelenjar akan berfungsi. Gambar 2. Kelenjar Mammae pada Anjing (Kumar, 2011) Menurut Suwiti et al., (2010) kelenjar mammae merupakan kelenjar tubuloalveolar majemuk berkembang dari lapisan bawah epidermis, banyak dijumpai sel-sel lemak serta terdapat lobulus dengan batas yang tidak begitu jelas. Lobulus ini berisi antara lain alveolus, ductus lactiferous, dengan epitel kubis selapis (cuboid simplex). Kelenjar mammae terdiri dari sel-sel yang selalu membelah untuk menghasilkan susu, terutama selama masa laktasi. Parenkim atau sel yang akan mensekresikan susu dari kelenjar mammae berkembang (proliferasi) dari sel epitelial yang berasal dari primary mammary cord. Perkembangan kelenjar mammae juga dipengaruhi oleh hormon. Hormon yang berhubungan dengan perkembangan kelenjar mammae antara lain hormon esterogen yang dihasilkan oleh ovarium dan uterus (Stovall , 2013).
  • 18. 9 2.4. Tumor Mammae Neoplasma merupakan kumpulan sel yang terbentuk secara abnormal yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak berkoordinasi dengan sel di sekitarnya dan tidak ada manfaatnya bagi tubuh. Neoplasia ataupun neoplasma sering disebut dengan tumor. Sebagaimana definisi tumor pada peradangan, maka tumor pada neoplasma juga berarti pembengkakan. Tetapi tidak semua pembengkakan adalah tumor. Banyak kebengkakan misalnya : abses, radang kronis, benjolan parasit, dan nekrosa lemak intra abdominal bukan termasuk tumor. Sebaliknya tumor akan terus bertambah karena pertambahan sel-sel baru (Berata et al.,2011). Anjing merupakan salah satu hewan yang sering terkena tumor. Tumor mammae adalah tumor yang paling sering menyerang anjing setelah tumor kulit, sering terjadi pada anjing betina yang belum di sterilisasi. Tumor mammae biasa berwujud kecil, simple nodule atau besar, agresif, dan pertumbuhan luar biasa. Apabila di deteksi secara dini dan sempurna maka semua jenis tumor mammae dapat diobati. Tumor mammae pada anjing dapat terjadi dikarenakan pengaruh hormon, begitu juga dengan resiko peningkatan sel tumor yang dapat terjadi setelah siklus estrus. Sel tumor mammae, baik jinak atau ganas memiliki reseptor estrogen dan progesteron. Hormon ini akan menginduksi terjadinya hipertrofi pada parenkim mammae setelah siklus estrus (Moulton, 2011). Gambar 3. Tumor mammae pada Anjing (Tobias, 2010) Tingginya pembentukan tumor pada kelenjar mammae berhubungan dengan bertambahnya volume kelenjar mammae serta sekresi selama periode laktasi. Jika sebelum siklus pertama resiko munculnya tumor adalah sebesar 0,5 % maka pada siklus pertama resiko munculnya tumor akan naik mencapai 8 % dan lebih dari 26 % setelah siklus estrus kedua atau pada estrus selanjutnya. Pada anjing , sekitar 40 % dari keseluruhan tumor mammae yang terletak pada kelenjar susu bagian inguinal dan muncul segera setelah estrus (Bostock, 2015). Kejadian tumor mammae pada anjing memiliki persentasi lebih tinggi jika dibandingkan dengan hewan domestik lainnya dan tiga kali lebih beresiko daripada manusia, Anjing yang belum di steril juga memiliki resiko terkena tumor mammae tujuh kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan anjing yang telah disteril. Selain itu tumor mammae juga memiliki kemampuan untuk bermetastasis ke jaringan atau organ tubuh lainnya. Faktor endokrin memiliki pengaruh dalam
  • 19. 10 proses terjadinya tumor, hal ini dikarenakan pengaruh hormon sehingga menyebabkan perubahan struktur dan fungsi dalam kelenjar mammae (Rezia et al., 2009). Gambaran klinis tumor mammae muncul dalam bentuk nodul tunggal atau ganda pada parenkim, bentuknya bervariasi dan kerap ditemukan pada setiap kelenjar, baik tumor jinak maupun ganas sehingga menyulitkan dalam membedakan tipe tumor. Namun demikian terjadinya pertumbuhan yang cepat, invasi jaringan lokal dan ulserasi merupakan karakteristik dari tumor malignant. Sekitar 2/3 dari tumor mammae ditemukan pada kelenjar empat dan lima, sehingga akan memungkinkan parenkim lebih banyak pada tingkat ini Tumor mammae merupakan kasus tertinggi kedua yang paling sering terjadi pada anjing setelah tumor kulit Dari 53 % neoplasama, 41% diantaranya bersifat malignant (Baba dan Catoi, 2017). Menurut Bloom (2014) tumor mammae mewakili 25% sampai 30% dari seluruh jumlah kasus tumor yang terjadi pada anjing. Dari hasil observasi yang dilakukan pada 6.754 tumor pada berbagai organ anjing, 720 diantaranya berhubungan dengan kelenjar mammae. Sangatlah sulit untuk menentukan tipe dari tumor hanya dengan pemeriksaan secara fisik. Pemeriksaan biopsi sangat di perlukan untuk menentukan jenis tumor apakah jinak atau ganas. Tumor biasanya lebih agresif dan tumbuh sangat besar serta menyebar ke organ lain. Pemeriksaan dengan menggunakan sinar X pada bagian dada atau inspeksi pada limfonodus akan lebih membantu dalam menentukan jenis tumor yang menyerang. Faktor- faktor yang mempengaruhi prognosis tumor mammae pada anjing meliputi ukuran tumor. Tumor mammae dengan ukuran kurang dari 3 cm mempunyai kecenderungan prognosis lebih baik di bandingkan tumor yang lebih besar. Tumor mammae yang lebih bebas bergerak dan tanpa ulserasi di kulit lebih mempunyai mempunyai prognosis lebih baik di bandingkan tumor yang melekat di muskulus atau mempunyai ulserasi. Limfonodus yang membengkak juga mengindikasikan prognosis buruk untuk tumor mammae (Fossum, 2012). Tumor mammae diklasifikasikan menurut jaringan asalnya dan sifat keganasannya. Dasar dalam pengklasifikasian tumor mammae adalah dengan mengamati lesi histologis yang muncul pada tumor. Berikut ini merupakan klasifikasi tumor mammae berdasarkan ganas dan tidaknya tumor tersebut. 1. Tumor Jinak Tumor ini dilasifikasikan menjadi empat jenis yakni : 1. Papilloma, 2. Adenoma, 3. Fibroadenoma, 4. Benign mixed tumor (Tumor jinak campuran. Gambaran umum dari ke empat tumor jinak tersebut adalah sebagai berikut: a. Papilloma Papilloma merupakan neoplasma pada epitel pipih berlapis. Secara patologi anatomis papiloma mempunyai bentuk bitnik-bintik kecil. Papiloma adalah neoplasma yang terdiri atas penjuluran-penjuluran papilla
  • 20. 11 yang biasanya dalam jumlah banyak. Papiloma merupakan bentuk neoplasma jinak dari epitel. Apabila sel-sel epitel tumbuh dan bertambah, kelebihannya membentuk penonjolan keluar permukaan. Ketika penonjolan-penonjolan ini tumbuh menjadi penjuluran papilla, jaringan di bawahnya akan tumbuh juga bersamanya. Umumnya papiloma terdapat pada kulit terbungkus oleh epitel pipih berlapis disertai proses pertandukan, tidak berpigmen dan tanpa adanya bentuk-bentuk kulit. Papiloma juga dapat terjadi dalam saluran-saluran berbagai kelenjar, kecuali pertumbuhan papiler dalam sinus lactiferus bukanlah suatu neoplasma (Berata et al., 2011). b. Adenoma Adenoma adalah neoplasma epitel yang bersifat jinak yang membentuk kelenjar. Adenoma terletak dalam stroma jaringan fibrosa dan bentuk kelenjar. Bentuknya bisa besar-besar atau kecil-kecil, tubuler atau bundar. Epitel penutupnya bisa kubis atau silindris. Apabila ada gambaran epitel menjadi berlapis-lapis, hal ini menunjukan adanya keganasan (adenokarsinoma). Secara patologi anatomi adenoma terletak seluruhnya atau sebagian dalam kelenjar dari mana ia tumbuh. Adenoma secara relatif sering ditemukan dalam kelenjar mammae anjing dan kelenjar thyroid kuda. Adenoma pada kelenjar mammae dapat muncul sebagai lobular adenoma dan papillary adenoma. Secara histopatologi lobular adenoma ditandai dengan sel-sel berbentuk kuboid atau kolumnar, hiperkromatik, serta proliferasi sel di dalam lumen alveolus dan duktus. Sedangkan pada papillary adenoma ditandai dengan adanya bentukan papilla dalam alveolus dan sistem ductus (Berata et al., 2011). c. Fibroadenoma Fibroadenoma merupakan tumor jinak yang berasal dari proliferasi dari elemen-elemen epithel dan stroma. Ada dua tipe fibroadenoma yaitu pericanalicular fibroadenoma (epitel yang dikelilingi oleh stroma), dan intracanalicular fibroadenoma (epitel yang ditekan atau dirusak oleh stroma). (Baba dan Catoi, 2017). d. Benign mixed tumor Benign mixed tumor atau tumor jinak campuran yang secara morfologi mirip dengan komponen epitel (luminal dan myoepitel) dan sel mesenkim yang memproduksi jaringan tulang rawan, tulang, dan adiposa (Ibid). 2. Tumor ganas Tumor ini diklasifikasikan menjadi 11 jenis yakni: 1. Adenocarcinoma, 2. Papillary adenocarcinoma, 3. Solid carcinoma, 4. Spindle cell carcinoma, 5. Anaplastic carcinoma, 6. Mucinius carcinoma, 7. Malignant myoepithelioma, 8. Malignant mixed tumor (Tumor ganas campuran), 9. Squamous cell carcinoma,
  • 21. 12 10. Fibrosarcoma, 11. Osteosarcoma. (Misdorp et al., 2009). Gambaran umum dari masing masing jenis tumor ganas tersebut yaitu : a. Adenocarcinoma Adenokarsinoma tampak seperti adenoma dan terdiri atas asini yang dilapisi epitel dalam stroma jaringan ikat fibrosa. Perbedaan adenokarsinoma dan adenoma adalah bahwa epitel pada adenokarsinoma lebih sulit didiferensiasi dan tidak seperti yang normal. Hal ini dapat dilihat karena adanya proliferasi epitel ke dalam asini. Proliferasi ini berupa beberapa lapis atau penonjolan papil-papil yang banyak. Perbedaan utama ialah kekuatan epitel untuk menerobos terlihat bahwa epitel itu menembus dasar membran dan menginfiltrasi jaringan ikat. Keadaan ini menyebabkan terjadinya kerusakan-kerusakan pada jaringan sekitarnya. Pada neoplasma yang lebih ganas, invasi ini demikian hebat sehingga sel-sel tidak dapat membentuk kelenjar lagi dan hanya keliatan seperti masa epitel. Keganasan sebagaimana juga dengan neoplasma yang lain tampak pada anaplasia dan sel-sel yang tidak dapat didiferensiasi. Adenokarsinoma tampak lebih besar, bulat dan lebih hiperkromatis dengan nukleoli yang besar berwarna tua disertai banyak gambaran mitosis (Berata et al., 2011). b. Papillary adenocarcinoma Papillary adenocarcinoma adalah tumor yang berkembang dari papillary adenoma yang kemudian berubah menjadi tumor ganas. Sel-sel epitel pada tumor ini berbentuk silindris dan kuboid serta memiliki inti sel hiperkromatik berukuran besar dengan bentukan bulat atau oval serta jumlah mitosis yang bervariasi. Sekitar 18 papillary adenocarcinoma berkembang dari lobus mammae dan duktus interlobular. Papillary adenocarcinoma biasanya menunjukan struktur multiple ductus. Pada sebagian atau seluruh bagian lumen berisi papila dengan jumlah cabang yang banyak dimana cabang-cabang dari papilla tersebut kemudian akan bersatu kembali (Moulton, 2011). c. Solid Carcinoma Tipe tumor yang umum pada anjing dan kemungkinan lebih parah dari tipe tumor lainnya. Secara mikroskopis terlihat adanya proliferasi sel-sel epitel dan mioepitel. Sel-sel tumor tumor kecil, inti sel hiperkromatik, dan indeks mitosis biasanya tinggi. Beberapa solid karsinoma terlihat adanya sel-sel yang memiliki vakuola sitoplasma yang berasal dari mioepitel. Jumlah stroma dapat berubah dari sedikit menjadi lebih banyak (Cassali, 2002).
  • 22. 13 d. Spindle Cell Carcinoma Spindle cell Carcinoma pada anjing sering tampak seperti solid tumor. Sel-sel karsinoma tersebut berinfiltrasi, dan masuk ke dalam sistem limfatik. Secara histologi, spindle cell carcinoma mirip dengan fibrosarkoma. Diagnosa banding antara spindle cell carcinoma dan fibrosarkoma cukup sulit, namun benang-benang retikulin dapat diidenfikasi dengan pewarnaan khusus (Baba dan Catoi, 2017). e. Anaplastic Carcinoma Pada anaplastic carcinoma tampak infiltrasi-infiltrasi sel neoplasma, terbentuknya sel-sel pleumorfik berukuran besar, sel-sel nukleus berbentuk bizarre dengan kromatin. Sel-sel raksasa anaplastic carcinoma sering dilaporkan terdapat pada tumor mammae anjing dan kucing. f. Mucinius Carcinoma Secara mikroskopis, sebagaian besar pada musinius karsinoma ditemukan sel myoepithel tanpa adanya keterkaitan dengan sekresi mukus. Musin dapat muncul dari sel-sel epitel sekretori, sel-sel jaringan pengikat, atau sel-sel mioepitel (Baba dan Catoi, 2017). g. Malignant Myoepitelioma Malignant myoepithelioma berbentuk bulat dan oval dengan diameter hingga 4 cm, konsistensi lunak, kurang memiliki batas, dan sering terlihat adanya ulserasi. Secara mikroskopis, sel tersusun dalam bentuk bundel atau spiral, dengan aspek mioid dan tidak berlobular. Sel bervakuolisasi dan memiliki sitoplasama yang jelas, berderet mengelilingi nukleus, dan sel-sel nukleus berukuran raksasa kadang-kadang teridentifikasi. Fokus nekrotik sering terjadi dalam massa tumor (Baba dan Catoi, 2017). h. Malignant mixed tumor (Tumor campuran ganas) Tumor campuran ganas terbentuk dari sel-sel seperti epitel (epitel, mioepitel, atau kedua dari sel tersebut) dan sel-sel dari jaringan pengikat. Sebesar 30% dari tumor campuran memiliki sel-sel fusi yang berasal dari selsel mioepitel dan jaringan pengikat (Benazzi, 2015). i. Squamous Cell Carcinoma Squamous cell carcinoma adalah karsinoma yang paling sering terjadi yang ditandai oleh adanya sel-sel epitel bersusun banyak dari mana ia berasal. Ada tidaknya pertandukan tergantung pada epitel asalnya. Tidak terdapat pigmentasi dan pembentukan papil-papil ke dalam neoplasmanya. Pada neoplasma yang cukup terdiferensiasi, urutan dari lapisan- lapisan tidak tampak dan jaringan ikat di bawahnya yaitu stratum germynativum basal yang berwarna tua, stratum spinosum dengan sel-sel yang lebih besar dan pucat, yang pelan-pelan menipis untuk bersatu dengan stratum corneum. Epitel ini tidak saja terbatas pada permukaan
  • 23. 14 neoplasma sebagaimana pada papilloma, sebaliknya masa epitel ini akan memasuki masa neoplasma itu. Bidang sayatan terlihat epitel seperti pulau-pulau yang dikelilingi stroma. Membrana basalis dari epitel akan berada di tepi dari suatu epitel, sedangkan yang sebenarnya adalah epitel permukaan akan terdapat ditengah-tengahnya dari masa neoplasma ini. Neoplasma akan mengalami pertandukan dan ceratohyalin yang berwarna merah dari stratum korneum. Neoplasma akan berada di tengah-tengah dari masa epitel dan karena tekanan sel-sel yang tumbuh akan menjadi sangat padat berbentuk bundar, dan berlamel-lamel (Berata et al., 2011). j. Fibrosarcoma Fibrosarkoma adalah neoplasma ganas dari fibroblas dan paling sering ditemukan pada anjing tua. Tumor jenis ini ditemukan pada anjing yang berumur rata-rata 8 tahun dan tidak ada perbedaan akibat rasa tau jenis kelamin. Fibrosarkoma pada anjing sering berlokasi pada kelenjar mammae, kaki dan gusi. Fibrosarkoma yang terdapat pada sistem urogenitalis anjing, kuda betina dan sapi sering dikelirukan dengan leiomiosarkoma pada kelenjar mammae anjing betina. Secara patologi anatomi fibrosarkoma ukurannya bervariasi, bahkan ada yang bisa sangat besar. Biasanya berbentuk tidak teratur dan noduler, tidak ada batas yang jelas dengan jaringan sekitar dan tidak berkapsula. Konsistensinya padat atau seperti daging dengan adanya bagian yang empuk dan rapuh. Potongan melintang dari neoplasma ini tampak berlobulasi, homogen, baur (difusi), putih keabu-abuan dan dapat memperlihatkan adanya serabut. Warna coklat kemerah-merahan disebabkan karena adanya perdarahan dan warna kuning karena adanya nekrosis (Berata et al., 2011). Secara histopatologi struktur dasar fibrosarkoma terdiri atas kelompok sel-sel fibroblast yang muda dan serabut-serabut kolagen yang berjalan berputar-putar. Sel-sel neoplasma yang pleomorfik berbentuk spindle fusiform atau polygonal. Neoplasma yang tidak ada diferensiasi mempunyai sel-sel raksasa berinti banyak dan sel-sel ber bentuk bizarre (ganjil), sitoplasma jelas berbeda dari serabut. Intinya berbentuk bundar atau oval dan hiperkromatis, nukleoli berjumlah 2-5 buah dan umumnya sangat jelas. Gambaran mitosis tampak sangat tinggi. Pada fibrosarkoma terdapat banyak vaskularisasi, tetapi pembuluh darah yang terbentuk sangat jelek sehingga mudah terjadi pendarahan. Nekrosis terjadi akibat kekurangan darah dari jaringan neoplasma, dan infeksi sekunder yang disertai edema. Pertumbuhan fibrosarkoma biasanya cepat dan infiltratif (Berata et al., 2011). k. Osteosarcoma Osteosarkoma merupakan salah satu neoplasma pada kelenjar mammae. Biasanya di dalam neoplasma terdapat proliferasi sel-sel
  • 24. 15 berbentuk fusiform dan lonjong, kemudian terlihat adanya “pulau-pulau” tumor yang disertai bentukan osteoid dan tulang, indeks mitosis tinggi, metastasis dapat berlangsung melalui darah ke paru-paru (Goldsmith et al., 2011). 2.5. Anjing Chow-Chow Chow-Chow adalah salah satu ras anjing tertua di dunia yang berasal dari Tiongkok. Ciri-ciri utama dari anjing ini adalah bulunya tebal dan lembut, mulut dan lidah berwarna hitam, serta kaki belakang yang tidak bengkok sehingga membuat anjing ini berlari dengan kaku. Anjing ini memiliki penampakan fisik yang mirip seperti singa kecil atau beruang (Both, 2013). Sejarah anjing ini dimulai sekitar 2000 tahun yang lalu. Anjing jenis Chow-Chow digunakan untuk menarik kereta luncur, menarik gerobak, membawa beban, menggiring ternak, atau menjaga barang. Selain itu, sebagian masyarakat Tionghoa kuno juga memelihara Chow-Chow sebagai bahan makanan dan bahan pakaian. Anjing ini memiliki karakter yang jinak, sopan, serius, dan loyal terhadap majikannya. Chow-Chow juga termasuk salah satu anjing yang sensitif terhadap panas (Ibid). Gambar 4. Anjing Chow-Chow (Sumber : anjingkita.com, 2018) 2.6. Penanganan Tumor Mammae Pertimbangan untuk terapi tumor glandula mammae pada anjing antara lain pembedahan, kemoterapi, radiasi, immunoterapi, terapi hormonal dan diet. Tindakan pembedahan dan pengangkatan glandula mammae (mastectomy) masih merupakan pilihan terapi terbaik. Tindakan pembedahan dan pengangkatan kelenjar mammae (mastectomy) masih merupakan pilihan terapi terbaik. Pada operasi mastectomy, penyayatan tumor dilakukan secara elip melingkari tumornya, dipreparasi dari jaringan sekitar, kemudian tumor diambil (Benazzi, 2015). Operasi mastektomi dilakukan setelah hewan dibius dengan kombinasi Xylazine HCI 2 % dengan dosis 2mg per kg bobot badan dengan ketamine HCI dengan doses 35mg per kg bobot badan, diaplikasikan secara intra muscular. Hal lain yang dipertimbangkan adalah seberapa banyak kanker telah menyebar, pengangkatan massa atau sisa jaringan mammae dan limponodus yang mongering (Ibid).
  • 25. 16 Pada operasi mastectomy dilakukan penyayatan tumor secara elips melingkari tumornya, dilakukan pemisahan jaringan tumor dengan jaringan disekitarnya dengan preparasi tumpul maupun tajam, kemudian kulit dan jaringan tumor diangkat. Pembuluh darah yang terpotong diligasi dan yang kecil dijepit dengan hemostat (arteri clamps). Hal terakhir yang dilakukan adalah penjahitan dengan cat gut ukuran 4/0 untuk jaringan dalam dan kulit dengan menggunakan benang silk ukuran 3/0 dengan pola jahitan krusiate (Berata et al., 2011).
  • 26. 17 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Materi 3.1.1. Alat Alat yang dibutuhkan antara lain, handle scalpel dan blade, gunting lurus, gunting bengkok, needle holder, pinset anatomis, pinset cirrurgis, seperangkat hemostatic forceps, allis forceps, duk klem, termometer, stetoskop, stopwatch, spoit, mosquito klem, gunting tajam tumpul, gunting tajam tajam, tali restraint, handuk, surgery lamp, dan wadah buat alat bedah. 3.1.2. Bahan Bahan lain yang digunakan adalah air sabun, alkohol 70%, betadine, Athropine sulfate 0,025% dosis 0,04 mg/kg BB subcutan (SC), Ketamine HCl 10% dosis 15 mg/kg BB intramuscular (IM), Xylasine 2% dosis 2 mg/kg BB intramuscular (IM), nebacetine, hematodine, biodine, salep biophlacentone, Betamox LA, kassa steril, benang catgut chromic 4/0 dan 3/0, alkohol 70%, cairan NaCL, tampon, needle, handscoen, dan masker bedah. 3.2. Metode 3.2.1. Persiapan Ruangan Ruang operasi digunakan sebagai ruangan untuk melakukan pembedahan. Ruangan dan meja dibersihkan dengan desinfektan. Alat dan bahan untuk operasi disiapkan. 3.2.2. Persiapan Alat Alat bedah untuk tindakan operasi yang telah dicuci dimasukkan ke dalam autoclave untuk disterilkan. Setelah alat disterilisasi, alat dipindahkan ke meja operasi dan siap untuk digunakan. 3.2.3. Persiapan Hewan Sebelum operasi dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kondisi tubuh hewan secara umum. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah hewan memenuhi syarat operasi atau tidak. Bila hewan dinyatakan memenuhi syarat, maka operasi dapat dilaksanakan. Setelah itu, persiapkan daerah operasi pada hewan. Hal yang dilakukan sebelum operasi adalah peneguhan diagnosis dan mengevaluasi tingkat metastasis tumor mammae yang dapat dilakukan dengan cara radiografi atau USG daerah abdomen, Tes darah lengkap dan urinalisis, Evaluasi limfonodus regional dengan dipalpasi, Biopsi (bila massa tumor besar dan keras). Pada kasus ini, tim dokter melakukan pemeriksaan darah lengkap dan pengamatan histopatologi jaringan tumor. Sebelum di operasi, massa tumor harus di ukur dan tegangan kulit harus dievaluasi untuk memperkirakan penutupan luka. Jika memungkinkan, insisi harus dilakukan paralel untuk mempermudah penutupan luka. Ukuran insisi tergantung dari tipe tumor.
  • 27. 18 Terlebih dahulu diberikan premedikasi Athropine sulphate 0,025% dosis 0,04 mg/kg BB secara sub kutan kemudian induksi anastesi umum diinjeksikan 15 menit setelahnya. Induksi anestesi yang digunakan adalah Ketamin HCl 10% dosis 15 mg/kg BB secara intramuskuler, dan Xylasin 2% dosis 2 mg/kg BB secara intramuskuler. Posisi dan pencukuran hewan harus disesuaikan dengan ukuran insisi dan teknik operasi. Jika prosedur operasi diperkirakan lebih dari 1 jam, maka harus mempersiapkan antibiotik. 3.2.4. Prosedur Kerja 1. Ovariohisterektomi a. Setelah anjing tersebut di anastesi atau pingsan dengan baik, anjing tersebut diletakkan diatas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency. b. Kemudian bersihkan bulu dan semprotkan terlebih dahulu sabun pada area yang akan dicukur, kemudian cukur di daerah abdomen, posterior umbilical. c. Bersihkan dan disinfeksi daerah sekitar dengan menggunakan betadine. d. Setelah itu, buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang lebih 3 - 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. e. Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikit hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah itu, bagian peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset kemudian disayat sedikit tepat pada bagian linnea alba sekitar 2-3 cm dari umbilicus dengan menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat. f. Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan gunting tajam-tumpul (bertujuan agar tidak melukai organ bagian dalam), dengan panjang sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka, kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium. g. Pencarian uterus dan ovarium dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk yang dimasukkan ke rongga abdomen. Setelah itu, uterus ditarik keluar dari rongga abdomen hingga posisinya adalah ekstra abdominal. h. Pada bagian ujung tanduk uteri ditemukan ovarium dan dipreparir hingga posisinya ekstra abdominal. Saat mempreparir, beerapa bagian yang dipotong diantaranya adalah penggantung uterus (mesometrium), penggantung tuba falopi (mesosalphinx), dan penggantung ovarium (mesovarium). Pada saat mempreparir uterus dan jaringan sekitarnya, dinding uterus tetap dijaga jangan sampai robek atau rupture.
  • 28. 19 i. Dilakukan penjepitan menggunakan arteri klem pada bagian penggantung ovarium dan termasuk pembuluh darahnya. Penjepitan dilakukan menggunakan dua klem arteri yang dijepitkan pada penggantung tersebut secara bersebelahan. j. Pada bagian anterior dari klem arteri yang paling depan, dilakukan pengikatan menggunakan benang silk. k. Setelah itu, dilakukan pemotongan pada penggantung tersebut menggunakan gunting pada posisi diantara dua klem arteri tadi. l. Klem arteri yang menjepit penggantung dan berhubungan dengan uterus tidak dilepas sedangkan klem arteri yang satunya lagi dilepas secara perlahan-lahan, sebelumnya pastikan tidak ada perdarahan lagi. m. Berikan cairan infus agar organ tidak terlalu kering. Dan lakukan hal yang sama pada bagian uterus yang disebelahnya. Dilakukan penjepitan, pengikatan, dan pemotongan dengan cara yang sama. n. Setelah kedua tanduk uteri beserta ovarium dipreparir, maka selanjutnya adalah bagian corpus uteri yang dipreparir. Pada bagian corpus uteri , dilakukan penjepitan menggunakan klem yang agak besar. Kemudian diligasi dengan penjahitan corpus uteri menggunakan catgut chromic 3,0. Dilakukan pengikatan dengan kuat melingkar pada corpus uteri menggunakan benang catgut chromic, dan pada ikatan terakhir dikaitkan pada corpus uteri agar ikatan lebih kuat. o. Setelah itu, dilakukan pemotongan menggunakan scalpel pada bagian corpus uteri yaitu pada posisi diantara dua klem tadi. p. Kemudian, uterus dan ovarium dilepas dan diangkat keluar tubuh, dan jika sudah tidak ada perdarahan, klem yang satunya lagi dapat dilepas secara perlahan dan sebelum ditutup jangan lupa berikan antibiotic; q. Selanjutnya dilakukan teknik penjahitan dengan menuggunakan catgut chromic 3,0 dilakukan penjahitan aponeurose M. obliqous abdominis externus dengan menggunakan teknik terputus sederhana (simple interrupted). Pastikan jahitan tidak melukai atau mengenai organ didalamnya, gunakan alice forcep untuk membantu penjahitan. r. Penjahitan terakhir dilakukan pada kulit dengan teknik jahitan simple interupted menggunakan benang chromic, dan dilanjutkan dengan jahitan tunggal sederhana menggunakan benang silik. s. Berikan antibiotik pada bagian dalam organ sedikit demi sedikit secara merata pada semua bagian. t. Setelah operasi selesai, desinfeksi jahitan dengan mengusap bagian jahitan dengan betadine, pada jahitan secara merata dan kemudian tutup dengan hypavix dan dipasang gurita untuk melindungi jahitan
  • 29. 20 supaya kering, tidak ada kontaminasi dan tidak digigit sehingga jahitan tidak lepas. 2. Mastektomi a. Setelah dilakukan ovarioshisterektomi, hewan dipersiapkan untuk operasi, dianestesi dan diletakkan pada posisi dorsal recumbency. b. Buatlah insisi berbentuk elips pada kulit disekitar glandula yang akan diangkat dimulai dari ventral midline c. Potong jaringan yang antara subkutaneus dan linea d. Lakukan ligasi atau cauterisasi pada pembuluh darah e. Potong jaringan subkutaneus lateral sampai fascia abdominalis externus f. Pada daerah cranial dari insisi, identifikasi tiap batas antara jaringan mammary dan glandula yang berdekatan g. Dengan benang absorbable 2-0 atau 3-0, lakukan ligasi ganda pada jaringan dan pembuluh darah diantara glandula lalu potong. h. Dari arah cranial atau medial, lakukan diseksi antara fascia abdominalis externus. Dari arah caudal, gunakan diseksi tumpul dan tajam untuk mengangkat glandula mammae dari dinding abdomen. Lalu ligasi pembuluh darah dan jaringan mammary dan potong. i. Jika glandula mammae caudalis akan diangkat, lakukan identifikasi vena dan arteri epigastrikus superfisialis caudal pada daerah inguinalis. Ligasi dan potong terlebih dahulu sebelum melanjutkan prosedur mastectomy j. Setelah semua jaringan tumor di angkat, lakukan pemberian antibiotic sekitar luka, setelah itu lakukan penjahitan di sekitar otot dengan metode simple interrupted suture, kemudian lapisan subkutan dengan metode continuous suture, dan terakhir adalah lapisan kulit dengan metode simple interrupted suture. Untuk jaringan otot dan subkutan menggunakan jenis benang absorbable, sedangkan kulit menggunakan benang silk k. Hal yang harus diperhatikan selama operasi berjalan adalah meminimalisir terjadinya kontaminasi alat bedah dan tetap menjaga kebersihan luka operasi. 3.2.5. Perawatan Pasca Operasi Jaringan tumor yang diangkat harus dilakukan evaluasi histologi. Pasien ditempatkan pada kandang yang kering dan bersih. Perawatan hewan setelah pembedahan perlu diperhatikan. Kelainan setelah pembedahan seperti perdarahan pada luka bekas sayatan dapat dicegah dengan membuat balutan tekan. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah kebersihan dan kondisi luka bekas sayatan tidak terbuka kembali, luka harus tetap kering dan aerasi yang cukup, kondisi lingkungan senyaman mungkin bagi pasien, pemberian salep
  • 30. 21 untuk mempercepat regenerasi jaringan dan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi sekunder. Penggunaan Elizabeth collar dapat sangat membantu mencegah pasien menjilati bekas luka. Selain terapi, tindakan yang dilakukan untuk mereduksi resiko terjadi atau berulangnya tumor kelenjar mammae pada anjing betina adalah melalui ovariohisterektomi (OH).
  • 31. 22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Anamnesis Berdasarkan informasi dari klien Zoo Klinik Makassar yang bernama Ibu Luly di Jalan Gagak, klien memelihara anjing sekitar 20 ekor, termasuk jenis anjing Chow-chow. Klien memiliki seekor Peranakan anjing mixed chow hasil persilangan dengan ras anjing terrier. Pasien ini memiliki kelainan morfologi dengan inspeksi glandula mammae yang membesar dengan morfologi yang abnormal dan asimetris terhadap bagian glandula mammae lain. Permukaan kulit sekitar jaringan tampak mengkilap. Anjing tersebut dicurigai sebagai suspect tumor. Sebelum dilakukan mastektomi, tim dokter hewan melakukan pemeriksaan fisik dan uji darah terhadap pasien. 4.1.2. Sinyalemen Nama : Candy Jenis Hewan : Anjing (canine) Ras atau Breed : Mixed chow Warna bulu dan kulit : Cokelat Putih Jenis Kelamin : Betina Berat badan : 24,3 kg Tanda Khusus : - 4.1.3. Pemeriksaan fisik Gizi : Pertumbuhan badan baik Suhu Tubuh : 38,20C Frekuensi jantung : 135x/menit Frekuensi nafas : 30x/menit 4.1.4. Temuan klinis Pemeriksan organ perkemihan dan kelamin (urogenital) terlihat bersih, daerah sekitar dubur bersih. Glandula mammae bagian medialateral dexter tampak membesar dengan konsistensi padat dan asimetris terhadap kelenjar mammae lain. Pasien kadang-kadang terlihat lemas dan pada saat berkativitas, glandula mammae yang mengalami pembesaran tampak menyentuh tanah yang menyebabkan munculnya lesi abrasi di sekitar glandula mammae yang kadang- kadang bergesekan dengan tanah.
  • 32. 23 Gambar 5. Tumor Mammae pada Anjing Mixed Chow 4.1.5. Diagnosis Diagnosis tumor mammae dapat dikelirukan dengan beberapa kelainan pada glandula mammae lainnya. Tanda yang sama ditemukan pada limfoma, tumor sel mast, mammary hyperplasia dan mastitis. Oleh karena itu, perlu dilakukan biopsi dan pemeriksaan histopatologi jaringan untuk identifikasi tumor. Gambaran X-ray juga diperlukan untuk mengidentifikasi adanya metastasis tumor di paru-paru, hati dan ginjal. Metastasis tumor ke organ lain dapat terjadi karena adanya koneksi limfatik diantara rangkaian glandula mammae kanan dan kiri. Namun, pada kasus ini, peneguhan diagniosis dilakukan dengan hanya menggunakan uji darah dan histopatologi saja. Umumnya, kelenjar di daerah kranial (glandula mammae 1, 2 dan 3) terdapat saluran menuju lymphonodus axillaris, sedangkan kelenjar di daerah kaudal (glandula mammae 4 dan 5) menuju lymphonodus inguinalis, dan diantara kelenjar tersebut terdapat saluran berbeda menuju salah satu atau kedua limfonodus. Hubungan flexiform tersebut dapat membantu menjelaskan bagaimana terjadinya metastasis limfatik tumor melalui pembuluh limfe menuju organ lain. Tumor glandula mammae tidak dapat bermetastasis ke glandula mammae atau limfonodus yang berdekatan melalui limfatik, karena tidak ditemukan hubungan interkelenjar limfatik diantaranya. Tabel 1. Hasil Tes Darah Pasien Tumor pada Anjing Mixed Chow Parameter Hasil Uji Satuan Interpretasi HEMATOLOGI WBC 34 10^3/uL 5-14.1 H LYM # 5.3 10^3/uL 0.4-2.9 H MID # 1.3 10^3/uL 0-1.8 GRA # 27.4 10^3/uL 4-12.6 H Lym % 17.1 % 8-21 Mid % 4.1 % 2-9
  • 33. 24 Gra % 78.8 % 60-83 RBC 3.63 10^6/uL 5.5-8.5 L HGB 5.2 g/dL 11.9-18.9 L MCHC 21.7 g/dL 32-36.2 L MCH 14 Pg 21-26.2 L MCV 64.7 FL 66-77 L RDW-CV 15.6 % 11-15.5 H RDW-SD 41.4 fL 35-58 HCT 23.5 % 37-55 L PLT 184 10^3/uL 211-621 L HMPV 8.8 fL 6.1-10.1 PDW 10.9 fL 10-18 PCT 0.162 % 0.1-0.5 P-LCR 35.2 % 13-43 Selain pemeriksaan darah lengkap, tim dokter hewan Zoo Klinik Makassar juga melakukan pembuatan slide preparat histopat di Balai Besar Veteriner Maros dan dilanjutkan pembacaan slide untuk pengamatan histopatologi di Maros Vet Clinic. Berikut adalah hasil pemeriksaan histopatologi : Fibrin pada seluruh folikel (Pembesaran 25x, Pewarnaan HE) A
  • 34. 25 Terdapat fibrin pada lumen berisi sel necrotic (Pembesaran 50x, Pewarnaan HE) Sel banyak mengalami nekrosis dan mengarah ke tumor; Terdapat akumulasi sel radang dalam jumlah banyak (Pembesaran 200x, Pewarnaan HE) Gambar 6. Diagnosis : s/ Fibriosarcoma Mammae; 4.1.6. Penanganan dan pengobatan Tindakan yang dilakukan untuk menangani kasus tumor mammae adalah dengan operasi pengangkatan tumor dengan metode simple mastectomy dengan pemberian pre anastesi athropin dilanjutkan dengan pemberian anestesi umum kombinasi ketamine-xylazine. Operasi utama yang dilakukan adalah pengangkatan tumor. Selain itu dilakukan ovariohisterektomi untuk kontrol hormon reproduksi. Post operasi dilanjutkan dengan pemberian antibiotik spekterum luas dan antiinflamasi. B C
  • 35. 26 Gambar 7. Ovariohisterektomi pada Pasien Tumor Mammae Gambar 8. Simple Mastektomi pada Pasien Tumor Mammae 4.2. Pembahasan Penanganan terhadap Tumor mammae pada anjing jenis mixed chow dilakukan pada hari Sabtu, 5 September 2020 di Zoo Klinik Makassar. Operasi berlangsung selama dua jam, sekitar pukul 15.00–17.00 WITA. Berdasarkan anamnesis yang diperoleh dari klien, pembesaran kelenjar mammae pada pasien sudah mulai kelihatan tiga bulan terakhir sejak bulan Juni 2020. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa pasien kurang aktif dibandingkan anjing peliharaan lain yang dimiliki oleh klien. Lokasi pembesaran kelenjar mammae pada pasien yaitu di sekitar puting kedua daerah pectoral sebelah kanan. Pembentukan tumor mammae pada pasien belum diketahui penyebabnya secara pasti. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Tobias, Karen M tahun 2010 melalui tulisannya “Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery”, tumor umumnya terjadi pada anjing betina yang masih bereproduksi dan berumur antara 5-10 tahun, namun ± 80 % kasus didiagnosa pada anjing berusia lebih dari 7 tahun sedangkan pasien dengan kasus tumor mammae berumur 7 tahun. Faktor resiko kejadian tumor tinggi pada anjing yang masih aktif bereproduksi. Menurut beberapa peneliti diduga berhubungan dengan produksi dan aktivitas hormon estrogen dan progesteron. Hormon tersebut berperan dalam inisiasi awal terbentuknya tumor dan berperan dalam
  • 36. 27 perkembangan tumor selanjutnya. Tanda klinis yang terlihat biasanya adalah adanya pertumbuhan massa yang perlahan, single atau multiple. Kurang lebih 50 % kejadian adalah multiple tumor. Berdasarkan informasi dari klien, pasien sudah 3 kali bunting dan selalu ada hasilnya selalu ada anak yang mati setiap kelahiran. Hal ini digolongkan sebagai kasus abortus yang disebabkan karena berbagai faktor, baik infeksi maupun noninfeksi termasuk peranan sistem hormone reproduksi. Tumor mammae biasanya diindikasi saat terdeteksi massa selama pemeriksaan fisik. Lama waktu dimana massa sudah berada di situ biasanya tidak diketahui, namun tingkat pertumbuhan bisa saja berguna dalam menentukan prognosis. Palpasi nodus limfatikus regional dapat membantu menentukan persebaran. Pada saat di palpasi, terjadi pembesaran limfonodus di daerah axillaris. Pada kasus ini, hal yang pertama dilakukan sebelum mastektomi adalah ovariohisterektomi. ovariohisterektomi yang selanjutnya disingkat OH merupakan istilah kedokteran yang terdiri dari ovariektomi dan histerektomi. Ovariektomi adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan histerektomi adalah tindakan mengamputasi, mengeluarkan dan menghilangkan uterus dari rongga abdomen. Pengertian OH merupakan gabungan dari pengetian diatas yaitu tindakan pengambilan ovarium, corpus uteri dan cornua uteri. Pemilihan tindakan OH untuk mencegah terjadinya tumor merupakan salah satu pilihan bijak terhadap kelangsungan hidup pasien. Hormon estrogen yang diproduksi di ovarium selama ini dikenal sebagai pemicu tumor mammae Estrogen yang memiliki reseptor pada sel mammae dengan bakat tumor bisa membuat sel membelah lebih cepat. Semakin cepat pembelahan, kemungkinan sel tumbuh abnormal dan menjadi bibit kanker semakin besar. Sehingga stimulasi estrogen yang terus-menerus membuat sel tumor tumbuh dan berkembang. Hormon progesteron yang juga dihasilkan oleh ovarium sehingga mempercepat proses pertumbuhan sel. Oleh karena itu, pengangkatan ovarium dilakukan agar siklus estrus terhenti dengan demikian estrogen dan progesteron pun tak lagi diproduksi. Sehingga pertumbuhan sel tumor mammae juga terhenti. Sebelum dilakukan OH dan mastektomi, hewan yang telah dipersiapkan diletakkan diatas meja operasi dan di-restrain. Tim dokter hewan melakukan anastesi terlebih dahulu. Anastesi umum dilakukan untuk menghilangkan kesadaran hewan, menghilangkan rasa sakit, memudahkan pelaksanaan operasi dan menjaga keselamatan operator maupun hewan itu sendiri. Pembiusan anestetikum harus memperhatikan ukuran relatif hewan, umur hewan, dan kondisi fisik. Xylazine mempunyai daya kerja sebagai hipnotikum, anoksia, analgesia, muscle relaxan berpengaruh terhadap sistem cardiovascular. Sedangkan ketamin merupakan golongan anestetikum disosiatif, mempunyai margin of safety yang cukup luas, menekan fungsi respirasi, menyebabkan adanya refleks menelan. Pemberian obat anestesi diberikan secara intra muscular (IM).
  • 37. 28 Penggunaan kombinasi ketamine dan xylazine ini harus hati-hati karena memberikan efek samping seperti meningkatkan cardiac output, tachycardia, hipotensi, hipersalivasi, meningkatkan kontraksi dan konvulsi otot pada anjing serta mengakibatkan defisiensi hati dan ginjal. Oleh karena itu, pemeriksaan hewan sebelum dilakukan operasi sangat penting untuk memastikan hewan benar- benar dalam keadaan sehat. Namun pemberian kombinasi dari kedua anastesi ini juga bertujuan untuk mencegah vomitus. Untuk mengurangi efek dari anestetikum ini sebaiknya diberikan medikasi preanestesi yaitu dengan menggunakan atrophin sulfat. Atrophine sulphate merupakan anti kolinergik yang kerjanya memblokir kerja asetilkolin pada terminal-terminal ganglion dan syaraf otonom, mengurangi kerja kelenjar saliva dan bronchial, serta meningkatkan kerja jantung. Tujuan medikasi preanestetik adalah untuk mengurangi jumlah anestetikum umum yang diperlukan dan meningkatkan batas keamanan, mengurangi rasa takut, menenangkan pasien, mengurangi sekresi kelenjar saliva dan kelenjar selaput lendir saluran pernafasan, mengurangi pergerakan lambung dan usus serta mencegah muntah ketika pasien dalam keadaan tidak sadar, menghambat refleks vaso-vagal sehingga mencegah perlambatan dan henti denyut jantung, mengurangi rasa sakit, rontaan dan rintihan selama masa pemulihan. Pre anastesi digunakan cairan Athropine Sulphate 0,025 %. Volume Athropine sulphate yang diinjeksikan adalah sebagai berikut : Volume = dosis x berat badan = 0,04 mg/kg x 24,3 kg Konsentrasi 0,025% = 0,04 mg/kg x 24,3 kg = 3.8 cc 0,25 mg Jadi volume Athropine sulphate yang diinjeksikan adalah sebanyak 3.8 cc secara subkutan. Efek utama dari Athropine sulphate ini yang dikehendaki adalah untuk menurunkan tonus parasimpatik, karena reflek parasimpatik tersebut berbahaya dan kadang dapat menyebabkan kematian (berhentinya jantung) (Tennant, 2012). Anestesi umum dengan memberikan Ketamin dosis 10% dan Xilacyin dosis 0,2 %. Volume Ketamine (konsentrasi 10% dan dosis 15 mg/kg) yang diberikan adalah: Volume Ketamine = dosis x berat badan = 15 mg/kg x 24,3 kg Konsentrasi 100 mg = 3.64 cc Volume Xylacine (konsentrasi 2% dan dosis 2 mg/kg) yang diberikan bersama Ketamin, yang disuntikkan secara intramuskuler, adalah sebagai berikut : Volume Xylacine = dosis x berat badan = 2 mg/kg x 24.3 kg Konsentrasi 2% 2 mg/kg x 24.3 kg = 2.43 cc 20 mg
  • 38. 29 Sebelum obat anestesi diberikan pasien diberikan obat antibiotik berupa Betamox dengan sediaan dosis 15 mg/kg BB dan konsentrasi 150 mg/ml, sehingga dosis yang diinjeksikan adalah (15 mg/kg x 24.3 kg)/150 mg/ml = 2.43 ml dengan rute pemberian secara IM. Setelah dianestesi hewan akan menunjukkan gejala-gejala memasuki stadium-stadium anestesi, yaitu : Stadium pertama, pasien masih sadar tetapi dalam keadaan analgesia dan amnesia. Stadium kedua, pasien tidak sadar, tetapi dapat bereaksi tidak tentu dan biasanya menunjukkan pola pernafasan tidak teratur. Stadium ketiga, menghasilkan keadaan operasi optimal dengan pernafasan yang cukup baik dan hemodinamis yang stabil. Tapi pada bagian yang lebih dalam, baik pernafasan maupun sirkulasi menunjukkan tanda- tanda menurun. Stadium keempat, terjadi kolaps kardiovaskuler dan kegagalan pernafasan (Sabiston, 2016). Setelah dilakukan operasi OH sesuai dengan prosedur di bab metode, hal selanjutnya yang dilakukan adalah operasi mastektomi. Jenis mastektomi yang dilakukan adalah mastektomi sederhana (simple mastectomy). Mastektomi sederhana adalah pengangkatan glandula mammae tunggal, termasuk puting dan kulit diatas glandula mammae. Masteketomi sederhana adalah pilihan yang tepat bila jaringan tumor berada tepat dibawah puting atau bergabung dengan kulit diatasnya. Teknik ini tidak dapat digunakan bila jaringan tumor berada di bawah rectus fascia. Tim dokter hewan melakukan pengangkatan semua jaringan sampai batas rectus fascia untuk memastikan semua glandula mammae terangkat. Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan mastektomi yaitu jarak jaringan yang dihilangkan karena akan berpengaruh saat penjahitan, semakin besar jarak kedua sisi jaringan yang dihilangkan maka tinggi tingkat kesulitan operasi. Beberapa kasus pasca operasi mastektomi pada hewan menyebabkan keterbatasan gerak hewan, sehingga hal seperti ini harus menjadi pertimbangan dokter. Hal lain yang harus diperhatikan saat proses operasi berlangsung adalah berhati-hati dalam melakukan insisi untuk meminimalisir pendarahan yang terjadi. Selain itu, kebersihan alat bedah dan lingkungan operasi harus diperhatikan. Kasus infeksi pasca operasi sangat rentang terjadi karena kebersihan kurang diperhatikan. Penggunaan antiseptik dan antibiotik harus sering dilakukan selama proses pembedahan berlangsung. Setelah dilakukan operasi, hewan ditempatkan pada kandang kering dan bersih, dengan alas yang bersih. 10 menit setelah operasi hewan terlihat sudah mulai sadar. Pakan yang diberikan adalah pakan yang mengandung nilai gizi tinggi untuk proses penyembuhan luka pasca operasi. Kebutuhan makronutrisi seperti protein, kerbohidrat dan lemak serta mineral, vitamin dan air harus diperhatikan. Kondisi luka jahitan pasca operasi juga harus diperhatikan. Pemasangan collar agar pasien tidak menjilati daerah pasca operasi dan tidak terlihat adanya kelainan pada daerah di sekitar luka operasi setelah beberapa hari pasca operas. Pemberian obat antibiotik yaitu Amoxicillin dan antiinflamasi yaitu meloxicam diberikan setelah operasi.
  • 39. 30 Berikut tata laksana obat amoxicillin dan meloxicam yang diberikan pada anjing Mixed Chow yang telah menjalani mastektomi sederhana : Tabel 2. Jenis Pengobatan Pasien Tumor Mammae Nama Betamox LA Mekanisme kerja Penisilin bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel bakteri, dengan menghambat penggabungan asam N-asetilmuramat non esensial ke dalam struktur mukopeptida yang biasanya membuat sel menjadi kaku dan kuat. Ketika dinding sel tidak terbentuk sempurna, terjadi gradient tekanan CIS dan CES sehingga terjadi proses difusi dan akhirnya sel mengalami lisis. Indikasi Amoksisilin memiliki efek antimikroba yang baik terhadap mikroorganisme seperti Haemophilus influenzae, Eschericia coli, dan Proteus mirabilis. Biasanya obat ini diberikan bersamaan dengan senyawa inhibitor beta-laktamase seperti klavulanat atau salbaktam untuk mencegah hidrolisis oleh beta- laktamase spektrum luas yang ditemukan pada bakteri gram negatif (Brunton et al., 2008). Dosis 0.1 mg/kg BB Frekuensi LA Rute Injeksi Nama Meloxicam Mekanisme kerja Meloxicam merupakan salah satu obat dari golongan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) yang mekanisme kerjanya menghambat enzim siklooksigenase 2 (COX-2). Bioavailabilitas meloxicam sekitar 89% memiliki lipofilitas tinggi sehingga absorpsi dan disolusinya terbatas akibatnya onset dari obat lambat. Efek samping meloxicam pada gastrointestinal lebih rendah dibandingkan dengan
  • 40. 31 golongan AINS non selektif lainnya. Hal ini dikarenakan hambatan meloxicam terhadap COX-2 lebih dominan dibanding hambatan COX-1, sedangkan efek samping pada gastrointestinal maupun ginjal dikarenakan adanya hambatan terhadap COX-1 (Sweetman, 2009). Indikasi Meloxicam digunakan untuk mengurangi rasa nyeri dan inflamasi dari beberapa penyakit misalnya: arthritis rheumatoid, osteoartritis, dan spondilitisankilosa. Dosis 0.1-0.2 mg/kg BB Frekuensi q 24 h Rute PO Pencegahan dan Edukasi Klien Beberapa cara untuk mencegah tumor mammae pada hewan peliharaan antara lain dengan menjaga hewan dari kondisi stress, memperhatikan naluri dan siklus reproduksi pada hewan, menjaga kebutuhan nutrisi agar tetap terpenuhi, serta memperhatikan kebersihan lingkungan. selain itu, klien bisa melakukan check up rutin terhadap kesehatan hewannya kepada doker heran.
  • 41. 32 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Tumor mammae adalah tumor yang paling sering menyerang anjing setelah tumor kulit. Tumor mammae biasa berwujud kecil, simple nodul atau besar. Tumor jinak biasanya tumbuh secara perlahan, lembut dan kecil. Sedangkan tumor ganas tumbuh secara cepat, bentuk yang tidak teratur dan terikat pada kulit atau jaringan di dekatnya, pendarahan dan ulserasi. Mastektomi, lumpektomi dan kemoterapi merupakan penanganan pada kasus tumor mammae. Selain itu, ovariohisterektomi juga tindakan yang dapat mendukung agar kejadian tumor mammae tidak terulang kembali. ras anjing chow-chow atau hasil persilangannya merupakan salah satu jenis anjing yang paling sering terkena tumor di dunia kedokteran hewan. Tumor umumnya terjadi pada anjing betina yang masih bereproduksi dan berumur antara 5 – 10 tahun, namun ± 80 % kasus didiagnosa pada anjing berusia > 7 tahun. Terapi yang dilakukan melibatkan pre operasi, operasi maupun pasca operasi sangat menentukan prognosis kesembuhan pasien. 5.2. Saran Pemilik hewan sebaiknya rutin memeriksakan kondisi hewannya dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ovariohisterektomi merupakan salah satu tindakan pencegahan dini terhadap kasus tumor mammae yang tentunya memperhatikan konsep animal welfare. Kebersihan lingkungan dan manajemen juga harus diperhatikan.
  • 42. 33 DAFTAR PUSTAKA Achmad, Tjarta. 2009. BukuAjar Patologi I (Umum) edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto. Andersen, Hanby M. A., Landsdown, R. J. M., dan Speirs, V. 2009. Breast Cancer Cell Line, Breast Cancer Res., 5 (2), 89-102. Baba dan Catoi, 2017. Comperative oncology (Bucharets) RO : The Publishing House of The Romanian Academy. Bali.Hafez, E.S.E. 2014. Reproduction in farm animals. 6th Ed.Philadelphia: Lea & Febiger. Part 4: Reproductive Failure. Benazzi. 2015. High-intensity Raf signal causes cell cycle arrest mediated by p21Cip1. Mol Cell Biol 17: 5588–5597. Berata et al. 2011. From latent disseminated cells to overt metastasis: genetic analysis of systemic breast cancer progression. Proc Natl Acad Sci USA 100: 7737–7742. Betteridge KJ and Laing JA. 2011. The diagnosis of pregnancy. In Fertility and Infertility in the Domestic Animals 2nd edn pp 81–127 Ed. JA Laing. Baillière, Tindall and Cassell, London. Bloom. 2014. The Canine Tansmissible Veneral Tumor. Etiology, Pathology Diagnosis And Treatment. International Veterinary Both, JT. 2013. Journal of the South African Veterinary Association - Atypical dermoid sinus in a chow chow dog : case report. Volume 69, Issue 3, Sep 2013 p 12-13. Bostock, Riomori & Shawn Lily. Breast cancer. USA: Merck. Diakses melalui : http://www.merckmanuals.com/professional/gynecologyandobstetrics/brea stdisorders/breastcancer (Accessed October, 15, 2020). Brunton et al., Parker, K.L. Blumenthal, D. Boxton, I., 2008, General Principle. 2008 Ed. Goodman and gilman’s manual of pharmacology and therapeutics. California: McGraww-Hill, hal 1-25. Budras, Browse NL, Stewart G. 2013. Lymphedema: pathophysiology and classification. Surgery; 26: 91–106. Cassali, 2002) Principles of Surgical Technique. The Art of Surgery2nd edition. Munich : Baltimore. Donald, MC Gregor, Abrham Stain, Linda Latswochki. 2013. Malignant Tumor of the Breast; in Cancer Principal and Practice Oncology. Feldman, E.C. dan Nelson, R.W. 2009. Canine and Feline Endrocrinology and Reproduction. USA : Elseiver Health Science. Fossum, T.W. 2012. Small Animal Surgery Second Edition. C.V. Mosby. St Louis Glenda Stovall , 2013. Interactions between Ras and Raf: key regulatory proteins in cellular transformation. Mol Reprod Dev 42: 493–499.
  • 43. 34 Goldsmith et al., 2011. Basal cell carcinoma. N Engl J Med; 353: 2262-9. Gunanti S, Bambang PP, Ietje W, dan Ros S. 2009. Pengobatan penyakit tumor mammae melalui operasi (mastektomi dan ovario histerektomi) dan kombinasinya (tanaman herbal) pada hewan. J. Ilmu Pert. Indonesia 14 (1): 6-14. Information Service, Ithaca NY (www.ivis.com) Junaidi, I. 2006. Kanker. Jakarta : PT Buasna Ilmu Populer Komunitas Penggemar Anjing Ras No. 1 di Indonesia, Terbaik dan Terlengkap. anjingkita.com, 2018. Misdorp W. 2009. Canine mammary tumours: Protective effect of late ovariectomy and stimulating effect of progestins. Vet Quarterly Vol. 10. P. 26–33. Kumar, Ashwani. 2011. Unilateral Mastectomy for The Management of Chronic Suppurative Mastitis in A Goat. Indian Journal of Small ruminants. 2012, 18(1): 148-151. Morris J, Dobson J. 2010. Small Animal Oncology. Oxford: Wiley-Blackwell. Moulton, Jack.E. 2011. Tumor in Diagnostic Animal. Page : 24-26. Edition, Revised. University of California Press. Barkeley. Los Angeles. London. Oliveira C, Pinto M, Duval A, Brennetot C, Domingo E, Espin E et al. 2013. RAF mutations characterize colon but not gastric cancer with mismatch repair deficiency. Oncogene 22: 9192–9196. Puja I K. 2007. Anjing Kintamani Maskot Fauna Kabupaten Bangli. Penerbit Universitas Udayana. Sabiston, D. C. 2016, Buku Ajar Bedah, diterjemahkan oleh Petrus Andrianto & Sorenmo KU. 2011. Mammary gland tumors in cats: risk factors, clinical presentation, treatments, and outcome [Proceeding]. Jeju, Korea: 36th World Small Animal Veterinary Congress WSAVA. Suwiti, Ni Ketut. 2010. Deteksi Histologik Kesembuhan Luka Pada Kulit Pasca Pemberian Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia Linn), Buletin Veterine Udayana Volume 2 No.1: 1-9, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali. hal: 2. repository Sweetman, 2009. Randomized controlled trial of weight training and lymphedema in mammary gland cancer survivors. Journal of Clinical Oncology, 24(18), 1-8. Tennant, Colin. 2012. Buku Pintar Anjing. Jakarta: Gramedia. Timan I.S, 185- 196, Jakarta, EGC. Tobias, Karen M. 2010. Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery. Singapore: Willey-Blackwell. Toelihere, 2009. Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.