SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
METODE KUARTER
Disusun oleh :
Nama : Rendy Prasetyo B1J011002
Neptu Islami Raharja B1J011004
Siti Nur Hidayah B1J011026
Rizki Amalia D. R. B1J011038
Kelompok : 4
Asisten : Wily Pratiwi
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan
tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang
luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink),
habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah
satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.Hutan adalah bentuk kehidupan yang
tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun
daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil
maupun di benua besar (Ariyanto et al., 2012).
Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama
pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas.
Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi,
tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon
juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang
cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas (Ariyanto et al., 2012).
Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan
kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika
kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang
hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya.
Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga
yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian
penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan (Ariyanto et al., 2012).
Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa
kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh
masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi
ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air,
penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang
lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air
bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini
dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman (Ariyanto et al., 2012).
Upaya memanfaatkan lahan bagi pengembangan kehutanan perlu adanya
informasi mengenai potensi sumber daya tanah. Informasi tersebut penting sebagai
pendekatan dalam mengetahui kendala dan alternatif pemecahannya. Evaluasi
kesesuaian lahan ditujukan untuk menilai sifat dan menentukan kendala utama serta
alternatif pemecahannya dalam upaya meningkatkan produktivitas tanah. Salah satu
pendekatan yang memberi jalan ke arah pemecahan masalah tersebut yaitu melalui
kegiatan evaluasi kesesuaian lahan. Evaluasi kesesuaian lahan mempunyai penekanan
yang tajam yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam hubungannya
dengan keberhasilan produksi dan penggunaannya (Rahayu, 2011).
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh
karenanya kondisi vegetasi di dalam hutan, baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi
spesies, kerapatan maupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam
suatu ekologi hutan, satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakanyang merupakan
asosiasi konkrit. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang
bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup di
suatu area tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesies sebagai
komponennya maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang
mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum (Ahmad, 2010).
Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan
untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode
kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan
analisis dengan metode kuadrat. Metode kuadrat yaitu bentuk percontoh atau sampel
dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu.
Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas
minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan
terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Greig,1983).
Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi,
dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga
dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area
cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup
tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu
akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk
vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya (Devi, 2006).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami dan
mempraktekan metode kuarter ini dengan baik di lapangan dan mendata jumlah pohon
dari suatu areal.
II. MATERI, LOKASI DAN METODE
A. Materi
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, pulpen, buku, tali raffia,
dan kamera digital.
Bahan yang diperlukan adalah vegetasi tumbuhan yang ada di Kebun Raya
Baturaden.
B. Lokasi
Praktikum metode kuadran ini dilaksanakan di Kebun Raya Baturaden pada hari
Jumat, 7 Mei 2014.
C. Metode
Adapun cara kerja yang dilakukan pada metode kuadran adalah:
a. Dibuat garis lurus dengan mengambil 5 titik poin, jarak antara titik poin satu
dengan yang lain disesuaikan.
b. Pada setiap titik poin, sample diambil dengan mengukur jarak terdekat antara titik
poin dengan anakan pohon tersebut.
c. Jarak pohon ke titik pusat diukur, dan diameter pohon tersebut dihitung
berdasarkan data keliling batang pohon yang telah diukur setinggi dada.
d. Diameter anakan pohon diukur dan ditulis nama spesies untuk masing-masing
kuadran,dibuat tabel dan dianalisis.
e. Menghitung parameter yang di amati seperti jumlah spesies, kerapatan, dominansi
dan frekuensi.
Gambar Metode kuadran (5 titik poin)
I II I II
x x x x x x x
x x x x x
dst.
x x x x x x x x
x x x x
III IV III IV
Titik poin I Titik poin II
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel1.Hasil Analisa Kuantitatif dengan cara kuadran, pada 5 titik pengukuran
di Kebun raya Baturaden
No.
Titik
Penguk
uran
No.
Kuad
ran
Jenis
Jarak
(m)
Keliling
Pohon
(m)
Diamet
er (m)
Luas
Bidang
Dasar
(m2
)
I 1 Agathis damara
2 Agathis damara
3 Agathis damara
4 Agathis damara
II 1 Agathis damara
2 Agathis damara
3 Agathis damara
4 Agathis damara
III 1 Agathis damara
2 Agathis damara
3 Agathis damara
4 Agathis damara
IV 1 Agathis damara
2 Agathis damara
3 Agathis damara
4 Agathis damara
V 1 Agathis damara
2 Agathis damara
3 Agathis damara
4 Agathis damara
Perhitungan :
Jarak rata-rata =
pohon
jumlah
jarak
jumlah
=
20
26
,
131
= 6,56 m
Kerapatan seluruh jenis per ha = 2
)
56
,
6
(
10000
= 232,4 pohon/ha
Species Jumlah dalam kuadran Jumlah pohon dalam
(Kerapatan) 1 ha (kerapatan)
Pinus merkusii 3/20 = 0,15 0,15x 232,4 = 34,86
Agathis borneensis 3/20 = 0,15 0,15x 232,4 = 34,86
Schima wallichii 4/20 = 0,2 0,2 x 232,4 = 46,48
Roystonea regia 3/20 = 0,15 0,15x 232,4 = 34,86
Caryota mitis 3/20 = 0,15 0,15x 232,4 = 34,86
Eugenia aquea 2/20 = 0,1 0,1 x 232,4 = 23,24
Markhamia lutea 1/20 = 0,05 0,05 x 232,4 = 11,62
Michelia champaca 1/20 = 0,05 0,05 x 232,4 = 11,62
Jumlah 232,4
Species Jumlah bidang dasar
Jumlah Rata-rata
bidang dasar (m2
)
Pinus merkusii 0,085 0,085/3 = 0,28
Agathis borneensis 2,6 2,6/3 = 0,87
Schima wallichii 0,03 0,03/2 = 0,0075
Roystonea regia 0,36 0,36/3 = 0,12
Caryota mitis 0,18 0,18/3 = 0,6
Eugenia aquea 0,02 0,02/2 = 0,01
Markhamia lutea 0,000314 0,000314/1 = 0,00314
Michelia champaca 0,000804 0,000804/1 = 0,00804
1. Menghitung Dominansi
Dominansi suatu jenis = Rata-rata Luas Bidang Dasar x kerapatan pohon /ha
Pinus merkusii = 0,28 x 34,86 = 9,76 m/ha
Agathis borneensis = 0,87 x 34,86 = 30,33 m/ha
Schima wallichii = 0,0075 x 46,48 = 0,35 m/ha
Roystonea regia = 0,12 x 34,86 = 4,2 m/ha
Caryota mitis = 0,6 x 34,86 = 20,9 m/ha
Eugenia aquea = 0,01 x 23,24 = 0,23 m/ha
Markhamia lutea = 0,00314 x 11,62 = 0,036 m/ha
Michelia champaca = 0,00804 x 11,62 =0,093 m/ha
Jumlah 65,9m/ha
2. Dominansi Relatif
Dominansi Relatif dari : %
100
x
Jenis
Seluruh
ansi
min
Do
Jumlah
Jenis
Suatu
ansi
min
Do
Pinus merkusii = %
8
,
14
%
100
9
,
65
76
,
9

x
Agathis borneensis = %
2
,
46
%
100
9
,
65
33
,
30

x
Schima wallichii = %
53
,
0
%
100
9
,
65
35
,
0

x
Roystonea regia = %
37
,
6
%
100
9
,
65
2
,
4

x
Caryota mitis = %
17
,
3
%
100
9
,
65
4
,
20

x
Eugenia aquea = %
46
,
0
%
100
9
,
65
23
,
0

x
Markhamia lutea = %
06
,
0
%
100
9
,
65
036
,
0

x
Michelia champaca = %
14
,
0
%
100
9
,
65
093
,
0

x
3. Frekuensi suatu jenis =
int
o
p
seluruh
Jumlah
jenis
suatu
ditemukan
int
po
Jumlah
Frekuensi dari :
Pinus merkusii = 6
,
0
5
3

Agathis borneensis = 6
,
0
5
3

Schima wallichii = 8
,
0
5
4

Roystonea regia = 6
,
0
5
3

Caryota mitis = 6
,
0
5
3

Eugenia aquea = 4
,
0
5
2

Markhamia lutea = 2
,
0
5
1

Michelia champaca = 2
,
0
5
1

4. Frekuensirelatif = %
100
x
Jenis
Seluruh
Dari
Frekuens
Jenis
Suatu
Dari
Frekuensi
Frekuensi relatif dari :
Pinus merkusii = %
100
4
6
,
0
x = 15 %
Agathis borneensis = %
100
4
6
,
0
x = 15 %
Schima wallichii = %
100
4
8
,
0
x = 20 %
Roystonea regia = %
100
4
6
,
0
x = 15 %
Caryota mitis = %
100
4
6
,
0
x = 15 %
Eugenia aquea = %
10
%
100
4
4
,
0

x
Markhamia lutea = %
100
4
2
,
0
x = 5 %
Michelia champaca = %
100
4
2
,
0
x = 5 %
Jumlah 100 %
5. KerapatanRelatif = %
100
x
Jenis
Seluruh
Pohon
Jumlah
Jenis
Suatu
Pohon
Jumlah
Kerapatanrelatifdari :
Pinus merkusii = %
100
4
,
232
86
,
34
x = 15 %
Agathis borneensis = %
100
4
,
232
86
,
34
x = 15 %
Schima wallichii = %
100
4
,
232
48
,
46
x = 20 %
Roystonea regia = %
100
4
,
232
86
,
34
x = 15 %
Caryota mitis = %
100
4
,
232
86
,
34
x = 15 %
Eugenia aquea = %
100
4
,
232
24
,
23
x = 15 %
Markhamia lutea = 
%
100
4
,
232
62
,
11
x 5 %
Michelia champaca = %
100
4
,
232
62
,
11
x = 5 %
6. MenghitungNilaiPenting
Index Nilai Penting = Frekuensi relatif + Dominansi Relatif + KerapatanRelatif
Pinus merkusii = 15 % + 14,8 % + 15 % = 44,8%
Agathis borneensis = 15 % + 46,02 % + 15% = 76,02 %
Schima wallichii = 20 % + 0,53 % + 20 % = 40,53 %
Roystonea regia = 15 % + 6,37 % + 15 % = 36,37 %
Caryota mitis = 15 % + 3,17 % + 15 % = 33,17 %
Eugenia aquea = 10 % + 0,47 % + 10 % = 20,46 %
Markhamia lutea = 5 % + 0,06 % + 5 % = 10,06 %
Michelia champaca = 5 % + 0,14 % + 5 % = 10,14 %
Species DR KR FR INP
Pinus merkusii 14,8 % 15 % 15 % 44,8 %
Agathis borneensis 46,02 % 15 % 15 % 76,02 %
Schima wallichii 0,53 % 20 % 20 % 40,53 %
Roystonea regia 6,37 % 15 % 15 % 36,37 %
Caryota mitis 3,17 % 15 % 15 % 33,17 %
Eugenia aquea 0,46 % 10 % 10 % 20,46 %
Markhamia lutea 0,06 % 5 % 5 % 10,06 %
Michelia champaca 0,14 % 5 % 5 % 10,14 %
Gambar 1. Agathis damara
B. Pembahasan
Kebun Raya Baturraden terletak di lereng Gunung Slamet yang secara
administrasi pemerintahan masuk wilayah Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden,
Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan adminsitrasi pengelolaan
hutan berada di wilayah Resort Pemangkuan Hutan Baturraden, Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan Gunung Slamet Barat, Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas
Timur. Ketinggian lokasi 702-1.076 m dpl. dan berada di kaki Gunung Slamet.
Suasananya sejuk dengan suhu udara berkisar antara 18-33°C dengan kelembaban udara
yang tinggi. Curah hujan rata-rata 5.198 mm per tahun. Kondisi topografi bergelombang
sampai berbukit. Kawasan di sekitar Kebun Raya Baturraden merupakan daerah wisata
dan dikelilingi oleh tempat wisata lainnya seperti Pancuran Tujuh, Loka Wisata,
Pancuran Tiga, dan Telaga Sunyi. Lokasi wisata tersebut ada yang dikelola oleh
Pemkab Banyumas dan ada pula oleh PT. Palawi (Indriyanto, 2008).
Kebun Raya Baturraden kaya akan berbagai potensi flora yang masih alami.
Flora tingkat rendah hingga tingkat tinggi terdapat disana dan yang dapat dijadikan
komoditi utama juga sangat banyak, misalnya pohon pinus (Pinus mercusii). Kebun
Raya Baturraden memiliki fungsi sebagai tempat konservasi berbagai spesies tumbuhan.
Tumbuhan yang dikoleksi diantranya Aracaceae, Orchidaceae, Pteridophyta, Tanaman
Langka, Tanaman Obat, Bambu (Bamboo calamus) dan pembibitan tanaman.
Pengkoleksian tumbuhan tersebut dimaksudkan untuk pelestarian agar tidak terjadi
kepunahan terhadap tumbuhan - tumbuhan tersebut khususnya tumbuhan endemik
Gunung Slamet. Pelestarian flora yang ada disana akan melindungi kekayaan spesies
yang berada di tempat tersebut. Lokasi Kebun Raya Baturraden terletak di Desa
Kemutuk Lor, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas (Indriyanto, 2008).
Vegetasi merupakan unsur yang dominan yang mampu berfungsi sebagai
pembentuk ruang, pengendalian suhu udara, memperbaiki kondisi tanah dan sebagainya.
Vegetasi dapat menghadirkan estetika tertentu yang alamiah dari garis, bentuk, warna,
dan tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah
maupun aroma yang ditimbulkan dari daun, bunga maupun buahnya. Vegetasi
merupakan kumpulan tumbuh - tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan
tumbuh serta dinamis (Kimmins, 1987).
Struktur vegetasi merupakan susunan anggota komunitas vegetasi pada suatu
area yang dapat dinilai dari tingkat densitas (kerapatan) individu dan diversitas
(keanekaragaman) jenis. Komposisi dan struktur suatu vegetasi merupakan fungsi dari
beberapa faktor seperti flora setempat, habitat, (iklim,tanah dan lain-lain), waktu dan
kesempatan. Komposisi dan struktur vegetasi tumbuhan tidak dapat dilepaskan dari
pentingnya mengetahui air tanah dan ketersediaan air tanah bagi tumbuhan di
sekitarnya. Ketersediaan air dalam tanah ditentukan oleh kemampuan partikel tanah
memegang air. Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat dalam
ruang-ruang antar butir tanah yang membentuknya. Air tanah dapat dibedakan menjadi
dua yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal terdapat pada bidang
tanah yang mempunyai pengaruh besar terhadap proses pembentukan tanaman. Melalui
profil, kedalaman air dapat diduga berdasarkan tinggi, maka air tanah yang selalu
mengalami periode naik turun sesuai dengan keadaan musim atau faktor lingkungan
luar lainnya. Kedalaman muka air tanah yang dimaksud adalah kedalaman muka priotik
yaitu kedalaman muka air tanah sumur-sumur gali yang ada (Kimmins, 1987).
Praktikum kali ini dengan menggunakan metode kuadran atau sering yang
disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plotless method
karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa
titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk
melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan
waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan
atau vegetasi kompleks lainnya.
Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu metode kuadrat, transek
garis dan berpusat pada satu titik (kuadran). Praktikum kali ini dilakukan analisis
vegetasi dengan metode kuadran. Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi
tingkat pohon saja yang jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat
digunakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya.
Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak
membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini
cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa
dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat
lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi
kompleks lainnya (Kurniawan, 2008)..
Metode kuadran atau “Point-Centered Quarter Method” merupakan salah satu
metode jarak (Distance Method). Metode ini tidak menggunakan petak contoh (plotless)
dan umunya digunakan dalam analisis vegetasi tingkat pohon atau tiang (pole). Namun
dapat pula dilengkapi dengan tingkat pancang (saling atau belta) dan anakan pohon
(seedling) jika ingin mengamati struktur vegetasi pohon. Pohon adalah tumbuhan
berdiameter > 20 cm, diameter 10-20 cm adalah pancang, diameter < 10 cm dan tinggi
pohon > 2,5 m adalah pancang, serta tinggi pohon < 2,5 m adalah anakan. Syarat
penerapan metode kuadran adalah distribusi pohon atau tiang yang akan dianalisis harus
acak dan tidak mengelompok atau seragam (Ariyanto et al., 2012).
Parameter yang diamati dalam pengamatan dengan menggunakan metode
kuadran adalah kerapatan, frekuensi, dan dominansi. Pengolahan data yang diperoleh
dari setiap parameter tidak lagi menggunakan faktor koreksi seperti halnya yang
diterapkan pada metode jarak lainnya. Metode jarak yang paling umum digunakan
adalah metode point centered quarter. Pengukuran jarak dilakukan dari titik sapling ke
pohon terdekat dalam tiap kuarter (kuadrat). Dengan demikian setiap titik sapling
dihasilkan empat pengukuran (Gambar 1). Selain itu juga dilakukan pengukuran
diameter pohon dari keempat pohon yang diamati tersebut, digunakan untuk mengetahui
basal area suatu spesies (Ariyanto et al., 2012).
Vegetasi pohon yang kita amati dalam praktikum kali ini adalah pohon Damar.
Damar adalah istilah yang umum digunakan di Indonesia untuk menamakan resin dari
pohon-pohon yang termasuk suku Dipterocarpaceae dan beberapa suku pohon hutan
lainnya. Sekitar 115 spesies, yang termasuk anggota tujuh (dari sepuluh) marga
Dipterocarpaceae menghasilkan damar. Pohon-pohon dipterokarpa ini tumbuh dominan
di hutan dataran rendah Asia Tenggara, karena itu damar merupakan jenis resin yang
lazim dikenal di Indonesia bagian barat. Damar dianggap sebagai resin yang bermutu
rendah dibanding kopal atau terpenting. Klasifikasi Agathis damara menurut
Tjitrosoepomo (1996):
Kerajaan : Plantae
Divisi : Coniferphyta
kelas : Pinopsida
Ordo : Pinales
Famili : Araucariaceae
Genus : Agathis
Spesies : Agathis damara
Pohon Damar (Agathis spp.) merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan
penghasil kayu yang berwarna terang, dikenal sebagai bahan baku vinir yang menarik.
Kayu damar hampir lurus dan berkualitas baik dengan kelas kuat 3 dan kelas awet 4 dan
ideal untuk konstruksi lambung kapal pesiar, konstruksi rumah, kayu panel, pembuatan
mebel, kawat gigi, dan bantalan rel kereta api. Kayu damar juga digunakan dalam
pembuatan gitar karena sifat resonansinya yang baik. Berbagai jenis damar
menghasilkan beragam resin seperti kauri kopal, Manilla kopal dan damar gum.
Sehingga genus ini secara ekonomis sangat penting (Herliyana, 2012).
Genus Agathis telah dikenal sebagai kauri atau damar. Termasuk dari sedikit
genus pohon dari 21 spesies pohon yang selalu hijau (evergreen tree). Genus ini
merupakan bagian dari famili atau keluarga Araucariaceae (conifer). kelompok ini
menyebar luas selama periode Jurasik, tapi sekarang sebagian besar terbatas pada
belahan bumi selatan kecuali untuk beberapa Agathis Malesian yang masih ada. Pohon
tersebut mempunyai klasifikasi sebagai berikut: Kingdom: Plantae Division: Pinophyta
Class: Pinopsida Order: Pinales Family: Araucariaceae Genus: AgathisSalisb. Genus ini
menyebar dari Malaysia, Brunei dan Indonesia, melalui Nugini, Queensland dan
Solomon timur, untuk Vanuatu, Kaledonia Baru, Fiji dan Selandia Baru (Herliyana,
2012).
Pohon yang terkena dampak kebakaran akan mengalami suksesi dan
menimbulkan tanah yang subur karena kaya akan nutrisi dan menimbukan pola respon
yang baru. Hutan meningkat secara signifikan setelah luka bakar diakibatkan dari
kebakaran hutan. Tingkat mungkin indikasi dari kemampuan pohon untuk menahan
tekanan cedera kebakaran dan kemungkinan kumbang pasca-api serangan, sedangkan
variasi kecil dalam pertumbuhan. Mengenai pertumbuhan dan pertahanan, maka tidak
mengherankan jika indeks vigor tinggi harus sesuai keselamatannya lebih tinggi. Pohon-
pohon dengan akar dan mahkota sistem dikembangkan dengan baik cenderung memiliki
cadangan karbohidrat tinggi dan lebih tahan terhadap lingkungan tekanan dan serangan
patogen (Perrakis, 2011).
Lingkungan yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dan kebutuhan
tumbuhan akan keadaan lingkungan yang khusus mengakibatkan keragaman jenis
tumbuhan yang berkembang dapat terjadi menurut perbedaan tempat dan waktu. Hal ini
dapat dilihat dari perbedaan jenis tumbuhan yang berkembang dengan perbedaan tinggi
tempat atau perbedaan musim. Selain itu, perbedaan ketinggian tempat di atas
permukaan laut (dpl) dapat menimbulkan perbedaan cuaca dan iklim secara keseluruhan
pada tempat tersebut, terutama suhu, kelembaban, dan curah hujan. Unsur-unsur
tersebut banyak dikendalikan oleh letak lintang, ketinggian, jarak dari laut, topografi,
jenis tanah dan vegetasi. Sehingga vegetasi hutan dataran rendah dan dataran tinggi
akan berbeda. Keduanya memiliki keunikan tersendiri (Rahardjanto, 2001).
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Spesies yang mempunyai nilai INP (Indeks Nilai Penting) tertinggi adalah jenis
Agathis borneensis (pohon Damar) dengan nilai 76,02 %. Hal ini menunjukan bahwa
Agathis borneensis merupakan pohon yang utama atau dominan di Kebun Raya
Baturaden.
DAFTAR REFERENSI
Abidin. 1990. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa,
Jakarta.
Ahmad, I. , M. S. A. Ahmad, dan M. Hussai. 2010. Spatiotemporal Aspects of Plant
Community Structure in Open Scrub Rangelands of Sub-Mountainous
Himalayan Plateaus.Department of Botany, University of Agriculture,
Faisalabad, Pakistan Department of Botany and Microbiology, King-Saud
University, Riaydh, Saudi Arabia.
Ariyanto J., Sri W., Nurmiyati, Putri A. 2012. Studi Biodiversitas Tanaman Pohon Di 3
Resort Polisi Hutan (Rph) Di Bawah Kesatuan Pemangku Hutan (KPH)
Telawa Menggunakan Metode Point Center Quarter (PCQ). Pendidikan
Biologi FKIP UNS Surakarta dan Pendidikan Biologi Universitas Negeri
Malang. Hal: 502-512.
Arrijani, dkk.2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung
Gede, Pangrango.
Davis LS, Jhonson KN. 1987. Forest Management. Mcgraw-Hill Book Co, New York.
Devi, L. S. dan P.S. Yadava. 2006. Floristic Diversity Assessment and Vegetation
Analysis of Tropical Semievergreen Forest of Manipur,North East India.
Ecology Laboratory, Department of Life Sciences, Manipur University, Imphal
795 003, India.
Greig, dan Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9.
Oxford: Blackwell Scientific Publications.
Heriyanto, N.M. , R. Sawitri , dan D. Subandinata. 2006. Kajian Ekologi Permudaan di
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.Tropical Ecology 47(1):
89-98.
Herliyana, Elis Nina. 2012. Laporan Awal Penyakit Busuk Akar Merah Ganoderma sp.
pada Agathis sp. (Damar) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa
Barat.Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 03 No. 02 (102 – 107).
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Bumi Aksara, Jakarta.
Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co.
Kurniawan, A. dan Parikesit. 2008. Persebaran Jenis Pohon di Sepanjang Faktor
Lingkungan di Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat. UPT Balai
Konservasi Tumbuhan Kebun Raya „Eka Karya‟, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Tabanan Bali. Biodiversitas, Volume 9, Nomor 4 Halaman:
275-279.Jurusan Biologi FMIPA Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bandung.
Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta: UI Press.
Nazaruddin, Ir & Syah Angkasa, Ir. 1997. Palem Hias. Penebar Swadaya, Jakarta.
Perrakis, Daniel D.B. James K. Agee and Andris Eglitis. 2011. Effects of Prescribed
Burning on Mortality and Resin Defenses in Old Growth Ponderosa Pine
(Crater Lake, Oregon): Four Years of Post-Fire Monitoring. Natural Areas
Journal 31(1):14–25.
Rahardjanto, 2001. Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang.
Rahayu, Nandang. 2011. Kesesuaian Lahan Bekas Kebakaran Hutan Sebagai Upaya
Konservasi Lahan Di Gunung Panderman Rph Oro-Oro Ombo Bkph Pujon
Kph Malang. GAMMA. Vol. 6 : 2 (122 – 128).
Ramage, B. S. dan Kevin. S. 2010. Sudden Oak Death in Redwood Forests: Vegetation
Dynamics in The Wake of Tanoak Decline. Department of Environmental
Science, Policy, & Management University of California, Berkeley, CA. Pak.
J. Bot., 42(5).
Rohman, F. dan I W, S. Artha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang:
JICA.
Tjitrosoepomo, G. 1996. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

More Related Content

Similar to 228905326-METODE-KUARTER-docx-LAPORAN_PRAKTIKUM_EKOLOGI_TUMBUHAN.pdf

Pengukuran diameter pohon
Pengukuran diameter pohonPengukuran diameter pohon
Pengukuran diameter pohonida lestari
 
Ektum kel 9 metode analisis vegetasi
Ektum kel 9 metode analisis vegetasiEktum kel 9 metode analisis vegetasi
Ektum kel 9 metode analisis vegetasiasnaini marlis
 
LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI-LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI.docx
LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI-LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI.docxLAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI-LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI.docx
LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI-LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI.docxAgathaHaselvin
 
Tugas Pendidikan Lingkungan Hidup
Tugas Pendidikan Lingkungan HidupTugas Pendidikan Lingkungan Hidup
Tugas Pendidikan Lingkungan HidupIndah Verjayanti
 
pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf
pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdfpdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf
pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdfHeriHermawan66
 
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptxselasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptxssusere7fb6a
 
Persentase jurnal inventarisasi Fadli Rahmadi (UMSB)
Persentase jurnal inventarisasi Fadli Rahmadi (UMSB)Persentase jurnal inventarisasi Fadli Rahmadi (UMSB)
Persentase jurnal inventarisasi Fadli Rahmadi (UMSB)FadLi AmiGo
 
bae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdf
bae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdfbae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdf
bae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdfIsoSuwarso1
 
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...Nasibah Mamas
 
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...Nasibah Mamas
 
Ph berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistemPh berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistemErwin Radom
 
Makalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanMakalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanhenengsuseno
 
PPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptxPPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptxsilvita14
 
Paper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdf
Paper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdfPaper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdf
Paper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdfEkaKim
 
Artikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputerArtikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputerRody Gusnantoro
 
EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTANEKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTANEDIS BLOG
 

Similar to 228905326-METODE-KUARTER-docx-LAPORAN_PRAKTIKUM_EKOLOGI_TUMBUHAN.pdf (20)

Pengukuran diameter pohon
Pengukuran diameter pohonPengukuran diameter pohon
Pengukuran diameter pohon
 
Laporan
LaporanLaporan
Laporan
 
Ektum kel 9 metode analisis vegetasi
Ektum kel 9 metode analisis vegetasiEktum kel 9 metode analisis vegetasi
Ektum kel 9 metode analisis vegetasi
 
Penghitungan biomassa potensi karbon
Penghitungan biomassa potensi karbonPenghitungan biomassa potensi karbon
Penghitungan biomassa potensi karbon
 
LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI-LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI.docx
LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI-LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI.docxLAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI-LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI.docx
LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI-LAPORAN_EKOLOGI_ANALISIS_VEGETASI.docx
 
Tugas Pendidikan Lingkungan Hidup
Tugas Pendidikan Lingkungan HidupTugas Pendidikan Lingkungan Hidup
Tugas Pendidikan Lingkungan Hidup
 
pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf
pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdfpdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf
pdfdokumen.com_panduan-survey-kehati.pdf
 
LE0150-09.pdf
LE0150-09.pdfLE0150-09.pdf
LE0150-09.pdf
 
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptxselasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
selasa-16-Juni-20-Jam-13.30-Christianus-M.pptx
 
Kerusakan hutan
Kerusakan hutanKerusakan hutan
Kerusakan hutan
 
Persentase jurnal inventarisasi Fadli Rahmadi (UMSB)
Persentase jurnal inventarisasi Fadli Rahmadi (UMSB)Persentase jurnal inventarisasi Fadli Rahmadi (UMSB)
Persentase jurnal inventarisasi Fadli Rahmadi (UMSB)
 
bae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdf
bae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdfbae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdf
bae37d04f2b5f9a659b67cd537fe0f91ee51.pdf
 
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
 
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
Abstrak penelitian keanekaragaman jenis tumbuhan obat di taman nasional tanju...
 
Ph berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistemPh berbasis ekosistem
Ph berbasis ekosistem
 
Makalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutanMakalah upaya pelestarian hutan
Makalah upaya pelestarian hutan
 
PPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptxPPT Konservasi Kel 2.pptx
PPT Konservasi Kel 2.pptx
 
Paper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdf
Paper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdfPaper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdf
Paper Kelompok 1 Keteknikan Hutan.pdf
 
Artikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputerArtikel aplikasi komputer
Artikel aplikasi komputer
 
EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTANEKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
EKONOMI SUMBER DAYA HUTAN
 

More from AgathaHaselvin

PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptxPORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptxAgathaHaselvin
 
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptxPhylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptxAgathaHaselvin
 
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptxSel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptxAgathaHaselvin
 
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsxGenetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsxAgathaHaselvin
 
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptxPPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptxAgathaHaselvin
 
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptxSEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptxAgathaHaselvin
 
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptxSejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptxAgathaHaselvin
 
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptxREGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptxAgathaHaselvin
 
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptxRESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptxAgathaHaselvin
 
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptxTANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptxAgathaHaselvin
 
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptxPLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptxAgathaHaselvin
 
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptxTHERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptxAgathaHaselvin
 
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptxPPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptxAgathaHaselvin
 
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptxPresentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptxAgathaHaselvin
 
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptxkendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptxAgathaHaselvin
 
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptxBentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptxAgathaHaselvin
 
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.pptppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.pptAgathaHaselvin
 
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.pptPopulasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.pptAgathaHaselvin
 
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptPOPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptAgathaHaselvin
 
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.pptPlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.pptAgathaHaselvin
 

More from AgathaHaselvin (20)

PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptxPORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA-PORIFERA.pptx
 
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptxPhylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
Phylum_Ctenophora-Phylum_Ctenophora.pptx
 
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptxSel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
Sel_sebagai_dasar_kehidupan-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN.pptx
 
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsxGenetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
Genetika-pendahuluan-1-Genetika-pendahuluan-1.ppsx
 
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptxPPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
PPT.genetika-PPT.genetika-PPT.genetika.pptx
 
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptxSEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN-SEL_SEBAGAI_DASAR_KEHIDUPAN_n.pptx
 
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptxSejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
Sejarah_Perkembangan_Mikroba-Sejarah_Perkembangan_Mikroba.pptx
 
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptxREGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI-REGENERASI.pptx
 
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptxRESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI-RESPIRASI.pptx
 
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptxTANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5-TANAH_KLP_5.pptx
 
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptxPLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
PLANT_PHYSIOLOGY-WPS_Office-PLANT_PHYSIOLOGY.pptx
 
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptxTHERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
 
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptxPPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
 
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptxPresentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
Presentation2-FUNGSI_MINERAL_BAGI_TUMBUHAN.pptx
 
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptxkendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
kendala_pelaksanaan_lingkungan_hidup.pptx
 
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptxBentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
Bentuk_Pendidikan_Lingkungan_Hidup-.pptx
 
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.pptppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN-ppt_antum_klp_2-SEL_TUMBUHAN.ppt
 
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.pptPopulasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
Populasi_dan_Sampel-Populasi_dan_Sampel.ppt
 
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).pptPOPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
POPULASI_DAN_SAMPEL_(2)-POPULASI_DAN_SAMPEL_(2).ppt
 
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.pptPlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
PlantTaxonomy-NP-301-PlantTaxonomy--.ppt
 

Recently uploaded

Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...TitinSolikhah2
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )RifkiAbrar2
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024SDNTANAHTINGGI09
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptAnggitBetaniaNugraha
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbaiqtryz
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energiZulfiWahyudiAsyhaer1
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfIAARD/Bogor, Indonesia
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...rofinaputri
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxMuhammadSatarKusumaS
 

Recently uploaded (10)

Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energi
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
 

228905326-METODE-KUARTER-docx-LAPORAN_PRAKTIKUM_EKOLOGI_TUMBUHAN.pdf

  • 1. METODE KUARTER Disusun oleh : Nama : Rendy Prasetyo B1J011002 Neptu Islami Raharja B1J011004 Siti Nur Hidayah B1J011026 Rizki Amalia D. R. B1J011038 Kelompok : 4 Asisten : Wily Pratiwi LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2014
  • 2. I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat menemukan hutan baik di daerah tropis maupun daerah beriklim dingin, di dataran rendah maupun di pegunungan, di pulau kecil maupun di benua besar (Ariyanto et al., 2012). Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. Pohon sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup semusim saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas (Ariyanto et al., 2012). Suatu kumpulan pepohonan dianggap hutan jika mampu menciptakan iklim dan kondisi lingkungan yang khas setempat, yang berbeda daripada daerah di luarnya. Jika kita berada di hutan hujan tropis, rasanya seperti masuk ke dalam ruang sauna yang hangat dan lembab, yang berbeda daripada daerah perladangan sekitarnya. Pemandangannya pun berlainan. Ini berarti segala tumbuhan lain dan hewan (hingga yang sekecil-kecilnya), serta beraneka unsur tak hidup lain termasuk bagian-bagian penyusun yang tidak terpisahkan dari hutan (Ariyanto et al., 2012). Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh
  • 3. masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman (Ariyanto et al., 2012). Upaya memanfaatkan lahan bagi pengembangan kehutanan perlu adanya informasi mengenai potensi sumber daya tanah. Informasi tersebut penting sebagai pendekatan dalam mengetahui kendala dan alternatif pemecahannya. Evaluasi kesesuaian lahan ditujukan untuk menilai sifat dan menentukan kendala utama serta alternatif pemecahannya dalam upaya meningkatkan produktivitas tanah. Salah satu pendekatan yang memberi jalan ke arah pemecahan masalah tersebut yaitu melalui kegiatan evaluasi kesesuaian lahan. Evaluasi kesesuaian lahan mempunyai penekanan yang tajam yaitu mencari lokasi yang mempunyai sifat-sifat positif dalam hubungannya dengan keberhasilan produksi dan penggunaannya (Rahayu, 2011). Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi vegetasi di dalam hutan, baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan maupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan, satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakanyang merupakan asosiasi konkrit. Dalam mendeskripsikan vegetasi harus di mulai dari suatu titik padang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokkan dari suatu tumbuhan yang hidup di suatu area tertentu yang mungkin di karakterisasi baik oleh spesies sebagai komponennya maupun oleh kombinasi dan struktur serta fungsi sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum (Ahmad, 2010).
  • 4. Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadrat. Metode kuadrat yaitu bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Greig,1983). Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya (Devi, 2006). B. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami dan mempraktekan metode kuarter ini dengan baik di lapangan dan mendata jumlah pohon dari suatu areal.
  • 5. II. MATERI, LOKASI DAN METODE A. Materi Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah meteran, pulpen, buku, tali raffia, dan kamera digital. Bahan yang diperlukan adalah vegetasi tumbuhan yang ada di Kebun Raya Baturaden. B. Lokasi Praktikum metode kuadran ini dilaksanakan di Kebun Raya Baturaden pada hari Jumat, 7 Mei 2014. C. Metode Adapun cara kerja yang dilakukan pada metode kuadran adalah: a. Dibuat garis lurus dengan mengambil 5 titik poin, jarak antara titik poin satu dengan yang lain disesuaikan. b. Pada setiap titik poin, sample diambil dengan mengukur jarak terdekat antara titik poin dengan anakan pohon tersebut. c. Jarak pohon ke titik pusat diukur, dan diameter pohon tersebut dihitung berdasarkan data keliling batang pohon yang telah diukur setinggi dada. d. Diameter anakan pohon diukur dan ditulis nama spesies untuk masing-masing kuadran,dibuat tabel dan dianalisis. e. Menghitung parameter yang di amati seperti jumlah spesies, kerapatan, dominansi dan frekuensi.
  • 6. Gambar Metode kuadran (5 titik poin) I II I II x x x x x x x x x x x x dst. x x x x x x x x x x x x III IV III IV Titik poin I Titik poin II
  • 7. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabel1.Hasil Analisa Kuantitatif dengan cara kuadran, pada 5 titik pengukuran di Kebun raya Baturaden No. Titik Penguk uran No. Kuad ran Jenis Jarak (m) Keliling Pohon (m) Diamet er (m) Luas Bidang Dasar (m2 ) I 1 Agathis damara 2 Agathis damara 3 Agathis damara 4 Agathis damara II 1 Agathis damara 2 Agathis damara 3 Agathis damara 4 Agathis damara III 1 Agathis damara 2 Agathis damara 3 Agathis damara 4 Agathis damara IV 1 Agathis damara 2 Agathis damara 3 Agathis damara 4 Agathis damara V 1 Agathis damara 2 Agathis damara 3 Agathis damara 4 Agathis damara Perhitungan : Jarak rata-rata = pohon jumlah jarak jumlah = 20 26 , 131 = 6,56 m Kerapatan seluruh jenis per ha = 2 ) 56 , 6 ( 10000 = 232,4 pohon/ha Species Jumlah dalam kuadran Jumlah pohon dalam
  • 8. (Kerapatan) 1 ha (kerapatan) Pinus merkusii 3/20 = 0,15 0,15x 232,4 = 34,86 Agathis borneensis 3/20 = 0,15 0,15x 232,4 = 34,86 Schima wallichii 4/20 = 0,2 0,2 x 232,4 = 46,48 Roystonea regia 3/20 = 0,15 0,15x 232,4 = 34,86 Caryota mitis 3/20 = 0,15 0,15x 232,4 = 34,86 Eugenia aquea 2/20 = 0,1 0,1 x 232,4 = 23,24 Markhamia lutea 1/20 = 0,05 0,05 x 232,4 = 11,62 Michelia champaca 1/20 = 0,05 0,05 x 232,4 = 11,62 Jumlah 232,4 Species Jumlah bidang dasar Jumlah Rata-rata bidang dasar (m2 ) Pinus merkusii 0,085 0,085/3 = 0,28 Agathis borneensis 2,6 2,6/3 = 0,87 Schima wallichii 0,03 0,03/2 = 0,0075 Roystonea regia 0,36 0,36/3 = 0,12 Caryota mitis 0,18 0,18/3 = 0,6 Eugenia aquea 0,02 0,02/2 = 0,01 Markhamia lutea 0,000314 0,000314/1 = 0,00314 Michelia champaca 0,000804 0,000804/1 = 0,00804 1. Menghitung Dominansi Dominansi suatu jenis = Rata-rata Luas Bidang Dasar x kerapatan pohon /ha Pinus merkusii = 0,28 x 34,86 = 9,76 m/ha Agathis borneensis = 0,87 x 34,86 = 30,33 m/ha Schima wallichii = 0,0075 x 46,48 = 0,35 m/ha Roystonea regia = 0,12 x 34,86 = 4,2 m/ha Caryota mitis = 0,6 x 34,86 = 20,9 m/ha Eugenia aquea = 0,01 x 23,24 = 0,23 m/ha Markhamia lutea = 0,00314 x 11,62 = 0,036 m/ha Michelia champaca = 0,00804 x 11,62 =0,093 m/ha Jumlah 65,9m/ha 2. Dominansi Relatif
  • 9. Dominansi Relatif dari : % 100 x Jenis Seluruh ansi min Do Jumlah Jenis Suatu ansi min Do Pinus merkusii = % 8 , 14 % 100 9 , 65 76 , 9  x Agathis borneensis = % 2 , 46 % 100 9 , 65 33 , 30  x Schima wallichii = % 53 , 0 % 100 9 , 65 35 , 0  x Roystonea regia = % 37 , 6 % 100 9 , 65 2 , 4  x Caryota mitis = % 17 , 3 % 100 9 , 65 4 , 20  x Eugenia aquea = % 46 , 0 % 100 9 , 65 23 , 0  x Markhamia lutea = % 06 , 0 % 100 9 , 65 036 , 0  x Michelia champaca = % 14 , 0 % 100 9 , 65 093 , 0  x 3. Frekuensi suatu jenis = int o p seluruh Jumlah jenis suatu ditemukan int po Jumlah Frekuensi dari : Pinus merkusii = 6 , 0 5 3  Agathis borneensis = 6 , 0 5 3  Schima wallichii = 8 , 0 5 4  Roystonea regia = 6 , 0 5 3  Caryota mitis = 6 , 0 5 3  Eugenia aquea = 4 , 0 5 2  Markhamia lutea = 2 , 0 5 1 
  • 10. Michelia champaca = 2 , 0 5 1  4. Frekuensirelatif = % 100 x Jenis Seluruh Dari Frekuens Jenis Suatu Dari Frekuensi Frekuensi relatif dari : Pinus merkusii = % 100 4 6 , 0 x = 15 % Agathis borneensis = % 100 4 6 , 0 x = 15 % Schima wallichii = % 100 4 8 , 0 x = 20 % Roystonea regia = % 100 4 6 , 0 x = 15 % Caryota mitis = % 100 4 6 , 0 x = 15 % Eugenia aquea = % 10 % 100 4 4 , 0  x Markhamia lutea = % 100 4 2 , 0 x = 5 % Michelia champaca = % 100 4 2 , 0 x = 5 % Jumlah 100 % 5. KerapatanRelatif = % 100 x Jenis Seluruh Pohon Jumlah Jenis Suatu Pohon Jumlah Kerapatanrelatifdari : Pinus merkusii = % 100 4 , 232 86 , 34 x = 15 % Agathis borneensis = % 100 4 , 232 86 , 34 x = 15 % Schima wallichii = % 100 4 , 232 48 , 46 x = 20 % Roystonea regia = % 100 4 , 232 86 , 34 x = 15 %
  • 11. Caryota mitis = % 100 4 , 232 86 , 34 x = 15 % Eugenia aquea = % 100 4 , 232 24 , 23 x = 15 % Markhamia lutea =  % 100 4 , 232 62 , 11 x 5 % Michelia champaca = % 100 4 , 232 62 , 11 x = 5 % 6. MenghitungNilaiPenting Index Nilai Penting = Frekuensi relatif + Dominansi Relatif + KerapatanRelatif Pinus merkusii = 15 % + 14,8 % + 15 % = 44,8% Agathis borneensis = 15 % + 46,02 % + 15% = 76,02 % Schima wallichii = 20 % + 0,53 % + 20 % = 40,53 % Roystonea regia = 15 % + 6,37 % + 15 % = 36,37 % Caryota mitis = 15 % + 3,17 % + 15 % = 33,17 % Eugenia aquea = 10 % + 0,47 % + 10 % = 20,46 % Markhamia lutea = 5 % + 0,06 % + 5 % = 10,06 % Michelia champaca = 5 % + 0,14 % + 5 % = 10,14 % Species DR KR FR INP Pinus merkusii 14,8 % 15 % 15 % 44,8 % Agathis borneensis 46,02 % 15 % 15 % 76,02 % Schima wallichii 0,53 % 20 % 20 % 40,53 % Roystonea regia 6,37 % 15 % 15 % 36,37 % Caryota mitis 3,17 % 15 % 15 % 33,17 % Eugenia aquea 0,46 % 10 % 10 % 20,46 % Markhamia lutea 0,06 % 5 % 5 % 10,06 % Michelia champaca 0,14 % 5 % 5 % 10,14 %
  • 13. B. Pembahasan Kebun Raya Baturraden terletak di lereng Gunung Slamet yang secara administrasi pemerintahan masuk wilayah Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan adminsitrasi pengelolaan hutan berada di wilayah Resort Pemangkuan Hutan Baturraden, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Gunung Slamet Barat, Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur. Ketinggian lokasi 702-1.076 m dpl. dan berada di kaki Gunung Slamet. Suasananya sejuk dengan suhu udara berkisar antara 18-33°C dengan kelembaban udara yang tinggi. Curah hujan rata-rata 5.198 mm per tahun. Kondisi topografi bergelombang sampai berbukit. Kawasan di sekitar Kebun Raya Baturraden merupakan daerah wisata dan dikelilingi oleh tempat wisata lainnya seperti Pancuran Tujuh, Loka Wisata, Pancuran Tiga, dan Telaga Sunyi. Lokasi wisata tersebut ada yang dikelola oleh Pemkab Banyumas dan ada pula oleh PT. Palawi (Indriyanto, 2008). Kebun Raya Baturraden kaya akan berbagai potensi flora yang masih alami. Flora tingkat rendah hingga tingkat tinggi terdapat disana dan yang dapat dijadikan komoditi utama juga sangat banyak, misalnya pohon pinus (Pinus mercusii). Kebun Raya Baturraden memiliki fungsi sebagai tempat konservasi berbagai spesies tumbuhan. Tumbuhan yang dikoleksi diantranya Aracaceae, Orchidaceae, Pteridophyta, Tanaman Langka, Tanaman Obat, Bambu (Bamboo calamus) dan pembibitan tanaman. Pengkoleksian tumbuhan tersebut dimaksudkan untuk pelestarian agar tidak terjadi kepunahan terhadap tumbuhan - tumbuhan tersebut khususnya tumbuhan endemik Gunung Slamet. Pelestarian flora yang ada disana akan melindungi kekayaan spesies yang berada di tempat tersebut. Lokasi Kebun Raya Baturraden terletak di Desa Kemutuk Lor, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas (Indriyanto, 2008).
  • 14. Vegetasi merupakan unsur yang dominan yang mampu berfungsi sebagai pembentuk ruang, pengendalian suhu udara, memperbaiki kondisi tanah dan sebagainya. Vegetasi dapat menghadirkan estetika tertentu yang alamiah dari garis, bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah maupun aroma yang ditimbulkan dari daun, bunga maupun buahnya. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh - tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Kimmins, 1987). Struktur vegetasi merupakan susunan anggota komunitas vegetasi pada suatu area yang dapat dinilai dari tingkat densitas (kerapatan) individu dan diversitas (keanekaragaman) jenis. Komposisi dan struktur suatu vegetasi merupakan fungsi dari beberapa faktor seperti flora setempat, habitat, (iklim,tanah dan lain-lain), waktu dan kesempatan. Komposisi dan struktur vegetasi tumbuhan tidak dapat dilepaskan dari pentingnya mengetahui air tanah dan ketersediaan air tanah bagi tumbuhan di sekitarnya. Ketersediaan air dalam tanah ditentukan oleh kemampuan partikel tanah memegang air. Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat dalam ruang-ruang antar butir tanah yang membentuknya. Air tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal terdapat pada bidang tanah yang mempunyai pengaruh besar terhadap proses pembentukan tanaman. Melalui profil, kedalaman air dapat diduga berdasarkan tinggi, maka air tanah yang selalu mengalami periode naik turun sesuai dengan keadaan musim atau faktor lingkungan luar lainnya. Kedalaman muka air tanah yang dimaksud adalah kedalaman muka priotik yaitu kedalaman muka air tanah sumur-sumur gali yang ada (Kimmins, 1987).
  • 15. Praktikum kali ini dengan menggunakan metode kuadran atau sering yang disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plotless method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Analisis vegetasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu metode kuadrat, transek garis dan berpusat pada satu titik (kuadran). Praktikum kali ini dilakukan analisis vegetasi dengan metode kuadran. Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yang jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya (Kurniawan, 2008).. Metode kuadran atau “Point-Centered Quarter Method” merupakan salah satu metode jarak (Distance Method). Metode ini tidak menggunakan petak contoh (plotless) dan umunya digunakan dalam analisis vegetasi tingkat pohon atau tiang (pole). Namun dapat pula dilengkapi dengan tingkat pancang (saling atau belta) dan anakan pohon (seedling) jika ingin mengamati struktur vegetasi pohon. Pohon adalah tumbuhan berdiameter > 20 cm, diameter 10-20 cm adalah pancang, diameter < 10 cm dan tinggi pohon > 2,5 m adalah pancang, serta tinggi pohon < 2,5 m adalah anakan. Syarat
  • 16. penerapan metode kuadran adalah distribusi pohon atau tiang yang akan dianalisis harus acak dan tidak mengelompok atau seragam (Ariyanto et al., 2012). Parameter yang diamati dalam pengamatan dengan menggunakan metode kuadran adalah kerapatan, frekuensi, dan dominansi. Pengolahan data yang diperoleh dari setiap parameter tidak lagi menggunakan faktor koreksi seperti halnya yang diterapkan pada metode jarak lainnya. Metode jarak yang paling umum digunakan adalah metode point centered quarter. Pengukuran jarak dilakukan dari titik sapling ke pohon terdekat dalam tiap kuarter (kuadrat). Dengan demikian setiap titik sapling dihasilkan empat pengukuran (Gambar 1). Selain itu juga dilakukan pengukuran diameter pohon dari keempat pohon yang diamati tersebut, digunakan untuk mengetahui basal area suatu spesies (Ariyanto et al., 2012). Vegetasi pohon yang kita amati dalam praktikum kali ini adalah pohon Damar. Damar adalah istilah yang umum digunakan di Indonesia untuk menamakan resin dari pohon-pohon yang termasuk suku Dipterocarpaceae dan beberapa suku pohon hutan lainnya. Sekitar 115 spesies, yang termasuk anggota tujuh (dari sepuluh) marga Dipterocarpaceae menghasilkan damar. Pohon-pohon dipterokarpa ini tumbuh dominan di hutan dataran rendah Asia Tenggara, karena itu damar merupakan jenis resin yang lazim dikenal di Indonesia bagian barat. Damar dianggap sebagai resin yang bermutu
  • 17. rendah dibanding kopal atau terpenting. Klasifikasi Agathis damara menurut Tjitrosoepomo (1996): Kerajaan : Plantae Divisi : Coniferphyta kelas : Pinopsida Ordo : Pinales Famili : Araucariaceae Genus : Agathis Spesies : Agathis damara Pohon Damar (Agathis spp.) merupakan salah satu jenis tanaman kehutanan penghasil kayu yang berwarna terang, dikenal sebagai bahan baku vinir yang menarik. Kayu damar hampir lurus dan berkualitas baik dengan kelas kuat 3 dan kelas awet 4 dan ideal untuk konstruksi lambung kapal pesiar, konstruksi rumah, kayu panel, pembuatan mebel, kawat gigi, dan bantalan rel kereta api. Kayu damar juga digunakan dalam pembuatan gitar karena sifat resonansinya yang baik. Berbagai jenis damar menghasilkan beragam resin seperti kauri kopal, Manilla kopal dan damar gum. Sehingga genus ini secara ekonomis sangat penting (Herliyana, 2012). Genus Agathis telah dikenal sebagai kauri atau damar. Termasuk dari sedikit genus pohon dari 21 spesies pohon yang selalu hijau (evergreen tree). Genus ini merupakan bagian dari famili atau keluarga Araucariaceae (conifer). kelompok ini menyebar luas selama periode Jurasik, tapi sekarang sebagian besar terbatas pada belahan bumi selatan kecuali untuk beberapa Agathis Malesian yang masih ada. Pohon tersebut mempunyai klasifikasi sebagai berikut: Kingdom: Plantae Division: Pinophyta Class: Pinopsida Order: Pinales Family: Araucariaceae Genus: AgathisSalisb. Genus ini menyebar dari Malaysia, Brunei dan Indonesia, melalui Nugini, Queensland dan
  • 18. Solomon timur, untuk Vanuatu, Kaledonia Baru, Fiji dan Selandia Baru (Herliyana, 2012). Pohon yang terkena dampak kebakaran akan mengalami suksesi dan menimbulkan tanah yang subur karena kaya akan nutrisi dan menimbukan pola respon yang baru. Hutan meningkat secara signifikan setelah luka bakar diakibatkan dari kebakaran hutan. Tingkat mungkin indikasi dari kemampuan pohon untuk menahan tekanan cedera kebakaran dan kemungkinan kumbang pasca-api serangan, sedangkan variasi kecil dalam pertumbuhan. Mengenai pertumbuhan dan pertahanan, maka tidak mengherankan jika indeks vigor tinggi harus sesuai keselamatannya lebih tinggi. Pohon- pohon dengan akar dan mahkota sistem dikembangkan dengan baik cenderung memiliki cadangan karbohidrat tinggi dan lebih tahan terhadap lingkungan tekanan dan serangan patogen (Perrakis, 2011). Lingkungan yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, dan kebutuhan tumbuhan akan keadaan lingkungan yang khusus mengakibatkan keragaman jenis tumbuhan yang berkembang dapat terjadi menurut perbedaan tempat dan waktu. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan jenis tumbuhan yang berkembang dengan perbedaan tinggi tempat atau perbedaan musim. Selain itu, perbedaan ketinggian tempat di atas permukaan laut (dpl) dapat menimbulkan perbedaan cuaca dan iklim secara keseluruhan pada tempat tersebut, terutama suhu, kelembaban, dan curah hujan. Unsur-unsur tersebut banyak dikendalikan oleh letak lintang, ketinggian, jarak dari laut, topografi, jenis tanah dan vegetasi. Sehingga vegetasi hutan dataran rendah dan dataran tinggi akan berbeda. Keduanya memiliki keunikan tersendiri (Rahardjanto, 2001).
  • 19. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Spesies yang mempunyai nilai INP (Indeks Nilai Penting) tertinggi adalah jenis Agathis borneensis (pohon Damar) dengan nilai 76,02 %. Hal ini menunjukan bahwa Agathis borneensis merupakan pohon yang utama atau dominan di Kebun Raya Baturaden.
  • 20. DAFTAR REFERENSI Abidin. 1990. Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa, Jakarta. Ahmad, I. , M. S. A. Ahmad, dan M. Hussai. 2010. Spatiotemporal Aspects of Plant Community Structure in Open Scrub Rangelands of Sub-Mountainous Himalayan Plateaus.Department of Botany, University of Agriculture, Faisalabad, Pakistan Department of Botany and Microbiology, King-Saud University, Riaydh, Saudi Arabia. Ariyanto J., Sri W., Nurmiyati, Putri A. 2012. Studi Biodiversitas Tanaman Pohon Di 3 Resort Polisi Hutan (Rph) Di Bawah Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Telawa Menggunakan Metode Point Center Quarter (PCQ). Pendidikan Biologi FKIP UNS Surakarta dan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang. Hal: 502-512. Arrijani, dkk.2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede, Pangrango. Davis LS, Jhonson KN. 1987. Forest Management. Mcgraw-Hill Book Co, New York. Devi, L. S. dan P.S. Yadava. 2006. Floristic Diversity Assessment and Vegetation Analysis of Tropical Semievergreen Forest of Manipur,North East India. Ecology Laboratory, Department of Life Sciences, Manipur University, Imphal 795 003, India. Greig, dan Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology, Studies in Ecology. Volume 9. Oxford: Blackwell Scientific Publications. Heriyanto, N.M. , R. Sawitri , dan D. Subandinata. 2006. Kajian Ekologi Permudaan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Bogor.Tropical Ecology 47(1): 89-98. Herliyana, Elis Nina. 2012. Laporan Awal Penyakit Busuk Akar Merah Ganoderma sp. pada Agathis sp. (Damar) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat.Jurnal Silvikultur Tropika Vol. 03 No. 02 (102 – 107). Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Bumi Aksara, Jakarta. Kimmins, J.P. 1987. Forest Ecology. New York: Macmillan Publishing Co. Kurniawan, A. dan Parikesit. 2008. Persebaran Jenis Pohon di Sepanjang Faktor Lingkungan di Cagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya „Eka Karya‟, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Tabanan Bali. Biodiversitas, Volume 9, Nomor 4 Halaman: 275-279.Jurusan Biologi FMIPA Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bandung. Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press. Nazaruddin, Ir & Syah Angkasa, Ir. 1997. Palem Hias. Penebar Swadaya, Jakarta. Perrakis, Daniel D.B. James K. Agee and Andris Eglitis. 2011. Effects of Prescribed Burning on Mortality and Resin Defenses in Old Growth Ponderosa Pine
  • 21. (Crater Lake, Oregon): Four Years of Post-Fire Monitoring. Natural Areas Journal 31(1):14–25. Rahardjanto, 2001. Ekologi Tumbuhan. UMM Press. Malang. Rahayu, Nandang. 2011. Kesesuaian Lahan Bekas Kebakaran Hutan Sebagai Upaya Konservasi Lahan Di Gunung Panderman Rph Oro-Oro Ombo Bkph Pujon Kph Malang. GAMMA. Vol. 6 : 2 (122 – 128). Ramage, B. S. dan Kevin. S. 2010. Sudden Oak Death in Redwood Forests: Vegetation Dynamics in The Wake of Tanoak Decline. Department of Environmental Science, Policy, & Management University of California, Berkeley, CA. Pak. J. Bot., 42(5). Rohman, F. dan I W, S. Artha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA. Tjitrosoepomo, G. 1996. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.