SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Download to read offline
{KUNTABiLITAS EtERASI .EDi]K
Kalau menunggu tidak akan pernrh riap
harus dipaksakan
agar pem€rintah desa siap
,f K[LIM
Kami ingin mengajak pembaca untuk fokus lebih dahulu pada
penguatan peran secara yuridis asosiasi sektor usaha tertentu berupa
pendelegasian penetapan alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan,
termasuk menetapkan kegiatan utama dan kegiatan penunjang.
Untuk lebih jelasnya kami kutipkan ketentuan di dalam Pasal 4
Permenakertrans RI No.l9 Tahun 2012, yakni: (1). Asosiasi sektor
usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 2 huruf c harus
membuat alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan sesuai sektor
usaha masing-masing. (2). Alur sebagaimana dimaksud pada ayat I
harus menggambarkan proses pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai
akhir serta memuat kegiatan utama dan kegiatan penunjang dengan
memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat 2. (3). Alur sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dipergunakan
sebagai dasar bagi perusahaan pemberi pekerjaan dalam penyerahan
sebagian pelaksanaan pekerjaan melalui pemborongan pekerjaan.
Penetapan kegiatan utama dan kegiatan penunjang tersebut di
atas perlu ditegaskan lebih lanjut oleh Pemerintah (cq. Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi RI) apakah sama dengan yang dimaksud
dalam Pasal 17 Permenakertrans RI tersebut yang menggunakan
terrninologi "kegiatan jasa penunjangi'
Sebuah pertanyaan muncul, apakah kegiatan jasa penunjang di
dalam Pasal 17 tersebut dapat berasal dari kegiatan utama ataukah
dipastikan hanya berasal dari kegiatan penunjang saja? Penulis
berasumsi bahwa di dalam lingkup pekerjaan kegiatan utama
tidak ada ruang untuk menyerahkan sebagian pekerjaan secara
pemborongan dan/atau melalui penyediaan jasa penyedia pekerja/
buruh, sehingga pekerja/buruh di lingkungan pekerjaan kegiatan
utama harus mengerjakan seluruh proses pekerjaan yang ada di
lingkungan pekerjaan kegiatan utama tersebut mulai dari A hingga Z.
Secaraumum, sebuah penetapanbiasanya dilakukan oleh institusi
atau lembaga yang masih berada dalam lingkungan Pemerintah,
BB
Anas Firdian
Corporate Legal PT. Jakarta
Industrial Estate Pulogadung
namun melalui Permenakertrans tersebut nampaknya Pemerintah,
atas hai tersebut di atas vide Pasal 4 ayat 3, mendelegasikan kepada
pihak lain non pemerintah. Bahkan ditegaskan bahwa penetapan
yang dilakukan oleh pihak lain non pemerintah tersebut dijadikan
dasar bagi perusahaan yang ingin melakukan penyerahan sebagian
pelaksanaan pekerj aan melalui pemborongan pekerjaan.
Kembali muncul pertanyaan di benak penulis menyangkut
sanksi hukum yang akan diberikan kepada perusahaan manakala
penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan melalui pemborongan
tidak mendasarkan pada penetapan yang dikeluarkan oleh asosiasi
sektor usaha yang terkait, atau misalnya juga pada situasi dan kondisi
tertentu ternyata di sektor usaha tertentu belum terbentuk atau
belum memiliki asosiasi di sektor usaha tersebut maka siapakah
yang membuat dan menetapkan alur kegiatan proses pelaksanaan
pekerjaan sesuai sektor usaha tersebut yang menggambarkan proses
pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai akhir serta memuat kegiatan
utama dan kegiatan penunjang?
Atas kemungkinan terjadinya situasi dan kondisi tersebut di
atas, penulis menyarankan kepada pihak regulator agar mempertegas
dan memperkuat posisi 1'uridis atas penetapan alur kegiatan proses
pelaksanaan pekerjaan dimaksud termasuk tetapi tidak terbatas pada
law enforcement dan perlu tidaknya pengesahan atas penetapan
tersebut dari instansi pemerintah yang terkait (meski hal ini janggal
secara teori hukum).
Bagaimana dengan pengelolaan suatu kawasan industri?
Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2009
diberikan dua terminologi pihak-pihak yang terkait dengan Kawasan
Industri, yakni Perusahaan Kawasan Industri dan Perusahaan
Industri. Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan yang
mengusahakan pengembangan dan pengelolaan Kawasan Industri,
sedangkan Perusahaan Industri adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan dibidang usaha industri di wllayah Indonesia (vide Pasal 1).
Sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam PP tersebut,
perusahaan yang berminat untuk membangun dan mengelola suatu
kawasan menjadi kawasan industri (Perusahaan Kawasan Industri)
berkewajiban untuk mengajukan Persetujuan Prinsip dan Izin Usaha
Kawasan Industri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Sebagai Regulator, lVluttgkinkah?
enulis ingin menyampaikan suatu pandangan yang
dilatarbelakangi adanya reformasi hukum yang telah dilakukan
oleh Pemerintah, khususnya reformasi hukum di bidang
Pengelola Kawasan Lindustri
ketenagakerjaan. Hal tersebut sebagaimana dapat kita ketemukan
di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
(Permenakertrans) No. 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat
Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan
Lain.
keuangan negara I edisi oktobetrdesember 201 5
Setelah memperoleh perizinan tersebut di atas, Perusahaan
Kawasan Industri berkewajiban unruk mengaiulian Izin Lokasi
Kawasan Industri kepada: Bupati/hlikota untuk kawasan industri
yang lokasinya berada di wilayah satu kabupaten/kota, Gubernur
untuk kawasan industri yang lokasinva lintas kabupaten/kota, atau
Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk kawasan industri yang
lokasinya lintas provinsi (vide Pasal 1-l).
Selanjutnya, kawasan industri diwajibkan untuk memiiiki Tata
Tertib Kawasan Industri yang memuat : a). Hak dan kewajiban
masing-masing pihak (yang dimaksud dalam ha1 ini adalah
Perusahaan Kawasan Industri dan Perusahaan Industri di dalam
kawasan industri tersebut); b). Ketentuan yang berkaitan dengan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai hasil studi
Analisa Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan
dan Rencana Pemantauan Lingkungan; c). Ketentuan peraturan
perundang-undangan yang terkait; dan d). Ketentuan lain yang
ditetapkan oleh pengelola Kawasan Industri (vide Pasal 21).
Ketentuan terkait Tata Tertib Kawasan Industri dijabarkan
lebih lanjut dalam Pasal 11 ayat 1 juncto Pasal l3 Peraturan Menteri
Perindustrian (Permenperind) RI No. 05/M-IND/PER1 2 I 2}l4,bahwa
Tata Tertib Kawasan Industri tersebut di atas sudah harus dibuat oleh
Perusahaan Kawasan Industri paling lambat 2 (dua) tahun sejak
memperoieh Persetujuan Prinsip (vide Pasal 11 ayat 1), pun mengenai
pokok-pokok materi yang sekurang-kurangnya dimuat di dalam Tata
Tertib Kawasan Industri dijabarkan di dalam Pasal 13 Permenperind
tersebut. Secara 1.uridis, Tata Tertib 3 Kawasan Industri ditempatkan
selayaknya sebuah aturan main bersama antara Perusahaan Kawasan
Industri dan Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri (vide
Pasal22 huruf c Permenperind).
Permasalahannya, baik di dalam PP maupun Permenperind
tersebut di atas tidak mencantumkan pengenaan sanksi atas
pelanggaran terhadap Tata Tertib Kawasan Industri tersebut. Di
dalam Pasal 5 ayat t huruf b PP di atas dinyatakan bahwa Menteri
(dalam ha1 ini Menteri Perindustrian) berwenang melakukan
pengaturan dan pembinaan terhadap Kawasan Industri, Kawasan
Industri tertentu, dan Perusahaan Industri, sedangkan di dalam
Pasal 13 ayat 4 Permenperind di atas dinyatakan bahwa Tata Tertib
Kawasan Industri menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian mengenai Pengelolaan Kawasan Industri dan penggunaan
lahan antara Perusahaan Pengelola Kawasan Industri / Perusahaan
Kawasan Industri dengan Perusahaan Industri. Dengan demikian,
nampaknya Pemerintah menempatkan Tata Tertib Kawasan Industri
berada dibawah pay'ung ranah hukum privat atau keperdataan.
Pertanyaan datang menggelitik di benak penulis, mungkinkah daya
berlakunya Tata Tertib Kawasan Industri di-'geser" kearah paprng
ranah hukum publik?
Apabila mendasarkan pada pemikiran secara analogi hukum
dengan apa yang dilakukan pemerintah selaku regulator ketentuan
peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan
sebagaimana diuraikan diawal penulisan di atas, penulis
berpendapat bahwa melalui semangat reformasi hukum tidak
menutup kemungkinan ditempuh langkah secara mandatori
kepada Perusahaan Kawasan Industri dan/atau melalui asosiasi
perusahaan kawasan industri, untuk dan atas nama Pemerintah dapat
memberikan sanksi kepada Perusahaan Industri di dalam Kawasan
Industri yang melanggar ketentuan Tata Tertib Kawasan Industri.
Keberadaan kawasan industri yang sarat dengan kegiatan
keuangan negara I edisi oktoberdesember 201 5
usaha industri tidak dapat dilepaskan dari isu sosial menyangkut
ketersediaan lapangan pekerjaan, isu pencemaran lingkungan,
maupun Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TISL). Trigger
inilah yang barangkali dapat dijadikan sebagai pintu masuk bagi
pemerintah selaku regulator untuk memberikan Penguatan secara
1'uridis agar daya berlakunya Tata Tertib Kawasan Industri berada
dalam ranah hukum publik, sehingga diharapkan Tata Tertib
Kawasan Industri yang telah dibuat dan disusun oleh Perusahaan
Kawasan Industri tidak hanya sekedar sebagai pelengkap persyaratan
ketika Perusahaan Kawasan Industri tersebut akan mengajukan
proses memperoleh perijinan pengusahaan suatu bidang lahan untuk
kawasan industri.i,i"t
SEKILAS PT. JIEP (Persero)
herkembansan subsektor industri manufaktur di Indonesia,
pkhurornyu"di ]akarta, diikuti dengan pertumbuhan zona- zont
I industri yang secara sporadik m.rJuk di berbagai sudut wilayah
kota. Kondisi tersebut menuntut pemerintah daerah untuk menata
kegiatan-kegiatan industri dengan upaya menyatukan pada suatu
kawasan khusus, sehingga dapat dibinakembangkan dan memberikan
manfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Pulogadung merupakan pilihan utama, karena lokasinya yang
strategis serta mempunyai akses yang memadai bagi transportasi dan
distribusi ke seluruh wilayah ]akarta. Pada saat itu Pulogadung masih
berupa tanah yang tidak produktif yang sebagian besar terdiri dari
rawa-rawa. Melalui Surat Keputusan Gubernur Propinsi KDKI Jakarta
No. Ib.3/2/35i 1969 ditetapkanlah lahan seluas 500 HA sebagai lokasi
kawasan industri dengan nama Kawasan Industri Pulogadung.
Sebagai kawasan industri pertama di Indonesia, Kawasan Industri
puiogadung pada awalnya dikelola melalui wadah proyek, dengan
nama Proyek Industrial Estate Pulogadung milik Pemerintah Propinsi
DKI Jakarta. Sejalan dengan perkembangan arus penanaman modal di
Indonesia yang meningkat, khususnya di DKI lakarta, maka lingkup
kerja Proyek Industrial Estate Pulogadung semakin kompleks. Dan
untuk menunjang perkembangan kebutuhan masyarakat industri,
Pemerintah memandang perlu dilakukan penyesuaian diri, baik dari
segi keiembagaan maupun permodalannya.
Pada tanggal 26 Juni 1973 dibentuklah PT. Persero ]akarta
Industrial Estate Pulogadung (PT IIEP) yang menggantikan Proyek
Industrial Estate Pulogadung dengan Akta Notaris Abdul Latief No.
127 tahrn 1973. Adapun Penyertaan modal Negara RI pada PT IIE|
ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1973 dan Surat
Gubernur Propinsi KDKI |akarta No. D.V-a.3/2/36l73. Sampai saat ini
komposisi pemegang saham PT. JIEP adalah 5070 Negara RI dan 50%
Pemerintah Propinsi DKI Jakarta.
Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan Anggaran
Dasar, terakhir telah dirubah dengan Akta Pernyataan Keputusan
Di Luar Rapat Perusahaan Perseroan (Persero) PT. ]akarta Industrial
Estate Pulogadung atau disingkat PT. }IEP (Persero) No. 25 tanggal 16
Oktober 2009,yangtelah disahkan oleh Menteri Hukum dan FIAM RI
berdasarkan Surat Keputusannya AHU-AH.01.10-21 151 Ianggal 24
November 2009, yang keduanya dibuat dihadapan Siti Rayhana, S'H
sebagai pengganti B.R.AY Mahyastoeti Notonogero, S.H, Notaris di
Iakarta.
83

More Related Content

What's hot

Hukum Ketenagakerjaan Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Ketenagakerjaan Pasca UU Cipta KerjaHukum Ketenagakerjaan Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Ketenagakerjaan Pasca UU Cipta KerjaLeks&Co
 
Permen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKB
Permen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKBPermen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKB
Permen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKBFardalaw Labor
 
Peraturan presiden nomor 12 tahun 2021 1769 1
Peraturan presiden nomor 12 tahun 2021 1769 1Peraturan presiden nomor 12 tahun 2021 1769 1
Peraturan presiden nomor 12 tahun 2021 1769 1Finna Puteri Gasenda
 
PHK sesuai PP 35 tahun 2021 (pelaksana UU Cipta Kerja)
PHK sesuai PP 35 tahun 2021 (pelaksana UU Cipta Kerja)PHK sesuai PP 35 tahun 2021 (pelaksana UU Cipta Kerja)
PHK sesuai PP 35 tahun 2021 (pelaksana UU Cipta Kerja)AmirahPFardhan
 
Tentang upah ditinjau dari segi hukum
Tentang upah ditinjau dari segi hukum Tentang upah ditinjau dari segi hukum
Tentang upah ditinjau dari segi hukum EriRomadhon
 
Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)
Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)
Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)Konfiantza Faza
 
Perjanjian pemborongan
Perjanjian pemboronganPerjanjian pemborongan
Perjanjian pemboronganJuleha Usmad
 
Urus Pendirian PT(Perseroan Terbatas), CV(Perseroan Komanditer)
Urus Pendirian PT(Perseroan Terbatas), CV(Perseroan Komanditer)Urus Pendirian PT(Perseroan Terbatas), CV(Perseroan Komanditer)
Urus Pendirian PT(Perseroan Terbatas), CV(Perseroan Komanditer)persadajeklindo
 
Peraturan perusahaan sirounagro
Peraturan perusahaan sirounagroPeraturan perusahaan sirounagro
Peraturan perusahaan sirounagroAli usman
 
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagangUu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagangLegal Akses
 
Contoh risalah-surat-perjanjian-kerja-harian-lepas Fenti Anita Sari
Contoh risalah-surat-perjanjian-kerja-harian-lepas Fenti Anita SariContoh risalah-surat-perjanjian-kerja-harian-lepas Fenti Anita Sari
Contoh risalah-surat-perjanjian-kerja-harian-lepas Fenti Anita SariFenti Anita Sari
 
Perubahan Permenaker 19 tahun 2012/ Outsourcing
Perubahan Permenaker 19 tahun 2012/ OutsourcingPerubahan Permenaker 19 tahun 2012/ Outsourcing
Perubahan Permenaker 19 tahun 2012/ OutsourcingFardalaw Labor
 
Perjanjian kerja
Perjanjian kerjaPerjanjian kerja
Perjanjian kerjanugpra
 
Uu tahun 2016 no. 20 tentang merek dan indikasi geografis
Uu tahun 2016 no. 20 tentang merek dan indikasi geografisUu tahun 2016 no. 20 tentang merek dan indikasi geografis
Uu tahun 2016 no. 20 tentang merek dan indikasi geografisLegal Akses
 

What's hot (19)

Hukum Ketenagakerjaan Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Ketenagakerjaan Pasca UU Cipta KerjaHukum Ketenagakerjaan Pasca UU Cipta Kerja
Hukum Ketenagakerjaan Pasca UU Cipta Kerja
 
Permen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKB
Permen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKBPermen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKB
Permen 28 tahun_2014 mencabut No.16 tahun 2011 tentang PP/ PKB
 
Peraturan presiden nomor 12 tahun 2021 1769 1
Peraturan presiden nomor 12 tahun 2021 1769 1Peraturan presiden nomor 12 tahun 2021 1769 1
Peraturan presiden nomor 12 tahun 2021 1769 1
 
14. omnibus law
14. omnibus law14. omnibus law
14. omnibus law
 
PHK sesuai PP 35 tahun 2021 (pelaksana UU Cipta Kerja)
PHK sesuai PP 35 tahun 2021 (pelaksana UU Cipta Kerja)PHK sesuai PP 35 tahun 2021 (pelaksana UU Cipta Kerja)
PHK sesuai PP 35 tahun 2021 (pelaksana UU Cipta Kerja)
 
Tentang upah ditinjau dari segi hukum
Tentang upah ditinjau dari segi hukum Tentang upah ditinjau dari segi hukum
Tentang upah ditinjau dari segi hukum
 
Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)
Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)
Bahan sosialisasi standard bkpm final (perka no 5 2013)
 
Surat perjanjian kerja pegawai kontrak
Surat perjanjian kerja pegawai kontrakSurat perjanjian kerja pegawai kontrak
Surat perjanjian kerja pegawai kontrak
 
Perpres nomor 12 tahun 2021
Perpres nomor 12 tahun 2021Perpres nomor 12 tahun 2021
Perpres nomor 12 tahun 2021
 
Uu 15 2001
Uu 15 2001Uu 15 2001
Uu 15 2001
 
Perjanjian pemborongan
Perjanjian pemboronganPerjanjian pemborongan
Perjanjian pemborongan
 
Urus Pendirian PT(Perseroan Terbatas), CV(Perseroan Komanditer)
Urus Pendirian PT(Perseroan Terbatas), CV(Perseroan Komanditer)Urus Pendirian PT(Perseroan Terbatas), CV(Perseroan Komanditer)
Urus Pendirian PT(Perseroan Terbatas), CV(Perseroan Komanditer)
 
Surat perjanjian kerja
Surat perjanjian kerjaSurat perjanjian kerja
Surat perjanjian kerja
 
Peraturan perusahaan sirounagro
Peraturan perusahaan sirounagroPeraturan perusahaan sirounagro
Peraturan perusahaan sirounagro
 
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagangUu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
Uu tahun 2000 no. 3o tentang rahasia dagang
 
Contoh risalah-surat-perjanjian-kerja-harian-lepas Fenti Anita Sari
Contoh risalah-surat-perjanjian-kerja-harian-lepas Fenti Anita SariContoh risalah-surat-perjanjian-kerja-harian-lepas Fenti Anita Sari
Contoh risalah-surat-perjanjian-kerja-harian-lepas Fenti Anita Sari
 
Perubahan Permenaker 19 tahun 2012/ Outsourcing
Perubahan Permenaker 19 tahun 2012/ OutsourcingPerubahan Permenaker 19 tahun 2012/ Outsourcing
Perubahan Permenaker 19 tahun 2012/ Outsourcing
 
Perjanjian kerja
Perjanjian kerjaPerjanjian kerja
Perjanjian kerja
 
Uu tahun 2016 no. 20 tentang merek dan indikasi geografis
Uu tahun 2016 no. 20 tentang merek dan indikasi geografisUu tahun 2016 no. 20 tentang merek dan indikasi geografis
Uu tahun 2016 no. 20 tentang merek dan indikasi geografis
 

Similar to Pengelolaan Kawasan Industri

Uu no. 7 tahun 1981 tentang wlkp
Uu no. 7 tahun 1981 tentang wlkpUu no. 7 tahun 1981 tentang wlkp
Uu no. 7 tahun 1981 tentang wlkpLegal Akses
 
KEMENAKER. Peraturan Perusahaan..pdf
KEMENAKER. Peraturan Perusahaan..pdfKEMENAKER. Peraturan Perusahaan..pdf
KEMENAKER. Peraturan Perusahaan..pdfridho408092
 
UU Nomor 7 Tahun 1981.pdf
UU Nomor 7 Tahun 1981.pdfUU Nomor 7 Tahun 1981.pdf
UU Nomor 7 Tahun 1981.pdfsella49
 
Juklak outsourcing/ SE MENAKER NO 4 TAHUN 2013
Juklak outsourcing/ SE MENAKER NO 4 TAHUN 2013Juklak outsourcing/ SE MENAKER NO 4 TAHUN 2013
Juklak outsourcing/ SE MENAKER NO 4 TAHUN 2013Fardalaw Labor
 
Permenakertrans No. 28 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan ...
Permenakertrans No. 28 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan ...Permenakertrans No. 28 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan ...
Permenakertrans No. 28 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan ...Imam Prastio
 
Permenakertrans no28 Tahun 2014 tentang tata cara pembuatan dan pengesahan pe...
Permenakertrans no28 Tahun 2014 tentang tata cara pembuatan dan pengesahan pe...Permenakertrans no28 Tahun 2014 tentang tata cara pembuatan dan pengesahan pe...
Permenakertrans no28 Tahun 2014 tentang tata cara pembuatan dan pengesahan pe...Daniel Krismantoro
 
PERMENAKERTRANS NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN ...
PERMENAKERTRANS NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN ...PERMENAKERTRANS NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN ...
PERMENAKERTRANS NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN ...PT. Trinity Auto
 
Permenakertrans no. 19 thn 2012 tentang outsourcing
Permenakertrans no. 19 thn 2012 tentang outsourcingPermenakertrans no. 19 thn 2012 tentang outsourcing
Permenakertrans no. 19 thn 2012 tentang outsourcingalfa_christian
 
UU 06 2023 Tentang Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan - Kilaskerja.com
UU 06 2023 Tentang Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan - Kilaskerja.comUU 06 2023 Tentang Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan - Kilaskerja.com
UU 06 2023 Tentang Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan - Kilaskerja.comRendi Adetia Sapoetra
 
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdfPerpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdfRoyhul Akbar
 
Peraturan bupati-no.-38-ttg-izin-usaha-industri
Peraturan bupati-no.-38-ttg-izin-usaha-industriPeraturan bupati-no.-38-ttg-izin-usaha-industri
Peraturan bupati-no.-38-ttg-izin-usaha-industrippbkab
 
Draft perbup pud humbang hasundutan
Draft perbup pud humbang hasundutanDraft perbup pud humbang hasundutan
Draft perbup pud humbang hasundutanZebulon Sitompul
 
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO 19 TAHU...
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO 19 TAHU...PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO 19 TAHU...
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO 19 TAHU...Ridwan Rezpectt
 
Permenakertrans ri nomor 19 tahun 2012
Permenakertrans ri nomor 19 tahun 2012Permenakertrans ri nomor 19 tahun 2012
Permenakertrans ri nomor 19 tahun 2012dhoan Evridho
 
2021_Infographic PP 35 thn 2021 Pasal 2 - 17 PKWT.pdf
2021_Infographic PP 35 thn 2021 Pasal 2 - 17 PKWT.pdf2021_Infographic PP 35 thn 2021 Pasal 2 - 17 PKWT.pdf
2021_Infographic PP 35 thn 2021 Pasal 2 - 17 PKWT.pdfninapanggabean
 
Reposisi atau Deregulasi PKBL BUMN, Perlukah?
Reposisi atau Deregulasi PKBL BUMN, Perlukah?Reposisi atau Deregulasi PKBL BUMN, Perlukah?
Reposisi atau Deregulasi PKBL BUMN, Perlukah?Anas Ferdian
 
2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf
2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf
2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdfchondroc
 

Similar to Pengelolaan Kawasan Industri (20)

Uu no. 7 tahun 1981 tentang wlkp
Uu no. 7 tahun 1981 tentang wlkpUu no. 7 tahun 1981 tentang wlkp
Uu no. 7 tahun 1981 tentang wlkp
 
KEMENAKER. Peraturan Perusahaan..pdf
KEMENAKER. Peraturan Perusahaan..pdfKEMENAKER. Peraturan Perusahaan..pdf
KEMENAKER. Peraturan Perusahaan..pdf
 
UU Nomor 7 Tahun 1981.pdf
UU Nomor 7 Tahun 1981.pdfUU Nomor 7 Tahun 1981.pdf
UU Nomor 7 Tahun 1981.pdf
 
Juklak outsourcing/ SE MENAKER NO 4 TAHUN 2013
Juklak outsourcing/ SE MENAKER NO 4 TAHUN 2013Juklak outsourcing/ SE MENAKER NO 4 TAHUN 2013
Juklak outsourcing/ SE MENAKER NO 4 TAHUN 2013
 
Permenakertrans No. 28 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan ...
Permenakertrans No. 28 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan ...Permenakertrans No. 28 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan ...
Permenakertrans No. 28 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan ...
 
Permenakertrans no28 Tahun 2014 tentang tata cara pembuatan dan pengesahan pe...
Permenakertrans no28 Tahun 2014 tentang tata cara pembuatan dan pengesahan pe...Permenakertrans no28 Tahun 2014 tentang tata cara pembuatan dan pengesahan pe...
Permenakertrans no28 Tahun 2014 tentang tata cara pembuatan dan pengesahan pe...
 
PERMENAKERTRANS NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN ...
PERMENAKERTRANS NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN ...PERMENAKERTRANS NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN ...
PERMENAKERTRANS NO. 28 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN DAN PENGESAHAN ...
 
Kep 100 2004
Kep 100 2004Kep 100 2004
Kep 100 2004
 
Permenakertrans no. 19 thn 2012 tentang outsourcing
Permenakertrans no. 19 thn 2012 tentang outsourcingPermenakertrans no. 19 thn 2012 tentang outsourcing
Permenakertrans no. 19 thn 2012 tentang outsourcing
 
Kepmen tt outsource
Kepmen tt outsourceKepmen tt outsource
Kepmen tt outsource
 
UU 06 2023 Tentang Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan - Kilaskerja.com
UU 06 2023 Tentang Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan - Kilaskerja.comUU 06 2023 Tentang Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan - Kilaskerja.com
UU 06 2023 Tentang Cipta Kerja Kluster Ketenagakerjaan - Kilaskerja.com
 
Kepemenaker 1012004
Kepemenaker 1012004Kepemenaker 1012004
Kepemenaker 1012004
 
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdfPerpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
Perpu_Nomor_2_Tahun_2022.pdf
 
Peraturan bupati-no.-38-ttg-izin-usaha-industri
Peraturan bupati-no.-38-ttg-izin-usaha-industriPeraturan bupati-no.-38-ttg-izin-usaha-industri
Peraturan bupati-no.-38-ttg-izin-usaha-industri
 
Draft perbup pud humbang hasundutan
Draft perbup pud humbang hasundutanDraft perbup pud humbang hasundutan
Draft perbup pud humbang hasundutan
 
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO 19 TAHU...
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO 19 TAHU...PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO 19 TAHU...
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NO 19 TAHU...
 
Permenakertrans ri nomor 19 tahun 2012
Permenakertrans ri nomor 19 tahun 2012Permenakertrans ri nomor 19 tahun 2012
Permenakertrans ri nomor 19 tahun 2012
 
2021_Infographic PP 35 thn 2021 Pasal 2 - 17 PKWT.pdf
2021_Infographic PP 35 thn 2021 Pasal 2 - 17 PKWT.pdf2021_Infographic PP 35 thn 2021 Pasal 2 - 17 PKWT.pdf
2021_Infographic PP 35 thn 2021 Pasal 2 - 17 PKWT.pdf
 
Reposisi atau Deregulasi PKBL BUMN, Perlukah?
Reposisi atau Deregulasi PKBL BUMN, Perlukah?Reposisi atau Deregulasi PKBL BUMN, Perlukah?
Reposisi atau Deregulasi PKBL BUMN, Perlukah?
 
2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf
2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf
2023 01 06 Kemnaker Bahan Sosialisasi Perppu 2-2022.pdf
 

More from Anas Ferdian

Kemana Peran BUMN Dalam Ekonomi Kreatif
Kemana Peran BUMN Dalam Ekonomi KreatifKemana Peran BUMN Dalam Ekonomi Kreatif
Kemana Peran BUMN Dalam Ekonomi KreatifAnas Ferdian
 
PSO, Berat Sama Dipikul Ringan Sama Dijinjing
PSO, Berat Sama Dipikul Ringan Sama DijinjingPSO, Berat Sama Dipikul Ringan Sama Dijinjing
PSO, Berat Sama Dipikul Ringan Sama DijinjingAnas Ferdian
 
Pengelola Kawasan Industri Sebagai Regulator, Mungkinkah?
Pengelola Kawasan Industri Sebagai Regulator, Mungkinkah?Pengelola Kawasan Industri Sebagai Regulator, Mungkinkah?
Pengelola Kawasan Industri Sebagai Regulator, Mungkinkah?Anas Ferdian
 
Kemana Peran BUMN Dalam Bidang Ekonomi Kreatif
Kemana Peran BUMN Dalam Bidang Ekonomi KreatifKemana Peran BUMN Dalam Bidang Ekonomi Kreatif
Kemana Peran BUMN Dalam Bidang Ekonomi KreatifAnas Ferdian
 
Apa Kabar Koperasi BUMN
Apa Kabar Koperasi BUMNApa Kabar Koperasi BUMN
Apa Kabar Koperasi BUMNAnas Ferdian
 
Wacana PKBL BUMN Akan Dibubarkan, Repositioning Saja...
Wacana PKBL BUMN Akan Dibubarkan, Repositioning Saja...Wacana PKBL BUMN Akan Dibubarkan, Repositioning Saja...
Wacana PKBL BUMN Akan Dibubarkan, Repositioning Saja...Anas Ferdian
 
Optimalisasi dan Repositioning PKBL BUMN
Optimalisasi dan Repositioning PKBL BUMNOptimalisasi dan Repositioning PKBL BUMN
Optimalisasi dan Repositioning PKBL BUMNAnas Ferdian
 
Mengkaji UU Koperasi Yang Baru & Pengaruhnya Bagi Koperasi BUMN
Mengkaji UU Koperasi Yang Baru & Pengaruhnya Bagi Koperasi BUMNMengkaji UU Koperasi Yang Baru & Pengaruhnya Bagi Koperasi BUMN
Mengkaji UU Koperasi Yang Baru & Pengaruhnya Bagi Koperasi BUMNAnas Ferdian
 
Menanti Blusukannya BUMN
Menanti Blusukannya BUMNMenanti Blusukannya BUMN
Menanti Blusukannya BUMNAnas Ferdian
 
Hikmah 'Perseteruan' antara Baznaz dan Lembaga Amil Zakat
Hikmah 'Perseteruan' antara Baznaz dan Lembaga Amil ZakatHikmah 'Perseteruan' antara Baznaz dan Lembaga Amil Zakat
Hikmah 'Perseteruan' antara Baznaz dan Lembaga Amil ZakatAnas Ferdian
 
PKBL BUMN, CSR-kah?
PKBL BUMN, CSR-kah?PKBL BUMN, CSR-kah?
PKBL BUMN, CSR-kah?Anas Ferdian
 

More from Anas Ferdian (11)

Kemana Peran BUMN Dalam Ekonomi Kreatif
Kemana Peran BUMN Dalam Ekonomi KreatifKemana Peran BUMN Dalam Ekonomi Kreatif
Kemana Peran BUMN Dalam Ekonomi Kreatif
 
PSO, Berat Sama Dipikul Ringan Sama Dijinjing
PSO, Berat Sama Dipikul Ringan Sama DijinjingPSO, Berat Sama Dipikul Ringan Sama Dijinjing
PSO, Berat Sama Dipikul Ringan Sama Dijinjing
 
Pengelola Kawasan Industri Sebagai Regulator, Mungkinkah?
Pengelola Kawasan Industri Sebagai Regulator, Mungkinkah?Pengelola Kawasan Industri Sebagai Regulator, Mungkinkah?
Pengelola Kawasan Industri Sebagai Regulator, Mungkinkah?
 
Kemana Peran BUMN Dalam Bidang Ekonomi Kreatif
Kemana Peran BUMN Dalam Bidang Ekonomi KreatifKemana Peran BUMN Dalam Bidang Ekonomi Kreatif
Kemana Peran BUMN Dalam Bidang Ekonomi Kreatif
 
Apa Kabar Koperasi BUMN
Apa Kabar Koperasi BUMNApa Kabar Koperasi BUMN
Apa Kabar Koperasi BUMN
 
Wacana PKBL BUMN Akan Dibubarkan, Repositioning Saja...
Wacana PKBL BUMN Akan Dibubarkan, Repositioning Saja...Wacana PKBL BUMN Akan Dibubarkan, Repositioning Saja...
Wacana PKBL BUMN Akan Dibubarkan, Repositioning Saja...
 
Optimalisasi dan Repositioning PKBL BUMN
Optimalisasi dan Repositioning PKBL BUMNOptimalisasi dan Repositioning PKBL BUMN
Optimalisasi dan Repositioning PKBL BUMN
 
Mengkaji UU Koperasi Yang Baru & Pengaruhnya Bagi Koperasi BUMN
Mengkaji UU Koperasi Yang Baru & Pengaruhnya Bagi Koperasi BUMNMengkaji UU Koperasi Yang Baru & Pengaruhnya Bagi Koperasi BUMN
Mengkaji UU Koperasi Yang Baru & Pengaruhnya Bagi Koperasi BUMN
 
Menanti Blusukannya BUMN
Menanti Blusukannya BUMNMenanti Blusukannya BUMN
Menanti Blusukannya BUMN
 
Hikmah 'Perseteruan' antara Baznaz dan Lembaga Amil Zakat
Hikmah 'Perseteruan' antara Baznaz dan Lembaga Amil ZakatHikmah 'Perseteruan' antara Baznaz dan Lembaga Amil Zakat
Hikmah 'Perseteruan' antara Baznaz dan Lembaga Amil Zakat
 
PKBL BUMN, CSR-kah?
PKBL BUMN, CSR-kah?PKBL BUMN, CSR-kah?
PKBL BUMN, CSR-kah?
 

Recently uploaded

Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxFucekBoy5
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxFeniannisa
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxbinsar17
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptJhonatanMuram
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxkhairunnizamRahman1
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptxahmadrievzqy
 

Recently uploaded (6)

Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptxSistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
Sistem norma hukum Bab IV dan Bab V.pptx
 
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptxKel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
Kel.5 PPT Hukum Administrasi Negara.pptx
 
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptxKelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
Kelompok 2 Sistem Pemerintahan Pra dan Pasca Amandemen UUD.pptx
 
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan pptpembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
pembahasan mengenai otonomi daerah yang diuraikan dengan ppt
 
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptxSlaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
Slaid Transkrip Temuramah 2 (Falsafah Dalam Kehidupan) (1).pptx
 
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
20230812 - DSLA - Perbandingan KUHP Lama dan Baru.pptx
 

Pengelolaan Kawasan Industri

  • 1. {KUNTABiLITAS EtERASI .EDi]K Kalau menunggu tidak akan pernrh riap harus dipaksakan agar pem€rintah desa siap
  • 2. ,f K[LIM Kami ingin mengajak pembaca untuk fokus lebih dahulu pada penguatan peran secara yuridis asosiasi sektor usaha tertentu berupa pendelegasian penetapan alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan, termasuk menetapkan kegiatan utama dan kegiatan penunjang. Untuk lebih jelasnya kami kutipkan ketentuan di dalam Pasal 4 Permenakertrans RI No.l9 Tahun 2012, yakni: (1). Asosiasi sektor usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 2 huruf c harus membuat alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan sesuai sektor usaha masing-masing. (2). Alur sebagaimana dimaksud pada ayat I harus menggambarkan proses pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai akhir serta memuat kegiatan utama dan kegiatan penunjang dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat 2. (3). Alur sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dipergunakan sebagai dasar bagi perusahaan pemberi pekerjaan dalam penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan melalui pemborongan pekerjaan. Penetapan kegiatan utama dan kegiatan penunjang tersebut di atas perlu ditegaskan lebih lanjut oleh Pemerintah (cq. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI) apakah sama dengan yang dimaksud dalam Pasal 17 Permenakertrans RI tersebut yang menggunakan terrninologi "kegiatan jasa penunjangi' Sebuah pertanyaan muncul, apakah kegiatan jasa penunjang di dalam Pasal 17 tersebut dapat berasal dari kegiatan utama ataukah dipastikan hanya berasal dari kegiatan penunjang saja? Penulis berasumsi bahwa di dalam lingkup pekerjaan kegiatan utama tidak ada ruang untuk menyerahkan sebagian pekerjaan secara pemborongan dan/atau melalui penyediaan jasa penyedia pekerja/ buruh, sehingga pekerja/buruh di lingkungan pekerjaan kegiatan utama harus mengerjakan seluruh proses pekerjaan yang ada di lingkungan pekerjaan kegiatan utama tersebut mulai dari A hingga Z. Secaraumum, sebuah penetapanbiasanya dilakukan oleh institusi atau lembaga yang masih berada dalam lingkungan Pemerintah, BB Anas Firdian Corporate Legal PT. Jakarta Industrial Estate Pulogadung namun melalui Permenakertrans tersebut nampaknya Pemerintah, atas hai tersebut di atas vide Pasal 4 ayat 3, mendelegasikan kepada pihak lain non pemerintah. Bahkan ditegaskan bahwa penetapan yang dilakukan oleh pihak lain non pemerintah tersebut dijadikan dasar bagi perusahaan yang ingin melakukan penyerahan sebagian pelaksanaan pekerj aan melalui pemborongan pekerjaan. Kembali muncul pertanyaan di benak penulis menyangkut sanksi hukum yang akan diberikan kepada perusahaan manakala penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan melalui pemborongan tidak mendasarkan pada penetapan yang dikeluarkan oleh asosiasi sektor usaha yang terkait, atau misalnya juga pada situasi dan kondisi tertentu ternyata di sektor usaha tertentu belum terbentuk atau belum memiliki asosiasi di sektor usaha tersebut maka siapakah yang membuat dan menetapkan alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan sesuai sektor usaha tersebut yang menggambarkan proses pelaksanaan pekerjaan dari awal sampai akhir serta memuat kegiatan utama dan kegiatan penunjang? Atas kemungkinan terjadinya situasi dan kondisi tersebut di atas, penulis menyarankan kepada pihak regulator agar mempertegas dan memperkuat posisi 1'uridis atas penetapan alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan dimaksud termasuk tetapi tidak terbatas pada law enforcement dan perlu tidaknya pengesahan atas penetapan tersebut dari instansi pemerintah yang terkait (meski hal ini janggal secara teori hukum). Bagaimana dengan pengelolaan suatu kawasan industri? Di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2009 diberikan dua terminologi pihak-pihak yang terkait dengan Kawasan Industri, yakni Perusahaan Kawasan Industri dan Perusahaan Industri. Perusahaan Kawasan Industri adalah perusahaan yang mengusahakan pengembangan dan pengelolaan Kawasan Industri, sedangkan Perusahaan Industri adalah badan usaha yang melakukan kegiatan dibidang usaha industri di wllayah Indonesia (vide Pasal 1). Sesuai dengan ketentuan yang ada di dalam PP tersebut, perusahaan yang berminat untuk membangun dan mengelola suatu kawasan menjadi kawasan industri (Perusahaan Kawasan Industri) berkewajiban untuk mengajukan Persetujuan Prinsip dan Izin Usaha Kawasan Industri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Sebagai Regulator, lVluttgkinkah? enulis ingin menyampaikan suatu pandangan yang dilatarbelakangi adanya reformasi hukum yang telah dilakukan oleh Pemerintah, khususnya reformasi hukum di bidang Pengelola Kawasan Lindustri ketenagakerjaan. Hal tersebut sebagaimana dapat kita ketemukan di dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI (Permenakertrans) No. 19 Tahun 2012 tentang Syarat-syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain. keuangan negara I edisi oktobetrdesember 201 5
  • 3. Setelah memperoleh perizinan tersebut di atas, Perusahaan Kawasan Industri berkewajiban unruk mengaiulian Izin Lokasi Kawasan Industri kepada: Bupati/hlikota untuk kawasan industri yang lokasinya berada di wilayah satu kabupaten/kota, Gubernur untuk kawasan industri yang lokasinva lintas kabupaten/kota, atau Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk kawasan industri yang lokasinya lintas provinsi (vide Pasal 1-l). Selanjutnya, kawasan industri diwajibkan untuk memiiiki Tata Tertib Kawasan Industri yang memuat : a). Hak dan kewajiban masing-masing pihak (yang dimaksud dalam ha1 ini adalah Perusahaan Kawasan Industri dan Perusahaan Industri di dalam kawasan industri tersebut); b). Ketentuan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai hasil studi Analisa Dampak Lingkungan, Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan; c). Ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait; dan d). Ketentuan lain yang ditetapkan oleh pengelola Kawasan Industri (vide Pasal 21). Ketentuan terkait Tata Tertib Kawasan Industri dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 11 ayat 1 juncto Pasal l3 Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperind) RI No. 05/M-IND/PER1 2 I 2}l4,bahwa Tata Tertib Kawasan Industri tersebut di atas sudah harus dibuat oleh Perusahaan Kawasan Industri paling lambat 2 (dua) tahun sejak memperoieh Persetujuan Prinsip (vide Pasal 11 ayat 1), pun mengenai pokok-pokok materi yang sekurang-kurangnya dimuat di dalam Tata Tertib Kawasan Industri dijabarkan di dalam Pasal 13 Permenperind tersebut. Secara 1.uridis, Tata Tertib 3 Kawasan Industri ditempatkan selayaknya sebuah aturan main bersama antara Perusahaan Kawasan Industri dan Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri (vide Pasal22 huruf c Permenperind). Permasalahannya, baik di dalam PP maupun Permenperind tersebut di atas tidak mencantumkan pengenaan sanksi atas pelanggaran terhadap Tata Tertib Kawasan Industri tersebut. Di dalam Pasal 5 ayat t huruf b PP di atas dinyatakan bahwa Menteri (dalam ha1 ini Menteri Perindustrian) berwenang melakukan pengaturan dan pembinaan terhadap Kawasan Industri, Kawasan Industri tertentu, dan Perusahaan Industri, sedangkan di dalam Pasal 13 ayat 4 Permenperind di atas dinyatakan bahwa Tata Tertib Kawasan Industri menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian mengenai Pengelolaan Kawasan Industri dan penggunaan lahan antara Perusahaan Pengelola Kawasan Industri / Perusahaan Kawasan Industri dengan Perusahaan Industri. Dengan demikian, nampaknya Pemerintah menempatkan Tata Tertib Kawasan Industri berada dibawah pay'ung ranah hukum privat atau keperdataan. Pertanyaan datang menggelitik di benak penulis, mungkinkah daya berlakunya Tata Tertib Kawasan Industri di-'geser" kearah paprng ranah hukum publik? Apabila mendasarkan pada pemikiran secara analogi hukum dengan apa yang dilakukan pemerintah selaku regulator ketentuan peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan sebagaimana diuraikan diawal penulisan di atas, penulis berpendapat bahwa melalui semangat reformasi hukum tidak menutup kemungkinan ditempuh langkah secara mandatori kepada Perusahaan Kawasan Industri dan/atau melalui asosiasi perusahaan kawasan industri, untuk dan atas nama Pemerintah dapat memberikan sanksi kepada Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri yang melanggar ketentuan Tata Tertib Kawasan Industri. Keberadaan kawasan industri yang sarat dengan kegiatan keuangan negara I edisi oktoberdesember 201 5 usaha industri tidak dapat dilepaskan dari isu sosial menyangkut ketersediaan lapangan pekerjaan, isu pencemaran lingkungan, maupun Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TISL). Trigger inilah yang barangkali dapat dijadikan sebagai pintu masuk bagi pemerintah selaku regulator untuk memberikan Penguatan secara 1'uridis agar daya berlakunya Tata Tertib Kawasan Industri berada dalam ranah hukum publik, sehingga diharapkan Tata Tertib Kawasan Industri yang telah dibuat dan disusun oleh Perusahaan Kawasan Industri tidak hanya sekedar sebagai pelengkap persyaratan ketika Perusahaan Kawasan Industri tersebut akan mengajukan proses memperoleh perijinan pengusahaan suatu bidang lahan untuk kawasan industri.i,i"t SEKILAS PT. JIEP (Persero) herkembansan subsektor industri manufaktur di Indonesia, pkhurornyu"di ]akarta, diikuti dengan pertumbuhan zona- zont I industri yang secara sporadik m.rJuk di berbagai sudut wilayah kota. Kondisi tersebut menuntut pemerintah daerah untuk menata kegiatan-kegiatan industri dengan upaya menyatukan pada suatu kawasan khusus, sehingga dapat dibinakembangkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya. Pulogadung merupakan pilihan utama, karena lokasinya yang strategis serta mempunyai akses yang memadai bagi transportasi dan distribusi ke seluruh wilayah ]akarta. Pada saat itu Pulogadung masih berupa tanah yang tidak produktif yang sebagian besar terdiri dari rawa-rawa. Melalui Surat Keputusan Gubernur Propinsi KDKI Jakarta No. Ib.3/2/35i 1969 ditetapkanlah lahan seluas 500 HA sebagai lokasi kawasan industri dengan nama Kawasan Industri Pulogadung. Sebagai kawasan industri pertama di Indonesia, Kawasan Industri puiogadung pada awalnya dikelola melalui wadah proyek, dengan nama Proyek Industrial Estate Pulogadung milik Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Sejalan dengan perkembangan arus penanaman modal di Indonesia yang meningkat, khususnya di DKI lakarta, maka lingkup kerja Proyek Industrial Estate Pulogadung semakin kompleks. Dan untuk menunjang perkembangan kebutuhan masyarakat industri, Pemerintah memandang perlu dilakukan penyesuaian diri, baik dari segi keiembagaan maupun permodalannya. Pada tanggal 26 Juni 1973 dibentuklah PT. Persero ]akarta Industrial Estate Pulogadung (PT IIEP) yang menggantikan Proyek Industrial Estate Pulogadung dengan Akta Notaris Abdul Latief No. 127 tahrn 1973. Adapun Penyertaan modal Negara RI pada PT IIE| ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1973 dan Surat Gubernur Propinsi KDKI |akarta No. D.V-a.3/2/36l73. Sampai saat ini komposisi pemegang saham PT. JIEP adalah 5070 Negara RI dan 50% Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Perusahaan telah beberapa kali mengalami perubahan Anggaran Dasar, terakhir telah dirubah dengan Akta Pernyataan Keputusan Di Luar Rapat Perusahaan Perseroan (Persero) PT. ]akarta Industrial Estate Pulogadung atau disingkat PT. }IEP (Persero) No. 25 tanggal 16 Oktober 2009,yangtelah disahkan oleh Menteri Hukum dan FIAM RI berdasarkan Surat Keputusannya AHU-AH.01.10-21 151 Ianggal 24 November 2009, yang keduanya dibuat dihadapan Siti Rayhana, S'H sebagai pengganti B.R.AY Mahyastoeti Notonogero, S.H, Notaris di Iakarta. 83