SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
BAB I 
PENDAHULUAN 
1 
1.1 Latar Belakang 
Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang idea, jiwa dan proses mengenal. Menurut 
Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian 
dunia ini pada inderawi yang selalu berubah dan dunia idea yang tidak pernah berubah. Idea 
merupakan sesuatu yang obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya 
memberikam dua pengenalan. Pertama pengenalan tentang idea; inilah pengenalan yang 
sebenarnya. Pengenalan yang dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan 
bersifat, teguh, jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum 
sofis. Kedua, pengenalan tentang benda-benda disebut doxa (pendapat), dan bersifat tidak 
tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dengan panca indera. Dengan dua 
dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan besar filsafat pra-socratik yaitu 
pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan yang ada-ada-nya Parmenides. 
Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu berubah sedangkan dunia idea tidak pernah 
berubah dan abadi. Memang jiwa Plato berpendapat bahwa jika itu baka, lantaran terdapat 
kesamaan antara jiwa dan idea. Lebih lanjut dikatakan bahwa jiwa sudah ada sebelum hidup 
di bumi. 
Sebelum bersatu dengan badan, jiwa sudah mengalami pra eksistensi dimana ia 
memandang idea-idea. Berdasarkan pandangannya ini, Plato lebih lanjut berteori bahwa 
pengenalan pada dasarnya tidak lain adalah pengingatan (anamnenis) terhadap idea-idea yang 
telah dilihat pada waktu pra-eksistansi. Ajaran Plato tentang jiwa manusia ini bisa disebut 
penjara. Plato juga mengatakan, sebagaimana manusia, jagat raya juga memiliki jiwa dan 
jiwa dunia diciptakan sebelum jiwa-jiwa manusia. Plato juga membuat uraian tentang negara. 
Tetapi jasanya terbesar adalah usahanya membuka sekolah yang bertujuan ilmiah. 
Sekolahnya diberi nama “Akademia” yang paling didedikasikan kepada pahlawan yang 
bernama. 
Pengkajian filosofis terhadap pendidikan mutlak diperlukan karena membantu dalam 
memberikan informasi tentang hakikat manusia sebagai dirinya sendiri baik secara horizontal 
maupun secara vertikal. Sehingga kajian tentang realitas sangat dibutuhkan dalam 
menentukan tujuan akhir pendidikan. Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat 
pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab
oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang 
filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian 
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus 
globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar 
tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya 
konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai 
keberhasilan substantif. 
Disisi lain, kajian filosofis memberikan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan, 
sumber pengetahuan, nilai, dan Seperti bagaimanakah pengetahuan itu diperoleh, bagaimana 
manusia dapat memperoleh nilai tersebut. Dengan nilai tersebut apakah pendidikan layak 
untuk diterapkan dan lebih jauh akan membantu untuk menentukan bagaimana seharusnya 
pendidikan itu dilaksanakan. Pendidikan disisi lain tidak bisa melepaskan tujuan untuk 
membentuk peserta didik yang memiliki nilai-nilai mulai spritual, agama, kepribadian dan 
kecerdasan. Praktek pendidikan memerlukan teori pendidikan, karena teori pendidikan akan 
memberikan manfaat antara lain: 
(1) Sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang akan dicapai; 
(2) Mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktek pendidikan karena dengan memahami 
teori dapat dipilih mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan; 
(3) Sebagai tolok ukur untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan pendidikan. 
Filsafat pendidikan adalah aplikasi dari filsafat umum dalam pendidikan. Berbeda 
dengan Filsafat Umum yang objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu. Filsafat 
Khusus /terapan mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang 
dalam hal ini adalah pendidikan. Filsafat pendidikan menyelidiki hakikat pelaksanaan 
pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang cara dan hasilnya serta 
hakikat ilmu pendidikan yang bersangkut paut terhadap struktur kegunaannya. 
Seperti halnya filsafat yang lain, filsafat pendidikanpun bersifat spekulatif, preskriptif 
dan analitik. Spekulatif artinya filsafat pendidikan membangun teori-teori tentang hakikat 
pendidikan manusia, hakikat masyarakat dan hakikat dunia. Preskriptif artinya filsafat 
pendidikan menentukan tujuan pendidikan yang harus diikuti dan dicapai. Analitik artinya 
filsafat pendidikan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang spekulatif dan perspektif. 
2
Filsafat ilmu pendidikan dapat dibataskan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan 
yang dihasilkan melaui riset baik kualitatif maupun kuantitatif. Filsafat pendidikan ini perlu 
dipedomani para perencana pendidikan tentang tujuan, isi, kurikulum yang merumuskan 
tujuan-tujuan pengubahan perilaku yang bersifat personal, sosial dan ekonomi. 
3 
. 1.2 Rumusan Masalah 
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 
1. Apa yang dimaksud dengan realisme? 
2. Apa saja bentuk-bentuk aliran realisme? 
3. Bagaimana konsep filsafat menurut aliran realisme? 
4. Bagaimana hubungan realisme dan pendidikan? 
5. Bagaimana implikasi realisme dalam pendidikan? 
1.3 Tujuan 
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui : 
1. Pengertian realisme. 
2. Bentuk-bentuk aliran realisme. 
3. Konsep filsafat menurut aliran realisme. 
4. Hubungan realisme dan pendidikan. 
5. Implikasi realisme dalam pendidikan.
BAB II 
TINJAUAN TEOROTIS 
4 
2.1 Pengertian Aliraan Realisme 
Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang realitas sebagai dualitas. Aliran 
realisme memandang dunia ini mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari dunia fisik dan 
dunia rohani. Ajaran realisme memperlihatkan bahwa realisme adalah sesuatu yamg riil atau 
sesuatu yang benar yang merupakan gambaran nyata di dunia realitas. Realisme membagi 
realistas menjadi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan 
yang kedua adanya realita di luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. 
Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi di luar 
kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan 
intelegensi. Segala yang di amati oleh panca indera kita adalah suatu kebenaran. Objek indera 
kita adalah real, yaitu benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu 
kita ketahui, atau kita persepsikan, atau ada hubungannya dengan fikiran kita. Yang real, 
berarti yang aktual atau yang ada. Kata tersebut menunjuk kepada benda-benda atau 
kejadian-kejadian yaang sungguh-sungguh. Artinya, yang bukan sekedar khayalan atau apa 
yang ada dalam fikiran kita. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real, atau yang ada. 
Yakni, bertentangan dengan yang hanya Nampak. 
Secara umum realisme berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan 
kepada apa yang di harapkan atau kepada apa yang di ingin kan. Akan tetapi dalam filsafat, 
kata realisme di pakai dalam arti yang lebih teknis. 
Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah 
real, benda benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau 
kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. 
Lebih lanjut pandangan-pandangan aliran realisme dapat di kemukakan sbb: 
Objek (dunia) luar ini adalah nyata pada sendirinya dan untuk adanya itu tidak tergantung 
dari macam jiwa apapun.
Benda atau sesuatu hal adalah berbeda dengan jiwa yang mengetahuinya. Jadi ada 
perbedaan antara benda yang sesungguhnya dengan benda yang nampak di hadapan manusia. 
Benda yang sesungguhnya baru dapat di ketahui dengan cara-cara langsung atau tidak 
5 
langsung melalui penelitian. 
Ide mengetahui sesuatu benda atau hal, baru dapat merupakan kenyataan yang 
sesungguhnya, bila ide ( gagasan) tersebut merupakan pengetahuan yang tepat mengenai 
benda atau hal itu. 
Bahwa pengetahuan mengenai sesuatu dan kenyataan mengenai sesuatu itu adalah hasil 
pertemuan antara jiwa dan benda atau hal. 
Menurut common sense “ kita tak dapat melepaskan diri dari fakta bahwa terdapat 
perbedaan antara benda dan ide. Bagi common sense biasa, ide adalah ide tentang suatu 
benda, suatu pikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu benda. Dalam hal ini benda adalah 
realitas dan ide adalah” bagaimana benda itu nampak kepada kita”. Oleh karena itu maka 
pikiran kita harus menyesuaikan diri dengan benda-benda , jika ia mau menjadi benar, yakni 
jika kita ingin agar ide kita menjadi benar, jika ide kita tidak cocok dengan bendanya, maka 
ide itu salah dan tak berfaedah. 
2.2 Tokoh-Tokoh Aliran Realisme 
1. Aristoteles (384-322 SM) 
Plato percaya bahwa materi tidak mempunyai akhir realitas dan bahwa kita 
seharusnya memperhatikan diri kita sendiri dengan ide-ide. Adalah seorang murid Plato yaitu 
Aristoteles, lebih lanjut, telah mengembangkan gagasan bahwa sementara gagasan-gagasan 
mungkin penting bagi diri mereka sendiri, pembelajaran yang utama tentang materi 
mengantarkan kita pada gagasan-gagasan yang jelas yang lebih baik. Aristoteles belajar dan 
mengajar di Akademi milik plato kurang lebih selama dua puluh tahun kemudian dia 
membuka sekolah sendiri, Lysium. Perbedaannya denga plato dikembangkan secara teratur 
dan dalam penghormatan yang tinggi dia tidak pernah keluar dari bawah pengaruh pemikiran 
Plato. 
Menurut Aristoteles, gagasan-gagasan (atau bentuk-bentuk), seperti ide tentang Tuhan 
atau ide-ide tentang sebuah pohon bisa ada walaupun tanpa materi, tapi tidak ada materi yang 
ada tanpa bentuk. Setiap bagian dari materi memiliki baik sebuah sifat penting/tertentu yang 
menyuluruh. Sifat penting dari sebuah biji pohon, sebagai contoh, merupakan hal-hal yang
penting bagi biji dan itulah perbedaan biji dari semua biji yang lain. Sifat-sifat ini termasuk 
ukuranya, bentuk, berat dan warna. Tidak ada biji yang serupa sama sekali, jadi kita bisa 
mengatakan bahwa beberapa sifat penting dari suatu biji sebagaimana perbedaan yang 
mendasar dari hal hal pada semua biji yang lain. Hal ini bisa disebut dengan “bebijian” dan 
itu adalah hal yang universal dengan semua biji yang lain. Mungkin hal ini bisa dipahami 
lebih baik dengan mengembalikan pada manusia pada poin ini. Orang, juga, berbeda dalam 
sifat-sifat tertentu mereka. Mereka memiliki perbedaan bentuk dan ukuran, dan tak ada dua 
orangpun yang sama persis. 
Karena semua manusia sesungguhnya berpegang pada sesuatu yang universal, dan ini 
bisa disebut dengan “kemanusiaan” mereka. Baik kemanusiaan dan bebijian adalah realitas 
dan mereka ada secara bebas dan dihargai bagi satu jenis sifat manusia atau biji apapun. 
Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa bentuk-bentuk (universal, gagasan, atau 
esensi) adalah aspek-aspek non-material dari masing-masing objek materi tertentu yang 
menghubungkan pada semua objek-objek penting lainnya dari kelas tersebut. 
Berpikir pada non-material mungkin kita bisa sampai padanya dengan menguji objek-objek 
material yang ada dalam diri mereka sendiri, terbebas dari kita. Aristoteles 
berkeyakinan kita harus banyak terlibat dalam mempelajari dan memahami ralitas pada 
benda-benda itu semua. Memang, dia setuju dengan Plato dalam posisinya. Bagaimanapun 
juga mereka berbeda, dalam hal tadi Aristoteles merasa seseorang bisa mendapatkan suatu 
bentuk dari pembelajaran benda-benda materi tertentu, dan Plato yakin bentuk bisa dicapai 
hanya dengan melalui beberapa jenis alasan yang dialektis. 
6 
2. Francic Bacon (1561-1626) 
Frncic Bacon bukan hanya seorang filosuf tapi juga politisi di istana Elizabet I dan 
Jamel I sejarah menunjukkan Francic Bacon tidak hanya berhasil dalam usaha-usaha 
politisnya ( dia dipindhakan dari kantornya karena tingkah lakunya yang memalukan),karena 
catatannya dalam perkembangan filosofis agak lebih impresif (mengesankan ),latihan-latihan 
filosofis Bacon adalah ambisius meskipun tidak ada kecondongan dalam bidangnya,dia 
mengklaim untuk mengambil semua pengetahuan seperti lapangan penyelidikannya yang 
hampir dia mencapai kesaksian bagi kejeniusannya.Barangkali,karyanya yang paling 
terkenal adalah Novum Organum, yang mana didalamnya dia menentang logika pengikut 
Ariestoteles. 
Bacon menyerang pengikut Aristoteles untuk memberi masukan terhadap 
perkembangan sains yang lesu, permasalan dengan teologi adalah yang diawali dogmatis dan
sebuah asumsi pendahuluan dan kemudian menarik kesimpulan bagaimana juga, bacon 
menuduh bahwa sains(ilmu) tidak dapat meneruskan cara/ jalan ini,karena sains harus 
memperhatikan inguiri( penyelidikan) yang murni dan sederhana,inguiri tidak dibatasi 
dengan dugaan-dugaan yang dipertimbangkan,bacon berpedoman bahwa sains harus mulai 
dengan gaya ini dan harus mengembangkan metode-metode penyelidikan yang bisa diterima/ 
dipercaya,kita bisa bebas dari ketergantungan dengan kejadian pada bakat-bakat yang jarang 
dan mampu mengenmbangkan melalui kegunaan metode tersebut. Bacon meyakini 
“pengetahuan adalah kekuatan ” dan itu melalui pengakuan pengetahuan yang kita bisa 
sesuaikan secara kebih efektif dengan masalah-masalah dan kekuatan yang menyerang 
disetiap sisi untuk mernyempurnakan hal-hal ini, dia menemukan apa yang dia sebut metode 
induktif. 
Bacon menentang logika pengikut Aristoteles utamanya karena dia berfikir itu 
menghasilkan banyak kesalahan, utamnya mengenai fenomena sebagai contoh pemikiran 
regelius seperti Thomas Aquinas dan scholastic(orang-orang skolastik )yang menerima 
axiomatis(hal yang sudah jelas kebenarannya) mempercai tenteng Tuhan,bahwa dia ada,apa 
adanya,semua kegiatan dan sebagainya-dan kemudian mereka menyimpulkan semua macam 
hal tentang kagunaan kekuatan Tuhan, intervensinya dalam urusan-urusan manusia dan 
sebagainya. 
Pendekatan induktif bacon,yang mempertanyakan bahwa kita memulai dengan bagian 
yang bisa diamati dan kemudian memberikan alasan untuk pernyataan-pernyataan atau 
hokum-hukum yang general, menyerang balik pendekatan skolastik, karena hal itu menuntut 
verifikasi(pembaharuan) bagian khusus sebelum pembenaran(pemberian hukum) dibuat 
sebagai contoh,setelah pengamatan bagian pada air yang membeku pada suhu 32 fahrenheit, 
kita mungkin kemudiaan menetapkan sebuah hukum umum bahwa air membeku pada suhu 
32 fahrenheit. Hukum ini valid, bagaimanapun,hanya sepanjang air itu berlanjut membeku 
pada suhu ini. 
Jika, karena sebuah perubahan dalam keadaan atmosfir atau keadaan bumi, air tidak 
lebih lama membeku pada suhu 32 fahrenheit, kemudian kita akan diwajibkan untuk 
mengubah atau mengganti hukum kita melalui deduksi, seseorang mungkin juga mengubah 
keyakinan-keyakinan tapi ketika seseorang memulai dengan kebenaran-kebenaran yang 
mutlak, dia sedikit perlu untuk mengubah mereka dari pada ketika dia memulai dengan data 
yang netral. 
7
2.3 Filsafat Pendidikan menurut aliran Realisme 
Konsep pendidikan mengenai pengertian pendidikan dan gambaran pendidikan menurut 
8 
masing-masing bentuk aliran realisme: 
· Realisme Rasional 
Realisme rasional, memandang bahwa dunia materi adalah nyata dan berada di luar 
pikiran yang mengamatinya. Realisme rasional merupakan pandangan dari Kneller yang 
terdiri dari realisme klasik dan realisme religius. 
o Realisme Klasik 
Realisme klasik berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri rasional. Dengan 
demikian manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan 
penyebab pertama dan utama realistas alam semesta. Memperhatikan intelektual adalah 
penting bukan saja sebagai tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan masalah. 
Menurut realisme klasik pengalaman manusia penting bagi pendidikan. Menurut Aristoteles, 
terdapat aturan moral universal yang diperoleh dengan akal dan mengikat manusia sebagai 
mahluk rasional. Manusia sempurna menurutnya adalah manusia sempurna yang mengambil 
jalan tengah. Konsep pendidikan pada anak bahwa anak harus diajarkan ukuran moral yang 
absolut dan universal karena baik dan benar adalah untuk seluruh umat manusia. Kebiasaan 
baik harus dipelajari karena kebaikan tidak datang dengan sendirinya. 
o Realisme religius. 
Sedangkan menurut realisme religius bahwa kenyataan itu dipandang berbentuk natural 
dan supernatural. Pandangan filsafat ini menitik beratkan pada hakikat kebenaran dan 
kebaikan. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri guna mencapai 
kebenaran abadi. Kebenaran bukan dibuat melainkan sudah ditentukan dan belajar harus 
mencerminkan kebenaran itu. Menurut Cornerius pendidikan harus universal, seragam dan 
merupakan suatu kewajiban dimulai dengan pendidikan yang lebih rendah. 
· Realisme Natural 
Realisme natural juga berasal dari pandangan Kneller yang memandang bahwa dunia yang 
kita amati bukan hasil kreasi akal manusia, melainkan dunia sebagaimana adanya, dan
substansialitas, sebab akibat, serta aturan-aturan alam merupakan suatu penampakan dari 
dunia itu sendiri. 
Menurut realisme natural pengetahuan yang diakui adalah pengetahuan yang diperoleh 
melalui pengalaman empiris dengan jalan observasi atau pengamatan indera. Para pengikut 
realisme natural mengikuti teori pengatahuan empirisme yang mengatakan pengalaman 
merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan dan merupakan sumber pengetahuan 
manusia. 
Pendidikan berkaitan dengan dunia di sini dan sekarang. Dunia diatur oleh hukum alam. 
Pendidikan menurut aliran realisme natural haruslah ilimiah dan yang menjadi objeknya 
adalah kenyataan dalam alam. Realisme rasional dan natural menanamkan pendidikan yang 
terpusat pada guru, bukan siswa. Guru harus bisa memilih bahan pelajaran yang benar 
sedangkan memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat 
mencapai tujuan pendidikan. Belajar pun tergantung pada pengalaman, baik langsung 
maupun tidak langsung. 
Realisme Kritis. 
Menurut Imanuel Kant, realisme kritis adalah pengetahuan mulai dari pengalaman namun 
tidak semua dari pengalaman. Pikiran tanpa isi adalah kosong dan tanggapan tanpa konsepsi 
adalah buta. 
Adapula pandangan lain mengenai realisme yaitu Neo-realisme yang merupakan 
pandangan dari Frederick Breed mengenai filsafat pendidikan yang hendaknya harmoni 
dengan prinsip-prinsip demokrasi, yaitu menghormati hak-hak individu. Pendidikan sebagai 
pertumbuhan harus diartikan sebagai pengarah terhadap tuntunan sosial dan individual. 
Menurut Henderson ke semua bentuk aliran realisme pendidikan menyetujui bahwa : 
a. Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita menjadi 
9 
hebat. 
b. Tugas manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraan umum. 
c. Tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah pendidikan.
Konsep Filsafat Pendidikan Menurut aliran Realisme. 
Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh, bersifat 
dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam 
masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat. 
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran 
yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah: 
a. Metafisika-realisme adalah kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik 
(materialisme) kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk 
dari berbagai kenyataan (pluralisme) 
b. Humanologi-realisme adalah hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. 
Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir. 
c. Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada 
pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. 
Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat 
dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta. 
d. Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh 
melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat 
10 
yang telah teruji dalam kehidupan. 
Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai 
sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat 
pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. 
Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan 
proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana 
ia dapat mencapainya. 
Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu 
jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam 
pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran 
yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada 
peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan 
pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada 
peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan 
alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.
BAB III 
PEMBAHASAN 
3.1 Implikasi Filsafat Realisme dalam Pendidikan 
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut: 
11 
o Tujuan 
penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial. 
o Kurikulum, 
komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum 
dan pengetahuan praktis. 
o Metode, 
Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya 
harus logis dan psikologis. 
o Peran peserta didik 
adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, 
peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan 
untuk memperoleh hasil yang baik. 
o Peranan pendidik 
adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras 
menuntut prestasi peserta didik. 
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran 
yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah: 
1. Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik 
(materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang 
terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme); 
2. Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa 
merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir
3. Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada 
pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. 
Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat 
dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta; dan 
4. Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang 
diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan 
atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan. 
Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai 
sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat 
pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. 
Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. 
Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, 
manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, 
pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, 
melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada 
pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan 
pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, 
yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, 
bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi 
kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai 
tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat. 
Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat dengan pandangan John locke 
bahwa akan pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabula rasa, ruang kosong tak ubahnya 
kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu pendidikan 
dipandang dibutuhkan karena untuk membentuk setiap individu agar mereka menjadi sesuai 
dengan apa yang dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap 
indentikkan sebagai upaya pelaksanaan psikologi behavioristik kedalam ruang pengajaran. 
(Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 143). 
Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran. 
Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas proposisi 
(gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Dalam 
melakukan penelitian, behavioris tidak mempelajari keadaan mental. 
Dalam kaitannya dengan hakikat nilai, realisme menyatakan bahwa standar tingkah 
laku manusia diatur oleh hukum alam, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh 
12
kebijaksanaan yang telah teruji dalam kehidupan Pendidikan dalam pandangan realisme 
adalah proses perkembangan intelegensi, daya kraetif dan sosial individu yang mendorong 
pada terciptanya kesejahteraan umum. Pendidikan yang berdasarkan realisme konsisten 
dengan teori belajar S-R. Dengan demikian pendidikan juga dapat diartikan sebagai upaya 
pembentukan tingkah laku oleh lingkungan 
Menurut alairan realisme murid adalah yang mengalami inferiorisasi berlebih sebab 
dia dipandang sama sekali tidak mengetahui apapun kecuali apa-apa yang telah pendidikan 
berikan. Disini dalam pengajaran setiap siswa akan subjek tidik tak berbeda dengan robot, ia 
mesti tunduk dan patuh setunduk-tunduknya untuk diprogram dan mengerti materi-materi 
yang telah di tetapkan sedemikian rupa. 
Pada ujung pendidikan, realisme memiliki proyeksi ketika manusia akan dibentuk 
untuk hidup dalam nilai-nilai yang telah menjadi common sense sehingga mereka mampu 
beradaptasi dengan lingkungan-lingkungan yang ada. Sisi buruk model pendidikan dalam hal 
ini cenderung banyak dikendalaikan. 
Corak lain pendidikan realisme adalah tekanan-tekanan hidup yang terarah dalam 
pengaturan-pengaturan serta keteraturan yang bersifat mekanistik. Meskipun tidak semua 
pengaturan yang bersifat mekanistik buruk, apa yang diterapkan oleh realisme dalam ruang 
pendidikan melahirkan berbagai hal kemudian menuai banyak kecaman sebab dinilai telah 
menjadi penyebab dehumanisasi (Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 143-144). 
3.2 Realisme Dalam Pendidikan ( Purnawan : 2009 : 24) 
13 
a) Pendidikan Sebagai Institusi Sosial 
John Amos Comenius di dalam bukunya Great Didactic, mengatakan bahwa manusia 
tidak diciptakan hanya kelahiran biologinya saja. Jika ia menjadi seorang manusia, budaya 
manusia harus memberi arah dan wujud kepada kemampuan dasarnya. 
Dalam bukunya Membangun Filsafat Pendidikan, Harry Broudy secara eksplisit ia 
menekankan bahwa masyarakat mempunyai hak dengan mengabaikan keterlibatan 
pemerintah, yang akan membawa pendidikan formal di bawah wilayah hukumnya karena ini 
merupakan suatu lembaga atau institusi sosial. 
Implikasinya : pendidikan adalah kebutuhan dasar dan hak yang mendasar bagi manusia dan 
kewajiban penting bagi semua masyarakat untuk memastikan bahwa semua anak-anak 
dilahirkan dengan pendidikan yang baik. 
b) Siswa
Guru adalah pengelola KBM di dalam kelas (classroom is teacher-centered), guru 
penentu materi pelajaran, guru harus menggunakan minat siswa yang berhubungan dengan 
mata pelajaran, dan membuat mata pelajaran sebagai sesuatu yang kongkret untuk dialami 
siswa. Siswa berperan untuk menguasai pengetahuan yang diandalkan, siswa harus taat pada 
aturan dan disiplin, sebab aturan yang baik sangat diperlukan untuk belajar. Siswa 
memperoleh disiplin melalui ganjaran dan prestasi. 
c) Tujuan Pendidikan 
Tujuan pendidikan realisme adalah untuk “ penyesuaian diri dalam hidup dan mampu 
14 
melaksanakan tanggung jawab sosial. 
Pendidikan bertujuan agar siswa dapat bertahan hidup di dunia yang bersifat alamiah, 
memperoleh keamanan dan hidup bahagia, dengan jalan memberikan pengetahuan esensial 
kepada siswa. Pengetahuan tersebut akan memberikan keterampilan-keterampilan yang 
penting untuk memperoleh keamanan dan hidup bahagia. 
d) Proses Pendidikan 
1) Kurikulum 
Kurikulum pendidikan sebaiknya meliputi : 
(1) Sains dan Matematika, 
(2) Ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial, 
(3) Nilai-nilai. 
Kurikulum yang baik diorganisasi menurut mata pelajaran dan berpusat pada materi 
pelajaran (subject matter centered) yang diorganisasi menurut prinsip-prinsip psikologi 
belajar. Kurikulum direncanakan dan diorganisasi oleh guru/orang dewasa (society centered) 
Isi kurikulum harus berisi pengetahuan dan nilai-nilai esensial agar siswa dapat 
menyesuaikan diri dengan lingkungan alam, masyarakat, dan kebudayaannya. 
2) Metode Pendidikan 
Pembiasaan merupakan metode utama bagi filsuf penganut behaviorisme Metode 
mengajar yang disarankan bersifat otoriter. Guru mewajibkan siswa untuk dapat menghafal, 
menjelaskan, dan membandingkan fakta-fakta, menginterprestasi hubungan-hubungan, dan 
mengambil kesimpulan makna-makna baru. 
3) Evaluasi 
Guru harus menggunakan metode-metode objektif dengan mengevaluasi dan 
memberikan jenis tes yang memungkinkan untuk dpt mengukur secara tepat pemahaman 
siswa tentang materi-materi esensial. Untuk tujuan motivasi guru memberikan ganjaran 
terhadap siswa yang mencapai sukses.
BAB III 
KESIMPULAN 
Adapun yang dapat di simpulkan dalam pembuatan makalah ini adalah : 
1. Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau 
yang ada; yakni bertentanganl dengan yang hanya nampak. Dalam arti umum, realism 
bearti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada apa yang 
diharapkan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realism dipakai dalam 
arti yang lebih teknis. 
2. Tokoh-tokoh lainnya adalah John Locke (1632-1704), J.J. Rousseau (1712-1778) dan 
Basedow (1723-1790). John Locke terkenal sebagai tokoh filsafat dan pendidik dengan 
pandangannya tentang tabula rasa dalam arti bahwa setiap insan diciptakan sama, sebagai 
kertas kosong. Dengan demikian melatih atau memberikan pendidikan atau pandai 
menalar merupakan tugas utama pendidikan formal 
3. Kebanyakan kaum realis menghormati sains dan menekankan hubungan yang erat antara 
sains dan filsafat. Tetapi banyak yang diantara mereka bersifat kritis terhadap sains lama 
yang mengandung dualisme atau mengingkari bidang nilai. Sebagai contoh Alfred North 
Whitehead yang mencetuskan “filsafat organisme”. Ia mengkritik pandangan sains yang 
tradisional yang memisahkan antara materi dan kehidupan, badan dan akal, alam dan 
jiwa substansi dan kualitas-kualitas. Pendekatan semacam itu menggosongkan alam dari 
kualitas indra dan condong untuk mengingkari nilai etika,estetika dan agama. 
4. Realisme adalah pandangan bahwa objek – objek kita adalah riil dan berada sendiri 
tanpa bersandar kepada pengetahuan lain atau kesadaran akal orang lain. Diketahui orang 
lain atau menjadi objek pengalaman, tidak akan mempengaruhi watak sesuatu benda atau 
mengubahnya. Benda – benda ada dan kita mungkin sadar akan adanya benda-benda 
tersebut, akan tetapi hal itu tidak mengubah watak benda-benda tersebut 
15

More Related Content

What's hot

Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama)
Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama) Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama)
Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama) Aisyah Turidho
 
1. metafisika islam
1. metafisika islam1. metafisika islam
1. metafisika islamLela Warni
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatIrma Puji Lestari
 
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1Jihan Hidayah Putri
 
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusiaPandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusiaLia Oktafiani
 
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1Rakhmi Vegi Arizka
 
Sejarah dan perkembangan filsafat islam
Sejarah dan perkembangan filsafat islamSejarah dan perkembangan filsafat islam
Sejarah dan perkembangan filsafat islammoh najmi albegama
 
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didikProses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didikDeep Walker
 
Makalah materialisme
Makalah materialismeMakalah materialisme
Makalah materialismeErna Mariana
 
Aliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat IlmuAliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat IlmuRahmitha Solihat
 
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) nftama77
 
Makalah metafisika
Makalah metafisikaMakalah metafisika
Makalah metafisikaErna Mariana
 
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaMakalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaPujiati Puu
 
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHMakalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHSoga Biliyan Jaya
 

What's hot (20)

Makalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modernMakalahku filsafat modern
Makalahku filsafat modern
 
Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama)
Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama) Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama)
Makalah Etika, Moral, Akhlak (Agama)
 
1. metafisika islam
1. metafisika islam1. metafisika islam
1. metafisika islam
 
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafatHakekat manusia dalam pandangan filsafat
Hakekat manusia dalam pandangan filsafat
 
Makalah kritisisme
Makalah kritisismeMakalah kritisisme
Makalah kritisisme
 
Hakikat Filsafat Ilmu
Hakikat Filsafat IlmuHakikat Filsafat Ilmu
Hakikat Filsafat Ilmu
 
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
343013441 review-jurnal-filsafat-pendidikan-1
 
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusiaPandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
 
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
Makalah potensi dasar manusia dan tugas manusia kel. 1
 
makalah filsafat
makalah filsafatmakalah filsafat
makalah filsafat
 
Sejarah dan perkembangan filsafat islam
Sejarah dan perkembangan filsafat islamSejarah dan perkembangan filsafat islam
Sejarah dan perkembangan filsafat islam
 
Materialisme
MaterialismeMaterialisme
Materialisme
 
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didikProses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
Proses perkembangan moral dan spiritual peserta didik
 
Makalah materialisme
Makalah materialismeMakalah materialisme
Makalah materialisme
 
Aliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat IlmuAliran Perenialisme Filsafat Ilmu
Aliran Perenialisme Filsafat Ilmu
 
Metode studi islam
Metode studi islamMetode studi islam
Metode studi islam
 
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
 
Makalah metafisika
Makalah metafisikaMakalah metafisika
Makalah metafisika
 
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannyaMakalah hakikat manusia dan pengembangannya
Makalah hakikat manusia dan pengembangannya
 
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAHMakalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
Makalah filsafat ilmu ILMU PENGETAHUAN DAN PENGETAHUAN ILMIAH
 

Viewers also liked

Makalah Filsafat (Realisme Aristoteles)
Makalah Filsafat (Realisme Aristoteles)Makalah Filsafat (Realisme Aristoteles)
Makalah Filsafat (Realisme Aristoteles)Jocareture Interprises
 
Landasan Pendidikan sebagai ilmu dan seni
Landasan Pendidikan sebagai ilmu dan seniLandasan Pendidikan sebagai ilmu dan seni
Landasan Pendidikan sebagai ilmu dan seniagusindro
 
Makalah pengantar pendidikan pendidikan sebagai sistem
Makalah pengantar pendidikan pendidikan sebagai sistemMakalah pengantar pendidikan pendidikan sebagai sistem
Makalah pengantar pendidikan pendidikan sebagai sistemSiti Purwaningsih
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanTjoetnyak Izzatie
 
Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)
Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)
Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)Wulan Yulian
 
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina AmrilMakalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina AmrilHidayat Amin
 

Viewers also liked (7)

Makalah Filsafat (Realisme Aristoteles)
Makalah Filsafat (Realisme Aristoteles)Makalah Filsafat (Realisme Aristoteles)
Makalah Filsafat (Realisme Aristoteles)
 
Landasan Pendidikan sebagai ilmu dan seni
Landasan Pendidikan sebagai ilmu dan seniLandasan Pendidikan sebagai ilmu dan seni
Landasan Pendidikan sebagai ilmu dan seni
 
Makalah pengantar pendidikan pendidikan sebagai sistem
Makalah pengantar pendidikan pendidikan sebagai sistemMakalah pengantar pendidikan pendidikan sebagai sistem
Makalah pengantar pendidikan pendidikan sebagai sistem
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikan
 
Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)
Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)
Landasan pendidikan (Pengertian Landasan Pendidikan)
 
Landasan pendidikan
Landasan pendidikanLandasan pendidikan
Landasan pendidikan
 
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina AmrilMakalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
Makalah filsafat pendidikan a/n Fitri Ramadhani & Gina Amril
 

Similar to Implikasi aliran realisme Abdul Ra'uf

Similar to Implikasi aliran realisme Abdul Ra'uf (20)

Soaljawab filsafat
Soaljawab filsafatSoaljawab filsafat
Soaljawab filsafat
 
Full wacana ontologi (1)
Full wacana ontologi (1)Full wacana ontologi (1)
Full wacana ontologi (1)
 
Makalah filsafat 4 (2)
Makalah filsafat 4 (2)Makalah filsafat 4 (2)
Makalah filsafat 4 (2)
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4Makalah filsafat 4
Makalah filsafat 4
 
Artikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidahArtikel ilmiah Wanda hamidah
Artikel ilmiah Wanda hamidah
 
Makalah Filsafat Ust. Nely Ilmi Q.docx tugas
Makalah Filsafat Ust. Nely Ilmi Q.docx tugasMakalah Filsafat Ust. Nely Ilmi Q.docx tugas
Makalah Filsafat Ust. Nely Ilmi Q.docx tugas
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3Makalah filsafat 3
Makalah filsafat 3
 
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmu
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmuPertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmu
Pertanyaan dan jawaban pengantar filsafat ilmu
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
 
Kel 1 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Kel 1 Pengantar Filsafat Ilmu.pptxKel 1 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Kel 1 Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
 
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptxPPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
PPT RASIONALITAS ILMU FILSAFAT.pptx
 
ESTIMOLOGI ILMU.docx
ESTIMOLOGI ILMU.docxESTIMOLOGI ILMU.docx
ESTIMOLOGI ILMU.docx
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 
Aliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme reviAliran rasionalisme revi
Aliran rasionalisme revi
 

Recently uploaded

SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
SOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkms
SOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkmsSOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkms
SOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkmsedyardy
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxmariaboisala21
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanBungaCitraNazwaAtin
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1YudiPradipta
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 

Recently uploaded (12)

SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
SOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkms
SOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkmsSOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkms
SOP MEDIA KOMUNIKASI DAN KOORDINASI pkms
 
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptxMARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
MARIA NOVILIA BOISALA FASILITATOR PMM.pptx
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 

Implikasi aliran realisme Abdul Ra'uf

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang idea, jiwa dan proses mengenal. Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian dunia ini pada inderawi yang selalu berubah dan dunia idea yang tidak pernah berubah. Idea merupakan sesuatu yang obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya memberikam dua pengenalan. Pertama pengenalan tentang idea; inilah pengenalan yang sebenarnya. Pengenalan yang dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan bersifat, teguh, jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum sofis. Kedua, pengenalan tentang benda-benda disebut doxa (pendapat), dan bersifat tidak tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dengan panca indera. Dengan dua dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan besar filsafat pra-socratik yaitu pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan yang ada-ada-nya Parmenides. Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu berubah sedangkan dunia idea tidak pernah berubah dan abadi. Memang jiwa Plato berpendapat bahwa jika itu baka, lantaran terdapat kesamaan antara jiwa dan idea. Lebih lanjut dikatakan bahwa jiwa sudah ada sebelum hidup di bumi. Sebelum bersatu dengan badan, jiwa sudah mengalami pra eksistensi dimana ia memandang idea-idea. Berdasarkan pandangannya ini, Plato lebih lanjut berteori bahwa pengenalan pada dasarnya tidak lain adalah pengingatan (anamnenis) terhadap idea-idea yang telah dilihat pada waktu pra-eksistansi. Ajaran Plato tentang jiwa manusia ini bisa disebut penjara. Plato juga mengatakan, sebagaimana manusia, jagat raya juga memiliki jiwa dan jiwa dunia diciptakan sebelum jiwa-jiwa manusia. Plato juga membuat uraian tentang negara. Tetapi jasanya terbesar adalah usahanya membuka sekolah yang bertujuan ilmiah. Sekolahnya diberi nama “Akademia” yang paling didedikasikan kepada pahlawan yang bernama. Pengkajian filosofis terhadap pendidikan mutlak diperlukan karena membantu dalam memberikan informasi tentang hakikat manusia sebagai dirinya sendiri baik secara horizontal maupun secara vertikal. Sehingga kajian tentang realitas sangat dibutuhkan dalam menentukan tujuan akhir pendidikan. Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab
  • 2. oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilan substantif. Disisi lain, kajian filosofis memberikan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan, sumber pengetahuan, nilai, dan Seperti bagaimanakah pengetahuan itu diperoleh, bagaimana manusia dapat memperoleh nilai tersebut. Dengan nilai tersebut apakah pendidikan layak untuk diterapkan dan lebih jauh akan membantu untuk menentukan bagaimana seharusnya pendidikan itu dilaksanakan. Pendidikan disisi lain tidak bisa melepaskan tujuan untuk membentuk peserta didik yang memiliki nilai-nilai mulai spritual, agama, kepribadian dan kecerdasan. Praktek pendidikan memerlukan teori pendidikan, karena teori pendidikan akan memberikan manfaat antara lain: (1) Sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang akan dicapai; (2) Mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktek pendidikan karena dengan memahami teori dapat dipilih mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan; (3) Sebagai tolok ukur untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aplikasi dari filsafat umum dalam pendidikan. Berbeda dengan Filsafat Umum yang objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu. Filsafat Khusus /terapan mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang dalam hal ini adalah pendidikan. Filsafat pendidikan menyelidiki hakikat pelaksanaan pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang cara dan hasilnya serta hakikat ilmu pendidikan yang bersangkut paut terhadap struktur kegunaannya. Seperti halnya filsafat yang lain, filsafat pendidikanpun bersifat spekulatif, preskriptif dan analitik. Spekulatif artinya filsafat pendidikan membangun teori-teori tentang hakikat pendidikan manusia, hakikat masyarakat dan hakikat dunia. Preskriptif artinya filsafat pendidikan menentukan tujuan pendidikan yang harus diikuti dan dicapai. Analitik artinya filsafat pendidikan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang spekulatif dan perspektif. 2
  • 3. Filsafat ilmu pendidikan dapat dibataskan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan melaui riset baik kualitatif maupun kuantitatif. Filsafat pendidikan ini perlu dipedomani para perencana pendidikan tentang tujuan, isi, kurikulum yang merumuskan tujuan-tujuan pengubahan perilaku yang bersifat personal, sosial dan ekonomi. 3 . 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan realisme? 2. Apa saja bentuk-bentuk aliran realisme? 3. Bagaimana konsep filsafat menurut aliran realisme? 4. Bagaimana hubungan realisme dan pendidikan? 5. Bagaimana implikasi realisme dalam pendidikan? 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengertian realisme. 2. Bentuk-bentuk aliran realisme. 3. Konsep filsafat menurut aliran realisme. 4. Hubungan realisme dan pendidikan. 5. Implikasi realisme dalam pendidikan.
  • 4. BAB II TINJAUAN TEOROTIS 4 2.1 Pengertian Aliraan Realisme Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang realitas sebagai dualitas. Aliran realisme memandang dunia ini mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari dunia fisik dan dunia rohani. Ajaran realisme memperlihatkan bahwa realisme adalah sesuatu yamg riil atau sesuatu yang benar yang merupakan gambaran nyata di dunia realitas. Realisme membagi realistas menjadi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan yang kedua adanya realita di luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia. Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi di luar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan intelegensi. Segala yang di amati oleh panca indera kita adalah suatu kebenaran. Objek indera kita adalah real, yaitu benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan, atau ada hubungannya dengan fikiran kita. Yang real, berarti yang aktual atau yang ada. Kata tersebut menunjuk kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yaang sungguh-sungguh. Artinya, yang bukan sekedar khayalan atau apa yang ada dalam fikiran kita. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real, atau yang ada. Yakni, bertentangan dengan yang hanya Nampak. Secara umum realisme berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada apa yang di harapkan atau kepada apa yang di ingin kan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme di pakai dalam arti yang lebih teknis. Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah real, benda benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita. Lebih lanjut pandangan-pandangan aliran realisme dapat di kemukakan sbb: Objek (dunia) luar ini adalah nyata pada sendirinya dan untuk adanya itu tidak tergantung dari macam jiwa apapun.
  • 5. Benda atau sesuatu hal adalah berbeda dengan jiwa yang mengetahuinya. Jadi ada perbedaan antara benda yang sesungguhnya dengan benda yang nampak di hadapan manusia. Benda yang sesungguhnya baru dapat di ketahui dengan cara-cara langsung atau tidak 5 langsung melalui penelitian. Ide mengetahui sesuatu benda atau hal, baru dapat merupakan kenyataan yang sesungguhnya, bila ide ( gagasan) tersebut merupakan pengetahuan yang tepat mengenai benda atau hal itu. Bahwa pengetahuan mengenai sesuatu dan kenyataan mengenai sesuatu itu adalah hasil pertemuan antara jiwa dan benda atau hal. Menurut common sense “ kita tak dapat melepaskan diri dari fakta bahwa terdapat perbedaan antara benda dan ide. Bagi common sense biasa, ide adalah ide tentang suatu benda, suatu pikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu benda. Dalam hal ini benda adalah realitas dan ide adalah” bagaimana benda itu nampak kepada kita”. Oleh karena itu maka pikiran kita harus menyesuaikan diri dengan benda-benda , jika ia mau menjadi benar, yakni jika kita ingin agar ide kita menjadi benar, jika ide kita tidak cocok dengan bendanya, maka ide itu salah dan tak berfaedah. 2.2 Tokoh-Tokoh Aliran Realisme 1. Aristoteles (384-322 SM) Plato percaya bahwa materi tidak mempunyai akhir realitas dan bahwa kita seharusnya memperhatikan diri kita sendiri dengan ide-ide. Adalah seorang murid Plato yaitu Aristoteles, lebih lanjut, telah mengembangkan gagasan bahwa sementara gagasan-gagasan mungkin penting bagi diri mereka sendiri, pembelajaran yang utama tentang materi mengantarkan kita pada gagasan-gagasan yang jelas yang lebih baik. Aristoteles belajar dan mengajar di Akademi milik plato kurang lebih selama dua puluh tahun kemudian dia membuka sekolah sendiri, Lysium. Perbedaannya denga plato dikembangkan secara teratur dan dalam penghormatan yang tinggi dia tidak pernah keluar dari bawah pengaruh pemikiran Plato. Menurut Aristoteles, gagasan-gagasan (atau bentuk-bentuk), seperti ide tentang Tuhan atau ide-ide tentang sebuah pohon bisa ada walaupun tanpa materi, tapi tidak ada materi yang ada tanpa bentuk. Setiap bagian dari materi memiliki baik sebuah sifat penting/tertentu yang menyuluruh. Sifat penting dari sebuah biji pohon, sebagai contoh, merupakan hal-hal yang
  • 6. penting bagi biji dan itulah perbedaan biji dari semua biji yang lain. Sifat-sifat ini termasuk ukuranya, bentuk, berat dan warna. Tidak ada biji yang serupa sama sekali, jadi kita bisa mengatakan bahwa beberapa sifat penting dari suatu biji sebagaimana perbedaan yang mendasar dari hal hal pada semua biji yang lain. Hal ini bisa disebut dengan “bebijian” dan itu adalah hal yang universal dengan semua biji yang lain. Mungkin hal ini bisa dipahami lebih baik dengan mengembalikan pada manusia pada poin ini. Orang, juga, berbeda dalam sifat-sifat tertentu mereka. Mereka memiliki perbedaan bentuk dan ukuran, dan tak ada dua orangpun yang sama persis. Karena semua manusia sesungguhnya berpegang pada sesuatu yang universal, dan ini bisa disebut dengan “kemanusiaan” mereka. Baik kemanusiaan dan bebijian adalah realitas dan mereka ada secara bebas dan dihargai bagi satu jenis sifat manusia atau biji apapun. Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa bentuk-bentuk (universal, gagasan, atau esensi) adalah aspek-aspek non-material dari masing-masing objek materi tertentu yang menghubungkan pada semua objek-objek penting lainnya dari kelas tersebut. Berpikir pada non-material mungkin kita bisa sampai padanya dengan menguji objek-objek material yang ada dalam diri mereka sendiri, terbebas dari kita. Aristoteles berkeyakinan kita harus banyak terlibat dalam mempelajari dan memahami ralitas pada benda-benda itu semua. Memang, dia setuju dengan Plato dalam posisinya. Bagaimanapun juga mereka berbeda, dalam hal tadi Aristoteles merasa seseorang bisa mendapatkan suatu bentuk dari pembelajaran benda-benda materi tertentu, dan Plato yakin bentuk bisa dicapai hanya dengan melalui beberapa jenis alasan yang dialektis. 6 2. Francic Bacon (1561-1626) Frncic Bacon bukan hanya seorang filosuf tapi juga politisi di istana Elizabet I dan Jamel I sejarah menunjukkan Francic Bacon tidak hanya berhasil dalam usaha-usaha politisnya ( dia dipindhakan dari kantornya karena tingkah lakunya yang memalukan),karena catatannya dalam perkembangan filosofis agak lebih impresif (mengesankan ),latihan-latihan filosofis Bacon adalah ambisius meskipun tidak ada kecondongan dalam bidangnya,dia mengklaim untuk mengambil semua pengetahuan seperti lapangan penyelidikannya yang hampir dia mencapai kesaksian bagi kejeniusannya.Barangkali,karyanya yang paling terkenal adalah Novum Organum, yang mana didalamnya dia menentang logika pengikut Ariestoteles. Bacon menyerang pengikut Aristoteles untuk memberi masukan terhadap perkembangan sains yang lesu, permasalan dengan teologi adalah yang diawali dogmatis dan
  • 7. sebuah asumsi pendahuluan dan kemudian menarik kesimpulan bagaimana juga, bacon menuduh bahwa sains(ilmu) tidak dapat meneruskan cara/ jalan ini,karena sains harus memperhatikan inguiri( penyelidikan) yang murni dan sederhana,inguiri tidak dibatasi dengan dugaan-dugaan yang dipertimbangkan,bacon berpedoman bahwa sains harus mulai dengan gaya ini dan harus mengembangkan metode-metode penyelidikan yang bisa diterima/ dipercaya,kita bisa bebas dari ketergantungan dengan kejadian pada bakat-bakat yang jarang dan mampu mengenmbangkan melalui kegunaan metode tersebut. Bacon meyakini “pengetahuan adalah kekuatan ” dan itu melalui pengakuan pengetahuan yang kita bisa sesuaikan secara kebih efektif dengan masalah-masalah dan kekuatan yang menyerang disetiap sisi untuk mernyempurnakan hal-hal ini, dia menemukan apa yang dia sebut metode induktif. Bacon menentang logika pengikut Aristoteles utamanya karena dia berfikir itu menghasilkan banyak kesalahan, utamnya mengenai fenomena sebagai contoh pemikiran regelius seperti Thomas Aquinas dan scholastic(orang-orang skolastik )yang menerima axiomatis(hal yang sudah jelas kebenarannya) mempercai tenteng Tuhan,bahwa dia ada,apa adanya,semua kegiatan dan sebagainya-dan kemudian mereka menyimpulkan semua macam hal tentang kagunaan kekuatan Tuhan, intervensinya dalam urusan-urusan manusia dan sebagainya. Pendekatan induktif bacon,yang mempertanyakan bahwa kita memulai dengan bagian yang bisa diamati dan kemudian memberikan alasan untuk pernyataan-pernyataan atau hokum-hukum yang general, menyerang balik pendekatan skolastik, karena hal itu menuntut verifikasi(pembaharuan) bagian khusus sebelum pembenaran(pemberian hukum) dibuat sebagai contoh,setelah pengamatan bagian pada air yang membeku pada suhu 32 fahrenheit, kita mungkin kemudiaan menetapkan sebuah hukum umum bahwa air membeku pada suhu 32 fahrenheit. Hukum ini valid, bagaimanapun,hanya sepanjang air itu berlanjut membeku pada suhu ini. Jika, karena sebuah perubahan dalam keadaan atmosfir atau keadaan bumi, air tidak lebih lama membeku pada suhu 32 fahrenheit, kemudian kita akan diwajibkan untuk mengubah atau mengganti hukum kita melalui deduksi, seseorang mungkin juga mengubah keyakinan-keyakinan tapi ketika seseorang memulai dengan kebenaran-kebenaran yang mutlak, dia sedikit perlu untuk mengubah mereka dari pada ketika dia memulai dengan data yang netral. 7
  • 8. 2.3 Filsafat Pendidikan menurut aliran Realisme Konsep pendidikan mengenai pengertian pendidikan dan gambaran pendidikan menurut 8 masing-masing bentuk aliran realisme: · Realisme Rasional Realisme rasional, memandang bahwa dunia materi adalah nyata dan berada di luar pikiran yang mengamatinya. Realisme rasional merupakan pandangan dari Kneller yang terdiri dari realisme klasik dan realisme religius. o Realisme Klasik Realisme klasik berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri rasional. Dengan demikian manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan penyebab pertama dan utama realistas alam semesta. Memperhatikan intelektual adalah penting bukan saja sebagai tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan masalah. Menurut realisme klasik pengalaman manusia penting bagi pendidikan. Menurut Aristoteles, terdapat aturan moral universal yang diperoleh dengan akal dan mengikat manusia sebagai mahluk rasional. Manusia sempurna menurutnya adalah manusia sempurna yang mengambil jalan tengah. Konsep pendidikan pada anak bahwa anak harus diajarkan ukuran moral yang absolut dan universal karena baik dan benar adalah untuk seluruh umat manusia. Kebiasaan baik harus dipelajari karena kebaikan tidak datang dengan sendirinya. o Realisme religius. Sedangkan menurut realisme religius bahwa kenyataan itu dipandang berbentuk natural dan supernatural. Pandangan filsafat ini menitik beratkan pada hakikat kebenaran dan kebaikan. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri guna mencapai kebenaran abadi. Kebenaran bukan dibuat melainkan sudah ditentukan dan belajar harus mencerminkan kebenaran itu. Menurut Cornerius pendidikan harus universal, seragam dan merupakan suatu kewajiban dimulai dengan pendidikan yang lebih rendah. · Realisme Natural Realisme natural juga berasal dari pandangan Kneller yang memandang bahwa dunia yang kita amati bukan hasil kreasi akal manusia, melainkan dunia sebagaimana adanya, dan
  • 9. substansialitas, sebab akibat, serta aturan-aturan alam merupakan suatu penampakan dari dunia itu sendiri. Menurut realisme natural pengetahuan yang diakui adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman empiris dengan jalan observasi atau pengamatan indera. Para pengikut realisme natural mengikuti teori pengatahuan empirisme yang mengatakan pengalaman merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan dan merupakan sumber pengetahuan manusia. Pendidikan berkaitan dengan dunia di sini dan sekarang. Dunia diatur oleh hukum alam. Pendidikan menurut aliran realisme natural haruslah ilimiah dan yang menjadi objeknya adalah kenyataan dalam alam. Realisme rasional dan natural menanamkan pendidikan yang terpusat pada guru, bukan siswa. Guru harus bisa memilih bahan pelajaran yang benar sedangkan memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat mencapai tujuan pendidikan. Belajar pun tergantung pada pengalaman, baik langsung maupun tidak langsung. Realisme Kritis. Menurut Imanuel Kant, realisme kritis adalah pengetahuan mulai dari pengalaman namun tidak semua dari pengalaman. Pikiran tanpa isi adalah kosong dan tanggapan tanpa konsepsi adalah buta. Adapula pandangan lain mengenai realisme yaitu Neo-realisme yang merupakan pandangan dari Frederick Breed mengenai filsafat pendidikan yang hendaknya harmoni dengan prinsip-prinsip demokrasi, yaitu menghormati hak-hak individu. Pendidikan sebagai pertumbuhan harus diartikan sebagai pengarah terhadap tuntunan sosial dan individual. Menurut Henderson ke semua bentuk aliran realisme pendidikan menyetujui bahwa : a. Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita menjadi 9 hebat. b. Tugas manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraan umum. c. Tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah pendidikan.
  • 10. Konsep Filsafat Pendidikan Menurut aliran Realisme. Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh, bersifat dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat. Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah: a. Metafisika-realisme adalah kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik (materialisme) kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme) b. Humanologi-realisme adalah hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir. c. Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta. d. Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat 10 yang telah teruji dalam kehidupan. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.
  • 11. BAB III PEMBAHASAN 3.1 Implikasi Filsafat Realisme dalam Pendidikan Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut: 11 o Tujuan penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial. o Kurikulum, komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis. o Metode, Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. o Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik. o Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik. Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah: 1. Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik (materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme); 2. Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir
  • 12. 3. Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran. Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta; dan 4. Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat. Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat dengan pandangan John locke bahwa akan pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabula rasa, ruang kosong tak ubahnya kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu pendidikan dipandang dibutuhkan karena untuk membentuk setiap individu agar mereka menjadi sesuai dengan apa yang dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap indentikkan sebagai upaya pelaksanaan psikologi behavioristik kedalam ruang pengajaran. (Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 143). Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran. Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Dalam melakukan penelitian, behavioris tidak mempelajari keadaan mental. Dalam kaitannya dengan hakikat nilai, realisme menyatakan bahwa standar tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh 12
  • 13. kebijaksanaan yang telah teruji dalam kehidupan Pendidikan dalam pandangan realisme adalah proses perkembangan intelegensi, daya kraetif dan sosial individu yang mendorong pada terciptanya kesejahteraan umum. Pendidikan yang berdasarkan realisme konsisten dengan teori belajar S-R. Dengan demikian pendidikan juga dapat diartikan sebagai upaya pembentukan tingkah laku oleh lingkungan Menurut alairan realisme murid adalah yang mengalami inferiorisasi berlebih sebab dia dipandang sama sekali tidak mengetahui apapun kecuali apa-apa yang telah pendidikan berikan. Disini dalam pengajaran setiap siswa akan subjek tidik tak berbeda dengan robot, ia mesti tunduk dan patuh setunduk-tunduknya untuk diprogram dan mengerti materi-materi yang telah di tetapkan sedemikian rupa. Pada ujung pendidikan, realisme memiliki proyeksi ketika manusia akan dibentuk untuk hidup dalam nilai-nilai yang telah menjadi common sense sehingga mereka mampu beradaptasi dengan lingkungan-lingkungan yang ada. Sisi buruk model pendidikan dalam hal ini cenderung banyak dikendalaikan. Corak lain pendidikan realisme adalah tekanan-tekanan hidup yang terarah dalam pengaturan-pengaturan serta keteraturan yang bersifat mekanistik. Meskipun tidak semua pengaturan yang bersifat mekanistik buruk, apa yang diterapkan oleh realisme dalam ruang pendidikan melahirkan berbagai hal kemudian menuai banyak kecaman sebab dinilai telah menjadi penyebab dehumanisasi (Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 143-144). 3.2 Realisme Dalam Pendidikan ( Purnawan : 2009 : 24) 13 a) Pendidikan Sebagai Institusi Sosial John Amos Comenius di dalam bukunya Great Didactic, mengatakan bahwa manusia tidak diciptakan hanya kelahiran biologinya saja. Jika ia menjadi seorang manusia, budaya manusia harus memberi arah dan wujud kepada kemampuan dasarnya. Dalam bukunya Membangun Filsafat Pendidikan, Harry Broudy secara eksplisit ia menekankan bahwa masyarakat mempunyai hak dengan mengabaikan keterlibatan pemerintah, yang akan membawa pendidikan formal di bawah wilayah hukumnya karena ini merupakan suatu lembaga atau institusi sosial. Implikasinya : pendidikan adalah kebutuhan dasar dan hak yang mendasar bagi manusia dan kewajiban penting bagi semua masyarakat untuk memastikan bahwa semua anak-anak dilahirkan dengan pendidikan yang baik. b) Siswa
  • 14. Guru adalah pengelola KBM di dalam kelas (classroom is teacher-centered), guru penentu materi pelajaran, guru harus menggunakan minat siswa yang berhubungan dengan mata pelajaran, dan membuat mata pelajaran sebagai sesuatu yang kongkret untuk dialami siswa. Siswa berperan untuk menguasai pengetahuan yang diandalkan, siswa harus taat pada aturan dan disiplin, sebab aturan yang baik sangat diperlukan untuk belajar. Siswa memperoleh disiplin melalui ganjaran dan prestasi. c) Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan realisme adalah untuk “ penyesuaian diri dalam hidup dan mampu 14 melaksanakan tanggung jawab sosial. Pendidikan bertujuan agar siswa dapat bertahan hidup di dunia yang bersifat alamiah, memperoleh keamanan dan hidup bahagia, dengan jalan memberikan pengetahuan esensial kepada siswa. Pengetahuan tersebut akan memberikan keterampilan-keterampilan yang penting untuk memperoleh keamanan dan hidup bahagia. d) Proses Pendidikan 1) Kurikulum Kurikulum pendidikan sebaiknya meliputi : (1) Sains dan Matematika, (2) Ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial, (3) Nilai-nilai. Kurikulum yang baik diorganisasi menurut mata pelajaran dan berpusat pada materi pelajaran (subject matter centered) yang diorganisasi menurut prinsip-prinsip psikologi belajar. Kurikulum direncanakan dan diorganisasi oleh guru/orang dewasa (society centered) Isi kurikulum harus berisi pengetahuan dan nilai-nilai esensial agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam, masyarakat, dan kebudayaannya. 2) Metode Pendidikan Pembiasaan merupakan metode utama bagi filsuf penganut behaviorisme Metode mengajar yang disarankan bersifat otoriter. Guru mewajibkan siswa untuk dapat menghafal, menjelaskan, dan membandingkan fakta-fakta, menginterprestasi hubungan-hubungan, dan mengambil kesimpulan makna-makna baru. 3) Evaluasi Guru harus menggunakan metode-metode objektif dengan mengevaluasi dan memberikan jenis tes yang memungkinkan untuk dpt mengukur secara tepat pemahaman siswa tentang materi-materi esensial. Untuk tujuan motivasi guru memberikan ganjaran terhadap siswa yang mencapai sukses.
  • 15. BAB III KESIMPULAN Adapun yang dapat di simpulkan dalam pembuatan makalah ini adalah : 1. Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada; yakni bertentanganl dengan yang hanya nampak. Dalam arti umum, realism bearti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada apa yang diharapkan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realism dipakai dalam arti yang lebih teknis. 2. Tokoh-tokoh lainnya adalah John Locke (1632-1704), J.J. Rousseau (1712-1778) dan Basedow (1723-1790). John Locke terkenal sebagai tokoh filsafat dan pendidik dengan pandangannya tentang tabula rasa dalam arti bahwa setiap insan diciptakan sama, sebagai kertas kosong. Dengan demikian melatih atau memberikan pendidikan atau pandai menalar merupakan tugas utama pendidikan formal 3. Kebanyakan kaum realis menghormati sains dan menekankan hubungan yang erat antara sains dan filsafat. Tetapi banyak yang diantara mereka bersifat kritis terhadap sains lama yang mengandung dualisme atau mengingkari bidang nilai. Sebagai contoh Alfred North Whitehead yang mencetuskan “filsafat organisme”. Ia mengkritik pandangan sains yang tradisional yang memisahkan antara materi dan kehidupan, badan dan akal, alam dan jiwa substansi dan kualitas-kualitas. Pendekatan semacam itu menggosongkan alam dari kualitas indra dan condong untuk mengingkari nilai etika,estetika dan agama. 4. Realisme adalah pandangan bahwa objek – objek kita adalah riil dan berada sendiri tanpa bersandar kepada pengetahuan lain atau kesadaran akal orang lain. Diketahui orang lain atau menjadi objek pengalaman, tidak akan mempengaruhi watak sesuatu benda atau mengubahnya. Benda – benda ada dan kita mungkin sadar akan adanya benda-benda tersebut, akan tetapi hal itu tidak mengubah watak benda-benda tersebut 15