Dokumen tersebut membahas tentang pengertian akhlak secara bahasa dan istilah, ruang lingkup akhlak, dan metode pembinaan akhlak. Secara ringkas, akhlak adalah sifat yang terbentuk dalam diri seseorang yang menentukan perbuatannya baik atau buruk, ruang lingkupnya meliputi akhlak pribadi, keluarga, masyarakat, negara, dan agama, sedangkan metode pembinaannya meliputi pengajaran
1. PENGERTIAN AKHLAQ
Secara bahasa kata akhlak jamak dari khuluqin yang diartikan tabiat, kebiasaan, adab.
Sedangkan secara istilah adalah sifat yang mantap di dalam diri yang membuat perbuatan
yang dilakukannya baik atau buruk, bagus atau jelek.
Oleh karenanya, apabila amal dan pikiran seseorang sholeh (baik) maka sholeh pula diri dan
akhlaknya, dan sebaliknya apabila amal dan pikirannya rusak maka rusak pula dirinya
akhlaknya.
Nabi bersabda :( alaa wainna filjasadi mudzghotan, idzaa soluhat soluha jasada kulluh wa
idza fasadat fasadaljasadu kulluh wahiya alqolbu).
Adapun Akhlak memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam, karena Allah SWT
memuji Nabi s.a.w karena akhlaknya yang hasan. Allah berfirman : (wainnaka la'alaa
khuluqin 'adzim)(Alqolam: 4).
(walaa tastawi alhasanatu walaa assayiatu idfang billati hiya ahsanu faidza aldzi bainaka
wa bainahu 'adawatan ka annahu waliyun hamimun)( Fushilat:34).
Dan sungguh Allah Mengutus Muhammad s.a.w tidak lain untuk menyempurnakan akhlak.
Nabi Muhammad s.a.w telah bersabda;(innamaa bu'ist tu liutammima
makaarimalakhlaq)(riwayat Bukhori dan muslim).
Dan sabdanya juga :(akmalul mukminiina iimaa nan ahsanuhum khuluqon)(riwayat Ahmad
dan Abu Dawud)
MATERI AKHLAK
Pengertian Akhlak
Akhlak dari kata Al-Akhlak, jamak dari Al-khuluq yang artinya kebiasaan, perangai, tabiat
dan agama.
Menurut Al Gazali, kata akhlak sering diidentikkan dengan kata kholqun (bentuk lahiriyah)
dan Khuluqun (bentuk batiniyah), jika dikaitkan dengan seseorang yang bagus berupa
kholqun dan khulqunnya, maka artinya adalah bagus dari bentuk lahiriah dan rohaniyah. Dari
dua istilah tersebut dapat kita pahami, bahwa manusia terdiri dari dua susunan jasmaniyah
dan batiniyah. Untuk jasmaniyah manusia sering menggunakan istilah kholqun, sedangkan
untuk rohaniyah manusia menggunakan istilah khuluqun. Kedua komponen ini memilih
gerakan dan bentuk sendiri-sendiri, ada kalanya bentuk jelek (Qobi’ah) dan adakalanya
bentuk baik (jamilah). Akhlak yang baik disebut adab. Kata adab juga digunakan dalam arti
etiket, yaitu tata cara sopan santun dalam masyarakat guna memelihara hubungan baik antar
mereka.
Akhlak disebut juga ilmu tingkah laku / perangai (Imal-Suluh) atau Tahzib al-akhlak (Filsafat
akhlak), atau Al-hikmat al-Amaliyyat, atau al-hikmat al- khuluqiyyat. Yang dimaksudkan
dengan ilmu tersebut adalah pengetahuan tentang kehinaan-kehinaan jiwa untuk
mensucikannya. Dalam bahasa Indonesia akhlak dapat diartikan dengan moral, etika, watak,
budi pekertim, tingkah laku, perangai, dan kesusilaan.
2. Ruang Lingkup Akhlak
a) Akhlak pribadi
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri, maka hendaknya seseorang
itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada
diri sendirilah, pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri
dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri, dengan
semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja manusia mempunyai
perbuatan.
b) Akhlak Berkeluarga
Akhlak ini meliputi kewajiban orang tua, anak, dan karib kerabat.
Kewjiban orang tua terhadap anak, dalam islam mengarahkan para orang tua dan pendidik
untuk memperhatikan anak-anak secara sempurna, dengan ajaran –ajaran yang bijak, islam
telah memerintahkan kepada setiap oarang yang mempunyai tanggung jawab untuk
mengarahkan dan mendidik, terutama bapak-bapak dan ibu-ibu untuk memiliki akhlak yang
luhur, sikap lemah lembut dan perlakuan kasih sayang. Sehingga anak akan tumbuh secara
istiqomah, terdidik untuk berani berdiri sendiri, kemudian merasa bahwa mereka mempunyai
harga diri, kehormatan dan kemuliaan.
Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih berhak dari segala
manusia lainya untuk engkau cintai, taati dan hormati. Karena keduanya
memelihara,mengasuh, dan mendidik,menyekolahkan engkau, mencintai dengan ikhlas agar
engkau menjadi seseorang yang baik, berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan
akhirat. Dan coba ketahuilah bahwa saudaramu laki-laki dan permpuan adalah putera ayah
dan ibumu yang juga cinta kepada engkau, menolong ayah dan ibumu dalam mendidikmu,
mereka gembira bilamana engkau gembira dan membelamu bilamana perlu. Pamanmu,
bibimu dan anak-anaknya mereka sayang kepadamu dan ingin agar engkau selamat dan
berbahagia, karena mereka mencintai ayah dan ibumu dan menolong keduanya disetiap
keperluan.
c) Akhlak Bermasyarakat
Tetanggamu ikut bersyukur jika orang tuamu bergembira dan ikut susah jika orang tuamu
susah, mereka menolong, dan bersam-sama mencari kemanfaatan dan menolak
kemudhorotan, orang tuamu cinta dan hormat pada mereka maka wajib atasmu mengikuti
ayah dan ibumu, yaitu cinta dan hormat pada tetangga.
Pendidikan kesusilaan/akhlak tidak dapat terlepas dari pendidikan sosial kemasyarakatan,
kesusilaan/moral timbul didalam masyarakat. Kesusilaan/moral selalu tumbuh dan
berkembang sesuai dengan kemajuan dan perkembangan masyarakat. Sejak dahulu manusia
tidak dapat hidup sendiri–sendiri dan terpisah satu sama lain, tetapi berkelompok-kelompok,
bantu-membantu, saling membutuhkan dan saling mepengaruhi, ini merupakan apa yang
disebut masyarakat. Kehidupan dan perkembangan masyarakat dapat lancar dan tertib jika
tiap-tiap individu sebagai anggota masyarakat bertindak menuruti aturan-aturan yang sesuai
dengan norma- norma kesusilaan yang berlaku.
d) Akhlak Bernegara
Mereka yang sebangsa denganmu adalah warga masyarakat yang berbahasa yang sama
denganmu, tidak segan berkorban untuk kemuliaan tanah airmu, engkau hidup bersama
mereka dengan nasib dab penanggungan yang sama. Dan ketahuilah bahwa engkau adalah
salah seorang dari mereka dan engkau timbul tenggelam bersama mereka.
3. e) Akhlak Beragama
Akhlak ini merupakan akhlak atau kewajiban manusia terhadap tuhannya, karena itulah ruang
lingkup akhlak sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan, baik secara vertikal dengan
Tuhan, maupun secara horizontal dengan sesama makhluk Tuhan.
Berangkat dari sistematika diatas dengan sedikit modifikasi penulis membagi pembahasan
ruang lingkup akhlak antar lain:
1. Akhlak terhadap Allah SWT
2. Akhlak terhadap Rasullah Swt
3. Akhlak Pribadi
4. Akhlak dalam keluarga
5. Akhlak bermasyarakat
6. Akhlak bernegara
Dalam konsep akhlak segala sesuatu dinilai baik atau buruk, terpuji atau tercela, semata-mata
karena syara (Qu’an dan Sunah) yang menilainya demikian. Namun akhlak dalam ajaran
agama tidak dapat disamakan dengan etika, jikqa etika dibatasi pada sopan santun antar
sesame manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.
Pembinaan Akhlak
Pembinaan adalah suatu usaha untuk membina. Membina adalah memelihara dan mendidik,
dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Anak didik adalah anak yang masih dalam proses perkembangan menuju kearah kedewasaan.
Hal ini berarti bahwa anak harus berkembang menjadi manusia yang dapat hidup dan
menyesuaikan dari dalam masyarakat, yang penuh dengan aturan-aturan dan norma-norma
kesusilaan. Oleh karena itu perlulah anak di didik, dipimpin kearah yang dapat dan sanggup
hidup menuruti aturan-aturan dan norma-norma kesusilaan. Jadi maksud dari tujuan
pendidikan akhlak atau kesusilaan adalah memimpin anak setia serta mengerjakan segala
sesuatu yang baik dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal dan
setiap waktu.
Pada masa sekarang ini demoralisasi telah merajalela dalam kehidupan masyarakat, maka
dari itu diperlukan usaha-usaha pendidikan dalam mengupayakan pembinaan akhlak terutama
pada masa remaja, karena pada masa pubertas dan usia baligh anak mengalami kekosongan
jiwa yang merupakan gejala kegoncangan pikiran, keragu-raguan, keyakinan agama, atau
kehilangan agama. Menurut Al-Gazaly adalah menunjukkan suatu hikmah bahwa anak puber
tersebut memerlukan bekal untuk mengisi kekosongan jiwanya melalui sublimasi dan “way
out” dari problema yang dihindarinya.
Metode Pendidikan Akhlak
Yang dimaksud dengan metode disini ialah semua cara yang digunakan dalam upaya
mendidik. Adapun metode Islam dalam upaya perbaikan terhadap akhlak adalah mengacu
pada dua hal pokok, yakni pengajaran dan pembiasaan. Yang dimaksud dengan pengajaran
adalah sebagai dimensi teoritis dalam upaya perbaikan dan pendidikan. Sedangkan yang
dimaksud dengan pembiasaan untuk dimensi praktis dalam upaya pembentukan (pembinaan)
dan persiapan.
4. Ali Kholil Abu’Ainin didalam kitabnya : Falsafahtul Tarbiyatul Islamiyahtu Al-Qur’anil
karim” mengemukakan secara panjang lebar tentang metode pendidikan Islam, yang
diringkasnya menjadi 11 (sebelas) macam, yaitu :
1. Pengajaran tentang cara beramal dan pengalaman / ketrampilan.
Metode ini dapat dilakukan melalui ibadah shalat, zakat, puasa, haji dan ijtihad.
2. Mempergunakan akal
3. Contoh yang baik dan jujur
4. Perintah kepada kebaikan, larangan perbuatan munkar saling berwasiat kebenaran,
kesabaran dan kasih sayang.
5. Nasihat-nasihat
6. Kisah-kisah
7. Tamsil
8. Menggemarkan dan menakutkan atau dorongan dan ancaman.
9. Menanamkan atau menghilangkan kebiasaan.
10. Menyalurkan bakat.
11. Peristiwa-peristiwa yang berlalu.
Menurut al-nahlawi metode pendidikan yang diajurkan, antara lain :
1. Metode Hiwar Qur’ani dan Nabawi
Hiwar (dialog) ialah percakapan silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu
topik, dan dengan sengaja diarahkan kepada satu tujuan yang dikehendaki (dalam hal ini oleh
guru). Dalam percakapan itu bahan pembicaraan tidak dibatasi, dapat digunakan berbagai
konsep sains, filsafat, seni, wahyu, dll. Kadang-kadang pembicaraan sampai pada satu
kesimpulan, kadang-kadang tidak sampai pada kesimpulan, karena salah satu pihak tidak
puas terhadap pendapat pihak lain. Yang manapun ditemukan hasilnya dari segi pendidikan
tidak jauh berbeda, masing-masing mengambil pelajaran untuk menentukan sikap pada
dirinya.
Metode Hiwar pada saat ini masih efektif dipakai dalam belajar mengajar, yakni sama dengan
diskusi pada zaman sekarang ini, dan memang cukup efektif untuk melatih anak didik lebih
mandiri karena mereka dapat berdialog dari hasil bacaan mereka sendiri pada tema yang telah
di tentukan oleh gurunya.
2. Metode kisah Qur’ani dan Nabawi
Dalam pendidikan Islam, terutama pendidikan agama Islam (sebagai suatu bidang studi),
kisah sebagai suatu metode pendidikan amatlah penting, untuk dapat merenungkan kisahnya,
yang menyentuh hati umat manusia. Kisah Qur’ani adalah untuk mendidik perasaan
keimanan.
3. Metode amtsal (perumpamaan)
Metode ini banyak kita temui dalam Al-qur’an, antara lain :
Dalam surah Al-Baqarah ayat 17. Perumpamaan orang-orang kafir itu adalah seperti orang
yang menyalakan api.
ى ف هم رك وت نورهم ب هللا ذهب ه حول ما ضأت ا لما ف ارا دن ق تو س ا ذي ال ثل م ك لهم ث م صرون ب الي لمت ظ
Dalam surah Al-Ankabut ayat 41 Allah mengumpamakan sesembahan atau Tuhan orang kafir
dengan sarang laba-laba, Perumpamaan orang-orang yang berlindung kepada selain Allah
atau seperti laba-laba yang membuat rumah, padahal rumah yang paling lemah adalah rumah
laba-laba.
5. يت ب ل يوت ب ال اوهن وان تا ي ب خذت ات بوت ك ن م ال ثل م ك يأ اول هللا دون من خذوا ات ن ذي ال لهم ث م
لمون ع ي وا ان وك ل بوت ك ن م ال
Kebaikan dari metode ini adalah :
a) Memudahkan siswa memahami konsep yang abstrak.
b) Perumpamaan dapat merangsang kesan terhadap makna yang tersirat dalam perumpamaan
tersebut.
c) Merupakan pendidikan agar bila menggunakan perumpamaan haruslah logis dan mudah
dipahami.
d) Perumpamaan Qur’ani dan Nabawi memberikan motivasi kepada pendengarnya untuk
berbuat amal baik dan menjauhi kejahatan.
4. Metode Teladan
Secara psikologis anak menang senang meniru, tidak saja yang baik, yang jelekpun ditirunya.
Dalam teori tabula rasa (John Lock dan Francis Bacon), bahwa anak yang baru dilahirkan
dapat di umpamakan sebagai kertas putih bersih yang belum ditulisi, segala kecakapan dan
pengetahuan manusia timbul dari pengalaman yang masuk melalui alat indra.
5. Metode Pembiasaan
Inti dari pembiasaan adalah pengulangan, metode mendidik anak murid pada masa kini. Yang
menetapkan bahwa dengan cara mengulang –ngulangi pengalaman dalam berbuat sesuatu
dapat meninggalkan kesan-kesan yang baik dalam jiwanya, dan dari aspek inilah anak akan
mendapatkan kenikmatan pada waktu mengulang-ngulangi pengalaman yang baik itu,
berbeda dengan pengalaman-pengalaman tanpa melalui praktik.
6. Metode Ibrah dan mau’idah
Ibrah ialah suatu kondisi psikis yang menyampaikan manusia kepada intisari sesuatu yang
disaksikan, yang dihadapi, dengan menggunakan nalar, yang menyebabkan hati
mengakuinya. Adapun Mu’idah ialah nasihat yang lembut yang diterima oleh hati dengan
cara menjelaskan pahala atau ancamannya.
7. Metode Targib dan Tarhib
Targib ialah janji terhadap kesenangan, kenilematan akhirat yang disertai bujukan. Tarhib
ialah ancaman karena dosa yang dilakukan.
Sedangkan menurut Prof. Dr.H.M Arifin Med, bahwa dalam Al-Qur’an dan sunah nabi dapat
ditemukan metode-metode untuk pendidikan agama, antara lain :
a) Perintah / larangan
b) Cerita tentang orang-orang yang taat dan orang-orang yang berdosa (kotor) serta akibat-
akibat dari perbuatannya.
c) Peragaan, misalnya manusia disuruh melihat kejadian dalam alam ini, dengan melihat
gunung, laut, hujan, tumbuhan dan sebagainya.
d) Instruksional (bersifat pengajaran), misalnya menyebutkan sifat-sifat orang yang beriman,
begini dan begitu dan lain sebainya.
e) Acquisition (self : aducation), misalnya menyebutkan tingkah laku orang yang munafik itu
merugikan diri mereka sendiri, dengan maksud manusia jangan menjadi munafik dan mau
mendidik dirinya sendiri kearah iman yang sesungguhnya.
f) Mutual Education (mengajar dalam kelompok), misalnya nabi mengajar sahabat tentang
cara-cara sembah yang dengan contoh perbuatan yang mendemonstrasikannya.
g) Exposition (dengan menyajikan) yang didahului dengan motivasion (menumbuhkan minat)
6. yakni dengan memberikan muqodimah lebih dahulu, kemudian baru menjelaskan
pelajarannya.
h) Function (pelajaran dihidupkan dengan praktek) misalnya nabi mengajarkan tentang
hukum-hukum dan syarat-syarat haji, kemudian nabi bersama-sama untuk mempraktekannya.
i) Explanation (memberi penjelasan tentang hal-hal yang kurang jelas) misalnya nabi
memberi penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an, seperti ayat-ayat yang memerintahkan
bersembahyang dan sebagainya.
Konsep pendidikan modern saat ini sejalan dengan pandangan al-Gazaly tentang pentingnya
pembiasaan melakukan suatu perbuatan sebagai suatu metode pembentukan akhlak yang
utama, terutama karena pembiasaan itu dapat berpengaruh baik terhadap jiwa manusia, yang
memberikan rasa nikmat jika diamalkan sesuai dengan akhlak yang telah terbentuk dalam
dirinya.
Begitu juga metode mendidik anak pada masa kini yang menetapkan bahwa dengan cara
mengulang-ulangi pengalaman dalam berbuat sesuatu dapat meninggalkan kesan-kesan yang
baik dalam jiwanya, dan dari aspek inilah anak akan mendapatkan kenikmatan pada waktu
mengulang-ulangi pengalaman yang baik itu, berbeda dengan pengalaman yang diperoleh
dengan tanpa melalui praktek, maka kesan yang ditinggalkan adalah jelek.
Pandangan Al-Gazaly tersebut sesuai dengan pandangan ahli pendidikan Amerika Serikat,
John Dewey, yang mengatakan “Pendidikan moral itu terbentuk dari proses pendidikan dalam
kehidupan dan kegiatan yang dilakukan oleh murid secara terus menerus”.
Oleh karena itu pendidikan akhlak menurut John Dewey adalah pendidikan dengan berbuat
dan berkegiatan (learning by doing) yang terdiri dari pada tolong menolong, berbuat
kebajikan dan melayani orang lain, dapat dipercaya dengan jujur. John Dewey berpendapat
bahwa akhlak (moralitas) tidak dapat diajarkan kepada anak dengan melalui cerita-cerita
yang dikisahkannya, akan tetapi hanya dapat diajarkan melalui praktek yang manusiawi saja.
Sehingga kebajikan dan moralitas dan pengertian yang terkandung didalam cerita-cerita tidak
mungkin dipindahkan (transformasikan) kedalam jiwa anak untuk menjadi akhlaknya, yang
kemudian berinteraksi dengan anak lain berdasarkan atas pemeliharaan keutamaan-
keutamaannya, akhlak (moralitas) hanya dapat diajarkan dengan cara membiasakan dengan
perbuatan praktis.
Tujuan Pembinaan Akhlak
Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika etika diatasi pada sopan
santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah.
Akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah dikemukakan terlebih dahulu serta
mencakup pula beberapa hal yang tidak merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan
dengan sikap batin maupun pikiran. Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek,
dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa).
a) Akhlak Terhadap Allah
Titik tolak akhlak terhadap Allah atau pengukuran dan kesadaran bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji, demikian Agung sifat terpuji itu, yang
jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjunjungkan hakikatnya.
b) Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan dengan perlakuan terhadap
7. sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan
hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta hati dengan jalan
menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun
sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.
(362 :/2 قره ب ال ) يم ل ح ني غ وهللا عهاازى ب ت ي ة صدق من ير خ فرة ومغ معروف ول ق
Artinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan sipenerima)”.
(Q.S. Al-Baqarah/2 : 263).
Disisi lain Al-Qur’an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar.
Nabi Muhammad SAW, misalnya dinyatakan sebagai manusia yang sempurna, namun
dinyatakan pula sebagai Rosul yang memperoleh penghormatan melebihi manusia lain.
Karena itu Al-Qur’an berpesan kepada orang-orang mukmin.