SlideShare a Scribd company logo
1 of 36
Download to read offline
POTENSI FRAKSI ANTIKANKER Ulva fasciata, Sargassum sp., DAN
Gelidium sp. TERHADAP APOPTOSIS SEL Henrietta Lacks
YANG DIMEDIASI OLEH EKSPRESI PROTEIN P-53
(UPAYA PENGOBATAN KANKER SERVIKS UTERI)
DISUSUN OLEH:
1. UMAR FARHAD
2. ILHAM IKBAAR GYMNASTIAR
SEKOLAH MENENGAH ATAS
SMA NEGERI 1 PATI
Jalan Panglima Sudirman No. 24, Pati, Jawa Tengah.
TAHUN PENELITIAN 2019
Ilmu Pengetahuan Hayati
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanawata’ala,
Tuhan Semesta Alam yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya sampai dengan selesainya penyusunan karya tulis ilmiah ini
dengan judul “Potensi Fraksi Antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan
Gelidium sp. Terhadap Apoptosis Sel Henrietta Lacks yang Dimediasi Oleh
Ekspresi Protein P-53”.
Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, dalam
penyusunan karya tulis ilmiah, penulis mengucapkan terima kasih kapada:
1. Keluarga tercinta terutama orang tua, Umi dan Abi, yang telah
memberikan doa dan dukungan bagi penulis;
2. Kakakku yang telah membantuku melalui perantara doa;
3. Kepala SMA Negeri 1 Pati, Bapak Budi Santosa S.Pd, M.Pd, M.Si;
4. Ibu Ratih Dewi Puspitasari, S.Pd, M.Pd sebagai motivator yang telah
membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini;
5. Terima kasih kepada Ilham Ikbaar Gymnastiar yang telah
memberikan semangat bagi penulis dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
6. Bapak/Ibu guru serta staf tata usaha SMA N 1 Pati yang telah
memberikan motivasi bagi penulis;
7. Teman-teman SMA Negeri 1 Pati, khususnya dari tim Karya Ilmiah
Remaja SMA Negeri 1 Pati dan teman-teman kelas XI MIPA 3 dan
XI MIPA 8;
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini.
Semoga Allah Subhanawata’ala Tuhan Penguasa Semesta Alam
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang senantiasa membalas
kebaikan kalian semua. Aamiin Yaa Rabbal’alamin.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam
karya tulis ilmiah ini. Karenanya saran dan kritik akan sangat membantu
demi terciptanya karya tulis ilmiah yang mendekati sempurna. Akhirnya
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat digunakan dan
dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan atas
permasalahan yang diangkat oleh penulis.
Pati, April, 2019
Tim Penulis,
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
ABSTRAK
LOMBA KARYA ILMIAH REMAJA KE-51 TAHUN 2019
JUDUL : POTENSI FRAKSI ANTIKANKER Ulva
fasciata, Sargassum sp., DAN Gelidium sp.
TERHADAP APOPTOSIS SEL Henrietta Lacks
YANG DIMEDIASI OLEH EKSPRESI
PROTEIN P-53
BIDANG : Ilmu Pengetahuan Hayati
KATEGORI : SMA (Sekolah Menengah Atas)
NAMA : Umar Farhad dan Ilham Ikbaar Gymnastiar
SEKOLAH : Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pati
Berdasarkan riset WHO (World Health Organization), lebih dari 270.000 jiwa
perempuan di dunia meninggal akibat kanker serviks, 85% diantaranya terjadi di
negara berkembang, seperti Indonesia. Kanker serviks uteri merupakan kelainan pada
sel dinding rahim karena infeksi HPV (Human Papiloma Virus) pada inang sehingga
terjadi mutasi DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Mutasi DNA menyebabkan inaktivasi
protein P-53 dan memicu proliferasi sel serviks secara abnormal, semakin lama akan
membentuk kanker leher rahim (kanker serviks uteri). Saat ini pengobatan kanker
masih berbasis bahan kimia dengan menggunakan metode kemoterapi. Metode
kemoterapi cenderung mahal dan kurang efektif dalam pengobatan kanker karena
dapat merusak jaringan tubuh yang normal. Oleh karena itu, diperlukan alternatif
pengobatan herbal yang lebih murah dan efektif, yaitu dengan memanfaatkan potensi
fraksi antikanker berbasis alga Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. Ulva
fasciata memiliki kandungan steroid sebagai antioksidan yang berperan menghambat
stress oksidatif, penghambat kanker HeLa dan T47D. Sargassum sp. mengandung
pigmen fukosantin sebagai pengobatan kanker serviks uteri. Gellidium sp. memiliki
kandungan pigmen fikoeritin (phycoeritin) yang memiliki aktivitas proliferasi
terhadap sel kanker Caco-2 (Wikipedia, 2019). Tujuan dari penelitian ini: (1) Untuk
mengetahui tingkat efektivitas fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan
Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang dimediasi oleh ekspresi
protein P-53. (2) Mengetahui fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan
Gelidium sp. sehingga dapat digunakan sebagai apoptosis sel kanker serviks. (3)
Mengetahui mekanisme kerja fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan
Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang dimediasi oleh ekspresi
protein P-53. Metode penelitian. Prosedur penelitian dibagi menjadi lima, yaitu
ekstraksi Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp., kultur dan penumbuhan
sel Henrietta Lacks, pengujian ekstrak kepada sel Henrietta Lacks, pengukuran
jumlah sel apoptosis menggunakan Flowcytometry, dan pengukuran jumlah protein
P-53 dengan Imunisitokimia.
1. Objek penelitian berupa
o Lain-lain (Sel HeLa)
2. Apa penelitian ini lanjutan
dari penelitian sebelumnya
o Ya, dari tahun 2017
3. Metodologi penelitian
yang digunakan
o Kualitatif
o Kuantitatif
4. Metode Penelitian
o Studi Laboratorium
o Observasi
o Studi literatur
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penderita kanker meningkat pada negara berkembang akibat dari gaya hidup
yang berhubungan dengan kanker seperti merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan
pola makan yang tidak sehat.Kanker adalah penyebab pertama kematian pada negara
maju dan penyebab kematian kedua pada negara berkembang (Jemal A., dkk., 2011).
Kanker disebabkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh tidak normal dan tidak
terkendali. Sel kanker bersifat ganas, tumbuh cepat, dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah dan pembuluh getah bening, sehingga dapat tumbuh dan
bermetastatis di tempat lain (Departemen Kesehatan, 2007). Angka kematian akibat
kanker semakin meningkat. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian di dunia
disebabkan oleh kanker. Kanker penyebab kematian terbesar diantaranya kanker
paru, hati, kolorektal, dan payudara. Sedangkan prevalensi penyakit kanker pada
penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4‰ atau diperkirakan
sekitar 347.792 orang. Penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit
kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker
serviks sebesar 0,8‰ dan kanker payudara sebesar 0,5‰ (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2015).
Kanker serviks merupakan jenis kanker kedua yang paling sering diderita
perempuan setelah kanker panyudara dan penyebab kematian ketiga akibat kanker
pada perempuan. World Health Organization atau WHO tahun 2014 menyebutkan
bahwa setiap tahun lebih dari 270.00 perempuan meninggal akibat kanker serviks,
lebih dari 85% dari kematian ini terjadi di negara berkembang. Indonesia berada di
urutan keenam dari 50 negara di dunia dengan kematian akibat kanker serviks
terbanyak yaitu sekitar 7.493 (WHO, 2013). Di Asia Tenggara, Indonesia berada di
urutan keempat dalam jumlah penderita kanker serviks terbanyak setelah Kamboja,
Myanmar, dan Thailand, yaitu sebesar 17,3 per 100.000 perempuan per tahun (HPV
Information Centre, 2014). Tingginya angka kejadian penyakit kanker menuntut
adanya perhatian dan penanganan yang serius dari berbagai pihak.
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
Penyebab kanker serviks adalah infeksi virus HPV (Human Papiloma Virus).
Apabila HPV menginfeksi sel serviks maka akan terjadi inaktivasi protein P-53 dan
HPV E6 sehingga terjadi mutasi DNA. Hal ini memicu proliferasi sel serviks secara
abnormal yang tidak terkendali sehingga semakin lama akan membentuk kanker
leher rahim (kanker serviks uteri). Dalam proses terjadinya kanker, mutasi yang
terjadi dapat berupa peningkatan fungsi dari protooncogenes maupun penurunan
fungsi dari tumor suppressor genes sehingga menyebabkan perubahan pada sel
normal menjadi sel tumor. Aktivasi dari protooncogenes dan inaktivasi dari tumor
suppressor genes dapat diakibatkan adanya stres oksidatif yang persisten maupun
inflamasi kronis yang mendasari karsinogenesis sehingga menyebabkan kerusakan
DNA dan mengganggu jaringan sinyal intraseluler bahkan dapat menyebabkan
perubahan epigenetik sepanjang perkembangan tumor (Susanti, 2015).
Penatalaksanaan pengobatan dan penyembuhan terhadap kanker tergantung
dari jenis tipe sel maupun stadium dari kanker tersebut. Namun secara umum
pengobatan kanker dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain secara
operatif, radioterapi, kemoterapi maupun terapi hormon dan biologi. Kemoterapi
dilakukan dengan cara memberikan obat antikanker (cytotoxic) untuk
menghancurkan sel-sel penyebab kanker. Namun adanya mekanisme multidrug
resistance (MDR) mengakibatkan berkurangnya kemanjuran obat kemoterapi.
Kemoterapi berbahaya karena menggunakan obat keras yang tidak dapat mengenali
sel sehat maupun sel yang terkena kanker sehingga jaringan lain yang masih sehat
juga akan rusak karena efek obat kemoterapi. Kegagalan dalam kemoterapi,
kekambuhan pada pasien yang sudah mengalami perbaikan, maupun penurunan
kualitas hidup dari pasien juga membatasi keberhasilan kemoterapi dalam mengatasi
kanker (Kundua J. dkk., 2014). Dalam perjalanannya pengobatan tersebut banyak
menimbulkan efek samping sehingga penelitian terkait pengobatan kanker ini masih
terus dilakukan (Al Hilli ZA dkk., 2010). Beberapa penelitian mulai diarahkan pada
pengujian potensi bahan alam sebagai agen kemopreventif yang berpotensi sebagai
agen pendamping kemoterapi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan sensitifitas sel
kanker serta mengurangi efek yang ditimbulkan oleh agen kemoterapi. Agen
kemopreventif merupakan agen yang dapat mencegah dan menghambat proses
perkembangan sel kanker serta membantu memulihkan kondisi kesehatan penderita
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
kanker. Agen kemopreventif umumnya memiliki aktivitas menghambat
pertumbuhan tumor melalui mekanisme cell cycle arrest atau menghentikan siklus
sel, pemacuan proses bunuh diri sel atau apoptosis ataupun menghambat ekspresi
protein yang berperan dalam Multi Drug Resistance (Miranti dkk, 2014 dalam
Dwitiyanti 2015).
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki biodiversitas perairan yang
melimpah yang berpotensi dikembangkan sebagai agen kemopreventif alami.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati spesies laut tertinggi. Sekitar 45%
spesies rumput laut dunia ada di Indonesia. Berdasarkan ekspedisi laut Siboga,
terdapat sekitar 782 spesies rumput laut ditemukan di wilayah Indonesia. Golongan
alga dan rumput laut mengandung metabolit yang bermanfaat bagi manusia, salah
satunya sebagai agen komopreventif/bahan pencegah kanker (Farmaestika, 2017).
Agen kemopreventif alami dapat diperoleh dari spesies alga Ulva Fasciata,
Sargassum sp., dan Gelidium sp. ketiga kelompok alga tersebut mengandung fraksi
antikanker yang dapat digunakan sebagai media penyembuhan bagi pnderita kanker
serviks uteri. Ulva Fasciata memiliki kandungan steroid sebagai antioksidan yang
berperan menghambat stress oksidatif, pencegah kanker. Ulva Fasciata juga
mengandung clionasterol golongan triperpenoid sebagai senyawa antibakteri
Sargassum sp. mengandung senyawa bioaktif kelompok polisakarida, lemak, asam
lemak, pigmen serta metabolit sekunder seperti fenol, alkoloid, terpen, dan lektin
sebagai antioksidan dan antikanker. Sargassum sp. juga mengandung senyawa
fenolik, golongan flavonoid dan saponin yang kuat sebagai antikanker (A. Basir,
2017). Gelidium sp. mempunyai kandungan phycoerythrine, phycobilins,
phycocyanin. Pada penelitian ini peneliti ingin membandingkan efektivitas fraksi
antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel
Henrietta Lacks yang dimediasi oleh ekspresi protein P-53.
1.2 Batasan masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi sebagai berikut:
1. Spesies alga yang digunakan sebagai fraksi antikanker Ulva Fasciata,
Sargassum sp., dan Gelidium sp.
2. Jenis sel kanker serviks yang digunakan sel tumor epitel Henrietta Lacks
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
3. Indikator pengujian yang digunakan untuk mengetahui efektivitas fraksi
antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. adalah jumlah
ekspresi P-53 serta perhitungan jumlah sel kanker serviks uteri yang
mengalami apoptosis.
1.3 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapatlah dirumuskan
permasalahanpermasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat efektivitas fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum
sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang
dimediasi oleh ekspresi protein P-53?
2. Apa kandungan fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan
Gelidium sp. sehingga dapat digunakan sebagai apoptosis sel kanker
serviks?
3. Bagaimana mekanisme kerja fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum
sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang
dimediasi oleh ekspresi protein P-53?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini meliputi:
1. Mengetahui tingkat efektivitas fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum
sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang
dimediasi oleh ekspresi protein P-53
2. Mengetahui fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium
sp. sehingga dapat digunakan sebagai apoptosis sel kanker serviks
3. Mengetahui mekanisme kerja fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum
sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang
dimediasi oleh ekspresi protein P-53
1.5 Manfaat Penelitian
Melalui Penelitian yang dilakukan ini,maka diharapkan dapat memberikan
manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.
1.5.1 Manfaat Teoritis/Akademik
Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi
pengembangan khazanah ilmu pengetahuan serta dapat berguna sebagai bahan
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
literasi dan pengembangan selanjutnya dalam terapi dan pengobatan kanker
serviks. Selain itu penelitian ini juga memberikan sumbangsih tentang
pengaruh ekstrak Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap
apoptosis sel tumor epitel Henrietta Lacks yang dimediasi oleh protein P-53
ditinjau secara biomolekuler melalui ilmu sitologi.
1.5.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikat manfaat bagi peneliti,
masyarakat, dan pemerintah.
1.5.2.1 Bagi Peniliti
Hasil penelitian ini memperluas wawasan dan mendalami
lebih jauh tentang Ilmu Onkologi, Algologi, Sitologi, dan Patologi
khususnya tentang penyembuhan sel kanker serviks.
1.5.2.2 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan
informasi yang berguna kepada masyarakat terkait dengan potensi fraksi
antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. dalam terapi
pengobatan alami sel kanker serviks.
1.5.2.3 Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan sebagai referensi
dalam pengembangan dunia medis khususnya dalam penyembuhan
kanker serviks.
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Serviks Uteri
2.1.1 Patofisiologi Kanker Serviks Uteri
Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakteraturan perjalanan
hormon yang mengakibatkan tumbuhnya daging pada jaringan tubuh yang
normal atau sering dikenal sebagai tumor ganas. Selain itu gejala ini juga
dikenal sebagai neoplasma ganas dan seringkali ditandai dengan kelainan siklus
sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali
(pembelahan sel melebihi batas normal), menyerang jaringan biologis di
dekatnya, dan bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah
atau sistem limfatik/metastasis (Wikipedia, 2019). Kanker serviks adalah
pertumbuhan abnormal yang terbentuk pada serviks (bagian bawah dari rahim
atau uterus). Sel penyakit kanker dapat berasal dari semua unsur yang
membentuk organ, dalam perjalanan selanjutnya tumbuh dan menggandakan
diri membentuk masa tumor (Depkes RI, 2009).
Menurut Departemen Kesehatan tahun 2009, kanker serviks atau
kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim (serviks)
yang merupakan bagian terendah dari vagina yang menonjol ke puncak liang
senggama (vagina). Kanker serviks dapat dideteksi dengan pemeriksaan Pap
smear. Infeksi HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab utama
kanker serviks. Virus ini bersifat spesifik dan hanya akan tumbuh di dalam sel
manusia terutama epitel mulut rahim atau sel-sel pelapis permukaan. Virus
HPV yang paling sering menyebabkan kanker serviks adalah virus HPV tipe
16 dan 18 yang mempunyai peran penting dalam replikasi virus melalui
sekuensi gen E6 dan E7 dengan mengkode pembentukan protein-protein
penting (Sinta et al., 2010).
2.1.2 Mekanisme Biomolekuler Terjadinya Kanker Serviks Uteri
Secara seluler mekanisme terjadinya kanker serviks berhubungan
dengan siklus sel yang diekspresikan oleh HPV. Protein utama yang terkait
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
dengan karsinogen adalah E6 dan E7. Bentuk genom HPV serkuler jika
terintegrasi akan menjadi linear dan terpotong di antara gen E2 dan E1.
Integrasi antara genom HPV dengan DNA manusia menyebabkan gen
E2 tidak berfungsi sehingga akan merangsang E6 berikatan dengan P-53 dan
E7 berikatan dengan pRb. Ikatan antara protein E6 dan gen P-53 menyebabkan
P-53 tidak berfungsi sebagai gen supresi tumor yang bekerja di fase G1. Gen
P-53 akan menghintikan siklus sel di fase G1 dengan tujuan agar sel dapat
memperbaiki kerusakan sebelum berlanjut ke fase S. Mekanisme kerja P-53
adalah berhubungan dengan menghambat kompleks cdk-cyclin yang
merangsang sel memasuki tahap selanjutnya sehingga jika E6 berikatan
dengan P-63 maka sel akan terus bekerja sehingga sel akan terus membelah
dan menjadi abnormal (Sinta et al, 2010).
Sel kanker serviks atau disebut sel HeLa (Henrietta Lacks) terjadi
akibat Human Papilloma Virus (HPV 18) sehingga mempunyai sifat berbeda
dengan sel serviks normal. Sel kanker serviks yang diinfeksi HPV
mengekspresikan dua onkogen, yaitu E6 dan E7. Protein E6 dan E7 dapat
menyebabkan sifat imortal pada kultur primer keratinosit manusua, namun sel
yang imortal ini tidak bersifat tumorgenik hingga suatu proses genetik terjadi.
Jadi viral onkogen tersebut tidak secara langsung enginduksi pembentukan
tumor, tetapi menginduksi serangkaian proses yang pada akhirnya dapat
menyebakan sifat kanker (Goodwin dan Di Maio, 2000). Sifat imortal tersebut
disebabkan karena kedua viral onkogen tersebut menghambat ekspresi gen P-
53 (Prayitno, dkk., 2005). Gen P-53 adalah gen yang mengendalikan apoptosis.
2.1.3 Sel Epitel Kanker HeLa
Sel HeLa berasal dari sel-sel kanker serviks yang diambil dari seorang
penderita kanker servik bernama Henrietta Lacks. Sel ini bersifat imortal dan
produktif sehingga banyak digunakan dalam penelitian ilmiah (Rahbari et al.,
2009; Capes et al, 2010; Watts dan Denise, 2010). Sel HeLa melakukan
proliferasi dengan sangat cepat dibandingkan sel lainnya lainnya. Rebecca
Skloot’s dalam The Immortal Life of Henrietta Lacks menjelaskan bahwa sel
HeLa mempunyai telomerasi aktif selama pembelahan sel, sehingga mencegah
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
pemendekan telomere yang menyangkut penuaan dan kematian sel (Sharrer,
2006). Transfer gen horizontal dari Human Papilloma Virus 18 (HPV 18) ke
sel serviks manusia menghasilkan genom HeLa yang berbeda dari genom
induk dengan berbagai cara termasuk jumlah kromosomnya. (Macville et. al,
1999).
2.2 Alga Hijau (Ulva Fasciata)
2.2.1 Karakteristik Alga Hijau (Ulva Fasciata)
Ganggang hijau, milik filum Chlorophyta, mengandung klorofil a, b,
karotenoid dan xanthophylls. Persediaan pangan utama ganggang hijau adalah pati.
Beberapa contoh alga hijau adalah Ulva, Codium dan Caulerpa. Sampai sekarang,
sekitar 7000 spesies ganggang hijau diidentifikasi. Mereka dapat berupa uniseluler
atau multiseluler. Kebanyakan dari mereka adalah ganggang air tawar, sementara
beberapa spesies yang ditemukan di air laut. Pada umumnya melekat pada batuan,
dan seringkali muncul kepermukaan apabila air surut. Sebagian lainnya hidup
bersimbiosis dengan lichenes, dan ada yang intraseluler pada binatang rendah.
Sebagian yang hidup di laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan siphonales.
Chlorophyta yang hidup di air tawar memiliki sifat kosmopolit, terutama yang hidup
di tempat yang terkena cahaya matahari langsung seperti kolam, danau dan genangan
air hujan, sungai atau selokan. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada
tumbuhan atau hewan.
Ciri-ciri alga hijau adalah sebagai berikut: (1) Struktur tubuhnya ada yang
bersel satu, juga ada yang berupa koloni, benang, lembaran atau tabung. (2)
Mempunyai klorofil yang terdapat dalam kloroplas. (3) Sel-sel bersifat eukariotik.
(4) Berperan sebagai vegetasi perintis. (5) Habitatnya di darat, tempat yang lembab,
di air tawar maupun air laut. (6) Cara hidupnya bebas dan sebagai epifit atau endofit
dalam tumbuhan atau hewan lain. (7) Di perairan merupakan fitoplankton. (8)
Memiliki cara perkembangbiakan vegetatif, dengan membelah diri, membentuk
zoospora, atau fragmentasi. (9) Memiliki perkembangbiakan generatif, dengan
konjugasi dan perkawinan sel gamet (Wikipedia, 2019).
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
2.2.1 Klasifikasi Ulva fasciata.
Kingdom : Plantae
Divisio : Chlorophyta
Class : Ulvophyceae
Ordo : Ulvales
Famili : Ulvaceae
Genus : Ulva
Species : Ulva fasciata
(Wikipedia, 2019)
2.2.2 Potensi Ulva fasciata dalam Pengobatan Kanker Serviks
Ekstrak kasar etanol, fraksi metanol dan fraksi etil asetat Ulva fasciata
memiliki nilai IC50 antara 30–225 ppm sehingga termasuk dalam kategori
toksik. Fraksi heksan Ulfa fasciata dengan nilai IC50 di bawah 30 ppm (sangat
toksik) merupakan fraksi paling aktif Fraksi heksan Ulfa fasciata merupakan
fraksi yang menunjukkan aktivitas sitotoksik cukup tinggi terhadap sel tumor
HeLa (IC50= 25,6 ppm) dan terhadap sel tumor T47D (IC50= 28,7 ppm).
Ekstrak kasar etanol, fraksi metanol, dan fraksi heksan Ulfa fasciata tidak
menunjukkan aktivitas antioksidan ditunjukkan oleh nilai IC50 yang jauhdi
atas standar vitamin C. Ekstrak Ulfa fasciata cukup berpotensi untuk
dikembangkan sebagai sumber senyawa antitumor namun kurang berpotensi
sebagai antioksidan (E. Marraskuranto, 2008).
2.3 Alga Coklat (Sargassum sp.)
2.3.1 Karakteristik Alga Coklat (Sargassum sp.)
Phaeophyta (alga coklat) mengandung pigmen xantofil–fucoxanthin, selain
klorofil a dan c. Oleh karena itu, anggota Phaeophyta menunjukkan karakteristik
warna kehijauan-coklat. Pigmen berwarna coklat sangat penting untuk adaptasi
Phaeophyta di laut dalam dan samudera. Phaeophyta biasanya disesuaikan dengan
lingkungan laut, hanya beberapa Phaeophyta yang merupakan spesies air tawar.
Bahkan, sebagian besar Phaeophyta yang dominan di zona beriklim belahan bumi
utara, sedangkan beberapa spesies ditemukan di perairan tropis yang hangat.
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
Sampai sekarang, sekitar 1500-2000 spesies alga coklat diidentifikasi di seluruh
dunia.
Phaeophyta adalah bentuk paling kompleks dari alga. Dinding sel terdiri dari
selulosa dan asam alginat (polisakarida kompleks).Cadangan makanan mengandung
gula, alkohol yang lebih tinggi dan bentuk kompleks lainnya polisakarida. Anggota
Phaeophyta milik ordo Laminarales disebut kelps. Kelps adalah satu-satunya alga
dengan diferensiasi jaringan internal yang signifikan. Meskipun memiliki jaringan
konduktif seperti xilem dan floem tidak hadir, kelps menunjukkan semacam jaringan
konduktif. Perkembangan mirip dengan spesies alga lainnya, reproduksi alga ini
berlangsung dengan baik cara-cara seksual dan aseksual. Phaeophyta pada tingat
tinggi memiliki siklus hidup yang terdiri dari tahap haploid dan diploid, disebut
sebagai pergantian generasi. talus mewakili tahap haploid dan tahap diploid mungkin
mirip (isomorfik) atau berbeda (heteromorphic) (Wikipedia, 2019)
2.3.2 Klasifikasi dan Taksonomi Sargassum Sp.
Kingdom : Protista
Divisi : Phaeophyta
Kelas : Phaeophyceae
Ordo : Fucales
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum sp.
(Wikipedia, 2019
2.3.3 Potensi Sargassum Sp. dalam Pengobatan Kanker
Ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) secara signifikan dapat menurunkan
persentase ekspresi Bcl2 pada sel HeLa sebanyak 62 %. Dosis paling rendah
dari ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) yang dapat menurunkan ekspresi
Bcl-2 pada sel HeLa adalah 31,25 μg/ml. Pada semua jenis Sargassum sp.
mengandung fukosantin dengan kadar tinggi. Fukosantin dapat menurunkan
ekspresi protein Bcl-2 pada sel kanker.
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
2.4 Alga Merah (Gelidium sp.)
2.4.1 Karakteristik Alga Merah (Gelidium sp.)
Alga merah memiliki pigmen phycoerythrin, pigmen ini memantulkan cahaya
merah dan menyerap cahaya biru sehingga alga ini terlihat berwarna merah. Pigmen
ini memungkinkan ganggang merah untuk berfotosintesis dan hidup di kedalaman
agak lebih besar daripada kebanyakan alga lainnya. Beberapa rhodophyta memiliki
sedikit pigmen phycoerythrin, sehingga alga merah tampak berwarna hijau atau
kebiruan dari klorofil dan pigmen lain yang hadir di dalamnya. Rhodophyta penting
dalam pembentukan terumbu karang, pada beberapa atol Pasifik, alga merah telah
memberikan kontribusi yang jauh lebih ke struktur karang dari organisme lain,
bahkan lebih dari karang. Rhodophyta karang ini disebut alga koralin, karena mereka
mengeluarkan cangkang keras dari karbonat di sekitar mereka.
Ciri-ciri alga merah adalah sebagai berikut:
• Kelompok alga ini sebagai penghuni laut, melekat pada dasar atau batubatuan
sampai beberapa puluh meter di atas permukaan laut. Beberapa spesies
terdapat di air tawar.
• Bersifat autotrof, tetapi ada yang heterotrof. Yang heterotrof tidak
berkromatofora dan hidup sebagai parasit pada ganggang lain.
• Pada umumnya struktur tubuhnya tersusun dari banyak sel berupa benang,
lembaran atau menyerupai tanaman tingkat tinggi.
• Hasil asimilasi berupa tepung floridae (mirip glikogen) dan floridosida
(senyawa gliserin dan galaktosa) serta tetes minyak. Kadang terdapat
pirenoid.
• Mempuyai klorofil, figmen fikoeritrin (merah) dan fikosianin (biru)
• Dinding sel alga merah terdiri atas selulosa (sebelah dalam) dan pektin
berlendir (sebelah luar).
• Banyak alga merah mempunyai nilai ekonomi yang penting sebagai bahan
makanan, yaitu untuk di buat agar-agar.
• Bentuk talus beranekaragam dengan jaringan tubuh yang belum bersifat
parenkim tetapi hanya berupa plektenkim (Wikipedia. 2019).
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
2.4.2 Klasifikasi Gelidium sp.
• Regnum : Plantae
• Divisi : Rhodoiphycophyta
• Kelas : Florideophyceae
• Ordo : Gelidiales
• Famili : Gelidiaceae
• Genus : Gelidium
• Spesies : Gelidium sp.
(Wikipedia, 2019)
2.4.3 Potensi Gelidium sp. dalam Pengobatan Kanker
Spesies Gelidium sp. terhadap pertumbuhan sel kanker caco-2 secara in
vitro. Gelidium sp. dilaporkan memiliki senyawa bioaktif yang dapat
menghambat proliferasi sel kanker. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas antiproliferasi ekstrak alga merah Gelidium sp.
terhadap pertumbuhan sel kanker Caco-2 secara in vitro. Hasil penelitian
didapatkan berat rendemen ekstrak Gelidiumsp sebesar 5,3337%. Dari uji
Fitokimia menggunakan Gass Chromatography–Mass Spectrometry
didapatkan 40 peak senyawa bioaktif dan beberapa diantaranya memiliki sifat
toksik, antioksidan, dan antiinflamasi. Hasil uji aktivitas antiproliferasi ektrak
alga merah Gelidium sp terhadap pertumbuhan sel kanker Caco-2 dengan
waktu inkubasi selama 72 jam terbukti memiliki aktivitas antiproliferasi
terhadap sel kanker Caco-2dengan nilai IC-50 sebesar 138,76 μg/mL. Alga
merah Gelidium sp. juga memiliki aktivitas antioksidan.Penelitian ini dapat
digunakan sebagai informasi awal maupun acuan bagi penelitian selanjutnya
dalam pengembangan makroalga khususnya Gelidium di bidang pengobatan
kanker berbasis rumput laut (Selamet Kurniawan Riandinata, dkk., 2018).
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
2.4.3 P-53
Protein P-53 pertama kali diidentifikasi pada tahun 1979 sebagai
transformation-related protein dan protein yang terakumulasi pada inti sel
kanker serta berikatan kuat dengan antigen T simian virus 40 (SV40). Akan
tetapi, sepuluh tahun kemudian, para peneliti mendapatkan bahwa ternyata
protein tersebut merupakan mutasi dari bentuk awal P-53/wild-type P-53 (wt P-
53) dan sifat onkogenik P-53 sebenarnya merupakan hasil dari mutasi P-53 (Bai
& Zhu, 2006). Gen P-53 merupakan tumor suppressor gene yang multifungsi
dan sering mengalami alterasi pada kanker ovarium dan jenis kanker lainnya.
Pada kondisi normal, P-53 berinteraksi dengan berbagai jenis protein yang
terlibat dalam regulasi transkripsional, repair DNA, siklus sel, apoptosis, dan
degradasi protein yang dimediasi oleh proteosom. Dalam kondisi normal,
jaringan P-53 dalam kondisi tidak aktif, biasanya diaktifkan oleh semacam
stress seluler yang dapat mengubah siklus pertumbuhan sel normal atau
menginduksi mutasi genom yang kemudian mengarah pada tranformasi
onkogenik. Protein P-53 yang aktif dapat menghentikan siklus sel atau
menghidupkan jalur apoptosis dan memaksa sel-sel rusak dan mengandung
mutasi melakukan bunuh diri sehingga mencegah perbanyakan dan
pertumbuhan selular yang abnormal. Oleh karena itu, protein P-53, sebagai
guardian of genom, adalah inhibitor penting dari perkembangan tumor sehingga
gen ini menjadi paling sering bermutasi dalam penyakit kanker.
2.5 Apoptosis
2.5.1 Faktor-faktor Terjadinya Apoptosis
Apoptosis adalah mekanisme kematian sel yang terprogram penting
dalam berbagai proses Biologi. Berbeda dengan nekrosis, yang merupakan
bentuk kematian sel akibat terluka akut, apoptosis terjadi dalam proses yang
diatur sedemikian rupa yang secara umum memberi keuntungan selama siklus
kehidupan suatu organisme. Contohnya adalah pada deferensiasi jari manusia
selama perkembangan embrio membutuhkan sela diantara jari-jari untuk
apoptosis sehingga jari-jari dapat terpisah (CCRC, Farmasi UGM).
Apoptosis dapat terjadi secara langsung ketika sel rusak tidak bisa
diperbaiki lagi atau saat sel terinfeksi oleh virus. Keputusan untuk melakukan
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
apoptosis dapat berasal dari diri sel itu sendiri, dari jaringan di sekitarnya, atau
dari sel yang merupakan bagian sistem imun. Jika kemampuan inisiasi
apoptosis terhambat, maka sel yang rusak dapat membelah tanpa batas,
berkembang menjadi kanker. Selain itu, respon terhadap stress atau kerusakan
DNA yang disebabkan oleh faktor paparan senyawa toksik, radiasi sinar
ultraviolet, atau radiasi ionisasi dapat menginduksi sel memulai apoptosis.
Contohnya kerusakan genom dalam inti sel, adanya enzim PARP-1 memicu
terjadinya apoptosis. Enzim ini memiliki peran penting dalam menjaga
intergritas genom, tetapi aktivitasnya secara berlebihan dapat mengubah
proses nekrosis (proses kematian sel yang tidak terprogram). Faktor
Homeostatis juga berpengaruh terhadap mekanisme apoptosis. Homeostatis
adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh organisme yang dibutuhkan
organisme hidup untuk menjaga keadaan internalnya dalam batas tertentu.
Homeostatis tercapai saat tingkat mitosis (proliferasi) dalam jaringan
seimbang dengan kematian sel. Jika keseimbangan ini terganggu maka jumlah
sel membelah dapat lebih cepat dari sel yang mati ataupun sebaliknya, jumlah
sel yang mati lebih banyak dari sel yang membelah (CCRC, Farmasi UGM).
2.5.2 Mekanisme Apoptosis
Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis
besarnya dibagi menjadi empat tahapan, yaitu adanya singal penginduksi
apoptosis, tahap integrasi atau pengaturan (tranduksi signal, induksi gen
apoptosis yang berhubungan, dll.), tahapan pelaksanaan apoptosis (degradasi
DNA, pembongkaran sel, dll.) serta yang terakhir adalah tahap fagositosis
(CCRC, Farmasi UGM).
2.5.2.1 Signal Penginduksi Apoptosis
Apoptosis tidak memerlukan suatu proses trankipsi atau
translasi. Molecular machine yang dibutuhkan untuk kematian sel
dianggap mengalami dormansi dan hanya memerlukan waktu aktivasi
yang cepat. Signal penginduksi apoptosis dapat berasal dari
ekstraseluler dan intraseluler. Signal ekstraseluler contohnya hormon.
Sedangkan signal intraseluler contohnya radiasi ionisasi, oksidase
radikal bebas, dan gangguan pada siklus sel. Kedua jalur penginduksi
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
tersebut bertemu di dalam sel, berubah menjadi famili protein
pengeksekusi utama. Sel yang berbeda memberikan respon yang
berbeda terhadap penginduksi apoptosis. Misalnya sel splenic limfosit
akan mengalami apoptosis saat terpapar radiasi ionisasi, sedangkan sel
myocyte tidak mengalami apoptosis dengan cara pemaparan yang sama
(CCRC, Farmasi UGM).
2.5.2.2 Regulator Molekuler Apoptosis (Integrasi/Pengaturan)
Signal penginduksi dihubungkan dengan pelaksanaan
apoptosis oleh tahap integrasi atau pengaturan. Pada tahap ini terdapat
molekul regulator positif atau negatif yang dapat menghambat,
memacu, mencegah apoptosis, sehingga menentukan apakah sel tetap
hidup atau mengalami apoptosis (mati). Apoptosis diperantarai oleh
famili protase yang disebut caspase, yang diaktifkan melalui proteolisis
dari bentuk prekusor inaktifnya (zymogen). Caspas merupakan
endoprotase yang memiliki sisi aktif Cys (C) dan membelah pada
terminal C pada residu Asp, oleh karena itu dikenal sebagai sebagai
Caspases (Cys containing Asp specific protease) (CCRC, Farmasi
UGM).
2.5.2.3 Tahapan Pelaksaan Apoptosis
Sinyal apoptosis bisa terjadi secara intraseluler dan
ekstraseluler. Jalur ekstrinsik (ekstraseluler) diinisiasi melalui stimulasi
dari reseptor kematian (death receptor) sedangkan jalur intrinsik
diinisiasi melalui pelepasan faktor signal dari mitokondria dalam sel.
Peristiwa apoptosis jalur ekstrinsik dimulai dari adanya pelepasan
molekul signal yang disebut ligan oleh sel lain tetapi bukan berasal dari
sel yang akan mengalami apoptosis. Ligan tersebut berikatan dengan
death receptor yang terletak pada transmembran sel target yang
menginduksi apoptosis. Death receptor yang terletak di permukaan sel
adalah famili reseptor TNF (Tumor Necrosis Factor), yang meliputi
TNF-R1, CD 95 (Fas), dan TNFRelated Apoptosis Inducing Ligan
(TRAIL)-R1 dan R2.
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
Stress mitokondria yang menginduksi apoptosis jalur
intrinsik disebabkan oleh senyawa kimia atau kehilangan faktor
pertumbuhan, sehingga menyebabkan gangguan pada mitokondria dan
terjadi pelepasan sitokrom c dari intermembran mitokondria. Protein
capcase-8 akan memotong anggota famili Bcl-2 yaitu Bid. Kemudian
Bid yang terpotong pada bagian ujungnya akan menginduksi insersi
Bax dalam membran mitokondria dan melepaskan molekul
proapoptotik seperti sitokrom c, Samc/Diablo, Apoptosis Inducing
Factor (AIF), dan omi/Htr2. dengan adanya dATP akan terbentuk
kompleks antara sitokrom c, APAF1 dan caspase 9 yang disebut
apoptosom. Selanjutnya, capcase 9 akan mengaktifkan downstream
procaspase-3. Protein caspase 3 yang aktif memecah berbagai macam
substrat, diantaranya enzim DNA repair seperti polyADP Ribose
Polymerase (PARP) dan DNA protein kinase yaitu protein struktural
seluler dan nukleus, termasuk aparatus mitotik inti, lamina nukleus, dan
aktin serta endonuklease, seperti Caspase-Aktivated
Deoxyribonuklease Inhibitor (ICAD) dan konstituen seluler lainnya.
Selain itu, caspase 3 juga mempunyai kemampuan untuk mengaktifkan
caspese lainnya, seperti procaspase-6 dan procaspase-7 yang
memberikan amplifikasi terhadap kerusakan seluler. Adanya seluler
stres meningkatkan ekspresi dari protein P-53 yang mengakibatkan
terjadinya GI arrest atau apoptosis. Anggota dari apoptosis Stimulating
Protein P-53 (ASPP) yaitu ASPP 1 dan ASPP 2 secara spesifik
menstimulasi fungsi transsktivasi P-53 pada promotor gen proapoptotik
seperti Bax dan P-53 Inducible Gene 3 (PIG 3), tapi tidak pada
promotor gen yang menyebabkan cell cycle arrest, yaitu p21 dan
MDM2. Tahapan apoptosis jalur ekstrinsik/deatch receptor pathway.
Jalur ini khas pada sistem imun dan digunakan untuk menghilangkan
sel T yang aktif pada akhir dari respon imun. Jalur ini terutama
diperantarai oleh perforin / granzyme. Tahap-tahap apoptosis dalam
death receptor pathway:
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
1. Ikatan antara FasL, suatu TNF (Tumor Necrosis Factor)
dengan reseptornya.
TNF adalah molekul penginduksi interseluler
yang berupa asam amino-157, dihasilkan terutama oleh
makrofag yang teraktivasi, merupakan mediator
apoptosis ekstrinsik utama. Ada 2 macam reseptor
untuk TNF yaitu TNFR-1 dan TNFR-2. TNF yang
berikatan dengan TNFR-1 yang dapat menginisiasi
jalur aktivasi caspase. Fas (Apo-1 atau CD 95) adalah
reseptor untuk signal apoptosis ekstrinsik lain pada
membran sel, dan termasuk famili reseptor TNF. FasL
(Fas ligan) adalah protein yang berikatan dengan Fas
untuk mengaktifkan jalur Fas. Fas merupakan protein
transmembran yang juga termasuk famili TNF.
2. Ikatan FasL dengan Fas menginduksi reseptor untuk
mengelompok (trimerisasi)
Gambar Ikatan FasL dengan Fas menyebabkan trimerisasi
reseptor Pengikatan FADD (Fas associated death domain
protein) pada domain kematian (death domain). DED (death
effector domain) dari FADD mengikat pro-caspase 8.
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
Kompleks yang terbentuk disebut DISC (death-inducing
signaling complex), kompleks ini mengaktivasi pro-caspase 8.
Caspase 8 yang teraktivasi (heterotetramer) dilepaskan dari
DISC ke sitoplasma. Caspase 8 termasuk caspase inisiator
yang akan mengaktivasi caspase eksekutor terutama melalui
pro-caspase 3
2.6 Pengendalian Apoptosis
Haruslah jelas sel menjaga kontrol caspases. Dua spesies untuk
menginhibisi apoptosis adalah protein mitochondrial Bcl-2 dan Bcl-xL,
yang dapat menghalangi pelepasan sitokrom c dari mitokondria.
Protein keluarga Bcl mempunyai suatu gugus hidrofob dan terikat di
sisi luar permukaan mitokondria dan organel lain seperti inti dan
retikulum endoplasma. Protein ini mampu membentuk kanal ion di
liposom. Sejauh ini 15 anggota keluarga ini (ced-9 yang dihubungkan
dengan C. elegans) telah ditemukan di manusia. Bcl-2 dapat juga
mengikat Apaf-1 dan menghalangi pengaktifan inisiasi caspase 9. Bcl-
2 diatur oleh perubahan ekspresi gen Bcl-2, dengan post-translational
fosforilasi oleh kinase, atau oleh pecahnya caspase. Kelebihan ekpresi
Bcl-2 dapat menyebabkan suatu sel menjadi suatu sel tumor. Anggota
lain keluarga, BAX dan BAD yang mengikat mitokondria dan
memfasilitasi apoptosis dengan menstimulasi pelepasan sitokrom C.
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
Sebagai tambahan, protein lain yang disebut IAPS (inhibitor of
apoptosis) dapat menghalangi caspase atau protein apoptotis lainnya.
2.7 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini meliputi:
1. Fraksi antikanker Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp.
berpotensi sebagai penyembuhan kanker serviks uteri
2. Peningkatan ekspresi protein P-53 berbanding lurus dengan apoptosis sel
HeLa
2.8 Kerangka Berpikir
Pola hidup
tidak sehat
Inveksi virus
HPV (human
papiloma
virus)
Mutasi DNA
(Deoxyribo
Nucleic Acid)
Penurunan
ekspresi
protein P-53
Penurunan
apoptosis sel
Sel serviks uteri mengalami
mengalami proliferasi
secara abnormal dan
berlebihan
Memicu
timbulnya
kanker
serviks uteri
Diperlukan bahan untuk meningkatkan
ekspresi protein P-53 sehingga terjadi
apoptosis sel kanker serviks.
Alga berpotensi sebagai agen
kemopreventif dalam
pengobatan kanker serviks
uteri
Ulva fasciata memiliki
kandungan steroid sebagai
antioksidan yang berperan
menghambat stress
oksidatif, pencegah kanker
HeLa dan T47D
Sargassum sp.
mengandung pignen
fukosantin sebagai
pengobatan kanker serviks
uteri
Gelidium sp. memiliki kandungan
pigmen fikoeritin (phycoerytrin)
(Wikipedia, 2019). Gelidium sp.
memiliki aktivitas antiproliferasi
terhadap sel kanker Caco-2
Pada penelitian ini, peneliti ingin membandingkan tingkat efektivitas Ulva fasciata,
Sargassum sp., dan Gellidium sp., terhadap apoptosis sel kanker serviks HeLa yang
dimediasi oleh protein P-53
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat penelitian
Rencana penelitian ini dilakukan pada awal Juni. Penelitian dilakukan di
laboratorium Kimia dan Biologi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pati dibantu oleh
Pusat Lembaga Penelitian Indonesia (LIPI) agar mendapat pengawasan yang lebih
baik dan dengan menggunakan metode studi pustaka, metode observasi, metode
dokumentasi, pengambilan, metode eksperimen, dan pengolahan data.
Rancangan Waktu, Lokasi, dan Kegiatan Penelitian
Rancangan
Waktu
Penelitian
Rencana Tempat
Penelitian
Rencana Kegiatan Penelitian
27 s.d. 28 April
2018
Rumah peneliti Persiapan pemilihan topik penelitian
Konsultasi ide penelitian
Studi literatur, identifikasi dan
perumusan masalah
Penyusunan bab I, II, dan III
29 April 2019 Sekolah
Menengah
Atas Negeri 1 Pati
Editing proposal penelitian
Finalisasi proposal penelitian
Pengiriman proposal penelitian
27 Mei s.d. 27
September
Pusat Penelitian
LIPI
Mentoring (penelitian)
31 Mei 2019 Sekitar daerah
PatiSemarang
Persiapan alat dan bahan penelitian
9 Juli Pusat Penelitian
LIPI
Ekstrasi Ulva Fasciata, Sargassum
sp., dan Gelidium sp.
10 Juli Pusat Penelitian
LIPI
Karakterisasi sampel penelitian
11 Juli Pusat Penelitian
LIPI
Kultur dan penumbuhan sel
Henrietta Lacks
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
Rancangan Waktu
Penelitian
Rencana Tempat
Penelitian
Rencana Kegiatan Penelitian
12 Juli Pusat Penelitian
LIPI
Pengujian ekstrak kepada sel
Henrietta Lacks
13 Juli Pusat Penelitian
LIPI
Pengukuran jumlah sel apoptosis
menggunakan Flowcytometry
15 Juli Pusat Penelitian
LIPI
Pengukuran jumlah protein P-53
dengan Imunisitokimia
3.2 Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah deskriptif
kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data
numerik. Sedangkan metode yang digunakan adalah studi laboratorium (eksperimen)
dan studi literatur. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam
kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012). Metode eksperimen pada penelitian
ini diperlukan untuk: (1) Mengetahui tingkat efektivitas fraksi antikanker Ulva
Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks
yang dimediasi oleh ekspresi protein P-53. (2) Mengetahui fraksi antikanker Ulva
Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. sehingga dapat digunakan sebagai
apoptosis sel kanker serviks. (3) Mengetahui mekanisme kerja fraksi antikanker Ulva
Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks
yang dimediasi oleh ekspresi protein P-53
3.3 Rancangan penelitian
Rancangan percobaan yang peniliti lakukan dengan membagi menjadi 4
perlakuan sebagai berikut.
No. Perlakuan
1. 1 mL suspense sel HeLa dalam media kultur RPMI-1640.
2. 1 mL suspense sel HeLa + 60 µg/mL fraksi antikanker Ulva fasciata
dalam media kultur RPMI-1640.
3, 1 mL suspense sel HeLa + 60 µg/mL fraksi antikanker Sargassum sp.
dalam media kultur RPMI-1640.
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
4. 1 mL suspense sel HeLa + 60 µg/mL fraksi antikanker Gelidium sp.
dalam media kultur RPMI-1640.
Masing-masing perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali agar
mendapatkan hasil yang akurat.
3.4 Teknik pengambilan sampel
Penentuan jumlah sampel tiap kelompok didasarkan pada formulasi Gomez.
Banyaknya perlakuan (T) adalah 4, sehingga jumlah sampel tiap kelompok (r)
adalah :
T (r - 1) ≥ 6
4 (r-1) ≥ 6
4r – 4 ≥ 6
4r ≥ 10
r ≥ 2,5 (dibulatkan 3)
Jumlah minimal sampel yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah 3
buah sampel untuk setiap kelompok perlakuan.
3.5 Identifikasi variabel penelitian
Dalam penelitian ini dapat diidentifikasi variabel sebagai berikut:
Variabel terikat Variabel bebas Variabel terkendali
Ekspresi P-53
dan
Jumlah sel yang
mengalami
apoptosis
Jenis alga yang
digunakan Ulva
Fasciata, Sargassum
sp., dan Gelidium sp.
Jenis sel kanker Uteri
(HeLa) dan medium sel
HeLa, volume ekstrak yang
digunakan (1 mL suspense
sel HeLa + 60 µg/mL
ekstrak)
3.6 Prosedur penelitian
3.6.1 Ekstraksi Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp.
Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp.yang digunakan
diperoleh dari daerah perairan Laut Jawa. Kemudian bahan uji ini diekstrak
Keterangan:
T: Banyaknya Perlakuan
r: Jumlah sampel tiap kelompok
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
dengan etanol, pengekstrakan dilakukan di laboratorium pembuatan ekstrak
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. dengan massa masing-
masing sebanyak 500 gram dipotong-potong membentuk simplisia
kemudian dicuci sampai bersih, lalu dikeringkan. Setelah kering,
simplisia ini dihancurkan sehingga menghasilkan simplisia kering.
2. Simplisia Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp.yang telah
menjadi bubuk direbus dengan menambahkan 6 L etanol selama 2 jam
disaring dengan ukuran 125 mesh, bagian yang masih kasar diekstrak.
3. Memberikan alas kapas pada maserator.
4. Memasukkan simplisia yang telah dihaluskan ke dalam maserator, lalu
tambahkan etanol 95% dan diamkan selama 24 jam.
5. Mengeluarkan larutan dari outlet di bawah maserator. Menyaring
serbuk yang terbawa dengan menggunakan kertas saring.
Larutan ini disebut ekstrak encer.
6. Menambahkan etanol baru ke dalam ampas yang tersisa di dalam
maserator.
7. Mengulangi penambahan etanol sampai larutan yang keluar dari outlet
maserator tidak berwarna lagi (biasanya 5-6 kali rendaman).
8. Memekatkan ekstrak encer yang telah didapatkan dengan menggunakan
alat Rotari Evaporator sampai pekat atau sampai tidak
ada lagi pelarut yang menetes di kondensor Rotari Evaporator.
9. Ekstrak ini dinamakan ekstrak pekat.
3.6.2 Kultur dan penumbuhan sel Henrietta Lacks
Media tumbuh yang digunakan adalah RPMI-1640 (Roswell Park
Memorial Instituted), yaitu medium yang digunakan secara luas untuk
menumbuhkan sel mamalia, dengan penambahan 10% FBS (Fetal Bovine
Serum), Fungison 0,5% dan 1% penisilin-streptomisin. Konsentrasi sel yang
digunakan yaitu 1 x 103
sel/mL ke dalam 15 sumuran masing-masing
dimasukkan 1 mL suspensi sel.
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
3.6.3 Pengujian ekstrak kepada sel Henrietta Lacks
Setelah sel tumbuh subconfluent, maka medium diganti dengan medium
yang telah diberi fraksi antikarker Cholorophyceae sp., Phaehphyceae sp.,
dan Rhodophyceae sp.sesuai konsentrasi perlakuan. Sel HeLa yang diberi
fraksi antikanker alga diinkubasi pada CO2 5%, suhu 37°C dalam waktu 24
jam. Setelah 24 jam, sel dapat dipanen dan diteliti.
3.6.4 Pengukuran jumlah sel apoptosis menggunakan Flowcytometry
Dilakukan inkubasi 24 well-plate dengan masing-masing sumuran
mengandung 1 x 105
sel pada inkubator CO2 5% 37 . Setelah sel dikeluarkan
dari inkubator, medium dan EEDS diaspirasi, kemudian dalam tiap sumuran
ditambahkan D-PBS, EDTA, dan tripsin, lalu dilanjutkan dengan inkubasi dua
menit pada inkubator CO2. Selanjutnya semua aspirat diletakkan pada
eppendorf dan dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama lima
menit dicuci dengan PBS dingin. Senfugasi sel dengan kecepatan 1500 rpm
pada suhu 4 . Tambahkan Annexin V, Streptavidin, PI (Annexin V Biotin
Apoptosis Detection Kit e-Bioscience) dan inkubasi 10 menit pada suhu 4
pada ruang gelap. Langkah terakhir adalah penambahan staining buffer
sebanyak 300 l pada tiap sumuran. Analisis menggunakan Flowcytometry pada
waktu kurang dari satu jam (Setyawati Karyono, dkk. 2011).
3.6.5 Prosedur Pengukuran Jumlah Protein P-53 dengan Pengecatan
Imunohistokimia
Imunohistokimia merupakan suatu proses mengidentifikasi protein
spesifik pada jaringan atau sel dengan menggunakan antibodi. Tempat
pengikatan antara antibodi dengan protein spesifik diidentifikasi dengan
marker yang biasanya dilekatkan pada antibodi dan bisa divisualisasi secara
langsung atau dengan reaksi untuk mengidentifikasi marker. Marker dapat
berupa senyawa berwarna, zat berfluoresensi, logam berat, label radioaktif, atau
enzim. Dalam hal ini peneliti menggunakan marker berupa senyawa berwarna/
zat berfluoresensi karena pengaplikasiannya yang mudah dan ramah
lingkungan (sedikit menimbulkan efek samping bagi tubuh) (Larasati, CCRC).
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
Prosedur dalam pengukuran jumlah protein P-53 dengan pengecatan
imunohistokimia adalah sebagai berikut. Jumlah sel yang ditransfer dalam 24-
well plate yang sebelumnya telah diisi dengan cover slip adalah 5 x 103
sel/sumuran, dilanjutkan dengan menginkubasi sel sampai konfluen. Setelah
sel pulih kembali, medium lama dibuang dan ke dalam tiap sumuran
ditambahkan secara bertahap serum-free, medium dan EEDS, kemudian
diinkubasi selama 24 dan 48 jam. Pada waktu akhir inkubasi, sel dicuci PBS
kemudian ditambahkan metanol dingin. Ke dalam masing-masing sumuran
ditambahkan metanol dingin. Ke dalam masing-masing sumuran ditambahkan
secara berurutan H2O2 3% dalam PBS pH 7,4, blocking buffer dan inkubasi 1
jam. Pada tiap sumuran ditambahkan antibodi skunder terbiotinasi,
Steptavidin-HRP, AEC (Aminoethil Carbazole), setelah itu dicuci
menggunakan dH2O. Mayer HE diteteskan ke masingmasing sumuran sebagai
counterstaining kemudian dicuci dengan dH2O. Coverslip kemudian diangkat
dan diletakkan pada deck glass yang sudah ditetesi gelatin 5%. Preparat diaca
pada mikriskop Nikon E-100 pada perbesaran 400 x dan difoto dengan collpix
E 4500 (Ermin Rachmawati, dkk. 2011).
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
DAFTAR PUSTAKA
Agli Adhitya Anugrah Putra, 2012 Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Bandung Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata)
ALHilli ZA, AL Jumaily, EF, Yaseen NY. Role of volatile oils fraction of cyperus
rotundus
Antikanker Payudara, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah
Prof.
Asri A. Pengaruh Pemberian Perasan Seledri Terhadap Aktivitas Proliferasi Sel,
Indeks Apoptosis dan Perubahan Histopatologi Mukosa Kolon Tikus
Wistar. Tesis tidak diterbitkan.. Semarang: Universitas Diponegoro. 2004.
Bagchi, K. and Puri, S. 1998. Free radicals and antioxidants in health and disease.
Eastern Mediterranean Health Journal. 4(2): 350–360.
Bandar Lampung, Oktober 2015 52 Potensi Umbi Rumput Teki (Cyperus
Rotundus) sebagai Antikanker
Boatright MK, Salvesea GS. Mechanism of caspase activation. Current opinion in
cell biologi. ELSEVIER. 2003:15: 725-731.
Boik, J., 1996. Cancer and Natural Medicine: A textbook of Basic Science and
Clinical Research. Oregon Medical Press. 315 pp.
Cancer Chemoprevention Reasearch Centre (CCRC), 2019 Universitas Gajah
Mada
Carballo, J.L., Hernandez-Inda, Z.L., Perez, P., and Garcia-Gravalos, M.D. 2002.
A comparison between two brine shrimp assay to detect in vitro
cytotoxicity in marine natural product (Methodology Article). BMC
Biotechnology. 2: 1–5.
chemoprevention/chemotherapeuticeffects of thymoquinone. Mutation Research.
Chow, S.T., Chao, W.W., and Chung, Y.C., 2003. Antioxidative activity and safety
of 50% ethanolic red bean extract (Phaseolus raditus L. Var Aurea). J. Food
Science. 68(1): 21–25.
Clarisa A., 2009. Respon Limfosit Lokal pada Kejadian Rekurensi Kanker serviks
di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
Dedi N, Jaswir I, Salleh HM, Taher M, Miyashita K, Ramli N. 2011; 5(11): 2405-
2412. Fucoxanthin Extraction and Fatty Acid Analysis of Sargassum
binderi and S. Duplicatum. Journal of Medicinal Plants Research.
Departemen kesehatan RI. (2007). Pedoman penemuan dan penatalaksanaan
penyakit kanker tertentu di komunitas. Jakarta: Bakti Husada
Donoghue S, Baden HS, Lauder I, Sobolewski S, Pringle JH.
Immunohistochemical
DR. Hamka, Jakarta Timur 13460.
Dwitiyanti, Agustus 2015, Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai
Ermin Rachmawati, Setyawati Karyono, Hidayat Suyuti, 2012, Efek Ekstrak
Etanolik Daun Sirsak pada Proliferasi dan Apoptosis Sel HeLa yang
Dimediasi oleh P-53.
Fahri M. Kajian Kandungan Metabolit Sekunder dari Alga Coklat Sargassum
cristaefolium. Tesis. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas
Brawijaya. 2009.
Fajarningsih, N.D., Nursid, M., W ikanta, T., dan Marraskuranto, E. 2008.
Bioaktivitas ekstrak Turbinaria deccurens sebagai antitumor (HeLa dan
T47D) serta efeknya terhadap proliferasi limfosit. JPB Perikanan. 3(1): 21–
27.
Faulkner, D. J. 2000. Marine pharmacology. Antonie Van Leeuwenhoek.
Netherlands. 77:
Fortes, E.T.G. 1981. Introduction to the Seaweeds : Their Characteristics and
Economic Importance. Report of the training course on gracilaria algae.
Manila, Philipinnes.
Hosokawa M, Wanezaki S, Miyauchi K, Kurihara H, Kohno H, Kawabata J,
Odashima S, Takahashi K. ApoptosisInducing Effect of Fucoxanthin on
Human Leukemia Cell HL-
http://www.dharmais.co.id/new/ content.php?page= article&lang=id. Diakses
tanggal 29 April 2019
https://en.wikipedia.org/wiki
Hughes, D. and Mehmet, H. 2003. Cell proliferation and apoptosis. BIOS Scientific
Publishers Ltd. Oxford.
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
in induction of apoptosis on cancer cell lines in vitro.Biotech. 2010; 9(2): 28698.
Jemal A, Bray F, Melissa M, Ferlay J, Ward E, Forman D. Globar Cancer Statistic,
Vol. 61, Maret-April 2011.
Kastomo, D.R. 2008. Mengapa kanker hampir selalu terlambat diketahui?
Kotake-Nara E, Terasaki M, Nagao A. Characterization of Apoptosis Induced by
Fucoxanthin in Human Promyelocytic Leukemia Cells. Bioscience
Biotechnology and Biochemistry. 2005; 69:224-27.
Kundua J, Chuna K, Aruomab OI, Kundua JK. Mechanistic perspectives on
cancer chemoprevention/chemotherapeutic effects of thymoquinone.
Mutation Research. 2014; 768: 22–34.
Kundua J, Chuna K, Aruomab OI, Kundua, JK. Mechanistic perspectives on cancer
Localization of Caspase-3 Correlates with Clinical Outcome in B-Cell Diffuse
Large-Cell Lymphoma Immunohistochemical Localization of Caspase-3
Correlates with Clinical Outcome. American Association for Cancer
Research. 1999;59:5386-5391.
Maulanusantara. Cegah Kanker Serviks Sekarang. 2009. (online).
Melva. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim pada
Penderita yang Datang Berobat di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2008. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
2008.
Meyer, B.N., Ferrigni, N.R.M., Putman, J.E., Jacobsen, L.B., Nicholas, D.E., and
McLauglin, J.L. 1982. Brine Shrimp: a convenient general bioassay for
active plant constituents. Planta Med. 45: 34–35.
Nursalam, Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian, 2003, halaman 96-97.
PDS PATKLIN Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia. Kanker di
Indonesia Tahun 2002 Data Histopatologi. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2002. 135–145 2014; 768: 22–34. 60. Food Science
and Technology Research. 1999; 5:243-46.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Stop Kanker [internet];
2015.Tersediadari:http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/i
nfodatin/infodatinkanker.pdf.
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
Radji M, Aldrat H., 2010; 8(1):33-39, Penggunaan Obat Herbal pada Pasien
Kanker Serviks. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia..
Rita. Khasiat Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya Linn.) sebagai Antikanker.
Skripsi.Pontianak: Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Tanjungpura. 2010.
Rumiyanti, 2006; 14(3):238-242. Protein Kelompok Bcl-2 sebagai Target Senyawa
Antikanker. Jurnal Kedokteran Yarsi.
Sismindari, A.S., Handayani, Yulia, S., dan Candra, E. 2002. Potent effect of
protein extract containing ribosome-inactivating proteins (RIPs) isolated
from Erythrina fusca lour on cancer cells. Indonesian J. Biotechnol. Dec
2002. p. 559–564.
Smit, A.J. 2004. Medicinal and pharmaceutical uses of seaweed natural products :
A review. J. of Applied Phycology. and Netherland. 16: 245–262.
Susianti, Prosiding Seminar Presentasi Artikel Ilmiah Dies Natalis FK Unila ke-13
Sutjipto, 2008. Permasalahan deteksi dini dan pengobatan kanker payudara. http://
www.dharmais.co.id/new/content.php?page= article&lang=id. Diakses
tanggal 29 April 2019.
Terhadap Ekspresi Gen Caspase 3 Pada Kultur Sel Kanker Serviks Uteri HeLa
The Effect of Annona Muricata Leaf on Proliferation and Appoptosis of HeLa Cells
Mediated by P-53 Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27 No. 1, Februari
2012; Korespondensi: Ermin Rachmawati. Departemen Fisiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung Bandar Lampung, Jl. Prof. Soemantri
Brojonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145
Torres, M.R., Sousa, A.P.A., Filho, E.A.T.S., Moraes, MEA., Moraes M.O., and
Costa-Latuto, L.V. 2005. Biological activity of aquens and organic extract
of seaweeds from Ceara State, Brazil. Arq.Cien.Mar.Fortaleza. 38: 55–63
Waryono T., 2008, Biogeografi Alga Makro (Rumput Laut) di Kawasan Pesisir
Indonesia. Kumpulan Makalah Periode 1987-2008.
Wikanta, T., Januar, H.I., dan Nursid, M. 2005. Uji aktivitas antioksidan dan
sitotoksisitas ekstrak alga merah Rhodymenia palmata. J. Penel. Perik.
Indonesia. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. II(4).
Wikipedia, 2019 alga coklat, alga merah, alga hijau
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
Wikipedia, 2019 Caspase3 disadur https://en.wikipedia.org/wiki/Caspase_3
Wikipedia, 2019 cr201053 disadur https://www.nature.com/articles/cr201053
Wikipedia, 2019 https://en.wikipedia.org/wiki/Myc
Xiao D. Benzyl Isothiocyanate–Induced Apoptosis in Human Breast Cancer Cells
is Initiated by Reactive Oxygen
Yang PM, Tseng HT, Peng CW, Chen WS, Chiu SJ, 2012. Dietary flavonoid fisetin
targets caspase-3-deficient human breast cancer MCF-7 cells by induction
of caspase-7-associated apoptosis and inhibition of autophagy.
International Journal Of Oncology. 2012:40:469-478.
Zhang, 2006. Benzyl Isothiocyanate Induces DNA-Damage Causes G2/M Cycle
Arrest and Apoptosis in Human Pancreatic Cancer Cells (Abstract).
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
BIODATA PESERTA
Ketua Tim
Nama : Umar Farhad
Sekolah : SMA Negeri 1 Pati
Alamat Sekolah : Jalan Panglima Sudirman No. 4, Plangitan, Kabupaten Pati
Alamat Rumah : Desa Pancur RT03/RW01 Kecamatan Pancur, Rembang
Tempat Lahir : Rembang
Tanggal Lahir : 11 Februari 2002
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kelas : XI MIPA 3
Nomor HP : 085336213925
Email : umarfarhad02@gmail.com
Anggota Tim
Nama : Ilham Ikbaar Gymnastiar
Sekolah : SMA Negeri 1 Pati
Alamat Sekolah : Jalan Panglima Sudirman No. 4, Desa Plangitan,
Kabupaten Pati
Alamat Rumah : Perumahan GWIB2 No.84 Desa Winong Kecamatan Pati,
Kabupaten Pati
Tempat Lahir : Denpasar
Tanggal Lahir : 29 September 2002
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kelas : XI MIPA 3
Nomor HP : 088238888913
Email : ilhamig2909@gmail.com
Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar
Data Guru Pembimbing
Nama : Suparni
Sekolah : Sekolah Dasar Negeri 1 Sumberejo
Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Alamat Rumah : Desa Pancur Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang
Jenis Kelamin : Perempuan
Nomor HP : 085259192191
Email : umarsaja39@gmail.com

More Related Content

Similar to new potensi fraksi antikanker ulva fasciata

Tugas makalah biologi
Tugas makalah biologiTugas makalah biologi
Tugas makalah biologiRohman Efendi
 
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Okta-Shi Sama
 
XAMthone Plus jus kulit manggis - 087861575969
XAMthone Plus jus kulit manggis - 087861575969XAMthone Plus jus kulit manggis - 087861575969
XAMthone Plus jus kulit manggis - 087861575969yantuar
 
Kanker dan antioksidan
Kanker dan antioksidanKanker dan antioksidan
Kanker dan antioksidanHelmon Chan
 
Naskah publikasi
Naskah publikasiNaskah publikasi
Naskah publikasiDewi Afifi
 
Kanker dan teratogenesis
Kanker dan teratogenesisKanker dan teratogenesis
Kanker dan teratogenesisHelmon Chan
 
Publikasi : Cover_Daftar Isi_Artikel
Publikasi : Cover_Daftar Isi_ArtikelPublikasi : Cover_Daftar Isi_Artikel
Publikasi : Cover_Daftar Isi_ArtikelStephanieLexyLouis1
 
Kanker hati.docx
Kanker hati.docxKanker hati.docx
Kanker hati.docxPutryRido
 
4 Life Transfer Faktor
4 Life Transfer Faktor  4 Life Transfer Faktor
4 Life Transfer Faktor Sandur Pardede
 
SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...
SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...
SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...Repository Ipb
 
Efektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudara
Efektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudaraEfektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudara
Efektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudaraYuvita Anggraini
 
[2019] Pedoman Kanker Ginjal - Edisi 2.docx
[2019] Pedoman Kanker Ginjal - Edisi 2.docx[2019] Pedoman Kanker Ginjal - Edisi 2.docx
[2019] Pedoman Kanker Ginjal - Edisi 2.docxJohanesWerluka
 

Similar to new potensi fraksi antikanker ulva fasciata (20)

Tugas makalah biologi
Tugas makalah biologiTugas makalah biologi
Tugas makalah biologi
 
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)
 
SAP kanker serviks
SAP kanker serviksSAP kanker serviks
SAP kanker serviks
 
Daun pepaya...
Daun pepaya...Daun pepaya...
Daun pepaya...
 
XAMthone Plus jus kulit manggis - 087861575969
XAMthone Plus jus kulit manggis - 087861575969XAMthone Plus jus kulit manggis - 087861575969
XAMthone Plus jus kulit manggis - 087861575969
 
Presentasidahsyat xamthone2
Presentasidahsyat xamthone2Presentasidahsyat xamthone2
Presentasidahsyat xamthone2
 
Kanker dan antioksidan
Kanker dan antioksidanKanker dan antioksidan
Kanker dan antioksidan
 
Naskah publikasi
Naskah publikasiNaskah publikasi
Naskah publikasi
 
Kanker dan teratogenesis
Kanker dan teratogenesisKanker dan teratogenesis
Kanker dan teratogenesis
 
Publikasi : Cover_Daftar Isi_Artikel
Publikasi : Cover_Daftar Isi_ArtikelPublikasi : Cover_Daftar Isi_Artikel
Publikasi : Cover_Daftar Isi_Artikel
 
Kanker hati.docx
Kanker hati.docxKanker hati.docx
Kanker hati.docx
 
Asuransi kesehatan aku
Asuransi kesehatan akuAsuransi kesehatan aku
Asuransi kesehatan aku
 
4 Life Transfer Faktor
4 Life Transfer Faktor  4 Life Transfer Faktor
4 Life Transfer Faktor
 
Makalah kanker genitalia
Makalah kanker genitaliaMakalah kanker genitalia
Makalah kanker genitalia
 
Ppt kelompok iii
Ppt kelompok iiiPpt kelompok iii
Ppt kelompok iii
 
Bioaktivitas flavonoid
Bioaktivitas flavonoidBioaktivitas flavonoid
Bioaktivitas flavonoid
 
Ca maame 2
Ca maame 2Ca maame 2
Ca maame 2
 
SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...
SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...
SINTESIS DAN UJI SITOTOKSIK IN VITRO SENYAWA 2-HIDROKSINIKOTINIL OKTILAMIDA T...
 
Efektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudara
Efektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudaraEfektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudara
Efektivitas buah ciplukan (physalis angulata linn.) terhadap kanker payudara
 
[2019] Pedoman Kanker Ginjal - Edisi 2.docx
[2019] Pedoman Kanker Ginjal - Edisi 2.docx[2019] Pedoman Kanker Ginjal - Edisi 2.docx
[2019] Pedoman Kanker Ginjal - Edisi 2.docx
 

Recently uploaded

Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxboynugraha727
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanAdePutraTunggali
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAAmmar Ahmad
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYNovitaDewi98
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxIvvatulAini
 

Recently uploaded (20)

Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMAE-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
E-modul Materi Ekosistem untuk kelas X SMA
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 

new potensi fraksi antikanker ulva fasciata

  • 1. POTENSI FRAKSI ANTIKANKER Ulva fasciata, Sargassum sp., DAN Gelidium sp. TERHADAP APOPTOSIS SEL Henrietta Lacks YANG DIMEDIASI OLEH EKSPRESI PROTEIN P-53 (UPAYA PENGOBATAN KANKER SERVIKS UTERI) DISUSUN OLEH: 1. UMAR FARHAD 2. ILHAM IKBAAR GYMNASTIAR SEKOLAH MENENGAH ATAS SMA NEGERI 1 PATI Jalan Panglima Sudirman No. 24, Pati, Jawa Tengah. TAHUN PENELITIAN 2019 Ilmu Pengetahuan Hayati
  • 2. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanawata’ala, Tuhan Semesta Alam yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sampai dengan selesainya penyusunan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Potensi Fraksi Antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. Terhadap Apoptosis Sel Henrietta Lacks yang Dimediasi Oleh Ekspresi Protein P-53”. Mengingat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis, dalam penyusunan karya tulis ilmiah, penulis mengucapkan terima kasih kapada: 1. Keluarga tercinta terutama orang tua, Umi dan Abi, yang telah memberikan doa dan dukungan bagi penulis; 2. Kakakku yang telah membantuku melalui perantara doa; 3. Kepala SMA Negeri 1 Pati, Bapak Budi Santosa S.Pd, M.Pd, M.Si; 4. Ibu Ratih Dewi Puspitasari, S.Pd, M.Pd sebagai motivator yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini; 5. Terima kasih kepada Ilham Ikbaar Gymnastiar yang telah memberikan semangat bagi penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 6. Bapak/Ibu guru serta staf tata usaha SMA N 1 Pati yang telah memberikan motivasi bagi penulis; 7. Teman-teman SMA Negeri 1 Pati, khususnya dari tim Karya Ilmiah Remaja SMA Negeri 1 Pati dan teman-teman kelas XI MIPA 3 dan XI MIPA 8; 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Semoga Allah Subhanawata’ala Tuhan Penguasa Semesta Alam Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang senantiasa membalas kebaikan kalian semua. Aamiin Yaa Rabbal’alamin. Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam karya tulis ilmiah ini. Karenanya saran dan kritik akan sangat membantu demi terciptanya karya tulis ilmiah yang mendekati sempurna. Akhirnya
  • 3. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat digunakan dan dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan atas permasalahan yang diangkat oleh penulis. Pati, April, 2019 Tim Penulis,
  • 4. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar ABSTRAK LOMBA KARYA ILMIAH REMAJA KE-51 TAHUN 2019 JUDUL : POTENSI FRAKSI ANTIKANKER Ulva fasciata, Sargassum sp., DAN Gelidium sp. TERHADAP APOPTOSIS SEL Henrietta Lacks YANG DIMEDIASI OLEH EKSPRESI PROTEIN P-53 BIDANG : Ilmu Pengetahuan Hayati KATEGORI : SMA (Sekolah Menengah Atas) NAMA : Umar Farhad dan Ilham Ikbaar Gymnastiar SEKOLAH : Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pati Berdasarkan riset WHO (World Health Organization), lebih dari 270.000 jiwa perempuan di dunia meninggal akibat kanker serviks, 85% diantaranya terjadi di negara berkembang, seperti Indonesia. Kanker serviks uteri merupakan kelainan pada sel dinding rahim karena infeksi HPV (Human Papiloma Virus) pada inang sehingga terjadi mutasi DNA (Deoxyribo Nucleic Acid). Mutasi DNA menyebabkan inaktivasi protein P-53 dan memicu proliferasi sel serviks secara abnormal, semakin lama akan membentuk kanker leher rahim (kanker serviks uteri). Saat ini pengobatan kanker masih berbasis bahan kimia dengan menggunakan metode kemoterapi. Metode kemoterapi cenderung mahal dan kurang efektif dalam pengobatan kanker karena dapat merusak jaringan tubuh yang normal. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pengobatan herbal yang lebih murah dan efektif, yaitu dengan memanfaatkan potensi fraksi antikanker berbasis alga Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. Ulva fasciata memiliki kandungan steroid sebagai antioksidan yang berperan menghambat stress oksidatif, penghambat kanker HeLa dan T47D. Sargassum sp. mengandung pigmen fukosantin sebagai pengobatan kanker serviks uteri. Gellidium sp. memiliki kandungan pigmen fikoeritin (phycoeritin) yang memiliki aktivitas proliferasi terhadap sel kanker Caco-2 (Wikipedia, 2019). Tujuan dari penelitian ini: (1) Untuk mengetahui tingkat efektivitas fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang dimediasi oleh ekspresi protein P-53. (2) Mengetahui fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. sehingga dapat digunakan sebagai apoptosis sel kanker serviks. (3) Mengetahui mekanisme kerja fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang dimediasi oleh ekspresi protein P-53. Metode penelitian. Prosedur penelitian dibagi menjadi lima, yaitu ekstraksi Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp., kultur dan penumbuhan sel Henrietta Lacks, pengujian ekstrak kepada sel Henrietta Lacks, pengukuran jumlah sel apoptosis menggunakan Flowcytometry, dan pengukuran jumlah protein P-53 dengan Imunisitokimia. 1. Objek penelitian berupa o Lain-lain (Sel HeLa) 2. Apa penelitian ini lanjutan dari penelitian sebelumnya o Ya, dari tahun 2017 3. Metodologi penelitian yang digunakan o Kualitatif o Kuantitatif 4. Metode Penelitian o Studi Laboratorium o Observasi o Studi literatur
  • 5. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penderita kanker meningkat pada negara berkembang akibat dari gaya hidup yang berhubungan dengan kanker seperti merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan pola makan yang tidak sehat.Kanker adalah penyebab pertama kematian pada negara maju dan penyebab kematian kedua pada negara berkembang (Jemal A., dkk., 2011). Kanker disebabkan oleh pertumbuhan sel jaringan tubuh tidak normal dan tidak terkendali. Sel kanker bersifat ganas, tumbuh cepat, dan dapat menyebar melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening, sehingga dapat tumbuh dan bermetastatis di tempat lain (Departemen Kesehatan, 2007). Angka kematian akibat kanker semakin meningkat. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian di dunia disebabkan oleh kanker. Kanker penyebab kematian terbesar diantaranya kanker paru, hati, kolorektal, dan payudara. Sedangkan prevalensi penyakit kanker pada penduduk semua umur di Indonesia tahun 2013 sebesar 1,4‰ atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0,8‰ dan kanker payudara sebesar 0,5‰ (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Kanker serviks merupakan jenis kanker kedua yang paling sering diderita perempuan setelah kanker panyudara dan penyebab kematian ketiga akibat kanker pada perempuan. World Health Organization atau WHO tahun 2014 menyebutkan bahwa setiap tahun lebih dari 270.00 perempuan meninggal akibat kanker serviks, lebih dari 85% dari kematian ini terjadi di negara berkembang. Indonesia berada di urutan keenam dari 50 negara di dunia dengan kematian akibat kanker serviks terbanyak yaitu sekitar 7.493 (WHO, 2013). Di Asia Tenggara, Indonesia berada di urutan keempat dalam jumlah penderita kanker serviks terbanyak setelah Kamboja, Myanmar, dan Thailand, yaitu sebesar 17,3 per 100.000 perempuan per tahun (HPV Information Centre, 2014). Tingginya angka kejadian penyakit kanker menuntut adanya perhatian dan penanganan yang serius dari berbagai pihak.
  • 6. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Penyebab kanker serviks adalah infeksi virus HPV (Human Papiloma Virus). Apabila HPV menginfeksi sel serviks maka akan terjadi inaktivasi protein P-53 dan HPV E6 sehingga terjadi mutasi DNA. Hal ini memicu proliferasi sel serviks secara abnormal yang tidak terkendali sehingga semakin lama akan membentuk kanker leher rahim (kanker serviks uteri). Dalam proses terjadinya kanker, mutasi yang terjadi dapat berupa peningkatan fungsi dari protooncogenes maupun penurunan fungsi dari tumor suppressor genes sehingga menyebabkan perubahan pada sel normal menjadi sel tumor. Aktivasi dari protooncogenes dan inaktivasi dari tumor suppressor genes dapat diakibatkan adanya stres oksidatif yang persisten maupun inflamasi kronis yang mendasari karsinogenesis sehingga menyebabkan kerusakan DNA dan mengganggu jaringan sinyal intraseluler bahkan dapat menyebabkan perubahan epigenetik sepanjang perkembangan tumor (Susanti, 2015). Penatalaksanaan pengobatan dan penyembuhan terhadap kanker tergantung dari jenis tipe sel maupun stadium dari kanker tersebut. Namun secara umum pengobatan kanker dapat dilakukan dengan beberapa metode antara lain secara operatif, radioterapi, kemoterapi maupun terapi hormon dan biologi. Kemoterapi dilakukan dengan cara memberikan obat antikanker (cytotoxic) untuk menghancurkan sel-sel penyebab kanker. Namun adanya mekanisme multidrug resistance (MDR) mengakibatkan berkurangnya kemanjuran obat kemoterapi. Kemoterapi berbahaya karena menggunakan obat keras yang tidak dapat mengenali sel sehat maupun sel yang terkena kanker sehingga jaringan lain yang masih sehat juga akan rusak karena efek obat kemoterapi. Kegagalan dalam kemoterapi, kekambuhan pada pasien yang sudah mengalami perbaikan, maupun penurunan kualitas hidup dari pasien juga membatasi keberhasilan kemoterapi dalam mengatasi kanker (Kundua J. dkk., 2014). Dalam perjalanannya pengobatan tersebut banyak menimbulkan efek samping sehingga penelitian terkait pengobatan kanker ini masih terus dilakukan (Al Hilli ZA dkk., 2010). Beberapa penelitian mulai diarahkan pada pengujian potensi bahan alam sebagai agen kemopreventif yang berpotensi sebagai agen pendamping kemoterapi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan sensitifitas sel kanker serta mengurangi efek yang ditimbulkan oleh agen kemoterapi. Agen kemopreventif merupakan agen yang dapat mencegah dan menghambat proses perkembangan sel kanker serta membantu memulihkan kondisi kesehatan penderita
  • 7. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar kanker. Agen kemopreventif umumnya memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan tumor melalui mekanisme cell cycle arrest atau menghentikan siklus sel, pemacuan proses bunuh diri sel atau apoptosis ataupun menghambat ekspresi protein yang berperan dalam Multi Drug Resistance (Miranti dkk, 2014 dalam Dwitiyanti 2015). Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki biodiversitas perairan yang melimpah yang berpotensi dikembangkan sebagai agen kemopreventif alami. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati spesies laut tertinggi. Sekitar 45% spesies rumput laut dunia ada di Indonesia. Berdasarkan ekspedisi laut Siboga, terdapat sekitar 782 spesies rumput laut ditemukan di wilayah Indonesia. Golongan alga dan rumput laut mengandung metabolit yang bermanfaat bagi manusia, salah satunya sebagai agen komopreventif/bahan pencegah kanker (Farmaestika, 2017). Agen kemopreventif alami dapat diperoleh dari spesies alga Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. ketiga kelompok alga tersebut mengandung fraksi antikanker yang dapat digunakan sebagai media penyembuhan bagi pnderita kanker serviks uteri. Ulva Fasciata memiliki kandungan steroid sebagai antioksidan yang berperan menghambat stress oksidatif, pencegah kanker. Ulva Fasciata juga mengandung clionasterol golongan triperpenoid sebagai senyawa antibakteri Sargassum sp. mengandung senyawa bioaktif kelompok polisakarida, lemak, asam lemak, pigmen serta metabolit sekunder seperti fenol, alkoloid, terpen, dan lektin sebagai antioksidan dan antikanker. Sargassum sp. juga mengandung senyawa fenolik, golongan flavonoid dan saponin yang kuat sebagai antikanker (A. Basir, 2017). Gelidium sp. mempunyai kandungan phycoerythrine, phycobilins, phycocyanin. Pada penelitian ini peneliti ingin membandingkan efektivitas fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang dimediasi oleh ekspresi protein P-53. 1.2 Batasan masalah Batasan masalah dalam penelitian ini meliputi sebagai berikut: 1. Spesies alga yang digunakan sebagai fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. 2. Jenis sel kanker serviks yang digunakan sel tumor epitel Henrietta Lacks
  • 8. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar 3. Indikator pengujian yang digunakan untuk mengetahui efektivitas fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. adalah jumlah ekspresi P-53 serta perhitungan jumlah sel kanker serviks uteri yang mengalami apoptosis. 1.3 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapatlah dirumuskan permasalahanpermasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat efektivitas fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang dimediasi oleh ekspresi protein P-53? 2. Apa kandungan fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. sehingga dapat digunakan sebagai apoptosis sel kanker serviks? 3. Bagaimana mekanisme kerja fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang dimediasi oleh ekspresi protein P-53? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini meliputi: 1. Mengetahui tingkat efektivitas fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang dimediasi oleh ekspresi protein P-53 2. Mengetahui fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. sehingga dapat digunakan sebagai apoptosis sel kanker serviks 3. Mengetahui mekanisme kerja fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang dimediasi oleh ekspresi protein P-53 1.5 Manfaat Penelitian Melalui Penelitian yang dilakukan ini,maka diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1.5.1 Manfaat Teoritis/Akademik Secara teori hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan khazanah ilmu pengetahuan serta dapat berguna sebagai bahan
  • 9. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar literasi dan pengembangan selanjutnya dalam terapi dan pengobatan kanker serviks. Selain itu penelitian ini juga memberikan sumbangsih tentang pengaruh ekstrak Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel tumor epitel Henrietta Lacks yang dimediasi oleh protein P-53 ditinjau secara biomolekuler melalui ilmu sitologi. 1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikat manfaat bagi peneliti, masyarakat, dan pemerintah. 1.5.2.1 Bagi Peniliti Hasil penelitian ini memperluas wawasan dan mendalami lebih jauh tentang Ilmu Onkologi, Algologi, Sitologi, dan Patologi khususnya tentang penyembuhan sel kanker serviks. 1.5.2.2 Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi yang berguna kepada masyarakat terkait dengan potensi fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. dalam terapi pengobatan alami sel kanker serviks. 1.5.2.3 Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan sebagai referensi dalam pengembangan dunia medis khususnya dalam penyembuhan kanker serviks.
  • 10. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Serviks Uteri 2.1.1 Patofisiologi Kanker Serviks Uteri Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidakteraturan perjalanan hormon yang mengakibatkan tumbuhnya daging pada jaringan tubuh yang normal atau sering dikenal sebagai tumor ganas. Selain itu gejala ini juga dikenal sebagai neoplasma ganas dan seringkali ditandai dengan kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas normal), menyerang jaringan biologis di dekatnya, dan bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi darah atau sistem limfatik/metastasis (Wikipedia, 2019). Kanker serviks adalah pertumbuhan abnormal yang terbentuk pada serviks (bagian bawah dari rahim atau uterus). Sel penyakit kanker dapat berasal dari semua unsur yang membentuk organ, dalam perjalanan selanjutnya tumbuh dan menggandakan diri membentuk masa tumor (Depkes RI, 2009). Menurut Departemen Kesehatan tahun 2009, kanker serviks atau kanker leher rahim adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim (serviks) yang merupakan bagian terendah dari vagina yang menonjol ke puncak liang senggama (vagina). Kanker serviks dapat dideteksi dengan pemeriksaan Pap smear. Infeksi HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab utama kanker serviks. Virus ini bersifat spesifik dan hanya akan tumbuh di dalam sel manusia terutama epitel mulut rahim atau sel-sel pelapis permukaan. Virus HPV yang paling sering menyebabkan kanker serviks adalah virus HPV tipe 16 dan 18 yang mempunyai peran penting dalam replikasi virus melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan mengkode pembentukan protein-protein penting (Sinta et al., 2010). 2.1.2 Mekanisme Biomolekuler Terjadinya Kanker Serviks Uteri Secara seluler mekanisme terjadinya kanker serviks berhubungan dengan siklus sel yang diekspresikan oleh HPV. Protein utama yang terkait
  • 11. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar dengan karsinogen adalah E6 dan E7. Bentuk genom HPV serkuler jika terintegrasi akan menjadi linear dan terpotong di antara gen E2 dan E1. Integrasi antara genom HPV dengan DNA manusia menyebabkan gen E2 tidak berfungsi sehingga akan merangsang E6 berikatan dengan P-53 dan E7 berikatan dengan pRb. Ikatan antara protein E6 dan gen P-53 menyebabkan P-53 tidak berfungsi sebagai gen supresi tumor yang bekerja di fase G1. Gen P-53 akan menghintikan siklus sel di fase G1 dengan tujuan agar sel dapat memperbaiki kerusakan sebelum berlanjut ke fase S. Mekanisme kerja P-53 adalah berhubungan dengan menghambat kompleks cdk-cyclin yang merangsang sel memasuki tahap selanjutnya sehingga jika E6 berikatan dengan P-63 maka sel akan terus bekerja sehingga sel akan terus membelah dan menjadi abnormal (Sinta et al, 2010). Sel kanker serviks atau disebut sel HeLa (Henrietta Lacks) terjadi akibat Human Papilloma Virus (HPV 18) sehingga mempunyai sifat berbeda dengan sel serviks normal. Sel kanker serviks yang diinfeksi HPV mengekspresikan dua onkogen, yaitu E6 dan E7. Protein E6 dan E7 dapat menyebabkan sifat imortal pada kultur primer keratinosit manusua, namun sel yang imortal ini tidak bersifat tumorgenik hingga suatu proses genetik terjadi. Jadi viral onkogen tersebut tidak secara langsung enginduksi pembentukan tumor, tetapi menginduksi serangkaian proses yang pada akhirnya dapat menyebakan sifat kanker (Goodwin dan Di Maio, 2000). Sifat imortal tersebut disebabkan karena kedua viral onkogen tersebut menghambat ekspresi gen P- 53 (Prayitno, dkk., 2005). Gen P-53 adalah gen yang mengendalikan apoptosis. 2.1.3 Sel Epitel Kanker HeLa Sel HeLa berasal dari sel-sel kanker serviks yang diambil dari seorang penderita kanker servik bernama Henrietta Lacks. Sel ini bersifat imortal dan produktif sehingga banyak digunakan dalam penelitian ilmiah (Rahbari et al., 2009; Capes et al, 2010; Watts dan Denise, 2010). Sel HeLa melakukan proliferasi dengan sangat cepat dibandingkan sel lainnya lainnya. Rebecca Skloot’s dalam The Immortal Life of Henrietta Lacks menjelaskan bahwa sel HeLa mempunyai telomerasi aktif selama pembelahan sel, sehingga mencegah
  • 12. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar pemendekan telomere yang menyangkut penuaan dan kematian sel (Sharrer, 2006). Transfer gen horizontal dari Human Papilloma Virus 18 (HPV 18) ke sel serviks manusia menghasilkan genom HeLa yang berbeda dari genom induk dengan berbagai cara termasuk jumlah kromosomnya. (Macville et. al, 1999). 2.2 Alga Hijau (Ulva Fasciata) 2.2.1 Karakteristik Alga Hijau (Ulva Fasciata) Ganggang hijau, milik filum Chlorophyta, mengandung klorofil a, b, karotenoid dan xanthophylls. Persediaan pangan utama ganggang hijau adalah pati. Beberapa contoh alga hijau adalah Ulva, Codium dan Caulerpa. Sampai sekarang, sekitar 7000 spesies ganggang hijau diidentifikasi. Mereka dapat berupa uniseluler atau multiseluler. Kebanyakan dari mereka adalah ganggang air tawar, sementara beberapa spesies yang ditemukan di air laut. Pada umumnya melekat pada batuan, dan seringkali muncul kepermukaan apabila air surut. Sebagian lainnya hidup bersimbiosis dengan lichenes, dan ada yang intraseluler pada binatang rendah. Sebagian yang hidup di laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan siphonales. Chlorophyta yang hidup di air tawar memiliki sifat kosmopolit, terutama yang hidup di tempat yang terkena cahaya matahari langsung seperti kolam, danau dan genangan air hujan, sungai atau selokan. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada tumbuhan atau hewan. Ciri-ciri alga hijau adalah sebagai berikut: (1) Struktur tubuhnya ada yang bersel satu, juga ada yang berupa koloni, benang, lembaran atau tabung. (2) Mempunyai klorofil yang terdapat dalam kloroplas. (3) Sel-sel bersifat eukariotik. (4) Berperan sebagai vegetasi perintis. (5) Habitatnya di darat, tempat yang lembab, di air tawar maupun air laut. (6) Cara hidupnya bebas dan sebagai epifit atau endofit dalam tumbuhan atau hewan lain. (7) Di perairan merupakan fitoplankton. (8) Memiliki cara perkembangbiakan vegetatif, dengan membelah diri, membentuk zoospora, atau fragmentasi. (9) Memiliki perkembangbiakan generatif, dengan konjugasi dan perkawinan sel gamet (Wikipedia, 2019).
  • 13. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar 2.2.1 Klasifikasi Ulva fasciata. Kingdom : Plantae Divisio : Chlorophyta Class : Ulvophyceae Ordo : Ulvales Famili : Ulvaceae Genus : Ulva Species : Ulva fasciata (Wikipedia, 2019) 2.2.2 Potensi Ulva fasciata dalam Pengobatan Kanker Serviks Ekstrak kasar etanol, fraksi metanol dan fraksi etil asetat Ulva fasciata memiliki nilai IC50 antara 30–225 ppm sehingga termasuk dalam kategori toksik. Fraksi heksan Ulfa fasciata dengan nilai IC50 di bawah 30 ppm (sangat toksik) merupakan fraksi paling aktif Fraksi heksan Ulfa fasciata merupakan fraksi yang menunjukkan aktivitas sitotoksik cukup tinggi terhadap sel tumor HeLa (IC50= 25,6 ppm) dan terhadap sel tumor T47D (IC50= 28,7 ppm). Ekstrak kasar etanol, fraksi metanol, dan fraksi heksan Ulfa fasciata tidak menunjukkan aktivitas antioksidan ditunjukkan oleh nilai IC50 yang jauhdi atas standar vitamin C. Ekstrak Ulfa fasciata cukup berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber senyawa antitumor namun kurang berpotensi sebagai antioksidan (E. Marraskuranto, 2008). 2.3 Alga Coklat (Sargassum sp.) 2.3.1 Karakteristik Alga Coklat (Sargassum sp.) Phaeophyta (alga coklat) mengandung pigmen xantofil–fucoxanthin, selain klorofil a dan c. Oleh karena itu, anggota Phaeophyta menunjukkan karakteristik warna kehijauan-coklat. Pigmen berwarna coklat sangat penting untuk adaptasi Phaeophyta di laut dalam dan samudera. Phaeophyta biasanya disesuaikan dengan lingkungan laut, hanya beberapa Phaeophyta yang merupakan spesies air tawar. Bahkan, sebagian besar Phaeophyta yang dominan di zona beriklim belahan bumi utara, sedangkan beberapa spesies ditemukan di perairan tropis yang hangat.
  • 14. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Sampai sekarang, sekitar 1500-2000 spesies alga coklat diidentifikasi di seluruh dunia. Phaeophyta adalah bentuk paling kompleks dari alga. Dinding sel terdiri dari selulosa dan asam alginat (polisakarida kompleks).Cadangan makanan mengandung gula, alkohol yang lebih tinggi dan bentuk kompleks lainnya polisakarida. Anggota Phaeophyta milik ordo Laminarales disebut kelps. Kelps adalah satu-satunya alga dengan diferensiasi jaringan internal yang signifikan. Meskipun memiliki jaringan konduktif seperti xilem dan floem tidak hadir, kelps menunjukkan semacam jaringan konduktif. Perkembangan mirip dengan spesies alga lainnya, reproduksi alga ini berlangsung dengan baik cara-cara seksual dan aseksual. Phaeophyta pada tingat tinggi memiliki siklus hidup yang terdiri dari tahap haploid dan diploid, disebut sebagai pergantian generasi. talus mewakili tahap haploid dan tahap diploid mungkin mirip (isomorfik) atau berbeda (heteromorphic) (Wikipedia, 2019) 2.3.2 Klasifikasi dan Taksonomi Sargassum Sp. Kingdom : Protista Divisi : Phaeophyta Kelas : Phaeophyceae Ordo : Fucales Famili : Sargassaceae Genus : Sargassum Spesies : Sargassum sp. (Wikipedia, 2019 2.3.3 Potensi Sargassum Sp. dalam Pengobatan Kanker Ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) secara signifikan dapat menurunkan persentase ekspresi Bcl2 pada sel HeLa sebanyak 62 %. Dosis paling rendah dari ekstrak alga coklat (Sargassum sp.) yang dapat menurunkan ekspresi Bcl-2 pada sel HeLa adalah 31,25 μg/ml. Pada semua jenis Sargassum sp. mengandung fukosantin dengan kadar tinggi. Fukosantin dapat menurunkan ekspresi protein Bcl-2 pada sel kanker.
  • 15. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar 2.4 Alga Merah (Gelidium sp.) 2.4.1 Karakteristik Alga Merah (Gelidium sp.) Alga merah memiliki pigmen phycoerythrin, pigmen ini memantulkan cahaya merah dan menyerap cahaya biru sehingga alga ini terlihat berwarna merah. Pigmen ini memungkinkan ganggang merah untuk berfotosintesis dan hidup di kedalaman agak lebih besar daripada kebanyakan alga lainnya. Beberapa rhodophyta memiliki sedikit pigmen phycoerythrin, sehingga alga merah tampak berwarna hijau atau kebiruan dari klorofil dan pigmen lain yang hadir di dalamnya. Rhodophyta penting dalam pembentukan terumbu karang, pada beberapa atol Pasifik, alga merah telah memberikan kontribusi yang jauh lebih ke struktur karang dari organisme lain, bahkan lebih dari karang. Rhodophyta karang ini disebut alga koralin, karena mereka mengeluarkan cangkang keras dari karbonat di sekitar mereka. Ciri-ciri alga merah adalah sebagai berikut: • Kelompok alga ini sebagai penghuni laut, melekat pada dasar atau batubatuan sampai beberapa puluh meter di atas permukaan laut. Beberapa spesies terdapat di air tawar. • Bersifat autotrof, tetapi ada yang heterotrof. Yang heterotrof tidak berkromatofora dan hidup sebagai parasit pada ganggang lain. • Pada umumnya struktur tubuhnya tersusun dari banyak sel berupa benang, lembaran atau menyerupai tanaman tingkat tinggi. • Hasil asimilasi berupa tepung floridae (mirip glikogen) dan floridosida (senyawa gliserin dan galaktosa) serta tetes minyak. Kadang terdapat pirenoid. • Mempuyai klorofil, figmen fikoeritrin (merah) dan fikosianin (biru) • Dinding sel alga merah terdiri atas selulosa (sebelah dalam) dan pektin berlendir (sebelah luar). • Banyak alga merah mempunyai nilai ekonomi yang penting sebagai bahan makanan, yaitu untuk di buat agar-agar. • Bentuk talus beranekaragam dengan jaringan tubuh yang belum bersifat parenkim tetapi hanya berupa plektenkim (Wikipedia. 2019).
  • 16. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar 2.4.2 Klasifikasi Gelidium sp. • Regnum : Plantae • Divisi : Rhodoiphycophyta • Kelas : Florideophyceae • Ordo : Gelidiales • Famili : Gelidiaceae • Genus : Gelidium • Spesies : Gelidium sp. (Wikipedia, 2019) 2.4.3 Potensi Gelidium sp. dalam Pengobatan Kanker Spesies Gelidium sp. terhadap pertumbuhan sel kanker caco-2 secara in vitro. Gelidium sp. dilaporkan memiliki senyawa bioaktif yang dapat menghambat proliferasi sel kanker. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antiproliferasi ekstrak alga merah Gelidium sp. terhadap pertumbuhan sel kanker Caco-2 secara in vitro. Hasil penelitian didapatkan berat rendemen ekstrak Gelidiumsp sebesar 5,3337%. Dari uji Fitokimia menggunakan Gass Chromatography–Mass Spectrometry didapatkan 40 peak senyawa bioaktif dan beberapa diantaranya memiliki sifat toksik, antioksidan, dan antiinflamasi. Hasil uji aktivitas antiproliferasi ektrak alga merah Gelidium sp terhadap pertumbuhan sel kanker Caco-2 dengan waktu inkubasi selama 72 jam terbukti memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker Caco-2dengan nilai IC-50 sebesar 138,76 μg/mL. Alga merah Gelidium sp. juga memiliki aktivitas antioksidan.Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal maupun acuan bagi penelitian selanjutnya dalam pengembangan makroalga khususnya Gelidium di bidang pengobatan kanker berbasis rumput laut (Selamet Kurniawan Riandinata, dkk., 2018).
  • 17. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar 2.4.3 P-53 Protein P-53 pertama kali diidentifikasi pada tahun 1979 sebagai transformation-related protein dan protein yang terakumulasi pada inti sel kanker serta berikatan kuat dengan antigen T simian virus 40 (SV40). Akan tetapi, sepuluh tahun kemudian, para peneliti mendapatkan bahwa ternyata protein tersebut merupakan mutasi dari bentuk awal P-53/wild-type P-53 (wt P- 53) dan sifat onkogenik P-53 sebenarnya merupakan hasil dari mutasi P-53 (Bai & Zhu, 2006). Gen P-53 merupakan tumor suppressor gene yang multifungsi dan sering mengalami alterasi pada kanker ovarium dan jenis kanker lainnya. Pada kondisi normal, P-53 berinteraksi dengan berbagai jenis protein yang terlibat dalam regulasi transkripsional, repair DNA, siklus sel, apoptosis, dan degradasi protein yang dimediasi oleh proteosom. Dalam kondisi normal, jaringan P-53 dalam kondisi tidak aktif, biasanya diaktifkan oleh semacam stress seluler yang dapat mengubah siklus pertumbuhan sel normal atau menginduksi mutasi genom yang kemudian mengarah pada tranformasi onkogenik. Protein P-53 yang aktif dapat menghentikan siklus sel atau menghidupkan jalur apoptosis dan memaksa sel-sel rusak dan mengandung mutasi melakukan bunuh diri sehingga mencegah perbanyakan dan pertumbuhan selular yang abnormal. Oleh karena itu, protein P-53, sebagai guardian of genom, adalah inhibitor penting dari perkembangan tumor sehingga gen ini menjadi paling sering bermutasi dalam penyakit kanker. 2.5 Apoptosis 2.5.1 Faktor-faktor Terjadinya Apoptosis Apoptosis adalah mekanisme kematian sel yang terprogram penting dalam berbagai proses Biologi. Berbeda dengan nekrosis, yang merupakan bentuk kematian sel akibat terluka akut, apoptosis terjadi dalam proses yang diatur sedemikian rupa yang secara umum memberi keuntungan selama siklus kehidupan suatu organisme. Contohnya adalah pada deferensiasi jari manusia selama perkembangan embrio membutuhkan sela diantara jari-jari untuk apoptosis sehingga jari-jari dapat terpisah (CCRC, Farmasi UGM). Apoptosis dapat terjadi secara langsung ketika sel rusak tidak bisa diperbaiki lagi atau saat sel terinfeksi oleh virus. Keputusan untuk melakukan
  • 18. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar apoptosis dapat berasal dari diri sel itu sendiri, dari jaringan di sekitarnya, atau dari sel yang merupakan bagian sistem imun. Jika kemampuan inisiasi apoptosis terhambat, maka sel yang rusak dapat membelah tanpa batas, berkembang menjadi kanker. Selain itu, respon terhadap stress atau kerusakan DNA yang disebabkan oleh faktor paparan senyawa toksik, radiasi sinar ultraviolet, atau radiasi ionisasi dapat menginduksi sel memulai apoptosis. Contohnya kerusakan genom dalam inti sel, adanya enzim PARP-1 memicu terjadinya apoptosis. Enzim ini memiliki peran penting dalam menjaga intergritas genom, tetapi aktivitasnya secara berlebihan dapat mengubah proses nekrosis (proses kematian sel yang tidak terprogram). Faktor Homeostatis juga berpengaruh terhadap mekanisme apoptosis. Homeostatis adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh organisme yang dibutuhkan organisme hidup untuk menjaga keadaan internalnya dalam batas tertentu. Homeostatis tercapai saat tingkat mitosis (proliferasi) dalam jaringan seimbang dengan kematian sel. Jika keseimbangan ini terganggu maka jumlah sel membelah dapat lebih cepat dari sel yang mati ataupun sebaliknya, jumlah sel yang mati lebih banyak dari sel yang membelah (CCRC, Farmasi UGM). 2.5.2 Mekanisme Apoptosis Mekanisme apoptosis sangat kompleks dan rumit. Secara garis besarnya dibagi menjadi empat tahapan, yaitu adanya singal penginduksi apoptosis, tahap integrasi atau pengaturan (tranduksi signal, induksi gen apoptosis yang berhubungan, dll.), tahapan pelaksanaan apoptosis (degradasi DNA, pembongkaran sel, dll.) serta yang terakhir adalah tahap fagositosis (CCRC, Farmasi UGM). 2.5.2.1 Signal Penginduksi Apoptosis Apoptosis tidak memerlukan suatu proses trankipsi atau translasi. Molecular machine yang dibutuhkan untuk kematian sel dianggap mengalami dormansi dan hanya memerlukan waktu aktivasi yang cepat. Signal penginduksi apoptosis dapat berasal dari ekstraseluler dan intraseluler. Signal ekstraseluler contohnya hormon. Sedangkan signal intraseluler contohnya radiasi ionisasi, oksidase radikal bebas, dan gangguan pada siklus sel. Kedua jalur penginduksi
  • 19. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar tersebut bertemu di dalam sel, berubah menjadi famili protein pengeksekusi utama. Sel yang berbeda memberikan respon yang berbeda terhadap penginduksi apoptosis. Misalnya sel splenic limfosit akan mengalami apoptosis saat terpapar radiasi ionisasi, sedangkan sel myocyte tidak mengalami apoptosis dengan cara pemaparan yang sama (CCRC, Farmasi UGM). 2.5.2.2 Regulator Molekuler Apoptosis (Integrasi/Pengaturan) Signal penginduksi dihubungkan dengan pelaksanaan apoptosis oleh tahap integrasi atau pengaturan. Pada tahap ini terdapat molekul regulator positif atau negatif yang dapat menghambat, memacu, mencegah apoptosis, sehingga menentukan apakah sel tetap hidup atau mengalami apoptosis (mati). Apoptosis diperantarai oleh famili protase yang disebut caspase, yang diaktifkan melalui proteolisis dari bentuk prekusor inaktifnya (zymogen). Caspas merupakan endoprotase yang memiliki sisi aktif Cys (C) dan membelah pada terminal C pada residu Asp, oleh karena itu dikenal sebagai sebagai Caspases (Cys containing Asp specific protease) (CCRC, Farmasi UGM). 2.5.2.3 Tahapan Pelaksaan Apoptosis Sinyal apoptosis bisa terjadi secara intraseluler dan ekstraseluler. Jalur ekstrinsik (ekstraseluler) diinisiasi melalui stimulasi dari reseptor kematian (death receptor) sedangkan jalur intrinsik diinisiasi melalui pelepasan faktor signal dari mitokondria dalam sel. Peristiwa apoptosis jalur ekstrinsik dimulai dari adanya pelepasan molekul signal yang disebut ligan oleh sel lain tetapi bukan berasal dari sel yang akan mengalami apoptosis. Ligan tersebut berikatan dengan death receptor yang terletak pada transmembran sel target yang menginduksi apoptosis. Death receptor yang terletak di permukaan sel adalah famili reseptor TNF (Tumor Necrosis Factor), yang meliputi TNF-R1, CD 95 (Fas), dan TNFRelated Apoptosis Inducing Ligan (TRAIL)-R1 dan R2.
  • 20. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Stress mitokondria yang menginduksi apoptosis jalur intrinsik disebabkan oleh senyawa kimia atau kehilangan faktor pertumbuhan, sehingga menyebabkan gangguan pada mitokondria dan terjadi pelepasan sitokrom c dari intermembran mitokondria. Protein capcase-8 akan memotong anggota famili Bcl-2 yaitu Bid. Kemudian Bid yang terpotong pada bagian ujungnya akan menginduksi insersi Bax dalam membran mitokondria dan melepaskan molekul proapoptotik seperti sitokrom c, Samc/Diablo, Apoptosis Inducing Factor (AIF), dan omi/Htr2. dengan adanya dATP akan terbentuk kompleks antara sitokrom c, APAF1 dan caspase 9 yang disebut apoptosom. Selanjutnya, capcase 9 akan mengaktifkan downstream procaspase-3. Protein caspase 3 yang aktif memecah berbagai macam substrat, diantaranya enzim DNA repair seperti polyADP Ribose Polymerase (PARP) dan DNA protein kinase yaitu protein struktural seluler dan nukleus, termasuk aparatus mitotik inti, lamina nukleus, dan aktin serta endonuklease, seperti Caspase-Aktivated Deoxyribonuklease Inhibitor (ICAD) dan konstituen seluler lainnya. Selain itu, caspase 3 juga mempunyai kemampuan untuk mengaktifkan caspese lainnya, seperti procaspase-6 dan procaspase-7 yang memberikan amplifikasi terhadap kerusakan seluler. Adanya seluler stres meningkatkan ekspresi dari protein P-53 yang mengakibatkan terjadinya GI arrest atau apoptosis. Anggota dari apoptosis Stimulating Protein P-53 (ASPP) yaitu ASPP 1 dan ASPP 2 secara spesifik menstimulasi fungsi transsktivasi P-53 pada promotor gen proapoptotik seperti Bax dan P-53 Inducible Gene 3 (PIG 3), tapi tidak pada promotor gen yang menyebabkan cell cycle arrest, yaitu p21 dan MDM2. Tahapan apoptosis jalur ekstrinsik/deatch receptor pathway. Jalur ini khas pada sistem imun dan digunakan untuk menghilangkan sel T yang aktif pada akhir dari respon imun. Jalur ini terutama diperantarai oleh perforin / granzyme. Tahap-tahap apoptosis dalam death receptor pathway:
  • 21. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar 1. Ikatan antara FasL, suatu TNF (Tumor Necrosis Factor) dengan reseptornya. TNF adalah molekul penginduksi interseluler yang berupa asam amino-157, dihasilkan terutama oleh makrofag yang teraktivasi, merupakan mediator apoptosis ekstrinsik utama. Ada 2 macam reseptor untuk TNF yaitu TNFR-1 dan TNFR-2. TNF yang berikatan dengan TNFR-1 yang dapat menginisiasi jalur aktivasi caspase. Fas (Apo-1 atau CD 95) adalah reseptor untuk signal apoptosis ekstrinsik lain pada membran sel, dan termasuk famili reseptor TNF. FasL (Fas ligan) adalah protein yang berikatan dengan Fas untuk mengaktifkan jalur Fas. Fas merupakan protein transmembran yang juga termasuk famili TNF. 2. Ikatan FasL dengan Fas menginduksi reseptor untuk mengelompok (trimerisasi) Gambar Ikatan FasL dengan Fas menyebabkan trimerisasi reseptor Pengikatan FADD (Fas associated death domain protein) pada domain kematian (death domain). DED (death effector domain) dari FADD mengikat pro-caspase 8.
  • 22. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Kompleks yang terbentuk disebut DISC (death-inducing signaling complex), kompleks ini mengaktivasi pro-caspase 8. Caspase 8 yang teraktivasi (heterotetramer) dilepaskan dari DISC ke sitoplasma. Caspase 8 termasuk caspase inisiator yang akan mengaktivasi caspase eksekutor terutama melalui pro-caspase 3 2.6 Pengendalian Apoptosis Haruslah jelas sel menjaga kontrol caspases. Dua spesies untuk menginhibisi apoptosis adalah protein mitochondrial Bcl-2 dan Bcl-xL, yang dapat menghalangi pelepasan sitokrom c dari mitokondria. Protein keluarga Bcl mempunyai suatu gugus hidrofob dan terikat di sisi luar permukaan mitokondria dan organel lain seperti inti dan retikulum endoplasma. Protein ini mampu membentuk kanal ion di liposom. Sejauh ini 15 anggota keluarga ini (ced-9 yang dihubungkan dengan C. elegans) telah ditemukan di manusia. Bcl-2 dapat juga mengikat Apaf-1 dan menghalangi pengaktifan inisiasi caspase 9. Bcl- 2 diatur oleh perubahan ekspresi gen Bcl-2, dengan post-translational fosforilasi oleh kinase, atau oleh pecahnya caspase. Kelebihan ekpresi Bcl-2 dapat menyebabkan suatu sel menjadi suatu sel tumor. Anggota lain keluarga, BAX dan BAD yang mengikat mitokondria dan memfasilitasi apoptosis dengan menstimulasi pelepasan sitokrom C.
  • 23. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Sebagai tambahan, protein lain yang disebut IAPS (inhibitor of apoptosis) dapat menghalangi caspase atau protein apoptotis lainnya. 2.7 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini meliputi: 1. Fraksi antikanker Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. berpotensi sebagai penyembuhan kanker serviks uteri 2. Peningkatan ekspresi protein P-53 berbanding lurus dengan apoptosis sel HeLa 2.8 Kerangka Berpikir Pola hidup tidak sehat Inveksi virus HPV (human papiloma virus) Mutasi DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) Penurunan ekspresi protein P-53 Penurunan apoptosis sel Sel serviks uteri mengalami mengalami proliferasi secara abnormal dan berlebihan Memicu timbulnya kanker serviks uteri Diperlukan bahan untuk meningkatkan ekspresi protein P-53 sehingga terjadi apoptosis sel kanker serviks. Alga berpotensi sebagai agen kemopreventif dalam pengobatan kanker serviks uteri Ulva fasciata memiliki kandungan steroid sebagai antioksidan yang berperan menghambat stress oksidatif, pencegah kanker HeLa dan T47D Sargassum sp. mengandung pignen fukosantin sebagai pengobatan kanker serviks uteri Gelidium sp. memiliki kandungan pigmen fikoeritin (phycoerytrin) (Wikipedia, 2019). Gelidium sp. memiliki aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker Caco-2 Pada penelitian ini, peneliti ingin membandingkan tingkat efektivitas Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gellidium sp., terhadap apoptosis sel kanker serviks HeLa yang dimediasi oleh protein P-53
  • 24. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat penelitian Rencana penelitian ini dilakukan pada awal Juni. Penelitian dilakukan di laboratorium Kimia dan Biologi Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pati dibantu oleh Pusat Lembaga Penelitian Indonesia (LIPI) agar mendapat pengawasan yang lebih baik dan dengan menggunakan metode studi pustaka, metode observasi, metode dokumentasi, pengambilan, metode eksperimen, dan pengolahan data. Rancangan Waktu, Lokasi, dan Kegiatan Penelitian Rancangan Waktu Penelitian Rencana Tempat Penelitian Rencana Kegiatan Penelitian 27 s.d. 28 April 2018 Rumah peneliti Persiapan pemilihan topik penelitian Konsultasi ide penelitian Studi literatur, identifikasi dan perumusan masalah Penyusunan bab I, II, dan III 29 April 2019 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pati Editing proposal penelitian Finalisasi proposal penelitian Pengiriman proposal penelitian 27 Mei s.d. 27 September Pusat Penelitian LIPI Mentoring (penelitian) 31 Mei 2019 Sekitar daerah PatiSemarang Persiapan alat dan bahan penelitian 9 Juli Pusat Penelitian LIPI Ekstrasi Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. 10 Juli Pusat Penelitian LIPI Karakterisasi sampel penelitian 11 Juli Pusat Penelitian LIPI Kultur dan penumbuhan sel Henrietta Lacks
  • 25. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Rancangan Waktu Penelitian Rencana Tempat Penelitian Rencana Kegiatan Penelitian 12 Juli Pusat Penelitian LIPI Pengujian ekstrak kepada sel Henrietta Lacks 13 Juli Pusat Penelitian LIPI Pengukuran jumlah sel apoptosis menggunakan Flowcytometry 15 Juli Pusat Penelitian LIPI Pengukuran jumlah protein P-53 dengan Imunisitokimia 3.2 Jenis penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah deskriptif kuantitatif, yaitu menjelaskan hubungan antar variabel dengan menganalisis data numerik. Sedangkan metode yang digunakan adalah studi laboratorium (eksperimen) dan studi literatur. Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2012). Metode eksperimen pada penelitian ini diperlukan untuk: (1) Mengetahui tingkat efektivitas fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang dimediasi oleh ekspresi protein P-53. (2) Mengetahui fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. sehingga dapat digunakan sebagai apoptosis sel kanker serviks. (3) Mengetahui mekanisme kerja fraksi antikanker Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. terhadap apoptosis sel Henrietta Lacks yang dimediasi oleh ekspresi protein P-53 3.3 Rancangan penelitian Rancangan percobaan yang peniliti lakukan dengan membagi menjadi 4 perlakuan sebagai berikut. No. Perlakuan 1. 1 mL suspense sel HeLa dalam media kultur RPMI-1640. 2. 1 mL suspense sel HeLa + 60 µg/mL fraksi antikanker Ulva fasciata dalam media kultur RPMI-1640. 3, 1 mL suspense sel HeLa + 60 µg/mL fraksi antikanker Sargassum sp. dalam media kultur RPMI-1640.
  • 26. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar 4. 1 mL suspense sel HeLa + 60 µg/mL fraksi antikanker Gelidium sp. dalam media kultur RPMI-1640. Masing-masing perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 3 kali agar mendapatkan hasil yang akurat. 3.4 Teknik pengambilan sampel Penentuan jumlah sampel tiap kelompok didasarkan pada formulasi Gomez. Banyaknya perlakuan (T) adalah 4, sehingga jumlah sampel tiap kelompok (r) adalah : T (r - 1) ≥ 6 4 (r-1) ≥ 6 4r – 4 ≥ 6 4r ≥ 10 r ≥ 2,5 (dibulatkan 3) Jumlah minimal sampel yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah 3 buah sampel untuk setiap kelompok perlakuan. 3.5 Identifikasi variabel penelitian Dalam penelitian ini dapat diidentifikasi variabel sebagai berikut: Variabel terikat Variabel bebas Variabel terkendali Ekspresi P-53 dan Jumlah sel yang mengalami apoptosis Jenis alga yang digunakan Ulva Fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. Jenis sel kanker Uteri (HeLa) dan medium sel HeLa, volume ekstrak yang digunakan (1 mL suspense sel HeLa + 60 µg/mL ekstrak) 3.6 Prosedur penelitian 3.6.1 Ekstraksi Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp.yang digunakan diperoleh dari daerah perairan Laut Jawa. Kemudian bahan uji ini diekstrak Keterangan: T: Banyaknya Perlakuan r: Jumlah sampel tiap kelompok
  • 27. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar dengan etanol, pengekstrakan dilakukan di laboratorium pembuatan ekstrak dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp. dengan massa masing- masing sebanyak 500 gram dipotong-potong membentuk simplisia kemudian dicuci sampai bersih, lalu dikeringkan. Setelah kering, simplisia ini dihancurkan sehingga menghasilkan simplisia kering. 2. Simplisia Ulva fasciata, Sargassum sp., dan Gelidium sp.yang telah menjadi bubuk direbus dengan menambahkan 6 L etanol selama 2 jam disaring dengan ukuran 125 mesh, bagian yang masih kasar diekstrak. 3. Memberikan alas kapas pada maserator. 4. Memasukkan simplisia yang telah dihaluskan ke dalam maserator, lalu tambahkan etanol 95% dan diamkan selama 24 jam. 5. Mengeluarkan larutan dari outlet di bawah maserator. Menyaring serbuk yang terbawa dengan menggunakan kertas saring. Larutan ini disebut ekstrak encer. 6. Menambahkan etanol baru ke dalam ampas yang tersisa di dalam maserator. 7. Mengulangi penambahan etanol sampai larutan yang keluar dari outlet maserator tidak berwarna lagi (biasanya 5-6 kali rendaman). 8. Memekatkan ekstrak encer yang telah didapatkan dengan menggunakan alat Rotari Evaporator sampai pekat atau sampai tidak ada lagi pelarut yang menetes di kondensor Rotari Evaporator. 9. Ekstrak ini dinamakan ekstrak pekat. 3.6.2 Kultur dan penumbuhan sel Henrietta Lacks Media tumbuh yang digunakan adalah RPMI-1640 (Roswell Park Memorial Instituted), yaitu medium yang digunakan secara luas untuk menumbuhkan sel mamalia, dengan penambahan 10% FBS (Fetal Bovine Serum), Fungison 0,5% dan 1% penisilin-streptomisin. Konsentrasi sel yang digunakan yaitu 1 x 103 sel/mL ke dalam 15 sumuran masing-masing dimasukkan 1 mL suspensi sel.
  • 28. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar 3.6.3 Pengujian ekstrak kepada sel Henrietta Lacks Setelah sel tumbuh subconfluent, maka medium diganti dengan medium yang telah diberi fraksi antikarker Cholorophyceae sp., Phaehphyceae sp., dan Rhodophyceae sp.sesuai konsentrasi perlakuan. Sel HeLa yang diberi fraksi antikanker alga diinkubasi pada CO2 5%, suhu 37°C dalam waktu 24 jam. Setelah 24 jam, sel dapat dipanen dan diteliti. 3.6.4 Pengukuran jumlah sel apoptosis menggunakan Flowcytometry Dilakukan inkubasi 24 well-plate dengan masing-masing sumuran mengandung 1 x 105 sel pada inkubator CO2 5% 37 . Setelah sel dikeluarkan dari inkubator, medium dan EEDS diaspirasi, kemudian dalam tiap sumuran ditambahkan D-PBS, EDTA, dan tripsin, lalu dilanjutkan dengan inkubasi dua menit pada inkubator CO2. Selanjutnya semua aspirat diletakkan pada eppendorf dan dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 2500 rpm selama lima menit dicuci dengan PBS dingin. Senfugasi sel dengan kecepatan 1500 rpm pada suhu 4 . Tambahkan Annexin V, Streptavidin, PI (Annexin V Biotin Apoptosis Detection Kit e-Bioscience) dan inkubasi 10 menit pada suhu 4 pada ruang gelap. Langkah terakhir adalah penambahan staining buffer sebanyak 300 l pada tiap sumuran. Analisis menggunakan Flowcytometry pada waktu kurang dari satu jam (Setyawati Karyono, dkk. 2011). 3.6.5 Prosedur Pengukuran Jumlah Protein P-53 dengan Pengecatan Imunohistokimia Imunohistokimia merupakan suatu proses mengidentifikasi protein spesifik pada jaringan atau sel dengan menggunakan antibodi. Tempat pengikatan antara antibodi dengan protein spesifik diidentifikasi dengan marker yang biasanya dilekatkan pada antibodi dan bisa divisualisasi secara langsung atau dengan reaksi untuk mengidentifikasi marker. Marker dapat berupa senyawa berwarna, zat berfluoresensi, logam berat, label radioaktif, atau enzim. Dalam hal ini peneliti menggunakan marker berupa senyawa berwarna/ zat berfluoresensi karena pengaplikasiannya yang mudah dan ramah lingkungan (sedikit menimbulkan efek samping bagi tubuh) (Larasati, CCRC).
  • 29. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Prosedur dalam pengukuran jumlah protein P-53 dengan pengecatan imunohistokimia adalah sebagai berikut. Jumlah sel yang ditransfer dalam 24- well plate yang sebelumnya telah diisi dengan cover slip adalah 5 x 103 sel/sumuran, dilanjutkan dengan menginkubasi sel sampai konfluen. Setelah sel pulih kembali, medium lama dibuang dan ke dalam tiap sumuran ditambahkan secara bertahap serum-free, medium dan EEDS, kemudian diinkubasi selama 24 dan 48 jam. Pada waktu akhir inkubasi, sel dicuci PBS kemudian ditambahkan metanol dingin. Ke dalam masing-masing sumuran ditambahkan metanol dingin. Ke dalam masing-masing sumuran ditambahkan secara berurutan H2O2 3% dalam PBS pH 7,4, blocking buffer dan inkubasi 1 jam. Pada tiap sumuran ditambahkan antibodi skunder terbiotinasi, Steptavidin-HRP, AEC (Aminoethil Carbazole), setelah itu dicuci menggunakan dH2O. Mayer HE diteteskan ke masingmasing sumuran sebagai counterstaining kemudian dicuci dengan dH2O. Coverslip kemudian diangkat dan diletakkan pada deck glass yang sudah ditetesi gelatin 5%. Preparat diaca pada mikriskop Nikon E-100 pada perbesaran 400 x dan difoto dengan collpix E 4500 (Ermin Rachmawati, dkk. 2011).
  • 30. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar DAFTAR PUSTAKA Agli Adhitya Anugrah Putra, 2012 Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata) ALHilli ZA, AL Jumaily, EF, Yaseen NY. Role of volatile oils fraction of cyperus rotundus Antikanker Payudara, Fakultas Farmasi dan Sains, Universitas Muhammadiyah Prof. Asri A. Pengaruh Pemberian Perasan Seledri Terhadap Aktivitas Proliferasi Sel, Indeks Apoptosis dan Perubahan Histopatologi Mukosa Kolon Tikus Wistar. Tesis tidak diterbitkan.. Semarang: Universitas Diponegoro. 2004. Bagchi, K. and Puri, S. 1998. Free radicals and antioxidants in health and disease. Eastern Mediterranean Health Journal. 4(2): 350–360. Bandar Lampung, Oktober 2015 52 Potensi Umbi Rumput Teki (Cyperus Rotundus) sebagai Antikanker Boatright MK, Salvesea GS. Mechanism of caspase activation. Current opinion in cell biologi. ELSEVIER. 2003:15: 725-731. Boik, J., 1996. Cancer and Natural Medicine: A textbook of Basic Science and Clinical Research. Oregon Medical Press. 315 pp. Cancer Chemoprevention Reasearch Centre (CCRC), 2019 Universitas Gajah Mada Carballo, J.L., Hernandez-Inda, Z.L., Perez, P., and Garcia-Gravalos, M.D. 2002. A comparison between two brine shrimp assay to detect in vitro cytotoxicity in marine natural product (Methodology Article). BMC Biotechnology. 2: 1–5. chemoprevention/chemotherapeuticeffects of thymoquinone. Mutation Research. Chow, S.T., Chao, W.W., and Chung, Y.C., 2003. Antioxidative activity and safety of 50% ethanolic red bean extract (Phaseolus raditus L. Var Aurea). J. Food Science. 68(1): 21–25. Clarisa A., 2009. Respon Limfosit Lokal pada Kejadian Rekurensi Kanker serviks di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
  • 31. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Dedi N, Jaswir I, Salleh HM, Taher M, Miyashita K, Ramli N. 2011; 5(11): 2405- 2412. Fucoxanthin Extraction and Fatty Acid Analysis of Sargassum binderi and S. Duplicatum. Journal of Medicinal Plants Research. Departemen kesehatan RI. (2007). Pedoman penemuan dan penatalaksanaan penyakit kanker tertentu di komunitas. Jakarta: Bakti Husada Donoghue S, Baden HS, Lauder I, Sobolewski S, Pringle JH. Immunohistochemical DR. Hamka, Jakarta Timur 13460. Dwitiyanti, Agustus 2015, Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) sebagai Ermin Rachmawati, Setyawati Karyono, Hidayat Suyuti, 2012, Efek Ekstrak Etanolik Daun Sirsak pada Proliferasi dan Apoptosis Sel HeLa yang Dimediasi oleh P-53. Fahri M. Kajian Kandungan Metabolit Sekunder dari Alga Coklat Sargassum cristaefolium. Tesis. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. 2009. Fajarningsih, N.D., Nursid, M., W ikanta, T., dan Marraskuranto, E. 2008. Bioaktivitas ekstrak Turbinaria deccurens sebagai antitumor (HeLa dan T47D) serta efeknya terhadap proliferasi limfosit. JPB Perikanan. 3(1): 21– 27. Faulkner, D. J. 2000. Marine pharmacology. Antonie Van Leeuwenhoek. Netherlands. 77: Fortes, E.T.G. 1981. Introduction to the Seaweeds : Their Characteristics and Economic Importance. Report of the training course on gracilaria algae. Manila, Philipinnes. Hosokawa M, Wanezaki S, Miyauchi K, Kurihara H, Kohno H, Kawabata J, Odashima S, Takahashi K. ApoptosisInducing Effect of Fucoxanthin on Human Leukemia Cell HL- http://www.dharmais.co.id/new/ content.php?page= article&lang=id. Diakses tanggal 29 April 2019 https://en.wikipedia.org/wiki Hughes, D. and Mehmet, H. 2003. Cell proliferation and apoptosis. BIOS Scientific Publishers Ltd. Oxford.
  • 32. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar in induction of apoptosis on cancer cell lines in vitro.Biotech. 2010; 9(2): 28698. Jemal A, Bray F, Melissa M, Ferlay J, Ward E, Forman D. Globar Cancer Statistic, Vol. 61, Maret-April 2011. Kastomo, D.R. 2008. Mengapa kanker hampir selalu terlambat diketahui? Kotake-Nara E, Terasaki M, Nagao A. Characterization of Apoptosis Induced by Fucoxanthin in Human Promyelocytic Leukemia Cells. Bioscience Biotechnology and Biochemistry. 2005; 69:224-27. Kundua J, Chuna K, Aruomab OI, Kundua JK. Mechanistic perspectives on cancer chemoprevention/chemotherapeutic effects of thymoquinone. Mutation Research. 2014; 768: 22–34. Kundua J, Chuna K, Aruomab OI, Kundua, JK. Mechanistic perspectives on cancer Localization of Caspase-3 Correlates with Clinical Outcome in B-Cell Diffuse Large-Cell Lymphoma Immunohistochemical Localization of Caspase-3 Correlates with Clinical Outcome. American Association for Cancer Research. 1999;59:5386-5391. Maulanusantara. Cegah Kanker Serviks Sekarang. 2009. (online). Melva. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim pada Penderita yang Datang Berobat di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. 2008. Meyer, B.N., Ferrigni, N.R.M., Putman, J.E., Jacobsen, L.B., Nicholas, D.E., and McLauglin, J.L. 1982. Brine Shrimp: a convenient general bioassay for active plant constituents. Planta Med. 45: 34–35. Nursalam, Kriteria Inklusi dan Eksklusi Penelitian, 2003, halaman 96-97. PDS PATKLIN Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia. Kanker di Indonesia Tahun 2002 Data Histopatologi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. 135–145 2014; 768: 22–34. 60. Food Science and Technology Research. 1999; 5:243-46. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Stop Kanker [internet]; 2015.Tersediadari:http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/i nfodatin/infodatinkanker.pdf.
  • 33. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Radji M, Aldrat H., 2010; 8(1):33-39, Penggunaan Obat Herbal pada Pasien Kanker Serviks. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.. Rita. Khasiat Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya Linn.) sebagai Antikanker. Skripsi.Pontianak: Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tanjungpura. 2010. Rumiyanti, 2006; 14(3):238-242. Protein Kelompok Bcl-2 sebagai Target Senyawa Antikanker. Jurnal Kedokteran Yarsi. Sismindari, A.S., Handayani, Yulia, S., dan Candra, E. 2002. Potent effect of protein extract containing ribosome-inactivating proteins (RIPs) isolated from Erythrina fusca lour on cancer cells. Indonesian J. Biotechnol. Dec 2002. p. 559–564. Smit, A.J. 2004. Medicinal and pharmaceutical uses of seaweed natural products : A review. J. of Applied Phycology. and Netherland. 16: 245–262. Susianti, Prosiding Seminar Presentasi Artikel Ilmiah Dies Natalis FK Unila ke-13 Sutjipto, 2008. Permasalahan deteksi dini dan pengobatan kanker payudara. http:// www.dharmais.co.id/new/content.php?page= article&lang=id. Diakses tanggal 29 April 2019. Terhadap Ekspresi Gen Caspase 3 Pada Kultur Sel Kanker Serviks Uteri HeLa The Effect of Annona Muricata Leaf on Proliferation and Appoptosis of HeLa Cells Mediated by P-53 Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. 27 No. 1, Februari 2012; Korespondensi: Ermin Rachmawati. Departemen Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Bandar Lampung, Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No.1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145 Torres, M.R., Sousa, A.P.A., Filho, E.A.T.S., Moraes, MEA., Moraes M.O., and Costa-Latuto, L.V. 2005. Biological activity of aquens and organic extract of seaweeds from Ceara State, Brazil. Arq.Cien.Mar.Fortaleza. 38: 55–63 Waryono T., 2008, Biogeografi Alga Makro (Rumput Laut) di Kawasan Pesisir Indonesia. Kumpulan Makalah Periode 1987-2008. Wikanta, T., Januar, H.I., dan Nursid, M. 2005. Uji aktivitas antioksidan dan sitotoksisitas ekstrak alga merah Rhodymenia palmata. J. Penel. Perik. Indonesia. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. II(4). Wikipedia, 2019 alga coklat, alga merah, alga hijau
  • 34. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Wikipedia, 2019 Caspase3 disadur https://en.wikipedia.org/wiki/Caspase_3 Wikipedia, 2019 cr201053 disadur https://www.nature.com/articles/cr201053 Wikipedia, 2019 https://en.wikipedia.org/wiki/Myc Xiao D. Benzyl Isothiocyanate–Induced Apoptosis in Human Breast Cancer Cells is Initiated by Reactive Oxygen Yang PM, Tseng HT, Peng CW, Chen WS, Chiu SJ, 2012. Dietary flavonoid fisetin targets caspase-3-deficient human breast cancer MCF-7 cells by induction of caspase-7-associated apoptosis and inhibition of autophagy. International Journal Of Oncology. 2012:40:469-478. Zhang, 2006. Benzyl Isothiocyanate Induces DNA-Damage Causes G2/M Cycle Arrest and Apoptosis in Human Pancreatic Cancer Cells (Abstract).
  • 35. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar BIODATA PESERTA Ketua Tim Nama : Umar Farhad Sekolah : SMA Negeri 1 Pati Alamat Sekolah : Jalan Panglima Sudirman No. 4, Plangitan, Kabupaten Pati Alamat Rumah : Desa Pancur RT03/RW01 Kecamatan Pancur, Rembang Tempat Lahir : Rembang Tanggal Lahir : 11 Februari 2002 Jenis Kelamin : Laki-Laki Kelas : XI MIPA 3 Nomor HP : 085336213925 Email : umarfarhad02@gmail.com Anggota Tim Nama : Ilham Ikbaar Gymnastiar Sekolah : SMA Negeri 1 Pati Alamat Sekolah : Jalan Panglima Sudirman No. 4, Desa Plangitan, Kabupaten Pati Alamat Rumah : Perumahan GWIB2 No.84 Desa Winong Kecamatan Pati, Kabupaten Pati Tempat Lahir : Denpasar Tanggal Lahir : 29 September 2002 Jenis Kelamin : Laki-Laki Kelas : XI MIPA 3 Nomor HP : 088238888913 Email : ilhamig2909@gmail.com
  • 36. Allahu’alam Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Data Guru Pembimbing Nama : Suparni Sekolah : Sekolah Dasar Negeri 1 Sumberejo Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Alamat Rumah : Desa Pancur Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang Jenis Kelamin : Perempuan Nomor HP : 085259192191 Email : umarsaja39@gmail.com