1. W.H. Hutt and the conceptualization
of consumers’ sovereignty
Kelompok 1 : Marzuki, Fiki Yudistira, Suri Lebo Paulinus, Dian
Silviani, Fabianus John Berek Gunawan Wicaksono, Hector Chavez.
By Maxime Desmarais-Tremblay
2. Pada 1986 Edwin J. Feulner Jr, mengatakan Hutt adalah sosok yang memiliki pengaruh besar menginspirasi sebuah
Gerakan yang melepaskan control pemerintah baik di pemerintahan Reagen (USA) maupun Thatcher di Inggris. Thomas
Hazlett juga mengatakan Hutt adalah ekonom berpengaruh di abad ke 20. Hutt lahir di London tahun 1899 menyelesaikan
masa akhirnya sebagai professor ekonomi perdagangan di university cape town Afrika Selatan. Buchanan mengatakan
bahwa Hutt lah yang memperkenalkan konsep kedaulatan ekonomi dalam sistem neoliberalisme
Dalam bukunya Economist and the Public: A Study of Competition and Opinion (1936), Hutt mendefinisikan kedaulatan
konsumen sebagai Ciri potensial dari lingkungan sosial: Konsumen dikatakan berdaulat apabila dalam perannya sebagai
warga negara, ia tidak menyerahkan kekuasaanya kepada Lembaga politik untuk secara otoriter menggunakan kekuasaan
yang ia dapat untuk menuntut atau tidak menuntut. Bagi hutt Itulah norma yang paling ideal dan mendasar dalam
ekonomi klasik dan modern
Konsep kedaulan konsumen menarik dalam beberapa hal. Pertama Konsep ini menjadi asumsi terbesar pada ekonomi
modern, Kedua Konsep kedaulatan konsumen ini merupakan suatu pertentangan ideologi tentang masyarakat konsumsi.
Konsep ini sekaligus menegaskan berkembangnya neoliberalisme, kebebasan individu dalam pasar, demokrasi dan
komitmen terhadap pasar. Hutt berhasil melahirkan konsep kedaulatan ekonomi dengan mengembangkan teori
kedaulatan individu milik Millian yang menekankan bangkitnya seorang konsumen di sector publik.
Hutt adalah seorang ekonom liberal klasik dan pendukung Gerakan individualis. Pada abad 19 di Inggris terjadi
perang ideologi yang ditandai adanya penolakan terhadap pemberlakukan paham neoliberalisme. Hutt
menolak visi neoliberalime. Ia menyadari bahwa tatanan social masyarakat perlu di tegakkan oleh negara maju.
Dalam hal ini ia menyatakan bahwa perlu keterlibatan negara maju dalam menegakkan tatanan social yang ada
di masyarakat.
Introduction
3. William Harold Hutt
Professor in University Of Cape Town,
South Africa
In his book Economists and the Public: A Study of Competition and Opinion (1936), Hutt
defined consumers’ sovereignty as a potential feature of the social environment:
‘The consumer is sovereign when, in his role of citizen, he has not delegated to political
institutions for authoritarian use the power which he can exercise socially through his
power to
demand (or to refrain from demanding)’
CONSUMERS SOVEREIGNTY CONCEPT
4. Tahun 1920-an. Masa Muda
Hutt
London School of Economics (LSE)
William Harold Hutt lahir di keluarga kelas menengah ke bawah di
South Hackney pada tahun 1899
Hutt menerima pendidikan gratis di Lauriston Road School dan di
South Hackney Central School. Pada tahun 1917, ia dilatih sebagai
pilot di Royal Flying Corps
Hutt bergabung dengan belajar menuju Bachelor of Commerce yang
baru didirikan London School of Economics,
Tokoh yang mempengaruhi Hutt selama di LSE
LSE adalah matriks formatif untuk
pemikiran Hutt, memberinya sumber
intelektual positif
Stement Hutt:
'Semakin jauh saya menyelidiki operasi
dunia nyata, semakin saya menjadi
percaya diri dengan ide-ide yang awalnya
saya peroleh dalam tiga tahun 1920-
1923.
5. Gerakan Individualisme
Setelah lulus, Hutt mendapatkan pekerjaan sebagai asisten pribadi
penerbit Ernest Benn pada tahun 1924. Berasal dari keluarga kaya
penerbit yang aktif dalam politik progresif, Benn menjadi pembela
kuat individualisme politik dan ekonomi setelah berkunjung ke AS
pada tahun 1921 (Abel dan Brodie, 2004).
Pada saat Hutt mulai bekerja untuk Sir Ernest Benn pada tahun
1924. Hutt mengambil posisi Manajer toko buku yang membuka
pintunya di Charing Cross Road, empat blok dari Toko Buku
Komunis yang sukses di King Street.
Pada bulan Desember 1927. Hutt menjadi sebagai seorang
akademisi di Universitas Cape Town Afrika Selatan. Dia ingin
memberikan kontribusi pada ekonomi dan dia akan senang
bekerja di bawah pengawasan teman dan mantan teman
sekelasnya
Arnold Plant
Orientasi pemikiran Hutt dari tahun-tahun LSE-
nya, serta dari karyanya untuk gerakan
Individualis:
Tak satu pun dari lingkungan ini benar-benar
neoliberal. Baik Cannan maupun Benn sama-
sama membela bentuk liberalisme klasik, yang
tidak berhubungan dengan sentimen populer
pada awal abad ke-20
”
“
6. Konteks Tahun 1930-
an
Munculnya Konsumen
Masyarakat konsumen muncul pada abad ke 18 dan
mencapai puncaknya pada abad ke 19 di Inggris.
Pembayar pajak terlibat dalam pengelolaan utilitas
publik seperti gas dan air.
Pada tahun 1930, para marketing mempelajari respon
konsumen terhadap iklan melalui grup diskusi,
penilaian konsumen dan survei sehingga memperoleh
pengetahuan tentang perilaku konsumen. Riset ini
akan membantu perusahaan memproduksi barang
dan jasa sesuai dengan preferensi konsumen.
Sejalan dengan hal tersebut Hutt ingin meyakinkan
publik bahwa pasar adalah mekanisme terbaik dari
koordinasi sosial untuk menjamin kebebasan individu,
kesetaraan dan perdamaian
Analogi antara Memilih & Membeli
Pada tahun 1931, Hutt mencestuskan konsep Kedaulatan Konsumen
(Consumen Sovereignty) melalui naskah pribadinya. Hutt melangkah
ke analogi yang sudah lama ada antara kebajikan alokasi pasar dan
demokrasi.
Analogi ini merujuk pada Prinsip Ekonomi karya Frank A. Fetter yang
menyatakan bahwa Setiap pembeli menentukan arah industri
dalam derajat tertentu. Pasar adalah demokrasi di mana setiap sen
memberikan hak suara.
Gagasan Hutt didukung oleh para ekonom LSE (Robbins, Hayek,
Plant) yang terinspirasi oleh gagasan Ludwig von Mises. Mengacu
pada analogi Fetter, Mises berargumen bahwa: "Persaingan bebas
melakukan semua yang diperlukan. Semua produksi harus tunduk
pada kehendak konsumen. Penguasa produksi adalah konsumen.
Dari sudut pandang ini, masyarakat kapitalis adalah sebuah
demokrasi di mana setiap sen mewakili kertas suara. Ini adalah
demokrasi konsumen. Produsen, tidak dapat mengatur arah
produksi"
7. Degenerasi Pemikiran Akhir Abad Ke-19
Para Ekonom & Publik
(1936)
Tujuan utama The Economist and the Public (1936) adalah
mengembalikan wewenang atau kekuasaan ekonomi yang
beradasrkan pemikiran kuno di kalangan masyarakat terpelajar.
Seperti banyak Neoliberal lainnya, visi liberal Hutt yang diperbarui
bertumpu pada kritik terhadap laissez faire, Hutt berpendapat bahwa
ekonom politik klasik tidak cukup berteori tentang struktur
kelembagaan yang diperlukan untuk mempertahankan kebebasan
individu dan nilai-nilai liberal lainnya tentang kesetaraan, dan
toleransi
PEMIKIRAN ADAT DAN KEPENTINGAN PRIBADI
8. Tentang Kedaulatan dan Kebebasan
Belum ada org yg membahas spesifik dgn konsumen
Konsumen berhak memilih dan dipilih
Key poin dari kedaulatan konsumen
1. Hak indi utk bebas dari penindasan pem
2. Kebebasa pasar
3. Menusia sebagai agen dunamis yg berjuang untuk mengembangkan individualitas
4. Ketergantungan sosial
Hut menentang:
Kartel, serikat pekerja
Analogi kan dengan kebebasan d
KAKA LEBO
9. Ancaman Totaliter
Ideologi liberalisme dalam menerapkan consumer sovereignty mendapat tantangan tersendiri di
awal abad ke-20 yang ditandai dengan semakin berkembangnya ideologi fasisme dan sosialisme
pada era Hitler dan Stalin.
Banyak kalangan intelektual yang mulai dipengaruhi oleh paham-paham sosialisme, dimana
menurut Hutt dengan berkembangnya paham sosialissme dan fasisme akan menghambat
implementasi konsep kedaulatan konsumen.
Hut menilai bahwa sistem demokrasi pada pemerintahan dan sistem persaingan
pasar mewujudkan nilai-nilai liberal yang sama.
salah satu kolega Hutt, Wilhem Ropke mengatakan Planned Economy atau yang disebut Ekonomi
Terencana akan menganggu demokrasi konsumen oleh rezim terencana yang otoriter dan
sewenang-wenang.
Hal ini dipertegas oleh hayek yang pertama kali menggunakan ungkapan “kedaulatan
konsumen” untuk mengkritik sistem sosialis.
The Totalitarian Threat
(Ancaman Ideologi
Totaliterisme)
10. Kesimpulan
Artikel ini berfokus pada pandangan William Hutt atas konsep consumers sovereignty/kedaulatan
konsumen pada masa setelah Perang Dunia I.
Pandangan Hutt mengenai consumer sovereignty banyak terpengaruh dari masa pendidikannya di
LSE. LSE pun pada saat itu berfokus mencari solusi dari permasalahan pasar dan politik yang sedang
terjadi pada saat itu.
Pada masa itu, ideologi ekonomi terbagi menjadi 2 kubu, liberal dan sosialis. Pandangan Hutt sendiri
dianggap beraliran neo liberal karena mengkritiik juga konsep laissez-faire.
Consumer sovereignty menolak tatanan ekonomi pada saat itu dan mulai memandang penting
peranan individu dalam konteks sosial ekonomi.
Dalam konteks ekonomi, individu mempunyai kedaulatan yang sama dalam mempengaruhi transaksi.
Keinginan individu bahkan dapat mengendalian sektor produksi barang dan jasa dari suatu siklus
ekonomi.
12. Ancaman Totaliter
Ideologi liberalisme dalam menerapkan consumer sovereignty atau
kedaulatan konsumen mendapat tantangan tersendiri di awal abad ke-20
yang ditandai dengan semakin berkembangnya ideologi fasisme dan
sosialisme pada era Hitler dan Stalin.
Banyak kalangan intelektual yang mulai dipengaruhi oleh paham-paham
sosialisme, dimana menurut Hutt dengan berkembangnya paham
sosialissme dan fasisme akan menghambat implementasi konsep
kedaulatan konsumen.
Namun di lain sisi Hutt mendukung kritik terhadap berberapa paham liberal
yang di anggap tidak sejalan dengan pandanganya. Hut menilai bahwa
sistem demokrasi pada pemerintahan dan sistem persaingan
pasar mewujudkan nilai-nilai liberal yang sama.
salah satu kolega Hutt, Wilhem Ropke mengatakan Planned Economy atau
yang disebut Ekonomi Terencana akan menganggu demokrasi konsumen
oleh rezim terencana yang otoriter dan sewenang-wenang. Artinya,
dominasi politik atas ekonomi dapat mengarah pada kediktatoran “neo-
merkantilisme” ketika politisi mengurusi kepentingan pribadi segelintir
orang.
The Totalitarian Threat (Ancaman Ideologi Totaliterisme)
Hal ini dipertegas oleh hayek yang pertama kali menggunakan
ungkapan “kedaulatan konsumen” untuk mengkritik sistem sosialis.
Dia mengklaim bahwa pilihan bebas konsumen (kedaulatan
konsumen) dan perencanaan dari pusat (Planed Ekonomi) memiliki
tujuan yang berbeda.
Frederic Benham berpendapat bahwa cara produksi kapitalis
bertumpu pada tiga pilar: Private Property (kepemilikan pribadi),
Freedom of Enterprise (kebebasan perusahan), dan Freedom of
Choice by Consumers (kedaulatan konsumen).
Benham menganggap penilaian konsumen adalah prioritaskan
utama karena konsumen adalah raja, dimana tujuan akhir dari
semua aktivitas produksi adalah menghasilkan barang-barang
konsumen, dan iklan sama sekali tidak menggangu kedaulatan
konsumen tersebut
Edwin Cannan Harold J. Luski