Dokumen tersebut membahas tentang Penyiar Sholawat Wahidiyah sebagai lembaga khidmah. Penyiar Sholawat Wahidiyah didirikan oleh Muallif Sholawat Wahidiyah pada tahun 1964 untuk menjalankan tugas pokok perjuangan Wahidiyah. Muallif mendapat tugas dari dawuh untuk menyusun sholawat dan memperbaiki mental masyarakat lewat jalan bathiniyah. Penyiar Sholawat Wahidiy
5. C. KHIDMAH PENYIAR SHOLAWATWAHIDIYAH
KHIDMAH PENYIAR
SHOLAWATWAHIDIYAH
KHIDMAH KEPADA
PERJUANGAN
6. A. SHALWAT WAHIDIYAH
1. MUALLIF SHOLAWAT WAHIDIYAH
Muallif Sholawat Wahidiyah, selanjutnya disebut
Muallif yang berarti penyusun, adalah Al Mukarrom
Romo Kyai Haji Abdoel Madjid Ma’roef Rodliyallohu
‘anhu, Pengasuh Pondok Pesantren Kedunglo, Desa
Bandar Lor, Kecamatan Mojoroto, Kotamadya
Kediri, Propinsi Jawa Timur, Indonesia.
7.
8. A. SHOLAWAT WAHIDIYAH
2. PENGERTIAN
Sholawat Wahidiyah adalah rangkaian doa
Sholawat Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam
sebagaimana tertulis di dalam Lembaran
Sholawat Wahidiyah, termasuk cara dan
adab pengamalannya.
9. A.SHOLAWATWAHIDIYAH
3. AJARANWAHIDIYAH
Yang dimaksud dengan Ajaran
Wahidiyah adalah bimbingan praktis
lahiriyah dan batiniyah berpedoman
kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits
dalam menjalankan tuntunan
Rosululloh Shollallohu ‘alaihi
wasallam meliputi bidang Islam,
bidang Iman dan bidang Ihsan,
mencakup segi syariat, segi
haqiqot/ma’rifat dan segi akhlak.
10. BENTUK DAN SIFAT
Penyiar Sholawat
Wahidiyah berbentuk
organisasi kerja
kemasyarakatan
keagamaan, bersifat
independen.
11. SIAPA SAJA YANG MENGAMALKAN
SHOLAWAT WAHIDIYAH DISEBUT
PENGAMAL SHOLAWAT WAHIDIYAH ATAU
PENGAMAL WAHIDIYAH ATAU PENGAMAL.
A. SHALAWAT WAHIDIYAH
4. PENGAMAL
12. B. PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH
1. PEMBENTUKANPenyiar Sholawat Wahidiyah didirikan oleh Romo KH Abdoel Madjid Ma’roef Rodliyallohu ‘anhu,
Muallif Sholawat Wahidiyah pada awal tahun 1964, untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan.( AD PSW pasal 3)
SEJARAH TERBENTUKNYA PSW;
Periode ke 1 (1964-1966): Ketua, K.H. Moh. Yassir (Ketua Syuriyah NU Kec. Kota Timur
Kediri).
Periode ke 2 (1966-1967): Ketua, K.H. Ahyat (ketika itu menjabat Rois Syuriyah NU Kota
Mojokerto).
Periode ke 3 (1967-1968): Ketua, K.H. Ahmad Jazuli al-Hafidh (dari Bumiayu-Jawa Tengah)
Periode ke 4 (1968-1970): Ketua, K. Ahmad Chamim Jazuli (dari Ploso-Mojo-Kediri,
Periode ke 5 (1970-1975): Ketua, K. Muhaimin (dari Kedunglo - Kediri).
Periode ke 6 (1975-1980): Ketua, A.F Badri (dari Kota Kediri).
Periode ke 7 (1980-1985): Hasil Musyawarah PSW tanggal 5 Oktober 1980
Periode ke 8 (1985-1987) : Hasil Musyawaroh Kubro Wahidiyah tanggal 12 – 14 Desember 1985
Periode ke 9 : dengan Surat Keputusan Muallif RA No: MSW/002/87 tanggal 31 Januari 1987.
Periode ke 10 : dengan Surat Keputusan Muallif RA No: MSW/004/1987 tanggal 24 Oktober 1987
:
Periode ke 11 : dengan Surat Keputusan Muallif RA No: MSW/006/1988 tanggal 21 Juli 1988 :
Periode ke 12 :Hasil Musyawarah Kubro Wahidiyah Luar Biasa, 12 – 14 Juli 1996.
Periode ke 13 : Hasil Musyawaroh Kubro Wahidiyah III, 12-14 Juli 2001.
Periode ke 14 : Hasil Musyawaroh Kubro Wahidiyah V, 26-28 Mei 2006.
Periode ke 15: Hasil Musyawaroh Kubro Wahidiyah VI,2011.
13. 2. AZAZ
PENYIAR SHALAWAT WAHIDIYAH
Penyiar Sholawat Wahidiyah
berasaskan Pancasila.(AD ART, BAB
IV PASAL 8. MUSKUB 2011)
14. TUGASPOKOK
PENYIARSHALAWATWAHIDIYAH
Tugas pokok Penyiar Sholawat Wahidiyah
adalah mengatur dalam arti menentukan
kebijaksanaan dan memimpin pelaksanaan
serta bertanggung jawab atas jalannya
Perjuangan Wahidiyah, meliputi bidang
pengamalan, penyiaran, pembinaan dan
pendidikan Wahidiyah, serta bidang
kegiatan lain yang menjadi sarana
penunjang pelaksanaan tugas pokok,
sesuai dengan bimbingan Muallif Sholawat
Wahidiyah. (AD ART, BAB V PASAL 10. MUSKUB 2011)
15. 4. FUNGSI
Penyiar Sholawat Wahidiyah
Penyiar Sholawat Wahidiyah
berfungsi sebagai lembaga khidmah
(pengabdian) dalam Perjuangan
Wahidiyah. (AD ART, BAB V PASAL
11. MUSKUB 2011)
17. TUJUAN
PERJUANGAN WAHIDIYAH
Perjuangan Wahidiyah mempunyai tujuan terwujudnya
keselamatan, kedamaian, kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup lahir batin, materiil dan spirituil di
dunia dan di akhirat bagi masyarakat umat manusia
seluruh dunia dengan mengusahakan:
Agar supaya umat masyarakat jami’al ‘alamin, terutama diri sendiri dan
keluarga, kembali taat dan sadar kepada Alloh Subhanahu waTa’alaTuhanYang
Maha Esa dan Rosul-Nya Shollallohu ‘alaihi wasallam.
Agar supaya akhlak-akhlak yang tidak baik dan merugikan terutama akhlak diri
sendiri dan keluarga segera diganti oleh Alloh Subhanahu waTa’ala dengan
akhlak yang baik dan menguntungkan.
Agar tercipta kehidupan dunia dalam suasana aman, damai, saling
menghormati, dan saling membantu sesama umat manusia segala bangsa.
Agar dilimpahkan barokah kepada bangsa dan negara serta segenap makhluk
ciptaan Alloh Subhanahu waTa’ala.
.
18. WILAYAH KERJA
Wilayah Kerja
Penyiar Sholawat Wahidiyah dapat didirikan
di seluruh wilayah Republik Indonesia dan di
luar negeri.
6. WILAYAH KERJA
19. 7. PRINSIP KERJA
prinsip kerja PSW “al musyawaroh
wal istikhoroh, at ta’awwun wat
tawakkul”, organisasi Penyiar
Sholawat Wahidiyah yang dibentuk
oleh Muallif Sholawat Wahidiyah
Rodliyallohu ‘anhu. (Muqoddimah
dalam Anggaran Dasar PSW)
20. 8. Lambang
Penyiar Sholawat Wahidiyah
Lambang Penyiar SholawatWahidiyah adalah tulisan huruf Arab
diambil dari Ayat Al-Qur’an berbunyi: FAFIRRUU ILALLOOH
berwarna putih di atas dasar warna hitam berbentuk bulat telur
dikelilingi delapan garis lengkung.
22. C. KHIDMAH PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH
Di dalam berkhidmah terhadap Muallif r.a PSW berusaha
mengaktualisasikanWasiat 09 Mei tahun 1989 yang kurang lebih :
....”Seperti kita maklumi bersama atu sebagian besar, yaitu di buku
Wahidiyah ada barangkali.
Pertama, saya mendapat alamat, satu dua dan tiga.
Lantas pada waktu itu saya usaha bermacam-macam.
Tapi yang terakhir, saya menyusun sholawat.
Jadi tegasnya, saya ditugaskan, ya maaf, ini untuk anu, ya … apa adanya.
Untuk ditugaskan, seperti yang … itu.Jadi ya … ya maaf para hadirin
dan hadirot dan para penyiar semua ini, ya, boleh dikatakan wakil
saya”.
(translit wasiat 9 mei 1989, 2010, DPP PSW, hal. 4).
23. Terusan...
Hal tersebut selaras dengan sejarah awal mula
disusunnya Sholawat Wahidiyah pada awal bulan
Juli 1959, oleh Hadlrotus Syekh Al-Mukarrom
Romo KH Abdoel Madjid Ma’roef Pengasuh
Pesantren Kedunglo, Desa Bandar Lor, Kota Kediri,
yang menerima “alamat ghoib”- istilah Beliau -
dalam keadaan terjaga dan sadar, bukan dalam
mimpi. Maksud dan isi alamat ghoib tersebut
kurang lebih: “supaya ikut berjuang memperbaiki
mental masyarakat lewat jalan bathiniyah”.
(Sejarah Ringkas Lahirnya Sholawat Wahidiyah,
disampaikan dalam diklatWahidiyah tgl 20 juli
2005 DPP PSW).
24. TERUSAN.....
“Para hadiriin hadiroot, di samping itu, terutama dari remaja-remaja
kita di samping kita kaum bapak, kaum ibu, mari kesempatan asrama
pengkaderan dalam bulan Romadlon yang diadakan di Pusat
Wahidiyah ini, mari kita ikuti, kita manfaatkan sebanyak-banyaknya
!. Sehingga dengan asrama yang akan kita laksanakan itu nanti
mendapat kemajuan yang luar biasa dalam perjuangan Fafirruu
Ilalloh wa Rosuulihi Shollalloohu 'alaihi wasallam !. Para hadiriin
hadiroot, obyek perjuangan kita tidak sembarangan para hadiriin
hadiroot !. Tidak hanya untuk satu dua orang, tidak hanya untuk satu
dua kampung, tidak hanya untuk satu dua daerah, tidak hanya untuk
satu dua negara, tapi untuk jamiial alamiin !. Bukan sembarangan !.
Obyek perjuangan kita adalah jamiial alamiin !. Dan sekarang sudah
sampai di mana, sudah berapa prosen para hadiriin hadiroot !.
(Pengajian ke-12 al-Hikam, Minggu Kliwon 21 Sya’ban 1387/07
Agstus 1977-Pengajian al-Hikam, DPP PSW, jilid 1, hal.23)
25. kesimpulan
Muallif mendapat tugas
Muallif dawuh dalam wasiat 9 mei 1989:
“Jadi tegasnya, saya ditugaskan”,...
Maksud dan isi tugas seperti dalambuku sejarah wahidiyah, muallif
bersabda:
“supaya ikut berjuang memperbaiki mental masyarakat lewat jalan
bathiniyah”. (Sejarah Ringkas Lahirnya Sholawat Wahidiyah,
disampaikan dalam diklat Wahidiyah tgl 20 juli 2005 DPP
PSW).
Muallif menyusun sholawat
Pengamal sebagai wakil untuk penyiaran
Psw sebagai wakil muallif, atau dengan kata lain psw sebagai
lembaga hidmah untuk melaksanakan tugas pokok perjuangan.