1. Sayyidi Ahmad Badawi dikenal sebagai wali besar yang memiliki banyak keramat, termasuk kemampuan untuk menolong orang yang ditahan secara zalim dan membantu orang lain dalam berbagai masalah.
2. Ia sering berziarah ke makam Sayyidi Ahmad Badawi untuk meminta petunjuk dan bantuan, bahkan setelah ratusan tahun kematiannya.
3. Banyak orang yang mencoba membatalkan peringatan maulidnya, nam
1. Keramat Sang Hamba Suci
Setiap hari, dari pagi hingga sore, sayidi Ahmad Badawi menatap matahari, sehingga kornea matanya
merah membara. Apa yang dilihatnya bisa terbakar, khawatir terjadinya hal itu, saat berjalan ia lebih
sering menatap langit, bagaikan orang yang sombong. Sejak masa kanak kanak, ia suka berkhalwat dan
riyadhoh, pernah empat puluh hari lebih perutnya tak terisi makanan dan minuman. Ia lebih memilih diam
dan berbicara dengan bahasa isyarat, bila ingin berkomunikasi dengan seseorang. Ia tak sedetikpun
lepas dari kalimat toyyibah, berdzikir dan bersholawat. Dalam perjalanan riyadhohnya, ia pernah tinggal
di loteng negara Thondata selama 12 tahun, dan selama 8 tahun ia berada diatas atap, riyadhoh siang
dan malam.
Beliau hidup pada tahun 596-675 H dan wafat di Mesir, makamnya di kota Tonto, yang setiap waktunya
tak pernah sepi dari peziarah. Pada usia dini ia telah hafal Al-Qur’an, untuk memperdalam ilmu agama ia
berguru kepada Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dan syeikh Ahmad Rifai. Ia adalah Waliullah Qutbol Gaust,
Assayyid, Assyarif Ahmad al Badawi. Suatu hari, ketika sang Murid telah sampai ketingkatannya, Syech
Abdul Qodir Jaelani, menawarkan kepadanya ; ”Manakah yang kau inginkan ya Ahmad Badawi, kunci
Masyriq atau Magrib, akan kuberikan untukmu”, hal yang sama juga diucapkan oleh gurunya Sayyid
Ahmad Rifai, dengan lembut, dan menjaga tatakrama murid kepada gurunya, ia menjawab; ”Aku tak
mengambil kunci kecuali dari Al Fattah (Allah )”.
Suatu hari datang kepadanya, seorang janda mohon pertolongan, anak lelakinya ditahan di Perancis, dan
sang ibu ingin agar anak itu kembali dalam keadaan selamat. Oleh Sayyidi Ahmad Al Badawi, janda itu
disuruhnya untuk pulang, dan berkata sayidi Ahmad Badawi: “Insya Allah anak ibu sudah berada
dirumah”. Bergegas sang ibu menuju rumahnya, dan betapa bahagia, bercampur haru, dan penuh
keheranan, ia dapati anaknya telah berada di rumah dalam keadaan terbelenggu. Sayyidi aAhmad
Badawi banyak menolong orang yang ditahan secara zalim oleh penguasa Prancis saat itu, dan semua
pulang ke rumahnya dalam keadaan tangannya tetap terbelenggu.
Pernah suatu ketika Syaikh Ibnul Labban mengumpat Sayyidi Ahmad Badawi, seketika itu juga hafalan
Al-Qur’an dan iman Syaikh Ibnul Labban menjadi hilang. Ia bingung dan berusaha dengan beristighosah
dan meminta bantuan do’a, orang orang terkemuka di zaman itu (agar ilmu dan imannya kembali lagi),
tetapi tidak satupun dari yang dimintainya doa, berani mencampuri urusannya, karena terkait dengan
Sayyidi Ahmad Badawi. Padahal diriwayatkan, saat itu Sayyidi Al Badawi telah wafat. Orang terkemuka
yang dimintainya doa, hanya berani memberi saran kepada Syaikh Ibnul Labban, agar dia menghadap
Syeikh Yaqut al-‘Arsyiy, waliullah terkemuka pada saat itu, dan kholifah sayyidi Abil Hasan As-Syadzili.
Ibnu Labban segera menemui Syech Yaqut dan minta pertolongannya, dalam urusannya dengan sayyidi
Ahmad Al-Badawi. Setelah dimintai pertolongan oleh Syaikh Ibnul labban, Syeikh Yaqut Arsyiy berangkat
menuju ke makam Sayyidi al-Badawi dan berkata : “ Wahai guru, hendaklah tuan memberi ma’af kepada
orang ini!”. Dari dalam makamnya, terdengar jawaban “Apakah kamu berkehendak untuk mengembalikan
tandanya orang miskin itu ? ya…sudah, tapi dengan syarat ia mau bertaubat”. Syeikh Ibbnul Labbanpun
akhirnya bertaubat, dan tidak lama kemudian kembalilah ilmu dan imannya seperti sedia kala dan ia juga
mengakui kewalian Syeikh Yaqut, karena peristiwa tersebut. Ia kemudian dinikahkan dengan putrinya
Syeikh Yaqut. (Di ambil dari kitab al-Jaami’).
2. Syeikh Muhammad asy-Syanawi menceritakan, bahwa pada waktu itu ada orang yang tidak mau
menghadiri dan bahkan mengingkari peringatan maulidnya Syeikh Ahmad Badawi, maka seketika
hilanglah iman orang itu dan menjadi merasa tidak senang terhadap agama Islam. Orang itu kemudian
berziarah ke makamnya Sayyid Badawi untuk minta tolong dan memohon maaf atas kesalahannya.
Kemudian terdengarlah suara sayyidi Badawi dari dalam kubur : “iya, saya ma’afkan, tapi jangan berbuat
lagi. Na’am (iya) jawab orang itu, spontan imannya kembali lagi. Beliau lalu meneruskan ucapannya :
“Apa sebabnya kamu mengingkari kami semua”. Dijawabnya : “Karena di dalam acara itu banyak orang
laki-laki dan perempuan bercampur baur menjadi satu” (tanpa ada garis pembatas). Sayyidi Badawi lalu
mengatakan : “Di tempat thowaf sana, dimana banyak orang yang menunaikan ibadah haji disekitar
Ka’bah, mereka juga bercampur laki-laki dan perempuan, kenapa tidak ada yang melarang”. Demi
mulianya Tuhanku, orang-orang yang ada untuk menghadiri acara maulidku ini tidaklah ada yang
menjalankan dosa kecuali pasti mau bertaubat dan akan bagus taubatnya. Hewan-hewan di hutan dan
ikan-ikan di laut, semua itu dapat aku pelihara dan kulindungi diantara satu dengan lainnya sehingga
menjadi aman dengan izin Allah. Lalu, apakah kiranya Allah Ta’ala, tidak akan memberi aku kekuatan
untuk mampu menjaga dan memelihara keamanannya orang-orang yang menghadiri acara maulidku itu
? ”Suatu ketika Syeikh Ibnu Daqiq berkumpul dengan Sayyidi Badawi, dan ia bertanya kepada beliau :
“Mengapa engkau tidak pernah sholat, yang demikian itu bukanlah perjalanannya para shalihin“. Lalu
beliau menjawab : “Diam kamu! Kalau tidak mau diam aku hamburkan daqiqmu (tepung)”. Dan di
tendanglah Syeikh Daqiq oleh beliau hingga berada disuatu pulau yang luas dalam kondisi tidak
sadarkan diri. Setelah sadar, iapun termangu karena merasa asing dengan pulau tersebut. Dalam
kebingungannya, datanglah seorang lelaki menghampirinya dan memberi nasehat agar jangan
mengganggu orang type syekh al-Badawi, dan sekarang kamu berjalanlah menuju qubah yang terlihat
itu, nanti jika sudah tiba di sana kau berhentilah di depan pintu hingga menunggu waktu ‘ashar dan
ikutlah shalat berjamaah dibelakangnya imam tersebut, sebab nanti syaikh Ahmad Badawi akan ikut di
dalamnya. Setelah bertemu dia ucapkanlah salam, peganglah lengan bajunya dan mohonlah ampun atas
ucapanmu tadi. Ia menuruti kata-kata orang itu yang tidak lain adalah waliyullah Khidir a.s. Setelah
semua nasehatnya dilaksanakan, betapa terkejutnya ia karena yang menjadi imam sholat waktu itu
adalah Sayyidi Badawi. Setelah selesai sholat ia langsung menghampiri dan menciumi tangan dan
menarik lengan Sayyidi al-Badawi, sambil berkata seperti yang diamanatkan orang tadi. Dan berkatalah
Sayyidi Ahmad Badawi sambil menendang Syeikh Daqiq,” Pergilah sana murid-muridmu sudah
menantimu dan jangan kau ulangi lagi!. Seketika itu juga ia sudah sampai di rumahnya dan murid-
muridnya telah menunggu kedatangan Syeikh Daqiq. Dijelaskan bahwa yang menjadi makmum sholat
berjamaah dengan Sayyidi Badawi pada kejadian itu adalah para wali.
Syekh Imam al Munawi berkata : “Ada seorang Syeikh yang setiap akan bepergian selalu berziarah di
makamnya Syeikh Ahmad al-Badawi untuk minta ijin, lalu terdengar suara dari dalam kubur dengan jelas
:”Ya pergilah dengan tawakkal, Insya Allah niatmu berhasil, kejadian tersebut didengar juga oleh Syeikh
abdul wahab Assya’roni, padahal saat itu Syeikh Ahmad al-Badawi sudah meninggal 200 tahun silam,
jadi para aulia’ itu walaupun sudah meninggal ratusan tahun, namun masih bisa emberi petunjuk.
Berkata Syeikh Muhammad al-Adawi : Setengah dari keindahan keramat beliau ialah, pada saat
banyaknya orang yang ingin berusaha membatalkan peringatan maulidnya beliau, dimana orang-orang
tersebut menghadap dan meminta kepada Syeikh Imam Yahya al-Munawiy agar beliau mau
menyetujuinya. Sebagai orang yang berpengaruh dan berpendirian kuat pada masa itu, Syeikh Yahya
tidak menyetujuinya, akhirnya orang-orang tersebut melapor kepada sang raja azh-Zhohir Jaqmaq. Sang
rajapun berusaha membujuk agar Syeikh Yahya bersedia memberi fatwa untuk membatalkan maulidnya
Sayyidi Ahmad Badawi. Akan tetapi Syeikh Yahya tetap tidak mau dan hanya bersedia memberikan
3. fatwa melarang keharaman-keharaman yang terjadi di acara itu. Maka acara maulid tetap dilaksanakan
seperti biasa. Dan Syeikh Yahya bekata kepada sang raja: “Aku tetap tak berani sama sekali berfatwa
yang demikian, karena Sayyidi Badawi adalah wali yang agung dan seorang fanatik (nguwalati= bahasa
jawanya). Hai raja, tunggu saja, kamu akan tahu akibat bahayanya orang-orang yang berusaha
menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Ahmad Badawi. Memang benar, tak lama kemudian mereka
yang bertujuan menghilangkan peringatan maulid Sayyidi Badawi tertimpa bencana. Orang-orang
tersebut ada yang dicopot jabatannya dan diasingkan oleh rajanya. Ada yang melarikan diri ke Dimyath
akan tetapi kemudian ditarik kembali dan diberi pengajaran, dirantai dan dipenjara selama setengah
bulan. Bahkan diantara mereka yang mempunyai jabatan tinggi dikerajaan itu lalu banyak yang
ditangkap, disidang dengan kelihatan terhina, disiksa dan diborgol besi di depan majlis hakim syara’ lalu
dihadapkan raja yang kemudian dibuang di negara Maghrib.
Sayyidi Ahmad Badawi pernah berkata kepada seseorang : “Bahwa pada tahun ini hendaknya kamu
menyimpan gandum yang banyak yang tujuanmu nanti akan kau berikan kepada para fakir miskin, sebab
nanti akan terjadi musim paceklik pangan. Kemudian orang tadi menjalankan apa yang diperintahkan
beliau, dan akhirnya memang terbukti kebenaran ucapan Sayyidi Ahmad Badawi.
Berkata al-Imam Sya’roni : “Pada tahun 948 H aku ketinggalan tidak dapat menghadiri acara maulidnya
Sayyidi Badawi. Lalu ada salah satu aulia’ memberi tahu kepadaku bahwa Sayyidi Badawi pada waktu
peringatan itu memperlihatkan diri di makamnya dan bertanya : “Mana Abdul Wahhab Sya’roni, kenapa
tidak datang ?” Pada suatu tahun, al-Imam Sya’roni juga pernah berkeinginan tidak akan mendatangi
maulid beliau. Lalu aku melihat beliau memegang pelepah kurma hijau sambil mengajak orang-orang dari
berbagai negara. Jadi orang-orang yang berada dibelakangnya, dikanan dan kirinya banyak sekali tak
terhingga jumlahnya. Terus beliau melewati aku di Mesir, sayyidi Badawi berkata : “Kenapa kamu tidak
berangkat ?”. Aku sedang sakit tuan, jawabku. Sakit tidak menghalang-halangi orang cinta. Terus aku
diperlihatkan orang banyak dari para aulia’dan para masayikh, baik yang masih hidup maupun yang
sudah wafat, dan orang-orang yang lumpuh semua berjalan dengan merangkak dan memakai kain
kafannya, mereka mengikuti dibelakang sayyidi Badawi menghadiri maulid beliau. Terus aku juga
diperlihatkan jama’ah dan sekelompok tawanan yang masih dalam keadaan terbalut dan terbelenggu
juga ikut datang menghadiri maulidnya. Lalu beliau berkata: lihatlah ! itu semua tidak ada yang mau
ketinggalan, akhirnya aku berkehendak untuk mau menghadiri, dan aku berkata : Insya Allah aku hadir
tuan guru ?. Kalau begitu kamu harus dengan pendamping, jawab sayyidi Badawi. Kemudian beliau
memberi aku dua harimau hitam besar dan gajah, yang dijanji tidak akan berpisah denganku sebelum
sampai di tempat. Peristiwa ini kemudian aku ceritakan kepada guruku Syeikh Muhammad asy -Syanawi,
beliau lalu menjelaskan: memang pada umumnya para aulia’ mengajak orang-orang itu dengan
perantaraan, akan tetapi sayyidi Ahmad Badawi langsung dengan sendirinya menyuruh orang-orang
mengajak datang. Sungguh banyak keramat beliau, hingga al-Imam Sya’roni mengatakan,”Seandainya
keajaiban atau keramat-keramat beliau ditulis di dalam buku, tidaklah akan muat karena terlalu
banyaknya. Tetapi ada peninggalan Syeikh ahmad Badawi yang sangat utama, yaitu bacaan sholawat
badawiyah sughro dan sholawat badawiyah kubro. Demikianlah sekelumit manakib Sayyidi Ahmad Al
Badawi disajikan kehadapan pembaca, untuk dapat diambil hikmahnya.
Walaa haula wala quwwata illa billah.