Dokumen tersebut membahas tentang kedaulatan pangan Indonesia sebelum dan sesudah Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Secara khusus membahas peluang dan tantangan dalam perdagangan hortikultura dengan negara-negara ASEAN dan China melalui kesepakatan seperti ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA). Juga membandingkan produksi pangan utama Indonesia dengan negara lain.
2. ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA)
• Kesepakatan antara negara-negara anggota
ASEAN dengan China
• Untuk mewujudkan kawasan perdagangan bebas
• Menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan
perdagangan barang baik tarif ataupun
non tarif
• Peningkatan akses pasar jasa, peraturan dan
ketentuan investasi
• Peningkatan aspek kerjasama ekonomi untuk
mendorong hubungan perekonomian para pihak
ACFTA dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat ASEAN dan china.
3. Tujuan FTA
FTA ini antara lain bertujuan untuk:
• Meliberalisasi secara progresif dan
meningkatkan perdagangan barang dan jasa
• Menciptakan suatu sistem yang transparan
• Mempermudah investasi
4. Early havest programe
• Program percepatan penurunan tarif :
• sayuran dikonsumsi
• buah-buahan dikonsumsi termasuk nut
• Sejak 1 Januari 2010, tarif komoditas tersebut menjadi 0%
• Harga sayuran dan buah-buahan yang dimpor dari China
menjadi jauh lebih murah meningkatnya permintaan
pasar.
• Harga buah-buahan dan sayuran Indonesia di pasar China
juga turun tajam jadi lebih laku.
5. • China:
Peluang
• GDP: $4,984,730,000,000
• GNI/Kapita: $3,590
• Jumlah penduduk (2009) 1,331,460,000 orang:
• Miskin: 2.8%
• Sangat prospektif sebagai pasar produk
hortikultura Indonesia.
• China memberlakukan standar tertentu terhadap
produk hortikultura yang dipasarkan,
• walaupun persyaratan konsumen di China
juga tidak seketat Jepang.
9. 4 Pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
1. Free movement of goods
2. Freedom of movement for workers
3. Freedom of estabhlisment and provision
services and mutual recognition of diplomas
4. Free movement of capital
10. • AFTA:
MEA vs AFTA
• Masih mungkin ada bea masuk 1-5%
• Boleh ada kebijakan khusus untuk melindungi
industri atau barang dalam negeri yang sensitif
• MEA:
• Perdagangan antar negara sangat bebas
• Tanpa bea masuk
• Sepenuhnya bersaing dengan produk negara lain
11. Kesiapan Indonesia (Achasani, 2014)
Fuzzy-Clustering ASEAN+3:
I. Singapore, Jepang, Korea, China
II. Malaysia, Vietnam, Thailand
III. Indonesia, Filipina
IV. Myanmar, Kamboja, Laos
V. Brunei
12. Peluang
• Sangat prospektif sebagai pasar produk hortikultura
Indonesia.
• ASEAN memberlakukan standar tertentu terhadap
produk hortikultura yang dipasarkan,
• walaupun persyaratan konsumen di ASEAN juga
tidak seketat Jepang, Korea, Australia dan China.
• Peluang besar ini harus dimanfaatkan untuk
mengekspor sebanyak mungkin produk hortikultura
kita, dengan tetap memperhatikan kebutuhan dalam
negeri.
13. Negara
GDP (Nominal) Negara-Negara ASEAN 2011
Populasi
GDP (juta US$)
GDP/Kapita
(juta) (US$)
Indonesia 244.47 878,198 3,592
Thailand 64.38 356,564 5,678
Malaysia 29.46 303,527 10,304
Singapura 5.41 276,520 51,162
Philipina 95.8 250,436 2,614
Vietnam 90.39 138,071 1,528
Myanmar 63.67 53,140 835
Brunei 0.4 16,628 41,703
Kamboja 15.25 14,241 934
Laos 6.38 9,217 1,446
ASEAN 615.6 2,305,542 3,745
14. Contoh Kasus
Kebijakan Pengentian Sementara Impor Hortikultura
Sementara: Januari – Juni 2013
Komoditas (13):
Kentang, kubis, wortel, cabai
Nenas, melon, pisang, mangga, pepaya, durian
Krisan, anggrek, heliconia
24. Ketersediaan Lahan Tanaman Pangan di
Beberapa Negara Asia
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
Ketersediaan Lahan Tanaman Pangan
(m2)/Kapita
Indonesia India China Thailand Vietnam
Sumber: Soemarno, 2007
25. Konversi Lahan
1981 – 1999: + lahan sawah seluas 1,6 juta ha
1999 – 2002: Konversi sawah menjadi lahan non
pertanian 563.159 ha 187.719,7 ha/tahun.
Laju alih fungsi lahan sawah ke non sawah = 187.720
ha/tahun:
sawah ke non pertanian: 110.164 ha/tahun
sawah ke pertanian lainnya: 77.556 ha/tahun
lahan kering pertanian ke non pertanian: 9.152 ha/tahun
29. OECD
Menurut Ken Ash (Direktur Perdagangan & Pertanian OECD):
perhatian Indonesia pada pencapaian ketahanan
pangan melalui swasembada adalah salah arah.
Menurut laporan terbaru OECD, Indonesia dapat
meningkatkan ketahanan pangan nasional dengan:
mulai meninggalkan tujuan swasembada pangan.
membuka lebih luas pasar produk pertanian dalam
perdagangan internasional,
memfasilitasi penanaman modal pertanian yang lebih tinggi,
mereformasi skema subsidi input dan bantuan pangan
http://www.oecd.org/newsroom
30. OECD menyebutkan
Proteksi terhadap impor pangan:
menghambat daya saing sektor pertanian,
membatasi pertumbuhan produktivitas pertanian,
meningkatkan biaya pangan untuk konsumen miskin, termasuk
mayoritas petani, yang merupakan pembeli neto (net buyer) bahan
pangan pokok.
Kebijakan non-tarif yang lebih terbuka:
akan mendorong perdagangan
memungkinkan konsumen Indonesia mengakses pangan di pasar
internasional dengan lebih baik.
31. Impor Pangan Indonesia 2011
17.61
Produk Olahan
11.52
10.6
8.61
9.38
17.02
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Buah dan
Sayur
BS Segar Beras Jagung Kedelai Gandum
32. Siapa yang akan memberi makan
mereka???
Sumber: Dato’ Abd Wahab Maskan, 2013
33. Problem Pangan
Lonjakan populasi 8 M jiwa 2025
Kebijakan USA dan Uni Eropa memberi subsidi
dengan keringan pajak untuk diversifikasi pertanian
tanaman pangan menjadi biofuel
Jagung untuk bioetanol:
Jagung untuk 95 liter etanol ≈ makan 1 orang selama 1 tahun
35% bijian untuk pakan ternak
Peningkatan permintaan karena peningkatan jumlah
penduduk dan juga peningkatan pendapatan
Produktivitas yang rendah kronis pada petani negara
miskin karena ketidakmampuan membeli benih,
pupuk, dan irigasi
Perubahan iklim dunia
37. Rekomendasi Kebijakan
Pengendalian laju pertumbuhan penduduk
Pengimplementasian UU No.41 Tahun 2009 secara konsisten
yang disinkronkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Peningkatan penyediaan air irigasi dengan perbaikan bendungan
dan saluran irigasi,
Meningkatkan areal tanaman pangan
Meningkatkan produktivitas tananaman pangan
Mencari alternatif pangan baru yang bergizi, enak, mudah
disiapkan dan sesuai dengan martabat dan budaya yang
berbasis pada sumberdaya lokal
Diversifikasi pangan dengan menurunkan konsumsi beras per
kapita secara bertahap
38. Diversifikasi Pangan
Aspek konsumsi, penyediaan, distribusi, keterjangkauan
dan keamanan pangan dengan peningkatan pangan
berbasis sumberdaya lokal
Pangan berbasis sumberdaya lokal perlu diolah dan
disajikan secara modern menjadi pangan yang
mempunyai nilai (gizi, gengsi, kemudahan penyajian,
citarasa, keamanan) yang setara atau lebih baik daripada
beras
Proses modernisasi pangan lokal seyogyanya dilakukan
pada tingkat lokal oleh perusahaan lokal, dan tidak
dinasionalisasikan agar dapat mencukupi kebutuhan lokal
39. Diversifikasi Pangan
Golongan berpenghasilan tinggi: Menaikan konsumsi
daging, telor, ikan, buah dan sayuran dengan tetap
mempertahankan asupan kalori 2200-2400 kalori/hari.
Golong Menengah: Mengganti sebagian beras dengan
sumber karbohidrat lain berbasis sumberdaya lokal yg
sudah diolah secara modern dan sebagian dengan
sumber pangan hewani serta sayuran dan buah.
Sumber karbohidrat tersebut perlu diolah agar menjadi pangan
yang bergengsi, bergizi, mudah dimasak/disajikan, awet, serta
mudah didistibusikan
Pengurangan konsumsi beras seyogyanya tidak
disarankan pada kelompok masyarakat miskin karena
karena mereka akan sulit untuk memperoleh sumber
protein sebaik dan semurah beras;
40. Peningkatan Produktivitas
Varietas baru, teknologi produksi dan pengolahan pangan
baru didukung penelitian
Perluasan lahan pertanian dan pencetakan sawah baru:
dengan sangat hati-hati, karena yg tersedia adalah lahan marginal
lahan-lahan marginal yang perlu penanganan spesifik lokasi;
kesalahan penangan akan menimbulkan masalah lingkungan
teknologi spesifik lokasi hasil penelitian & kearifan lokal
Mencegah alih fungsi lahan pertanian:
Keasadaran bersama, termasuk pada para politisi, penentuk
kebijakan di daerah dan anggota DPRD
Penyediaan air irigasi dengan perbaikan bendungan dan
saluran irigasi mutlak diperlukan
41. Perencanaan Pembangunan Pangan Nasional
Membuat Peta detail pertanian tanaman pangan:
Lokasi & luas lahan berdasar tingkat kesesuaian lahan
Peta produksi pangan berdasar waktu, lokasi dan komoditas
Mempelajari pola pangan masyarakat
Berdasarkan hal tersebut merencanakan pasokan pangan
Riset untuk mendapatkan pangan lokal bernilai (gizi,
gengsi, citarasa, kemudahan penyediaan, kemudahan
pengolahan, kemudahan penyimpanan) seperti beras.
Membangun industri pangan berbasis sumberdaya lokal
Penyediaan pangan utama alternatif berbasis sumberdaya
lokal
Kampanye diversifikasi pangan
42. Kami karuniai mereka dengan buah-buahan dan
daging dari bermacam jenis yang mereka inginkan
(Ath-Thur: 22)
Bumi Ia bentangkan untuk semua insan; di atasnya tumbuh buah-buahan
dan pohon kurma dengan selodongnya, juga padi-padian yang
berkulit dan tumbuh-tumbuhan yang harum baunya.
Maka, karunia manakah dari Tuhanmu yang kamu dustakan?
(Ar-Rahman: 10-13)
Terima Kasih