SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
GARIS BESAR PELAKSANAAN
TRANSAKSI EKSPOR-IMPOR
DENGAN L/C SECARA UMUM




                Oleh:
Prof. Dr. Nindyo Pramono, S.H., M.S.


                                       1
GARIS BESAR PELAKSANAAN TRANSAKSI
EKSPOR-IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM


Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh
   pihak-pihak yang terlibat meliputi:
1. Kontrak jual-beli (Sales Contract) – oleh
   eksportir dan importir.
2. Pembukaan dan penerusan L/C – oleh
   importir, bank pembuka dan bank
   eksportir.
3. Penelitian syarat-syarat L/C - bank
   pembuka, bank penerus L/C dan
   eksportir.

                                           2
GARIS BESAR PELAKSANAAN TRANSAKSI
EKSPOR-IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM

4. Penyiapan dokumen-dokumen pengapalan
   – oleh eksportir.
5. Pemeriksaan dokumen-dokumen – oleh
   bank yang menegosier wesel, bank
   pembuka L/C dan importir.
6. Penyerahan dokumen-dokumen untuk
   pembayaran – oleh eksportir, bank yang
   menegosier wesel.
7. Penyelesaian-penyelesaian pembayaran –
   oleh bank yang menegosier wesel, bank
   pembuka L/C dan importir.

                                        3
PERSYARATAN-PERSYARATAN UMUM
SEBUAH L/C

 Syarat umum yang harus dipenuhi oleh
    penerima L/C (eksportir):
 1. L/C yang dibuka haruslah
    Commercial/Documentary L/C. (dalam
    hal eksportir mendapat fasilitas kredit
    bank, maka L/C yang diterima harus
    dapat bersifat Irrevocable).
 2. Dokumen-dokumen pengapalan
    sekurang-kurangnya harus terdiri dari:
    1set lengkap Bill of Lading, Invoice,
    Dokumen Asuransi, dan dokumen-
    dokumen ini disertai dengan draft
    (wesel).
                                              4
PERSYARATAN-PERSYARATAN UMUM
SEBUAH L/C

 3. Dalam hal impor di atas US$5,000 dan
    ekspor barang-barang yang
    memperoleh Sertifikat Ekspor maka
    diperlukan dokumen lain yakni
    Laporan Kebenaran Pemeriksaan (LKP)
    yang dikeluarkan oleh Petugas .
 4. Dokumen-dokumen pengapalan lain
    yang sering ditambahkan/disyaratkan
    dalam L/C, adalah: packing list,
    Certificate of Inspection, Certificate of
    Origin, Weight Certificate/Note/List,
    Measurement List, Certificate of
    Analisys, Certificate of Quality, dsb.
                                           5
PROSEDUR SINGKAT TRANSAKSI EKSPOR-
IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM

 1. Importir mengajukan permohonan kepada bank
    pembuka L/C (issuing/opening bank), untuk
    membuka L/C yang ditujukan kepada eksportir
    ( sebelumnya telah ada “Sales Contract” antara
    importir dan eksportir).
 2. Bank Pembuka L/C ybs membuka L/C tersbut kepada
    bank koresponden di tempat eksportir (advising
    bank).
 3. Advising bank meneruskan L/C tsb kepada eksportir.
 4. Eksportir menyiapkan dan mengapalkan barang-
    barang yang akan dikirimkan kepada importir
    (account party/buyer).

                                                    6
PROSEDUR SINGKAT TRANSAKSI EKSPOR-
IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM

 5. Atas pemuatan barang-barang di kapal, eksportir
    menerima dokumen pengapalan B/L dari maskapai
    Pelayaran. Khusus di Indonesia B/L lazim
    disyaratkan dikirim Maskapai Pelayaran melalui
    advising bank.
 6. Dokumen-dokumen pengapalan serta wesel
    kemudian diserahkan oleh eksportir kepada advising
    bank yang meminta bertindak sebagai “negotiating
    bank” (bank yang menegosiasi wesel). Yang menjadi
    negotiating bank ini boleh juga bank lain, tergantung
    keinginan eksportir.
 7. Advising bank atau negotiating bank menegosiasi
    (membeli) wesel yang diajukan eksportir tsb.
 8. Selanjutnya dokumen-dokumen pengapalan
    dikirimkan oleh negotiating bank kepada issuing
    bank untuk mendapat ganti pembayaran
    (reimbursement).
                                                       7
PROSEDUR SINGKAT TRANSAKSI EKSPOR-
IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM

 9. Issuing bank memeriksa dokumen-dokumen tsb
    apakah sesuai dengan syarat-syarat L/C dan bila
    “ya”, kmdn meminta importir menebusnya dengan
    cara pembayaran yang disyaratkan dalam L/C,
    pembayaran pada saat pengajuan dokumen (at sight)
    atau berjangka (usance).
 10.Importir membayar atau meminta “issuing bank”
    untuk mendebit rekeningnya pada bank tsb.
 11.Issuing bank kmdn me-reimburse negotiating bank
    dengan mengkredit rekening negotiating bank pada
    issuing bank, kalau ada, atau bila tidak, pada bank
    ketiga yang ditunjuk.


                                                     8
PROSEDUR TRANSAKSI EKSPOR - IMPOR

                                  (2)               L/C
BANK KORESPONDEN                                                                BANK PEMBUKA L/C
                                        DOKUMEN PENGAPALAN      (8)               ISSUING ATAU
  ADVISING BANK                         MEREIMBURSE BANK –        (11)            OPENING BANK
                                          KREDIT REKENING



                                                                          BAYAR/
                                                                           DEBIT              APLIKA-
        D                                                                 REKE-                SI L/C
        O           (7)
                                                                           NING
        K
        U         MENEGO                                                            MEREIM
MENG-              SIASI/                                                           -BURSE
        M
ADVIS             MEMBELI                                                           DOKUM
        E
 L/C               WESEL                                                             EN L/C
        N
                                 (5)b         B/L
            (6)                                                          (10)
                                                                                        (9)
 (3)                                                                                             (1)




  EKSPORTIR/                                                                     IMPORTIR/
   SELLER/                              (4)      MASKAPAI                         BUYER/
                            BARANG              PELAYARAN    BARANG
   BENEFIACRY                                                                   ACCOUNT PARTY
                          (5)a
                                 B/L                                                             9
PERBEDAAN JENIS TUGAS

           EKSPORTIR                             IMPORTIR

1.   Menerima order dari importir.    1.   Menempatkan order pada
2.   Menerima L/C dari bank di             eksportir.
     negara eksportir, yg mrpkn       2.   Meminta bank membuka L/C
     advising bank atau dapat              eksportir (opening bank), yg
     bertindak sbg                         dapat bertindak sbg paying
     confirming/negotiating bank.          bank.
3.   Menyiapkan barang ekspor         3.   Menyelesaikan persyaratan
     (bila eksportir produsen) atau        pembukaan L/C pada
     memesan barang dari                   opening bank
     produsen/supplier.               4.   Menerima pemberitahuan
                                           tibanya dokumen pengapalan
                                           dari opening bank yg dikirim
                                           oleh advising/negotiating
                                           bank

                                                                     10
EKSPORTIR                      IMPORTIR

4.   Menyelenggarakan         5.   Menyelesaikan formulir
     pengepakan barang             impor dan perhitungan
     ekspor dg atau tanpa          asuransi, bea masuk
     bantuan ekspedisi             dan pajak.
     (F.F./E.M.K.L).          6.   Melakukan penyetoran
5.   Memesan ruangan kapal         pajak, bea masuk, dll
     pada maskapai                 (khusus ketentuan di
     pelayaran.                    Indonesia).
6.   Melakukan pemuatan       7.   Menebus dokumen
     barang dg perusahaan          pengapalan dg
     ekspedisi                     melakukan pembayaran,
     (F.F./E.M.K.L.).              akseptasi wesel kpd
7.   Mengurus B/L pada             opening bank sesuai
     maskapai pelayaran.           syarat L/C.
8.   Menutup asuransi,
     tergantung syarat L/C.                             11
EKSPORTIR                        IMPORTIR

9.    Menyiapkan faktur dan       8.   Menyerahkan bukti
      dokumen pengapalan yg            penyelesaian formulir
      disyaratkan dlm L/C              impor dan pelunasan
      (termasuk Consular               pajak/bea masuk yg
      Invoice bila diharuskan).        telah disahkan oleh bank
10.   Menyerahkan dokumen              kpd Bea dan Cukai utk
      dan mengajukan wesel             memperoleh D.O.
      kpd advising/negotiating    9.   Menyerakan D.O. dan
      bank utk memperoleh              B/L kpd maskapai
      pembayaran/akseptasi             pelayaran utk
      sesuai syarat L/C.               pengeluaran barang dg
11.   Memperoleh                       atau tanpa perusahaan
      pembayaran/akseptasi             ekspedisi
      wesel dari                       (F.F./E.M.K.L.).
      advising/negotiating
      bank.
                                                             12
EKSPORTIR                       IMPORTIR

12.   Mengirim copy dokumen    10.   Mengajukan claim ganti
      pengapalan kpd                 rugi kpd eksportir atau
      importir/memberitahuka         kpd maskapai asuransi,
      n pengapalan kpd               dalam hal terdapat
      importir.                      kehilangan atau
13.   Dalam hal wesel                kerusakan barang.
      diaksep, meminta bank    11.   Melunasi wesel pada
      utk mendiskonto wese.          tanggal jatuh tempo,
      Bila kredit dari bank,         kalau belum
      melunasi kredit tsb dg         diselesaikan
      pembayaran hasil               sebelumnya dengan
      transaksi.                     baik.


                                                               13
PERSIAPAN EKSPORTIR
                                  EKSPOR


                                  IMPORTIR/               BANK KORESPONDEN
                                                             LUAR NEGERI
                                  BUYER
                                  ACCOUNT                 BANK PEMBUKA L/C
                                  PARTY                    ISSUING/OPENING
                                                                 BANK

 LUAR NEGERI                                12

 DALAM NEGERI                       1


                                                 2              BANK DEVISA
                                 EKSPORTIR/                    DALAM NEGERI
  PRODUSEN/                                      10
   SUPPLIER       3              SELLER/
                                                               ADVISING BANK
                                 BENEFICIARY         3
                                                     13    NEGOTIATING BANK
                   4,6
                         5,7,9                   9         8
                                        9

EKSPEDISI       PELAYARAN         BADAN-BADAN             KEDUTAAN     ASURANSI
                                    EKSPOR                  ASING                 14
PERSIAPAN IMPORTIR
                                 IMPOR


                                EKSPORTIR/             BANK KORESPONDEN
                                                          LUAR NEGERI
                                SELLER                   ADVISING BANK

                                BENEFICARY
                                                         NEGOTIATING BANK

 LUAR NEGERI

                                  1       10
 DALAM NEGERI


                                                2           BANK DEVISA
                                IMPOTIR/       3           DALAM NEGERI
  PRODUSEN/                     BUYER              4
   SUPPLIER       3
                                                         BANK PEMBUKA L/C
                                ACCOUNT
                                PARTY          5
                                                6,7,11    ISSUING/OPENING
                                                                BANK
                   8
                            9                   10
                                      9

BEA CUKAI       PELAYARAN         EKSPEDISI            ASURANSI
                                                                            15
FAKTOR YANG PENTING DIPERHATIKAN
PENJUAL (EKSPORTIR ) DAN PEMBELI
(IMPORTIR)



OLEH IMPORTIR (PEMBELI)

OLEH EKSPORTIR (PENJUAL)




                               16
OLEH IMPORTIR (PEMBELI):

1. Instruksi kpd issuing bank harus jelas dan tepat
   dan tidak bertele-tele.
2. Syarat-syarat L/C dan dokumen yang dimintakan
   harus sesuai dg kontrak jual-beli (Sales Contract)
   atas dasar mana L/C dibuka.
3. Setiap pemeriksaan barang sebelum atau pada
   waktu pengapalan haruslah dibuktikan dg
   sebuah dokumen. Sifat dokumen tsb dan yg
   mengeluarkan haruslah ditetapkan dalam L/C.
4. L/C tidak boleh mensyaratkan dokumen yg tidak
   mungkin dapat dipenuhi oleh eksportir.


                                                   17
OLEH EKSPORTIR (PENJUAL):

1. Walaupun banyak waktu tersedia antara
   penerimaan L/C dan penggunannya,
   eksportir tidak boleh menunda-nunda
   penelitian L/C tsb dan permintaan akan
   perubahan-perubahan yang perlu.
2. Eksportir harus cukup puas dg
   persyaratan-persyaratan dan dokumen yg
   dimintakan dan telah sesuai dg Sales
   Contract. Bank tidak berkepentingan
   dalam kontrak tsb. Penelitian bank atas
   dokumen tsb hanya atas dasar syarat L/C
   dan perubahan yg ada pada L/C tsb.
                                         18
OLEH EKSPORTIR (PENJUAL):

3. Bilamana sudah waktunya utk menyelesaikan
    dokumen, eksportir harus:
   a. Menyelesaikan dokumen yd diminta tepat
       sebagaimana yg disyaratkan L/C.
   b. Menyerahkan dokumen kpd bank secepat
       mungkin atau setidaknya dalam masa
       berlakunya L/C yg ditetapkan dlm L/C atau
       sesuai Ps 47 UCPDC
3. Eksportir harus mengingat bahwa
    ketidakcocokan L/C dg syarat yg ditetapkan
    dalam L/C atau ketidaksempurnaannya dokumen
    mewajibkan bank utk menolak pembayaran.

                                               19
KASUS PERBANKAN YANG
         MENGGUNAKAN L/C
   Penggunaan L/C sebagi cara pembayaran dirasa
    semakin hari semakin bertambah oleh sebab itu
    peranan bank sebagai satu-satunya institusi penerbit
    L/C juga semakin bertambah, peranan bank yang
    semakin meningkat ini disisi lain menambah
    pendapatan bank dari fungsinya sebagai penerbit L/C
    atau fungsi yang lain, naumn di sisi lain peranan bank
    dalam hal mekanisme L/C ini juga membawa risiko
    kerugian karena L/C digunakan untuk hal-hal yang
    menyimpang dari ketentuan yangberlaku. Berbagai
    kasus perbankan yang terjadi dengan
    menyalahgunakan L/C sangat beragam, bebrapa
    contoh kasus akan dianalisis.

                                                             20
KASUS PERBANKAN YANG
        MENGGUNAKAN L/C


   Kasus Bank Pembangunan Indonesia
    (Bapindo) dengan Golden Key.

   Kasus Pembobolan BNI’46.




                                       21
Kasus Bapindo dgn Golden Key

   Pada tahun 1994 wajah perbankan Indonesia
    tercoreng dengan terbongkarnya kasus
    pemberian fasilitas kredit sebesar Rp
    900.000.000.000,00 dari Bapindo kepada PT.
    Graha Swakarsa Prima (GSP) anak
    perusahaan Golden Key Grup denga Eddy
    Tansil selaku Direktur Utama dan pemegang
    saham terbesar (60%).



                                                 22
Kasus Bapindo dgn Golden Key
Kasus Posisi:
    Pada Tahun 1989 dengan suratnya No: 07/GSP/89 tanggal
     16 Juni 1989 GSP mengajukan kredit investasi untuk
     pembelian mesin-mesin peralatan pabrik plastik sebesar Rp
     225.900.000.000,00 dan kredit modal kerja sebesar Rp
     24.730.000.000,00 untuk mendirikan pabrik Styrene
     Monomer, High Impact Polystyrene, Acrylonitrile Butadibe
     Styrene dan Styrene Acrylonitrile. Kredit Investasi tersebut
     digunakan untuk membeli mesin/perlengkapan dengan
     supplier/eksportir Lucky Engineering Co.Ltd di Korea yang
     membayar dengan membuka Usane L/C 180 dari dengan
     shipment 18 bulan kemudian. Pada waktu surat ini diajukan
     belum terjadi perjanjian jual beli antara GSP dengan
     beneficiary (Lucky Engineering), sehingga angka yang
     diajukan untuk permohonan kredit tersebut hanya perkiraan
     saja dari Sdr. Eddy Tansil.

                                                                23
Kasus Bapindo dgn Golden Key

    Permohonan kredit yang diajukan tersebut
     dilampiri dengan proposal dari proyek yang
     dimohonkan kredit dan ternyata kemudian
     terungkap bahwa sebagian besar proposal
     tersebut, data yang disampaikan tidak benar
     termasuk tingkat pendidikan Sdr. Eddy Tansil
     yang tercantum sarjana pada kenyataannya
     hanya lulusan Sekolah Dasar.



                                                    24
Kasus Bapindo dgn Golden Key
    Permohonan GSP disetujui oleh Bapindo yaitu kredit
     investasi sebesar US $ 125,500,000.00 (equivalen Rp
     360.000.000.000,00) untuk pembukaan L/C yang terdiri
     dari L/C dalam negeri (Surat Kredit Berdokumen Dalam
     Negeri/SKBDN) sebesar US $ 50,800,000.00 dan L/C
     untuk impor mesin dari Korea sebesar US $
     74,700,000.00. sebelum L/C dibuka GSP harus
     menyerahkan kontrak jual beli dengan Lucky Engineering
     Korea selaku beneficiary dan menyerahkan deposito
     sebesar Rp 3.600.000.000,00 (lebih kurang 1% dari nilai
     L/C) sebagi jaminan tunai. Dua syarat utama tersebut
     tidak diserahkan oleh GSP, sampai L/C dibuka oleh
     Bapindo. Usance L/C ini dikirim Bapindo melalui telex ke
     Korea Exchane Bank selaku Advising Bank untuk tahap
     pertama di buka l/C No: 98/94/1391/PMDN-A/B 89
     tanggal 27 Desember 1989 sebesar US $ 40,000,000.00.
                                                            25
Kasus Bapindo dgn Golden Key
    Dalam proses selanjutnya terjadi perubahan jenis L/C
     dari Usance L/C menjadi Red Clause L/C yang
     dilakukan oleh Maman Suparman selaku pimpinan
     cabang Bapindo setelah mendapat persertujuan secara
     lisan dari Direksi Bapindo, mengakibatkan L/C dapat
     dicairkan sebelum carang dikirim atau tanpa melalui
     penyerahan dokumen oleh beneficiary. Selanjutnya L/C
     dibuka secara bertahap sekaligus pencairan kredit
     untuk pembangunan pabrik, bahan dalam
     perkembangannya terjadi perubahan mekanismya
     termasuk perubahan beneficiary yang tidak disertai
     analisis yang mendalam dari Bapindo.


                                                       26
Kasus Bapindo dgn Golden Key

    Kredit tersebut untuk membangun pabrik biji
     besi dan pembelian mesin dengan
     menggunakan Usance L/C. Kasus ini terkuak
     karena pernyataan AA Baramuli kepala Menteri
     Keuangan pada saat rapat dengar pendapat
     dengan DPR RI. AA Baramuli menilai
     pemberian kredit kepada GSP (Golden Key
     Grup) tersebut memberikan indikasi kuat
     terjadinya kolusi dan korupsi.



                                                27
Kasus Bapindo dgn Golden Key
    Pada saat itu pabrik dari pihak Bapindo menjelaskan
     bahwa kredit untuk pembangunan pabrik tersebut saat ini
     sedang berjalan proses pembangunan biji plastik.
     Kredituntuk pembelian mesin digunakan untuk
     pembukaan Usance L/C yang kemudian dirubah menjadi
     Red Clause L/C, namun mesin belum datang karena
     pabrik belum selesai bangun. Pada waktu itu
     dipertanyakan mengenai berapa besar kredit yang sudah
     dicairkan dan dijawab bahwa untuk pembangunan pabrik
     sudah ditarik 50% sedangkan untuk pembelian mesin
     telah ditarik seluruhnya karena Usance L/C tersebut
     berubah menjadi Red Clause L/C. Red Clause L/C
     adalah L/C yang dicairkan sebelum barang dikirim
     kepada pembeli. Secara internasional L/C jenis ini jarang
     diterbitkan karena risiko yang sangat besar di pabrik
     pembeli terutama bank yang melakukan pembayaran.
                                                             28
Kasus Bapindo dgn Golden Key
    Pertanyaan Bapindo mengenai Red Clause tersebut
     mengejutkan berbagai pihak antara lain Bank Indonesia,
     Departemen Keuangan, bahkan Menteri Keuangan
     langsung memerintahkan kepada Kejaksaan Agung untuk
     melakukan penyidikan atas kasus tersebut. Seluruh direksi
     Bapindo serta pejabat yang terkait dengan GSP diperiksa
     secara maraton termasuk Eddy Tansil.

    Pada saat pemeriksaan tersebut terkuak berbagai hal yang
     selama ini tidak diketahui antara lain pemberian fasilitas
     kredit kepada GSP tidak melalui prosedur yang berlaku di
     Bapindo bahkan analisis dilakukan secara sederhana
     karena sudah ada rekomendasi (katabelece) daripejabat
     tinggi negara. Pejabat tersebut memberikan katabelece
     karena adanya keterlibatan putra presiden sebagai
     pemegang saham GSP dan keluar sebagai pemegang
     saham setelah kredit disetujui.
                                                                  29
Kasus Bapindo dgn Golden Key
    Kasus ini menjadi semakin menarik ketika Eddy tansil
     diberitakan melarikan diri serta ditemukannya Maman
     Suparman meninggal dunia di dalam penjara. Maman
     Suparman adalah kepala cabang Bapindo Jakarta yang
     mengetahui secara detail proses pemberian, pencairan kredit,
     penerbitan L/C sampai dengan perubahan L/C menjadi Red
     Clause L/C. tidak adanya 2 orang kunci dalam kasus tersebut
     tidak menyebabkan pemerikasaan terhenti namun berjalan
     terus.

    Agunan utama atas fasilitas kredit yang diterima GSP adalah
     beberapa tanah dan rumah, serta pabrik yang sedang
     ddibangun berikut mesin yang akan dibeli dari luar negeri,
     setelah semua asset dihitung ternyata nilai agunan saat ini
     sangat kurang dibandingkan fasilitas yang diberikan kepada
     Golden Key karena agunan utama berupa pabrik belum selesai
     pembangunannya dan mesin yang diimpor tidak dikirim oleh
     penjual.
                                                                    30
Kasus Bapindo dgn Golden Key
    Perjanjian yang dibuat antara Bapindo dan GSP hanya perjanjian
     kredit untuk pembangunan pabrik sedangkan pembukaan L/C
     untuk pembelian mesin dilakukan atas dasar Surat Permohonan
     Pembukaan L/C (SSP L/C) yang dibuat GSP.

    Pengadilan memutuskan hukuman penjara antara 3 sampai 5
     tahun kepada 4 direkti Bapindo atas kesalahannya memberikan
     kredit kepada GSP yang tidak sesuai prosedur serta perubahan
     Red Clause L/C yang berakibatkan merugikan negara.

    Pada saat pemeriksaan diketahui bahwa sebenarnya dana yang
     telah dicairkan Bapindo baik untu pembayran L/C maupun kredit
     investasi tidak seluruhnya digunakan sesuai tujuannya melainkan
     sebagian besar diselewengkan untuk kepentingan pribadi antara
     lain untuk membeli rumah, pulau, mobil, diberikan kepada
     saudara-saudaranya.


                                                                    31
Kasus Bapindo dgn Golden Key
Analisis Kasus:
 Pemberian kredit kepada Golden Key tidak melalui
   analisis yang mendalam sehingga 5 C (Character,
   Capacity, Capital, Condition of Economic, Collateral)
   yang menjadi prinsip dasar pemberian kredit tidak
   dipenuhi yaitu:

    Bapindo tidak melakukan pengamatan secara cermat
     atas Eddy Tansil selaku pemilik GSP karena adanya
     rekomendasi pejabat tinggi negara sehingga Bapindo
     tidak meneliti mengenai watak Eddy Tamsil termasuk
     identitas serta informasi lainnya sederharusnya
     dilakukan terlebih fasilitas NCL dan kredit yang
     diberitahukan demikian besar.

                                                           32
Kasus Bapindo dgn Golden Key
    Proyek pabrik plastik yang akan didirikan Eddy Tansi merupakan
     usaha yang basih baru dan berdasarkan usaha selama ini Eddy
     Tansil tidak memiliki pengalaman di bidang pengolahan biji plastik.
     Pengalaman Eddy Tansil selama ini adalah membuatpabrik bir,
     sehingga syarat kemampuan (capacity) Tidak Dipenuhi.

    Pendirian pabrik serta pembelian mesin yang nilainya mencapai
     Rp 900.000.000.000,00 tersebut seharusnya GSP memiliki modal
     minim 30%, namun berdasarkan hasil pemeriksan penyidik pada
     waktunya terjadi penggelembungan nilai proyek sehingga modal
     yang seharusnya dipenuhi dari dana GSP dibebankan kepada
     nilai proyek tersebut yang mengakibatkan pemberian kredit lebih
     besar dari yang seharusnya artinya pada saat pemberian
     pendirian proyek ini modal yang dimiliki GSP sangat kecil
     dibandingkan kredit yang diberikan Bapindo sehingga risiko yang
     ditanggung Bapindo atas pendirian proyek ini sangat besar.


                                                                      33
Kasus Bapindo dgn Golden Key

    Agunan yang seharusnya dikuasai Bapindo
     sebagian besar ternyata agunan berupa proyek
     yang akan dibiayai serta mesin yang akan
     dibeli sehingga pada saat bangunan pabrik dan
     mesin belum ada maka agunan hanya tanah
     kosong yang sangat luas kurang lebih 10 ha
     terletak di daerah yang kurang berkembang
     serta beberapa rumah pribadi milik Eddy Tansil
     yang apabila dijual hanya menutup 15% dari
     total yang diberikan Bapindo.

                                                  34
Kasus Bapindo dgn Golden Key
    Perubahan Usance L/C menjadi Red Clause L/C
     dilakukan dengan sangat ceroboh dan tidak hati-hati
     karena risiko Red Clause berada di pihak pembeli
     karena pembeli telah membayar kepada penjual
     sebelum penjual menyerahkan dokumen pengiriman
     barang, artinya segera dikirimkan oleh penjual bahkan
     jika penjual wanprestasi pun pembeli telah siap.
     Kecerobohan ini semakian terlihat mengingat dana
     yang digunakan untuk membayar Red Clause L/C
     tersebut berasal dari fasilitas kredit Bapindo kepada
     GSP bukan dana pribadi GSP sehingga apabila terjadi
     persekongkolan antara penjual (beneficiary) dengan
     GSP maka kerugian ada pada Bapindo karena dana
     tersebut menjadi piutang L/C yang membebani
     keuangan Bapindo.

                                                         35
Kasus Bapindo dgn Golden Key
    Akibat dari itu semua Bapindo mengalami kerugian serta
     menyebabkan kondisi keuangan Bapindo sampai pada
     tahap mengkhawatirkan sehingga Bapindo diputuskan untuk
     merger dengan 3 bank milik pemerintah lainnya yaitu Bank
     Bumi Daya, Bank Dagang Nasional, Bank Ekspor Impor
     menjadi Bank Mandiri.
    Pemberian fasilitas kepada GSP pada waktu itu pernah
     muatan politis termasuk pembongkaran kasus tersebut yang
     mengakibatkan proyek yang direncanakan menjadi gagal,
     mesin yang diimpor tidak datang sehingga agunan pada
     waktu itu daoat ditutup dengan asset milik Eddy Tansil
     sehingga pengelolaannya diserahkan kapada BPPN.
    Mahkamah Agung menolak permohonan kasasi Eddy
     Tansil.



                                                           36
Kasus Pembobolan BNI’46
   L/C sebagai cara pembayaran ternyata
    juga dapat digunakan sebagai sarana
    untuk melakukan tindak pidana
    perbankan yang termasuk kejahatan
    kerah putih (white Collar Crime) yang
    sangat merugikan bank dan negara.




                                            37
Kasus Pembobolan BNI’46
Kasus Posisi:
   PT. Gramindo Mega Indonesia (GMI) dengan
    pemegang saham mayoritas (35%) dan
    direktur utama Ny. Maria Pauline Lumowa
    adalah perusahaan yang tercatat sebagai
    nasabah giro pada BNI’46 Cabang Kebayoran
    Baru sejak bulan Agustus 2002. Bidang
    usahanya adalah komoditi eksport pasir kuarsa
    dan minyak residu dengan tujuan ekspor
    negar-negara Timur Tengah.

                                                38
Kasus Pembobolan BNI’46
   Sejak Oktober 2002 berdasarkan L/C yang diterima
    GMI dari sejumlah bank non koresponden Bank BNI’46
    antara lain Dubai Bank Kenya Ltd, Rosbank
    Switzerland S.A., Middle East Bank Kenya Ltd dan The
    Wall Street Banking Corp Cook Island maka BNI’46
    melakukan negosiasi wesel ekspor (Wesel Export
    Sight) dan Diskonto Wesel Ekspor berjangka (Wesel
    Export Usance), artinya atas L/C yang diterima GMI
    tersebut BNI’46 melakukan pembayaran terlebih
    dahulu (mengambil alih L/C) kemudian atas dasar
    negosiasi tersebut BNI ’46 akan menunggu
    pembayaran dari bank penerbit, apabila pembayaran
    dari bank penerbit sudah dilakukan maka pembayaran
    tersebut menjadi hak BNI’46.


                                                       39
Kasus Pembobolan BNI’46
   Negosiasi yang dilakukan mencapai angka Rp
    1.700.000.000.000,00 untuk 37 L/C dan dijamin
    dengan wesel eksport, dari nnilai L/C tersebut
    bank penerbit tidak melakukan pembayaran
    (un paid). BNI’46 kemudian melakukan
    penagihan kepada GMI. GMI hanya membayar
    sebesar Rp 400.000.000.000,00 sehingga
    masih ada kekurangan sebesar Rp
    1.300.000.000.000,00 yang merupakan
    potensial loss yang harus ditanggung BNI’46.

                                                40
Kasus Pembobolan BNI’46
Analisis Kasus:
 Keputusan BNI’46 melakukan negosiasi atas
  L/C yang diterima GMI terlalu cepat mengingat
  GMI nasabah baru sehingga belum diketahui
  secara pasti dan belum dikenal bonafiditas,
  kredibilitas serta kebiasaan transaksinya.
  Keputusan suatu bank bersedia melakukan
  negosiasi atas L/C yang diterima oleh
  nasabahnya seharusnya melalui tahapan
  analisis yang mendalam mengingat risiko bank
  atas negosiasi tersebut sangat tinggi.

                                              41
Kasus Pembobolan BNI’46
   Apabila bank tidak yakin akan penerbitan L/C tersebut dan
    bonafiditas nasabahnya belum diketahui maka bank cukup
    bertindak sebagai bank penerus saja dan penagih ( collect)
    sehingga fungsi bank ini seperti Advising Bank (meneruskan
    tanpa ada tanggung jawab), apabila Bank Penerbit L/C
    melakukan pembayaran maka bank yang menerima
    pembayaran akan memberitahu kepada pihak penjual.
    Keyakinan bank akan suatu L/C yang diterbitkan oleh bank di
    luar negeri dapat dilakukan apabila bank penerbit L/C tersebut
    telah memiliki hubungan baik serta diyakini bahwa bank
    tersebut tidak mungkin melakukan un paid. Keterlibatan bank
    korespondensi ini sekaligus untuk meyakini bahwa L/C tersebut
    asli bukan palsu karena bank yang akan melakukan negosiasi
    mengetahui secara pasti test key yang dilakukan yang dibuat
    oleh bank korespondensinya.



                                                                42
Kasus Pembobolan BNI’46
   Bank korespondensi yang berada di negara importir hal ini
    juga untuk menghindari ekspor fiktif, karena penerbitan L/C
    yang dilakukan oleh bank korespondensi pasti melalui
    mekanisme penerbitan L/C yang sangat prinsip yaitu
    permohonan dari pihak pembeli dan dipenuhinya syarat-
    syarat dan prosedur pembukaan L/C yang telah ditentukan
    oleh bank penerbit L/C.

   Wesel Eksport yang digunakan untuk menjamin pencairan
    L/C tersebut ternyata fiktif atau palsu.

   Pencairan L/C tersebut masuk rekening-rekening milik GMI
    dan serta beberapa perusahaan yang berada dalam
    grupnya yait PT. Metrantara, PT. Bhinekatama Pacific, PT.
    Triranu Charaka Pacific, PT. Basco Masindo, PT.
    Magnetique Usaha Esa, PT. Feri Masterindo.
                                                                  43
Kasus Pembobolan BNI’46
    Isi dan proses dari L/C yang dinegosiasi BNI’46
     mengandung beberapa kejanggalan yaitu:
1.   Kuantitas barang yang dikirim tidak wajar mencapai 1,5
     juta metrik ton pasir kuarsa dalam 1 kali pengapalan.
     Jumlah tersebut tidak mungkin diangkut dalam 1 kali
     pengapalan, hal ini dilakukan agar nilai L/C tinggi yaitu
     rata-rata Rp 35.000.000.000,00 per L/C.
2.   Pelabuhan tujuan di dalam B/L tidak disebutkan nama
     pelabuhan yang pasti, tetapi hanya disebutkan China
     Port.
3.   Syarat dokumen yang harus diserahkan tidak
     menyebutkan Pemberian Ekspor Barang (PEB) yaitu
     dokumen yang digunakan untuk mengetahui atau
     menjadi bukti adanya pengiriman barang.

                                                            44
Kasus Pembobolan BNI’46
4.   Checking dokument verifikasi keabsahan terhadap
     dokumen pengapalan atau B/L tidak dilakukan, di
     kemudian hari terbukti bahwa perusahaan pengapalan
     merupakan satu grup dengan GMI.
5.   Dokumen L/C belum lengkap sudah dilakukan
     pembayaran atas keputusan Customer Service
     Manager Cabang BNI’46 Kebayoran Baru artinya
     keputusan membayar untuk jumlah L/C yang demikian
     tinggi hanya berada di tangan seorang Customer
     Service tanpa diketahui oleh Pimpinan Cabang,
     termasuk perpanjangan jangka waktu L/C yang akan
     jatuh tempo.


                                                      45
KESIMPULAN
   Dalam melaksanakan atau memproses permohonan
    negosiasi/diskonto wesel ekspor oleh suatu bank harus
    dilakukan secara hati-hati (prudent) dan meyakini
    kredibilitas serta reputasi nasabah (know your
    customer principles)
   Adanya pemisahan unit kerja dalam hal proses
    keputusan untuk melakukan negosiasi.
   Risiko atas negosiasi L/C yang diterbitkan oleh bukan
    bank korespondensi sangat tinggi dan tidak sebanding
    fee yang diterima, sehingga keputusan negosiasi in
    sangat gegabah dan tidak rasional.
   Kewenangan yang terlalu besar pada 1 unit kerja
    berada di suatu kantor cabang.


                                                        46
KESIMPULAN
   Adanya unsur pidana dalam kasus BNI’46 yang melibatkan
    pihak intern BNI’46 (fraud), beberapa tersangka telah
    diperiksa bahkan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah
    memutuskan bersalah karena melakukan tindak pidana
    korupsi 2 pegawai BNI’46 yaitu Edii Santoso mantan Kepala
    Divisi Pelayanan Luar Negeri dengan hukuman penjara
    semumur hidup, dan denda sebesar Rp 1.000.000.000,00
    Kusadiyuwono mantan Kepala Cabang BNI’46 Kebayoran
    Baru hukuman penjara 16 tahun dan denda Rp
    500.000.000,00. Saat ini Pengadilan juga sedang
    memeriksa 5 orang terdakwa yang lain yaitu Olan Abdullah
    Agam, dan Richard Konto semuanya direktur utama
    perusahaan-perusahaan yang menerima aliran dana
    pencairan tersebut atau yang terlibat dalam perkara
    pembobolan BNI’46.


                                                           47
KESIMPULAN
   Tidak berjalannya fungsi internal controe
    secara optimal sehingga tidak dapat mencegah
    negosiasi untuk L/C selanjutnya, seharusnya
    internal control mengetahui adanya un paid L/C
    sehingga untuk L/C selanjutnya tidak menerima
    negosiasi      melainkan     collection   saja.
    Pengawasan intern pada bank seringkali
    betindak sangat terlambat artinya pengawasan
    akan bertindak apabila ada kejadian dan
    umumnya kejadian tersebut setelah mencapai
    nilai kerugian yang besar.

                                                 48
TERIMA KASIH



               49

More Related Content

What's hot

Multimoda & inter. freight forwarding presentation
Multimoda & inter. freight forwarding presentationMultimoda & inter. freight forwarding presentation
Multimoda & inter. freight forwarding presentation
syalindrihs
 
8 strategi pemasaran
8 strategi pemasaran8 strategi pemasaran
8 strategi pemasaran
Imo Priyanto
 
Psak 104 istshina
Psak 104 istshinaPsak 104 istshina
Psak 104 istshina
citra Joni
 

What's hot (20)

Jasa Bank
Jasa BankJasa Bank
Jasa Bank
 
bank umum dan kegiatannya
bank umum dan kegiatannyabank umum dan kegiatannya
bank umum dan kegiatannya
 
Sejarah Bank di Indonesa powerpoint
Sejarah Bank di Indonesa powerpointSejarah Bank di Indonesa powerpoint
Sejarah Bank di Indonesa powerpoint
 
Pengembangan transportasi multimoda pada negara berkembang
Pengembangan transportasi multimoda pada negara berkembangPengembangan transportasi multimoda pada negara berkembang
Pengembangan transportasi multimoda pada negara berkembang
 
Multimoda & inter. freight forwarding presentation
Multimoda & inter. freight forwarding presentationMultimoda & inter. freight forwarding presentation
Multimoda & inter. freight forwarding presentation
 
Letter of credit
Letter of creditLetter of credit
Letter of credit
 
Metode Pembayaran Internasional_Materi "EXPORT-IMPORT" Training
Metode Pembayaran Internasional_Materi "EXPORT-IMPORT" TrainingMetode Pembayaran Internasional_Materi "EXPORT-IMPORT" Training
Metode Pembayaran Internasional_Materi "EXPORT-IMPORT" Training
 
8 strategi pemasaran
8 strategi pemasaran8 strategi pemasaran
8 strategi pemasaran
 
Manajemen Kredit
Manajemen KreditManajemen Kredit
Manajemen Kredit
 
PPt.ncoterm
PPt.ncotermPPt.ncoterm
PPt.ncoterm
 
Materi Credit Analysis _Materi Training KREDIT PERBANKAN
Materi Credit Analysis  _Materi Training KREDIT PERBANKANMateri Credit Analysis  _Materi Training KREDIT PERBANKAN
Materi Credit Analysis _Materi Training KREDIT PERBANKAN
 
Pemahaman Prosedur Shipping_Materi "EXPORT-IMPORT" Training
Pemahaman Prosedur Shipping_Materi "EXPORT-IMPORT" TrainingPemahaman Prosedur Shipping_Materi "EXPORT-IMPORT" Training
Pemahaman Prosedur Shipping_Materi "EXPORT-IMPORT" Training
 
Perdagangan internasional
Perdagangan internasionalPerdagangan internasional
Perdagangan internasional
 
Imbalan Bunga
Imbalan BungaImbalan Bunga
Imbalan Bunga
 
Gambaran Umum Perdagangan Internasional & Fasilitas Kepabeanan
Gambaran Umum Perdagangan Internasional & Fasilitas KepabeananGambaran Umum Perdagangan Internasional & Fasilitas Kepabeanan
Gambaran Umum Perdagangan Internasional & Fasilitas Kepabeanan
 
power point manajemen dana bank
power point manajemen dana bankpower point manajemen dana bank
power point manajemen dana bank
 
Psak 104 istshina
Psak 104 istshinaPsak 104 istshina
Psak 104 istshina
 
Jasa bank lainnya
Jasa bank lainnyaJasa bank lainnya
Jasa bank lainnya
 
Kredit Macet
Kredit MacetKredit Macet
Kredit Macet
 
Manajemen Dana Bank
Manajemen Dana BankManajemen Dana Bank
Manajemen Dana Bank
 

Similar to Ekspor Impor Dengan Letter of Credit

5. Letter of crediet.pptx
5. Letter of crediet.pptx5. Letter of crediet.pptx
5. Letter of crediet.pptx
HeriSuheri10
 
5. Letter of crediet.pptx
5. Letter of crediet.pptx5. Letter of crediet.pptx
5. Letter of crediet.pptx
HeriSuheri10
 
15. Pembiayaan_Perdagangan_Internasional.pptx
15. Pembiayaan_Perdagangan_Internasional.pptx15. Pembiayaan_Perdagangan_Internasional.pptx
15. Pembiayaan_Perdagangan_Internasional.pptx
RaditTriono
 
10 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-20171213022336
10 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-2017121302233610 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-20171213022336
10 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-20171213022336
HarryIvan
 
10 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-20171213022336
10 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-2017121302233610 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-20171213022336
10 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-20171213022336
HarryIvan
 

Similar to Ekspor Impor Dengan Letter of Credit (20)

Rangkuman lc (july 2016)
Rangkuman lc (july 2016)Rangkuman lc (july 2016)
Rangkuman lc (july 2016)
 
5. Letter of crediet.pptx
5. Letter of crediet.pptx5. Letter of crediet.pptx
5. Letter of crediet.pptx
 
5. Letter of crediet.pptx
5. Letter of crediet.pptx5. Letter of crediet.pptx
5. Letter of crediet.pptx
 
Workshop “UMKM Hebat, Berani Ekspor & Siap menghadapi MEA 2015” Bali
Workshop “UMKM Hebat, Berani Ekspor & Siap menghadapi MEA 2015” BaliWorkshop “UMKM Hebat, Berani Ekspor & Siap menghadapi MEA 2015” Bali
Workshop “UMKM Hebat, Berani Ekspor & Siap menghadapi MEA 2015” Bali
 
dokumen.tips_letter-of-credit-56a44da81e722.ppt
dokumen.tips_letter-of-credit-56a44da81e722.pptdokumen.tips_letter-of-credit-56a44da81e722.ppt
dokumen.tips_letter-of-credit-56a44da81e722.ppt
 
Proses Pembayaran dengan Letter Of Credit (L/C)
Proses Pembayaran dengan Letter Of Credit (L/C)Proses Pembayaran dengan Letter Of Credit (L/C)
Proses Pembayaran dengan Letter Of Credit (L/C)
 
Pengertian, Fungsi & Jenis L/C_ Materi Training "EXPORT IMPORT"
Pengertian, Fungsi  & Jenis L/C_ Materi Training "EXPORT IMPORT"Pengertian, Fungsi  & Jenis L/C_ Materi Training "EXPORT IMPORT"
Pengertian, Fungsi & Jenis L/C_ Materi Training "EXPORT IMPORT"
 
Aspek hukum pemberian jasa perbankan
Aspek hukum pemberian jasa perbankanAspek hukum pemberian jasa perbankan
Aspek hukum pemberian jasa perbankan
 
Pembayaran Internasional Menggunakan L/C _ Materi Training "PERDAGANGAN INTER...
Pembayaran Internasional Menggunakan L/C _ Materi Training "PERDAGANGAN INTER...Pembayaran Internasional Menggunakan L/C _ Materi Training "PERDAGANGAN INTER...
Pembayaran Internasional Menggunakan L/C _ Materi Training "PERDAGANGAN INTER...
 
15. Pembiayaan_Perdagangan_Internasional.pptx
15. Pembiayaan_Perdagangan_Internasional.pptx15. Pembiayaan_Perdagangan_Internasional.pptx
15. Pembiayaan_Perdagangan_Internasional.pptx
 
Pengertian & Jenis-Jenis L/C
Pengertian & Jenis-Jenis L/CPengertian & Jenis-Jenis L/C
Pengertian & Jenis-Jenis L/C
 
10 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-20171213022336
10 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-2017121302233610 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-20171213022336
10 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-20171213022336
 
10 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-20171213022336
10 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-2017121302233610 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-20171213022336
10 menjelaskan proses dan prosedur ekspor-20171213022336
 
Pihak yang terkait Letter of Credit
Pihak yang terkait Letter of CreditPihak yang terkait Letter of Credit
Pihak yang terkait Letter of Credit
 
mekanisme perdagangan internasional
mekanisme perdagangan internasionalmekanisme perdagangan internasional
mekanisme perdagangan internasional
 
13. surat kredit berdokumen dalam negeri
13. surat kredit berdokumen dalam negeri13. surat kredit berdokumen dalam negeri
13. surat kredit berdokumen dalam negeri
 
PPT KEL 11_STANDBY LC_AB3A.pptx
PPT KEL 11_STANDBY LC_AB3A.pptxPPT KEL 11_STANDBY LC_AB3A.pptx
PPT KEL 11_STANDBY LC_AB3A.pptx
 
SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)
SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)
SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri)
 
BAB 8 - M Syahrul.pptx
BAB 8 - M Syahrul.pptxBAB 8 - M Syahrul.pptx
BAB 8 - M Syahrul.pptx
 
BAB 8 - M Syahrul.pptx
BAB 8 - M Syahrul.pptxBAB 8 - M Syahrul.pptx
BAB 8 - M Syahrul.pptx
 

More from Bilawal Alhariri Anwar

More from Bilawal Alhariri Anwar (14)

Leasing Merpati & TALG
Leasing Merpati & TALGLeasing Merpati & TALG
Leasing Merpati & TALG
 
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
 
Putusan Pailit PT Telkomsel
Putusan Pailit PT TelkomselPutusan Pailit PT Telkomsel
Putusan Pailit PT Telkomsel
 
IPO Garuda Indonesia
IPO Garuda IndonesiaIPO Garuda Indonesia
IPO Garuda Indonesia
 
Hukum Surat Berharga
Hukum Surat BerhargaHukum Surat Berharga
Hukum Surat Berharga
 
Analisis Teknikal Saham 2
Analisis Teknikal Saham 2Analisis Teknikal Saham 2
Analisis Teknikal Saham 2
 
Analisis Teknikal Saham 1
Analisis Teknikal Saham 1Analisis Teknikal Saham 1
Analisis Teknikal Saham 1
 
Seminar Saham
Seminar SahamSeminar Saham
Seminar Saham
 
Hukum Perikatan
Hukum PerikatanHukum Perikatan
Hukum Perikatan
 
Berinvestasi Saham Online
Berinvestasi Saham OnlineBerinvestasi Saham Online
Berinvestasi Saham Online
 
Asas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum PidanaAsas Asas Hukum Pidana
Asas Asas Hukum Pidana
 
Hak Pinjam Pakai Tanah Magersari Keraton Yogyakarta
Hak Pinjam Pakai Tanah Magersari Keraton YogyakartaHak Pinjam Pakai Tanah Magersari Keraton Yogyakarta
Hak Pinjam Pakai Tanah Magersari Keraton Yogyakarta
 
Pembuktian Terbalik Pada Tindak Pidana Pencucian Uang
Pembuktian Terbalik Pada Tindak Pidana Pencucian UangPembuktian Terbalik Pada Tindak Pidana Pencucian Uang
Pembuktian Terbalik Pada Tindak Pidana Pencucian Uang
 
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre YogyakartaPelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta
Pelestarian Orang Utan Secara Exsitu di Wildlife Rescue Centre Yogyakarta
 

Recently uploaded

bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
galuhmutiara
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
jaanualu31
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
HALIABUTRA1
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Riyadh +966572737505 get cytotec
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.pptKarakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
Karakteristik dan Produk-produk bank syariah.ppt
 
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptxTEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
TEORI DUALITAS TENTANG (PRIM AL-DUAL).pptx
 
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptxPEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
PEREKONIMIAN EMPAT SEKTOR (PEREKONOMIAN TERBUKA).pptx
 
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah okebsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
bsc ekonomi balance scorecard bahan tayang paparan presentasi sudah oke
 
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdfSlide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
Slide-AKT-102-PPT-Chapter-10-indo-version.pdf
 
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptxMETODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
METODE TRANSPORTASI NORTH WEST CORNERWC.pptx
 
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh CityAbortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
Abortion Pills For Sale in Jeddah (+966543202731))Get Cytotec in Riyadh City
 
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE VOGEL APPROXIMATIONAM.pptx
 
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanianpresentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
presentasi pertemuan 2 ekonomi pertanian
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptxMODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
MODEL TRANSPORTASI METODE LEAST COST.pptx
 
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnisMemahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
Memahami Terkait Perilaku Konsumen untuk bisnis
 
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.pptsejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
sejarah dan perkembangan akuntansi syariah.ppt
 
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaanReview Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
Review Kinerja sumberdaya manusia pada perusahaan
 
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
K5-Kebijakan Tarif & Non Tarif kelompok 5
 
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsungSaham dan hal-hal yang berhubungan langsung
Saham dan hal-hal yang berhubungan langsung
 
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotecAbortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
Abortion pills in Dammam (+966572737505) get cytotec
 
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.pptPresentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
Presentasi Pengertian instrumen pasar modal.ppt
 
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121kasus audit PT KAI 121212121212121212121
kasus audit PT KAI 121212121212121212121
 
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get CytotecAbortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
Abortion pills in Jeddah |+966572737505 | Get Cytotec
 

Ekspor Impor Dengan Letter of Credit

  • 1. GARIS BESAR PELAKSANAAN TRANSAKSI EKSPOR-IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM Oleh: Prof. Dr. Nindyo Pramono, S.H., M.S. 1
  • 2. GARIS BESAR PELAKSANAAN TRANSAKSI EKSPOR-IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang terlibat meliputi: 1. Kontrak jual-beli (Sales Contract) – oleh eksportir dan importir. 2. Pembukaan dan penerusan L/C – oleh importir, bank pembuka dan bank eksportir. 3. Penelitian syarat-syarat L/C - bank pembuka, bank penerus L/C dan eksportir. 2
  • 3. GARIS BESAR PELAKSANAAN TRANSAKSI EKSPOR-IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM 4. Penyiapan dokumen-dokumen pengapalan – oleh eksportir. 5. Pemeriksaan dokumen-dokumen – oleh bank yang menegosier wesel, bank pembuka L/C dan importir. 6. Penyerahan dokumen-dokumen untuk pembayaran – oleh eksportir, bank yang menegosier wesel. 7. Penyelesaian-penyelesaian pembayaran – oleh bank yang menegosier wesel, bank pembuka L/C dan importir. 3
  • 4. PERSYARATAN-PERSYARATAN UMUM SEBUAH L/C Syarat umum yang harus dipenuhi oleh penerima L/C (eksportir): 1. L/C yang dibuka haruslah Commercial/Documentary L/C. (dalam hal eksportir mendapat fasilitas kredit bank, maka L/C yang diterima harus dapat bersifat Irrevocable). 2. Dokumen-dokumen pengapalan sekurang-kurangnya harus terdiri dari: 1set lengkap Bill of Lading, Invoice, Dokumen Asuransi, dan dokumen- dokumen ini disertai dengan draft (wesel). 4
  • 5. PERSYARATAN-PERSYARATAN UMUM SEBUAH L/C 3. Dalam hal impor di atas US$5,000 dan ekspor barang-barang yang memperoleh Sertifikat Ekspor maka diperlukan dokumen lain yakni Laporan Kebenaran Pemeriksaan (LKP) yang dikeluarkan oleh Petugas . 4. Dokumen-dokumen pengapalan lain yang sering ditambahkan/disyaratkan dalam L/C, adalah: packing list, Certificate of Inspection, Certificate of Origin, Weight Certificate/Note/List, Measurement List, Certificate of Analisys, Certificate of Quality, dsb. 5
  • 6. PROSEDUR SINGKAT TRANSAKSI EKSPOR- IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM 1. Importir mengajukan permohonan kepada bank pembuka L/C (issuing/opening bank), untuk membuka L/C yang ditujukan kepada eksportir ( sebelumnya telah ada “Sales Contract” antara importir dan eksportir). 2. Bank Pembuka L/C ybs membuka L/C tersbut kepada bank koresponden di tempat eksportir (advising bank). 3. Advising bank meneruskan L/C tsb kepada eksportir. 4. Eksportir menyiapkan dan mengapalkan barang- barang yang akan dikirimkan kepada importir (account party/buyer). 6
  • 7. PROSEDUR SINGKAT TRANSAKSI EKSPOR- IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM 5. Atas pemuatan barang-barang di kapal, eksportir menerima dokumen pengapalan B/L dari maskapai Pelayaran. Khusus di Indonesia B/L lazim disyaratkan dikirim Maskapai Pelayaran melalui advising bank. 6. Dokumen-dokumen pengapalan serta wesel kemudian diserahkan oleh eksportir kepada advising bank yang meminta bertindak sebagai “negotiating bank” (bank yang menegosiasi wesel). Yang menjadi negotiating bank ini boleh juga bank lain, tergantung keinginan eksportir. 7. Advising bank atau negotiating bank menegosiasi (membeli) wesel yang diajukan eksportir tsb. 8. Selanjutnya dokumen-dokumen pengapalan dikirimkan oleh negotiating bank kepada issuing bank untuk mendapat ganti pembayaran (reimbursement). 7
  • 8. PROSEDUR SINGKAT TRANSAKSI EKSPOR- IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM 9. Issuing bank memeriksa dokumen-dokumen tsb apakah sesuai dengan syarat-syarat L/C dan bila “ya”, kmdn meminta importir menebusnya dengan cara pembayaran yang disyaratkan dalam L/C, pembayaran pada saat pengajuan dokumen (at sight) atau berjangka (usance). 10.Importir membayar atau meminta “issuing bank” untuk mendebit rekeningnya pada bank tsb. 11.Issuing bank kmdn me-reimburse negotiating bank dengan mengkredit rekening negotiating bank pada issuing bank, kalau ada, atau bila tidak, pada bank ketiga yang ditunjuk. 8
  • 9. PROSEDUR TRANSAKSI EKSPOR - IMPOR (2) L/C BANK KORESPONDEN BANK PEMBUKA L/C DOKUMEN PENGAPALAN (8) ISSUING ATAU ADVISING BANK MEREIMBURSE BANK – (11) OPENING BANK KREDIT REKENING BAYAR/ DEBIT APLIKA- D REKE- SI L/C O (7) NING K U MENEGO MEREIM MENG- SIASI/ -BURSE M ADVIS MEMBELI DOKUM E L/C WESEL EN L/C N (5)b B/L (6) (10) (9) (3) (1) EKSPORTIR/ IMPORTIR/ SELLER/ (4) MASKAPAI BUYER/ BARANG PELAYARAN BARANG BENEFIACRY ACCOUNT PARTY (5)a B/L 9
  • 10. PERBEDAAN JENIS TUGAS EKSPORTIR IMPORTIR 1. Menerima order dari importir. 1. Menempatkan order pada 2. Menerima L/C dari bank di eksportir. negara eksportir, yg mrpkn 2. Meminta bank membuka L/C advising bank atau dapat eksportir (opening bank), yg bertindak sbg dapat bertindak sbg paying confirming/negotiating bank. bank. 3. Menyiapkan barang ekspor 3. Menyelesaikan persyaratan (bila eksportir produsen) atau pembukaan L/C pada memesan barang dari opening bank produsen/supplier. 4. Menerima pemberitahuan tibanya dokumen pengapalan dari opening bank yg dikirim oleh advising/negotiating bank 10
  • 11. EKSPORTIR IMPORTIR 4. Menyelenggarakan 5. Menyelesaikan formulir pengepakan barang impor dan perhitungan ekspor dg atau tanpa asuransi, bea masuk bantuan ekspedisi dan pajak. (F.F./E.M.K.L). 6. Melakukan penyetoran 5. Memesan ruangan kapal pajak, bea masuk, dll pada maskapai (khusus ketentuan di pelayaran. Indonesia). 6. Melakukan pemuatan 7. Menebus dokumen barang dg perusahaan pengapalan dg ekspedisi melakukan pembayaran, (F.F./E.M.K.L.). akseptasi wesel kpd 7. Mengurus B/L pada opening bank sesuai maskapai pelayaran. syarat L/C. 8. Menutup asuransi, tergantung syarat L/C. 11
  • 12. EKSPORTIR IMPORTIR 9. Menyiapkan faktur dan 8. Menyerahkan bukti dokumen pengapalan yg penyelesaian formulir disyaratkan dlm L/C impor dan pelunasan (termasuk Consular pajak/bea masuk yg Invoice bila diharuskan). telah disahkan oleh bank 10. Menyerahkan dokumen kpd Bea dan Cukai utk dan mengajukan wesel memperoleh D.O. kpd advising/negotiating 9. Menyerakan D.O. dan bank utk memperoleh B/L kpd maskapai pembayaran/akseptasi pelayaran utk sesuai syarat L/C. pengeluaran barang dg 11. Memperoleh atau tanpa perusahaan pembayaran/akseptasi ekspedisi wesel dari (F.F./E.M.K.L.). advising/negotiating bank. 12
  • 13. EKSPORTIR IMPORTIR 12. Mengirim copy dokumen 10. Mengajukan claim ganti pengapalan kpd rugi kpd eksportir atau importir/memberitahuka kpd maskapai asuransi, n pengapalan kpd dalam hal terdapat importir. kehilangan atau 13. Dalam hal wesel kerusakan barang. diaksep, meminta bank 11. Melunasi wesel pada utk mendiskonto wese. tanggal jatuh tempo, Bila kredit dari bank, kalau belum melunasi kredit tsb dg diselesaikan pembayaran hasil sebelumnya dengan transaksi. baik. 13
  • 14. PERSIAPAN EKSPORTIR EKSPOR IMPORTIR/ BANK KORESPONDEN LUAR NEGERI BUYER ACCOUNT BANK PEMBUKA L/C PARTY ISSUING/OPENING BANK LUAR NEGERI 12 DALAM NEGERI 1 2 BANK DEVISA EKSPORTIR/ DALAM NEGERI PRODUSEN/ 10 SUPPLIER 3 SELLER/ ADVISING BANK BENEFICIARY 3 13 NEGOTIATING BANK 4,6 5,7,9 9 8 9 EKSPEDISI PELAYARAN BADAN-BADAN KEDUTAAN ASURANSI EKSPOR ASING 14
  • 15. PERSIAPAN IMPORTIR IMPOR EKSPORTIR/ BANK KORESPONDEN LUAR NEGERI SELLER ADVISING BANK BENEFICARY NEGOTIATING BANK LUAR NEGERI 1 10 DALAM NEGERI 2 BANK DEVISA IMPOTIR/ 3 DALAM NEGERI PRODUSEN/ BUYER 4 SUPPLIER 3 BANK PEMBUKA L/C ACCOUNT PARTY 5 6,7,11 ISSUING/OPENING BANK 8 9 10 9 BEA CUKAI PELAYARAN EKSPEDISI ASURANSI 15
  • 16. FAKTOR YANG PENTING DIPERHATIKAN PENJUAL (EKSPORTIR ) DAN PEMBELI (IMPORTIR) OLEH IMPORTIR (PEMBELI) OLEH EKSPORTIR (PENJUAL) 16
  • 17. OLEH IMPORTIR (PEMBELI): 1. Instruksi kpd issuing bank harus jelas dan tepat dan tidak bertele-tele. 2. Syarat-syarat L/C dan dokumen yang dimintakan harus sesuai dg kontrak jual-beli (Sales Contract) atas dasar mana L/C dibuka. 3. Setiap pemeriksaan barang sebelum atau pada waktu pengapalan haruslah dibuktikan dg sebuah dokumen. Sifat dokumen tsb dan yg mengeluarkan haruslah ditetapkan dalam L/C. 4. L/C tidak boleh mensyaratkan dokumen yg tidak mungkin dapat dipenuhi oleh eksportir. 17
  • 18. OLEH EKSPORTIR (PENJUAL): 1. Walaupun banyak waktu tersedia antara penerimaan L/C dan penggunannya, eksportir tidak boleh menunda-nunda penelitian L/C tsb dan permintaan akan perubahan-perubahan yang perlu. 2. Eksportir harus cukup puas dg persyaratan-persyaratan dan dokumen yg dimintakan dan telah sesuai dg Sales Contract. Bank tidak berkepentingan dalam kontrak tsb. Penelitian bank atas dokumen tsb hanya atas dasar syarat L/C dan perubahan yg ada pada L/C tsb. 18
  • 19. OLEH EKSPORTIR (PENJUAL): 3. Bilamana sudah waktunya utk menyelesaikan dokumen, eksportir harus: a. Menyelesaikan dokumen yd diminta tepat sebagaimana yg disyaratkan L/C. b. Menyerahkan dokumen kpd bank secepat mungkin atau setidaknya dalam masa berlakunya L/C yg ditetapkan dlm L/C atau sesuai Ps 47 UCPDC 3. Eksportir harus mengingat bahwa ketidakcocokan L/C dg syarat yg ditetapkan dalam L/C atau ketidaksempurnaannya dokumen mewajibkan bank utk menolak pembayaran. 19
  • 20. KASUS PERBANKAN YANG MENGGUNAKAN L/C  Penggunaan L/C sebagi cara pembayaran dirasa semakin hari semakin bertambah oleh sebab itu peranan bank sebagai satu-satunya institusi penerbit L/C juga semakin bertambah, peranan bank yang semakin meningkat ini disisi lain menambah pendapatan bank dari fungsinya sebagai penerbit L/C atau fungsi yang lain, naumn di sisi lain peranan bank dalam hal mekanisme L/C ini juga membawa risiko kerugian karena L/C digunakan untuk hal-hal yang menyimpang dari ketentuan yangberlaku. Berbagai kasus perbankan yang terjadi dengan menyalahgunakan L/C sangat beragam, bebrapa contoh kasus akan dianalisis. 20
  • 21. KASUS PERBANKAN YANG MENGGUNAKAN L/C  Kasus Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) dengan Golden Key.  Kasus Pembobolan BNI’46. 21
  • 22. Kasus Bapindo dgn Golden Key  Pada tahun 1994 wajah perbankan Indonesia tercoreng dengan terbongkarnya kasus pemberian fasilitas kredit sebesar Rp 900.000.000.000,00 dari Bapindo kepada PT. Graha Swakarsa Prima (GSP) anak perusahaan Golden Key Grup denga Eddy Tansil selaku Direktur Utama dan pemegang saham terbesar (60%). 22
  • 23. Kasus Bapindo dgn Golden Key Kasus Posisi:  Pada Tahun 1989 dengan suratnya No: 07/GSP/89 tanggal 16 Juni 1989 GSP mengajukan kredit investasi untuk pembelian mesin-mesin peralatan pabrik plastik sebesar Rp 225.900.000.000,00 dan kredit modal kerja sebesar Rp 24.730.000.000,00 untuk mendirikan pabrik Styrene Monomer, High Impact Polystyrene, Acrylonitrile Butadibe Styrene dan Styrene Acrylonitrile. Kredit Investasi tersebut digunakan untuk membeli mesin/perlengkapan dengan supplier/eksportir Lucky Engineering Co.Ltd di Korea yang membayar dengan membuka Usane L/C 180 dari dengan shipment 18 bulan kemudian. Pada waktu surat ini diajukan belum terjadi perjanjian jual beli antara GSP dengan beneficiary (Lucky Engineering), sehingga angka yang diajukan untuk permohonan kredit tersebut hanya perkiraan saja dari Sdr. Eddy Tansil. 23
  • 24. Kasus Bapindo dgn Golden Key  Permohonan kredit yang diajukan tersebut dilampiri dengan proposal dari proyek yang dimohonkan kredit dan ternyata kemudian terungkap bahwa sebagian besar proposal tersebut, data yang disampaikan tidak benar termasuk tingkat pendidikan Sdr. Eddy Tansil yang tercantum sarjana pada kenyataannya hanya lulusan Sekolah Dasar. 24
  • 25. Kasus Bapindo dgn Golden Key  Permohonan GSP disetujui oleh Bapindo yaitu kredit investasi sebesar US $ 125,500,000.00 (equivalen Rp 360.000.000.000,00) untuk pembukaan L/C yang terdiri dari L/C dalam negeri (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri/SKBDN) sebesar US $ 50,800,000.00 dan L/C untuk impor mesin dari Korea sebesar US $ 74,700,000.00. sebelum L/C dibuka GSP harus menyerahkan kontrak jual beli dengan Lucky Engineering Korea selaku beneficiary dan menyerahkan deposito sebesar Rp 3.600.000.000,00 (lebih kurang 1% dari nilai L/C) sebagi jaminan tunai. Dua syarat utama tersebut tidak diserahkan oleh GSP, sampai L/C dibuka oleh Bapindo. Usance L/C ini dikirim Bapindo melalui telex ke Korea Exchane Bank selaku Advising Bank untuk tahap pertama di buka l/C No: 98/94/1391/PMDN-A/B 89 tanggal 27 Desember 1989 sebesar US $ 40,000,000.00. 25
  • 26. Kasus Bapindo dgn Golden Key  Dalam proses selanjutnya terjadi perubahan jenis L/C dari Usance L/C menjadi Red Clause L/C yang dilakukan oleh Maman Suparman selaku pimpinan cabang Bapindo setelah mendapat persertujuan secara lisan dari Direksi Bapindo, mengakibatkan L/C dapat dicairkan sebelum carang dikirim atau tanpa melalui penyerahan dokumen oleh beneficiary. Selanjutnya L/C dibuka secara bertahap sekaligus pencairan kredit untuk pembangunan pabrik, bahan dalam perkembangannya terjadi perubahan mekanismya termasuk perubahan beneficiary yang tidak disertai analisis yang mendalam dari Bapindo. 26
  • 27. Kasus Bapindo dgn Golden Key  Kredit tersebut untuk membangun pabrik biji besi dan pembelian mesin dengan menggunakan Usance L/C. Kasus ini terkuak karena pernyataan AA Baramuli kepala Menteri Keuangan pada saat rapat dengar pendapat dengan DPR RI. AA Baramuli menilai pemberian kredit kepada GSP (Golden Key Grup) tersebut memberikan indikasi kuat terjadinya kolusi dan korupsi. 27
  • 28. Kasus Bapindo dgn Golden Key  Pada saat itu pabrik dari pihak Bapindo menjelaskan bahwa kredit untuk pembangunan pabrik tersebut saat ini sedang berjalan proses pembangunan biji plastik. Kredituntuk pembelian mesin digunakan untuk pembukaan Usance L/C yang kemudian dirubah menjadi Red Clause L/C, namun mesin belum datang karena pabrik belum selesai bangun. Pada waktu itu dipertanyakan mengenai berapa besar kredit yang sudah dicairkan dan dijawab bahwa untuk pembangunan pabrik sudah ditarik 50% sedangkan untuk pembelian mesin telah ditarik seluruhnya karena Usance L/C tersebut berubah menjadi Red Clause L/C. Red Clause L/C adalah L/C yang dicairkan sebelum barang dikirim kepada pembeli. Secara internasional L/C jenis ini jarang diterbitkan karena risiko yang sangat besar di pabrik pembeli terutama bank yang melakukan pembayaran. 28
  • 29. Kasus Bapindo dgn Golden Key  Pertanyaan Bapindo mengenai Red Clause tersebut mengejutkan berbagai pihak antara lain Bank Indonesia, Departemen Keuangan, bahkan Menteri Keuangan langsung memerintahkan kepada Kejaksaan Agung untuk melakukan penyidikan atas kasus tersebut. Seluruh direksi Bapindo serta pejabat yang terkait dengan GSP diperiksa secara maraton termasuk Eddy Tansil.  Pada saat pemeriksaan tersebut terkuak berbagai hal yang selama ini tidak diketahui antara lain pemberian fasilitas kredit kepada GSP tidak melalui prosedur yang berlaku di Bapindo bahkan analisis dilakukan secara sederhana karena sudah ada rekomendasi (katabelece) daripejabat tinggi negara. Pejabat tersebut memberikan katabelece karena adanya keterlibatan putra presiden sebagai pemegang saham GSP dan keluar sebagai pemegang saham setelah kredit disetujui. 29
  • 30. Kasus Bapindo dgn Golden Key  Kasus ini menjadi semakin menarik ketika Eddy tansil diberitakan melarikan diri serta ditemukannya Maman Suparman meninggal dunia di dalam penjara. Maman Suparman adalah kepala cabang Bapindo Jakarta yang mengetahui secara detail proses pemberian, pencairan kredit, penerbitan L/C sampai dengan perubahan L/C menjadi Red Clause L/C. tidak adanya 2 orang kunci dalam kasus tersebut tidak menyebabkan pemerikasaan terhenti namun berjalan terus.  Agunan utama atas fasilitas kredit yang diterima GSP adalah beberapa tanah dan rumah, serta pabrik yang sedang ddibangun berikut mesin yang akan dibeli dari luar negeri, setelah semua asset dihitung ternyata nilai agunan saat ini sangat kurang dibandingkan fasilitas yang diberikan kepada Golden Key karena agunan utama berupa pabrik belum selesai pembangunannya dan mesin yang diimpor tidak dikirim oleh penjual. 30
  • 31. Kasus Bapindo dgn Golden Key  Perjanjian yang dibuat antara Bapindo dan GSP hanya perjanjian kredit untuk pembangunan pabrik sedangkan pembukaan L/C untuk pembelian mesin dilakukan atas dasar Surat Permohonan Pembukaan L/C (SSP L/C) yang dibuat GSP.  Pengadilan memutuskan hukuman penjara antara 3 sampai 5 tahun kepada 4 direkti Bapindo atas kesalahannya memberikan kredit kepada GSP yang tidak sesuai prosedur serta perubahan Red Clause L/C yang berakibatkan merugikan negara.  Pada saat pemeriksaan diketahui bahwa sebenarnya dana yang telah dicairkan Bapindo baik untu pembayran L/C maupun kredit investasi tidak seluruhnya digunakan sesuai tujuannya melainkan sebagian besar diselewengkan untuk kepentingan pribadi antara lain untuk membeli rumah, pulau, mobil, diberikan kepada saudara-saudaranya. 31
  • 32. Kasus Bapindo dgn Golden Key Analisis Kasus:  Pemberian kredit kepada Golden Key tidak melalui analisis yang mendalam sehingga 5 C (Character, Capacity, Capital, Condition of Economic, Collateral) yang menjadi prinsip dasar pemberian kredit tidak dipenuhi yaitu:  Bapindo tidak melakukan pengamatan secara cermat atas Eddy Tansil selaku pemilik GSP karena adanya rekomendasi pejabat tinggi negara sehingga Bapindo tidak meneliti mengenai watak Eddy Tamsil termasuk identitas serta informasi lainnya sederharusnya dilakukan terlebih fasilitas NCL dan kredit yang diberitahukan demikian besar. 32
  • 33. Kasus Bapindo dgn Golden Key  Proyek pabrik plastik yang akan didirikan Eddy Tansi merupakan usaha yang basih baru dan berdasarkan usaha selama ini Eddy Tansil tidak memiliki pengalaman di bidang pengolahan biji plastik. Pengalaman Eddy Tansil selama ini adalah membuatpabrik bir, sehingga syarat kemampuan (capacity) Tidak Dipenuhi.  Pendirian pabrik serta pembelian mesin yang nilainya mencapai Rp 900.000.000.000,00 tersebut seharusnya GSP memiliki modal minim 30%, namun berdasarkan hasil pemeriksan penyidik pada waktunya terjadi penggelembungan nilai proyek sehingga modal yang seharusnya dipenuhi dari dana GSP dibebankan kepada nilai proyek tersebut yang mengakibatkan pemberian kredit lebih besar dari yang seharusnya artinya pada saat pemberian pendirian proyek ini modal yang dimiliki GSP sangat kecil dibandingkan kredit yang diberikan Bapindo sehingga risiko yang ditanggung Bapindo atas pendirian proyek ini sangat besar. 33
  • 34. Kasus Bapindo dgn Golden Key  Agunan yang seharusnya dikuasai Bapindo sebagian besar ternyata agunan berupa proyek yang akan dibiayai serta mesin yang akan dibeli sehingga pada saat bangunan pabrik dan mesin belum ada maka agunan hanya tanah kosong yang sangat luas kurang lebih 10 ha terletak di daerah yang kurang berkembang serta beberapa rumah pribadi milik Eddy Tansil yang apabila dijual hanya menutup 15% dari total yang diberikan Bapindo. 34
  • 35. Kasus Bapindo dgn Golden Key  Perubahan Usance L/C menjadi Red Clause L/C dilakukan dengan sangat ceroboh dan tidak hati-hati karena risiko Red Clause berada di pihak pembeli karena pembeli telah membayar kepada penjual sebelum penjual menyerahkan dokumen pengiriman barang, artinya segera dikirimkan oleh penjual bahkan jika penjual wanprestasi pun pembeli telah siap. Kecerobohan ini semakian terlihat mengingat dana yang digunakan untuk membayar Red Clause L/C tersebut berasal dari fasilitas kredit Bapindo kepada GSP bukan dana pribadi GSP sehingga apabila terjadi persekongkolan antara penjual (beneficiary) dengan GSP maka kerugian ada pada Bapindo karena dana tersebut menjadi piutang L/C yang membebani keuangan Bapindo. 35
  • 36. Kasus Bapindo dgn Golden Key  Akibat dari itu semua Bapindo mengalami kerugian serta menyebabkan kondisi keuangan Bapindo sampai pada tahap mengkhawatirkan sehingga Bapindo diputuskan untuk merger dengan 3 bank milik pemerintah lainnya yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Nasional, Bank Ekspor Impor menjadi Bank Mandiri.  Pemberian fasilitas kepada GSP pada waktu itu pernah muatan politis termasuk pembongkaran kasus tersebut yang mengakibatkan proyek yang direncanakan menjadi gagal, mesin yang diimpor tidak datang sehingga agunan pada waktu itu daoat ditutup dengan asset milik Eddy Tansil sehingga pengelolaannya diserahkan kapada BPPN.  Mahkamah Agung menolak permohonan kasasi Eddy Tansil. 36
  • 37. Kasus Pembobolan BNI’46  L/C sebagai cara pembayaran ternyata juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tindak pidana perbankan yang termasuk kejahatan kerah putih (white Collar Crime) yang sangat merugikan bank dan negara. 37
  • 38. Kasus Pembobolan BNI’46 Kasus Posisi:  PT. Gramindo Mega Indonesia (GMI) dengan pemegang saham mayoritas (35%) dan direktur utama Ny. Maria Pauline Lumowa adalah perusahaan yang tercatat sebagai nasabah giro pada BNI’46 Cabang Kebayoran Baru sejak bulan Agustus 2002. Bidang usahanya adalah komoditi eksport pasir kuarsa dan minyak residu dengan tujuan ekspor negar-negara Timur Tengah. 38
  • 39. Kasus Pembobolan BNI’46  Sejak Oktober 2002 berdasarkan L/C yang diterima GMI dari sejumlah bank non koresponden Bank BNI’46 antara lain Dubai Bank Kenya Ltd, Rosbank Switzerland S.A., Middle East Bank Kenya Ltd dan The Wall Street Banking Corp Cook Island maka BNI’46 melakukan negosiasi wesel ekspor (Wesel Export Sight) dan Diskonto Wesel Ekspor berjangka (Wesel Export Usance), artinya atas L/C yang diterima GMI tersebut BNI’46 melakukan pembayaran terlebih dahulu (mengambil alih L/C) kemudian atas dasar negosiasi tersebut BNI ’46 akan menunggu pembayaran dari bank penerbit, apabila pembayaran dari bank penerbit sudah dilakukan maka pembayaran tersebut menjadi hak BNI’46. 39
  • 40. Kasus Pembobolan BNI’46  Negosiasi yang dilakukan mencapai angka Rp 1.700.000.000.000,00 untuk 37 L/C dan dijamin dengan wesel eksport, dari nnilai L/C tersebut bank penerbit tidak melakukan pembayaran (un paid). BNI’46 kemudian melakukan penagihan kepada GMI. GMI hanya membayar sebesar Rp 400.000.000.000,00 sehingga masih ada kekurangan sebesar Rp 1.300.000.000.000,00 yang merupakan potensial loss yang harus ditanggung BNI’46. 40
  • 41. Kasus Pembobolan BNI’46 Analisis Kasus:  Keputusan BNI’46 melakukan negosiasi atas L/C yang diterima GMI terlalu cepat mengingat GMI nasabah baru sehingga belum diketahui secara pasti dan belum dikenal bonafiditas, kredibilitas serta kebiasaan transaksinya. Keputusan suatu bank bersedia melakukan negosiasi atas L/C yang diterima oleh nasabahnya seharusnya melalui tahapan analisis yang mendalam mengingat risiko bank atas negosiasi tersebut sangat tinggi. 41
  • 42. Kasus Pembobolan BNI’46  Apabila bank tidak yakin akan penerbitan L/C tersebut dan bonafiditas nasabahnya belum diketahui maka bank cukup bertindak sebagai bank penerus saja dan penagih ( collect) sehingga fungsi bank ini seperti Advising Bank (meneruskan tanpa ada tanggung jawab), apabila Bank Penerbit L/C melakukan pembayaran maka bank yang menerima pembayaran akan memberitahu kepada pihak penjual. Keyakinan bank akan suatu L/C yang diterbitkan oleh bank di luar negeri dapat dilakukan apabila bank penerbit L/C tersebut telah memiliki hubungan baik serta diyakini bahwa bank tersebut tidak mungkin melakukan un paid. Keterlibatan bank korespondensi ini sekaligus untuk meyakini bahwa L/C tersebut asli bukan palsu karena bank yang akan melakukan negosiasi mengetahui secara pasti test key yang dilakukan yang dibuat oleh bank korespondensinya. 42
  • 43. Kasus Pembobolan BNI’46  Bank korespondensi yang berada di negara importir hal ini juga untuk menghindari ekspor fiktif, karena penerbitan L/C yang dilakukan oleh bank korespondensi pasti melalui mekanisme penerbitan L/C yang sangat prinsip yaitu permohonan dari pihak pembeli dan dipenuhinya syarat- syarat dan prosedur pembukaan L/C yang telah ditentukan oleh bank penerbit L/C.  Wesel Eksport yang digunakan untuk menjamin pencairan L/C tersebut ternyata fiktif atau palsu.  Pencairan L/C tersebut masuk rekening-rekening milik GMI dan serta beberapa perusahaan yang berada dalam grupnya yait PT. Metrantara, PT. Bhinekatama Pacific, PT. Triranu Charaka Pacific, PT. Basco Masindo, PT. Magnetique Usaha Esa, PT. Feri Masterindo. 43
  • 44. Kasus Pembobolan BNI’46  Isi dan proses dari L/C yang dinegosiasi BNI’46 mengandung beberapa kejanggalan yaitu: 1. Kuantitas barang yang dikirim tidak wajar mencapai 1,5 juta metrik ton pasir kuarsa dalam 1 kali pengapalan. Jumlah tersebut tidak mungkin diangkut dalam 1 kali pengapalan, hal ini dilakukan agar nilai L/C tinggi yaitu rata-rata Rp 35.000.000.000,00 per L/C. 2. Pelabuhan tujuan di dalam B/L tidak disebutkan nama pelabuhan yang pasti, tetapi hanya disebutkan China Port. 3. Syarat dokumen yang harus diserahkan tidak menyebutkan Pemberian Ekspor Barang (PEB) yaitu dokumen yang digunakan untuk mengetahui atau menjadi bukti adanya pengiriman barang. 44
  • 45. Kasus Pembobolan BNI’46 4. Checking dokument verifikasi keabsahan terhadap dokumen pengapalan atau B/L tidak dilakukan, di kemudian hari terbukti bahwa perusahaan pengapalan merupakan satu grup dengan GMI. 5. Dokumen L/C belum lengkap sudah dilakukan pembayaran atas keputusan Customer Service Manager Cabang BNI’46 Kebayoran Baru artinya keputusan membayar untuk jumlah L/C yang demikian tinggi hanya berada di tangan seorang Customer Service tanpa diketahui oleh Pimpinan Cabang, termasuk perpanjangan jangka waktu L/C yang akan jatuh tempo. 45
  • 46. KESIMPULAN  Dalam melaksanakan atau memproses permohonan negosiasi/diskonto wesel ekspor oleh suatu bank harus dilakukan secara hati-hati (prudent) dan meyakini kredibilitas serta reputasi nasabah (know your customer principles)  Adanya pemisahan unit kerja dalam hal proses keputusan untuk melakukan negosiasi.  Risiko atas negosiasi L/C yang diterbitkan oleh bukan bank korespondensi sangat tinggi dan tidak sebanding fee yang diterima, sehingga keputusan negosiasi in sangat gegabah dan tidak rasional.  Kewenangan yang terlalu besar pada 1 unit kerja berada di suatu kantor cabang. 46
  • 47. KESIMPULAN  Adanya unsur pidana dalam kasus BNI’46 yang melibatkan pihak intern BNI’46 (fraud), beberapa tersangka telah diperiksa bahkan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah memutuskan bersalah karena melakukan tindak pidana korupsi 2 pegawai BNI’46 yaitu Edii Santoso mantan Kepala Divisi Pelayanan Luar Negeri dengan hukuman penjara semumur hidup, dan denda sebesar Rp 1.000.000.000,00 Kusadiyuwono mantan Kepala Cabang BNI’46 Kebayoran Baru hukuman penjara 16 tahun dan denda Rp 500.000.000,00. Saat ini Pengadilan juga sedang memeriksa 5 orang terdakwa yang lain yaitu Olan Abdullah Agam, dan Richard Konto semuanya direktur utama perusahaan-perusahaan yang menerima aliran dana pencairan tersebut atau yang terlibat dalam perkara pembobolan BNI’46. 47
  • 48. KESIMPULAN  Tidak berjalannya fungsi internal controe secara optimal sehingga tidak dapat mencegah negosiasi untuk L/C selanjutnya, seharusnya internal control mengetahui adanya un paid L/C sehingga untuk L/C selanjutnya tidak menerima negosiasi melainkan collection saja. Pengawasan intern pada bank seringkali betindak sangat terlambat artinya pengawasan akan bertindak apabila ada kejadian dan umumnya kejadian tersebut setelah mencapai nilai kerugian yang besar. 48