Cerita ini menceritakan perjuangan seorang ibu dalam merawat anak-anaknya yang lahir dari keluarga miskin. Walaupun hidup dalam kesengsaraan, ibu rela berbohong demi kebahagiaan anak-anaknya dengan mengatakan dia tidak lapar, tidak haus, tidak lelah, tidak butuh cinta, dan tidak sakit. Pada akhirnya, ibu meninggal setelah mengucapkan kebohongan terakhir
2. Cerita bermula ketika aku
masih kecil, aku terlahir
sebagai seorang anak dari
sebuah keluarga miskin.
Bahkan untuk makan saja,
seringkali kekurangan. Ketika
makan, ibu sering
memberikan porsi nasinya
untukku. Sambil
memindahkan nasi ke
piringku, ibu berkata :
“Makanlah nak, ibu tidak
lapar” ———-
KEBOHONGAN IBU
3. Ketika aku mulai tumbuh dewasa, ibu
yang gigih sering meluangkan waktu
senggang nya untuk pergi memancing
di kolam dekat rumah, ibu berharap
dari ikan hasil pancingan, ia bisa
memberikan sedikit makanan bergizi
untuk pertumbuhanku. Sepulang
memancing, ibu memasak sup ikan
yang segar dan mengundang selera.
4. Sewaktu aku memakan sup ikan
itu, ibu duduk di sampingku dan
memakan sisa daging yang
masih menempel di tulang ikan,
bekas sisa makananku. Aku
melihat ibu seperti itu, hatiku
tersentuh, lalu kugunakan
sumpitku, kuberikan ikan
kepada ibu. Tetapi dengan
cepat ia menolaknya, dan
berkata :
“Makanlah nak, ibu tidak suka
makan ikan” ———-
KEBOHONGAN IBU YANG
KEDUA
5. Sekarang aku sudah masuk SMP, demi
membiayai sekolah kakak dan abangku,
ibu pergi ke koperasi dengan membawa
sejumlah kain yang akan dijahit, dengan
hasil jahitannya itu, Ibu mendapat sedikit
uang untuk menutupi kebutuhan hidup
kami. Di kala musim hujan tiba, aku
bangun dari tempat tidurku, kulihat ibu
masih bertumpu pada lilin kecil dan
dengan gigih melanjutkan pekerjaannya
menjahit kain.
6. Aku berkata :”Ibu,
tidurlah, sudah
malam, besok pagi
ibu masih kerja lagi.”
Ibu tersenyum dan
berkata :
“Cepatlah tidur nak,
ibu tidak capek”
———-
KEBOHONGAN
IBU YANG
KETIGA
7. Ketika ujian tiba, ibu meminta izin cuti
kerja supaya dapat menemaniku pergi
ujian. Ketika hari sudah siang, terik
matahari panas mencekam. ibu yang
tegar menungguku di bawah terik
matahari selama beberapa jam. Ketika
bel berbunyi, menandakan ujian sudah
selesai. Ibu dengan segera menyambutku
dan menuangkan teh yang sudah
disiapkan dalam botol dingin untukku.
8. Teh yang begitu manis,
semanis kasih sayang
ibu padaku. Melihat ibu
yang dibanjiri keringat,
aku segera memberikan
gelasku untuk ibu sambil
menyuruh ibu
meminumnya. Ia cepat
menolak dan berkata :
“Minumlah nak, ibu tidak
haus!” ———-
KEBOHONGAN IBU
YANG KEEMPAT
9. Setelah ayahku meninggal karena sakit,
ibu yang malang harus merangkap
jabatan sebagai ayah dan ibu. Dengan
berpegang pada pekerjaannya yang dulu,
Ibu harus membiayai kebutuhan hidup
seorang diri. Kehidupan keluarga kamipun
semakin susah dan sengsara. Tiada hari
tanpa penderitaan. Melihat kondisi
keluarga yang semakin parah, ada paman
yang baik hati yang tinggal di dekat rumah
ingin membantu ibuku.
10. Tetangga yang ada di
sebelah rumah melihat
kehidupan kami yang
begitu sengsara,
seringkali menasehati ibu
untuk menikah lagi.
Tetapi ibu yang memang
tegar tak mengindahkan
nasehat mereka, ia
berkata :
“Ibu tidak butuh cinta”
———-KEBOHONGAN
IBU YANG KELIMA
11. Setelah aku, kakakku
dan abangku
semuanya sudah tamat
dari sekolah dan
bekerja. ibu yang
sudah tua sudah
waktunya pensiun.
Tetapi ibu tidak mau, ia
rela untuk pergi ke
pasar setiap pagi untuk
jualan nampah guna
memenuhi kebutuhan
hidupnya.
12. Kakak dan abangku yang bekerja di luar kota
sering mengirimkan uang untuk membantu
memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu
bersikukuh menolak uang tersebut. Malahan
mengirim balik uang tersebut. Dan berkata :
“Ibu masih punya uang” ———-
KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
13. Setelah lulus S1, aku pun melanjutkan studi
S2 dan kemudian memperoleh gelar master
di universitas ternama di Amerika. Akhirnya
aku pun bekerja di perusahaan di amerika
dengan gaji yang cukup tinggi, aku
bermaksud membawa ibuku untuk
menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang
baik hati, bermaksud tak mau merepotkan
anaknya, ia berkata kepadaku
“Ibu tidak terbiasa tinggal di negeri
orang, Nak!” ———-
KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
14. Setelah memasuki usianya
yang tua, ibu terkena
penyakit kanker lambung, Ia
harus dirawat di rumah sakit,
aku yang berada di Amerika
segera pulang untuk
menjenguk ibuku tercinta.
Aku melihat ibu yang
terbaring lemah di
ranjangnya setelah
menjalani operasi. Ibu yang
kelihatan sangat tua,
menatap aku dengan penuh
kerinduan.
15. Walaupun senyum yang tersebar di
wajahnya terkesan begitu kaku karena sakit
yang dideritanya. Terlihat dengan jelas
betapa penyakit itu menggerogoti tubuh
ibuku sehingga tubuh ibu terlihat lemah dan
kurus. Sambil kutatap wajah ibu, airmataku
menetes. Perih sekali melihat derita Ibu.
Tetapi ibu dengan tegar berkata :
“Jangan menangis anakku, Ibu
tidak sakit”
KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN