2. BAB
1
Kelompok Sosial di
Masyarakat
Mendeskripsikan dasar-dasar
pembentukan kelompok sosial.
Mengidentifikasi berbagai bentuk dan jenis
kelompok kepentingan di masyarakat.
Memahami karakteristik khusus atau
partikularisme dan ekslusivisme kelompok.
Mendeskripsikan dinamika kelompok
sosial.
Memahami pola hubungan antarkelompok
dalam masyarakat.
Tujuan pembelajaran:
Sumber : id.wikipedia.org
3. C. Partikularime dan Eksklusivisme
1. PARTIKULARISME
Partikularisme adalah sistem yang
mengutamakan kepentingan pribadi diatas
kepentingan umum atau aliran politik,
ekonomi, kebudayaan yang
membandingkan daerah atau kelompok
sekunder khusus.
Dalam masyarakat partikularisme ini
sering terjadi pada mereka yang hanya
dapat memikirkan dirinya sendiri saja
tanpa mempedulikan sekitarnya.
4. Partikularisme
Partikularisme kelompok dapat
menyebabkan munculnya sikap egois dan
cenderung tertutup dengan kebudayaan
yang lain. Selain itu, juga dapat
menimbulkan sikap primordialisme dan
etnosentrisme. Partikularisme memiliki
kemungkinan menjadi sumber konflik
karena cenderung mementingkan pribadi
atau kelompok sendiri dari pada
kepentingan umum atau publik.
Partikularisime juga dapat menghambat
integrasi sosial dan nasional.
5. PartikularismeMenurut Craig Stortie, partikularisme
berkaitan dengan bagaimana seseorang berperilaku
dalam situasi tertentu. Orang tersebut akan
memperlakukan keluarga, teman, dan in-group nya
sebaik yang dia bisa, dan membiarkan orang lain
mengurus dirinya sendiri.
Ciri-Ciri Partikularisme
a. Individualis, mementingkan kepentingan
pribadi daripada umum
b. Heterogen, bersifat dan berpandangan yang
berbeda/ macam-macam
c. Mobilitas tinggi, memiliki dan menghadapi
perubahan yang cepat
d. Berorientasi pada rasionalitas dan fungsi,
mengedepankan logika dan teknologi
6. Contoh Partikularisme:
Dalam kehidupan sehari-hari adalah seorang
pemimpin di suatu perusahaan kontruksi yang
hanya memperkerjakan buruh yang berasal dari
kampungnya sendiri. Contoh lain, Bangsa Israel
yang tidak mau melaksanakan pernikahan dengan
suku bangsa lain, dan seseorang yang selalu ingin
dianggap paling baik dan benar, dan sebagainya.
7. C. Partikularime dan Eksklusivisme
2. EKSKLUSIVISME
Eksklusivisme
berarti paham yang mempunyai
kecenderungan untuk memisahkan diri
dari masyarakat. Eksklusivisme ini
berkaitan erat dengan partikularisme,
sebab mengutamakan kepentingan pribadi
kemudian membuat kelompok tersebut
mempunyai kecenderungan memisahkan
diri dengan sikap khusus yang disepakati
dalam kelompok.
8. C. Partikularime dan Eksklusivisme
Dampak positif dan negatif eksklusivisme:
Dampak positif eksklusivisme,
yaitu masyarakat dapat tetap mempertahankan
kebudayaan kelompoknya karena menganggap
kelompoknya yang paling baik dan wajib
dipertahankan, mampu membedakan dirinya dengan
orang lain, serta tidak mudah terbawa oleh kelompok
lain.
Dampak negatif eksklusivisme
yaitu membuat seseorang menganggap kepentingan
kelompok sendiri menjadi satu-satunya hal yang
penting, tertutup pada pengaruh budaya lain sehingga
sangat sulit melakukan berbagai perubahan yang
bersifat progresif, dan dapat memecah belah
persatuan.
9. C. Partikularime dan Eksklusivisme
Ciri-Ciri Eksklusivisme Kelompok
a. Mengutamakan kepentingan pribadi.
b. Memiliki kecenderungan untuk
memisahkan diri dengan sikap khusus yang
disepakati dalam kelompok.
10. C. Partikularime dan Eksklusivisme
Contoh Eksklusivisme kelompok:
suatu budaya terpencil memisahkan diri dari
masyarakat karena mereka tidak mau budaya mereka
terpengaruh dengan budaya yang sedang berkembang
sehingga mereka lebih memilih untuk memisahkan
diri dari masyarakat agar budaya mereka yang mereka
percayai tidak berubah atau tidak terpengaruh dengan
budaya yang baru karena mereka sudah menganggap
peraturan dari budaya mereka sudah baik dan harus
dilaksanakan, seperti masyarakat Badui, masyarakat
Suku Naga, masyarakat Metawai, masyarakat
Madura, dan masyarakat Bugis. Contoh lain
masyarakat yang menganut konsep eksklusif dan
biasa ditemui dalam kehidupan sehari-hari dimana
terdapat satu kelompok yang terdiri dari orang-orang
yang hanya mau berteman dengan orang yang
dianggap kaya, keren, atau orang yang memiliki status
sosial yang tinggi.
11. C. Partikularime dan Eksklusivisme
Implementasi konsep partikularisme dan
eksklusivisme dalam kelompok sosial
Dapat dilihat dari bagaimana kelompok tersebut
diidentifikasi menurut karakteristik kelompok,
misalnya penerapan nilai dan norma dalam kelompok
tersebut.
Partikular dan eksklusif dapat dilihat dari cakupan
yang lebih luas, artinya melihat kelompok sosial
secara global. Konsep ini sering dikaitkan dengan
bahasan universalisme dan globalisasi. Melihat
konsep globalisasi, sering kelompok sosial dengan
konsep partikular ini diidentikkan dengan masyarakat
tradisional yang masih kuat mempertahankan nilai
dan norma yang dipercayai oleh kelompok tersebut.
Di Indonesia, ada banyak etnis yang ini sesuai dengan
konsep partikular dan eksklusif ini.
12. Partikularisme Ekslusivisme
Contoh dari partikularisme
adalah seorang pimpinan
di suatu perusahaan
konstruksi hanya mau
memperkerjakan buruh
yang berasal dari
kampungnya sendiri.
Eksklusivisme menurut
Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah paham
yang mempunyai
kecenderungan untuk
memisahkan diri dari
masyarakat.
Partikularisme dan Eksklusivisme Kelompok
14. DIMENSI HUBUNGAN ANTARKELOMPOK
• Dimensi sejarah
hal ini berkaitan dengan perjalanan suatu atau
kelompok atau proses tumbuh dan kembangnya suatu
kelompok.
• Dimensi sikap
melihat suatu hubungan sosial yang dibina oleh
anggota suatu kelompok terhadap kelompok
lainnya yang dapat memunculkan suatu prasangka
• Dimensi perilaku
melihat tindakan atau perilaku yang
dilakukan oleh anggota suatu kelompok
terhadap kelompok lainnya
• Dimensi institusi
dimensi institusi merupakan suatu landasan
pertama terbentuknya suatu kelompok.