Dokumen ini membahas kunjungan ke beberapa desa di Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku untuk melakukan pelatihan dan mendistribusikan bantuan daging qurban. Desa-desa tersebut masih sangat terbelakang dengan infrastruktur dasar yang kurang seperti ketersediaan air bersih dan listrik. Kondisi ini menunjukkan ironi Indonesia yang telah merdeka selama 69 tahun namun masih ada daerah-daerah yang sangat terbelakang.

1. Desa-desa di Maluku, Ironi Negara Merdeka
05 October 2014
SERAM BARAT, GQ - Setelah menempuh perjalanan 24 jam melalui darat, udara dan laut,
yang melelahkan, akhirnya kami sampai juga di Kecamatan Bula, Kabupaten Seram Bagian
Timur (SBT), Maluku.
Misi kami adalah menggelar Pelatihan Tim Distribusi dan Pelaporan Global Qurban 2014 ACT,
yang telah sukses digelar Rabu-Kamis, 1-2 Otober 2014.
Sepanjang perjalanan menyusuri Pulau Seram selama tujuh jam, nampak dipenuhi berbagai
potensi pertanian dan perkebunan, tapi tidak dipungkiri kekeringan sangat dirasakan di wilayah
ini, sebagian besar sungai tidak ada air, kering kerontang dan berbatu, hanya sedikit yang dialiri
air, itupun hanya di bagian tengah tidak lebih satu mata kaki dalamnya, melihat lebarnya sungai
itu.
Ada sekitar 5.746 jiwa atau 1.235 KK yang direncanakan menerima bantuan daging qurban
ACT, mereka ada di 2 kecamatan terparah di Kab, SBT, yaitu Kec. Bula dan Kec. Bula Barat,
diantaranya di Desa Dawang, Solang, Waisamet, Akijaya, Banggoi dan Jakarta Baru, dll.
Pada tahun 2012 desa tersebut pernah tercatat sebagai desa dengan angka kemiskinan dan anak
gizi buruk tertinggi di Kabupaten Seram Bagian Timur. Sampai hari ini pun sebagian desa
tersebut belum pernah merasakan terangnya aliran listrik pedesaan.
Desa yang memperlihatkan wajah ironis Indonesia yang telah 69 tahun merdeka.[] (Insan
Nurrohman)