2. GARIS BESAR PELAKSANAAN TRANSAKSI
EKSPOR-IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM
Hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh
pihak-pihak yang terlibat meliputi:
1. Kontrak jual-beli (Sales Contract) – oleh
eksportir dan importir.
2. Pembukaan dan penerusan L/C – oleh
importir, bank pembuka dan bank
eksportir.
3. Penelitian syarat-syarat L/C - bank
pembuka, bank penerus L/C dan
eksportir.
2
3. GARIS BESAR PELAKSANAAN TRANSAKSI
EKSPOR-IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM
4. Penyiapan dokumen-dokumen pengapalan
– oleh eksportir.
5. Pemeriksaan dokumen-dokumen – oleh
bank yang menegosier wesel, bank
pembuka L/C dan importir.
6. Penyerahan dokumen-dokumen untuk
pembayaran – oleh eksportir, bank yang
menegosier wesel.
7. Penyelesaian-penyelesaian pembayaran –
oleh bank yang menegosier wesel, bank
pembuka L/C dan importir.
3
4. PERSYARATAN-PERSYARATAN UMUM
SEBUAH L/C
Syarat umum yang harus dipenuhi oleh
penerima L/C (eksportir):
1. L/C yang dibuka haruslah
Commercial/Documentary L/C. (dalam
hal eksportir mendapat fasilitas kredit
bank, maka L/C yang diterima harus
dapat bersifat Irrevocable).
2. Dokumen-dokumen pengapalan
sekurang-kurangnya harus terdiri dari:
1set lengkap Bill of Lading, Invoice,
Dokumen Asuransi, dan dokumen-
dokumen ini disertai dengan draft
(wesel).
4
5. PERSYARATAN-PERSYARATAN UMUM
SEBUAH L/C
3. Dalam hal impor di atas US$5,000 dan
ekspor barang-barang yang
memperoleh Sertifikat Ekspor maka
diperlukan dokumen lain yakni
Laporan Kebenaran Pemeriksaan (LKP)
yang dikeluarkan oleh Petugas .
4. Dokumen-dokumen pengapalan lain
yang sering ditambahkan/disyaratkan
dalam L/C, adalah: packing list,
Certificate of Inspection, Certificate of
Origin, Weight Certificate/Note/List,
Measurement List, Certificate of
Analisys, Certificate of Quality, dsb.
5
6. PROSEDUR SINGKAT TRANSAKSI EKSPOR-
IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM
1. Importir mengajukan permohonan kepada bank
pembuka L/C (issuing/opening bank), untuk
membuka L/C yang ditujukan kepada eksportir
( sebelumnya telah ada “Sales Contract” antara
importir dan eksportir).
2. Bank Pembuka L/C ybs membuka L/C tersbut kepada
bank koresponden di tempat eksportir (advising
bank).
3. Advising bank meneruskan L/C tsb kepada eksportir.
4. Eksportir menyiapkan dan mengapalkan barang-
barang yang akan dikirimkan kepada importir
(account party/buyer).
6
7. PROSEDUR SINGKAT TRANSAKSI EKSPOR-
IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM
5. Atas pemuatan barang-barang di kapal, eksportir
menerima dokumen pengapalan B/L dari maskapai
Pelayaran. Khusus di Indonesia B/L lazim
disyaratkan dikirim Maskapai Pelayaran melalui
advising bank.
6. Dokumen-dokumen pengapalan serta wesel
kemudian diserahkan oleh eksportir kepada advising
bank yang meminta bertindak sebagai “negotiating
bank” (bank yang menegosiasi wesel). Yang menjadi
negotiating bank ini boleh juga bank lain, tergantung
keinginan eksportir.
7. Advising bank atau negotiating bank menegosiasi
(membeli) wesel yang diajukan eksportir tsb.
8. Selanjutnya dokumen-dokumen pengapalan
dikirimkan oleh negotiating bank kepada issuing
bank untuk mendapat ganti pembayaran
(reimbursement).
7
8. PROSEDUR SINGKAT TRANSAKSI EKSPOR-
IMPOR DENGAN L/C SECARA UMUM
9. Issuing bank memeriksa dokumen-dokumen tsb
apakah sesuai dengan syarat-syarat L/C dan bila
“ya”, kmdn meminta importir menebusnya dengan
cara pembayaran yang disyaratkan dalam L/C,
pembayaran pada saat pengajuan dokumen (at sight)
atau berjangka (usance).
10.Importir membayar atau meminta “issuing bank”
untuk mendebit rekeningnya pada bank tsb.
11.Issuing bank kmdn me-reimburse negotiating bank
dengan mengkredit rekening negotiating bank pada
issuing bank, kalau ada, atau bila tidak, pada bank
ketiga yang ditunjuk.
8
9. PROSEDUR TRANSAKSI EKSPOR - IMPOR
(2) L/C
BANK KORESPONDEN BANK PEMBUKA L/C
DOKUMEN PENGAPALAN (8) ISSUING ATAU
ADVISING BANK MEREIMBURSE BANK – (11) OPENING BANK
KREDIT REKENING
BAYAR/
DEBIT APLIKA-
D REKE- SI L/C
O (7)
NING
K
U MENEGO MEREIM
MENG- SIASI/ -BURSE
M
ADVIS MEMBELI DOKUM
E
L/C WESEL EN L/C
N
(5)b B/L
(6) (10)
(9)
(3) (1)
EKSPORTIR/ IMPORTIR/
SELLER/ (4) MASKAPAI BUYER/
BARANG PELAYARAN BARANG
BENEFIACRY ACCOUNT PARTY
(5)a
B/L 9
10. PERBEDAAN JENIS TUGAS
EKSPORTIR IMPORTIR
1. Menerima order dari importir. 1. Menempatkan order pada
2. Menerima L/C dari bank di eksportir.
negara eksportir, yg mrpkn 2. Meminta bank membuka L/C
advising bank atau dapat eksportir (opening bank), yg
bertindak sbg dapat bertindak sbg paying
confirming/negotiating bank. bank.
3. Menyiapkan barang ekspor 3. Menyelesaikan persyaratan
(bila eksportir produsen) atau pembukaan L/C pada
memesan barang dari opening bank
produsen/supplier. 4. Menerima pemberitahuan
tibanya dokumen pengapalan
dari opening bank yg dikirim
oleh advising/negotiating
bank
10
11. EKSPORTIR IMPORTIR
4. Menyelenggarakan 5. Menyelesaikan formulir
pengepakan barang impor dan perhitungan
ekspor dg atau tanpa asuransi, bea masuk
bantuan ekspedisi dan pajak.
(F.F./E.M.K.L). 6. Melakukan penyetoran
5. Memesan ruangan kapal pajak, bea masuk, dll
pada maskapai (khusus ketentuan di
pelayaran. Indonesia).
6. Melakukan pemuatan 7. Menebus dokumen
barang dg perusahaan pengapalan dg
ekspedisi melakukan pembayaran,
(F.F./E.M.K.L.). akseptasi wesel kpd
7. Mengurus B/L pada opening bank sesuai
maskapai pelayaran. syarat L/C.
8. Menutup asuransi,
tergantung syarat L/C. 11
12. EKSPORTIR IMPORTIR
9. Menyiapkan faktur dan 8. Menyerahkan bukti
dokumen pengapalan yg penyelesaian formulir
disyaratkan dlm L/C impor dan pelunasan
(termasuk Consular pajak/bea masuk yg
Invoice bila diharuskan). telah disahkan oleh bank
10. Menyerahkan dokumen kpd Bea dan Cukai utk
dan mengajukan wesel memperoleh D.O.
kpd advising/negotiating 9. Menyerakan D.O. dan
bank utk memperoleh B/L kpd maskapai
pembayaran/akseptasi pelayaran utk
sesuai syarat L/C. pengeluaran barang dg
11. Memperoleh atau tanpa perusahaan
pembayaran/akseptasi ekspedisi
wesel dari (F.F./E.M.K.L.).
advising/negotiating
bank.
12
13. EKSPORTIR IMPORTIR
12. Mengirim copy dokumen 10. Mengajukan claim ganti
pengapalan kpd rugi kpd eksportir atau
importir/memberitahuka kpd maskapai asuransi,
n pengapalan kpd dalam hal terdapat
importir. kehilangan atau
13. Dalam hal wesel kerusakan barang.
diaksep, meminta bank 11. Melunasi wesel pada
utk mendiskonto wese. tanggal jatuh tempo,
Bila kredit dari bank, kalau belum
melunasi kredit tsb dg diselesaikan
pembayaran hasil sebelumnya dengan
transaksi. baik.
13
14. PERSIAPAN EKSPORTIR
EKSPOR
IMPORTIR/ BANK KORESPONDEN
LUAR NEGERI
BUYER
ACCOUNT BANK PEMBUKA L/C
PARTY ISSUING/OPENING
BANK
LUAR NEGERI 12
DALAM NEGERI 1
2 BANK DEVISA
EKSPORTIR/ DALAM NEGERI
PRODUSEN/ 10
SUPPLIER 3 SELLER/
ADVISING BANK
BENEFICIARY 3
13 NEGOTIATING BANK
4,6
5,7,9 9 8
9
EKSPEDISI PELAYARAN BADAN-BADAN KEDUTAAN ASURANSI
EKSPOR ASING 14
15. PERSIAPAN IMPORTIR
IMPOR
EKSPORTIR/ BANK KORESPONDEN
LUAR NEGERI
SELLER ADVISING BANK
BENEFICARY
NEGOTIATING BANK
LUAR NEGERI
1 10
DALAM NEGERI
2 BANK DEVISA
IMPOTIR/ 3 DALAM NEGERI
PRODUSEN/ BUYER 4
SUPPLIER 3
BANK PEMBUKA L/C
ACCOUNT
PARTY 5
6,7,11 ISSUING/OPENING
BANK
8
9 10
9
BEA CUKAI PELAYARAN EKSPEDISI ASURANSI
15
16. FAKTOR YANG PENTING DIPERHATIKAN
PENJUAL (EKSPORTIR ) DAN PEMBELI
(IMPORTIR)
OLEH IMPORTIR (PEMBELI)
OLEH EKSPORTIR (PENJUAL)
16
17. OLEH IMPORTIR (PEMBELI):
1. Instruksi kpd issuing bank harus jelas dan tepat
dan tidak bertele-tele.
2. Syarat-syarat L/C dan dokumen yang dimintakan
harus sesuai dg kontrak jual-beli (Sales Contract)
atas dasar mana L/C dibuka.
3. Setiap pemeriksaan barang sebelum atau pada
waktu pengapalan haruslah dibuktikan dg
sebuah dokumen. Sifat dokumen tsb dan yg
mengeluarkan haruslah ditetapkan dalam L/C.
4. L/C tidak boleh mensyaratkan dokumen yg tidak
mungkin dapat dipenuhi oleh eksportir.
17
18. OLEH EKSPORTIR (PENJUAL):
1. Walaupun banyak waktu tersedia antara
penerimaan L/C dan penggunannya,
eksportir tidak boleh menunda-nunda
penelitian L/C tsb dan permintaan akan
perubahan-perubahan yang perlu.
2. Eksportir harus cukup puas dg
persyaratan-persyaratan dan dokumen yg
dimintakan dan telah sesuai dg Sales
Contract. Bank tidak berkepentingan
dalam kontrak tsb. Penelitian bank atas
dokumen tsb hanya atas dasar syarat L/C
dan perubahan yg ada pada L/C tsb.
18
19. OLEH EKSPORTIR (PENJUAL):
3. Bilamana sudah waktunya utk menyelesaikan
dokumen, eksportir harus:
a. Menyelesaikan dokumen yd diminta tepat
sebagaimana yg disyaratkan L/C.
b. Menyerahkan dokumen kpd bank secepat
mungkin atau setidaknya dalam masa
berlakunya L/C yg ditetapkan dlm L/C atau
sesuai Ps 47 UCPDC
3. Eksportir harus mengingat bahwa
ketidakcocokan L/C dg syarat yg ditetapkan
dalam L/C atau ketidaksempurnaannya dokumen
mewajibkan bank utk menolak pembayaran.
19
20. KASUS PERBANKAN YANG
MENGGUNAKAN L/C
Penggunaan L/C sebagi cara pembayaran dirasa
semakin hari semakin bertambah oleh sebab itu
peranan bank sebagai satu-satunya institusi penerbit
L/C juga semakin bertambah, peranan bank yang
semakin meningkat ini disisi lain menambah
pendapatan bank dari fungsinya sebagai penerbit L/C
atau fungsi yang lain, naumn di sisi lain peranan bank
dalam hal mekanisme L/C ini juga membawa risiko
kerugian karena L/C digunakan untuk hal-hal yang
menyimpang dari ketentuan yangberlaku. Berbagai
kasus perbankan yang terjadi dengan
menyalahgunakan L/C sangat beragam, bebrapa
contoh kasus akan dianalisis.
20
21. KASUS PERBANKAN YANG
MENGGUNAKAN L/C
Kasus Bank Pembangunan Indonesia
(Bapindo) dengan Golden Key.
Kasus Pembobolan BNI’46.
21
22. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Pada tahun 1994 wajah perbankan Indonesia
tercoreng dengan terbongkarnya kasus
pemberian fasilitas kredit sebesar Rp
900.000.000.000,00 dari Bapindo kepada PT.
Graha Swakarsa Prima (GSP) anak
perusahaan Golden Key Grup denga Eddy
Tansil selaku Direktur Utama dan pemegang
saham terbesar (60%).
22
23. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Kasus Posisi:
Pada Tahun 1989 dengan suratnya No: 07/GSP/89 tanggal
16 Juni 1989 GSP mengajukan kredit investasi untuk
pembelian mesin-mesin peralatan pabrik plastik sebesar Rp
225.900.000.000,00 dan kredit modal kerja sebesar Rp
24.730.000.000,00 untuk mendirikan pabrik Styrene
Monomer, High Impact Polystyrene, Acrylonitrile Butadibe
Styrene dan Styrene Acrylonitrile. Kredit Investasi tersebut
digunakan untuk membeli mesin/perlengkapan dengan
supplier/eksportir Lucky Engineering Co.Ltd di Korea yang
membayar dengan membuka Usane L/C 180 dari dengan
shipment 18 bulan kemudian. Pada waktu surat ini diajukan
belum terjadi perjanjian jual beli antara GSP dengan
beneficiary (Lucky Engineering), sehingga angka yang
diajukan untuk permohonan kredit tersebut hanya perkiraan
saja dari Sdr. Eddy Tansil.
23
24. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Permohonan kredit yang diajukan tersebut
dilampiri dengan proposal dari proyek yang
dimohonkan kredit dan ternyata kemudian
terungkap bahwa sebagian besar proposal
tersebut, data yang disampaikan tidak benar
termasuk tingkat pendidikan Sdr. Eddy Tansil
yang tercantum sarjana pada kenyataannya
hanya lulusan Sekolah Dasar.
24
25. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Permohonan GSP disetujui oleh Bapindo yaitu kredit
investasi sebesar US $ 125,500,000.00 (equivalen Rp
360.000.000.000,00) untuk pembukaan L/C yang terdiri
dari L/C dalam negeri (Surat Kredit Berdokumen Dalam
Negeri/SKBDN) sebesar US $ 50,800,000.00 dan L/C
untuk impor mesin dari Korea sebesar US $
74,700,000.00. sebelum L/C dibuka GSP harus
menyerahkan kontrak jual beli dengan Lucky Engineering
Korea selaku beneficiary dan menyerahkan deposito
sebesar Rp 3.600.000.000,00 (lebih kurang 1% dari nilai
L/C) sebagi jaminan tunai. Dua syarat utama tersebut
tidak diserahkan oleh GSP, sampai L/C dibuka oleh
Bapindo. Usance L/C ini dikirim Bapindo melalui telex ke
Korea Exchane Bank selaku Advising Bank untuk tahap
pertama di buka l/C No: 98/94/1391/PMDN-A/B 89
tanggal 27 Desember 1989 sebesar US $ 40,000,000.00.
25
26. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Dalam proses selanjutnya terjadi perubahan jenis L/C
dari Usance L/C menjadi Red Clause L/C yang
dilakukan oleh Maman Suparman selaku pimpinan
cabang Bapindo setelah mendapat persertujuan secara
lisan dari Direksi Bapindo, mengakibatkan L/C dapat
dicairkan sebelum carang dikirim atau tanpa melalui
penyerahan dokumen oleh beneficiary. Selanjutnya L/C
dibuka secara bertahap sekaligus pencairan kredit
untuk pembangunan pabrik, bahan dalam
perkembangannya terjadi perubahan mekanismya
termasuk perubahan beneficiary yang tidak disertai
analisis yang mendalam dari Bapindo.
26
27. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Kredit tersebut untuk membangun pabrik biji
besi dan pembelian mesin dengan
menggunakan Usance L/C. Kasus ini terkuak
karena pernyataan AA Baramuli kepala Menteri
Keuangan pada saat rapat dengar pendapat
dengan DPR RI. AA Baramuli menilai
pemberian kredit kepada GSP (Golden Key
Grup) tersebut memberikan indikasi kuat
terjadinya kolusi dan korupsi.
27
28. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Pada saat itu pabrik dari pihak Bapindo menjelaskan
bahwa kredit untuk pembangunan pabrik tersebut saat ini
sedang berjalan proses pembangunan biji plastik.
Kredituntuk pembelian mesin digunakan untuk
pembukaan Usance L/C yang kemudian dirubah menjadi
Red Clause L/C, namun mesin belum datang karena
pabrik belum selesai bangun. Pada waktu itu
dipertanyakan mengenai berapa besar kredit yang sudah
dicairkan dan dijawab bahwa untuk pembangunan pabrik
sudah ditarik 50% sedangkan untuk pembelian mesin
telah ditarik seluruhnya karena Usance L/C tersebut
berubah menjadi Red Clause L/C. Red Clause L/C
adalah L/C yang dicairkan sebelum barang dikirim
kepada pembeli. Secara internasional L/C jenis ini jarang
diterbitkan karena risiko yang sangat besar di pabrik
pembeli terutama bank yang melakukan pembayaran.
28
29. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Pertanyaan Bapindo mengenai Red Clause tersebut
mengejutkan berbagai pihak antara lain Bank Indonesia,
Departemen Keuangan, bahkan Menteri Keuangan
langsung memerintahkan kepada Kejaksaan Agung untuk
melakukan penyidikan atas kasus tersebut. Seluruh direksi
Bapindo serta pejabat yang terkait dengan GSP diperiksa
secara maraton termasuk Eddy Tansil.
Pada saat pemeriksaan tersebut terkuak berbagai hal yang
selama ini tidak diketahui antara lain pemberian fasilitas
kredit kepada GSP tidak melalui prosedur yang berlaku di
Bapindo bahkan analisis dilakukan secara sederhana
karena sudah ada rekomendasi (katabelece) daripejabat
tinggi negara. Pejabat tersebut memberikan katabelece
karena adanya keterlibatan putra presiden sebagai
pemegang saham GSP dan keluar sebagai pemegang
saham setelah kredit disetujui.
29
30. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Kasus ini menjadi semakin menarik ketika Eddy tansil
diberitakan melarikan diri serta ditemukannya Maman
Suparman meninggal dunia di dalam penjara. Maman
Suparman adalah kepala cabang Bapindo Jakarta yang
mengetahui secara detail proses pemberian, pencairan kredit,
penerbitan L/C sampai dengan perubahan L/C menjadi Red
Clause L/C. tidak adanya 2 orang kunci dalam kasus tersebut
tidak menyebabkan pemerikasaan terhenti namun berjalan
terus.
Agunan utama atas fasilitas kredit yang diterima GSP adalah
beberapa tanah dan rumah, serta pabrik yang sedang
ddibangun berikut mesin yang akan dibeli dari luar negeri,
setelah semua asset dihitung ternyata nilai agunan saat ini
sangat kurang dibandingkan fasilitas yang diberikan kepada
Golden Key karena agunan utama berupa pabrik belum selesai
pembangunannya dan mesin yang diimpor tidak dikirim oleh
penjual.
30
31. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Perjanjian yang dibuat antara Bapindo dan GSP hanya perjanjian
kredit untuk pembangunan pabrik sedangkan pembukaan L/C
untuk pembelian mesin dilakukan atas dasar Surat Permohonan
Pembukaan L/C (SSP L/C) yang dibuat GSP.
Pengadilan memutuskan hukuman penjara antara 3 sampai 5
tahun kepada 4 direkti Bapindo atas kesalahannya memberikan
kredit kepada GSP yang tidak sesuai prosedur serta perubahan
Red Clause L/C yang berakibatkan merugikan negara.
Pada saat pemeriksaan diketahui bahwa sebenarnya dana yang
telah dicairkan Bapindo baik untu pembayran L/C maupun kredit
investasi tidak seluruhnya digunakan sesuai tujuannya melainkan
sebagian besar diselewengkan untuk kepentingan pribadi antara
lain untuk membeli rumah, pulau, mobil, diberikan kepada
saudara-saudaranya.
31
32. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Analisis Kasus:
Pemberian kredit kepada Golden Key tidak melalui
analisis yang mendalam sehingga 5 C (Character,
Capacity, Capital, Condition of Economic, Collateral)
yang menjadi prinsip dasar pemberian kredit tidak
dipenuhi yaitu:
Bapindo tidak melakukan pengamatan secara cermat
atas Eddy Tansil selaku pemilik GSP karena adanya
rekomendasi pejabat tinggi negara sehingga Bapindo
tidak meneliti mengenai watak Eddy Tamsil termasuk
identitas serta informasi lainnya sederharusnya
dilakukan terlebih fasilitas NCL dan kredit yang
diberitahukan demikian besar.
32
33. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Proyek pabrik plastik yang akan didirikan Eddy Tansi merupakan
usaha yang basih baru dan berdasarkan usaha selama ini Eddy
Tansil tidak memiliki pengalaman di bidang pengolahan biji plastik.
Pengalaman Eddy Tansil selama ini adalah membuatpabrik bir,
sehingga syarat kemampuan (capacity) Tidak Dipenuhi.
Pendirian pabrik serta pembelian mesin yang nilainya mencapai
Rp 900.000.000.000,00 tersebut seharusnya GSP memiliki modal
minim 30%, namun berdasarkan hasil pemeriksan penyidik pada
waktunya terjadi penggelembungan nilai proyek sehingga modal
yang seharusnya dipenuhi dari dana GSP dibebankan kepada
nilai proyek tersebut yang mengakibatkan pemberian kredit lebih
besar dari yang seharusnya artinya pada saat pemberian
pendirian proyek ini modal yang dimiliki GSP sangat kecil
dibandingkan kredit yang diberikan Bapindo sehingga risiko yang
ditanggung Bapindo atas pendirian proyek ini sangat besar.
33
34. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Agunan yang seharusnya dikuasai Bapindo
sebagian besar ternyata agunan berupa proyek
yang akan dibiayai serta mesin yang akan
dibeli sehingga pada saat bangunan pabrik dan
mesin belum ada maka agunan hanya tanah
kosong yang sangat luas kurang lebih 10 ha
terletak di daerah yang kurang berkembang
serta beberapa rumah pribadi milik Eddy Tansil
yang apabila dijual hanya menutup 15% dari
total yang diberikan Bapindo.
34
35. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Perubahan Usance L/C menjadi Red Clause L/C
dilakukan dengan sangat ceroboh dan tidak hati-hati
karena risiko Red Clause berada di pihak pembeli
karena pembeli telah membayar kepada penjual
sebelum penjual menyerahkan dokumen pengiriman
barang, artinya segera dikirimkan oleh penjual bahkan
jika penjual wanprestasi pun pembeli telah siap.
Kecerobohan ini semakian terlihat mengingat dana
yang digunakan untuk membayar Red Clause L/C
tersebut berasal dari fasilitas kredit Bapindo kepada
GSP bukan dana pribadi GSP sehingga apabila terjadi
persekongkolan antara penjual (beneficiary) dengan
GSP maka kerugian ada pada Bapindo karena dana
tersebut menjadi piutang L/C yang membebani
keuangan Bapindo.
35
36. Kasus Bapindo dgn Golden Key
Akibat dari itu semua Bapindo mengalami kerugian serta
menyebabkan kondisi keuangan Bapindo sampai pada
tahap mengkhawatirkan sehingga Bapindo diputuskan untuk
merger dengan 3 bank milik pemerintah lainnya yaitu Bank
Bumi Daya, Bank Dagang Nasional, Bank Ekspor Impor
menjadi Bank Mandiri.
Pemberian fasilitas kepada GSP pada waktu itu pernah
muatan politis termasuk pembongkaran kasus tersebut yang
mengakibatkan proyek yang direncanakan menjadi gagal,
mesin yang diimpor tidak datang sehingga agunan pada
waktu itu daoat ditutup dengan asset milik Eddy Tansil
sehingga pengelolaannya diserahkan kapada BPPN.
Mahkamah Agung menolak permohonan kasasi Eddy
Tansil.
36
37. Kasus Pembobolan BNI’46
L/C sebagai cara pembayaran ternyata
juga dapat digunakan sebagai sarana
untuk melakukan tindak pidana
perbankan yang termasuk kejahatan
kerah putih (white Collar Crime) yang
sangat merugikan bank dan negara.
37
38. Kasus Pembobolan BNI’46
Kasus Posisi:
PT. Gramindo Mega Indonesia (GMI) dengan
pemegang saham mayoritas (35%) dan
direktur utama Ny. Maria Pauline Lumowa
adalah perusahaan yang tercatat sebagai
nasabah giro pada BNI’46 Cabang Kebayoran
Baru sejak bulan Agustus 2002. Bidang
usahanya adalah komoditi eksport pasir kuarsa
dan minyak residu dengan tujuan ekspor
negar-negara Timur Tengah.
38
39. Kasus Pembobolan BNI’46
Sejak Oktober 2002 berdasarkan L/C yang diterima
GMI dari sejumlah bank non koresponden Bank BNI’46
antara lain Dubai Bank Kenya Ltd, Rosbank
Switzerland S.A., Middle East Bank Kenya Ltd dan The
Wall Street Banking Corp Cook Island maka BNI’46
melakukan negosiasi wesel ekspor (Wesel Export
Sight) dan Diskonto Wesel Ekspor berjangka (Wesel
Export Usance), artinya atas L/C yang diterima GMI
tersebut BNI’46 melakukan pembayaran terlebih
dahulu (mengambil alih L/C) kemudian atas dasar
negosiasi tersebut BNI ’46 akan menunggu
pembayaran dari bank penerbit, apabila pembayaran
dari bank penerbit sudah dilakukan maka pembayaran
tersebut menjadi hak BNI’46.
39
40. Kasus Pembobolan BNI’46
Negosiasi yang dilakukan mencapai angka Rp
1.700.000.000.000,00 untuk 37 L/C dan dijamin
dengan wesel eksport, dari nnilai L/C tersebut
bank penerbit tidak melakukan pembayaran
(un paid). BNI’46 kemudian melakukan
penagihan kepada GMI. GMI hanya membayar
sebesar Rp 400.000.000.000,00 sehingga
masih ada kekurangan sebesar Rp
1.300.000.000.000,00 yang merupakan
potensial loss yang harus ditanggung BNI’46.
40
41. Kasus Pembobolan BNI’46
Analisis Kasus:
Keputusan BNI’46 melakukan negosiasi atas
L/C yang diterima GMI terlalu cepat mengingat
GMI nasabah baru sehingga belum diketahui
secara pasti dan belum dikenal bonafiditas,
kredibilitas serta kebiasaan transaksinya.
Keputusan suatu bank bersedia melakukan
negosiasi atas L/C yang diterima oleh
nasabahnya seharusnya melalui tahapan
analisis yang mendalam mengingat risiko bank
atas negosiasi tersebut sangat tinggi.
41
42. Kasus Pembobolan BNI’46
Apabila bank tidak yakin akan penerbitan L/C tersebut dan
bonafiditas nasabahnya belum diketahui maka bank cukup
bertindak sebagai bank penerus saja dan penagih ( collect)
sehingga fungsi bank ini seperti Advising Bank (meneruskan
tanpa ada tanggung jawab), apabila Bank Penerbit L/C
melakukan pembayaran maka bank yang menerima
pembayaran akan memberitahu kepada pihak penjual.
Keyakinan bank akan suatu L/C yang diterbitkan oleh bank di
luar negeri dapat dilakukan apabila bank penerbit L/C tersebut
telah memiliki hubungan baik serta diyakini bahwa bank
tersebut tidak mungkin melakukan un paid. Keterlibatan bank
korespondensi ini sekaligus untuk meyakini bahwa L/C tersebut
asli bukan palsu karena bank yang akan melakukan negosiasi
mengetahui secara pasti test key yang dilakukan yang dibuat
oleh bank korespondensinya.
42
43. Kasus Pembobolan BNI’46
Bank korespondensi yang berada di negara importir hal ini
juga untuk menghindari ekspor fiktif, karena penerbitan L/C
yang dilakukan oleh bank korespondensi pasti melalui
mekanisme penerbitan L/C yang sangat prinsip yaitu
permohonan dari pihak pembeli dan dipenuhinya syarat-
syarat dan prosedur pembukaan L/C yang telah ditentukan
oleh bank penerbit L/C.
Wesel Eksport yang digunakan untuk menjamin pencairan
L/C tersebut ternyata fiktif atau palsu.
Pencairan L/C tersebut masuk rekening-rekening milik GMI
dan serta beberapa perusahaan yang berada dalam
grupnya yait PT. Metrantara, PT. Bhinekatama Pacific, PT.
Triranu Charaka Pacific, PT. Basco Masindo, PT.
Magnetique Usaha Esa, PT. Feri Masterindo.
43
44. Kasus Pembobolan BNI’46
Isi dan proses dari L/C yang dinegosiasi BNI’46
mengandung beberapa kejanggalan yaitu:
1. Kuantitas barang yang dikirim tidak wajar mencapai 1,5
juta metrik ton pasir kuarsa dalam 1 kali pengapalan.
Jumlah tersebut tidak mungkin diangkut dalam 1 kali
pengapalan, hal ini dilakukan agar nilai L/C tinggi yaitu
rata-rata Rp 35.000.000.000,00 per L/C.
2. Pelabuhan tujuan di dalam B/L tidak disebutkan nama
pelabuhan yang pasti, tetapi hanya disebutkan China
Port.
3. Syarat dokumen yang harus diserahkan tidak
menyebutkan Pemberian Ekspor Barang (PEB) yaitu
dokumen yang digunakan untuk mengetahui atau
menjadi bukti adanya pengiriman barang.
44
45. Kasus Pembobolan BNI’46
4. Checking dokument verifikasi keabsahan terhadap
dokumen pengapalan atau B/L tidak dilakukan, di
kemudian hari terbukti bahwa perusahaan pengapalan
merupakan satu grup dengan GMI.
5. Dokumen L/C belum lengkap sudah dilakukan
pembayaran atas keputusan Customer Service
Manager Cabang BNI’46 Kebayoran Baru artinya
keputusan membayar untuk jumlah L/C yang demikian
tinggi hanya berada di tangan seorang Customer
Service tanpa diketahui oleh Pimpinan Cabang,
termasuk perpanjangan jangka waktu L/C yang akan
jatuh tempo.
45
46. KESIMPULAN
Dalam melaksanakan atau memproses permohonan
negosiasi/diskonto wesel ekspor oleh suatu bank harus
dilakukan secara hati-hati (prudent) dan meyakini
kredibilitas serta reputasi nasabah (know your
customer principles)
Adanya pemisahan unit kerja dalam hal proses
keputusan untuk melakukan negosiasi.
Risiko atas negosiasi L/C yang diterbitkan oleh bukan
bank korespondensi sangat tinggi dan tidak sebanding
fee yang diterima, sehingga keputusan negosiasi in
sangat gegabah dan tidak rasional.
Kewenangan yang terlalu besar pada 1 unit kerja
berada di suatu kantor cabang.
46
47. KESIMPULAN
Adanya unsur pidana dalam kasus BNI’46 yang melibatkan
pihak intern BNI’46 (fraud), beberapa tersangka telah
diperiksa bahkan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah
memutuskan bersalah karena melakukan tindak pidana
korupsi 2 pegawai BNI’46 yaitu Edii Santoso mantan Kepala
Divisi Pelayanan Luar Negeri dengan hukuman penjara
semumur hidup, dan denda sebesar Rp 1.000.000.000,00
Kusadiyuwono mantan Kepala Cabang BNI’46 Kebayoran
Baru hukuman penjara 16 tahun dan denda Rp
500.000.000,00. Saat ini Pengadilan juga sedang
memeriksa 5 orang terdakwa yang lain yaitu Olan Abdullah
Agam, dan Richard Konto semuanya direktur utama
perusahaan-perusahaan yang menerima aliran dana
pencairan tersebut atau yang terlibat dalam perkara
pembobolan BNI’46.
47
48. KESIMPULAN
Tidak berjalannya fungsi internal controe
secara optimal sehingga tidak dapat mencegah
negosiasi untuk L/C selanjutnya, seharusnya
internal control mengetahui adanya un paid L/C
sehingga untuk L/C selanjutnya tidak menerima
negosiasi melainkan collection saja.
Pengawasan intern pada bank seringkali
betindak sangat terlambat artinya pengawasan
akan bertindak apabila ada kejadian dan
umumnya kejadian tersebut setelah mencapai
nilai kerugian yang besar.
48