SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
PELAKU-PELAKU EKONOMI
Latar Belakang
• Di dalam sistem perekonomian Indonesia dikenal ada tiga pilar utama
yang menyangga perekonomian. Ketiga pilar itu adalah Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan
Koperasi, atau dapat dikatakan bahwa di dalam perekonomian
nasional ada dua kelompok pelaku ekonomi, yakni swasta dan
pemerintah.
• Peran dari pelaku-pelaku ekonomi tersebut di dalam perekonomian
Indonesia selama ini dapat dilihat dari jumlah indikator, terutama
dalam sumbangannya terhadap pembentukan atau pertumbuhan
PDB (pangsa PDB), kesempatan kerja lewat ekspor (pangsa ekspor)
dan sumbangannya terhadap keuangan pemerintah lewat
pembayaran pajak dan lainnya.
Perusahaan-Perusahaan Non-Koperasi
• Menurut database dari Menteri Negara Urusan
Koperasi dan UKM (Menegkop & UKM) dan Biro
Pusat Statistik (BPS), pada tahun 1997 ada sekitar
39,7 juta usaha mikro dan kecil (UMK), dengan nilai
penjualan rata-rata per tahun kurang dari Rp 1 miliar
per unit atau sekitar 99,8 % dari total unit usaha pada
tahun itu.
Jumlah Unit Usaha Menurut Skala Usaha di Semua
Sektor Ekonomi di Indonesia, 2000-2012 (ribu-unit)
Kategori
Skala
Usaha
2000 2003 2005 2007 2009 2010 2011 2012
UMK 39.705 43.372,9 47.006,9 47,720,3 52.723,5 53.781,1 55.162,2 56.485,6
UM 78,8 87,4 95,9 120,3 41,1 42,6 44,2 48.997
UB 5,7 6,5 6,8 4,5 4,7 4,8 4,95 4,97
Jumlah 39.789,7 43.466,8 47.109,6 49.845,0 52,769,3 53.828,5 55.211,4 56.539,6
Sumber: Menegkop & UKM (www.depkop.go.id) and BPS (www.bps.go.id)
Sejak krisis ekonomi 1997 – 1998, BUMN menjadi salah satu topik perdebatan
publik dan akademisi karena disatu sisi, citra BUMN yang selama ini buruk,
antara lain karena dianggap sebagai sarang KKN, sumber pemerasan dari
birokrat, tidak membawa manfaat bagi masyarakat banyak maupun sekitarnya.
Sedangkan disisi lain, upaya pemerintah melakukan privatisasi BUMN yang
oleh banyak kalangan masyarakat dianggap tidak sejalan dengan UUD 45 Pasal
33.
Column3,
2001, 169
Column3,
2002, 178
Column3,
2003, 178
Column3,
2004, 179
Column3,
2005, 165
Column3,
2006, 165
Column3,
2007, 139
Column3,
2008, 141
Column3,
2009, 141
Column3,
2010, 141
Column3,
2011, 140
Perkembangan Jumlah BUMN di Indonesia
2001 - 2011
• Dalam aspek sumbangan pajak dari BUMN ( yang terikat
dengan kinerjanya) terhadap anggaran pemerintah, menurut
data yang ada dari departemen keuangan dan kementrian
BUMN, pencapaian pajak BUMN meningkat dari sedikit di
bawah Rp. 40 triliun tahun 2004, menjadi sedikit diatas nilai
tersebut tahun 2006.
• Dalam proporsinya terhadap total pajak yang diterima
pemerintah, rasionya meningkat terus setiap tahunnya dari
23,5% tahun 2002 menjadi 45,3% tahun 2006 ( hanya tahun
2003 rasionya berkurang menjadi 25,1% ), sedangkan
pencapaian deviden BUMN untuk periode yang sama
mengalami suatu peningkatan yang cukup besar dari sedikit
dibawah Rp 10 triliun ( 2004 ) menjadi diatas Rp.20
triliun(2006).
Privatisasi BUMN
• Privatisasi BUMN sudah mulai secara bertahap sejak era orde baru. Waktu
itu, privatisasi sebagai bagian dari kebijakan liberalisasi ekonomi. Akibat
krisis ekonomi 1997-1998, dan keharusan pemerintah menanggung utang-
utang dari bank-bank swasta yang selanjutnya menyebabkan defisit APBN,
maka pemerintah diminta oleh IMF melalui letter of intent memberlakukan
Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 mengenai Privatisasi BUMN sebagai
perusahaan Publik (Persero).
• Privatisasi BUMN telah menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat
Indonesia. Pihak yang setuju dengan privatisasi BUMN berargumentasi
bahwa privatisasi perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja BUMN serta
menutup devisit APBN. Dengan adanya privatisasi, diharapkan BUMN akan
mampu beroperasi secara lebih profesional lagi. Logikanya, dengan
privatisasi diatas 50 persen, maka kendali dan pelaksanaan kebijakan BUMN
akan bergeser dari pemerintah ke investor baru.
Tabel : Efek dari Sejumlah Strategi Privatisasi BUMN
Kriteria Privatisasi
Yang Ideal
Pasar
Modal
Privat Investor D.N. Privat Investor L.N
< 50% >50% <50% >50%
Mampu meningkatkan
kinerja BUMN
X X V X V
Mampu menerapkan
prinsip-prinsip good
governance dalam
pengelolaan BUMN
X X V X V
Mampu meningkatkan
akses pasar internasional
X X V V V
Terjadinya transfer ilmu
pengetahuan dan
teknologi
X X V X V
Terjadinya perubahan
budaya kerja
X X V X V
Mampu memberikan
kontribusi menutup
devisit APBN
V V V V V
Catatan : DN = dalam negeri
• Tabel sebelumnya menunjukan bahwa diantara ke-5 alternatif model
privatisasi BUMN tersebut, yang paling mendekati ideal adalah
model privatisasi dengan penempatan swasta oleh investor asing
dengan pernyertaan di atas 50 persen. Menurut Purwoko (2002),
beberapa manfaat akan diperoleh dengan privatisasi dengan model
ini, antara lain peningkatan kemampuan untuk mengakses peluang di
pasar internasional, adanya transfer teknologi, terjadinya perubahan
budaya kerja yang positif, serta penerapan prinsip-prinsip good
corporate gorvenance dalam pengelolan BUMN.
• Untuk memperkecil resiko penolakan terhadap proses privatisasi
BUMN, disarankan agar pemerintah membuat sistem dan prosedur
privatisasi BUMN yang jelas, melakukan sosialisasi yang memadai
kepada pihak-pihak yang terkait, serta melaksanakan proses
privatisasi secara tranparan.
Koperasi
• Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, selama sejarahnya, koperasi
sebenarnya bukanlah organisasi usaha yang khas berasal dari Indonesia.
Kegiatan berkoperasi dan organisasi koperasi pada mulanya diperkenalkan
di Inggris sekitar abad pertengahan. Pada waktu itu, misi utama berkoperasi
adalah untuk menolong kaum buruh dan petani yang menghadapi masalah-
masalah ekonomi dengan menggalang kekuatan mereka sendiri
• Sejarah kelahiran dan berkembang nya koperasi di Negara maju dan Negara
berkembang memang sangat diametral. Di NM, koperasi lahir sebagai
gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan
berkembang dalam suasana persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya
itu, koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi
kebijakan ekonomi, termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan
perundangan yang mengatur koperasi, tumbuh kemudian sebagai tuntutan
masyarakat koperasi dalam rangka melindungi dirinya. Sedangkan di NB,
koperasi dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat
menjadi mitra Negara dalam menggerakan pembangunan untuk mencapai
kesejahteraan masyarakat. (Soetrisno, 2001)
Perkembangan di Indonesia
• Seperti yang diungkapkan oleh Widiyanto (1998) dari ketiga pilar ,
koperasi sering disebut sebagai soko guru perekonomian, secara
umum merupakan pilar ekonomi yang “jalannya paling terseok”
dibandingkan dengan BUMN dan apalagi BUMS. Padahal, koperasi
selama ini sudah didukung oleh pemerintah (bahkan berlebihan)
sesuai kedudukan istimewa dari koperasi di dalam system
perekonomian Indonesia.
• Sebagai soko guru perekonomian Indonesia, ide dasar pembentukan
koperasi sering dikaitkan dengan pasal 33 UUD 1945, khususnya
Ayat I yang menyebutkan bahwa “perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”.
• Dalam penjelasan UUD 1945 itu dikatakan bahwa bangun usaha yang
paling cocok dengan asas kekeluargaan ini adalah koperasi. Tafsiran
itu sering disebut sebagai perumusan pasal tersebut.
• Corak koperasi Indonesia adalah koperasi koperasi
dengan skala kecil, ini sangat berbeda dengan
koperasi-koperasi di Negara maju yang pada
umumnya skala besar dengan nilai aset dan omset
sangat besar.
• Di Indonesia, tidak semua koperasi yang ada adalah
koperasi aktif, misalnya hingga tahun 2004 tercatat
130.730, tetapi yang aktif hanya mencapai 71,50
persen, sedangkan yang menjalani rapat tahunan
anggota (RAT) hanya 35,42 persen koperasi saja.
• Memasuki tahun 2000, koperasi Indonesia didominasi oleh koperasi
kredit yang menguasai antara 55 hingga 60 persen dari keseluruhan
aset koperasi. Sementara itu, dilihat dari populasi koperasi yang
terkait dengan program pemerintah, hanya sekitar 25 persen dari
populasi koperasi atau sekitar 35 persen dari populasi koperasi aktif.
Hingga akhir 2002, posisi koperasi dalam pasar perkreditan mikro
menempati tempat kedua setelah Bank Rakyat Indonesia (BRI) unit
desa sebesar 46 persen dari KSP/USP dengan pangsa pasar sekitar 31
persen.
• Dengan demikian walaupun program pemerintah cukup gencar dan
menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian koperasi, tetapi
hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada. Sehingga
pada dasarnya, masih besar elemen untuk tumbuh nya kemandirian
koperasi (Soetrisno,2003).
• Perbedaan yang paling besar antara koperasi di negara-negara lain,
khususnya NM dengan di Indonesia adalah keberadaan dan peran
dari koperasi di Indonesia tidak lepas dari ideologi pancasila dan
UUD 45, yakni merupakan lembaga kehidupan rakyat indonesia
untuk menjamin hak hidupnya memperoleh pekerjaaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sehingga mewujudkan
suatu masyarakat adil dan makmur bagi seluruh rakyat indonesia,
sebagaimana dimaksud oleh pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang
sepenuhnya merupakan hak setiap warga negara (Hariyono,2003).
• Kosekuensinya, koperasi di Indonesia memiliki tanggung jawab
sosial jauh lebih besar daripada tanggung jawab “bisnis” yang
menekankan pada efisiensi, produktivitas, keuntungan dan daya
saing,dan sangat dipengaruhi oleh politik negara atau intervensi
pemerintah dibandingkan koperasi di NM.
BAB-VII-PELAKU-PELAKU-EKONOMI.pptx

More Related Content

Similar to BAB-VII-PELAKU-PELAKU-EKONOMI.pptx

PENGEMBANGAN KOPERASI & USAHA KECIL MENENGAH
PENGEMBANGAN KOPERASI & USAHA KECIL MENENGAHPENGEMBANGAN KOPERASI & USAHA KECIL MENENGAH
PENGEMBANGAN KOPERASI & USAHA KECIL MENENGAHDorii Listypeach
 
(10) USAHA KECIL MENENGAH
(10) USAHA KECIL MENENGAH(10) USAHA KECIL MENENGAH
(10) USAHA KECIL MENENGAHBakhrul Ulum
 
Sentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesia
Sentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesiaSentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesia
Sentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesiaMia Mancani
 
Sentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesia
Sentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesiaSentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesia
Sentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesiaMia Mancani
 
Peran BUMN dalam Meningkatkan Perekonomian Daerah _Pelatihan "TATA KELOLA & ...
Peran BUMN dalam Meningkatkan Perekonomian Daerah  _Pelatihan "TATA KELOLA & ...Peran BUMN dalam Meningkatkan Perekonomian Daerah  _Pelatihan "TATA KELOLA & ...
Peran BUMN dalam Meningkatkan Perekonomian Daerah _Pelatihan "TATA KELOLA & ...Kanaidi ken
 
Strategi pengembangan bumdes
Strategi pengembangan bumdesStrategi pengembangan bumdes
Strategi pengembangan bumdesTri Cahyono
 
Restrukturisasi BUMN dalam Perspektif Ekonomi Politik
Restrukturisasi BUMN dalam Perspektif Ekonomi PolitikRestrukturisasi BUMN dalam Perspektif Ekonomi Politik
Restrukturisasi BUMN dalam Perspektif Ekonomi PolitikSanerya Hendrawan
 
Usaha kecil dan menengah
Usaha kecil dan menengahUsaha kecil dan menengah
Usaha kecil dan menengahEnengNs
 
Peranan umkm &amp; koperasi dalam perekonomian indonesia
Peranan umkm &amp; koperasi dalam perekonomian indonesiaPeranan umkm &amp; koperasi dalam perekonomian indonesia
Peranan umkm &amp; koperasi dalam perekonomian indonesiaWahono Diphayana
 
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptnovri7
 
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptnovri7
 
Peran ukm dalam perekonomian indonesia
Peran ukm dalam perekonomian indonesiaPeran ukm dalam perekonomian indonesia
Peran ukm dalam perekonomian indonesiaIdhink Elfata
 
Isi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasi
Isi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasiIsi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasi
Isi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasiSlamet MF
 
Ekonomi koperasi
Ekonomi koperasiEkonomi koperasi
Ekonomi koperasiDesy Utami
 

Similar to BAB-VII-PELAKU-PELAKU-EKONOMI.pptx (20)

PENGEMBANGAN KOPERASI & USAHA KECIL MENENGAH
PENGEMBANGAN KOPERASI & USAHA KECIL MENENGAHPENGEMBANGAN KOPERASI & USAHA KECIL MENENGAH
PENGEMBANGAN KOPERASI & USAHA KECIL MENENGAH
 
273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf273-649-1-SM.pdf
273-649-1-SM.pdf
 
(10) USAHA KECIL MENENGAH
(10) USAHA KECIL MENENGAH(10) USAHA KECIL MENENGAH
(10) USAHA KECIL MENENGAH
 
Uu 19 2003 Pjls
Uu 19 2003 PjlsUu 19 2003 Pjls
Uu 19 2003 Pjls
 
Sentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesia
Sentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesiaSentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesia
Sentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesia
 
Sentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesia
Sentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesiaSentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesia
Sentuhan ekonomi koperasi untuk kemajuan perekonomian di indonesia
 
Kelompok 16
Kelompok 16Kelompok 16
Kelompok 16
 
Makro1
Makro1Makro1
Makro1
 
Pasar Modal
Pasar ModalPasar Modal
Pasar Modal
 
Peran BUMN dalam Meningkatkan Perekonomian Daerah _Pelatihan "TATA KELOLA & ...
Peran BUMN dalam Meningkatkan Perekonomian Daerah  _Pelatihan "TATA KELOLA & ...Peran BUMN dalam Meningkatkan Perekonomian Daerah  _Pelatihan "TATA KELOLA & ...
Peran BUMN dalam Meningkatkan Perekonomian Daerah _Pelatihan "TATA KELOLA & ...
 
Strategi pengembangan bumdes
Strategi pengembangan bumdesStrategi pengembangan bumdes
Strategi pengembangan bumdes
 
Restrukturisasi BUMN dalam Perspektif Ekonomi Politik
Restrukturisasi BUMN dalam Perspektif Ekonomi PolitikRestrukturisasi BUMN dalam Perspektif Ekonomi Politik
Restrukturisasi BUMN dalam Perspektif Ekonomi Politik
 
Usaha kecil dan menengah
Usaha kecil dan menengahUsaha kecil dan menengah
Usaha kecil dan menengah
 
Peranan umkm &amp; koperasi dalam perekonomian indonesia
Peranan umkm &amp; koperasi dalam perekonomian indonesiaPeranan umkm &amp; koperasi dalam perekonomian indonesia
Peranan umkm &amp; koperasi dalam perekonomian indonesia
 
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
 
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.pptPresentasi Tesis RUSDI.ppt
Presentasi Tesis RUSDI.ppt
 
Peran ukm dalam perekonomian indonesia
Peran ukm dalam perekonomian indonesiaPeran ukm dalam perekonomian indonesia
Peran ukm dalam perekonomian indonesia
 
Isi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasi
Isi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasiIsi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasi
Isi proposal teknis kajian kerangka kebijakan investasi
 
orasi ilmia
orasi ilmiaorasi ilmia
orasi ilmia
 
Ekonomi koperasi
Ekonomi koperasiEkonomi koperasi
Ekonomi koperasi
 

BAB-VII-PELAKU-PELAKU-EKONOMI.pptx

  • 2. Latar Belakang • Di dalam sistem perekonomian Indonesia dikenal ada tiga pilar utama yang menyangga perekonomian. Ketiga pilar itu adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Koperasi, atau dapat dikatakan bahwa di dalam perekonomian nasional ada dua kelompok pelaku ekonomi, yakni swasta dan pemerintah. • Peran dari pelaku-pelaku ekonomi tersebut di dalam perekonomian Indonesia selama ini dapat dilihat dari jumlah indikator, terutama dalam sumbangannya terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDB (pangsa PDB), kesempatan kerja lewat ekspor (pangsa ekspor) dan sumbangannya terhadap keuangan pemerintah lewat pembayaran pajak dan lainnya.
  • 3. Perusahaan-Perusahaan Non-Koperasi • Menurut database dari Menteri Negara Urusan Koperasi dan UKM (Menegkop & UKM) dan Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 1997 ada sekitar 39,7 juta usaha mikro dan kecil (UMK), dengan nilai penjualan rata-rata per tahun kurang dari Rp 1 miliar per unit atau sekitar 99,8 % dari total unit usaha pada tahun itu.
  • 4. Jumlah Unit Usaha Menurut Skala Usaha di Semua Sektor Ekonomi di Indonesia, 2000-2012 (ribu-unit) Kategori Skala Usaha 2000 2003 2005 2007 2009 2010 2011 2012 UMK 39.705 43.372,9 47.006,9 47,720,3 52.723,5 53.781,1 55.162,2 56.485,6 UM 78,8 87,4 95,9 120,3 41,1 42,6 44,2 48.997 UB 5,7 6,5 6,8 4,5 4,7 4,8 4,95 4,97 Jumlah 39.789,7 43.466,8 47.109,6 49.845,0 52,769,3 53.828,5 55.211,4 56.539,6 Sumber: Menegkop & UKM (www.depkop.go.id) and BPS (www.bps.go.id)
  • 5. Sejak krisis ekonomi 1997 – 1998, BUMN menjadi salah satu topik perdebatan publik dan akademisi karena disatu sisi, citra BUMN yang selama ini buruk, antara lain karena dianggap sebagai sarang KKN, sumber pemerasan dari birokrat, tidak membawa manfaat bagi masyarakat banyak maupun sekitarnya. Sedangkan disisi lain, upaya pemerintah melakukan privatisasi BUMN yang oleh banyak kalangan masyarakat dianggap tidak sejalan dengan UUD 45 Pasal 33. Column3, 2001, 169 Column3, 2002, 178 Column3, 2003, 178 Column3, 2004, 179 Column3, 2005, 165 Column3, 2006, 165 Column3, 2007, 139 Column3, 2008, 141 Column3, 2009, 141 Column3, 2010, 141 Column3, 2011, 140 Perkembangan Jumlah BUMN di Indonesia 2001 - 2011
  • 6. • Dalam aspek sumbangan pajak dari BUMN ( yang terikat dengan kinerjanya) terhadap anggaran pemerintah, menurut data yang ada dari departemen keuangan dan kementrian BUMN, pencapaian pajak BUMN meningkat dari sedikit di bawah Rp. 40 triliun tahun 2004, menjadi sedikit diatas nilai tersebut tahun 2006. • Dalam proporsinya terhadap total pajak yang diterima pemerintah, rasionya meningkat terus setiap tahunnya dari 23,5% tahun 2002 menjadi 45,3% tahun 2006 ( hanya tahun 2003 rasionya berkurang menjadi 25,1% ), sedangkan pencapaian deviden BUMN untuk periode yang sama mengalami suatu peningkatan yang cukup besar dari sedikit dibawah Rp 10 triliun ( 2004 ) menjadi diatas Rp.20 triliun(2006).
  • 7. Privatisasi BUMN • Privatisasi BUMN sudah mulai secara bertahap sejak era orde baru. Waktu itu, privatisasi sebagai bagian dari kebijakan liberalisasi ekonomi. Akibat krisis ekonomi 1997-1998, dan keharusan pemerintah menanggung utang- utang dari bank-bank swasta yang selanjutnya menyebabkan defisit APBN, maka pemerintah diminta oleh IMF melalui letter of intent memberlakukan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 mengenai Privatisasi BUMN sebagai perusahaan Publik (Persero). • Privatisasi BUMN telah menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat Indonesia. Pihak yang setuju dengan privatisasi BUMN berargumentasi bahwa privatisasi perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja BUMN serta menutup devisit APBN. Dengan adanya privatisasi, diharapkan BUMN akan mampu beroperasi secara lebih profesional lagi. Logikanya, dengan privatisasi diatas 50 persen, maka kendali dan pelaksanaan kebijakan BUMN akan bergeser dari pemerintah ke investor baru.
  • 8. Tabel : Efek dari Sejumlah Strategi Privatisasi BUMN Kriteria Privatisasi Yang Ideal Pasar Modal Privat Investor D.N. Privat Investor L.N < 50% >50% <50% >50% Mampu meningkatkan kinerja BUMN X X V X V Mampu menerapkan prinsip-prinsip good governance dalam pengelolaan BUMN X X V X V Mampu meningkatkan akses pasar internasional X X V V V Terjadinya transfer ilmu pengetahuan dan teknologi X X V X V Terjadinya perubahan budaya kerja X X V X V Mampu memberikan kontribusi menutup devisit APBN V V V V V Catatan : DN = dalam negeri
  • 9. • Tabel sebelumnya menunjukan bahwa diantara ke-5 alternatif model privatisasi BUMN tersebut, yang paling mendekati ideal adalah model privatisasi dengan penempatan swasta oleh investor asing dengan pernyertaan di atas 50 persen. Menurut Purwoko (2002), beberapa manfaat akan diperoleh dengan privatisasi dengan model ini, antara lain peningkatan kemampuan untuk mengakses peluang di pasar internasional, adanya transfer teknologi, terjadinya perubahan budaya kerja yang positif, serta penerapan prinsip-prinsip good corporate gorvenance dalam pengelolan BUMN. • Untuk memperkecil resiko penolakan terhadap proses privatisasi BUMN, disarankan agar pemerintah membuat sistem dan prosedur privatisasi BUMN yang jelas, melakukan sosialisasi yang memadai kepada pihak-pihak yang terkait, serta melaksanakan proses privatisasi secara tranparan.
  • 10. Koperasi • Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, selama sejarahnya, koperasi sebenarnya bukanlah organisasi usaha yang khas berasal dari Indonesia. Kegiatan berkoperasi dan organisasi koperasi pada mulanya diperkenalkan di Inggris sekitar abad pertengahan. Pada waktu itu, misi utama berkoperasi adalah untuk menolong kaum buruh dan petani yang menghadapi masalah- masalah ekonomi dengan menggalang kekuatan mereka sendiri • Sejarah kelahiran dan berkembang nya koperasi di Negara maju dan Negara berkembang memang sangat diametral. Di NM, koperasi lahir sebagai gerakan untuk melawan ketidakadilan pasar, oleh karena itu tumbuh dan berkembang dalam suasana persaingan pasar. Bahkan dengan kekuatannya itu, koperasi meraih posisi tawar dan kedudukan penting dalam konstelasi kebijakan ekonomi, termasuk dalam perundingan internasional. Peraturan perundangan yang mengatur koperasi, tumbuh kemudian sebagai tuntutan masyarakat koperasi dalam rangka melindungi dirinya. Sedangkan di NB, koperasi dihadirkan dalam kerangka membangun institusi yang dapat menjadi mitra Negara dalam menggerakan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. (Soetrisno, 2001)
  • 11. Perkembangan di Indonesia • Seperti yang diungkapkan oleh Widiyanto (1998) dari ketiga pilar , koperasi sering disebut sebagai soko guru perekonomian, secara umum merupakan pilar ekonomi yang “jalannya paling terseok” dibandingkan dengan BUMN dan apalagi BUMS. Padahal, koperasi selama ini sudah didukung oleh pemerintah (bahkan berlebihan) sesuai kedudukan istimewa dari koperasi di dalam system perekonomian Indonesia. • Sebagai soko guru perekonomian Indonesia, ide dasar pembentukan koperasi sering dikaitkan dengan pasal 33 UUD 1945, khususnya Ayat I yang menyebutkan bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. • Dalam penjelasan UUD 1945 itu dikatakan bahwa bangun usaha yang paling cocok dengan asas kekeluargaan ini adalah koperasi. Tafsiran itu sering disebut sebagai perumusan pasal tersebut.
  • 12. • Corak koperasi Indonesia adalah koperasi koperasi dengan skala kecil, ini sangat berbeda dengan koperasi-koperasi di Negara maju yang pada umumnya skala besar dengan nilai aset dan omset sangat besar. • Di Indonesia, tidak semua koperasi yang ada adalah koperasi aktif, misalnya hingga tahun 2004 tercatat 130.730, tetapi yang aktif hanya mencapai 71,50 persen, sedangkan yang menjalani rapat tahunan anggota (RAT) hanya 35,42 persen koperasi saja.
  • 13. • Memasuki tahun 2000, koperasi Indonesia didominasi oleh koperasi kredit yang menguasai antara 55 hingga 60 persen dari keseluruhan aset koperasi. Sementara itu, dilihat dari populasi koperasi yang terkait dengan program pemerintah, hanya sekitar 25 persen dari populasi koperasi atau sekitar 35 persen dari populasi koperasi aktif. Hingga akhir 2002, posisi koperasi dalam pasar perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah Bank Rakyat Indonesia (BRI) unit desa sebesar 46 persen dari KSP/USP dengan pangsa pasar sekitar 31 persen. • Dengan demikian walaupun program pemerintah cukup gencar dan menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian koperasi, tetapi hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada. Sehingga pada dasarnya, masih besar elemen untuk tumbuh nya kemandirian koperasi (Soetrisno,2003).
  • 14. • Perbedaan yang paling besar antara koperasi di negara-negara lain, khususnya NM dengan di Indonesia adalah keberadaan dan peran dari koperasi di Indonesia tidak lepas dari ideologi pancasila dan UUD 45, yakni merupakan lembaga kehidupan rakyat indonesia untuk menjamin hak hidupnya memperoleh pekerjaaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan sehingga mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur bagi seluruh rakyat indonesia, sebagaimana dimaksud oleh pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang sepenuhnya merupakan hak setiap warga negara (Hariyono,2003). • Kosekuensinya, koperasi di Indonesia memiliki tanggung jawab sosial jauh lebih besar daripada tanggung jawab “bisnis” yang menekankan pada efisiensi, produktivitas, keuntungan dan daya saing,dan sangat dipengaruhi oleh politik negara atau intervensi pemerintah dibandingkan koperasi di NM.