SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Kata-Kata Bijak ™ @NasehatSuper1h
Lebih baik mendoakan hal yang Anda tidak sukai dari pasangan daripada memperdebatkannya
Mewujudkan Pendidikan Karakter Yang Berkualitas
Dalam tataran teori, pendidikan karakter sangat menjanjikan bagi menjawab
persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam
penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah program yang
terukur pencapaiannya. Bicara mengenai pengukuran artinya harus ada alat ukurnya, kalo alat
ukur pendidikan matematika jelas, kasih soal ujian jika nilainya diatas strandard kelulusan
artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan pendidikan karakter?
Jika diberi soal mengenai pendidikan karakter maka soal tersebut tidak benar-benar mengukur
keadaan sebenarnya. Misalnya, jika anda bertemu orang yang tersesat ditengah jalan dan tidak
memiliki uang untuk melanjutkan perjalananya apa yang anda lakukan? Untuk hasil nilai ujian
yang baik maka jawabannya adalah menolong orang tersebut, entah memberikan uang ataupun
mengantarnya ke tujuannya. Pertanyaan saya, apabila hal ini benar-benar terjadi apakah akan
terjadi seperti teorinya? Seperti jawaban ujian? Lalu apa alat ukur pendidikan karakter?
Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator perilaku yang dikehendaki. Misalnya,
mengamati seorang siswa di kelas selama pelajaran tertentu, tentunya siswa tersebut tidak tahu
saat dia sedang di observasi. Nah, kita dapat menentukan indikator jika dia memiliki perilaku
yang baik saat guru menjelaskan, anggaplah mendengarkan dengan seksama, tidak ribut dan
adanya catatan yang lengkap. Mudah bukan? Dan ini harus dibandingkan dengan beberapa
situasi, bukan hanya didalam kelas saja. Ada banyak cara untuk mengukur hal ini, gunakan
kreativitas anda serta kerendahan hati untuk belajar lebih maksimal agar pengukuran ini lebih
sempurna.
Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu upaya mudah dan cepat. Hal tersebut
memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan Moral
Choice (keputusan moral) yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal
yang praktis dan reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom
(kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Menurut Helen Keller (manusia buta-
tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe College di tahun 1904) “Character cannot be
develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be
strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved”.
Selain itu pencanangan pendidikan karakter tentunya dimaksudkan untuk menjadi salah satu
jawaban terhadap beragam persoalan bangsa yang saat ini banyak dilihat, didengar dan
dirasakan, yang mana banyak persoalan muncul yang di indentifikasi bersumber dari gagalnya
pendidikan dalam menyuntikkan nilai-nilai moral terhadap peserta didiknya. Hal ini tentunya
sangat tepat, karena tujuan pendidikan bukan hanya melahirkan insan yang cerdas, namun juga
menciptakan insan yang berkarakter kuat. Seperti yang dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni
“intelligence plus character that is the goal of true education” (kecerdasan yang berkarakter
adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah. Konsep
karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan dipraktekan. Mulailah
dengan belajar taat dengan peraturan sekolah, dan tegakkan itu secara disiplin. Sekolah harus
menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di
sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga
pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.
Di sisi lain, pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pemangku
kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah dan juga
masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun
kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang kelihatannya mulai terputus diantara ketiga
stakeholders terdekat dalam lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga dan masyarakat.
Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara
stakeholder lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan
demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter
pertama dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan
kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat siklus pembentukan tersebut. Di samping itu
tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat
mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat
mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan
karakter. Menurut Qurais Shihab (1996; 321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang
dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan.
Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini dan disini, maka upaya dan ambisinya
terbatas pada hal yang sama.
Ingin mewujudkan pendidikan karakter yang berkualitas? Maka kuncinya sudah dipaparkan
diatas, ada alat ukur yang benar sehingga ada evaluasi dan tahu apa yang harus diperbaiki,
adanya tiga komponen penting (guru, keluarga dan masyarakat) dalam upaya merelaisasikan
pendidikan karakter berlangsung secara nyata bukan hanya wacana saja tanpa aksi. Ingat,
Pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata,
tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur.
Dan yang terpenting adalah praktekan setelah informasi tersebut di berikan dan lakukan dengan
disiplin oleh setiap elemen sekolah.

More Related Content

What's hot

Tugas Psikolog
Tugas PsikologTugas Psikolog
Tugas Psikologadenridwan
 
Pendidikan karakter dalam layanan bimbingan dan konseling
Pendidikan karakter dalam layanan bimbingan dan konselingPendidikan karakter dalam layanan bimbingan dan konseling
Pendidikan karakter dalam layanan bimbingan dan konselingAKHMAD SUDRAJAT
 
Materi Bk DiSekolah Dsar Pertemuan 2 (bimbingan dan konseling di sekolah dasar)
Materi Bk DiSekolah Dsar Pertemuan 2 (bimbingan dan konseling di sekolah dasar)Materi Bk DiSekolah Dsar Pertemuan 2 (bimbingan dan konseling di sekolah dasar)
Materi Bk DiSekolah Dsar Pertemuan 2 (bimbingan dan konseling di sekolah dasar)Fito Arsena
 
PENGEMBANGAN PENELITIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI PENGAWAS: MODEL PENELITIA...
PENGEMBANGAN PENELITIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI PENGAWAS: MODEL PENELITIA...PENGEMBANGAN PENELITIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI PENGAWAS: MODEL PENELITIA...
PENGEMBANGAN PENELITIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI PENGAWAS: MODEL PENELITIA...Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam
 
Guru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen PembelajaranGuru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen Pembelajaranangayank
 
Budaya kerja cemerlang..
Budaya kerja cemerlang..Budaya kerja cemerlang..
Budaya kerja cemerlang..Cikgu Shasaz
 
Membangun Budaya Kerja Guru
Membangun Budaya Kerja GuruMembangun Budaya Kerja Guru
Membangun Budaya Kerja GuruHeru Supanji
 
Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SD, SMP dan SMA)
Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SD, SMP dan SMA)Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SD, SMP dan SMA)
Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SD, SMP dan SMA)Wisnu Gilang Ramadhan
 
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuSIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuDenny Kodrat
 
makna dan posisi serta urgensi bimbingan dan konseling dalam praktek pendidikan
makna dan posisi serta urgensi bimbingan dan konseling dalam praktek pendidikanmakna dan posisi serta urgensi bimbingan dan konseling dalam praktek pendidikan
makna dan posisi serta urgensi bimbingan dan konseling dalam praktek pendidikanNgadiyono Ngadiyono
 
Pakem, pendekatan tematik integrative dan pendekatan saintifik
Pakem, pendekatan tematik integrative dan pendekatan saintifikPakem, pendekatan tematik integrative dan pendekatan saintifik
Pakem, pendekatan tematik integrative dan pendekatan saintifikWurie Merdekawuri
 

What's hot (20)

Revitalisasi Mgmp
Revitalisasi MgmpRevitalisasi Mgmp
Revitalisasi Mgmp
 
Minggu Integriti IPGKPT
Minggu Integriti IPGKPTMinggu Integriti IPGKPT
Minggu Integriti IPGKPT
 
Tugas Psikolog
Tugas PsikologTugas Psikolog
Tugas Psikolog
 
Pendidikan karakter dalam layanan bimbingan dan konseling
Pendidikan karakter dalam layanan bimbingan dan konselingPendidikan karakter dalam layanan bimbingan dan konseling
Pendidikan karakter dalam layanan bimbingan dan konseling
 
Materi Bk DiSekolah Dsar Pertemuan 2 (bimbingan dan konseling di sekolah dasar)
Materi Bk DiSekolah Dsar Pertemuan 2 (bimbingan dan konseling di sekolah dasar)Materi Bk DiSekolah Dsar Pertemuan 2 (bimbingan dan konseling di sekolah dasar)
Materi Bk DiSekolah Dsar Pertemuan 2 (bimbingan dan konseling di sekolah dasar)
 
PENGEMBANGAN PENELITIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI PENGAWAS: MODEL PENELITIA...
PENGEMBANGAN PENELITIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI PENGAWAS: MODEL PENELITIA...PENGEMBANGAN PENELITIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI PENGAWAS: MODEL PENELITIA...
PENGEMBANGAN PENELITIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI PENGAWAS: MODEL PENELITIA...
 
Guru permulaan (sosialisasi)
Guru permulaan (sosialisasi)Guru permulaan (sosialisasi)
Guru permulaan (sosialisasi)
 
Guru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen PembelajaranGuru Sebagai Agen Pembelajaran
Guru Sebagai Agen Pembelajaran
 
Budaya kerja cemerlang..
Budaya kerja cemerlang..Budaya kerja cemerlang..
Budaya kerja cemerlang..
 
Artikel tesis
Artikel tesisArtikel tesis
Artikel tesis
 
Membangun Budaya Kerja Guru
Membangun Budaya Kerja GuruMembangun Budaya Kerja Guru
Membangun Budaya Kerja Guru
 
Artikel mudin
Artikel mudinArtikel mudin
Artikel mudin
 
Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SD, SMP dan SMA)
Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SD, SMP dan SMA)Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SD, SMP dan SMA)
Pengorganisasian Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SD, SMP dan SMA)
 
Karakter - Kelompok 1
Karakter - Kelompok 1Karakter - Kelompok 1
Karakter - Kelompok 1
 
Presentation GURU
Presentation GURUPresentation GURU
Presentation GURU
 
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutuSIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
SIstem input-proses-output-outcome pendidikan bermutu
 
makna dan posisi serta urgensi bimbingan dan konseling dalam praktek pendidikan
makna dan posisi serta urgensi bimbingan dan konseling dalam praktek pendidikanmakna dan posisi serta urgensi bimbingan dan konseling dalam praktek pendidikan
makna dan posisi serta urgensi bimbingan dan konseling dalam praktek pendidikan
 
Pakem, pendekatan tematik integrative dan pendekatan saintifik
Pakem, pendekatan tematik integrative dan pendekatan saintifikPakem, pendekatan tematik integrative dan pendekatan saintifik
Pakem, pendekatan tematik integrative dan pendekatan saintifik
 
FAKTOR MEMPENGARUHI KINERJA GURU
FAKTOR MEMPENGARUHI KINERJA GURUFAKTOR MEMPENGARUHI KINERJA GURU
FAKTOR MEMPENGARUHI KINERJA GURU
 
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN NABI YUSUF
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN NABI YUSUFKEPEMIMPINAN PENDIDIKAN NABI YUSUF
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN NABI YUSUF
 

Viewers also liked

Viewers also liked (20)

Wo 2 qirat sawab lekar lautega aur har qirat itna bada hoga jitna uhad ka pahad
Wo 2 qirat sawab lekar lautega aur har qirat itna bada hoga jitna uhad ka pahadWo 2 qirat sawab lekar lautega aur har qirat itna bada hoga jitna uhad ka pahad
Wo 2 qirat sawab lekar lautega aur har qirat itna bada hoga jitna uhad ka pahad
 
1 veure pdf general
1 veure pdf general1 veure pdf general
1 veure pdf general
 
Hlw skypers
Hlw skypersHlw skypers
Hlw skypers
 
22
2222
22
 
2
22
2
 
Fitxa tècnica vehicle elèctric
Fitxa tècnica vehicle elèctricFitxa tècnica vehicle elèctric
Fitxa tècnica vehicle elèctric
 
Pepburg
PepburgPepburg
Pepburg
 
Plano de abandono
Plano de abandonoPlano de abandono
Plano de abandono
 
Pyramids5 rotated
Pyramids5 rotatedPyramids5 rotated
Pyramids5 rotated
 
Planimetria Vita First Street
Planimetria Vita First Street Planimetria Vita First Street
Planimetria Vita First Street
 
Revistadigitalyelenamartinez (1)
Revistadigitalyelenamartinez (1)Revistadigitalyelenamartinez (1)
Revistadigitalyelenamartinez (1)
 
Brochure grafco 8
Brochure grafco 8Brochure grafco 8
Brochure grafco 8
 
O conhecimento está disponível...
O conhecimento está disponível...O conhecimento está disponível...
O conhecimento está disponível...
 
Documento de nidia
Documento de nidiaDocumento de nidia
Documento de nidia
 
Certificate
CertificateCertificate
Certificate
 
Moodboard
MoodboardMoodboard
Moodboard
 
Mapa conceptual
Mapa conceptualMapa conceptual
Mapa conceptual
 
Employment Certificate
Employment CertificateEmployment Certificate
Employment Certificate
 
交點高雄Vol.4 - 楊繡妃 - 愛戀天使工作室
交點高雄Vol.4 - 楊繡妃 - 愛戀天使工作室交點高雄Vol.4 - 楊繡妃 - 愛戀天使工作室
交點高雄Vol.4 - 楊繡妃 - 愛戀天使工作室
 
10
1010
10
 

Similar to Mewujudkan Pendidikan Karakter Yang Berkualitas

Similar to Mewujudkan Pendidikan Karakter Yang Berkualitas (20)

Ya Allah
Ya AllahYa Allah
Ya Allah
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
Makalah jadi
Makalah jadiMakalah jadi
Makalah jadi
 
5. materi mpls pendidikan karakter
5. materi mpls pendidikan karakter5. materi mpls pendidikan karakter
5. materi mpls pendidikan karakter
 
5. materi mpls pendidikan karakter
5. materi mpls pendidikan karakter5. materi mpls pendidikan karakter
5. materi mpls pendidikan karakter
 
PELAKSANAAN MPLS DENGAN Materi-MPLS-PENDIDIKAN-karakter.pdf
PELAKSANAAN MPLS DENGAN Materi-MPLS-PENDIDIKAN-karakter.pdfPELAKSANAAN MPLS DENGAN Materi-MPLS-PENDIDIKAN-karakter.pdf
PELAKSANAAN MPLS DENGAN Materi-MPLS-PENDIDIKAN-karakter.pdf
 
Makalah pendidikan karakter
Makalah pendidikan karakterMakalah pendidikan karakter
Makalah pendidikan karakter
 
tik herlinda
 tik herlinda tik herlinda
tik herlinda
 
Pendidikan Berkarakter
Pendidikan BerkarakterPendidikan Berkarakter
Pendidikan Berkarakter
 
Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6Pgsd 3 a-6
Pgsd 3 a-6
 
Aliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3AAliran Filsafat pgsd 3A
Aliran Filsafat pgsd 3A
 
PENDIDIKAN-KARAKTER-1.pptx
PENDIDIKAN-KARAKTER-1.pptxPENDIDIKAN-KARAKTER-1.pptx
PENDIDIKAN-KARAKTER-1.pptx
 
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGATASI KRISIS MORAL DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGATASI KRISIS MORAL DI SEKOLAHIMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGATASI KRISIS MORAL DI SEKOLAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGATASI KRISIS MORAL DI SEKOLAH
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Materi MPLS Pendidikan karakter.pptx
Materi MPLS Pendidikan karakter.pptxMateri MPLS Pendidikan karakter.pptx
Materi MPLS Pendidikan karakter.pptx
 
Model pembelajaran pend karakter
Model pembelajaran pend karakterModel pembelajaran pend karakter
Model pembelajaran pend karakter
 
Tugas 5
Tugas 5Tugas 5
Tugas 5
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4.pdf
 
Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1Makalah pendidikan karakter 1
Makalah pendidikan karakter 1
 

Mewujudkan Pendidikan Karakter Yang Berkualitas

  • 1. Kata-Kata Bijak ™ @NasehatSuper1h Lebih baik mendoakan hal yang Anda tidak sukai dari pasangan daripada memperdebatkannya Mewujudkan Pendidikan Karakter Yang Berkualitas Dalam tataran teori, pendidikan karakter sangat menjanjikan bagi menjawab persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah program yang terukur pencapaiannya. Bicara mengenai pengukuran artinya harus ada alat ukurnya, kalo alat ukur pendidikan matematika jelas, kasih soal ujian jika nilainya diatas strandard kelulusan artinya dia bisa. Nah, bagaimana dengan pendidikan karakter? Jika diberi soal mengenai pendidikan karakter maka soal tersebut tidak benar-benar mengukur keadaan sebenarnya. Misalnya, jika anda bertemu orang yang tersesat ditengah jalan dan tidak memiliki uang untuk melanjutkan perjalananya apa yang anda lakukan? Untuk hasil nilai ujian yang baik maka jawabannya adalah menolong orang tersebut, entah memberikan uang ataupun
  • 2. mengantarnya ke tujuannya. Pertanyaan saya, apabila hal ini benar-benar terjadi apakah akan terjadi seperti teorinya? Seperti jawaban ujian? Lalu apa alat ukur pendidikan karakter? Observasi atau pengamatan yang disertai dengan indikator perilaku yang dikehendaki. Misalnya, mengamati seorang siswa di kelas selama pelajaran tertentu, tentunya siswa tersebut tidak tahu saat dia sedang di observasi. Nah, kita dapat menentukan indikator jika dia memiliki perilaku yang baik saat guru menjelaskan, anggaplah mendengarkan dengan seksama, tidak ribut dan adanya catatan yang lengkap. Mudah bukan? Dan ini harus dibandingkan dengan beberapa situasi, bukan hanya didalam kelas saja. Ada banyak cara untuk mengukur hal ini, gunakan kreativitas anda serta kerendahan hati untuk belajar lebih maksimal agar pengukuran ini lebih sempurna. Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu upaya mudah dan cepat. Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan Moral Choice (keputusan moral) yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang. Menurut Helen Keller (manusia buta- tuli pertama yang lulus cum laude dari Radcliffe College di tahun 1904) “Character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired, and success achieved”. Selain itu pencanangan pendidikan karakter tentunya dimaksudkan untuk menjadi salah satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa yang saat ini banyak dilihat, didengar dan dirasakan, yang mana banyak persoalan muncul yang di indentifikasi bersumber dari gagalnya pendidikan dalam menyuntikkan nilai-nilai moral terhadap peserta didiknya. Hal ini tentunya sangat tepat, karena tujuan pendidikan bukan hanya melahirkan insan yang cerdas, namun juga menciptakan insan yang berkarakter kuat. Seperti yang dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni “intelligence plus character that is the goal of true education” (kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya). Banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu, dijalankan dan dipraktekan. Mulailah dengan belajar taat dengan peraturan sekolah, dan tegakkan itu secara disiplin. Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang dengan baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan di sekolah.
  • 3. Di sisi lain, pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pendidikan, baik pihak keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah dan juga masyarakat luas. Oleh karena itu, langkah awal yang perlu dilakukan adalah membangun kembali kemitraan dan jejaring pendidikan yang kelihatannya mulai terputus diantara ketiga stakeholders terdekat dalam lingkungan sekolah yaitu guru, keluarga dan masyarakat. Pembentukan dan pendidikan karakter tidak akan berhasil selama antara stakeholder lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan yang kemudian didukung oleh lingkungan dan kondisi pembelajaran di sekolah yang memperkuat siklus pembentukan tersebut. Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter. Menurut Qurais Shihab (1996; 321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini dan disini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada hal yang sama. Ingin mewujudkan pendidikan karakter yang berkualitas? Maka kuncinya sudah dipaparkan diatas, ada alat ukur yang benar sehingga ada evaluasi dan tahu apa yang harus diperbaiki, adanya tiga komponen penting (guru, keluarga dan masyarakat) dalam upaya merelaisasikan pendidikan karakter berlangsung secara nyata bukan hanya wacana saja tanpa aksi. Ingat, Pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur. Dan yang terpenting adalah praktekan setelah informasi tersebut di berikan dan lakukan dengan disiplin oleh setiap elemen sekolah.