SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Rayyandini et al.: Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Herbisida 57
J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993
Vol. 5, No. 1: 57 – 62, Januari 2017
PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN HERBISIDA
TERHADAP ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA FASE GENERATIF
PERTANAMAN SINGKONG (Manihot utilissima) MUSIM TANAM KE-2
Karina Rayyandini, Irwan Sukri Banuwa&Afandi
Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung, Lampung 35145
Email: rayyandini_karina@yahoo.com
ABSTRAK
Degradasi lahan merupakan hilangnya fungsi tanah sebagai sumber air dan hara bagi tanaman, sebagai tempat akar tanaman
berjangkar, serta sebagai tempat air dan unsur hara ditambahkan. Degradasi lahan dapat disebabkan oleh hilangnya unsur
hara dan bahan organik dari daerah perakaran, terkumpulnya garam atau senyawa racun bagi tanaman di daerah perakaran,
penjenuhan tanah oleh air (water logging), dan erosi. Aliran permukaan yang terjadi menjadi pemicu terjadinya erosi yang
mengakibatkan degradasi lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah terhadap aliran
permukaan dan erosi pada fase generatif tanaman singkong, untuk mengetahui pengaruh herbisida terhadap besarnya laju
aliran permukaan dan erosi pada fase generatif tanaman singkong dan untuk mengetahui interaksi sistem olah tanah dan
penggunaan herbisida terhadap aliran permukaan dan erosi pada fase generatif tanaman singkong. Penelitian ini dilakukan
menggunakan metode petak kecil 4x4. Penelitian petak erosi ini menggunakan Rancangan Faktorial 2x2, dengan 4 kali ulangan.
Perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu sistem olah tanah dan herbisida. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem olah
tanah tidak nyata mempengaruhi aliran permukaan dan erosi, sedangkan herbisida nyata mempengaruhi aliran permukaan dan
erosi yang terjadi. Penelitian ini dilakukan pada fase generatif pertanaman dan diperoleh 18 kali hujan dengan total curah hujan
sebesar 477,2 mm.
Kata kunci :Aliran permukaan, erosi, herbisida, sistem olah tanah
PENDAHULUAN
Olah tanah merupakan kegiatan memperbaiki
kondisi tanah dengan proses pembalikan, penghancuran
serta perataan tanah (Utomo, 2012). Olah tanah dapat
memperbaiki infiltrasi air dan aerasi, dan mengendalikan
hama serta sisa-sisa tanaman. Pengolahan tanah dapat
meningkatan ketahanan tanah terhadap penetrasi
gerakan vertikal air tanah atau yang lebih sering disebut
daya infiltrasi tanah. Menurut Putte, dkk. (2012) aliran
permukaan adalah air hujan atau bagian dari air hujan
yang jatuh dan mengalir di atas permukaan tanah yang
mengalir menuju daerah pengendapan seperti sungai,
waduk atau laut. Aliran permukaan yang terjadi menjadi
pemicu terjadinya erosi yang mengakibatkan degradasi
lahan. Sistem olah tanah konservasi sangat diperlukan
untuk menekan besarnya aliran permukaan dan erosi
(Banuwa, 2013). Menurut Meijer, dkk. (2013)
pengolahan tanah secara signifikan dapat mempengaruhi
kerentanan tanah terhadap erosi yang dapat
mempercepat dan memperbesar laju erosi.
Erosi menyebabkan hilangnya tanah lapisan atas
yangmempunyaisifat fisikdankimiayangbaik(Schmidt,
2000). Hal ini mengakibatkan terjadinya degradasi
lahan, yang merupakan hilangnya fungsi tanah sebagai
sumber air dan hara bagi tanaman, sebagai tempat akar
tanaman berjangkar, serta sebagai tempat air dan unsur
hara ditambahkan. Degradasi lahan dapat disebabkan
oleh hilangnya unsur hara dan bahan organik dari daerah
perakaran, terkumpulnya garam atau senyawa racun
bagi tanaman di daerah perakaran, penjenuhan tanah
oleh air (water logging), dan erosi (Arsyad, 2010).
Penyebab terjadinya erosi tentu tidak lepas dari
peranan manusia terutama ditinjau dari tindakan dalam
memperlakukan lahan untuk memenuhi kebutuhannya.
Tindakan manusia yang hanya semata-mata untuk
mendapatkan keuntungan tanpa menjaga keseimbangan
alam dan lingkungannya akan menjadi penyebab
meningkatnya erosi (Banuwa, 2013). Manusia juga
dapat mencegah atau menekan erosi dengan tindakan
pengelolaan lahan yang mempertimbangkan
keseimbangan antara kerusakan tanah dengan proses
pembentukan tanah. Dalam hal ini manusia mengelola
lahan sesuai dengan kemampuan tanah dan mencegah
terjadinya kerusakan tanah tersebut (Arsyad, 2010).
58 Jurnal Agrotek Tropika 5(1): 57-62, 2017
Vegetasi di atas tanah atau tumbuhan yang
tumbuhdiatas permukaantanahmemiliki pengaruhdalam
mencegah aliran permukaan dan erosi (Arsyad, 2010).
Salah satu cara untuk mengurangi aliran permukaan
yang terjadi, dapat dilakukan dengan teknik budidaya
tanaman vegetasi dan pemanfaatan sisa tanaman atau
serasah. Vegetasi (penutup tanah) dapat berupa bagian
tanaman atau gulma. Penutupan tanah oleh vegetasi
dapat menurunkan aliran permukaan yang terjadi,
sehingga erosi menjadi berkurang (Schmidt, 2000).
Herbisida adalah bahan kimia atau kultur hayati
yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan
gulma (Sembodo, 2010). Penggunaan herbisida bahan
aktif glyfosat sangat efektik dalam memberantas gulma
dalam waktu singkat. Bahan aktif 2,4 D pada herbisida
juga dapat mengendalikan gulma dengan baik karena
bersifat efektif, selektif dan sistemik.Aplikasi herbisida
dapat mengurangi gulma yang berperan sebagai vegetasi
(Lamid, dkk. 1998).
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian tahun ke-
3 dan hanya dilakukan pada fase generatif pertanaman
singkong yaitu bulanApril sampai dengan Oktober 2016.
Untuk menghitung aliran permukaan dan erosi yang
terjadi.
Penelitian ini dilaksanakan pada petak erosi dan
menggunakan rancangan faktorial 2x2 dengan 4 kali
ulangan. Faktor pertama meliputi Sistem Olah Tanah,
yakni F (pengolahan tanah penuh/konvensional) dan M
(pengolahan tanah minimum), dan faktor kedua meliputi
Herbisida yakni H1 (pemberian herbisida), H0 (tanpa
pemberian herbisida). Sehingga didapatkan 16
perlakuan (Gambar 1).
Gambar 1. Skema penelitian pada petak erosi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan
olah tanah nyata mempengaruhi bobot gulma
pertanaman dan bobot brangkasan tanaman singkong,
namun tidak nyata mempengaruhi laju erosi dan aliran
permukaan tanah, diameter singkong, tinggi singkong,
serta produksi singkong. Perlakuan herbisida nyata
mempengaruhi laju erosi, aliran permukaan, serta
diameter dan tinggi tanaman singkong. Perlakuan
herbisida tidak nyata mempengaruhi bobot gulma, serta
bobot brangkasan dan produksi singkong. Interaksi
perlakuan olah tanah dan pemberian herbsida tidak nyata
mempengaruhi seluruh variabel yang diamati. Hasil
penelitianyangtelah dilakukaninidiperoleh18 kalihujan
dengan total curah hujan yang terjadi sebesar 477,2 mm.
Pada perhitungan diperoleh kadar air tanah sebesar 0,94
gram. Aliran permukaan dan erosi yang terjadi nyata
dipengaruhi oleh perlakuan herbisida.
Aliran Permukaan (mm). Berdasarkan data yang
diperoleh dan kemudian dilakukan uji BNT (Tabel 1),
dari total curah hujan yang didapat yaitu sebesar 477,2
mm, hanya 7 % yang menimbulkan aliran permukaan
pada perlakuan pemberian herbisida. Pada perlakuan F
yaitu 6,7 %, pada perlakuan M yaitu 5,1 %, dan yang
terendah pada perlakuan tanpa herbisida yaitu 5 %.
Menurut Troeh (dkk, 1980 dalam Banuwa 2013) aliran
permukaan dapat mencapai 75% dari hujan pada tanah
yang tidak permeabel, lereng curamdan kondisi vegetasi
yang buruk.
Pada dasarnya perlakuan olah tanah penuh sangat
berbeda dengan perlakuan olah tanah minimum.
Perlakuan olah tanah minimumdilakukan dengan tujuan
memperkecil aliran permukaan dan erosi. Pada
perlakuan olah tanah minimum, aliran permukaan yang
terjadi lebih kecil daripada perlakuan olah tanah penuh.
Karena pada olah tanah minimum, tanah hanya diolah
seperlunya dengan meninggalkan sisa tanaman sebagai
mulsa. Sedangkan pada perlakuan olah tanah penuh,
tanah diolah secara maksimal tanpa memanfaatkan sisa
tanaman dan gulma sebagai penutup tanah, sehingga
aliran permukaannya tinggi.
Erosi. Hasil pengamatan yang didapat berbeda
dari tujuan olah tanah minimum yang dilakukan. Erosi
yang terjadi pada perlakuan olah tanah minimum
memiliki jumlah yang sama dengan erosi yang terjadi
pada perlakuan olah tanah penuh yaitu sebesar 0,09 ton/
ha. Hal ini diduga karena produksi yang didapat (Tabel
2) berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi
yang terjadi. Pertumbuhan umbi di lahan pertanaman
pada fase generatif dapat memecah agregat tanah dan
merubah struktur tanah. Umbi yang terdapat di dalam
Rayyandini et al.: Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Herbisida 59
Tabel 2. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Erosi
Tabel 1. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Aliran Permukaan
Perlakuan Aliran Permukaan (mm)
F 32,88 a
M 24,64 a
H0 23,90 a
H1 33,63 b
Nilai BNT 8,76
Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian
herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%.
Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian
herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%.
tanah semakin lama akan semakin besar dan akan
mengangkat permukaan tanah. Oleh karena itu seiring
berjalannya waktu, pada lahan perlakuan olah tanah
minimum dan olah tanah penuh memperoleh erosi yang
sama besar.
Selain itu, ada atau tidaknya bahan pembawa erosi
yang semakin lama semakin berkurang dapat
mempengaruhi besarnya erosi yang terjadi. Menurut
Arsyad (2010) pengolahan tanah hanya memperbaiki
sifat fisik tanah sementara, karena tanah yang telah
diolah akan lebih mudah terangkat oleh air. Menurut
Banuwa (2013) Erosi tanah terjadi melalui proses
penghancuran partikel-partikel tanah dan proses
pengangkutan partikel-partikel tanah yang telah
dihancurkan. Terdapat dua macam erosi yang terjadi
yaitu erosi percik (splash erosion) merupakan erosi
yang disebabkan oleh pemecahan struktur tanah dan
erosi gerusan (scour erosion) merupakan erosi yang
disebabkan oleh gerusan aliran permukaan.
Pengaruh pertumbuhan umbi yang memecah
agregat tanah dapat memperbesar terjadinya erosi
percik. Erosi percik ini akan semakin besar dengan
semakin besarnya massa dan kecepatan jatuh butir hujan
(Arsyad, 2010). Erosi disebabkan oleh aliran permukaan
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor curah hujan,
karakteristik tanah (sifat fisik), penutupan lahan, dan
kemiringan lereng.
Pemberian herbisida mampu mengendalikan
gulma di lahan. Pemberian herbisida menyebabkan
berkurangnya persen penutupan tanah oleh tanaman.
Berkurangnya penutup tanah akan menyebabkan
infiltrasimenurun yang mengakibatkan aliran permukaan
tinggi. Gulma di lahan selain dapat meningkatkan
infiltrasi, juga dapat menjadi penghalang terbawanya
partikel tanah oleh air yang dapat menimbulkan erosi.
Air hujan yang jatuh ke permukaan tidak lagi dihambat
oleh keberadaan gulma yang berfungsi sebagai tanaman
vegetasi sehingga tanah lebih mudah terangkut dan
terbawa oleh air.
Menurut Schwab, dkk (1981 dalam Banuwa
2013) vegetasi yang baik akan memperlambat aliran
permukaan dan akan meningkatkan infiltrasi untuk
mengurangi laju aliran permukaan yang akan
menimbulkan erosi. Pada perlakuan tanpa herbisida,
aliran permukaan dan erosi paling kecil terjadi. Hal ini
dikarenakan keberadaan gulma di lahan berfungsi
sebagai penutup tanah yang dapat mengurangi aliran
permukaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Banuwa, dkk. (2014) bahwa pengolahan tanah tidak
nyata mempengaruhi aliran permukaan yang terjadi.
Aliran permukaan dan erosi memiliki hubungan erat
dengan curah hujan, karena air hujan yang jatuh ke
permukaan tanah dapat mengangkut tanah lapisan atas
Perlakuan Erosi (Ton/ha)
F 0,09 a
M 0,09 a
H0 0,08 a
H1 0,11 b
Nilai BNT 0,03
60 Jurnal Agrotek Tropika 5(1): 57-62, 2017
yang disebabkan oleh aliran permukaan. Menurut
Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) curah hujan
merupakan salah satu unsur iklim yang besar perannya
terhadap kejadian longsor dan erosi.
Menurut Wischmeir dan Smith (1978 dalam
Banuwa, 2013) curah hujan mempengaruhi erosi dengan
dua cara yaitu pukulan butir hujan terhadap tanah serta
jumlah dan lamanya hujan.
Aliran permukaan terjadi pada saat butir hujan
jatuh diatas permukaan tanah, butir hujan ini yang dapat
memecahkan agregat tanah menjadi partikel kecil.
Sehingga partikel tersebut akan mengikuti infiltrasi tanah
dan akan menyumbat pori-pori tanah. Jumlah dan
lamanya hujan inilah yang akan menentukan besarnya
erosi. Dalam hal ini hujan yang jatuh ke permukaan
akan mempengaruhi aliran permukaan, dan aliran
permukaan tersebut berpengaruh besar terhadap
keterjadian suatu erosi. Apabila curah hujan tinggi maka
aliran permukaan meningkat dan mengakibatkan erosi
meningkat.
Dariah, dkk. (2003) mengatakan bahwa air hujan
yang jatuh di atas permukaan tanah dan menjadi air
limpasan permukaan merupakan penyebab utama
terjadinya erosi. Hujan dengan curah hujan dan
intensitas yang tinggi, contohnya 50 mm dalam waktu
kurang dari 1 jam lebih berpotensi menyebabkan erosi
dibandingkan hujan dengan curah hujan yang sama
namun dalam waktu yang lebih lama atau lebih dari 1
jam. Intensitas hujan menentukan aliran permukaan
yang mampu menimbulkan erosi.
Erosi menyebabkan tanah lapisan atas terkikis dan
mengangkut unsur hara yang terkandung didalamnya,
apabila erosi terus terjadi maka unsur hara akan semakin
menurun. Hal ini menyebabkan produksi tanaman akan
menurun. Menurut Banuwa (2013) erosi secara terus
menerus akan menimbulkan dampak pada tempat
kejadian erosi. Dampak erosi yang ditimbulkan yaitu
menurunnya kesuburan tanah, menurunnya kualitas sifat
fisik tanah, menurunnya kapasitas infiltrasi dan
menurunnya produktivitas lahan pertanian.
Pertumbuhan Tanaman. Pengamatan
pertumbuhan tanaman yang dilakukan meliputi diameter
batang dan tinggi tanaman singkong. Berdasarkan uji
BNT dari hasil perhitungan, terlihat pada (Tabel 3)
diameter batang tertinggi dipengaruhi oleh perlakuan
pemberian herbisida sebesar 2,94 cm. Sedangkan pada
perlakuan tanpa herbisida, diameter batang yang
diperoleh paling rendah yaitu sebesar 2,55 cm.
Perlakuan olah tanah minimum dan olah tanah penuh
memperoleh rata-rata diameter batang yang tidak jauh
berbeda yaitu 2,71 cm dan 2,77 cm. Untuk tinggi
tanaman (Tabel 4) pada perlakuan pemberian herbisida
juga jauh lebih tinggi yaitu sebesar 410 cm, daripada
perlakuan tanpa herbisida. Sedangkan perlakuan olah
Tabel 3. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Diameter Batang
Perlakuan Diameter Batang (cm)
F 2,71 a
M 2,77 a
H0 2,55 a
H1 2,94 b
Nilai BNT 0,28
Tabel 4. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Tinggi Tanaman
Perlakuan Tinggi tanaman (cm)
F 393,35 a
M 390,45 a
H0 373,80 a
H1 410,00 b
Nilai BNT 29,44
Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian
herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%.
Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian
herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%.
Rayyandini et al.: Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Herbisida 61
tanah masing-masing tinggi tanaman tidak jauh berbeda
yaitu F sebesar 393,35 cm dan M sebesar 390,45 cm.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Jamila (2007)
yang menyatakan bahwa pengolahan tanah, mulsa,
maupun interaksi keduanya tidak nyata mempengaruhi
tinggi tanaman kedelai. Namun pemberian herbisida
nyata mempengaruhi diameter dan tinggi tanaman
singkong. Pada perlakuan pemberian herbisida,
menyebakan gulma pada lahan berkurang, sehingga
mengurangi persaingan perebutan unsur hara, cahaya,
dan air antara tanaman budidaya dan gulma. Oleh
karena itu pertumbuhan tanaman (diameter batang dan
tinggi tanaman) pada lahan perlakuan pemberian
herbisida lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.
Gulma. Hasil perhitungan pada (Tabel 5)
menunjukkan bahwa, keberadaan gulma tertinggi
terdapat pada lahan perlakuan olah tanah minimum
sebesar 5,43 ton/ha, sedangkan pada perlakuan olah
tanah penuh hanya terdapat gulma sebesar 3,36 ton/ha.
Menurut Arsyad (2010) peran tanaman penutup
tanah antara lain: (1) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman
(2) menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir
hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah,
(3) menambah bahan organik tanah serta pengaruh akar
dan kegiatan biologi, (4) melakukan transpirasi, yang
mengurangi kandungan air tanah, dan (5) mempengaruhi
stabilitas struktur dan porositas tanah. Peranan tanaman
penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya
kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta
kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi
air ke dalam tanah, sehingga dapat mengurangi erosi.
Brangkasan Tanaman. Perlakuan olah tanah
penuh memperoleh brangkasan tanaman (Tabel 6) paling
tinggi yaitu sebesar 58,20 ton/ha. Sedangkan perlakuan
olah tanah minimum memperoleh brangkasan tanaman
paling rendah yaitu sebesar 43,59 ton/ha.
Produksi. Terlihat pada (Tabel 7) bahwa masing-
masing perlakuan memperoleh produksi tanaman
singkong F (olah tanah penuh) sebesar 43,75 ton/ha, M
(olah tanah minimum) sebesar 43,28 ton/ha, H0 (tanpa
herbisida) sebesar 42,97 ton/ha, dan H1 (dengan
herbisida) sebesar 44,06 ton/ha. Produksi yang
didapatkan ini cukup baik dalam rata-rata jumlah
produksi per hektar. Direktur Pascapanen Tanaman
Pangan Kementerian Pertanian menilai target produksi
singkong di tingkat petani adalah sekitar 40-60 ton/ha.
Angka ini menunjukkan bahwa produksi yang didapat
telah sesuai dengan target produksi rata-rata di
Indonesia. Artinya, aliran permukaan dan erosi yang
terjadi tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman
singkong sehingga produksi tetap tinggi. Hal ini
dimungkinkan karena jumlah erosi yang tidak terlalu
besar dalam setiap petak, serta adaanya peran tanaman
vegetasi dalam menghambat aliran permukaan.
Tabel 5. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Gulma
Perlakuan Berat Basah Gulma (Ton/ha)
F 3,36 a
M 5,43 b
H0 4,73 a
H1 4,06 a
Nilai BNT 1,96
Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian
herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%.
Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian
herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%.
Perlakuan Brangkasan Tanaman (Ton/ha)
F 58,20 b
M 43,59 a
H0 47,66 a
H1 54,14 a
Nilai BNT 11,18
Tabel 6. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Brangkasan
62 Jurnal Agrotek Tropika 5(1): 57-62, 2017
Tabel 7. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Produksi
Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian
herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda
nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%.
Perlakuan Produksi (Ton/ha)
F 43,75 a
M 43,28 a
H0 42,97 a
H1 44,06 a
Nilai BNT 7,87
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
perlakuan olah tanah tidak nyata mempengaruhi aliran
permukaan, erosi, pertumbuhan dan produksi tanaman
singkong. Tetapi nyata mempengaruhi gulma dan
brangkasan tanaman singkong. Perlakuan pemberian
herbisida berpengaruh nyata meningkatkan aliran
permukaan dan erosi yang terjadi. Tetapi tidak nyata
mempengaruhi produksi tanaman singkong. Tidak
terdapat interaksi antara perlakuan olah tanah dengan
penggunaan herbisida terhadap aliran permukaan dan
erosi serta variabel lainnya pada pertanaman singkong.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air.
Penerbit IPB (IPB Pers). Bogor.
Banuwa, I.S. 2013. Erosi. Kencana Prenada Media
Group. Jakarta. 205 hlm.
Banuwa, I.S.,Andhi, U. Hassanudin, and K. Fujie. 2014.
Erosion and Nutrien Enrichment Under
Diferrent Tillage and Weed Control Systems.
9th IWA International Symposium on Waste
Management Problems inAgro-Industries. Kochi,
Japan: 24-26 November.
Bowman, M.T., P.A. Beck, K. S. Lusby, S.A. Gunter,
and D.S. Hubbell. 2005. No-till, Reduced Tillage,
and ConventionalTillage Systems for Small-grain
Forage Production. Arkansas Animal Science
Department Report. Ark. Agri. Exp. Stat. Res.
Series 535: 80-82.
Dariah,A., F.Agus, S.Arsyad, Sudarsono, dan Maswar.
2003. Erosi dan Aliran Permukaan pada Lahan
Pertanian BerbasisTanaman Kopi di Sumberjaya,
Lampung Barat. Jurnal Agrivista, 26 (1): 52-
60.
Fakihhudin, M.Danang. 2014. Penggunaan Herbisida
IPA-Glifosat terhadap Pertumbuhan, Hasil dan
Residu pada Jagung. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol.
17 No. 1.
Jamila., Kaharuddin. 2007. Efektivitas Mulsa dan Sistem
Olah Tanah terhadap Produktivitas Tanah
Dangkal dan Berbatu untuk Produksi Kedelai.
Jurnal Agrisistem, 3 (2): 65-75.
Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, M.M. Sutedjo.
2010. Teknologi Konservasi Tanah dan Air
Edisi Kedua. PT Rineka Cipta. Jakarta. 194 hlm.
Meijer,A.D., J.L. Heitman, J.G. White, and R.E.Austin.
2013. Measuring Erosion in Long Term Tillage
Plots Using Grounds Based Lidar. Journal Soil
and Erosion, 126: 1-10.
Putte, A.V.D., G. Govers, J. Diels, C. Langhans, W.
Clymans, E. Vanuytrecht, R. Merckx, and D.
Raes. 2012. Soil Functioning and Conservation
Tillage in Belgian Loam Belt. Journal Soil and
Tillage Research, 122: 1-11.
Schmidt, Jurgen. 2000. Soil Erosion. Springer-Verlag
Berlin Heidlberg. Germany.
Sembodo, D. 2010. Gulma dan Pengelolaannya.
Graha Ilmu. Yogyakarta.
Suwardjo. 1981. Peranan Sisa-Sisa Tanaman dalam
Konservasi Tanah dan Air pada Usahatani
Tanaman Semusim. Disertasi FPS IPB. Bogor.
Utomo, M., H. Buchari., I.S. Banuwa. 2012. Olah
Tanah Konservasi: Teknologi Mitigasi Gas
Rumah Kaca Pertanian Tanaman Pangan.
Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Bandar Lampung. 94 Halaman.
Utomo, M. 2012. Tanpa Olah Tanah: Teknologi
Pengelolaan Pertanian Lahan Kering.
Lembaga Penelitian Universitas Lampung.
Bandar Lampung. 110 Halaman.

More Related Content

What's hot

Bab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan airBab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan airAndrew Hutabarat
 
Fungsi dan Manfaat tanah
Fungsi dan Manfaat tanahFungsi dan Manfaat tanah
Fungsi dan Manfaat tanahDwi Annisah
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaNurul Aulia
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan aircietera
 
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIRizki Chairunnisya
 
Bab iv bahan organik tanah
Bab iv bahan organik tanahBab iv bahan organik tanah
Bab iv bahan organik tanahAndrew Hutabarat
 
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)usmansipil
 
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanBondan the Planter of Palm Oil
 
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahKesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahSarjan Alatas
 
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...Repository Ipb
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIREDIS BLOG
 

What's hot (20)

degradasi tanah
degradasi tanahdegradasi tanah
degradasi tanah
 
Bab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan airBab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan air
 
Geografi kelompok 6
Geografi kelompok 6Geografi kelompok 6
Geografi kelompok 6
 
Fungsi dan Manfaat tanah
Fungsi dan Manfaat tanahFungsi dan Manfaat tanah
Fungsi dan Manfaat tanah
 
Konservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimiaKonservasi mekanik dan kimia
Konservasi mekanik dan kimia
 
Pelestarian tanah
Pelestarian tanahPelestarian tanah
Pelestarian tanah
 
Presentasi gita
Presentasi gitaPresentasi gita
Presentasi gita
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
 
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRIMakalah konservasi tanah dan air UNSRI
Makalah konservasi tanah dan air UNSRI
 
Bab iv bahan organik tanah
Bab iv bahan organik tanahBab iv bahan organik tanah
Bab iv bahan organik tanah
 
Kerusakan pelestarian lingkungan
Kerusakan pelestarian lingkunganKerusakan pelestarian lingkungan
Kerusakan pelestarian lingkungan
 
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
 
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkanMakalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
Makalah_58 Pada dasarnya konservasi lahan diarahkan untuk memulihkan
 
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahKesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
 
Lingkungan
LingkunganLingkungan
Lingkungan
 
Pendahuluan 2
Pendahuluan 2Pendahuluan 2
Pendahuluan 2
 
Makalah eca
Makalah ecaMakalah eca
Makalah eca
 
Laporan resmi
Laporan resmiLaporan resmi
Laporan resmi
 
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...
PENGARUH PEMBERIAN BAHAN HUMAT DAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP SIFAT FISIK T...
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIR
 

Similar to Sistem Olah Tanah dan Herbisida

Hubungan antara vegetasi dan faktor lingkungan.pptx
Hubungan antara vegetasi dan faktor lingkungan.pptxHubungan antara vegetasi dan faktor lingkungan.pptx
Hubungan antara vegetasi dan faktor lingkungan.pptxDelaNavarin1
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Bondan the Planter of Palm Oil
 
TUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptx
TUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptxTUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptx
TUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptxAbyyuKusuma
 
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisiLaporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisiJeanne Isbeanny LFH
 
struktur tumbuhan.pptx
struktur tumbuhan.pptxstruktur tumbuhan.pptx
struktur tumbuhan.pptxMayaFadhillah3
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...zulfikar fahmi
 
Metode pengawetan tanah
Metode pengawetan  tanahMetode pengawetan  tanah
Metode pengawetan tanahAde Retno
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisrizky hadi
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisrizky hadi
 
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)Trisna Monalia
 

Similar to Sistem Olah Tanah dan Herbisida (20)

AGROEKOSISTEM.pdf
AGROEKOSISTEM.pdfAGROEKOSISTEM.pdf
AGROEKOSISTEM.pdf
 
Hubungan antara vegetasi dan faktor lingkungan.pptx
Hubungan antara vegetasi dan faktor lingkungan.pptxHubungan antara vegetasi dan faktor lingkungan.pptx
Hubungan antara vegetasi dan faktor lingkungan.pptx
 
Kerusakan tanah
Kerusakan tanahKerusakan tanah
Kerusakan tanah
 
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
Ringkasan buku 3 arvin r. mosier, j. keith syers, and john r. freney. agricul...
 
Konservasi_tanah_dan_air.ppt
Konservasi_tanah_dan_air.pptKonservasi_tanah_dan_air.ppt
Konservasi_tanah_dan_air.ppt
 
3. kerusakan alam
3. kerusakan alam3. kerusakan alam
3. kerusakan alam
 
Agroforestri
AgroforestriAgroforestri
Agroforestri
 
Eliezar
EliezarEliezar
Eliezar
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
TUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptx
TUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptxTUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptx
TUGAS REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN.pptx
 
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisiLaporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
Laporan Praktikum Ekologi Terestrial: Tanah dan dekomposisi
 
struktur tumbuhan.pptx
struktur tumbuhan.pptxstruktur tumbuhan.pptx
struktur tumbuhan.pptx
 
struktur tumbuhan.pdf
struktur tumbuhan.pdfstruktur tumbuhan.pdf
struktur tumbuhan.pdf
 
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
Tingkat erosi-permukaan-pada-lahan-pertanian-jagung-di-das-alo-pohu-provinsi-...
 
Metode pengawetan tanah
Metode pengawetan  tanahMetode pengawetan  tanah
Metode pengawetan tanah
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
 
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil pertanian (abiotik)
 
Acara vii
Acara viiAcara vii
Acara vii
 

More from Andrew Hidayat

Andrew hidayat prestasi membanggakan di bidang bedah syaraf
Andrew hidayat prestasi membanggakan di bidang bedah syarafAndrew hidayat prestasi membanggakan di bidang bedah syaraf
Andrew hidayat prestasi membanggakan di bidang bedah syarafAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat penyakit jantung & pembuluh darah
Andrew hidayat penyakit jantung & pembuluh darahAndrew hidayat penyakit jantung & pembuluh darah
Andrew hidayat penyakit jantung & pembuluh darahAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapan
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapanAndrew hidayat tetap sehat di usia mapan
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapanAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat bugar hingga senja menjelang
Andrew hidayat bugar hingga senja menjelangAndrew hidayat bugar hingga senja menjelang
Andrew hidayat bugar hingga senja menjelangAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat kesehatan perempuan di segala usia
Andrew hidayat kesehatan perempuan di segala usiaAndrew hidayat kesehatan perempuan di segala usia
Andrew hidayat kesehatan perempuan di segala usiaAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat dukungan keluarga mempercepat kesembuhan pasien
Andrew hidayat dukungan keluarga mempercepat kesembuhan pasienAndrew hidayat dukungan keluarga mempercepat kesembuhan pasien
Andrew hidayat dukungan keluarga mempercepat kesembuhan pasienAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat imunisasi meningkatkan derajat kesehatan
Andrew hidayat imunisasi meningkatkan derajat kesehatanAndrew hidayat imunisasi meningkatkan derajat kesehatan
Andrew hidayat imunisasi meningkatkan derajat kesehatanAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat mencapai keserasian dalam penampilan
Andrew hidayat mencapai keserasian dalam penampilanAndrew hidayat mencapai keserasian dalam penampilan
Andrew hidayat mencapai keserasian dalam penampilanAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat tetap sehat di usia lanjut
Andrew hidayat tetap sehat di usia lanjutAndrew hidayat tetap sehat di usia lanjut
Andrew hidayat tetap sehat di usia lanjutAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anak
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anakAndrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anak
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anakAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat bedah minimal invasif prosedur bersahabat pilihan pasien
Andrew hidayat bedah minimal invasif   prosedur bersahabat pilihan pasienAndrew hidayat bedah minimal invasif   prosedur bersahabat pilihan pasien
Andrew hidayat bedah minimal invasif prosedur bersahabat pilihan pasienAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat memahami fase kehidupan wanita
Andrew hidayat memahami fase kehidupan wanitaAndrew hidayat memahami fase kehidupan wanita
Andrew hidayat memahami fase kehidupan wanitaAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat cegah pjk dengan modifikasi gaya hidup
Andrew hidayat cegah pjk dengan modifikasi gaya hidupAndrew hidayat cegah pjk dengan modifikasi gaya hidup
Andrew hidayat cegah pjk dengan modifikasi gaya hidupAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat lebih sehat saat puasa
Andrew hidayat lebih sehat saat puasaAndrew hidayat lebih sehat saat puasa
Andrew hidayat lebih sehat saat puasaAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehatAndrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehatAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat batu empedu diagnosa cermat dengan penanganan yang cepat
Andrew hidayat batu empedu   diagnosa cermat dengan penanganan yang cepatAndrew hidayat batu empedu   diagnosa cermat dengan penanganan yang cepat
Andrew hidayat batu empedu diagnosa cermat dengan penanganan yang cepatAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat organ kesehatan wanita dan permasalahannya
Andrew hidayat organ kesehatan wanita dan permasalahannyaAndrew hidayat organ kesehatan wanita dan permasalahannya
Andrew hidayat organ kesehatan wanita dan permasalahannyaAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat penyakit ginjal kronik (pgk) masih bisa dicegah
Andrew hidayat penyakit ginjal kronik (pgk) masih bisa dicegahAndrew hidayat penyakit ginjal kronik (pgk) masih bisa dicegah
Andrew hidayat penyakit ginjal kronik (pgk) masih bisa dicegahAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyaman
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyamanAndrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyaman
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyamanAndrew Hidayat
 
Andrew hidayat menjadi lansia sehat
Andrew hidayat menjadi lansia sehatAndrew hidayat menjadi lansia sehat
Andrew hidayat menjadi lansia sehatAndrew Hidayat
 

More from Andrew Hidayat (20)

Andrew hidayat prestasi membanggakan di bidang bedah syaraf
Andrew hidayat prestasi membanggakan di bidang bedah syarafAndrew hidayat prestasi membanggakan di bidang bedah syaraf
Andrew hidayat prestasi membanggakan di bidang bedah syaraf
 
Andrew hidayat penyakit jantung & pembuluh darah
Andrew hidayat penyakit jantung & pembuluh darahAndrew hidayat penyakit jantung & pembuluh darah
Andrew hidayat penyakit jantung & pembuluh darah
 
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapan
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapanAndrew hidayat tetap sehat di usia mapan
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapan
 
Andrew hidayat bugar hingga senja menjelang
Andrew hidayat bugar hingga senja menjelangAndrew hidayat bugar hingga senja menjelang
Andrew hidayat bugar hingga senja menjelang
 
Andrew hidayat kesehatan perempuan di segala usia
Andrew hidayat kesehatan perempuan di segala usiaAndrew hidayat kesehatan perempuan di segala usia
Andrew hidayat kesehatan perempuan di segala usia
 
Andrew hidayat dukungan keluarga mempercepat kesembuhan pasien
Andrew hidayat dukungan keluarga mempercepat kesembuhan pasienAndrew hidayat dukungan keluarga mempercepat kesembuhan pasien
Andrew hidayat dukungan keluarga mempercepat kesembuhan pasien
 
Andrew hidayat imunisasi meningkatkan derajat kesehatan
Andrew hidayat imunisasi meningkatkan derajat kesehatanAndrew hidayat imunisasi meningkatkan derajat kesehatan
Andrew hidayat imunisasi meningkatkan derajat kesehatan
 
Andrew hidayat mencapai keserasian dalam penampilan
Andrew hidayat mencapai keserasian dalam penampilanAndrew hidayat mencapai keserasian dalam penampilan
Andrew hidayat mencapai keserasian dalam penampilan
 
Andrew hidayat tetap sehat di usia lanjut
Andrew hidayat tetap sehat di usia lanjutAndrew hidayat tetap sehat di usia lanjut
Andrew hidayat tetap sehat di usia lanjut
 
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anak
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anakAndrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anak
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anak
 
Andrew hidayat bedah minimal invasif prosedur bersahabat pilihan pasien
Andrew hidayat bedah minimal invasif   prosedur bersahabat pilihan pasienAndrew hidayat bedah minimal invasif   prosedur bersahabat pilihan pasien
Andrew hidayat bedah minimal invasif prosedur bersahabat pilihan pasien
 
Andrew hidayat memahami fase kehidupan wanita
Andrew hidayat memahami fase kehidupan wanitaAndrew hidayat memahami fase kehidupan wanita
Andrew hidayat memahami fase kehidupan wanita
 
Andrew hidayat cegah pjk dengan modifikasi gaya hidup
Andrew hidayat cegah pjk dengan modifikasi gaya hidupAndrew hidayat cegah pjk dengan modifikasi gaya hidup
Andrew hidayat cegah pjk dengan modifikasi gaya hidup
 
Andrew hidayat lebih sehat saat puasa
Andrew hidayat lebih sehat saat puasaAndrew hidayat lebih sehat saat puasa
Andrew hidayat lebih sehat saat puasa
 
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehatAndrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
 
Andrew hidayat batu empedu diagnosa cermat dengan penanganan yang cepat
Andrew hidayat batu empedu   diagnosa cermat dengan penanganan yang cepatAndrew hidayat batu empedu   diagnosa cermat dengan penanganan yang cepat
Andrew hidayat batu empedu diagnosa cermat dengan penanganan yang cepat
 
Andrew hidayat organ kesehatan wanita dan permasalahannya
Andrew hidayat organ kesehatan wanita dan permasalahannyaAndrew hidayat organ kesehatan wanita dan permasalahannya
Andrew hidayat organ kesehatan wanita dan permasalahannya
 
Andrew hidayat penyakit ginjal kronik (pgk) masih bisa dicegah
Andrew hidayat penyakit ginjal kronik (pgk) masih bisa dicegahAndrew hidayat penyakit ginjal kronik (pgk) masih bisa dicegah
Andrew hidayat penyakit ginjal kronik (pgk) masih bisa dicegah
 
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyaman
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyamanAndrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyaman
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyaman
 
Andrew hidayat menjadi lansia sehat
Andrew hidayat menjadi lansia sehatAndrew hidayat menjadi lansia sehat
Andrew hidayat menjadi lansia sehat
 

Sistem Olah Tanah dan Herbisida

  • 1. Rayyandini et al.: Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Herbisida 57 J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Vol. 5, No. 1: 57 – 62, Januari 2017 PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN HERBISIDA TERHADAP ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA FASE GENERATIF PERTANAMAN SINGKONG (Manihot utilissima) MUSIM TANAM KE-2 Karina Rayyandini, Irwan Sukri Banuwa&Afandi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1, Bandar Lampung, Lampung 35145 Email: rayyandini_karina@yahoo.com ABSTRAK Degradasi lahan merupakan hilangnya fungsi tanah sebagai sumber air dan hara bagi tanaman, sebagai tempat akar tanaman berjangkar, serta sebagai tempat air dan unsur hara ditambahkan. Degradasi lahan dapat disebabkan oleh hilangnya unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran, terkumpulnya garam atau senyawa racun bagi tanaman di daerah perakaran, penjenuhan tanah oleh air (water logging), dan erosi. Aliran permukaan yang terjadi menjadi pemicu terjadinya erosi yang mengakibatkan degradasi lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah terhadap aliran permukaan dan erosi pada fase generatif tanaman singkong, untuk mengetahui pengaruh herbisida terhadap besarnya laju aliran permukaan dan erosi pada fase generatif tanaman singkong dan untuk mengetahui interaksi sistem olah tanah dan penggunaan herbisida terhadap aliran permukaan dan erosi pada fase generatif tanaman singkong. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode petak kecil 4x4. Penelitian petak erosi ini menggunakan Rancangan Faktorial 2x2, dengan 4 kali ulangan. Perlakuan terdiri dari dua faktor yaitu sistem olah tanah dan herbisida. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem olah tanah tidak nyata mempengaruhi aliran permukaan dan erosi, sedangkan herbisida nyata mempengaruhi aliran permukaan dan erosi yang terjadi. Penelitian ini dilakukan pada fase generatif pertanaman dan diperoleh 18 kali hujan dengan total curah hujan sebesar 477,2 mm. Kata kunci :Aliran permukaan, erosi, herbisida, sistem olah tanah PENDAHULUAN Olah tanah merupakan kegiatan memperbaiki kondisi tanah dengan proses pembalikan, penghancuran serta perataan tanah (Utomo, 2012). Olah tanah dapat memperbaiki infiltrasi air dan aerasi, dan mengendalikan hama serta sisa-sisa tanaman. Pengolahan tanah dapat meningkatan ketahanan tanah terhadap penetrasi gerakan vertikal air tanah atau yang lebih sering disebut daya infiltrasi tanah. Menurut Putte, dkk. (2012) aliran permukaan adalah air hujan atau bagian dari air hujan yang jatuh dan mengalir di atas permukaan tanah yang mengalir menuju daerah pengendapan seperti sungai, waduk atau laut. Aliran permukaan yang terjadi menjadi pemicu terjadinya erosi yang mengakibatkan degradasi lahan. Sistem olah tanah konservasi sangat diperlukan untuk menekan besarnya aliran permukaan dan erosi (Banuwa, 2013). Menurut Meijer, dkk. (2013) pengolahan tanah secara signifikan dapat mempengaruhi kerentanan tanah terhadap erosi yang dapat mempercepat dan memperbesar laju erosi. Erosi menyebabkan hilangnya tanah lapisan atas yangmempunyaisifat fisikdankimiayangbaik(Schmidt, 2000). Hal ini mengakibatkan terjadinya degradasi lahan, yang merupakan hilangnya fungsi tanah sebagai sumber air dan hara bagi tanaman, sebagai tempat akar tanaman berjangkar, serta sebagai tempat air dan unsur hara ditambahkan. Degradasi lahan dapat disebabkan oleh hilangnya unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran, terkumpulnya garam atau senyawa racun bagi tanaman di daerah perakaran, penjenuhan tanah oleh air (water logging), dan erosi (Arsyad, 2010). Penyebab terjadinya erosi tentu tidak lepas dari peranan manusia terutama ditinjau dari tindakan dalam memperlakukan lahan untuk memenuhi kebutuhannya. Tindakan manusia yang hanya semata-mata untuk mendapatkan keuntungan tanpa menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya akan menjadi penyebab meningkatnya erosi (Banuwa, 2013). Manusia juga dapat mencegah atau menekan erosi dengan tindakan pengelolaan lahan yang mempertimbangkan keseimbangan antara kerusakan tanah dengan proses pembentukan tanah. Dalam hal ini manusia mengelola lahan sesuai dengan kemampuan tanah dan mencegah terjadinya kerusakan tanah tersebut (Arsyad, 2010).
  • 2. 58 Jurnal Agrotek Tropika 5(1): 57-62, 2017 Vegetasi di atas tanah atau tumbuhan yang tumbuhdiatas permukaantanahmemiliki pengaruhdalam mencegah aliran permukaan dan erosi (Arsyad, 2010). Salah satu cara untuk mengurangi aliran permukaan yang terjadi, dapat dilakukan dengan teknik budidaya tanaman vegetasi dan pemanfaatan sisa tanaman atau serasah. Vegetasi (penutup tanah) dapat berupa bagian tanaman atau gulma. Penutupan tanah oleh vegetasi dapat menurunkan aliran permukaan yang terjadi, sehingga erosi menjadi berkurang (Schmidt, 2000). Herbisida adalah bahan kimia atau kultur hayati yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan gulma (Sembodo, 2010). Penggunaan herbisida bahan aktif glyfosat sangat efektik dalam memberantas gulma dalam waktu singkat. Bahan aktif 2,4 D pada herbisida juga dapat mengendalikan gulma dengan baik karena bersifat efektif, selektif dan sistemik.Aplikasi herbisida dapat mengurangi gulma yang berperan sebagai vegetasi (Lamid, dkk. 1998). BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian tahun ke- 3 dan hanya dilakukan pada fase generatif pertanaman singkong yaitu bulanApril sampai dengan Oktober 2016. Untuk menghitung aliran permukaan dan erosi yang terjadi. Penelitian ini dilaksanakan pada petak erosi dan menggunakan rancangan faktorial 2x2 dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama meliputi Sistem Olah Tanah, yakni F (pengolahan tanah penuh/konvensional) dan M (pengolahan tanah minimum), dan faktor kedua meliputi Herbisida yakni H1 (pemberian herbisida), H0 (tanpa pemberian herbisida). Sehingga didapatkan 16 perlakuan (Gambar 1). Gambar 1. Skema penelitian pada petak erosi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan olah tanah nyata mempengaruhi bobot gulma pertanaman dan bobot brangkasan tanaman singkong, namun tidak nyata mempengaruhi laju erosi dan aliran permukaan tanah, diameter singkong, tinggi singkong, serta produksi singkong. Perlakuan herbisida nyata mempengaruhi laju erosi, aliran permukaan, serta diameter dan tinggi tanaman singkong. Perlakuan herbisida tidak nyata mempengaruhi bobot gulma, serta bobot brangkasan dan produksi singkong. Interaksi perlakuan olah tanah dan pemberian herbsida tidak nyata mempengaruhi seluruh variabel yang diamati. Hasil penelitianyangtelah dilakukaninidiperoleh18 kalihujan dengan total curah hujan yang terjadi sebesar 477,2 mm. Pada perhitungan diperoleh kadar air tanah sebesar 0,94 gram. Aliran permukaan dan erosi yang terjadi nyata dipengaruhi oleh perlakuan herbisida. Aliran Permukaan (mm). Berdasarkan data yang diperoleh dan kemudian dilakukan uji BNT (Tabel 1), dari total curah hujan yang didapat yaitu sebesar 477,2 mm, hanya 7 % yang menimbulkan aliran permukaan pada perlakuan pemberian herbisida. Pada perlakuan F yaitu 6,7 %, pada perlakuan M yaitu 5,1 %, dan yang terendah pada perlakuan tanpa herbisida yaitu 5 %. Menurut Troeh (dkk, 1980 dalam Banuwa 2013) aliran permukaan dapat mencapai 75% dari hujan pada tanah yang tidak permeabel, lereng curamdan kondisi vegetasi yang buruk. Pada dasarnya perlakuan olah tanah penuh sangat berbeda dengan perlakuan olah tanah minimum. Perlakuan olah tanah minimumdilakukan dengan tujuan memperkecil aliran permukaan dan erosi. Pada perlakuan olah tanah minimum, aliran permukaan yang terjadi lebih kecil daripada perlakuan olah tanah penuh. Karena pada olah tanah minimum, tanah hanya diolah seperlunya dengan meninggalkan sisa tanaman sebagai mulsa. Sedangkan pada perlakuan olah tanah penuh, tanah diolah secara maksimal tanpa memanfaatkan sisa tanaman dan gulma sebagai penutup tanah, sehingga aliran permukaannya tinggi. Erosi. Hasil pengamatan yang didapat berbeda dari tujuan olah tanah minimum yang dilakukan. Erosi yang terjadi pada perlakuan olah tanah minimum memiliki jumlah yang sama dengan erosi yang terjadi pada perlakuan olah tanah penuh yaitu sebesar 0,09 ton/ ha. Hal ini diduga karena produksi yang didapat (Tabel 2) berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi yang terjadi. Pertumbuhan umbi di lahan pertanaman pada fase generatif dapat memecah agregat tanah dan merubah struktur tanah. Umbi yang terdapat di dalam
  • 3. Rayyandini et al.: Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Herbisida 59 Tabel 2. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Erosi Tabel 1. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Aliran Permukaan Perlakuan Aliran Permukaan (mm) F 32,88 a M 24,64 a H0 23,90 a H1 33,63 b Nilai BNT 8,76 Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%. Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%. tanah semakin lama akan semakin besar dan akan mengangkat permukaan tanah. Oleh karena itu seiring berjalannya waktu, pada lahan perlakuan olah tanah minimum dan olah tanah penuh memperoleh erosi yang sama besar. Selain itu, ada atau tidaknya bahan pembawa erosi yang semakin lama semakin berkurang dapat mempengaruhi besarnya erosi yang terjadi. Menurut Arsyad (2010) pengolahan tanah hanya memperbaiki sifat fisik tanah sementara, karena tanah yang telah diolah akan lebih mudah terangkat oleh air. Menurut Banuwa (2013) Erosi tanah terjadi melalui proses penghancuran partikel-partikel tanah dan proses pengangkutan partikel-partikel tanah yang telah dihancurkan. Terdapat dua macam erosi yang terjadi yaitu erosi percik (splash erosion) merupakan erosi yang disebabkan oleh pemecahan struktur tanah dan erosi gerusan (scour erosion) merupakan erosi yang disebabkan oleh gerusan aliran permukaan. Pengaruh pertumbuhan umbi yang memecah agregat tanah dapat memperbesar terjadinya erosi percik. Erosi percik ini akan semakin besar dengan semakin besarnya massa dan kecepatan jatuh butir hujan (Arsyad, 2010). Erosi disebabkan oleh aliran permukaan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor curah hujan, karakteristik tanah (sifat fisik), penutupan lahan, dan kemiringan lereng. Pemberian herbisida mampu mengendalikan gulma di lahan. Pemberian herbisida menyebabkan berkurangnya persen penutupan tanah oleh tanaman. Berkurangnya penutup tanah akan menyebabkan infiltrasimenurun yang mengakibatkan aliran permukaan tinggi. Gulma di lahan selain dapat meningkatkan infiltrasi, juga dapat menjadi penghalang terbawanya partikel tanah oleh air yang dapat menimbulkan erosi. Air hujan yang jatuh ke permukaan tidak lagi dihambat oleh keberadaan gulma yang berfungsi sebagai tanaman vegetasi sehingga tanah lebih mudah terangkut dan terbawa oleh air. Menurut Schwab, dkk (1981 dalam Banuwa 2013) vegetasi yang baik akan memperlambat aliran permukaan dan akan meningkatkan infiltrasi untuk mengurangi laju aliran permukaan yang akan menimbulkan erosi. Pada perlakuan tanpa herbisida, aliran permukaan dan erosi paling kecil terjadi. Hal ini dikarenakan keberadaan gulma di lahan berfungsi sebagai penutup tanah yang dapat mengurangi aliran permukaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Banuwa, dkk. (2014) bahwa pengolahan tanah tidak nyata mempengaruhi aliran permukaan yang terjadi. Aliran permukaan dan erosi memiliki hubungan erat dengan curah hujan, karena air hujan yang jatuh ke permukaan tanah dapat mengangkut tanah lapisan atas Perlakuan Erosi (Ton/ha) F 0,09 a M 0,09 a H0 0,08 a H1 0,11 b Nilai BNT 0,03
  • 4. 60 Jurnal Agrotek Tropika 5(1): 57-62, 2017 yang disebabkan oleh aliran permukaan. Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (2002) curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang besar perannya terhadap kejadian longsor dan erosi. Menurut Wischmeir dan Smith (1978 dalam Banuwa, 2013) curah hujan mempengaruhi erosi dengan dua cara yaitu pukulan butir hujan terhadap tanah serta jumlah dan lamanya hujan. Aliran permukaan terjadi pada saat butir hujan jatuh diatas permukaan tanah, butir hujan ini yang dapat memecahkan agregat tanah menjadi partikel kecil. Sehingga partikel tersebut akan mengikuti infiltrasi tanah dan akan menyumbat pori-pori tanah. Jumlah dan lamanya hujan inilah yang akan menentukan besarnya erosi. Dalam hal ini hujan yang jatuh ke permukaan akan mempengaruhi aliran permukaan, dan aliran permukaan tersebut berpengaruh besar terhadap keterjadian suatu erosi. Apabila curah hujan tinggi maka aliran permukaan meningkat dan mengakibatkan erosi meningkat. Dariah, dkk. (2003) mengatakan bahwa air hujan yang jatuh di atas permukaan tanah dan menjadi air limpasan permukaan merupakan penyebab utama terjadinya erosi. Hujan dengan curah hujan dan intensitas yang tinggi, contohnya 50 mm dalam waktu kurang dari 1 jam lebih berpotensi menyebabkan erosi dibandingkan hujan dengan curah hujan yang sama namun dalam waktu yang lebih lama atau lebih dari 1 jam. Intensitas hujan menentukan aliran permukaan yang mampu menimbulkan erosi. Erosi menyebabkan tanah lapisan atas terkikis dan mengangkut unsur hara yang terkandung didalamnya, apabila erosi terus terjadi maka unsur hara akan semakin menurun. Hal ini menyebabkan produksi tanaman akan menurun. Menurut Banuwa (2013) erosi secara terus menerus akan menimbulkan dampak pada tempat kejadian erosi. Dampak erosi yang ditimbulkan yaitu menurunnya kesuburan tanah, menurunnya kualitas sifat fisik tanah, menurunnya kapasitas infiltrasi dan menurunnya produktivitas lahan pertanian. Pertumbuhan Tanaman. Pengamatan pertumbuhan tanaman yang dilakukan meliputi diameter batang dan tinggi tanaman singkong. Berdasarkan uji BNT dari hasil perhitungan, terlihat pada (Tabel 3) diameter batang tertinggi dipengaruhi oleh perlakuan pemberian herbisida sebesar 2,94 cm. Sedangkan pada perlakuan tanpa herbisida, diameter batang yang diperoleh paling rendah yaitu sebesar 2,55 cm. Perlakuan olah tanah minimum dan olah tanah penuh memperoleh rata-rata diameter batang yang tidak jauh berbeda yaitu 2,71 cm dan 2,77 cm. Untuk tinggi tanaman (Tabel 4) pada perlakuan pemberian herbisida juga jauh lebih tinggi yaitu sebesar 410 cm, daripada perlakuan tanpa herbisida. Sedangkan perlakuan olah Tabel 3. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Diameter Batang Perlakuan Diameter Batang (cm) F 2,71 a M 2,77 a H0 2,55 a H1 2,94 b Nilai BNT 0,28 Tabel 4. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Tinggi Tanaman Perlakuan Tinggi tanaman (cm) F 393,35 a M 390,45 a H0 373,80 a H1 410,00 b Nilai BNT 29,44 Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%. Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%.
  • 5. Rayyandini et al.: Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Herbisida 61 tanah masing-masing tinggi tanaman tidak jauh berbeda yaitu F sebesar 393,35 cm dan M sebesar 390,45 cm. Hasil penelitian ini sejalan dengan Jamila (2007) yang menyatakan bahwa pengolahan tanah, mulsa, maupun interaksi keduanya tidak nyata mempengaruhi tinggi tanaman kedelai. Namun pemberian herbisida nyata mempengaruhi diameter dan tinggi tanaman singkong. Pada perlakuan pemberian herbisida, menyebakan gulma pada lahan berkurang, sehingga mengurangi persaingan perebutan unsur hara, cahaya, dan air antara tanaman budidaya dan gulma. Oleh karena itu pertumbuhan tanaman (diameter batang dan tinggi tanaman) pada lahan perlakuan pemberian herbisida lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya. Gulma. Hasil perhitungan pada (Tabel 5) menunjukkan bahwa, keberadaan gulma tertinggi terdapat pada lahan perlakuan olah tanah minimum sebesar 5,43 ton/ha, sedangkan pada perlakuan olah tanah penuh hanya terdapat gulma sebesar 3,36 ton/ha. Menurut Arsyad (2010) peran tanaman penutup tanah antara lain: (1) intersepsi hujan oleh tajuk tanaman (2) menahan atau mengurangi daya perusak butir-butir hujan yang jatuh dan aliran air di atas permukaan tanah, (3) menambah bahan organik tanah serta pengaruh akar dan kegiatan biologi, (4) melakukan transpirasi, yang mengurangi kandungan air tanah, dan (5) mempengaruhi stabilitas struktur dan porositas tanah. Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah, sehingga dapat mengurangi erosi. Brangkasan Tanaman. Perlakuan olah tanah penuh memperoleh brangkasan tanaman (Tabel 6) paling tinggi yaitu sebesar 58,20 ton/ha. Sedangkan perlakuan olah tanah minimum memperoleh brangkasan tanaman paling rendah yaitu sebesar 43,59 ton/ha. Produksi. Terlihat pada (Tabel 7) bahwa masing- masing perlakuan memperoleh produksi tanaman singkong F (olah tanah penuh) sebesar 43,75 ton/ha, M (olah tanah minimum) sebesar 43,28 ton/ha, H0 (tanpa herbisida) sebesar 42,97 ton/ha, dan H1 (dengan herbisida) sebesar 44,06 ton/ha. Produksi yang didapatkan ini cukup baik dalam rata-rata jumlah produksi per hektar. Direktur Pascapanen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menilai target produksi singkong di tingkat petani adalah sekitar 40-60 ton/ha. Angka ini menunjukkan bahwa produksi yang didapat telah sesuai dengan target produksi rata-rata di Indonesia. Artinya, aliran permukaan dan erosi yang terjadi tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman singkong sehingga produksi tetap tinggi. Hal ini dimungkinkan karena jumlah erosi yang tidak terlalu besar dalam setiap petak, serta adaanya peran tanaman vegetasi dalam menghambat aliran permukaan. Tabel 5. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Gulma Perlakuan Berat Basah Gulma (Ton/ha) F 3,36 a M 5,43 b H0 4,73 a H1 4,06 a Nilai BNT 1,96 Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%. Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%. Perlakuan Brangkasan Tanaman (Ton/ha) F 58,20 b M 43,59 a H0 47,66 a H1 54,14 a Nilai BNT 11,18 Tabel 6. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Brangkasan
  • 6. 62 Jurnal Agrotek Tropika 5(1): 57-62, 2017 Tabel 7. Pengaruh Olah Tanah dan Herbisida terhadap Produksi Keterangan : F = olah tanah penuh, M = olah tanah minimum, H0 = tanpa herbisida, H1 = pemberian herbisida. Nilai tengah pada gambar yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan Uji BNT pada taraf 5%. Perlakuan Produksi (Ton/ha) F 43,75 a M 43,28 a H0 42,97 a H1 44,06 a Nilai BNT 7,87 KESIMPULAN Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perlakuan olah tanah tidak nyata mempengaruhi aliran permukaan, erosi, pertumbuhan dan produksi tanaman singkong. Tetapi nyata mempengaruhi gulma dan brangkasan tanaman singkong. Perlakuan pemberian herbisida berpengaruh nyata meningkatkan aliran permukaan dan erosi yang terjadi. Tetapi tidak nyata mempengaruhi produksi tanaman singkong. Tidak terdapat interaksi antara perlakuan olah tanah dengan penggunaan herbisida terhadap aliran permukaan dan erosi serta variabel lainnya pada pertanaman singkong. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB (IPB Pers). Bogor. Banuwa, I.S. 2013. Erosi. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 205 hlm. Banuwa, I.S.,Andhi, U. Hassanudin, and K. Fujie. 2014. Erosion and Nutrien Enrichment Under Diferrent Tillage and Weed Control Systems. 9th IWA International Symposium on Waste Management Problems inAgro-Industries. Kochi, Japan: 24-26 November. Bowman, M.T., P.A. Beck, K. S. Lusby, S.A. Gunter, and D.S. Hubbell. 2005. No-till, Reduced Tillage, and ConventionalTillage Systems for Small-grain Forage Production. Arkansas Animal Science Department Report. Ark. Agri. Exp. Stat. Res. Series 535: 80-82. Dariah,A., F.Agus, S.Arsyad, Sudarsono, dan Maswar. 2003. Erosi dan Aliran Permukaan pada Lahan Pertanian BerbasisTanaman Kopi di Sumberjaya, Lampung Barat. Jurnal Agrivista, 26 (1): 52- 60. Fakihhudin, M.Danang. 2014. Penggunaan Herbisida IPA-Glifosat terhadap Pertumbuhan, Hasil dan Residu pada Jagung. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 17 No. 1. Jamila., Kaharuddin. 2007. Efektivitas Mulsa dan Sistem Olah Tanah terhadap Produktivitas Tanah Dangkal dan Berbatu untuk Produksi Kedelai. Jurnal Agrisistem, 3 (2): 65-75. Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra, M.M. Sutedjo. 2010. Teknologi Konservasi Tanah dan Air Edisi Kedua. PT Rineka Cipta. Jakarta. 194 hlm. Meijer,A.D., J.L. Heitman, J.G. White, and R.E.Austin. 2013. Measuring Erosion in Long Term Tillage Plots Using Grounds Based Lidar. Journal Soil and Erosion, 126: 1-10. Putte, A.V.D., G. Govers, J. Diels, C. Langhans, W. Clymans, E. Vanuytrecht, R. Merckx, and D. Raes. 2012. Soil Functioning and Conservation Tillage in Belgian Loam Belt. Journal Soil and Tillage Research, 122: 1-11. Schmidt, Jurgen. 2000. Soil Erosion. Springer-Verlag Berlin Heidlberg. Germany. Sembodo, D. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu. Yogyakarta. Suwardjo. 1981. Peranan Sisa-Sisa Tanaman dalam Konservasi Tanah dan Air pada Usahatani Tanaman Semusim. Disertasi FPS IPB. Bogor. Utomo, M., H. Buchari., I.S. Banuwa. 2012. Olah Tanah Konservasi: Teknologi Mitigasi Gas Rumah Kaca Pertanian Tanaman Pangan. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 94 Halaman. Utomo, M. 2012. Tanpa Olah Tanah: Teknologi Pengelolaan Pertanian Lahan Kering. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 110 Halaman.