2. BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Provinsi Jambi merupakan sebuah daerah yang ada di pulau Sumatra, dimana
sebelum datangnya pengaruh asing yaitu kekuasaan Belanda dan Jepang terdapat
kerajaan yang berdiri sendiri, setelah Indonesia merdeka daerah Jambi berbentuk
daerah kerasidenan yang terdiri atas Kabupaten Merangin, Kabupaten Batang Hari,
dan Kotapraja Jambi. hal ini berdasarkan keputusan sidang KNI Sumatera yang
berlangsung pada tanggal 18 April 1946 di Gedung Nasional Bukit Tinggi,
Sumatera dibagi atas tiga Sub Provinsi yaitu Sub Provinsi Sumatera Utara,
Sumatera Tengah dan Sub Provinsi Sumatera Selatan. Daerah keresidenan Jambi
dimasukkan ke dalam Sub Sumatera Tengah. Kemudian Undang-undang No. 10
Tahun 1948 menetapkan bahwa Sumatera dibagi atas tiga Provinsi, yakni Provinsi
Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah dan Provinsi Sumatera Selatan, dalam
hal ini keresidenan termasuk kedalam Provinsi Sumatera Tengah.
Pada tanggal 9 Agustus 1957 ditanda tangani Undang-undang Darurat No. 19 Tahun 1957
oleh Presiden RI di Denpasar Bali, tentang pembentukan Daerah Tingkat I Sumatera Barat,
Jambi dan Riau, sekarang Undang-undang tersebut menjadi Undang-undang No. 61/
1958. Dengan adanya Undang-undang No. 61/ 1958 maka Provinsi Jambi telah menjadi
Provinsi Defenitip, dan berdasarkan peraturan Daerah Provinsi Daerah TK. I Jambi No. 1
Tahun 1970 tanggal 17 Januari 1970 ditetapkan bahwa tanggal 6 Januari 1957 sebagai hari
jadi Provinsi Jambi. Daerah Jambi merupakan suatu daerah yang berbentuk kerasidenan
dalam wilayah Sumatra Tengah yang terdiri atas beberapa kabupaten dan kota, yakni
Kabupaten Merangin, Kabupaten Batanghari dan Kotamadya Jambi. Berdasarkan undang-
undang No 58 tahun 1958 terbentuklah Jambi sebagai daerah otonom Tingkat I, Provinsi
daerah Tingkat 1 Jambi terdiri atas enam kabupaten/kodya daerah tingkat II dengan 37
wilayah kecamatan, yaitu Kabupaten Kerinci membawahi 6 kecamatan Kabupaten Bungo
Tebo membawahi 6 kecamatan, Kabupaten Batanghari membawahi 6 kecamatan,
Kabupaten Sarolangun-Bangko membawahi 9 kecamatan, Kabupaten Tanjung Jabung
membawahi 4 kecamatan dan Kotamadya Jambi membawahi 6 kecamatan
Provinsi Jambi berbentuk hampir bundar telur, dan terletak memanjang dari Pantai Timur
arah ke Barat dipertengahan Pulau Sumatera. Jambi merupakan sebuah kawasan di Pulau
3. Sumatera yang terletak antara 0°45‟ - 2°45‟ Lintang Selatan (LS) dan 101°10‟ - 104°55‟
Bujur Timur (BT), dengan luas seluruhnya 53. 436, 72 km². Hampir 61 % dari luas tersebut
merupakan hutan yang didalamnya terkandung kekayaan flora dan fauna yang
merupakan sumber daya yang potensial. Daerah Jambi terhampar hutan lebat yang
permukaan tanahnya mengalir sungai besar dan kecil. Bila dilihat dari segi administrasi
ketatanegaraan, Jambi menempati daerah yang berbatasan dengan: 1. Sebelah Selatan
berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan. 2. Sebelah Barat berbatasan dengan
Provinsi Sumatera Barat. 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau. 4. Sebelah
Timur berbatasan Selat Berhala Secara topografis, Provinsi Jambi terdiri atas 3 (tiga)
kelompok variasi ketinggian yaitu:
1. Daerah dataran rendah 0-100 m (69,1%), berada di wilayah timur sampai tengah.
Daerah dataran rendah ini terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebagian Kabupaten Batanghari, Kabupaten Bungo,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin,
2. Daerah dataran dengan ketinggian sedang 100-500 m(16,4%), pada wilayah tengah.
Daerah dengan ketinggian sedang ini terdapat di Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo,
Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian Kabupaten
Batanghari, dan
3. Daerah dataran tinggi >500 m (14,5%), pada wilayah barat. Daerah pegunungan ini
terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh serta sebagian Kabupaten Bungo,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Merangin Jambi beriklim
tropis lembab dengan beberapa variasi kecil yang tergantung pada kelembaban nisbi
dengan temperatur maksimum dengan suhu rata-rata suhu maksimum 31,69 C.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan Analisis Sumber Daya Air Provinsi Jambi Yaitu :
1. Mengetahui menganalisis kondisi hidrogeologi suatu daerah untuk potensi
sumber daya air Provinsi Jambi
2. mengetahui hubungan antara kondisi geologi dan hidrogeologi dengan data
lapangan Di Provinsi Jambi
3. Mengetahui mengaplikasikan konsep dasar hidrogeologi pada berbagai
masalah kebumian
4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Hidrogeologi adalah cabang dari ilmu geologi yang mempelajari keberadaan dan
karakteristik airtanah serta hubungan/interaksinya terhadap batuan. (Asdak, 2010)
Interaksi tersebut dapat berupa interaksi fisik, kimia, atau gabungan dari keduanya.
Tinjauan sumber daya air tanah adalah proses pengumpulan, analisis, dan
pemahaman terhadap sumber daya air yang terdapat di dalam tanah. Sumber daya
air tanah sangat penting karena air tanah merupakan salah satu sumber air yang
penting bagi konsumsi manusia, pertanian, industri, dan lingkungan. (Linsley,
1991)
• Akuifer (aquifer) adalah lapisan pembawa air. Berupa lapisan batuan yang
memiliki susunan tertentu yang mampu menyimpan air dan mengalirkan air
dalam jumlah cukup pada kondisi lapang. Sifat dari batuan akuifer adalah
permeabel, terdiri dari pasir, keriki, batuan retak dan batu gamping yang
berlubang
• Akuiklud (aquiclude) adalah lapisan batuan yang mampu menyimpan air, tapi
tidak dapat mengalirkan air dalam jumlah yang cukup. Batuan ini terdirid ari
lempung, shale, tuf halus dan silt
• Akuitar (aquitard) adalah lapisan batuan yang memiliki formasi tertentu dan
mampu menyimpan air serta hanya dapat mengalirkan air dalam jumlah tertentu
• Akuifug (aquifuge) adalah lapisan batuan yang memiliki formasi tertentu. Pada
lapisan ini air tidak dapat disimpan dan dialirkan. Batuan ini terdirid ari granit
dan batuan padat.
Air tanah merupakan air yang tersimpan pada lajur jenuh hingga kemudian bergerak
ke berbagai lapisan dan batuan tanah di bumi sampai air tersebut keluar sebagai
mata air, atau terkumpul dalam satu danau, kolam, sungai, dan laut. Air tanah adalah
segala bentuk aliran air hujan yang mengalir dibawah permukaan tanah sebagai
akibat struktur perlapisan geologi, perbedaan potensi kelembapan tanah, dan gaya
gravitasi bumi. Neraca air merupakan alat untuk mendekati nilai-nilai hidrologis
proses yang terjadi di lapangan. Secara garis besar neraca air merupakan penjelasan
tentang hubungan antara aliran ke dalam (In flow) dan aliran ke luar (out flow) di
5. suatu daerah untuk suatu periode tertentu dari proses sirkulasi air. Neraca air juga
dapat didefinisikan sebagai selisih antara jumlah air yang diterima oleh tanaman
dan kehilangan air dari tanaman beserta tanah melalui proses evapotranspirasi.
(Hariyanto, 2011)
Asal kata klimatologi yaitu dari bahasa Yunani, terdiri dari klima yang berarti
lereng, zona atau wilayah dan logia yang berarti ilmu. Klimatologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang iklim, meliputi variasi dan penyimpangannya serta
mencakup pengaruh iklim terhadap manusia. Cekungan Air Tanah adalah suatu
wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua
kejadian hidrogeologis, seperti pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan Air Tanah
berlangsung. (Djunaidi, 2012)
Hidrostratigrafi adalah suatu model untuk menggambarkan stratum geologis
penyusun akuifer, yang di dalamnya berisi informasi tentang karakteristik airtanah.
Hidrokimia merupakan model untuk menelusur asal usul pembentukan airtanah.
(Kodoatie, 2005)
Gambar 1 Peta Provinsi Jambi
6. BAB III METODOLOGI
Keterangan:
: Mulai / Selesai
: Proses
: Input Output
Mulai
Sumber Daya Air Tanah
yang potensial
Mempersiapkan data
hidrogeologi daerah Jambi
Mengolah Data Peta geologi regional,
Peta hidrogeologi, Peta Cekungan Air
tanah, Dan Curah Hujan Bulanan
Mengidentifikasi hidrogeologi,serta
menganalisis, Akuifer,
Akuifug,Akuitar, Akuklud
Memploting Sumber daya air
Surplus atau defisit
Menganalisis system Input Output
Air Tanah berdasarkan peta
cekungan air tanah
Mmembuat
Kesimpulan
Membuat Laporan
Selesai
7. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada data informasi yang di peroleh terhadap Hidrogeologi Sumber daya air
Provinsi Lampung. Input cekungan air tanah dipengaruhi oleh air hujan dan kondisi
geologi. Oleh karena itu, input cekungan di setiap daerah berbeda-beda tergantung
pada curah hujan setiap bulan dan kondisi geologi di sekitarnya. Selain itu, daerah
Jambi memiliki potensi air tanah yang besar, seperti yang ditunjukkan oleh peta
hidrogeologi daerah tersebut, di mana aquifer produktif sedang dengan distribusi
dominan.
Gambar 2 Peta Geologi Regional Provinsi Jambi
Kondisi di bawah permukaan yang terdiri dari unit hidrogeologi yang dibatasi oleh
batuan yang tidak dapat mengalir disebut cekungan air tanah. Kondisi ini
ditunjukkan dengan adanya area penampungan dan area penampungan. Air hujan
dan kondisi geologi mempengaruhi sistem input cekungan air tanah. Input dari
cekungan di setiap wilayah berbeda karena curah hujan setiap bulan dan kondisi
geologi di sekitarnya. Selain itu, penguapan cekungan menghasilkan uap air, yang
kemudian naik ke atmosfer dan membentuk awan hujan. Di Jambi, ada banyak
cekungan air tanah, seperti Cat Muara Bungo, Cat Bangko-Sarolangun, Cat Muara
Tembesi, Cat Palembang-Kayu Agung, Cat Painan-Lubuksikamping, Cat
Sungaipenuh, dan Cat Kayuaro-Padangaro.
8. Gambar 3 Peta CAT Provinsi Jambi
Diagram neraca air dibuat dengan data curah hujan provinsi jambi selama satu tahun
terakhir yang diambil dari website Ogimet. Neraca air dapat dibagi menjadi Neraca
Air Periodik dan Neraca Air Klimatologi, masing-masing menunjukkan
keseimbangan antara jumlah air yang tersedia dan yang dibutuhkan. Neraca Air
Klimatologi adalah neraca air yang dibuat dengan data iklim rata-rata, sedangkan
Neraca Air Periodik adalah neraca air yang dibuat secara kontinu setiap tahun.
Provinsi Jambi termasuk dalam pola curah hujan equitorial karena tingkat rata-rata
hujan tahunan dengan dua puncak, biasanya terjadi pada bulan maret dan oktober
atau saat ekinoks. Ketinggian air hujan yang jatuh pada area datar dengan asumsi
tidak menguap, tidak mengalir, atau tidak meresap disebut curah hujan. Curah hujan
diukur dalam milimeter. Grafik curah hujan provinsi Jambi menunjukkan
peningkatan dan penurunan curah hujan. Pada bulan Oktober 2022, curah hujan
sangat tinggi, tetapi pada bulan Maret, curah hujan turun. Penurunan curah hujan
dapat berdampak pada pengisian cekungan air tanah; curah hujan adalah cara air
meteorik masuk melalui recharge area dan kemudian terakumulasi pada cekungan
air tanah.
9. Gambar 4 Neraca air Provinsi Jambi
Hasil analisis dengan pengkorelasian peta regional Provinsi Jambi membuat
kesimpulan bahwa beberapa wilayah dapat menjadi akifer produktif; akuifer kecil
melalui ruang antar butir; akuifer sedang melalui rekahan atau pecahnya; dan
akuifer langka. Semua ini terlihat pada peta potensi airtanah Provinsi Jambi yang
telah dibuatkan. Seperti yang ditunjukkan di bawah ini, akuifer produktif ditandai
dengan warna biru, akuifer sedang ditandai dengan kuning, akuifer langka ditandai
dengan orange, dan akuifer kecil ditandai dengan hijau tosca di antara butirnya.
Gambar 5 Peta Potensi Air Tanah Provinsi Jambi
10. Sehubungan dengan curah hujan, dapat disimpulkan bahwa pada bulan Oktober,
sumber daya air di provinsi Jambi akan mengalami surplus karena curah hujan yang
tinggi. Ini akan membuat pengisian cekungan airtanah menjadi lebih banyak, tetapi
pada bulan Desember hingga februari 2023, curah hujan akan turun, yang tentu saja
akan membuat pengisian cekungan airtanah semakin berkurang.
Untuk menganalisis hidrogeologi sumber daya air provinsi Jambi, kami
menggunakan data infomasi dari peta regional dan peta hidrogeologi daerah jambi,
serta neraca air tahun terakhir. Air hujan dan kondisi geologi mempengaruhi sistem
input cekungan air tanah. Input dari cekungan di setiap wilayah berbeda-beda
karena bergantung pada pad curah hujan setiap bulan dan kondisi geologi di
sekitarnya. Selain itu, peta hidrogeologi Jambi menunjukkan bahwa akuifer
produktif sedang tersebar luas dan memiliki potensi air tanah yang besar.
11. DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. (2010). Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Djunaidi. (2012). Kajian Penataan Sumber Daya Air Dan Konservasi Air Tanah Pada
Wilayah Kritis Air (Studi Kasus di DAS Blega Kabupaten Sampang Madura. .
Jurnal Teknik Pengairan, Vol.2 no.1.
Hariyanto, A. d. (2011). Kajian Identifikasi Potensi Dan Permasalahan Sumberdaya Air
Kabupaten Belitung. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, Vol.11 No.2.
Kodoatie, R. d. (2005). Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi.
Linsley, R. F. (1991). Teknik Sumber Daya Air Terjemahan oleh Djoko. Jakarta: Erlangga.