perwujudan Buddhadharma di dalam menjawab segala permasalahan yang terjadi dan berkembang dalam kehidupan di dunia saat ini.
Mengaplikasikan Dharma tekstual guna menjawab berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan yang berubah dan terus berkembang.
perwujudan Buddhadharma di dalam menjawab segala permasalahan yang terjadi dan berkembang dalam kehidupan di dunia saat ini.
Mengaplikasikan Dharma tekstual guna menjawab berbagai fenomena yang terjadi dalam kehidupan yang berubah dan terus berkembang.
2. Buddhadharma
Kontekstual:
perwujudan Buddhadharma di dalam menjawab segala permasalahan
yang terjadi dan berkembang dalam kehidupan di dunia saat ini.
Mengaplikasikan Dharma tekstual guna menjawab berbagai fenomena
yang terjadi dalam kehidupan yang berubah dan terus berkembang.
3. Tujuan
•Setelah mempelajari mata kuliah ini anda
dapat menjelaskan tentang penerapan
Buddhadharma dalam permasalahan sosial
yang ada.
4. MATERI
Buddhadharma Kontekstual
Dharma tekstual
Dharma kontekstual
SegiTigaTeks
Penghayatan Dharma
Kontekstualiasi Dharma
Yang mutlak dan yang
relative
Pengembangan
Spiritualitas Buddhis
Eksplorasi tema-tema BD
kontekstual.
SegiTiga BD Kontekstual
Tokoh-Tokoh Bodhisattva
Masa Kini
Buddhism: Awake!
6. TEST
1. Jelaskan apa yang dimaksud Buddhadharma
Kontekstual?
2.Bagaimanakah hubungan teks dan konteks dalam
pembelajaran Buddhadharma Kontekstual?
3. Kemukakanlah berbagai permasalahan sosial yang
sekiranya dapat menjadi kajian Buddhadharma
Kontekstual!
7. KEPUSTAKAAN
• Jo Priastana. 2000. BUDDHADHARMA KONTEKSTUAL.
Jakarta:Yasodhara Puteri.
• Jo Priastana. 2003. DHARMADUTA DAN KOMUNIKASI.
Jakarta:Yasodhara Puteri.
8. DharmaTekstual
• DharmaTekstual: Hukum kesunyataan Buddha
• Kemudian tertulis, tersurat menjadi Kitab Suci
• Konsili I: Vinaya Pitaka, Sutta Pitaka.
• Konsili III Abhidhamma Pitaka.
• Dhammapada 183 yang berbunyi “Hentikan kejahatan,
berbuatlah kebaikan, sucikan hati dan pikiran. Inilah ajaran
para Buddha”.
• Wacana dalam menunjuk dan menjelaskan tentang
realitas sebagaimana adanya (yathabhutam)
• Pedoman dalam praksis pembebasan yang mengandung
spiritualitas humanistik.
9. DharmaTekstual
• Wacana dalam menunjuk dan menjelaskan tentang
realitas sebagaimana adanya (yathabhutam)
• Pedoman dalam praksis pembebasan yang
mengandung spiritualitas humanistik.
• Bukan menjadi tujuan pada dirinya sendiri Petunjuk,
penjelasan, rujukan
• Teoretisasi (grand-theory) terhadap realitas yang
melingkupi apa saja sejauh itu ada (yathabhutam).
10. DharmaTekstual
• Tiga nilai : Korespondensi, Koherensi, Pragmatis
• Korespondensi, yakni: kesesuaian antara teori dengan fakta atau hukum kesunyataan dengan realitas.
• Ehipassiko: datang, melihat dan mengalami sendiri (ehipassiko) dengan bersentuhan terhadap realitas .
• Koherensi, yakni kesesuaian diantara hukum kesunyataan itu sendiri. Misalnya kesunyataan tentang ketidak-
kekalan (anicca), penderitaan (dukkha) dan tiadanya substansi yang permanen (anatta), mapun antara hukum
karma, dengan tumimbal lahir dalam alam-alam kehidupan.
• Pragmatis yang menyatakan bahwa sesuatu itu dikatakan benar bila mendatangkan manfaat atau kegunaan,
diperumpamakan sebagai rakit. Rakit Dharma untuk bisa menghantar ke pantai seberang, atau sebagai jalan (yana)
untuk mencapai pembebasan spiritual.
• Dharma sebagai rakit juga menunjukkan bahwa pemahaman tidak harus berhenti atau terpaku kepada yang
tekstual. D
• Menangkap ketiga nilai Dharma tekstual tersebut dapat diperoleh dengan melakukan penghayatan (pariyatti),
pengamalan (patipatti), dan akhirnya mencapai penembusan (pativedha).
12. AKTUALITAS
PROBLEM SOCIAL MASA KINI
DEALING SOCIAL SUFFERING:
INSTITUSIONALIZES, STRUCTURIZED,
CONCERN HUMAN SUFFERING CHAINED BY SYSTEMS,
IDEOLOGY, ECONOMI, POLITICS
DICRIMINATION DEVELOPED AND DEVELOPING
COUNTRIES, GENDER, WOMEN AND CHILDRE’ S RIGHTS
PRESENT GLOBAL CONDITION: COLF WARS, POST
MODERNIS, FREE MARKET, INTERNATIONAL TERRORISM,
WOMEN TRAFFICKING, SOCIAL JUSTICE, DEMOCRACY,
ENVIRONMENTAL.
13. DHARMA KONTEKSTUAL
• Dharma yang belum atau yang tidak disampaikan Sang Buddha yang
diibaratkannya dengan daun-daun yang terdapat di hutan luas.
• Dharma yang tertera atau yang tersirat dalam berbagai fenomena dunia dan
alam semesta.
• Dharma yang bersifat kontekstual.
• Wacana yang harus dibaca, diselami dan diungkapkan. wacana transendental
yang memungkinkan pembebasan manusia.
• Tentang adanya dharma seperti daun-daun di hutan lebat, atau Dharma
kontekstual, Dharma tersirat yang terdapat dalam kehidupan di alam semesta
• Realitas alam semesta atau fenomena kehidupan di dunia ini merupakan wacana
transendental yang memungkinkan pembebasan manusia.
14. CHIPPERS-CHIPPERS
• Makna Dharma kontekstual yang mencakup realitas
fenomena alam semesta dan kehidupan itu sendiri,
• Pentingnya mendekati realitas ini sebagai chippers-
chippers, simbol-simbol alam, atau tulisan sandi yang
menunjuk kepada yang transenden, yang mutlak,
sebagaimana yang dinyatakan oleh filsuf Karl Jaspers
(1883-1969).
15. Kontekstualisasi Dharma
• Tindakan penghayatan adalah kegiatan berkoresponedensi:
• hukum kesunyataan selaras dengan realitas
• menterjemahkan nilai-nilai Dharma dalam kenyataan yang kontekstual.
• Hitorisitas atau konteks masa lalu dan Aktualitas atau Konteks masa kini.
• Historisitas: latar belakang dari Dharma tekstual itu sendiri,
• Aktualitas konteks masa kini berkenan dengan aplikasi Dharma
• upaya memahami fenomena alam semesta dan kehidupan sebagai teks,
• Dharma yang tersirat, Dharma yang terdapat di alam semesta.
• Nilai pragmatis Dharma: pembabaran atau khotbah Hyang Buddha bukan sama sekali lepas dari konteks: situasi, tempat dan kondisi saat
itu, maupun kepada siapa Dharma itu ditujukan.
• Historisitas: Dharma tekstual:
• Historisitas: setting budaya, sosial, politis, geografis, nuansa linguistik, atmosfir religius maupun taraf spiritual masyarakat masa itu.
• Disinilah pentingnya teks Dharma didekati secara hermeneutis/interpretasi historisitas dan aktualitas.
16. Yang Mutlak danYang Relatif
• Dunia yang tampak, terkondisi dan bersyarat selalu mengalami perubahan tidak bisa dipisahkan dari hal-hal yang esensial atau yang luhur, yang tidak
bersyarat atau yang mutlak.
• Dunia yang relatif, terkondisi merupakan medan bagi aktualisasi nilai-nilai mutlak.
• Kebenaran yang absolut (parmartha-satya), dan kebenaran relatif (samvrti-satya).
• Realitas: realitas yang abolut, yang tidak terbatas, yang tidak bersyarat, atau yang mutlak (asankhata-dharma), dan realitas yang relatif, bersyarat, atau
yang selalu berubah (sankhata-dharma).
• Konsep-konsep: sarana untuk dapat membedakan tentang dunia kebenaran dan realitas Yang Satu Adanya.
• Kebenaran yang absolut terwujud dalam realitas atau dunia yang relatif.
• Perbincangan yang mengacu kepada dunia atau realitas yang mutlak masih dalam tataran kebenaran yang relatif.
• Hossein Nasr: relativly absolute. absolut karena setiap agama mempunyai klaim dan orientasi keilahian, ketuhanan, tetapi semua itu relatif, karen klaim
dan keyakinan agama itu tumbuh dan terbentuk dalam sejarah.
• kebenaran mutlak tersebut terkandung nilai-nilai yang transendental.
• kebenaran yang relatif terkandung nilai-nilai temporal.
• Nilai-nilai transendental terwujud tidak lepas dari dunia yang relatif atau realitas yang temporal.
17. Spiritualitas
• Dharma mengandung nilai mutlak, pesan sakral, sedangkan dunia yang dihadapi bersifat relatif, temporal dan profan.
• Yang sakral merupakan ciri dari yang transendental, dan pemihakan kepada yang transendental ini tidak bisa tidak harus
terwujud di dalam dunia yang temporal melalui praksis pembebasan.
• Buddhadharma membawa pesan pembebasan manusia secara eksistensial.
• Pembebasan : Tahap sosial dalam tindakan kultur spiritual, maupun individual-prikologis.
• Spiritualitas Buddhis bukanlah eskapisme dari arus perubahan dunia atau benturan jaman. melainkan untuk tidak hanyut
dalam arus perubahan dunia.
• Buddhadharma tidak bersifat dualistik: pemutlakkan spiritualitas yang terpisah dari kehidupan nyata, atau keterikatan hidup
kepada dunia materi dan hanyut dalam sikap hidup hedonis.
• Sikap beragama yang hanya mementingkan dimensi spiritual-mistik menjadikan agama tenggelam dalam
ketidakberdayaan institusinya dalam menyantuni jamannya, sedangkan bila tidak kritis terhadap arus kehidupan yang selalu
berubah akan memungkinkan agama menjadi sekedar legitimasi tindakan.
• Untuk itu menjadi tugas semua insan buddhis dalam mengembangkan cita-cita kebuddhaannya dalam praksis pembebasan,
dan mampu mendialektiskan dua konsep antara yang paramartha dan samvrti, maupun yang asankhata dan sankhata, serta
mampu mendekonstruksi realitas yang relatif, serta membuka wacana bagi terwujudnya kebenaran yang mutlak, maupun
mensintesakan sikap hidup religius-spiritual mistik dengan yang konkret-rasional.
18. Spiritualitas Buddhis
• Sikap beragama yang hanya mementingkan dimensi spiritual-mistik menjadikan agama
tenggelam dalam ketidakberdayaan institusinya dalam menyantuni jamannya.
• Sedangkan bila tidak kritis terhadap arus kehidupan yang selalu berubah akan
memungkinkan agama menjadi sekedar legitimasi tindakan.
• Tugas semua insan buddhis mengembangkan cita-cita kebuddhaannya dalam praksis
pembebasan,
• Mampu mendialektiskan dua konsep antara yang paramartha dan samvrti, maupun yang
asankhata dan sankhata.
• Mampu mendekonstruksi realitas yang relatif, serta membuka wacana bagi terwujudnya
kebenaran yang mutlak.
• Mensintesakan sikap hidup religius-spiritual mistik dengan yang konkret-rasional.
19. EkplorasiTema-Tema
BD KONTEKSTUAL
• Dharma Kontekstual berarti mewujudkan Buddhadharma dalam kehidupan saat ini.
• Menerapkan Dharma tekstual terhadap berbagi problem kehidupan yang ada.
• Menjawab problema kehidupan berdasarkan spirit Dharma dengan diperkuat oleh teks-teks
Dharma.
• Eksplorasi terhadap problem kehidupan manusia di dalam berbagai bidang kehidupannya
saat ini.
• Tema-tema Buddhadharma kontekstual:
• Buddhadharma dan Kemiskinan, Ekologi dan Buddhadharma.Aborsi dan Buddhadharma,
Buddhadharma dan Kepedulian Sosial, Buddhadharma dan Dampak Iklan, Buddhadharma
dan Perkosaan, Buddhadharma danTindakan Ekonomi, Buddhadharma dan Hak-Hak Asasi
Manusia, Buddhadharma di tengah Ruang Maya, Internet: Cyber-Space, Buddhadharma dan
Etos Kerja, dll, dsb.
21. Tokoh2 Bodhisattva Masa Kini
• Thich Nhat Hanh
• Sulak Sivaraksa
• Dalai Laima
• Ariayatne
• Ambedkar
• HsingYun
• ChengYen
• Buddhdharma
• Maha Ghosananda
• Chatsumarn
Kabilsingh
• Daisaku Ikeda
• Santarakshita
• Gary Snyder
22. Buddhism: AWAKE
• Buddhism: Humanistic – Social - Engaged
• “Buddhism means to be Awake. Mindful of What is
Happening in one’s body, feelings, mind and the World. If
You are Awake you cannot do otherwise than act
compassionately to help relieve suffering you see around
you. So Buddhism must be Engaged in the World. If is Not
Engaged it is not Buddhism” (Ken Jones, 2003).
JP