2. KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT kami panjatkan atas
segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya. Dan terima kasih pada Kakak kak
pendamping praktikum Sosiologi Pertanian atas perkuliahan tentang bab ini. Penulisan makalah
Sosiologi Pertanian yang berjudul ”Jaringan Sosial dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya, walaupun dalam proses selanjutnya masih ada kekurangan- kekurangan yang
harus diperbaiki.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah yang kami rancang tidaklah
sempurna dan jauh dari kesempurnaan, karena sebagai manusia kami banyak kekurangan.
Namun kami telah berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas pembuatan makalah
ini. Oleh karenanya kami sebagai penulis makalah ini memohon kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak agar kekurangan yang ada dalam laporan ini dapat diperbaiki
dan disempurnakan.
3. BABB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup sendiri. Dalam
kehidupan manusia akan ditemui komunitas dan tata cara hidup bermasyarakat. Banyak aspek-
aspek pembentuk kesosialisasian dalam bermasyarakat, yaitu adab, adat, norma-norma dan
kebudayaan.
Dalam bermasyarakat kita tak kan kepas dari struktur masyarakat, lapisan sosial, dan
jaringan sosial. Makalah ini akan membahas jaringan sosial, yaitu hubungan yang terjadi pada
masyarakat antar lapisan, cara berinteraksi, dan fenomena-fenomena interaksi masyarakat di
Cibodas dan Sulawesi Selatan. Makalah ini membahas mengenai bagaimana cara mereka
mempertahankan hidup dalam aspek pertanian.
Dengan membahas jaringan sosial ini, kita dapat mengetahui bagaimana cara
menggerakkan pembangunan pertanian agar dapat meningkatkan kualitas masyarakat
pertaniannya, dan kualitas hasil taninya. Pertanian merupakan aspek fundamental dalam
kehidupan rakyat Indonesia, dimana sebagian besar penduduk Indonesia bermatapencaharian
sebagai petani. Banyak pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengenali budaya bertani
suatu tempat, karena budaya bertani suatu tempat dengan tempat yang lain berbeda-beda.
B.Rumusan Masalah
1. Apakah definisi Jaringan Sosial ?
2. Apakah analisis jurnal “ Kerja Sama dan Struktur Masyarakat di Desa Cibodas” ?
3. Apakah Analisis jurnal “ Perilaku Gerakan Penduduk, Perubahan Sosial dan
Pembangunan (Kajian Pada Komunitas Padi Sawah Sulawesi Selatan)” ?
4. BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi Jaringan sosial
Jaringan sosial adalah suatu jaringan relasi dan hubungan sosial yang terdapat dalam
suatu masyarakat. Jaringan ini merupakan keseluruhan relasi dan hubungan sosial yang dapat
diamati di suatu masyarakat, misalnya jaringan sosial yang terdapat di masyarakat desa,
keseluruhan relasi dan hubungan sosial di kalangan pemimpin desa, antara pemimpin desa dan
masyarakat desa, di kalangan warga masyarakat tersebut pada umumnya . Relasi dan
hubungan sosial itu terdapat diberbagai bidang kehidupan yan meliputi ekonomi, sosial,
kebudayaan dan lain-lain. Jaringan relasi dan hubungan sosial merupakan pencerminan
hubungan antar status-status dan peran-peran dalam masyarakat. Daringan sosial di
masyarakat komplek lebih rumit dibanding masyarakat sederhana atau masyarakat primitif.
(lihat Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 7, 1989 : 345).
Menurut Wright (1988 : 102 – 104) fokus kajian jaringan komunikasi lebih diarahkan
pada pola-pola pengaruh, yaitu siapa yang menjadi influentials atau orang-orang yang
berpengaruh dan bagaimana morphis– nya atau dengan kata lain seberapa jauh penyebaran
pengaruhnya. Ini berarti, kajian jaringan komunikasi berhubungan dengan ketokohan
seseorang. Sebutan tokoh tentu berkait erat dengan status. Dan status adalah bagian yang tak
terpisahkan dengan pengaruh atau aksesibilitas masyarakat setempat terhadap sumber
informasi dan segala aspeknya.
B.Analisis Jurnal “ Kerja Sama dan Struktur Masyarakat di Desa Cibodas”
Ada dua prinsip kelompok di masyarakat pertanian Cibodas yang mana prinsip itu saling
melengkapi, yaitu satu pihak mengabdi dan satu pihak memerintah atau memperabdi. Kedua
prinsip ini dapat ditelusuri dalam hubungan ekonomi pada umumnya, dalam masalah ekonomi
desa dan usaha tani dan demikian pula dalam hubungan-hubungan sosial. Berdasarkan dua
prinsip tersebut terdapat dua kelompok besar yaitu kelompuk buruh tani dan kelompok petani
bebas.
1. Buruh tani
Buruh tani dalam arti sesungguhnya ciri-ciri buruh tani dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kegiatan ekonomi
5. a. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan digaji sebagai pekerja
harian.
b. Buruh tani menanam atas dasar bagi hasil (maro) diatas tanah tegalan milik tuan
tanah besar setelah hasil utama (kentang atau kubis) dipungut.
c. Di waktu mereka tidak dipekerjakan sebagai tenaga buruh para buruh tani melakukan
perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan laba kira-kira sama besarnya dengan
gaji mereka.
Kedudukan sosial
a. Hidup ditingkat terbawah lapisan masyarakat, biasanya dalam keadaan kehidupan
sangat miskin.
b. Buruh tani biasanya menyerah begitu daja kepada nasibnya, ia ingin memperbaiki
keadaannya, tetapi ia tidak tahu caranya, karena itu ia menyerah saja.
c. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latarbelakang kecerdasan, juga tidak
mempunyai pengalaman untuk mengelola pertanian.
d. Buruh tani sebagai kelompok tidak terikat kepada desa mereka. Banyak dari mereka
berpindah-pindah untuk menemukan kesempatan untuk berhasil ditempat lain.
Petani tidak tetap, yaitu para petani yang tidak tetap memiliki tanah yang luasnya berada
antara ⅟4 – 2 ⅟2 acre, tetapi pada umumnya mereka memilki kurang dari 5/4 acre.
Kegiatan ekonomi
a. Petani tidak tetap dipekerjakan oleh tuan tanah yang lebih besar dengan digaji sebagai
tenaga harian.
b. Mereka menanam padi huma, jagung, ketela rambat, dan bawang diatas tanah kering.
Seperti buruh tani yang sesungguhnya, petani tidak tetap juga sering menanam
tanaman sampingan atas dasar maro di atsa tanah-tanah dimana kentang dan kubis
telah dipungut para pemiliknya.
c. Perdagangan yang dilakukan oleh para petani tidak tetap kadang-kadang mengambil
bentuk yang sedikit lebih luas dan lebih teratur dari yang dilakukan oleh buruh tani
yang tidak bertanah.
Kedudukan sosial
a. Beberapa petani tidak tetap mempunyai harga diri yang lebih besar, tetapi kebanyakan
anggota kelompok itu amat serupa dengan kelompok buruh tani yang tidak bertanah
dalam sikap mental dan kecerdasannya.
6. b. Baik petani tidak tetap maupun buruh tani, tidak mendapat perhatian sedikitpun oleh
badan-badan pemerintah kecuali dalam keadaan dimana mereka melakukan tindakan
melanggar hukum
c. Petani tidak tetap sebagai suatu kelompok secara kemasyarakatan bertambah
menurun keadaannya dan bukan bertambah meningkat. Hal ini dikarenakan modal
dan tanah semakin lama semakin terkumpul di tangan para petani bebas, sehingga
kebutuhan untuk berhutang di musim paceklik (bulan-bulan sebelum panen dan ketika
musim pengangguran) telah memaksa sebagian para petani tidak tetap untuk
menggadaikan atau menjual tanah mereka, dan setelah itu mereka menanaminya
sebagai buruh tani dan atau bagi hasil.
d. Hubungan kekeluargaan dari petani tidak tetap tidak memperkuat kedudukan ekonomi
dan sosialnya. Hal ini berbeda dengan tuan tanah besar yang mana bukan hanya
kekayaan tetapi karena tanah yang dimiliki para keluarga mereka dan kesadaran
mereka.
2. Para petani bebas
Masyarakat pertanian desa cibodas telah dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu buruh tani dan
petani bebas. Untuk kelompok para petani bebas memainkan peranan yang menonjol baik
dalam kehidupan sosial maupun peranan-peranan yang dimainkan kedua kelompok dalam
masyarakat desa pada waktu peranan ini berkembang dari ciri-ciri khas.
Para petani yang mempunyai tanah seluas 2,5 acre dan 12 acre dalam hak milik mereka
digolongkan sebagai petani bebas kecil, sedangkan mereka yang mempunyai lebih dari 12 acre
dianggap sebagai tuan tanah besar.
Petani bebas kecil
Kelompok ini memperlihatkan tanda-tanda kemakmuran tertentu. Para petani ini mampu
menanam kentang dan kubis baik, secara sendiri atau berkongsi dengan penduduk desa yang
lebih kaya, mereka juga terlibat dalam perdagangan dalam ukuran yang sedikit lebih besar
dibandingkan dengan buruh tani.
Ciri-ciri khas kelompok ini adalah sebagai berikut :
Kegiatan ekonomi
a. anggota kelompok petani bebas kecil tidak melakukan pekerjaaan untuk mencari
upah.
b. Mereka mengerjakan tanah sendiri dan kadang-kadang mengerjakan sawah atas
dasar bagi hasil. Para petani bebas kecil juga mempunyai buruh tani yang bekerja
7. untuk mereka dengan diupah (berbeda dengan petani tidak tetap) Jenis tanaman yang
mereka tanam sama dengan jenis tanaman yang di tanam tuan tanah besar, walaupun
sering kubis dan kentang tidak begitu dipentingkan. Mereka cenderung banyak meniru
dari tuan tanah besar, dengan jalan mengikuti praktik-praktik mereka sejauh mungkin
dalam batas kemungkinan keuangan mereka.
c. Perdagangan yang dilakukan oleh anggota kelompok petani bebas kecil selalu ada
hubungannya dengan hasil pertanian yang mereka tanam dan ditanam orang lain
(kentang dan kubis).
d. Sedikitnya modal membuat kelompok ini berusaha mencari penggunaan yang paling
menguntungkan.
Kedudukan sosial
a. perbedaan status sosial yang membedakan mereka dari buruh tani terlihat dalam
kenyataan bahwa petani bebas kecil tidak bekerja untuk mendapatkan gaji tetapi
tenaga bayaran yang bekerja untuk mereka.
b. Dibandingkan dengan kelompok buruh tani, kelompok ini memberikan perhatian yang
lebih besar terhadap pendidikan untuk anak-anak. Di kalangan petani bebas kecil,
dan lebih-lebih lagi di kalangan tuan tanah besar, ibu biasanya tinggal di rumah untuk
mengurus dapur dan mencurahkan perhatiannya terhadap anak-anak.
c. Anggota kelompok petani bebas kecil mampu memainkan peranan yang dapat
dikatakan penting dalam kehidupan desa. Hal ini dikarenakan karena anggotanya
mempunyai hubungan yang rapat dengan orang-orang dari kelompok tuan tanah
besar, mereka masih mendapat perhatian pemerintah dibandingkan dengan kelompok
buruh tani.
d. Dalam kelompok petani kecil, ikatan keluarga memainkan peranan yang penting dalam
kegiatan dan kesempatan ekonomi. Hal ini dapat menjelaskan posisi ekonomi dan
sosial khususnya yang dipunyai tuan tanah besar di Cibodas.
Tuan tanah besar
Satu setengah persen dari penduduk Cibodas termasuk ke dalam golongan tuan tanah besar.
Dimana kelompok ini terdiri dari sejumlah kecil keluarga yang berhubungan rapat dengan
perkawinan, dan 5 kelompok keluarga terpisah-pisah memainkan peranan yang amat menonjol
dalam kehidupan ekonomi di desa itu. Mereka itu adalah kalangan bangsawan desa itu. Mereka
mempunyai sumber modal terbesar dan mendapat kepercayaan dari para tengkulak uang.
Kegiatan ekonomi
8. a. Di dalam usaha pertanian, para tuan tanah besar menjalankan fungsi pengelola, baik
dengan gaya baru maupun dengan gaya lama. Mereka jarang sekali mengerjakan
sendiri pekerjaan kasar, walaupun mereka tahu bagaimana melakukannya. Jika
mereka mempunyai sawah di dalam ataupun di luar desa, maka sawah itu disewakan
atas dasar bagi hasil, dengan begitu mereka tidak mngeluarkan biaya untuk
penanaman modalnya. Banyak dari mereka mempergunkan hasil sewa tersebut untuk
menutupi ongkos makanan sedangkan laba pertanian kentang dan kubis digunakan
untuk menutupi kebutuhan kemewahan mereka, membangun rumah, pendidikan anak-
anak mereka dan untuk ditanamkan dalam usaha dagang terutama usaha
pengangkutan.
b. Keperluan para tuan tanah besar untuk memperoleh kredit yang menutupi
kekurangan-kekurangan musiman pada umumnya dipenuhi oleh para pedagang di
Lembang dan Bandung yang menyediakan pupuk dan kemasan-kemasan kimia.
Tanpa pinjaman dari para pedagang, tuan tanah besar dan dengan melalui mereka,
para petani bebas kecil tidak akan dapat mencapai tingkat kemakmuran.
Kedudukan sosial
a. Bagi para buruh tani, kampung cenderung dianggap sebagai kesatuan
kemasyarakatan yang terpenting setelah keluarga, bagi para tuan tanah besar
keluarga luas telah mengambil fungsi ini. Kelompok tuan tanah besar secara sosial
dan ekonomi mendominasi wilayah dalam dan luar kampung mereka.
b. Dalam hubungan mereka dengan buruh tani, tuan tanah besar masih tetap menduduki
lebih kurang posisi tuan terhadap para pelayannya.
c. Tuan tanah besar memilki kedudukan sosial dan ekonomi yang amat berbeda,
merupakan bagian yang integral dari masyarakat desa dan belum lagi merupakan
unsur asing, dengan pengertian bertentangan dengan mayoritas terbanyak dari
penduduk desa.
C.Analisis Jurnal “ Perilaku Gerakan Penduduk, Perubahan Sosial dan Pembangunan
(Kajian Pada Komunitas Padi Sawah Sulawesi Selatan)”
Gerak penduduk senantiasa melibatkan perubahan dalam sub sistem dalam
masyarakat, seperti status, peranan, struktur keluarga, pendidikan, pendapatan, dan
sebagainya. Sebaliknya gerak penduduk dapat diakibatkan oleh perubahan-perubahan
subsistem dalam masyarakat. Perubahan sosial budaya menimbulkan gerak penduduk yang
9. selanjutnya menimbulkan perubahan sosial budaya dan pada gilirannya mempengaruhi gerak
penduduk dan seterusnya.
Determinan Gerak Penduduk
Sistem pelapisan sosial dan jiwa pelaut serta berwiraswasta merupakan faktor-faktor
sosial budaya yang telah melembaga dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kegiatan
perantauan penduduk Sulawesi Selatan. Faktor-faktor sosial budaya tersebut antar lain faktor
ekonomi yang menjadi determinan gerak penduduk si Sulawesi Selatan. Faktor-faktor sosial
budaya bukanlah suatu faktor penentu bagi terjadinya gerak penduduk, melainkan berfungsi
sebagai faktor pelengkap yang dapat mempercepat terjadinya gerak penduduk. Pola-pola gerak
penduduk sudah mengalami perubahan dan masih tetap berlangsung, yaitu mulai dari banyak
bergerak ke kota-kota daripada laosompe ke pulau-pulau lain. Hal ini karena merupakan suatu
komponen dalam struktur ekonomi masyarakat, yakni pengadaan tenaga kerja.
Konflik sosial tidak selalu memberi sumbangan bagi meningkatkan gerak penduduk ke
luar, tetapi kadangkala menahan terjadinya gejala itu. Dalam studi di tiga desa atau komunitas
padi sawah di Propinsi Sulawesi Selatan, dimana masing-masing desa memiliki kasus berbeda-
beda dalam hal sumberdaya lingkungan dan tingkat teknologi pertaniannya yang menunjukkan
bahwa tingkat gerak penduduk ternyata berbeda pula. Desa tipe 1 (Watangsidenreng) memiliki
sumberdaya penduduk paling rendah. Desa tipe 2 (Camba-camba) memiliki sumberdaya
lingkungan terbatas dan teknologi pertanian rendah serta tingkat gerak penduduk yang sedang.
Dan desa tipe 3 (Tikala) memiliki karakteristik yang relatif sama dengan desa tipe 2, tetapi
lokasinya terpencil dan jauh dari pusat-pusat kegiatan ekonomi, sosial dan politik serta memiliki
tingkat gerak penduduk yang paling tinggi.
Ketimpangan yang paling besar dan menyumbang kepada tingkat gerak penduduk yang
tinggi terjadi di Desa tipe 3. Ciri-ciri desa “ pinggiran” dimiliki oleh desa tipe 3 dan desa tipe 2
dengan tingkat gerak penduduk yang paling tinggi. Sedangkan profil yang mendekati ciri-ciri
daerah pusat dimiliki oleh desa tipe 1 dengan tingkat gerak penduduk ke luar yang paling
rendah. Keberhasilan dalam pembangunan pertanian di desa ini menimbulkan arus balik gerak
penduduk, dimana pola migrasi pulang kampung (return migration) menjadi menonjol.
Dalam hal tingkat teknologi pertanian dan kelangkaan sumberdaya lingkungan yang
mempengaruhi gerak penduduk per rumah tangga adalah tingkat pendidikan dan adanya
kerabat di daerah tujuan terutama kota. Gerak penduduk ke luar desa pun demikian, yaitu
10. bertujuan untuk meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan rumahtangga yang di tinggali di
desa. Dengan demikian gerak penduduk seyogyanya dipandang sebagai sarana bagi
tercapainya tujuan pembangunan.
Dampak Gerak Penduduk dan Implikasinya
Modernisasi dan komersialisasi pertaruan di daerah pedesaan dapat mendorong
penduduk desa untuk bergerak ke luar ke daerah lain, terutama ke kota dengan pola gerak
sementara laolosu. Karena itu yang paling banyak merasakan dampak geraj penduduk pada
komunitas yang maju teknologi pertaniannya adalah rumahtangga pallao pada lapisan paling
atas. Dampak gerak penduduk pada rumahtangga dan komunitasnya di daerah asal antara lain
menambah pendapatan rumahtangga, meningkatkan status sosial dan mutu hidup rumah
tangga mendorong usaha-usaha pembangunan di desa, mempercepat proses penerimaan ide-
ide baru, berkurangnya tenaga kerja dan meningkatnya peranan wanita, meningkatnya
kemampuan membaca dan menulis, partisipasi media massa, partisipasi ekonomi yang luas,
dan pola perilaku dengan empati yang tinggi dan pada akhirnya mengakibatkan perubahan
sosial budaya dan ekonomi pada masyarakat pedesaan.
Meningkatnya pendapatan rumah tangga pallao pada komunitas padi sawah terutama
bersumber dari kiriman uang dan barang (remittances) dari anggota rumahtangga tersebut
bergerak ke luar desa mencari nafkah di daerah lain, terutama di kota.
Besarnya kiriman uang dan barang ke desa merupakan fungsi dari :
1. Bentuk gerak penduduk apakah permanen atau sementara, keluarga atau
individu
2. Tingkat dan sifat tanggung jawab pallao terhadap desa yang ditinggalkan
3. Hubungan yang terbina antara pallao dan keluarganya
4. Tingkat dan kebutuhan pallao dengan kerabatnya di desa
5. Jenis pekerjaan pendapatan dan biaya hidup pallao di kota
Rumahtangga pallao pada setiap lapisan sosial ekonomi rumahtangga ada dalam posisi
yang lebih baik daripada rumahtangga penetap. Dampak positif lain dari adanya kiriman baik
lapisan sosial ekonomi yang sama antara ruamahtangga penetap dan rumahtangga pallao
11. maupun antara lapisan sosial ekonomi, adalah sebagai unsur penting bagi pemetaan
pendapatan. Palisan bahwa cenderung memiliki tingkat pertambahan pendapatan pada lapisan
atas.
Daris segi penggunaannya, kiriman uang dan barang penting artinya bagi rumahtangga
tani subsistensi untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, yaitu hidup “ cukuoan” . Kiriman juga
merupakan mekanisme bagi perubahan sosial budaya dan ekonomi di pedesaan, meningkatkan
status sosial dan mutu hidup rumahtangga pallao, serta memberi petunjuk kuat atau tidak
kuatnya ikatan-ikatan kekeluargaan antara kota dan desa.
Dari segi kualitas rumah yang dimiliki sebagai salah satu ukuran keberhasilan dalam
kehidupan sosial ekonomi, ternyata persentase rumahtangga pallao yang memiliki rumah
berkualitas baik lebih besar daripada rumah penetap pada masing-masing desa kasus
penelitian dan pada setiap lapisan sosial ekonomi rumahtangga.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat kesejahteraan atau mutu
hidup rumahtangga di desa dengan ada atau tidak adanya anggota rumahtangga yang
bergerak ke luar desa.
Salah satu dampak negatif dari gerak penduduk ke luar desa adalah berkurangnya
tenaga kerja muda yang relatif lebih berpendidikan dan mereka umumnya adalah laki-laki. Di
desa yang maju teknologinya, kekurangan tenaga kerja diatasi dengan mekanisme pertanian,
yaitu dengan menggunakan traktor mini dan masuknya tenaga kerja dari daerah lain selama
musim pengolah sawah. Gerak penduduk khususnya yang menuju ke daerah perkotaan dapat
mengakibatkan berkurangnya buta huruf, yakni jumlah orang yang dapat membaca dan menulis
semakin meningkat.
Bebrapa implikasi timbul sehubungan dengan dampak gerak penduduk, diantaranya
bahwa gerak penduduk selalu melibatkan perubahan-perubahan dalam beberapa subsistem
lain dalam masyarakat. Impliksi lainnya bahwa bukan hanya daerah dan komunitasnya yang
mengalami perubahan karena andanya hubungan dengan daerah kota melalui pallao, tetapi
struktur dan nilai-nilai perkotaan yang mengalami perubahan berusaha menyesuaikan diri
dengan struktur dan nilai-nilai kehidupan di kota.
12. BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan jurnal pertama, kita mendapati bahwa, di Desa Cibodas, terbagi menjadi 4
golongan, aitu, buruh tani, petani tidak tetap, petani bebas kecil dan petani besar. Para
penggerak agropilitan di Desa Cibodas ini di dominasi oleh Petani besar, karena mereka
memiliki kekuasaan lebih atas desa tersebut dan memiliki setengah lahan dari total lahan yang
terdapat di desa Cibodas. Jika dilihat proyeksi jaringan sosial pada masyarakat di Cibodas,
dapat disimpulkan jaringan sosial tersebut kaku, karena didominasi oleh petani besar. Interaksi
yang terjadi antar lapisan juga kaku, hal ini ditunjukkan oleh interaksi antara petani besar
dengan buruh tani layaknya seperti majikan dan pelayan atau bapak dengan anak.
Berdasarkan jurnal kedua mengenai pembangunan pertanian di Sulawesi Selatan,
tergantung pada berapa orang yang merantau atau laosompe . Semakin banyak yang
merantau, akan memberikan suntikan pendapatan lebih pada rumah tangga atau komunitas
yang ditinggalkan. Sebagian besar, masyarakat desanya mengelola usaha pertanian, dan
segala modal atau pengembangan pengelolaan didapati dari hasil merantau. Semakin tinggi
pergerakanpenduduk, semakin tinggi pertumbuhan pembangunan pertanian daerah tersebut.
Karena, dengan meningkatnya mover juga akan meningkatkan keterbukaan penduduk yang
ditinggalkan, pada media massa, pendidikan, dan kemajuan teknologi.
B. Saran
Saran kami terhadap pembelajaran Sosiologi Pertanian ini adalah perlunya
pengupdatean berita maupun jurnal sosiologi yang digunakan sebagai bahan ajar. Karena,
mempelajari sosiologi tahun 1950an, tidak akan merubah pengetahuan secara signifikan
karena, peradaban pertanian masa kini tidak bisa disamakan lagi dengan 50 tahun yang lalu.
Sedangkan mahasiswa dibutuhkan untuk mengetahui peradaban sosiologi pedesaan masa
modern ini.
13. DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011. http://rumakom.wordpress.com/2008/02/04/analisis-jaringan-sosial/
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/FAE27-1a.pdf