Teks tersebut membahas tentang realisme dan filsafat pendidikan. Secara ringkas:
1. Realisme memandang realitas sebagai dualitas antara dunia fisik dan rohani.
2. Tokoh utama realisme adalah Aristoteles yang memandang bahwa materi memiliki bentuk tetapi bentuk dapat ada tanpa materi.
3. Filsafat pendidikan berupaya menentukan tujuan dan konsep pendidikan berdasarkan realitas.
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
Implikasi aliran realisme Abdul Ra'uf
1. BAB I
PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang
Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang idea, jiwa dan proses mengenal. Menurut
Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian
dunia ini pada inderawi yang selalu berubah dan dunia idea yang tidak pernah berubah. Idea
merupakan sesuatu yang obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya
memberikam dua pengenalan. Pertama pengenalan tentang idea; inilah pengenalan yang
sebenarnya. Pengenalan yang dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan
bersifat, teguh, jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme kaum
sofis. Kedua, pengenalan tentang benda-benda disebut doxa (pendapat), dan bersifat tidak
tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dengan panca indera. Dengan dua
dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan besar filsafat pra-socratik yaitu
pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan yang ada-ada-nya Parmenides.
Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu berubah sedangkan dunia idea tidak pernah
berubah dan abadi. Memang jiwa Plato berpendapat bahwa jika itu baka, lantaran terdapat
kesamaan antara jiwa dan idea. Lebih lanjut dikatakan bahwa jiwa sudah ada sebelum hidup
di bumi.
Sebelum bersatu dengan badan, jiwa sudah mengalami pra eksistensi dimana ia
memandang idea-idea. Berdasarkan pandangannya ini, Plato lebih lanjut berteori bahwa
pengenalan pada dasarnya tidak lain adalah pengingatan (anamnenis) terhadap idea-idea yang
telah dilihat pada waktu pra-eksistansi. Ajaran Plato tentang jiwa manusia ini bisa disebut
penjara. Plato juga mengatakan, sebagaimana manusia, jagat raya juga memiliki jiwa dan
jiwa dunia diciptakan sebelum jiwa-jiwa manusia. Plato juga membuat uraian tentang negara.
Tetapi jasanya terbesar adalah usahanya membuka sekolah yang bertujuan ilmiah.
Sekolahnya diberi nama “Akademia” yang paling didedikasikan kepada pahlawan yang
bernama.
Pengkajian filosofis terhadap pendidikan mutlak diperlukan karena membantu dalam
memberikan informasi tentang hakikat manusia sebagai dirinya sendiri baik secara horizontal
maupun secara vertikal. Sehingga kajian tentang realitas sangat dibutuhkan dalam
menentukan tujuan akhir pendidikan. Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat
pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab
2. oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang
filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus
globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar
tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya
konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai
keberhasilan substantif.
Disisi lain, kajian filosofis memberikan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan,
sumber pengetahuan, nilai, dan Seperti bagaimanakah pengetahuan itu diperoleh, bagaimana
manusia dapat memperoleh nilai tersebut. Dengan nilai tersebut apakah pendidikan layak
untuk diterapkan dan lebih jauh akan membantu untuk menentukan bagaimana seharusnya
pendidikan itu dilaksanakan. Pendidikan disisi lain tidak bisa melepaskan tujuan untuk
membentuk peserta didik yang memiliki nilai-nilai mulai spritual, agama, kepribadian dan
kecerdasan. Praktek pendidikan memerlukan teori pendidikan, karena teori pendidikan akan
memberikan manfaat antara lain:
(1) Sebagai pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan yang akan dicapai;
(2) Mengurangi kesalahan-kesalahan dalam praktek pendidikan karena dengan memahami
teori dapat dipilih mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan;
(3) Sebagai tolok ukur untuk mengetahui sampai sejauh mana keberhasilan pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah aplikasi dari filsafat umum dalam pendidikan. Berbeda
dengan Filsafat Umum yang objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu. Filsafat
Khusus /terapan mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia yang
dalam hal ini adalah pendidikan. Filsafat pendidikan menyelidiki hakikat pelaksanaan
pendidikan yang bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang cara dan hasilnya serta
hakikat ilmu pendidikan yang bersangkut paut terhadap struktur kegunaannya.
Seperti halnya filsafat yang lain, filsafat pendidikanpun bersifat spekulatif, preskriptif
dan analitik. Spekulatif artinya filsafat pendidikan membangun teori-teori tentang hakikat
pendidikan manusia, hakikat masyarakat dan hakikat dunia. Preskriptif artinya filsafat
pendidikan menentukan tujuan pendidikan yang harus diikuti dan dicapai. Analitik artinya
filsafat pendidikan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang spekulatif dan perspektif.
2
3. Filsafat ilmu pendidikan dapat dibataskan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan
yang dihasilkan melaui riset baik kualitatif maupun kuantitatif. Filsafat pendidikan ini perlu
dipedomani para perencana pendidikan tentang tujuan, isi, kurikulum yang merumuskan
tujuan-tujuan pengubahan perilaku yang bersifat personal, sosial dan ekonomi.
3
. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan realisme?
2. Apa saja bentuk-bentuk aliran realisme?
3. Bagaimana konsep filsafat menurut aliran realisme?
4. Bagaimana hubungan realisme dan pendidikan?
5. Bagaimana implikasi realisme dalam pendidikan?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian realisme.
2. Bentuk-bentuk aliran realisme.
3. Konsep filsafat menurut aliran realisme.
4. Hubungan realisme dan pendidikan.
5. Implikasi realisme dalam pendidikan.
4. BAB II
TINJAUAN TEOROTIS
4
2.1 Pengertian Aliraan Realisme
Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang realitas sebagai dualitas. Aliran
realisme memandang dunia ini mempunyai hakikat realitas yang terdiri dari dunia fisik dan
dunia rohani. Ajaran realisme memperlihatkan bahwa realisme adalah sesuatu yamg riil atau
sesuatu yang benar yang merupakan gambaran nyata di dunia realitas. Realisme membagi
realistas menjadi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan
yang kedua adanya realita di luar manusia yang dapat dijadikan objek pengetahuan manusia.
Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi di luar
kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan
intelegensi. Segala yang di amati oleh panca indera kita adalah suatu kebenaran. Objek indera
kita adalah real, yaitu benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu
kita ketahui, atau kita persepsikan, atau ada hubungannya dengan fikiran kita. Yang real,
berarti yang aktual atau yang ada. Kata tersebut menunjuk kepada benda-benda atau
kejadian-kejadian yaang sungguh-sungguh. Artinya, yang bukan sekedar khayalan atau apa
yang ada dalam fikiran kita. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real, atau yang ada.
Yakni, bertentangan dengan yang hanya Nampak.
Secara umum realisme berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan
kepada apa yang di harapkan atau kepada apa yang di ingin kan. Akan tetapi dalam filsafat,
kata realisme di pakai dalam arti yang lebih teknis.
Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek indera kita adalah
real, benda benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa benda itu kita ketahui, atau
kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran kita.
Lebih lanjut pandangan-pandangan aliran realisme dapat di kemukakan sbb:
Objek (dunia) luar ini adalah nyata pada sendirinya dan untuk adanya itu tidak tergantung
dari macam jiwa apapun.
5. Benda atau sesuatu hal adalah berbeda dengan jiwa yang mengetahuinya. Jadi ada
perbedaan antara benda yang sesungguhnya dengan benda yang nampak di hadapan manusia.
Benda yang sesungguhnya baru dapat di ketahui dengan cara-cara langsung atau tidak
5
langsung melalui penelitian.
Ide mengetahui sesuatu benda atau hal, baru dapat merupakan kenyataan yang
sesungguhnya, bila ide ( gagasan) tersebut merupakan pengetahuan yang tepat mengenai
benda atau hal itu.
Bahwa pengetahuan mengenai sesuatu dan kenyataan mengenai sesuatu itu adalah hasil
pertemuan antara jiwa dan benda atau hal.
Menurut common sense “ kita tak dapat melepaskan diri dari fakta bahwa terdapat
perbedaan antara benda dan ide. Bagi common sense biasa, ide adalah ide tentang suatu
benda, suatu pikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu benda. Dalam hal ini benda adalah
realitas dan ide adalah” bagaimana benda itu nampak kepada kita”. Oleh karena itu maka
pikiran kita harus menyesuaikan diri dengan benda-benda , jika ia mau menjadi benar, yakni
jika kita ingin agar ide kita menjadi benar, jika ide kita tidak cocok dengan bendanya, maka
ide itu salah dan tak berfaedah.
2.2 Tokoh-Tokoh Aliran Realisme
1. Aristoteles (384-322 SM)
Plato percaya bahwa materi tidak mempunyai akhir realitas dan bahwa kita
seharusnya memperhatikan diri kita sendiri dengan ide-ide. Adalah seorang murid Plato yaitu
Aristoteles, lebih lanjut, telah mengembangkan gagasan bahwa sementara gagasan-gagasan
mungkin penting bagi diri mereka sendiri, pembelajaran yang utama tentang materi
mengantarkan kita pada gagasan-gagasan yang jelas yang lebih baik. Aristoteles belajar dan
mengajar di Akademi milik plato kurang lebih selama dua puluh tahun kemudian dia
membuka sekolah sendiri, Lysium. Perbedaannya denga plato dikembangkan secara teratur
dan dalam penghormatan yang tinggi dia tidak pernah keluar dari bawah pengaruh pemikiran
Plato.
Menurut Aristoteles, gagasan-gagasan (atau bentuk-bentuk), seperti ide tentang Tuhan
atau ide-ide tentang sebuah pohon bisa ada walaupun tanpa materi, tapi tidak ada materi yang
ada tanpa bentuk. Setiap bagian dari materi memiliki baik sebuah sifat penting/tertentu yang
menyuluruh. Sifat penting dari sebuah biji pohon, sebagai contoh, merupakan hal-hal yang
6. penting bagi biji dan itulah perbedaan biji dari semua biji yang lain. Sifat-sifat ini termasuk
ukuranya, bentuk, berat dan warna. Tidak ada biji yang serupa sama sekali, jadi kita bisa
mengatakan bahwa beberapa sifat penting dari suatu biji sebagaimana perbedaan yang
mendasar dari hal hal pada semua biji yang lain. Hal ini bisa disebut dengan “bebijian” dan
itu adalah hal yang universal dengan semua biji yang lain. Mungkin hal ini bisa dipahami
lebih baik dengan mengembalikan pada manusia pada poin ini. Orang, juga, berbeda dalam
sifat-sifat tertentu mereka. Mereka memiliki perbedaan bentuk dan ukuran, dan tak ada dua
orangpun yang sama persis.
Karena semua manusia sesungguhnya berpegang pada sesuatu yang universal, dan ini
bisa disebut dengan “kemanusiaan” mereka. Baik kemanusiaan dan bebijian adalah realitas
dan mereka ada secara bebas dan dihargai bagi satu jenis sifat manusia atau biji apapun.
Dengan demikian, kita bisa mengatakan bahwa bentuk-bentuk (universal, gagasan, atau
esensi) adalah aspek-aspek non-material dari masing-masing objek materi tertentu yang
menghubungkan pada semua objek-objek penting lainnya dari kelas tersebut.
Berpikir pada non-material mungkin kita bisa sampai padanya dengan menguji objek-objek
material yang ada dalam diri mereka sendiri, terbebas dari kita. Aristoteles
berkeyakinan kita harus banyak terlibat dalam mempelajari dan memahami ralitas pada
benda-benda itu semua. Memang, dia setuju dengan Plato dalam posisinya. Bagaimanapun
juga mereka berbeda, dalam hal tadi Aristoteles merasa seseorang bisa mendapatkan suatu
bentuk dari pembelajaran benda-benda materi tertentu, dan Plato yakin bentuk bisa dicapai
hanya dengan melalui beberapa jenis alasan yang dialektis.
6
2. Francic Bacon (1561-1626)
Frncic Bacon bukan hanya seorang filosuf tapi juga politisi di istana Elizabet I dan
Jamel I sejarah menunjukkan Francic Bacon tidak hanya berhasil dalam usaha-usaha
politisnya ( dia dipindhakan dari kantornya karena tingkah lakunya yang memalukan),karena
catatannya dalam perkembangan filosofis agak lebih impresif (mengesankan ),latihan-latihan
filosofis Bacon adalah ambisius meskipun tidak ada kecondongan dalam bidangnya,dia
mengklaim untuk mengambil semua pengetahuan seperti lapangan penyelidikannya yang
hampir dia mencapai kesaksian bagi kejeniusannya.Barangkali,karyanya yang paling
terkenal adalah Novum Organum, yang mana didalamnya dia menentang logika pengikut
Ariestoteles.
Bacon menyerang pengikut Aristoteles untuk memberi masukan terhadap
perkembangan sains yang lesu, permasalan dengan teologi adalah yang diawali dogmatis dan
7. sebuah asumsi pendahuluan dan kemudian menarik kesimpulan bagaimana juga, bacon
menuduh bahwa sains(ilmu) tidak dapat meneruskan cara/ jalan ini,karena sains harus
memperhatikan inguiri( penyelidikan) yang murni dan sederhana,inguiri tidak dibatasi
dengan dugaan-dugaan yang dipertimbangkan,bacon berpedoman bahwa sains harus mulai
dengan gaya ini dan harus mengembangkan metode-metode penyelidikan yang bisa diterima/
dipercaya,kita bisa bebas dari ketergantungan dengan kejadian pada bakat-bakat yang jarang
dan mampu mengenmbangkan melalui kegunaan metode tersebut. Bacon meyakini
“pengetahuan adalah kekuatan ” dan itu melalui pengakuan pengetahuan yang kita bisa
sesuaikan secara kebih efektif dengan masalah-masalah dan kekuatan yang menyerang
disetiap sisi untuk mernyempurnakan hal-hal ini, dia menemukan apa yang dia sebut metode
induktif.
Bacon menentang logika pengikut Aristoteles utamanya karena dia berfikir itu
menghasilkan banyak kesalahan, utamnya mengenai fenomena sebagai contoh pemikiran
regelius seperti Thomas Aquinas dan scholastic(orang-orang skolastik )yang menerima
axiomatis(hal yang sudah jelas kebenarannya) mempercai tenteng Tuhan,bahwa dia ada,apa
adanya,semua kegiatan dan sebagainya-dan kemudian mereka menyimpulkan semua macam
hal tentang kagunaan kekuatan Tuhan, intervensinya dalam urusan-urusan manusia dan
sebagainya.
Pendekatan induktif bacon,yang mempertanyakan bahwa kita memulai dengan bagian
yang bisa diamati dan kemudian memberikan alasan untuk pernyataan-pernyataan atau
hokum-hukum yang general, menyerang balik pendekatan skolastik, karena hal itu menuntut
verifikasi(pembaharuan) bagian khusus sebelum pembenaran(pemberian hukum) dibuat
sebagai contoh,setelah pengamatan bagian pada air yang membeku pada suhu 32 fahrenheit,
kita mungkin kemudiaan menetapkan sebuah hukum umum bahwa air membeku pada suhu
32 fahrenheit. Hukum ini valid, bagaimanapun,hanya sepanjang air itu berlanjut membeku
pada suhu ini.
Jika, karena sebuah perubahan dalam keadaan atmosfir atau keadaan bumi, air tidak
lebih lama membeku pada suhu 32 fahrenheit, kemudian kita akan diwajibkan untuk
mengubah atau mengganti hukum kita melalui deduksi, seseorang mungkin juga mengubah
keyakinan-keyakinan tapi ketika seseorang memulai dengan kebenaran-kebenaran yang
mutlak, dia sedikit perlu untuk mengubah mereka dari pada ketika dia memulai dengan data
yang netral.
7
8. 2.3 Filsafat Pendidikan menurut aliran Realisme
Konsep pendidikan mengenai pengertian pendidikan dan gambaran pendidikan menurut
8
masing-masing bentuk aliran realisme:
· Realisme Rasional
Realisme rasional, memandang bahwa dunia materi adalah nyata dan berada di luar
pikiran yang mengamatinya. Realisme rasional merupakan pandangan dari Kneller yang
terdiri dari realisme klasik dan realisme religius.
o Realisme Klasik
Realisme klasik berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki ciri rasional. Dengan
demikian manusia dapat menjangkau kebenaran umum. Eksistensi Tuhan merupakan
penyebab pertama dan utama realistas alam semesta. Memperhatikan intelektual adalah
penting bukan saja sebagai tujuan melainkan sebagai alat untuk memecahkan masalah.
Menurut realisme klasik pengalaman manusia penting bagi pendidikan. Menurut Aristoteles,
terdapat aturan moral universal yang diperoleh dengan akal dan mengikat manusia sebagai
mahluk rasional. Manusia sempurna menurutnya adalah manusia sempurna yang mengambil
jalan tengah. Konsep pendidikan pada anak bahwa anak harus diajarkan ukuran moral yang
absolut dan universal karena baik dan benar adalah untuk seluruh umat manusia. Kebiasaan
baik harus dipelajari karena kebaikan tidak datang dengan sendirinya.
o Realisme religius.
Sedangkan menurut realisme religius bahwa kenyataan itu dipandang berbentuk natural
dan supernatural. Pandangan filsafat ini menitik beratkan pada hakikat kebenaran dan
kebaikan. Pendidikan merupakan suatu proses untuk meningkatkan diri guna mencapai
kebenaran abadi. Kebenaran bukan dibuat melainkan sudah ditentukan dan belajar harus
mencerminkan kebenaran itu. Menurut Cornerius pendidikan harus universal, seragam dan
merupakan suatu kewajiban dimulai dengan pendidikan yang lebih rendah.
· Realisme Natural
Realisme natural juga berasal dari pandangan Kneller yang memandang bahwa dunia yang
kita amati bukan hasil kreasi akal manusia, melainkan dunia sebagaimana adanya, dan
9. substansialitas, sebab akibat, serta aturan-aturan alam merupakan suatu penampakan dari
dunia itu sendiri.
Menurut realisme natural pengetahuan yang diakui adalah pengetahuan yang diperoleh
melalui pengalaman empiris dengan jalan observasi atau pengamatan indera. Para pengikut
realisme natural mengikuti teori pengatahuan empirisme yang mengatakan pengalaman
merupakan faktor fundamental dalam pengetahuan dan merupakan sumber pengetahuan
manusia.
Pendidikan berkaitan dengan dunia di sini dan sekarang. Dunia diatur oleh hukum alam.
Pendidikan menurut aliran realisme natural haruslah ilimiah dan yang menjadi objeknya
adalah kenyataan dalam alam. Realisme rasional dan natural menanamkan pendidikan yang
terpusat pada guru, bukan siswa. Guru harus bisa memilih bahan pelajaran yang benar
sedangkan memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat
mencapai tujuan pendidikan. Belajar pun tergantung pada pengalaman, baik langsung
maupun tidak langsung.
Realisme Kritis.
Menurut Imanuel Kant, realisme kritis adalah pengetahuan mulai dari pengalaman namun
tidak semua dari pengalaman. Pikiran tanpa isi adalah kosong dan tanggapan tanpa konsepsi
adalah buta.
Adapula pandangan lain mengenai realisme yaitu Neo-realisme yang merupakan
pandangan dari Frederick Breed mengenai filsafat pendidikan yang hendaknya harmoni
dengan prinsip-prinsip demokrasi, yaitu menghormati hak-hak individu. Pendidikan sebagai
pertumbuhan harus diartikan sebagai pengarah terhadap tuntunan sosial dan individual.
Menurut Henderson ke semua bentuk aliran realisme pendidikan menyetujui bahwa :
a. Proses pendidikan berpusat pada tugas mengembangkan laki-laki dan wanita menjadi
9
hebat.
b. Tugas manusia di dunia adalah memajukan keadilan dan kesejahteraan umum.
c. Tujuan akhir pendidikan adalah memecahkan masalah-masalah pendidikan.
10. Konsep Filsafat Pendidikan Menurut aliran Realisme.
Aliran realisme berpandangan bahwa hakikat realitas adalah fisik dan ruh, bersifat
dualistis. Tujuan pendidikannya membentuk individu yang mampu menyesuaikan diri dalam
masyarakat dan memiliki rasa tanggung jawab kepada masyarakat.
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran
yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah:
a. Metafisika-realisme adalah kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik
(materialisme) kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang terbentuk
dari berbagai kenyataan (pluralisme)
b. Humanologi-realisme adalah hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan.
Jiwa merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir.
c. Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada
pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat
dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta.
d. Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang diperoleh
melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat
10
yang telah teruji dalam kehidupan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai
sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat
pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama.
Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan
proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana
ia dapat mencapainya.
Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu
jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam
pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran
yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada
peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan
pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada
peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan
alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.
11. BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Implikasi Filsafat Realisme dalam Pendidikan
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
11
o Tujuan
penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial.
o Kurikulum,
komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum
dan pengetahuan praktis.
o Metode,
Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya
harus logis dan psikologis.
o Peran peserta didik
adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,
peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan
untuk memperoleh hasil yang baik.
o Peranan pendidik
adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras
menuntut prestasi peserta didik.
Aliran filsafat realisme berpendirian bahwa pengetahuan manusia itu adalah gambaran
yang baik dan tepat dari kebenaran. Konsep filsafat menurut aliran realisme adalah:
1. Metafisika-realisme; Kenyataan yang sebenarnya hanyalah kenyataan fisik
(materialisme); kenyataan material dan imaterial (dualisme), dan kenyataan yang
terbentuk dari berbagai kenyataan (pluralisme);
2. Humanologi-realisme; Hakekat manusia terletak pada apa yang dapat dikerjakan. Jiwa
merupakan sebuah organisme kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir
12. 3. Epistemologi-realisme; Kenyataan hadir dengan sendirinya tidak tergantung pada
pengetahuan dan gagasan manusia, dan kenyataan dapat diketahui oleh pikiran.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui penginderaan. Kebenaran pengetahuan dapat
dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta; dan
4. Aksiologi-realisme; Tingkah laku manusia diatur oleh hukum-hukum alam yang
diperoleh melalui ilmu, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan
atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan.
Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai
sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat
pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama.
Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang.
Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun,
manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu,
pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan,
melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada
pendidik bukan pada peserta didik. Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan
pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun,
yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar,
bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi
kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai
tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.
Pendidikan dalam realisme memiliki keterkaitan erat dengan pandangan John locke
bahwa akan pikiran jiwa manusia tidak lain adalah tabula rasa, ruang kosong tak ubahnya
kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu pendidikan
dipandang dibutuhkan karena untuk membentuk setiap individu agar mereka menjadi sesuai
dengan apa yang dipandang baik. Dengan demikian, pendidikan dalam realisme kerap
indentikkan sebagai upaya pelaksanaan psikologi behavioristik kedalam ruang pengajaran.
(Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 143).
Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran.
Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas proposisi
(gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah. Dalam
melakukan penelitian, behavioris tidak mempelajari keadaan mental.
Dalam kaitannya dengan hakikat nilai, realisme menyatakan bahwa standar tingkah
laku manusia diatur oleh hukum alam, dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh
12
13. kebijaksanaan yang telah teruji dalam kehidupan Pendidikan dalam pandangan realisme
adalah proses perkembangan intelegensi, daya kraetif dan sosial individu yang mendorong
pada terciptanya kesejahteraan umum. Pendidikan yang berdasarkan realisme konsisten
dengan teori belajar S-R. Dengan demikian pendidikan juga dapat diartikan sebagai upaya
pembentukan tingkah laku oleh lingkungan
Menurut alairan realisme murid adalah yang mengalami inferiorisasi berlebih sebab
dia dipandang sama sekali tidak mengetahui apapun kecuali apa-apa yang telah pendidikan
berikan. Disini dalam pengajaran setiap siswa akan subjek tidik tak berbeda dengan robot, ia
mesti tunduk dan patuh setunduk-tunduknya untuk diprogram dan mengerti materi-materi
yang telah di tetapkan sedemikian rupa.
Pada ujung pendidikan, realisme memiliki proyeksi ketika manusia akan dibentuk
untuk hidup dalam nilai-nilai yang telah menjadi common sense sehingga mereka mampu
beradaptasi dengan lingkungan-lingkungan yang ada. Sisi buruk model pendidikan dalam hal
ini cenderung banyak dikendalaikan.
Corak lain pendidikan realisme adalah tekanan-tekanan hidup yang terarah dalam
pengaturan-pengaturan serta keteraturan yang bersifat mekanistik. Meskipun tidak semua
pengaturan yang bersifat mekanistik buruk, apa yang diterapkan oleh realisme dalam ruang
pendidikan melahirkan berbagai hal kemudian menuai banyak kecaman sebab dinilai telah
menjadi penyebab dehumanisasi (Wangsa Gandhi HW, Teguh. 2011: 143-144).
3.2 Realisme Dalam Pendidikan ( Purnawan : 2009 : 24)
13
a) Pendidikan Sebagai Institusi Sosial
John Amos Comenius di dalam bukunya Great Didactic, mengatakan bahwa manusia
tidak diciptakan hanya kelahiran biologinya saja. Jika ia menjadi seorang manusia, budaya
manusia harus memberi arah dan wujud kepada kemampuan dasarnya.
Dalam bukunya Membangun Filsafat Pendidikan, Harry Broudy secara eksplisit ia
menekankan bahwa masyarakat mempunyai hak dengan mengabaikan keterlibatan
pemerintah, yang akan membawa pendidikan formal di bawah wilayah hukumnya karena ini
merupakan suatu lembaga atau institusi sosial.
Implikasinya : pendidikan adalah kebutuhan dasar dan hak yang mendasar bagi manusia dan
kewajiban penting bagi semua masyarakat untuk memastikan bahwa semua anak-anak
dilahirkan dengan pendidikan yang baik.
b) Siswa
14. Guru adalah pengelola KBM di dalam kelas (classroom is teacher-centered), guru
penentu materi pelajaran, guru harus menggunakan minat siswa yang berhubungan dengan
mata pelajaran, dan membuat mata pelajaran sebagai sesuatu yang kongkret untuk dialami
siswa. Siswa berperan untuk menguasai pengetahuan yang diandalkan, siswa harus taat pada
aturan dan disiplin, sebab aturan yang baik sangat diperlukan untuk belajar. Siswa
memperoleh disiplin melalui ganjaran dan prestasi.
c) Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan realisme adalah untuk “ penyesuaian diri dalam hidup dan mampu
14
melaksanakan tanggung jawab sosial.
Pendidikan bertujuan agar siswa dapat bertahan hidup di dunia yang bersifat alamiah,
memperoleh keamanan dan hidup bahagia, dengan jalan memberikan pengetahuan esensial
kepada siswa. Pengetahuan tersebut akan memberikan keterampilan-keterampilan yang
penting untuk memperoleh keamanan dan hidup bahagia.
d) Proses Pendidikan
1) Kurikulum
Kurikulum pendidikan sebaiknya meliputi :
(1) Sains dan Matematika,
(2) Ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial,
(3) Nilai-nilai.
Kurikulum yang baik diorganisasi menurut mata pelajaran dan berpusat pada materi
pelajaran (subject matter centered) yang diorganisasi menurut prinsip-prinsip psikologi
belajar. Kurikulum direncanakan dan diorganisasi oleh guru/orang dewasa (society centered)
Isi kurikulum harus berisi pengetahuan dan nilai-nilai esensial agar siswa dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan alam, masyarakat, dan kebudayaannya.
2) Metode Pendidikan
Pembiasaan merupakan metode utama bagi filsuf penganut behaviorisme Metode
mengajar yang disarankan bersifat otoriter. Guru mewajibkan siswa untuk dapat menghafal,
menjelaskan, dan membandingkan fakta-fakta, menginterprestasi hubungan-hubungan, dan
mengambil kesimpulan makna-makna baru.
3) Evaluasi
Guru harus menggunakan metode-metode objektif dengan mengevaluasi dan
memberikan jenis tes yang memungkinkan untuk dpt mengukur secara tepat pemahaman
siswa tentang materi-materi esensial. Untuk tujuan motivasi guru memberikan ganjaran
terhadap siswa yang mencapai sukses.
15. BAB III
KESIMPULAN
Adapun yang dapat di simpulkan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Real menunjukkan apa yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau
yang ada; yakni bertentanganl dengan yang hanya nampak. Dalam arti umum, realism
bearti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada apa yang
diharapkan atau yang diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realism dipakai dalam
arti yang lebih teknis.
2. Tokoh-tokoh lainnya adalah John Locke (1632-1704), J.J. Rousseau (1712-1778) dan
Basedow (1723-1790). John Locke terkenal sebagai tokoh filsafat dan pendidik dengan
pandangannya tentang tabula rasa dalam arti bahwa setiap insan diciptakan sama, sebagai
kertas kosong. Dengan demikian melatih atau memberikan pendidikan atau pandai
menalar merupakan tugas utama pendidikan formal
3. Kebanyakan kaum realis menghormati sains dan menekankan hubungan yang erat antara
sains dan filsafat. Tetapi banyak yang diantara mereka bersifat kritis terhadap sains lama
yang mengandung dualisme atau mengingkari bidang nilai. Sebagai contoh Alfred North
Whitehead yang mencetuskan “filsafat organisme”. Ia mengkritik pandangan sains yang
tradisional yang memisahkan antara materi dan kehidupan, badan dan akal, alam dan
jiwa substansi dan kualitas-kualitas. Pendekatan semacam itu menggosongkan alam dari
kualitas indra dan condong untuk mengingkari nilai etika,estetika dan agama.
4. Realisme adalah pandangan bahwa objek – objek kita adalah riil dan berada sendiri
tanpa bersandar kepada pengetahuan lain atau kesadaran akal orang lain. Diketahui orang
lain atau menjadi objek pengalaman, tidak akan mempengaruhi watak sesuatu benda atau
mengubahnya. Benda – benda ada dan kita mungkin sadar akan adanya benda-benda
tersebut, akan tetapi hal itu tidak mengubah watak benda-benda tersebut
15