SlideShare a Scribd company logo
1 of 44
Download to read offline
SKRINING KECELAKAAN KERJA EPIDEMIOLOGI
KESEHATAN LINGKUNGAN DI PT X
PROYEK PEMBANGUNAN JALAN AKSES PELABUHAN TRISAKTI
LIANG ANGGANG (KALIMANTAN SELATAN)
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU
2017
TUGAS BESAR EPIDEMIOLOGI
SKRINING
Dan Penerapannya Pada Proses Skrining Kecelakaan Kerja Epidemiologi
Kesehatan Lingkungan Di PT X
Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti
Liang Anggang (Kalimantan Selatan)
Dosen Mata Kuliah:
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp, ST., M.Kes
Disusun Oleh
Kelompok 2:
Lenalda Febriany Santosa H1E115036
Lilis Suryani H1E115037
Rizqurrahman H1E115208
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN
BANJARBARU
2017
i
REKTOR UNLAM
Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si.,
M.Sc
NIP.19660331 199102 1 001
WAKIL REKTOR 1
Dr. Ahmad Alim Bachri, SE.,
M.Si
NIP. 19671231 199512 1 002
WAKIL REKTOR 2
Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D
NIP. 196001101986032001
WAKIL REKTOR 3
Dr. Ir. H.Abrani Sulaiman,
M.Sc.
NIP. 196401051990031023
WAKIL REKTOR 4
Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul
Arifin, M.Sc
NIP. 196707161992031002
DEKAN FAKULTAS TEKNIK
Dr.Ing Yulian Firmana Arifin,
S.T.,M.T
NIP. 19750719 200003 1 002
KETUA PRODI TEKNIK
LINGKUNGAN
Dr. Rony Riduan, S.T., M.T
NIP. 19761017 199903 1 003
DOSEN MATA KULIAH
EPIDEMOLOGI
Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, Amd.
Hyp., S.T., Mkes.
NIP. 19780420 200501 2 002
Rizqurrahman
H1E115208
Lilis Suryani
H1E115037
Lenalda Febriany Santosa
H1E115036
Mahasiswa teknik lingkungan angkatan 2015
DOSEN MATA KULIAH
EPIDEMOLOGI
Rd. Indah Nirtha Nilawati N.P.S, ST.,
M.Si
NIP. 19770619 200801 2 019
ii
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada :
1. Rektor Universitas Lambung Mangkurat :
Prof. Dr. H. SutartoHadi, M.Si, M.Sc.
2. wakil rektor 1 Universitas Lambung Mangkurat
Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si
3. Wakil rektor 2 Universitas Lambung Mangkurat
Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D
4. Wakil rektor 3Universitas Lambung Mangkurat
Dr. Ir. H.Abrani Sulaiman, M.Sc.
iii
5. Wakil rektor 4 Universitas Lambung Mangkurat
Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc
6. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung
Mangkurat :
Dr-Ing Yulian FirmanaArifin, ST., MT.
7. Kepala Prodi TeknikLingkungan Universitas
Lambung Mangkurat :
Dr. Rony Riduan, ST., MT.
8. Dosen Mata Kuliah Epidemiologi :
Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp,
ST., M.Kes
iv
9. Dosen Mata Kuliah Epidemiologi :
Rd. Indah Nirtha Nilawati N.P.S, ST., M.Si
10. AnggotaKelompok :
 Lenalda Febriany Santosa
 Lilis Suryani
 Rizqurrahman
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya makalah yang
berjudul “Skrining” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini diajukan sebagai tugas
mata kuliah Epidemeologi. Didalam makalah ini Penulis memaparkan definisi skrining serta
contoh pelaksanaan skrining pada kasus-kasus yang berkaitan dalam teknik lingkungan.
Dalam penulisan makalah ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu. Penulis merasa berkewajiban dan perlu menyampaikan ucapan terima kasih
serta penghargaan, kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M. Si, M. Sc selaku rektor Universitas
Lambung Mangkurat.
2. Bapak DR. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST. MT selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
3. Bapak Chairul Irawan, ST., MT., Ph.D selaku PD I Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat.
4. Bapak Dr. Andy Mizwar, ST., M.Si selaku PD II Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat.
5. Bapak Nurhakim, ST. MT selaku PD III Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lambung Mangkurat.
6. Bapak Rony Ridwan, ST. MT selaku Kepala Prodi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.
7. Ibu Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp selaku Dosen mata kuliah
Epidemiologi.
8. Ibu Rd. Indah Nirta, ST., M.Si selaku Dosen mata kuliah Epidemiologi.
9. Pihak PT X yang telah memberikan bantuan serta dukungan dalam
pengerjaan makalah ini.
10. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan
dalam pengerjaan makalah ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Banjarbaru, Desember 2017
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
STRUKTUR JABATAN ................................................................................. i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian ................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penenlitian...................................................................... 20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Penelitian........................................................................... 22
4.2Pembahasan ................................................................................ 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN............................................................................ 25
5.2 SARAN........................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ....... 26
LAMPIRAN…………………………………………………………………..
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Bagan Proses Pelaksaan Skrining ..................................................... 8
Gambar 2.2 Hubungan antara Sensitivitas dan Spesifisitas ................................... 12
Gambar 2. 3 Perhitungan Validitas Uji Skrining............................................ 14
Gambar 2. 4 Contoh Perhitungan Spesifisitas Sensitivitas.............................. 14
Gambar 2. 5 Contoh Perhitungan Spesifisitas................................................. 15
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Karyawan pada PT X ............................................................... 22
Tabel 4.2 Jumlah Kecelakaan Kerja pada PT X .................................................... 22
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Epidemiologi berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu epi yang berarti diantara,
demos yang berarti masyarakat, dan logos yang berarti kajian. Jadi epidemiologi
dapat kita artikan sebagai kajian tentang apa yang terjadi di dalam kehidupan
masyarakat.Epidemiologi merupakan ilmu pengetahuan terapan yang mempelajari
tentang timbulnya penyakit atau masalah kesehatan yang menimpa
masyarakat.dimana ilmu pengetahuan epidemiologi digunakan community health
nursing CHN sebagai alat meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai
dasar untuk intervensi dan evaluasi literatur riset epidemiologi. Pengetahuan ini
memberi kerangka acuan untuk perencanaan dan evaluasi program intervensi
masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan penyakit, serta meminimalkan
kecacatan (Ferasyi, 2012).
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu alat atau program
dalam upaya untuk mencapai derajat kesehatan kerja yang setinggi-tingginya yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. Demikian halnya
dengan PT.X yang berupaya untuk meningkatkan kesejateraan pekerjanya dengan
mempertimbangkan jumlah yang cukup banyak, tipe aktivitas produksi, luasnya
areal kerja dan kesulitan dalam sistem produksi. Oleh karena itu, perusahaan
menganggap perlu untuk membentuk suatu departemen yang khusus untuk
memparhatikan keselamatan dan kesehatan kerja bagi seluruh karyawan yang
diberi nama yaitu Departemen Loss Prevention and Control (
LP&C).Keselamatan kerja juga merupakan suatu hal yang sangat sensitive dalam
kaitanya dengan usaha peningkatan produksi yang ditandai dengan tuntutan untuk
meningkatkan efisiesensi dan produktivitas faktor manusia dalam sistem produksi.
Proses produksi menuntut jadwal dan tindakan yang cepat dan tepat.
Kondisi ini menyebabkan perlunya tindakan-tindakan penyelamatan apabila
terjadi kecelakaan kerja, karena kecelakaan kerja dapat menghambat proses
produksi dengan hilangnya jam kerja karyawan serta adanya kerugian material
ataupun jiwa. Namun demikian pendeteksian dini terjadinya kecelakaan
2
(preventive) harus lebih dahulu dilakukan. Tempat serta lingkungan kerja juga
sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat produktivitas para pekerja.
Lingkungan dan tempat kerja yang baik dapat memberikan semangat ketenangan
bagi para pekerja sehingga tercapai tingkat produktivitas yang tinggi.
Pada laporan ini akan dibahas tentang skrining tingkat keselamatan kerja
di Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X.
Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang berhubungan dengan mesin, alat
kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan kondisi lingkungannya,
keselamatan kerja bertujuan untuk :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatan dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi.
2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.
3. Sumber-sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
(Sabdoadi,1999)
Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang
PT X merupakan proyek pembangunan jalan yang memerlukan alat-alat berat
seperti excavator, loader, asphalt mixing plant, dump truck dan lain-lain dalam
pengerjaannya. Penggunaan alat-alat berat tersebut memerlukan sumbedaya yang
memiliki keahlian dan berpengalaman dalam pengoperasiannya agar pembangunan
proyek dapat berjalan lancar. Pengoperasian alat juga harus menyesuaikan dengan
kondisi jalan, bahan yang digunakan dan kondisi alam seperti cuaca. Pada awal
pembangunan Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang
Anggang PT X, kondisi jalan yang bergelombang dan rusak rawan untuk
terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan. Data yang tercatat, kondisi
lingkungan sekitar konstruksi yang berdebu membuat para pekerja mengeluhkan
sakit sepeti pusing, flu, batuk, dll.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana skrining kecelakaan kerja di Proyek Pembangunan Jalan Akses
Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X ?
3
2. Bagaimana cara uji skrining pada keselamatan kerja di Proyek
Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X?
3. Apa penyebab kecelakaan kerja di Proyek Pembangunan Jalan Akses
Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X?
4. Bagaimana cara pendeteksian dini dan penanggulangan kecelakaan kerja
di Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang
PT X?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan dari Penelitian ini Adalah :
1. Mengetahui bagaimana skrining kecelakaan kerja di Proyek Pembangunan
Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X
2. Mengetahui uji skrining pada kecelakaan kerja
3. Mengetahui penyebab kecelakaan kerja
4. Mengetahui cara pendeteksian dini dan penanggulangan kecelakaan kerja
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari Penelitian ini adalah :
1. Dapat mengetahui bagaimana skrining kecelakaan kerja di Proyek
Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X
2. Dapat mengetahui uji skrining pada kecelakaan kerja
3. Dapat mengetahui penyebab kecelakaan kerja
4. Dapat mengetahui cara pendeteksian dini dan penanggulangan kecelakaan
kerja
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI SKRINING
Skrining adalah upaya yang dilakukan untuk menemukan suatu penyakit
secara aktif pada orang-orang yang tidak menunjukkan adanya gejala dan terlihat
Nampak sehat dengan cara menguji, memeriksa, atau prosedur lain yang dapat
dilakukan dengan cepat. Skrining bukanlah penetapan diagnosis, akan tetapi
apabila dari pemeriksaan menunjukkan hasil positif atau kemungkinan mengidap
suatu penyakit perlu dilakukan tindakan atau pemeriksaan lebih lanjut
(Sutrisno,1994). Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik(tidak
menunjukkan gejala) pada satu atau sekelompok orang untuk mengklasifikasikan
mereka dalam kategori yang diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit
(Rajab,2009). Tes skrining merupakan salah satu cara yang digunakan pada
epidemiologi untuk mengetahui jumlah kasus suatu penyakit yang tidak dapat
didiagnosis atau keadaan ketika jumlah angka penyakit tinggi pada sekelompok
individu atau masyarakat yang berisiko tinggi serta pada keadaan yang kritis dan
serius memrlukan penanganan segera. Namun demikian, masih harus dilengkapi
dengan pemeriksaan lain untuk menentukan diagnosis secara pasti (Chandra,
2009).
Skrining adalah usaha mendeteksi atau menemukan penderitaan penyakit
tertentu yang gejalanya tidak terlalu Nampak dalam suatu masyarakat atau
kelompok penduduk tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan secara sederhana
untuk dapat memisahkan mereka yang betul-betul sehat terhadap mereka yang
kemungkinan besar menderita. Skrining tes merupakan suatu tes sederhana yang
diterapkan pada sekelompok populasi tertentu (yang relatif sehat) dan bertujuan
untuk mendeteksi mereka yang mempunyai keungkinan cukup tinggi menderita
penyakit yang sedang diamati (disease under study) sehingga kepada mereka
dapat dilakukan diagnosis lengkap dan selanjutnya bagi mereka yang menderita
penyakit tersebut dapat diberikan pengobata secara dini (Noor, 2008). Skrining
adalah suatu usaha mencari/mendeteksi penderita penyakit tertentu yang tanpa
gejala dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu
5
tes/pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka
yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya
diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
2.2 TUJUAN DAN MANFAAT SKRINING
Uji skrining digunakan untuk mengidentifikasi suatu penanda awal
perkembangan penyakit sehingga intervensi dapat diterapkan untuk mengha
mbat proses penyakit. Selanjutnya, akan digunakan istilah “penyakit” untuk
menyebut setiap peristiwa dalam proses penyakit, termasuk perkembangannya
atau setiap komplikasinya. Pada umumnya, skrining dilakukan hanya ketika
syarat-syarat terpenuhi, yakni penyakit tersebut merupakan penyebab utama
kematian dan kesakitan, terdapat sebuah uji yang sudah terbukti dan dapat
diterima untuk mendeteksi individu- individu pada suatu tahap awal penyakit
yang dapat dimodifikasi, dan terdapat pengobatan yang aman dan efektif untuk
mencegah penyakit atau akibat-akibat penyakit (Morton, 2008).
Tujuan skrining adalah untuk mengidentifikasi penyakit yang
asimptomatis (tanpa gejala), atau faktor risiko penyakit, dengan menguji
populasi yang belum mengalami gejala klinis. Secara umum Tujuan Skrining
adalah untuk mengura ngi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Program diagnosis dan
pengobatan dini hampir selalu diarahkan kepada penyakit tidak menular, seperti
tingkatan prevensi penyakit, deteksi dan pengobatan dini yang termasuk dalam
tingkat prevensi sekunder. Berikut tujuan dari skrining secara lebih detail:
1. Untuk Menemukan orang yang terdeteksi menderita suatu penyakit
sedini mungkin sehingga dapat dengan segera memperoleh
pengobatan.
2. Untuk Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat.
3. Untuk Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk
memeriksakan diri sedini mungkin.
4. Untuk Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas
kesehatan tentang sifat penyakit dan untuk selalu waspada
melakukan pengamatan terhadap gejala dini.
6
5. Untuk Mendapatkan keterangan epidemiologis yang berguna bagi
klinis dan peneliti. (Harlan, 2006).
Secara garis besar, uji skrining ialah cara untuk mengidentifikasi
penyakit yang belum tampak melalui tes atau pemeriksaan atau prosedur lain
yang dapoat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita
penyakit dengan orang orang yang mungkin tidak menderita. Jadi, tes untuk uji
skrining tidak dimaksudkan untuk mendiagnosis sehingga pada hasil tes uji
skrining yang positif harus dilakukan pemeriksaan yang lebih intensif untuk
menentukan apakah yang bersangkutan memang sakit atau tidak kemudian bagi
yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak
membahayakan bagi dirinya maupun lingkungannya, khususnya bagi penyakit-
penyakit menular (Mubarak, 2012).
Untuk dapat melakukan proses skrining, diharuskan memenuhi
beberapa kriteria atau ketentuan-ketentuan khusus yang merupakan
persyaratan suatu tes skrining, antara lain :
a. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti
dalam masyarakat dan dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat
tersebut.
b. Tersedianya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi
mereka yang dinyatakan menderita penyakit sesudah mengalami tes.
Keadaan penyediaan obat dan jangkauan biaya pengobatan dapat
mempengaruhi tingkat atau kekuatan tes yang dipilih.
c. Tersedianya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang
dinyatakan positif terserang penyakit dan ketersediaan biaya pengobatan
bagi mereka yang dinyatakan positif dari hasil diagnosis klinis.
d. Tes penyaringan, terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya
cukup lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus.
e. Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat
sensitivitas dan spesifitasnya karena kedua hal tersebut merupakan
standar untuk mengetahui apakah disuatu daerah yang dilakukan skrining
berkurang atau malah bertambah frekuensi endemiknya.
7
f. Semua bentuk atau teknis dan cara pemeriksaan dalam tes penyaringan
harus dapat diterima oleh masyarakat secara umum.
g. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui denan
pasti.
h. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka
yang dinyatakan menderita penyakit tersebut.
i. Biaya yang digunakan dalam melakukan tes penyaringan sampai pada
titik akhir pemeriksaan harus seimbang dengan resiko biaya bila tanpa
melakukan tes tersebut.
j. Harus memungkinkan untuk diadakan pemantauan (follow up)
tentangpenyak it tersebut serta penemuan penderita secara
berkesinambungan
(Noor, 2008).
2.3 PROSES DAN PELAKSANAAN SKRINING
Bentuk pelaksanaan skrining diantaranya adalah:
1. Mass screening adalah skrining secara masal pada masyarakat tertentu.
2. Selective screening adalah skrining secara selektif berdasarkan kriteria
tertentu, contoh pemeriksaan Ca paru pada perokok; pemeriksaan Ca
servik pada wanita yang sudah menikah.
3. Single disease screening adalah skrining yang dilakukan untuk satu jenis
penyakit.
4. Multiphasic screening adalah skrining yang dilakukan untuk lebih dari
satu jenis penyakit contoh pemeriksaan IMS.
(Harlan, 2006).
8
Gambar 2.1 Bagan Proses Pelaksaan Skrining
Pada sekelompok individu yang tampak sehat dilakukan pemeriksaan (tes)
dan hasil tes dapat positif dan negatif. Individu dengan hasil negatif pada suatu
saat dapat dilakukan tes ulang, sedangkan pada individu dengan hasil tes positif
dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik dan bila hasilnya positif
dilakukan pengobatan secara intensif, sedangkan individu dengan hasil tes negatif.
dapat dilakukan tes ulang dan seterusnya sampai penderita semua penderita
terjaring. Tes skrining pada umumnya dilakukan secara masal pada suatu
kelompok populasi tertentu yang menjadi sasaran skrining. Namun demikian bila
suatu penyakit diperkirakan mempunyai sifat risiko tinggi pada kelompok
populasi tertentu, maka tes ini dapat pula dilakukan secara selektif (misalnya
khusus pada wanita dewasa) maupun secara random yang sarannya ditujukan
terutama kepada mereka dengan risiko tinggi. Tes ini dapat dilakukan khusus
untuk satu jenis penyakit tertentu, tetapi dapat pula dilakukan secara serentak
untuk lebih dari satu penyakit (Noor, 2008).
Uji skrining terdiri dari dua tahap, tahap pertama melakukan pemeriksaan
terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita
penyakit dan bila hasil tes negatif maka dianggap orang tersebut tidak menderita
penyakit. Bila hasil tes positif maka dilakukan pemeriksaan tahap kedua yaitu
pemeriksaan diagnostik yang bila hasilnya positif maka dianggap sakit dan
mendapatkan pengobatan, tetapi bila hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit
dan tidak memerlukan pengobatan. Bagi hasil pemeriksaan yang negatif dilakukan
9
pemeriksaan ulang secara periodik. Ini berarti bahwa proses skrining adalah
pemeriksaan pada tahap pertama.
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk skrinig dapat berupa
pemeriksaan laboratorium atau radiologis, misalnya :
a. Pemeriksaan gula darah.
b. Pemeriksaan radiologis untuk uji skrining penyakit TBC.
Pemeriksaan diatas harus dapat dilakukan:
1. Dengan cepat tanpa memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut
(pemeriksaan diagnostik).
2. Tidak mahal.
3. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan.
4. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa.
(Budiarto dan Anggraeni, 2003).
Namun jika dalam pelaksanaanya tidak berpengaruh terhadap perjalanan
penyakit, usia saat terjadinya stadium lanjut penyakit atau kematian tidak akan
berubah, walaupun ada perolehan lead time, yaitu periode dari saat deteksi
penyakit (dengan skrining) sampai dengan saat diagnosis seharusnya dibuat jika
tidak ada skrining.
Contoh dari pelaksanaan skrinning diantaranya adalah:
1. Mammografi dan Termografi; Untuk mendeteksi Ca Mammae.
Kadangkala dokter-dokter juga menganjurkan penggunaan dari screening
magnetic resonance imaging (MRI) pada wanita-wanita lebih muda dengan
jaringan payudara yang padat.
2. Pap smear; Pap smear merupakan kepanjangan dari Papanicolau test.
Tes ini ditemukan oleh Georgios Papanikolaou. Tes ini merupakan tes
yang digunakan untuk melakukan skrening terhadap adanya proses keganasan
(kanker) pada daerah leher rahim (servik). Peralatan yang digunakan yaitu;
spatula/sikat halus, spekulum, kaca benda, dan mikroskop. Mengapa perlu
skrining? Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling sering dijumpai
pada wanita setelah kanker payudara. Kanker ini termasuk penyebab
kematian terbanyak akibat kanker.
10
Secara internasional setiap tahun terdiagnosa 500.000 kasus baru.
Seperti halnya kanker yang lain, deteksi dini merupakan kunci keberhasilan
terapi, semakin awal diketahui, dalam artian masih dalam stadium yang tidak
begitu tinggi atau bahkan baru pada tahap displasia atau prekanker, maka
penanganan dan kemungkinan sembuhnya jauh lebih besar. Meskipun
sekarang ini sensitivitas dari pap smear ini ramai diperdebatkan dalam
skrening kanker leher rahim, Pap smear ini merupakan pemeriksaan non
invasif yang cukup spesifik dan sensitif untuk mendeteksi adanya perubahan
pada sel-sel di leher rahim sejak dini, apalagi bila dilakukan secara teratur.
Cervicography dan tes HPV DNA diusulkan sebagai metode alternatif
bagi skrining kanker leher rahim ini, karena kombinasi antara pap smear dan
cervicography atau tes HPV DNA memberikan sensitivitas yang lebih tinggi
dibanding pap smear saja. Pada umumnya seorang wanita disarankan untuk
melakukan pap smear untuk pertama kali kira-kira 3 tahun setelah melakukan
hubungan seksual yang pertama kali. American College of Obstetricians and
Gynecologist (ACOG) merekomendasikan pap smear dilakukan setiap tahun
bagi wanita yang berumur 21-29 tahun, dan setiap 2-3 tahun sekali bagi
wanita yang berumur lebih dari 30 tahun dengan catatan hasil pap testnya
negatif 3 kali berturut-turut.
Namun apabila seorang wanita mempunyai faktor resiko terkena
kanker leher rahim (misalnya : hasil pap smear menunjukkan
prekanker,terkena infeksi HIV, atau pada saat hamil ibu mengkonsumsi
diethylstilbestrol (DES) maka pap smear dilakukan setiap tahun tanpa
memandang umur. Batasan seorang wanita untuk berhenti melakukan pap
smear menurut American Cancer Society (ACS) adalah apabila sudah
berumur 70 tahun dan hasil pap smear negatif 3 kali berturut-turut selama 10
tahun.
3. Sphygmomanometer dan Stetoscope; Untuk mendeteksi hipertensi.
Risiko hipertensi (tekanan darah tinggi) meningkat seiring
bertambahnya usia, berat badan dan gaya hidup. Tekanan darah tinggi dapat
menyebabkan komplikasi yang cukup parah tanpa ada gejala sebelumnya.
Tekanan darah tinggi juga dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
11
penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Tekanan darah normal adalah
kurang dari 120/80. Tekanan darah cukup tinggi adalah 140/90 atau lebih.
Dan tekanan darah di antara kedua nilai tersebut disebut prehipertensi.
Seberapa sering tekanan darah harus diperiksa tergantung pada seberapa
tinggi nilainya dan apa faktor-faktor risiko lainnya yang dimiliki.
4. Photometer; alat untuk memeriksa kadar gula darah melalui tes darah.
Mula-mula darah diambil menggunakan alat khusus yang ditusukkan
ke jari. Darah yang menetes keluar diletakkan pada suatu strip khusus. Strip
tersebut mengandung zat kimia tertentu yang dapat bereaksi dengan zat gula
yang terdapat dalam darah. Setelah beberapa lama, strip tersebut akan
mengering dan menunjukkan warna tertentu. Warna yang dihasilkan
dibandingkan dengan deret (skala) warna yang dapat menunjukkan kadar
glukosa dalam darah tersebut. Tes ini dilakukan sesudah puasa (minimal
selama 10 jam) dan 2 jam sesudah makan.
5. Plano Test; Untuk mendeteksi kehamilan (memeriksa kadar HCG dalam
darah).
6. EKG (Elektrokardiogram); Untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner.
7. Pita Ukur LILA; Untuk mendeteksi apakah seorang ibu hamil menderita
kekurangan gizi atau tidak dan apakah nantinya akan melahirkan bayi berat
lahir rendah (BBLR) atau tidak.
8. X-ray, pemeriksaan sputum BTA; Untuk mendeteksi penyakit TBC
9. Pemeriksaan fisik Head to Toe; Untuk mendeteksi adanya keadaan abnormal
pada ibu hamil.
10. Rectal toucher; Yang dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi adanya „cancer
prostat‟. Tes skrining mampu mendeteksi kanker ini sebelum gejala-gejalanya
semakin berkembang, sehingga pengobatan/treatmennya menjadi lebih
efektif. Pria dengan resiko tinggi terhadap kanker prostat adalah pria usia 40
tahunan.
11. Pervasive Developmental Disorders Screening Test PDDST – II; PDDST-II
adalah salah satu alat skrening yang telah dikembangkan oleh Siegel B. dari
Pervasive Developmental Disorders Clinic and Laboratory, Amerika Serikat
sejak tahun 1997.
12
(Bustan, 2000).
Kriteria Evaluasi.
1. Validitas
Suatu alat (test) skrining yang baik adalah mempunyai tingkat validitas
dan reliabilitas yang tinggi, yaitu mendekati 100%. Validitas adalah kemampuan
dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang benar sakit terhadap yang
sehat. Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan
yang sebenarnya (sehat atau sakit). Validitas berguna karena biaya screening lebih
murah daripada test diagnostik. Komponen Validitas diantaranya adalah:
 Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka
yang positif betul-betul sakit.
 Spesivicitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka
yang negatif betul-betul tidak sakit.
(Budiarto dan Anggraeni, 2003).
Gambar 2. 2 Hubungan antara Sensitivitas dan Spesifisitas (kurva atas
menggambarkan distribusi diantara individu sehat, kurva bawah distribusi
diantara individu sakit).
k
POPULASISAKIT DIKLASIFIKASI SEBAGAI
SAKIT
SEHAT,
DIKLASIFIKASI
SEBAGAI SEHAT
(POSITIF PALSU)
SAKIT, DIKLASIFIKASI SEBAGAI SAKIT
SAKIT,
DIKLASIFIKASI
SEBAGAI SEHAT
(NEGATIF PALSU)
13
Gambar diatas mengilustrasikan secara skematis interdependensi (saling
ketergantungan) dari sensitifitas dan spesifitas. asumsinya adalah bahwa diagnosis
didasarkan pada suatu variabel terukur yang distribusinya untuk bagian populasi
yang sakit dan sehat berbeda. Individu-individu yang nilainya diatas titik potong
(cut-off point) k dari ukuran diagnosis diklasifikasi sebagai sakit. Bila area
dibawah tiap grafik sama dengan 100%, bagian kiri dari grafik yang diatas sesuai
dengan spesifitas dan bagian kanan dari grafik yang dibawah sesuai dengan
sensitivitas. Bila persyaratan untuk seorang individu diklasifikasi sebagai sakit
diperketat, yaitu bila k digerakkan kekiri, sensitivitas akan berkurang.
Besarnya nilai kedua parameter tersebut tentunya ditentukan dengan alat
diagnostik diluar tes penyaringan. Kedua nilai tersebut saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya, yakni bila sensitivitas meningkat, maka spesifisitas akan
menurun, begitu pula sebaliknya. Untuk menentukan batas standar yang
digunakan pada tes penyaringan, harus ditentukan tujuan penyaringan, apakah
mengutamakan semua penderita terjaring termasuk yang tidak menderita, ataukah
mengarah pada mereka yang betul-betul sehat (Budiarto dan Anggraeni, 2003).
Selain kedua nilai tersebut, dalam memilih tes untuk skrining dibutuhkan
juga nilai prediktif (Predictive Values). Nilai prediktif adalah besarnya
kemungkinan dengan menggunakan nilai sensitivitas dan spesivitas serta
prevalensi dengan proporsi penduduk yang menderita. Nilai prediktif value
terbagi menjadi dua, yaitu:
 Nilai Prediktif Positif (NPP)
Nilai Prediktif Positif (NPP) atau Predictive Positive Value (PPV) adalah
porsentase dari mereka dengan hasil tes positive yang benar benar sakit, artinya
mereka dengan tes positif juga menderita penyakit, sedangkan nilai prediktif
negatif artinya mereka yang dinyatakan negatif juga ternyata tidak menderita
penyakit.
Rumus:
NPP = PS / (PS + PP)
14
 Nilai Prediktif Negatif (NPN)
Nilai Prediktif Negatif (NPN) atau Negative Prediktive Value (NPV) adalah
porsentase dari mereka dengan hasil tes negatif yang benar benar tidak sakit,
sangat dipengaruhi oleh besarnya prevalensi penyakit dalam masyarakat
dengan ketentuan, makin tinggi prevalensi penyakit dalam masyarakat, makin
tinggi pula nilai prediktif positif dan sebaiknya.
Rumus:
NPN = NS / (NS + NP)
Sebuah program skrining yang efektif akan menggunakan pemeriksaan
yang mampu membedakan antara individu yang sakit dan yang sehat. Hal ini
dikenal sebagai validitas skrining. Untuk mengukur uji validitas, digunakan hasil
skrining dibandingkan dengan baku emas (gold standard) dari pemeriksaan yang
dilakukan. Hasil dari uji validitas adalah didapatkannya nilai sensitivitas dan
spesifisitas. Berikut ini gambar yang menunjukkan perhitungan sensitivitas dan
spesifisitas dalam skrining.
Gambar 2. 3 Perhitungan Validitas Uji Skrining
Gambar 2. 4 Contoh Perhitungan Spesifisitas Sensitivitas
15
Gambar 2. 5 Contoh Perhitungan Spesifisitas
(Budiarto dan Anggraeni, 2003).
2. Reliabilitas
Jika tes yang dilakukan secara kontinyu menunjukan hasil yang konsisten,
maka dapat dikatakan reliable. Variabilitas ini dipengaruhi oleh beberapa factor :
1. Variabilitas yang dapat ditimbulkan oleh:
a. Stabilitas reagen
b. Stabilitas alat ukur yang digunakan
Stabilitas reagen dan alat ukur sangat penting karena makin stabil
reagen dan alat ukur, makin konsisten hasil pemeriksaan. Oleh karena itu,
sebelum digunakan hendaknya kedua hasil tersebut ditera dan diuji ulang
ketepatannya.
2. Variabilitas orang yang diperiksa. Kondisi fisik, psikis, stadium penyakit
atau status penyakit dalam masa tunas. Misalnya: lelah, kurang tidur, marah,
sedih, gembira, penyakit yang berat, dan penyakit yang sedang bertunas.
Umumnya variasi ini sulit untuk diukur terutama faktor psikis.
3. Variabilitas pemeriksa. Variasi pemeriksa dapat berupa:
a. Variasi interna, merupakan variasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan
yang dilakukan secara berulang-ulang oleh orang yang sama.
16
b. Variasi eksterna ialah variasi yang terjadi bila satu sediaan dilakukan
pemeriksaan oleh beberapa orang.
Upaya untuk mengurangi berbagai variasi diatas dapat dilakukan dengan
mengadakan:
1. Standarisasi reagen dan alat ukur.
2. Latihan intensif pemeriksa.
3. Penentuan criteria yang jelas.
4. Penerangan kepada orang yang diperiksa.
5. Pemeriksaan dilakukan dengan cepat.
3. Yield
Yield merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai
hasil dari skrining. Hasil ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut (Budiarto,
2003):
1. Sensitivitas alat skrining.
2. Prevelansi penyakit yang tidak tampak.
3. Skrining yang sudah pernah dilakukan sebelumnya.
4. Kesadaran masyarakat.
Bila alat yang digunakan untuk skrining mempunyai sensitivitas yang
rendah, akan dihasilkan sedikit negatif semu yang berarti sedikit pula penderita
yang tidak terdiagnosis. Hal ini dikatakan bahwa skrining dengan yield yang
rendah. Sebaliknya, bila alat yang digunakan mempunyai sensitivitas yang tinggi,
akan menghasilkan yield yang tinggi. Jadi, sensitivitas alat dan yield mempunyai
korelasi yang positif. Makin tinggi prevelensi penyakit tanpa gejala yang terdapat
di masyarakat akan meningkatkan yield, terutama pada penyakit kronis seperti
TBC, karsinoma, hipertensi, dan diabetes mellitus. Bagi penyakit-penyakit yang
jarang dilakukan skrining akan mendapatkan yield yang tinggi karena banyaknya
penyakit tanpa gejala yang terdapat di masyarakat. Sebaliknya jika suatu penyakit
telah dilakukan skrining sebelumnya maka yield akan rendah karena banyak
penyakit tanpa gejala yang telah didiagnosis. Kesadaran yang tinggi terhadap
masalah kesehatan masyarakat akan meningkatkan pastisipasi dalam uji skrining
17
sehingga kemungkinan banyak penyakit tanpa gejala yang dapat terdeteksi dengan
demikian yield akan meningkat.
Ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan saat ingin melakukan
kegiatan skrining yaitu:
1. Penyakit atau kondisi yang sedang diskrining harus merupakan masalah
medis utama.
2. Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit
yang terungkap saat proses skrining dilakukan.
3. Harus tersedia akses kefasilitasan dan pelayanan perawatan kesehatan untuk
diagnosis dan pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan.
4. Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali dengan keadaan
awal dan selanjutnya dapat diidentifikasi.
5. Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit.
6. Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat umum.
7. Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami termasuk fase
regular dan perjalanan penyakit dengan periode awal yang dapat
diidentifikasi melalui uji.
8. Kebijakan, prosedur, dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan
siapa yang harus dirujuk untuk pemeriksaan, diagnosis, dan tindakan lebih
lanjut.
9. Proses harus cukup sederhana sehingga sebagian besar kelompok mau
berpartisipasi.
10. Screening jangan dijadikan kegiatan yang sesekali saja, tetapi harus
dilakukan dalam proses yang teratus dan berkelanjutan.
11. Alat untuk penanganan.
12. Waktu pelaksanaan tersedia.
13. Pengaplikasian tepat.
14. Mendapat pengobatan segera.
15. Alat diagnosis tersedia.
Ada tiga macam sumber terjadinya penyimpangan pada saat skrining,
yaitu:
18
1. Lead Time Bias adalah interval waktu antara keadaan dapat dideteksi dengan
uji skrining dan saat umumnya keadaan dapat dideteksi melalui keluhan adanya
gejala awal. Deteksi melalui skiring terjadi pada umumnya lebih awal
diandingkan pada saat diagnosis dapat dilakukan, tanpa menunda saat kejadian
terjadi. Dengan penemuan kasus melalui skrining seolah-olah memperpanjang
interval antara waktu diagnosis dapat dibuat sampai kematian terjadi.
2. Lengt Bias. Kasus yang terdeteksi melalui program skrining cenderung
memiliki tahap presimptomatik atau subklinik lebih panjang dibandingkan
dengan mereka yang ditemukan diantara periode penyaringan karena upaya
pribadi.
3. Patient Self-selection Bias yaitu individu-individu yang berperan dalam proses
penyaringan pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan mereka yang
tidak. Karakteristik tersebut mungkin berpengaruh kepada kelangsungan hidup.
(Budiarto, 2003).
Sejarah PT X
PT X Berdasarkan PP No. 2 tahun 1960 dan SK Menteri PUTL No. 5
tanggal 11 Maret 1960, X didirikan dengan nama Perusahaan Negara Bangunan
Widjaja Karja. Kegiatan usaha X pada saat itu adalah pekerjaan instalasi listrik
dan pipa air. Pada tahun 1972, Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja”
berubah menjadi PT X. X kemudian berkembang menjadi sebuah kontraktor
konstruksi dengan menangani berbagai proyek penting seperti pemasangan
jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur. Pada tahun 1982, X
membentuk divisi baru: Divisi Sipil Umum, Divisi Bangunan Gedung, Divisi
Sarana Papan, Divisi Produk Beton dan Metal, Divisi Konstruksi Industri, Divisi
Energy, dan Divisi Perdagangan. Proyek yang ditangani saat itu diantaranya
adalah Gedung LIPI, dan Proyek Bangunan dan Irigasi.
Pada tahun 1997, X mendirikan Entitas Anak yang pertama, yaitu PT X
Beton X mendirikan Entitas Anak yang pertama, yaitu PT X Beton. Pada tahun
2000 Pendirian PT X Realty sebagai pengembangan Divisi Realty. Didirikan pula
PT X Intrade sebagai pengembangan Divisi Industri dan Perdagangan. Tahun
2000, X mendirikan Entitas Anak PT X Gedung yang memiliki spesialisasi dalam
19
bidang usaha pembangunan high-rise building. X mengakuisisi 70,08% saham PT
Catur Insan Pertiwi yang bergerak di bidang Mekanikal Elektrikal dan merubah
namanya menjadi PT X Insan Pertiwi. Tahun 2009, Bersama dengan PT Jasa
Sarana dan PT RMI, mendirikan PT X Jabar Power yang bergerak dalam
pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). X bersama
perusahaan lain berhasil menyelesaikan Jembatan Suramadu yang
menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Madura.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif atau metode pengumpulan data yang
bertujuan untuk mengetahui proses dan tatacara yang umumnya dilakukan untuk
melaksanakan kegiatan skrining terutama pada kasus kecelakaan kerja di Proyek
Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X. Design
penelitian yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara
merupakan usaha kami untuk melakukan re-checking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Dokumentasi merupakan
salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis
dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang
subjek.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1
Jalan : Jalan Gubernur Seobardjo
Kelurahan : Basirih
Kecamatan : Liang Anggang
Kota : Banjarbaru
Provinsi : Kalimantan Selatan
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian di Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan
Trisakti – Liang Anggang PT X pada tanggal 25 Oktober 2017.
21
Kerangka Konsep
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Primer
Analisis Data Primer dengan
Menggunakan Metode Skrining
Angka Kecelakaan
Kerja yang
Menunjukkan
Kesehatan Pekerja
di PT X
Analisis dan
Pembahasan
Selesai
22
BAB IV
ISI
3.1 Hasil
Tabel 4.1 Jumlah Karyawan Pada PT X
Tabel 4.2 Jumlah Kecelakaan Kerja Pada PT X
Keterangan Jumlah (orang)
Karyawan PT X 288
No Bulan Tahun Jumlah Kecelakaan Kerja
1 November 2015
2 Desember 2015
3 Januari 2016
4 Februari 2016
5 Maret 2016
6 April 2016
7 Mei 2016
8 Juni 2016
9 Juli 2016
10 Agustus 2016
11 September 2016
12 Oktober 2016
13 November 2016
14 Desember 2016
15 Januari 2017
16 Februari 2017
17 Maret 2017
18 April 2017
19 Mei 2017
20 Juni 2017
21 Juli 2017
22 Agustus 2017
23 September 2017
24 Oktober 2017
1
23
3.2 PEMBAHASAN
Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih termasuk buruk. Pada
tahun 2004, lebih dari 1700 pekerja meninggal ditempat kerja. Menurut Juan
Somavia, Dirjen ILO, industry konstruksi termasuk paling rentan kecelakaan,
diikuti dengan manufaktur makanan dan minuman. Para ahli menganggap
suatu kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekeja yang salah. Sekarang
anggapan itu telah bergeser bahwwa kecelakaan kerja bersumber kepada
factor-faktor organisasi dan manajemen. Para pekeja dan pegawai mestinya
dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu
kegiatan kerja yang aman. Sejalan dengan teori-teori penyebab kecelakaan
yang terbaru, maka pihak manajemen harus terbaru, maka pihak manajemen
harus bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja para pekerjanya.
Menurut Per Menaker No. 01/1980 tentang K3 pada Konstruksi
Bangunan pasal 3 ayat (1) dan (2), pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan
harus diusahakan pencegahan atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit
akibat kerja terhadap tenaga kerjanya. Sewaktu pekerjaan dimulai harus segera
disusun suatu unit keselamatan dan kesehatan kerja, hal tersebut harus
diberitahukan kepada setiap tenaga kerja. Pada pasal 99 ayat (1) alat-alat
penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuaikan dengan sifat
pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing tenaga kerja harus disediakan
dalam jumlah yang cukup.
Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang
PT X dalam mencegah kemungkinan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja
dan pencemaran lingkungan dengan sasaran zero accident, efisiensi
penggunaan sumber daya dan pencegahan environmental incident melakukan
peningkatan Sistem Manajemen SHE (Safety, Health & Enveronment) secara
berkesinambungan melalui pembelajaran dari praktek-praktek system
manajemen SHE. PT X juga membuat prosedur untuk setiap pekerja yang
mengalami kecelakaan, baik itu secara ringan, berat maupun mengakibatkan
kematian. Sejak tanggal 02 November 2015 hingga tanggal 24 Oktober 2017,
frekuensi zero accident di PT X tercapai 927.547 manhours. Hal ini
24
menyatakan bahwa manajemen K3 di PT X telah terorganisir dengan baik
sesuai dengan Per Menaker No. 01/1980 tentang K3 pada Konstruksi
Bangunan.
25
BAB V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus ini adalah :
1. Skrining kecelakaan kerja yang terjadi di Proyek Pembangunan Jalan
Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X ditinjau dari beberapa
faktor seperti faktor manusia, faktor lingkungan dan faktor interaksi
manusia dan sarana kerja sehingga dilakukan pemeriksaan pada satu atau
sekelompok orang untuk mengklasifikasikan mereka apakah mereka
memiliki gejala gejala yang akan menyebabkan kecelakaan kerja.
2. Tujuan utama skrining adalah mengidentifikasi pekerja sedini mungkin
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang akan terjadi.
3. Penyebab kecelakaan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
manusia, faktor lingkungan dan faktor interaksi dan sarana kerja.
4. Cara pendeteksian dini untuk para pekerja dilakukannya pengecekan
kesehatan, pengecekan alat dan pengecekan sarana transportasi sebelum
memulai bekerja. Asas pencegahan kecelakaan kerja yang dapat dilakukan
oleh pihak pekerja yaitu dengan memakai APD secara sungguh – sungguh
tanpa paksaan, menyadari betapa pentingnya keselamatan kerja serta
mematuhi peraturan yang berlaku di tempat kerja.
4.2 SARAN
Langkah termudah adalah menjaga keamanan dan kualitas alat konstruksi,
pola hidup bersih dan sehat disekitar wilayah kerja, selalu mengutamakan
keselamatan diri dan mematuhi peraturan yang berlaku di tempat kerja.
26
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto dan Anggraeni, 2003.Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Bustan. 2000. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Harlan, Johan. 2006. Informatika Kesehatan. Jakarta : Gunadarma.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 1980. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi No. 01 Tahun 1980. Sekretariat Negara. Jakarta.
Morton, Richard, Richard Hebel, dan Robert J. McCarter. 2008. Panduan Studi
Epidemiologi dan Biostatika. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Mubarak, Wahit Iqbal. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi
dalam Kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sholihah,Q . Aprizal S. H. 2016. Manajemen Epidemiologi Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Banjarmasin : Lambung Mangkurat University Press
Sutrisno, B. 1994. Pengantar Metoda Epidemiologi (Epidemiologi
Lanjut), Volume I. Jakarta: Dian Rakyat.
27
Weraman, Pius. 2010. Dasar Surveilans Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Gramata
Publishing.
X, PT . 2015. Laporan Tahunan PT X. PT X (persero) Tbk
Link:
http://www.X.co.id/pocontent/poupload/AR%20X%20TB%202015_LOW%
208%20MB.pdf
Yang dan Embretson. 2007. Construct Validity and Cognitive Diagnostic
Assessment: Theory and Applications. New York: Cambridge University
Press.
LAMPIRAN
FLOW CHART KESELAMATAN KERJA
MULAI
RISIKO BAHAYA
KECELAKAAN
PEKERJAAN
PERSIAPAN
PEK. GALIAN DAN
TIMBUNAN
All Item Works
PEK. PEMANCANGAN
/ PEMASANGAN PVD
All Item Works
KECELAKAAN
RINGAN
1. Pertolongan pertama P3K.
2. Dibawa ke RS/rawat jalan
BERAT MENINGGAL
1. Ke RS / rawat inap.
2. Pengobatan rutin.
1. Dibawa ke RS / di visum.
2. Dibawa ke keluarga
korban.
3. Asuransi.
REKAMAN KECELAKAAN PPD
PROYEK TRISAKTI
SELESAI
P1
TIDAK
YA
Q1
P4
YA
TIDAK
P2
TIDAK
YA
Q4 Q3
K1 K2 K3
P5
Q5
YA
TIDAK
FLOW CHART PENANGANAN KECELAKAAN RINGAN
snjsnfanmnKECELAKAAN RINGAN
PERTOLONGAN P3K
LAPORAN KE ADMINISTRASI
PROYEK
KORBAN DIBAWA KE RUMAH
SAKIT
RS. UMUM BANJARMASIN
REKAMAN DATA KECELAKAAN
SELESAI
PERLU DIBAWA
KE RUMAH
SAKIT
DIBAWA KE RUMAH SAKIT
RUMAH SAKIT UMUM
BANJARMASIN
(0511 – 3257470, 3252180)
YA TIDAK
FLOW CHART PENANGANAN KECELAKAAN BERAT
snjsnfanmn
KECELAKAAN KERJA
PERTOLONGAN P3K
LAPORAN KE KETUA/SEKR
P2K3 PROYEK
PENANGANAN ADM.
KECELAKAAN OLEH
ADMINISTRASI
LAPOR KE ASURANSI
CLAIM ASURANSI
PEMBERIAN ASURANSI
KORBAN DIBAWA KE RUMAH
SAKIT
RS. UMUM BANJARMASIN
MONITORING PENYAKIT DAN
PERAWATANNYA
PROSES PENYEMBUHAN
REKAMAN DATA KECELAKAAN
SELESAI
FLOW CHART PENANGANAN KECELAKAAN DENGAN KORBAN MENINGGAL DUNIA
snjsnfanmnKECELAKAAN KERJA
MENINGGAL DUNIA
LAPORAN KETUA/SEKR.
P2K3 PROYEK
LAPOR KE POLISI
POLRES BANJARMASIN
(0511 – 3268426)
PEMERIKSANAAN POLISI
SURAT KET. DARI POLISI
PEMBERITAHUAN KE
KELUARGA KORBAN
PERSETUJUAN/
PERMINTAAN
KELUARGA
KORBAN
DIBAWA KE KELUARGA
PEMAKAMAN JENAZAH
DAN PENYELESAIAN
DATA KORBAN
PENGURUSAN ASURANSI
OLEH ADMINISTRASI
PROYEK
PENYELESAIAN KLAIM
ASURANSI
REKAMAN DATA
KECELAKAAN
DIBAWA KE RUMAH
SAKIT UNTUK VISUM
SELESAI
ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2
Skrining kecelakaan kerja epidemiologi
Skrining kecelakaan kerja epidemiologi

More Related Content

What's hot

Contoh surat permohnan pindah kerja
Contoh surat permohnan pindah kerjaContoh surat permohnan pindah kerja
Contoh surat permohnan pindah kerjaBawi Nabawi
 
Daftar sk dan sop bab i sampai dengan bab iii
Daftar sk dan sop bab i sampai dengan bab iiiDaftar sk dan sop bab i sampai dengan bab iii
Daftar sk dan sop bab i sampai dengan bab iiiAddy Citoz
 
Contoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmContoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmKlinikSubanmedika
 
2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas
2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas
2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmasCha Eco
 
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...Kanaidi ken
 
Penyusunan Strategi Advokasi Kesehatan
Penyusunan Strategi Advokasi KesehatanPenyusunan Strategi Advokasi Kesehatan
Penyusunan Strategi Advokasi KesehatanJabfungkes
 
Proposal kegiatan pengajian
Proposal kegiatan pengajianProposal kegiatan pengajian
Proposal kegiatan pengajianMaoellana Rvci
 
Kerangka teori stunting
Kerangka teori stuntingKerangka teori stunting
Kerangka teori stuntingyetiyuwansyah1
 
Basic Life Support ed.1 Kebidanan Magetan
Basic Life Support ed.1 Kebidanan MagetanBasic Life Support ed.1 Kebidanan Magetan
Basic Life Support ed.1 Kebidanan MagetanTriana Septianti
 
SOP Petunjuk pelaksanaan
SOP Petunjuk pelaksanaanSOP Petunjuk pelaksanaan
SOP Petunjuk pelaksanaanRivana Az
 
Renstra puskesmas argapura 2018 2022
Renstra puskesmas argapura 2018 2022Renstra puskesmas argapura 2018 2022
Renstra puskesmas argapura 2018 2022Mohammad Shafari
 
Surat perintah tugas Puskesmas rawang kota sungai penuh provinsi jambi
Surat perintah tugas Puskesmas rawang kota sungai penuh provinsi jambiSurat perintah tugas Puskesmas rawang kota sungai penuh provinsi jambi
Surat perintah tugas Puskesmas rawang kota sungai penuh provinsi jambiOcy Partilova
 

What's hot (20)

Contoh surat permohnan pindah kerja
Contoh surat permohnan pindah kerjaContoh surat permohnan pindah kerja
Contoh surat permohnan pindah kerja
 
Daftar sk dan sop bab i sampai dengan bab iii
Daftar sk dan sop bab i sampai dengan bab iiiDaftar sk dan sop bab i sampai dengan bab iii
Daftar sk dan sop bab i sampai dengan bab iii
 
Tugas konseling 1
Tugas konseling 1Tugas konseling 1
Tugas konseling 1
 
Contoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukmContoh profil indikator mutu ukm
Contoh profil indikator mutu ukm
 
2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas
2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas
2.3.6. sk visi misi, tata nilai dan tujuan puskesmas
 
Proposal Embung Kampung
Proposal Embung KampungProposal Embung Kampung
Proposal Embung Kampung
 
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
 
Penyusunan Strategi Advokasi Kesehatan
Penyusunan Strategi Advokasi KesehatanPenyusunan Strategi Advokasi Kesehatan
Penyusunan Strategi Advokasi Kesehatan
 
asi-eksklusif
asi-eksklusifasi-eksklusif
asi-eksklusif
 
notulen
notulennotulen
notulen
 
Indikator kinerja ukm
Indikator kinerja ukmIndikator kinerja ukm
Indikator kinerja ukm
 
Proposal kegiatan pengajian
Proposal kegiatan pengajianProposal kegiatan pengajian
Proposal kegiatan pengajian
 
Kerangka teori stunting
Kerangka teori stuntingKerangka teori stunting
Kerangka teori stunting
 
Basic Life Support ed.1 Kebidanan Magetan
Basic Life Support ed.1 Kebidanan MagetanBasic Life Support ed.1 Kebidanan Magetan
Basic Life Support ed.1 Kebidanan Magetan
 
SOP Petunjuk pelaksanaan
SOP Petunjuk pelaksanaanSOP Petunjuk pelaksanaan
SOP Petunjuk pelaksanaan
 
Ppt stunting niken
Ppt stunting nikenPpt stunting niken
Ppt stunting niken
 
Lokmin puskesmas
Lokmin puskesmasLokmin puskesmas
Lokmin puskesmas
 
Renstra puskesmas argapura 2018 2022
Renstra puskesmas argapura 2018 2022Renstra puskesmas argapura 2018 2022
Renstra puskesmas argapura 2018 2022
 
Sejarah Dan Perkembangan Epidemiologi
Sejarah Dan Perkembangan EpidemiologiSejarah Dan Perkembangan Epidemiologi
Sejarah Dan Perkembangan Epidemiologi
 
Surat perintah tugas Puskesmas rawang kota sungai penuh provinsi jambi
Surat perintah tugas Puskesmas rawang kota sungai penuh provinsi jambiSurat perintah tugas Puskesmas rawang kota sungai penuh provinsi jambi
Surat perintah tugas Puskesmas rawang kota sungai penuh provinsi jambi
 

Similar to Skrining kecelakaan kerja epidemiologi

Yustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lkYustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lkrundee87
 
Makalah epidemiologi kel5
Makalah epidemiologi kel5Makalah epidemiologi kel5
Makalah epidemiologi kel5azizahrahmasari
 
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...Raissa Rosadi
 
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...mariaseptiamemorini
 
HUBUNGAN ANTARA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PENYAKIT MALARIA DI DAERAH PT ...
HUBUNGAN ANTARA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PENYAKIT MALARIA DI DAERAH PT ...HUBUNGAN ANTARA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PENYAKIT MALARIA DI DAERAH PT ...
HUBUNGAN ANTARA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PENYAKIT MALARIA DI DAERAH PT ...laskarenviro12
 
189771011201109521
189771011201109521189771011201109521
189771011201109521Agus Witono
 
Gejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatan
Gejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatanGejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatan
Gejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatanMuhammad Rizkyanto
 
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...Reski Aprilia
 
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...Dicky Audi
 
163182708201011241
163182708201011241163182708201011241
163182708201011241Agus Witono
 
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Satria Anugerah Suhendra
 
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampungBenze Aris
 
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...Uofa_Unsada
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...Aulia Rahma
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...Aulia Rahma
 
Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...
Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...
Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...rina0107
 
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)Dina Puspita Sari
 

Similar to Skrining kecelakaan kerja epidemiologi (20)

Yustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lkYustinus krisna kusnendar lk
Yustinus krisna kusnendar lk
 
Makalah epidemiologi kel5
Makalah epidemiologi kel5Makalah epidemiologi kel5
Makalah epidemiologi kel5
 
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...
HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAPARAN KEBISINGAN MENURUT MASA KERJA DENGAN KELUHAN G...
 
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
TINJAUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA PADA PENAMBANGAN INTAN AK...
 
HUBUNGAN ANTARA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PENYAKIT MALARIA DI DAERAH PT ...
HUBUNGAN ANTARA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PENYAKIT MALARIA DI DAERAH PT ...HUBUNGAN ANTARA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PENYAKIT MALARIA DI DAERAH PT ...
HUBUNGAN ANTARA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN PENYAKIT MALARIA DI DAERAH PT ...
 
Tugas besar ekotoksikologi bandara
Tugas besar ekotoksikologi bandaraTugas besar ekotoksikologi bandara
Tugas besar ekotoksikologi bandara
 
189771011201109521
189771011201109521189771011201109521
189771011201109521
 
Gejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatan
Gejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatanGejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatan
Gejala ispa pada pekerja pengecatan teralis di wilayah banjarbaru selatan
 
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
SISTEM DAN MEKANISME PENGELOLAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PELAKSA...
 
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
KEJADIAN MALARIA AKIBAT AKTIVITAS PERTAMBANGAN DI KECAMATAN KINTAP KABUPATEN ...
 
163182708201011241
163182708201011241163182708201011241
163182708201011241
 
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
Faktor faktor lingkungan kerja di lab. makalah k3 industri satria as (ulm)
 
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
101142739 teknik-dan-analisa-usaha-pembenihan-udang-vaname-di-pt-cpb-lampung
 
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN PENERAPAN K3 (KESELAMATAN, KESEHATAN, KECELAKAAN KE...
 
LAPORAN TUGAS UMUM
LAPORAN TUGAS UMUMLAPORAN TUGAS UMUM
LAPORAN TUGAS UMUM
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU PT PERTAMINA (PERSER...
 
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
EKOTOKSIKOLOGI PENGUJIAN PARAMETER AIR DAN UDARA DI DPPU SYAMSUDDIN NOOR PT P...
 
Skripsi kelompok 3 epidemiologi
Skripsi kelompok 3 epidemiologiSkripsi kelompok 3 epidemiologi
Skripsi kelompok 3 epidemiologi
 
Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...
Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...
Laporan observasi lapangan kepatuhan penggunaan apd terhadap penyebaran penya...
 
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
HUBUNGAN KUALITAS LINGKUNGAN TERHADAP PENULARAN TUBERKULOSIS (TB)
 

Skrining kecelakaan kerja epidemiologi

  • 1. SKRINING KECELAKAAN KERJA EPIDEMIOLOGI KESEHATAN LINGKUNGAN DI PT X PROYEK PEMBANGUNAN JALAN AKSES PELABUHAN TRISAKTI LIANG ANGGANG (KALIMANTAN SELATAN) UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN BANJARBARU 2017
  • 2. TUGAS BESAR EPIDEMIOLOGI SKRINING Dan Penerapannya Pada Proses Skrining Kecelakaan Kerja Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Di PT X Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti Liang Anggang (Kalimantan Selatan) Dosen Mata Kuliah: Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp, ST., M.Kes Disusun Oleh Kelompok 2: Lenalda Febriany Santosa H1E115036 Lilis Suryani H1E115037 Rizqurrahman H1E115208 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN BANJARBARU 2017
  • 3. i REKTOR UNLAM Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc NIP.19660331 199102 1 001 WAKIL REKTOR 1 Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si NIP. 19671231 199512 1 002 WAKIL REKTOR 2 Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D NIP. 196001101986032001 WAKIL REKTOR 3 Dr. Ir. H.Abrani Sulaiman, M.Sc. NIP. 196401051990031023 WAKIL REKTOR 4 Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc NIP. 196707161992031002 DEKAN FAKULTAS TEKNIK Dr.Ing Yulian Firmana Arifin, S.T.,M.T NIP. 19750719 200003 1 002 KETUA PRODI TEKNIK LINGKUNGAN Dr. Rony Riduan, S.T., M.T NIP. 19761017 199903 1 003 DOSEN MATA KULIAH EPIDEMOLOGI Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp., S.T., Mkes. NIP. 19780420 200501 2 002 Rizqurrahman H1E115208 Lilis Suryani H1E115037 Lenalda Febriany Santosa H1E115036 Mahasiswa teknik lingkungan angkatan 2015 DOSEN MATA KULIAH EPIDEMOLOGI Rd. Indah Nirtha Nilawati N.P.S, ST., M.Si NIP. 19770619 200801 2 019
  • 4. ii Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada : 1. Rektor Universitas Lambung Mangkurat : Prof. Dr. H. SutartoHadi, M.Si, M.Sc. 2. wakil rektor 1 Universitas Lambung Mangkurat Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si 3. Wakil rektor 2 Universitas Lambung Mangkurat Dr. Hj Aslamiah, M.Pd., Ph.D 4. Wakil rektor 3Universitas Lambung Mangkurat Dr. Ir. H.Abrani Sulaiman, M.Sc.
  • 5. iii 5. Wakil rektor 4 Universitas Lambung Mangkurat Prof. Dr. Ir. H. Yudi Firmanul Arifin, M.Sc 6. Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat : Dr-Ing Yulian FirmanaArifin, ST., MT. 7. Kepala Prodi TeknikLingkungan Universitas Lambung Mangkurat : Dr. Rony Riduan, ST., MT. 8. Dosen Mata Kuliah Epidemiologi : Prof. Dr. Ir. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp, ST., M.Kes
  • 6. iv 9. Dosen Mata Kuliah Epidemiologi : Rd. Indah Nirtha Nilawati N.P.S, ST., M.Si 10. AnggotaKelompok :  Lenalda Febriany Santosa  Lilis Suryani  Rizqurrahman
  • 7. v KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya makalah yang berjudul “Skrining” ini dapat diselesaikan tepat waktu. Makalah ini diajukan sebagai tugas mata kuliah Epidemeologi. Didalam makalah ini Penulis memaparkan definisi skrining serta contoh pelaksanaan skrining pada kasus-kasus yang berkaitan dalam teknik lingkungan. Dalam penulisan makalah ini, Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis merasa berkewajiban dan perlu menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan, kepada yang terhormat : 1. Bapak Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M. Si, M. Sc selaku rektor Universitas Lambung Mangkurat. 2. Bapak DR. Ing. Yulian Firmana Arifin, ST. MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. 3. Bapak Chairul Irawan, ST., MT., Ph.D selaku PD I Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. 4. Bapak Dr. Andy Mizwar, ST., M.Si selaku PD II Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. 5. Bapak Nurhakim, ST. MT selaku PD III Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. 6. Bapak Rony Ridwan, ST. MT selaku Kepala Prodi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat. 7. Ibu Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp selaku Dosen mata kuliah Epidemiologi. 8. Ibu Rd. Indah Nirta, ST., M.Si selaku Dosen mata kuliah Epidemiologi. 9. Pihak PT X yang telah memberikan bantuan serta dukungan dalam pengerjaan makalah ini. 10. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam pengerjaan makalah ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Banjarbaru, Desember 2017 Penulis
  • 8. vi DAFTAR ISI Halaman STRUKTUR JABATAN ................................................................................. i KATA PENGANTAR ..................................................................................... v DAFTAR ISI.................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii DAFTAR TABEL............................................................................................ viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1 B. Rumusan Masalah.................................................................. 2 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 2 D. Manfaat Penelitian ................................................................. 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 4 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penenlitian...................................................................... 20 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................... 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian........................................................................... 22 4.2Pembahasan ................................................................................ 23 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN............................................................................ 25 5.2 SARAN........................................................................................ 25 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ....... 26 LAMPIRAN…………………………………………………………………..
  • 9. vii DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Bagan Proses Pelaksaan Skrining ..................................................... 8 Gambar 2.2 Hubungan antara Sensitivitas dan Spesifisitas ................................... 12 Gambar 2. 3 Perhitungan Validitas Uji Skrining............................................ 14 Gambar 2. 4 Contoh Perhitungan Spesifisitas Sensitivitas.............................. 14 Gambar 2. 5 Contoh Perhitungan Spesifisitas................................................. 15
  • 10. viii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Jumlah Karyawan pada PT X ............................................................... 22 Tabel 4.2 Jumlah Kecelakaan Kerja pada PT X .................................................... 22
  • 11. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemiologi berasal dari bahasa yunani kuno, yaitu epi yang berarti diantara, demos yang berarti masyarakat, dan logos yang berarti kajian. Jadi epidemiologi dapat kita artikan sebagai kajian tentang apa yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat.Epidemiologi merupakan ilmu pengetahuan terapan yang mempelajari tentang timbulnya penyakit atau masalah kesehatan yang menimpa masyarakat.dimana ilmu pengetahuan epidemiologi digunakan community health nursing CHN sebagai alat meneliti dan mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan evaluasi literatur riset epidemiologi. Pengetahuan ini memberi kerangka acuan untuk perencanaan dan evaluasi program intervensi masyarakat, mendeteksi segera dan pengobatan penyakit, serta meminimalkan kecacatan (Ferasyi, 2012). Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu alat atau program dalam upaya untuk mencapai derajat kesehatan kerja yang setinggi-tingginya yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja. Demikian halnya dengan PT.X yang berupaya untuk meningkatkan kesejateraan pekerjanya dengan mempertimbangkan jumlah yang cukup banyak, tipe aktivitas produksi, luasnya areal kerja dan kesulitan dalam sistem produksi. Oleh karena itu, perusahaan menganggap perlu untuk membentuk suatu departemen yang khusus untuk memparhatikan keselamatan dan kesehatan kerja bagi seluruh karyawan yang diberi nama yaitu Departemen Loss Prevention and Control ( LP&C).Keselamatan kerja juga merupakan suatu hal yang sangat sensitive dalam kaitanya dengan usaha peningkatan produksi yang ditandai dengan tuntutan untuk meningkatkan efisiesensi dan produktivitas faktor manusia dalam sistem produksi. Proses produksi menuntut jadwal dan tindakan yang cepat dan tepat. Kondisi ini menyebabkan perlunya tindakan-tindakan penyelamatan apabila terjadi kecelakaan kerja, karena kecelakaan kerja dapat menghambat proses produksi dengan hilangnya jam kerja karyawan serta adanya kerugian material ataupun jiwa. Namun demikian pendeteksian dini terjadinya kecelakaan
  • 12. 2 (preventive) harus lebih dahulu dilakukan. Tempat serta lingkungan kerja juga sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya tingkat produktivitas para pekerja. Lingkungan dan tempat kerja yang baik dapat memberikan semangat ketenangan bagi para pekerja sehingga tercapai tingkat produktivitas yang tinggi. Pada laporan ini akan dibahas tentang skrining tingkat keselamatan kerja di Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X. Keselamatan kerja merupakan keselamatan yang berhubungan dengan mesin, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan kondisi lingkungannya, keselamatan kerja bertujuan untuk : 1. Melindungi tenaga kerja atas hak dan keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi. 2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja. 3. Sumber-sumber produksi terpelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. (Sabdoadi,1999) Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X merupakan proyek pembangunan jalan yang memerlukan alat-alat berat seperti excavator, loader, asphalt mixing plant, dump truck dan lain-lain dalam pengerjaannya. Penggunaan alat-alat berat tersebut memerlukan sumbedaya yang memiliki keahlian dan berpengalaman dalam pengoperasiannya agar pembangunan proyek dapat berjalan lancar. Pengoperasian alat juga harus menyesuaikan dengan kondisi jalan, bahan yang digunakan dan kondisi alam seperti cuaca. Pada awal pembangunan Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X, kondisi jalan yang bergelombang dan rusak rawan untuk terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan. Data yang tercatat, kondisi lingkungan sekitar konstruksi yang berdebu membuat para pekerja mengeluhkan sakit sepeti pusing, flu, batuk, dll. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana skrining kecelakaan kerja di Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X ?
  • 13. 3 2. Bagaimana cara uji skrining pada keselamatan kerja di Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X? 3. Apa penyebab kecelakaan kerja di Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X? 4. Bagaimana cara pendeteksian dini dan penanggulangan kecelakaan kerja di Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun Tujuan dari Penelitian ini Adalah : 1. Mengetahui bagaimana skrining kecelakaan kerja di Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X 2. Mengetahui uji skrining pada kecelakaan kerja 3. Mengetahui penyebab kecelakaan kerja 4. Mengetahui cara pendeteksian dini dan penanggulangan kecelakaan kerja 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari Penelitian ini adalah : 1. Dapat mengetahui bagaimana skrining kecelakaan kerja di Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X 2. Dapat mengetahui uji skrining pada kecelakaan kerja 3. Dapat mengetahui penyebab kecelakaan kerja 4. Dapat mengetahui cara pendeteksian dini dan penanggulangan kecelakaan kerja
  • 14. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DEFINISI SKRINING Skrining adalah upaya yang dilakukan untuk menemukan suatu penyakit secara aktif pada orang-orang yang tidak menunjukkan adanya gejala dan terlihat Nampak sehat dengan cara menguji, memeriksa, atau prosedur lain yang dapat dilakukan dengan cepat. Skrining bukanlah penetapan diagnosis, akan tetapi apabila dari pemeriksaan menunjukkan hasil positif atau kemungkinan mengidap suatu penyakit perlu dilakukan tindakan atau pemeriksaan lebih lanjut (Sutrisno,1994). Skrining merupakan suatu pemeriksaan asimptomatik(tidak menunjukkan gejala) pada satu atau sekelompok orang untuk mengklasifikasikan mereka dalam kategori yang diperkirakan mengidap atau tidak mengidap penyakit (Rajab,2009). Tes skrining merupakan salah satu cara yang digunakan pada epidemiologi untuk mengetahui jumlah kasus suatu penyakit yang tidak dapat didiagnosis atau keadaan ketika jumlah angka penyakit tinggi pada sekelompok individu atau masyarakat yang berisiko tinggi serta pada keadaan yang kritis dan serius memrlukan penanganan segera. Namun demikian, masih harus dilengkapi dengan pemeriksaan lain untuk menentukan diagnosis secara pasti (Chandra, 2009). Skrining adalah usaha mendeteksi atau menemukan penderitaan penyakit tertentu yang gejalanya tidak terlalu Nampak dalam suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan secara sederhana untuk dapat memisahkan mereka yang betul-betul sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita. Skrining tes merupakan suatu tes sederhana yang diterapkan pada sekelompok populasi tertentu (yang relatif sehat) dan bertujuan untuk mendeteksi mereka yang mempunyai keungkinan cukup tinggi menderita penyakit yang sedang diamati (disease under study) sehingga kepada mereka dapat dilakukan diagnosis lengkap dan selanjutnya bagi mereka yang menderita penyakit tersebut dapat diberikan pengobata secara dini (Noor, 2008). Skrining adalah suatu usaha mencari/mendeteksi penderita penyakit tertentu yang tanpa gejala dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu
  • 15. 5 tes/pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan. 2.2 TUJUAN DAN MANFAAT SKRINING Uji skrining digunakan untuk mengidentifikasi suatu penanda awal perkembangan penyakit sehingga intervensi dapat diterapkan untuk mengha mbat proses penyakit. Selanjutnya, akan digunakan istilah “penyakit” untuk menyebut setiap peristiwa dalam proses penyakit, termasuk perkembangannya atau setiap komplikasinya. Pada umumnya, skrining dilakukan hanya ketika syarat-syarat terpenuhi, yakni penyakit tersebut merupakan penyebab utama kematian dan kesakitan, terdapat sebuah uji yang sudah terbukti dan dapat diterima untuk mendeteksi individu- individu pada suatu tahap awal penyakit yang dapat dimodifikasi, dan terdapat pengobatan yang aman dan efektif untuk mencegah penyakit atau akibat-akibat penyakit (Morton, 2008). Tujuan skrining adalah untuk mengidentifikasi penyakit yang asimptomatis (tanpa gejala), atau faktor risiko penyakit, dengan menguji populasi yang belum mengalami gejala klinis. Secara umum Tujuan Skrining adalah untuk mengura ngi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Program diagnosis dan pengobatan dini hampir selalu diarahkan kepada penyakit tidak menular, seperti tingkatan prevensi penyakit, deteksi dan pengobatan dini yang termasuk dalam tingkat prevensi sekunder. Berikut tujuan dari skrining secara lebih detail: 1. Untuk Menemukan orang yang terdeteksi menderita suatu penyakit sedini mungkin sehingga dapat dengan segera memperoleh pengobatan. 2. Untuk Mencegah meluasnya penyakit dalam masyarakat. 3. Untuk Mendidik dan membiasakan masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin. 4. Untuk Mendidik dan memberikan gambaran kepada petugas kesehatan tentang sifat penyakit dan untuk selalu waspada melakukan pengamatan terhadap gejala dini.
  • 16. 6 5. Untuk Mendapatkan keterangan epidemiologis yang berguna bagi klinis dan peneliti. (Harlan, 2006). Secara garis besar, uji skrining ialah cara untuk mengidentifikasi penyakit yang belum tampak melalui tes atau pemeriksaan atau prosedur lain yang dapoat dengan cepat memisahkan antara orang yang mungkin menderita penyakit dengan orang orang yang mungkin tidak menderita. Jadi, tes untuk uji skrining tidak dimaksudkan untuk mendiagnosis sehingga pada hasil tes uji skrining yang positif harus dilakukan pemeriksaan yang lebih intensif untuk menentukan apakah yang bersangkutan memang sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak membahayakan bagi dirinya maupun lingkungannya, khususnya bagi penyakit- penyakit menular (Mubarak, 2012). Untuk dapat melakukan proses skrining, diharuskan memenuhi beberapa kriteria atau ketentuan-ketentuan khusus yang merupakan persyaratan suatu tes skrining, antara lain : a. Penyakit yang dituju harus merupakan masalah kesehatan yang berarti dalam masyarakat dan dapat mengancam derajat kesehatan masyarakat tersebut. b. Tersedianya obat yang potensial dan memungkinkan pengobatan bagi mereka yang dinyatakan menderita penyakit sesudah mengalami tes. Keadaan penyediaan obat dan jangkauan biaya pengobatan dapat mempengaruhi tingkat atau kekuatan tes yang dipilih. c. Tersedianya fasilitas dan biaya untuk diagnosis pasti bagi mereka yang dinyatakan positif terserang penyakit dan ketersediaan biaya pengobatan bagi mereka yang dinyatakan positif dari hasil diagnosis klinis. d. Tes penyaringan, terutama ditujukan pada penyakit yang masa latennya cukup lama dan dapat diketahui melalui pemeriksaan atau tes khusus. e. Tes penyaringan hanya dilakukan bila memenuhi syarat untuk tingkat sensitivitas dan spesifitasnya karena kedua hal tersebut merupakan standar untuk mengetahui apakah disuatu daerah yang dilakukan skrining berkurang atau malah bertambah frekuensi endemiknya.
  • 17. 7 f. Semua bentuk atau teknis dan cara pemeriksaan dalam tes penyaringan harus dapat diterima oleh masyarakat secara umum. g. Sifat perjalanan penyakit yang akan dilakukan tes harus diketahui denan pasti. h. Adanya suatu nilai standar yang telah disepakati bersama tentang mereka yang dinyatakan menderita penyakit tersebut. i. Biaya yang digunakan dalam melakukan tes penyaringan sampai pada titik akhir pemeriksaan harus seimbang dengan resiko biaya bila tanpa melakukan tes tersebut. j. Harus memungkinkan untuk diadakan pemantauan (follow up) tentangpenyak it tersebut serta penemuan penderita secara berkesinambungan (Noor, 2008). 2.3 PROSES DAN PELAKSANAAN SKRINING Bentuk pelaksanaan skrining diantaranya adalah: 1. Mass screening adalah skrining secara masal pada masyarakat tertentu. 2. Selective screening adalah skrining secara selektif berdasarkan kriteria tertentu, contoh pemeriksaan Ca paru pada perokok; pemeriksaan Ca servik pada wanita yang sudah menikah. 3. Single disease screening adalah skrining yang dilakukan untuk satu jenis penyakit. 4. Multiphasic screening adalah skrining yang dilakukan untuk lebih dari satu jenis penyakit contoh pemeriksaan IMS. (Harlan, 2006).
  • 18. 8 Gambar 2.1 Bagan Proses Pelaksaan Skrining Pada sekelompok individu yang tampak sehat dilakukan pemeriksaan (tes) dan hasil tes dapat positif dan negatif. Individu dengan hasil negatif pada suatu saat dapat dilakukan tes ulang, sedangkan pada individu dengan hasil tes positif dilakukan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik dan bila hasilnya positif dilakukan pengobatan secara intensif, sedangkan individu dengan hasil tes negatif. dapat dilakukan tes ulang dan seterusnya sampai penderita semua penderita terjaring. Tes skrining pada umumnya dilakukan secara masal pada suatu kelompok populasi tertentu yang menjadi sasaran skrining. Namun demikian bila suatu penyakit diperkirakan mempunyai sifat risiko tinggi pada kelompok populasi tertentu, maka tes ini dapat pula dilakukan secara selektif (misalnya khusus pada wanita dewasa) maupun secara random yang sarannya ditujukan terutama kepada mereka dengan risiko tinggi. Tes ini dapat dilakukan khusus untuk satu jenis penyakit tertentu, tetapi dapat pula dilakukan secara serentak untuk lebih dari satu penyakit (Noor, 2008). Uji skrining terdiri dari dua tahap, tahap pertama melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi menderita penyakit dan bila hasil tes negatif maka dianggap orang tersebut tidak menderita penyakit. Bila hasil tes positif maka dilakukan pemeriksaan tahap kedua yaitu pemeriksaan diagnostik yang bila hasilnya positif maka dianggap sakit dan mendapatkan pengobatan, tetapi bila hasilnya negatif maka dianggap tidak sakit dan tidak memerlukan pengobatan. Bagi hasil pemeriksaan yang negatif dilakukan
  • 19. 9 pemeriksaan ulang secara periodik. Ini berarti bahwa proses skrining adalah pemeriksaan pada tahap pertama. Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk skrinig dapat berupa pemeriksaan laboratorium atau radiologis, misalnya : a. Pemeriksaan gula darah. b. Pemeriksaan radiologis untuk uji skrining penyakit TBC. Pemeriksaan diatas harus dapat dilakukan: 1. Dengan cepat tanpa memilah sasaran untuk pemeriksaan lebih lanjut (pemeriksaan diagnostik). 2. Tidak mahal. 3. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan. 4. Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa. (Budiarto dan Anggraeni, 2003). Namun jika dalam pelaksanaanya tidak berpengaruh terhadap perjalanan penyakit, usia saat terjadinya stadium lanjut penyakit atau kematian tidak akan berubah, walaupun ada perolehan lead time, yaitu periode dari saat deteksi penyakit (dengan skrining) sampai dengan saat diagnosis seharusnya dibuat jika tidak ada skrining. Contoh dari pelaksanaan skrinning diantaranya adalah: 1. Mammografi dan Termografi; Untuk mendeteksi Ca Mammae. Kadangkala dokter-dokter juga menganjurkan penggunaan dari screening magnetic resonance imaging (MRI) pada wanita-wanita lebih muda dengan jaringan payudara yang padat. 2. Pap smear; Pap smear merupakan kepanjangan dari Papanicolau test. Tes ini ditemukan oleh Georgios Papanikolaou. Tes ini merupakan tes yang digunakan untuk melakukan skrening terhadap adanya proses keganasan (kanker) pada daerah leher rahim (servik). Peralatan yang digunakan yaitu; spatula/sikat halus, spekulum, kaca benda, dan mikroskop. Mengapa perlu skrining? Kanker leher rahim merupakan kanker yang paling sering dijumpai pada wanita setelah kanker payudara. Kanker ini termasuk penyebab kematian terbanyak akibat kanker.
  • 20. 10 Secara internasional setiap tahun terdiagnosa 500.000 kasus baru. Seperti halnya kanker yang lain, deteksi dini merupakan kunci keberhasilan terapi, semakin awal diketahui, dalam artian masih dalam stadium yang tidak begitu tinggi atau bahkan baru pada tahap displasia atau prekanker, maka penanganan dan kemungkinan sembuhnya jauh lebih besar. Meskipun sekarang ini sensitivitas dari pap smear ini ramai diperdebatkan dalam skrening kanker leher rahim, Pap smear ini merupakan pemeriksaan non invasif yang cukup spesifik dan sensitif untuk mendeteksi adanya perubahan pada sel-sel di leher rahim sejak dini, apalagi bila dilakukan secara teratur. Cervicography dan tes HPV DNA diusulkan sebagai metode alternatif bagi skrining kanker leher rahim ini, karena kombinasi antara pap smear dan cervicography atau tes HPV DNA memberikan sensitivitas yang lebih tinggi dibanding pap smear saja. Pada umumnya seorang wanita disarankan untuk melakukan pap smear untuk pertama kali kira-kira 3 tahun setelah melakukan hubungan seksual yang pertama kali. American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) merekomendasikan pap smear dilakukan setiap tahun bagi wanita yang berumur 21-29 tahun, dan setiap 2-3 tahun sekali bagi wanita yang berumur lebih dari 30 tahun dengan catatan hasil pap testnya negatif 3 kali berturut-turut. Namun apabila seorang wanita mempunyai faktor resiko terkena kanker leher rahim (misalnya : hasil pap smear menunjukkan prekanker,terkena infeksi HIV, atau pada saat hamil ibu mengkonsumsi diethylstilbestrol (DES) maka pap smear dilakukan setiap tahun tanpa memandang umur. Batasan seorang wanita untuk berhenti melakukan pap smear menurut American Cancer Society (ACS) adalah apabila sudah berumur 70 tahun dan hasil pap smear negatif 3 kali berturut-turut selama 10 tahun. 3. Sphygmomanometer dan Stetoscope; Untuk mendeteksi hipertensi. Risiko hipertensi (tekanan darah tinggi) meningkat seiring bertambahnya usia, berat badan dan gaya hidup. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi yang cukup parah tanpa ada gejala sebelumnya. Tekanan darah tinggi juga dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
  • 21. 11 penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Tekanan darah normal adalah kurang dari 120/80. Tekanan darah cukup tinggi adalah 140/90 atau lebih. Dan tekanan darah di antara kedua nilai tersebut disebut prehipertensi. Seberapa sering tekanan darah harus diperiksa tergantung pada seberapa tinggi nilainya dan apa faktor-faktor risiko lainnya yang dimiliki. 4. Photometer; alat untuk memeriksa kadar gula darah melalui tes darah. Mula-mula darah diambil menggunakan alat khusus yang ditusukkan ke jari. Darah yang menetes keluar diletakkan pada suatu strip khusus. Strip tersebut mengandung zat kimia tertentu yang dapat bereaksi dengan zat gula yang terdapat dalam darah. Setelah beberapa lama, strip tersebut akan mengering dan menunjukkan warna tertentu. Warna yang dihasilkan dibandingkan dengan deret (skala) warna yang dapat menunjukkan kadar glukosa dalam darah tersebut. Tes ini dilakukan sesudah puasa (minimal selama 10 jam) dan 2 jam sesudah makan. 5. Plano Test; Untuk mendeteksi kehamilan (memeriksa kadar HCG dalam darah). 6. EKG (Elektrokardiogram); Untuk mendeteksi Penyakit Jantung Koroner. 7. Pita Ukur LILA; Untuk mendeteksi apakah seorang ibu hamil menderita kekurangan gizi atau tidak dan apakah nantinya akan melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR) atau tidak. 8. X-ray, pemeriksaan sputum BTA; Untuk mendeteksi penyakit TBC 9. Pemeriksaan fisik Head to Toe; Untuk mendeteksi adanya keadaan abnormal pada ibu hamil. 10. Rectal toucher; Yang dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi adanya „cancer prostat‟. Tes skrining mampu mendeteksi kanker ini sebelum gejala-gejalanya semakin berkembang, sehingga pengobatan/treatmennya menjadi lebih efektif. Pria dengan resiko tinggi terhadap kanker prostat adalah pria usia 40 tahunan. 11. Pervasive Developmental Disorders Screening Test PDDST – II; PDDST-II adalah salah satu alat skrening yang telah dikembangkan oleh Siegel B. dari Pervasive Developmental Disorders Clinic and Laboratory, Amerika Serikat sejak tahun 1997.
  • 22. 12 (Bustan, 2000). Kriteria Evaluasi. 1. Validitas Suatu alat (test) skrining yang baik adalah mempunyai tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi, yaitu mendekati 100%. Validitas adalah kemampuan dari test penyaringan untuk memisahkan mereka yang benar sakit terhadap yang sehat. Besarnya kemungkinan untuk mendapatkan setiap individu dalam keadaan yang sebenarnya (sehat atau sakit). Validitas berguna karena biaya screening lebih murah daripada test diagnostik. Komponen Validitas diantaranya adalah:  Sensitivitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang positif betul-betul sakit.  Spesivicitas adalah kemampuan dari test secara benar menempatkan mereka yang negatif betul-betul tidak sakit. (Budiarto dan Anggraeni, 2003). Gambar 2. 2 Hubungan antara Sensitivitas dan Spesifisitas (kurva atas menggambarkan distribusi diantara individu sehat, kurva bawah distribusi diantara individu sakit). k POPULASISAKIT DIKLASIFIKASI SEBAGAI SAKIT SEHAT, DIKLASIFIKASI SEBAGAI SEHAT (POSITIF PALSU) SAKIT, DIKLASIFIKASI SEBAGAI SAKIT SAKIT, DIKLASIFIKASI SEBAGAI SEHAT (NEGATIF PALSU)
  • 23. 13 Gambar diatas mengilustrasikan secara skematis interdependensi (saling ketergantungan) dari sensitifitas dan spesifitas. asumsinya adalah bahwa diagnosis didasarkan pada suatu variabel terukur yang distribusinya untuk bagian populasi yang sakit dan sehat berbeda. Individu-individu yang nilainya diatas titik potong (cut-off point) k dari ukuran diagnosis diklasifikasi sebagai sakit. Bila area dibawah tiap grafik sama dengan 100%, bagian kiri dari grafik yang diatas sesuai dengan spesifitas dan bagian kanan dari grafik yang dibawah sesuai dengan sensitivitas. Bila persyaratan untuk seorang individu diklasifikasi sebagai sakit diperketat, yaitu bila k digerakkan kekiri, sensitivitas akan berkurang. Besarnya nilai kedua parameter tersebut tentunya ditentukan dengan alat diagnostik diluar tes penyaringan. Kedua nilai tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya, yakni bila sensitivitas meningkat, maka spesifisitas akan menurun, begitu pula sebaliknya. Untuk menentukan batas standar yang digunakan pada tes penyaringan, harus ditentukan tujuan penyaringan, apakah mengutamakan semua penderita terjaring termasuk yang tidak menderita, ataukah mengarah pada mereka yang betul-betul sehat (Budiarto dan Anggraeni, 2003). Selain kedua nilai tersebut, dalam memilih tes untuk skrining dibutuhkan juga nilai prediktif (Predictive Values). Nilai prediktif adalah besarnya kemungkinan dengan menggunakan nilai sensitivitas dan spesivitas serta prevalensi dengan proporsi penduduk yang menderita. Nilai prediktif value terbagi menjadi dua, yaitu:  Nilai Prediktif Positif (NPP) Nilai Prediktif Positif (NPP) atau Predictive Positive Value (PPV) adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes positive yang benar benar sakit, artinya mereka dengan tes positif juga menderita penyakit, sedangkan nilai prediktif negatif artinya mereka yang dinyatakan negatif juga ternyata tidak menderita penyakit. Rumus: NPP = PS / (PS + PP)
  • 24. 14  Nilai Prediktif Negatif (NPN) Nilai Prediktif Negatif (NPN) atau Negative Prediktive Value (NPV) adalah porsentase dari mereka dengan hasil tes negatif yang benar benar tidak sakit, sangat dipengaruhi oleh besarnya prevalensi penyakit dalam masyarakat dengan ketentuan, makin tinggi prevalensi penyakit dalam masyarakat, makin tinggi pula nilai prediktif positif dan sebaiknya. Rumus: NPN = NS / (NS + NP) Sebuah program skrining yang efektif akan menggunakan pemeriksaan yang mampu membedakan antara individu yang sakit dan yang sehat. Hal ini dikenal sebagai validitas skrining. Untuk mengukur uji validitas, digunakan hasil skrining dibandingkan dengan baku emas (gold standard) dari pemeriksaan yang dilakukan. Hasil dari uji validitas adalah didapatkannya nilai sensitivitas dan spesifisitas. Berikut ini gambar yang menunjukkan perhitungan sensitivitas dan spesifisitas dalam skrining. Gambar 2. 3 Perhitungan Validitas Uji Skrining Gambar 2. 4 Contoh Perhitungan Spesifisitas Sensitivitas
  • 25. 15 Gambar 2. 5 Contoh Perhitungan Spesifisitas (Budiarto dan Anggraeni, 2003). 2. Reliabilitas Jika tes yang dilakukan secara kontinyu menunjukan hasil yang konsisten, maka dapat dikatakan reliable. Variabilitas ini dipengaruhi oleh beberapa factor : 1. Variabilitas yang dapat ditimbulkan oleh: a. Stabilitas reagen b. Stabilitas alat ukur yang digunakan Stabilitas reagen dan alat ukur sangat penting karena makin stabil reagen dan alat ukur, makin konsisten hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, sebelum digunakan hendaknya kedua hasil tersebut ditera dan diuji ulang ketepatannya. 2. Variabilitas orang yang diperiksa. Kondisi fisik, psikis, stadium penyakit atau status penyakit dalam masa tunas. Misalnya: lelah, kurang tidur, marah, sedih, gembira, penyakit yang berat, dan penyakit yang sedang bertunas. Umumnya variasi ini sulit untuk diukur terutama faktor psikis. 3. Variabilitas pemeriksa. Variasi pemeriksa dapat berupa: a. Variasi interna, merupakan variasi yang terjadi pada hasil pemeriksaan yang dilakukan secara berulang-ulang oleh orang yang sama.
  • 26. 16 b. Variasi eksterna ialah variasi yang terjadi bila satu sediaan dilakukan pemeriksaan oleh beberapa orang. Upaya untuk mengurangi berbagai variasi diatas dapat dilakukan dengan mengadakan: 1. Standarisasi reagen dan alat ukur. 2. Latihan intensif pemeriksa. 3. Penentuan criteria yang jelas. 4. Penerangan kepada orang yang diperiksa. 5. Pemeriksaan dilakukan dengan cepat. 3. Yield Yield merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari skrining. Hasil ini dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut (Budiarto, 2003): 1. Sensitivitas alat skrining. 2. Prevelansi penyakit yang tidak tampak. 3. Skrining yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. 4. Kesadaran masyarakat. Bila alat yang digunakan untuk skrining mempunyai sensitivitas yang rendah, akan dihasilkan sedikit negatif semu yang berarti sedikit pula penderita yang tidak terdiagnosis. Hal ini dikatakan bahwa skrining dengan yield yang rendah. Sebaliknya, bila alat yang digunakan mempunyai sensitivitas yang tinggi, akan menghasilkan yield yang tinggi. Jadi, sensitivitas alat dan yield mempunyai korelasi yang positif. Makin tinggi prevelensi penyakit tanpa gejala yang terdapat di masyarakat akan meningkatkan yield, terutama pada penyakit kronis seperti TBC, karsinoma, hipertensi, dan diabetes mellitus. Bagi penyakit-penyakit yang jarang dilakukan skrining akan mendapatkan yield yang tinggi karena banyaknya penyakit tanpa gejala yang terdapat di masyarakat. Sebaliknya jika suatu penyakit telah dilakukan skrining sebelumnya maka yield akan rendah karena banyak penyakit tanpa gejala yang telah didiagnosis. Kesadaran yang tinggi terhadap masalah kesehatan masyarakat akan meningkatkan pastisipasi dalam uji skrining
  • 27. 17 sehingga kemungkinan banyak penyakit tanpa gejala yang dapat terdeteksi dengan demikian yield akan meningkat. Ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan saat ingin melakukan kegiatan skrining yaitu: 1. Penyakit atau kondisi yang sedang diskrining harus merupakan masalah medis utama. 2. Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit yang terungkap saat proses skrining dilakukan. 3. Harus tersedia akses kefasilitasan dan pelayanan perawatan kesehatan untuk diagnosis dan pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan. 4. Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali dengan keadaan awal dan selanjutnya dapat diidentifikasi. 5. Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit. 6. Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat umum. 7. Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami termasuk fase regular dan perjalanan penyakit dengan periode awal yang dapat diidentifikasi melalui uji. 8. Kebijakan, prosedur, dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang harus dirujuk untuk pemeriksaan, diagnosis, dan tindakan lebih lanjut. 9. Proses harus cukup sederhana sehingga sebagian besar kelompok mau berpartisipasi. 10. Screening jangan dijadikan kegiatan yang sesekali saja, tetapi harus dilakukan dalam proses yang teratus dan berkelanjutan. 11. Alat untuk penanganan. 12. Waktu pelaksanaan tersedia. 13. Pengaplikasian tepat. 14. Mendapat pengobatan segera. 15. Alat diagnosis tersedia. Ada tiga macam sumber terjadinya penyimpangan pada saat skrining, yaitu:
  • 28. 18 1. Lead Time Bias adalah interval waktu antara keadaan dapat dideteksi dengan uji skrining dan saat umumnya keadaan dapat dideteksi melalui keluhan adanya gejala awal. Deteksi melalui skiring terjadi pada umumnya lebih awal diandingkan pada saat diagnosis dapat dilakukan, tanpa menunda saat kejadian terjadi. Dengan penemuan kasus melalui skrining seolah-olah memperpanjang interval antara waktu diagnosis dapat dibuat sampai kematian terjadi. 2. Lengt Bias. Kasus yang terdeteksi melalui program skrining cenderung memiliki tahap presimptomatik atau subklinik lebih panjang dibandingkan dengan mereka yang ditemukan diantara periode penyaringan karena upaya pribadi. 3. Patient Self-selection Bias yaitu individu-individu yang berperan dalam proses penyaringan pasti memiliki karakteristik yang berbeda dengan mereka yang tidak. Karakteristik tersebut mungkin berpengaruh kepada kelangsungan hidup. (Budiarto, 2003). Sejarah PT X PT X Berdasarkan PP No. 2 tahun 1960 dan SK Menteri PUTL No. 5 tanggal 11 Maret 1960, X didirikan dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja. Kegiatan usaha X pada saat itu adalah pekerjaan instalasi listrik dan pipa air. Pada tahun 1972, Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja” berubah menjadi PT X. X kemudian berkembang menjadi sebuah kontraktor konstruksi dengan menangani berbagai proyek penting seperti pemasangan jaringan listrik di Asahan dan proyek irigasi Jatiluhur. Pada tahun 1982, X membentuk divisi baru: Divisi Sipil Umum, Divisi Bangunan Gedung, Divisi Sarana Papan, Divisi Produk Beton dan Metal, Divisi Konstruksi Industri, Divisi Energy, dan Divisi Perdagangan. Proyek yang ditangani saat itu diantaranya adalah Gedung LIPI, dan Proyek Bangunan dan Irigasi. Pada tahun 1997, X mendirikan Entitas Anak yang pertama, yaitu PT X Beton X mendirikan Entitas Anak yang pertama, yaitu PT X Beton. Pada tahun 2000 Pendirian PT X Realty sebagai pengembangan Divisi Realty. Didirikan pula PT X Intrade sebagai pengembangan Divisi Industri dan Perdagangan. Tahun 2000, X mendirikan Entitas Anak PT X Gedung yang memiliki spesialisasi dalam
  • 29. 19 bidang usaha pembangunan high-rise building. X mengakuisisi 70,08% saham PT Catur Insan Pertiwi yang bergerak di bidang Mekanikal Elektrikal dan merubah namanya menjadi PT X Insan Pertiwi. Tahun 2009, Bersama dengan PT Jasa Sarana dan PT RMI, mendirikan PT X Jabar Power yang bergerak dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). X bersama perusahaan lain berhasil menyelesaikan Jembatan Suramadu yang menghubungkan pulau Jawa dengan pulau Madura.
  • 30. 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif atau metode pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui proses dan tatacara yang umumnya dilakukan untuk melaksanakan kegiatan skrining terutama pada kasus kecelakaan kerja di Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X. Design penelitian yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Wawancara merupakan usaha kami untuk melakukan re-checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Jalan : Jalan Gubernur Seobardjo Kelurahan : Basirih Kecamatan : Liang Anggang Kota : Banjarbaru Provinsi : Kalimantan Selatan 3.2.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian di Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X pada tanggal 25 Oktober 2017.
  • 31. 21 Kerangka Konsep Mulai Studi Literatur Pengumpulan Data Primer Analisis Data Primer dengan Menggunakan Metode Skrining Angka Kecelakaan Kerja yang Menunjukkan Kesehatan Pekerja di PT X Analisis dan Pembahasan Selesai
  • 32. 22 BAB IV ISI 3.1 Hasil Tabel 4.1 Jumlah Karyawan Pada PT X Tabel 4.2 Jumlah Kecelakaan Kerja Pada PT X Keterangan Jumlah (orang) Karyawan PT X 288 No Bulan Tahun Jumlah Kecelakaan Kerja 1 November 2015 2 Desember 2015 3 Januari 2016 4 Februari 2016 5 Maret 2016 6 April 2016 7 Mei 2016 8 Juni 2016 9 Juli 2016 10 Agustus 2016 11 September 2016 12 Oktober 2016 13 November 2016 14 Desember 2016 15 Januari 2017 16 Februari 2017 17 Maret 2017 18 April 2017 19 Mei 2017 20 Juni 2017 21 Juli 2017 22 Agustus 2017 23 September 2017 24 Oktober 2017 1
  • 33. 23 3.2 PEMBAHASAN Angka kecelakaan kerja di Indonesia masih termasuk buruk. Pada tahun 2004, lebih dari 1700 pekerja meninggal ditempat kerja. Menurut Juan Somavia, Dirjen ILO, industry konstruksi termasuk paling rentan kecelakaan, diikuti dengan manufaktur makanan dan minuman. Para ahli menganggap suatu kecelakaan disebabkan oleh tindakan pekeja yang salah. Sekarang anggapan itu telah bergeser bahwwa kecelakaan kerja bersumber kepada factor-faktor organisasi dan manajemen. Para pekeja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman. Sejalan dengan teori-teori penyebab kecelakaan yang terbaru, maka pihak manajemen harus terbaru, maka pihak manajemen harus bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja para pekerjanya. Menurut Per Menaker No. 01/1980 tentang K3 pada Konstruksi Bangunan pasal 3 ayat (1) dan (2), pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan pencegahan atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya. Sewaktu pekerjaan dimulai harus segera disusun suatu unit keselamatan dan kesehatan kerja, hal tersebut harus diberitahukan kepada setiap tenaga kerja. Pada pasal 99 ayat (1) alat-alat penyelamat dan pelindung diri yang jenisnya disesuaikan dengan sifat pekerjaan yang dilakukan oleh masing-masing tenaga kerja harus disediakan dalam jumlah yang cukup. Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X dalam mencegah kemungkinan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan dengan sasaran zero accident, efisiensi penggunaan sumber daya dan pencegahan environmental incident melakukan peningkatan Sistem Manajemen SHE (Safety, Health & Enveronment) secara berkesinambungan melalui pembelajaran dari praktek-praktek system manajemen SHE. PT X juga membuat prosedur untuk setiap pekerja yang mengalami kecelakaan, baik itu secara ringan, berat maupun mengakibatkan kematian. Sejak tanggal 02 November 2015 hingga tanggal 24 Oktober 2017, frekuensi zero accident di PT X tercapai 927.547 manhours. Hal ini
  • 34. 24 menyatakan bahwa manajemen K3 di PT X telah terorganisir dengan baik sesuai dengan Per Menaker No. 01/1980 tentang K3 pada Konstruksi Bangunan.
  • 35. 25 BAB V PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari studi kasus ini adalah : 1. Skrining kecelakaan kerja yang terjadi di Proyek Pembangunan Jalan Akses Pelabuhan Trisakti – Liang Anggang PT X ditinjau dari beberapa faktor seperti faktor manusia, faktor lingkungan dan faktor interaksi manusia dan sarana kerja sehingga dilakukan pemeriksaan pada satu atau sekelompok orang untuk mengklasifikasikan mereka apakah mereka memiliki gejala gejala yang akan menyebabkan kecelakaan kerja. 2. Tujuan utama skrining adalah mengidentifikasi pekerja sedini mungkin untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang akan terjadi. 3. Penyebab kecelakaan kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor manusia, faktor lingkungan dan faktor interaksi dan sarana kerja. 4. Cara pendeteksian dini untuk para pekerja dilakukannya pengecekan kesehatan, pengecekan alat dan pengecekan sarana transportasi sebelum memulai bekerja. Asas pencegahan kecelakaan kerja yang dapat dilakukan oleh pihak pekerja yaitu dengan memakai APD secara sungguh – sungguh tanpa paksaan, menyadari betapa pentingnya keselamatan kerja serta mematuhi peraturan yang berlaku di tempat kerja. 4.2 SARAN Langkah termudah adalah menjaga keamanan dan kualitas alat konstruksi, pola hidup bersih dan sehat disekitar wilayah kerja, selalu mengutamakan keselamatan diri dan mematuhi peraturan yang berlaku di tempat kerja.
  • 36. 26 DAFTAR PUSTAKA Budiarto dan Anggraeni, 2003.Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Bustan. 2000. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta. Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Harlan, Johan. 2006. Informatika Kesehatan. Jakarta : Gunadarma. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 1980. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. 01 Tahun 1980. Sekretariat Negara. Jakarta. Morton, Richard, Richard Hebel, dan Robert J. McCarter. 2008. Panduan Studi Epidemiologi dan Biostatika. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Mubarak, Wahit Iqbal. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi dalam Kebidanan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sholihah,Q . Aprizal S. H. 2016. Manajemen Epidemiologi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Banjarmasin : Lambung Mangkurat University Press Sutrisno, B. 1994. Pengantar Metoda Epidemiologi (Epidemiologi Lanjut), Volume I. Jakarta: Dian Rakyat.
  • 37. 27 Weraman, Pius. 2010. Dasar Surveilans Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Gramata Publishing. X, PT . 2015. Laporan Tahunan PT X. PT X (persero) Tbk Link: http://www.X.co.id/pocontent/poupload/AR%20X%20TB%202015_LOW% 208%20MB.pdf Yang dan Embretson. 2007. Construct Validity and Cognitive Diagnostic Assessment: Theory and Applications. New York: Cambridge University Press.
  • 39. FLOW CHART KESELAMATAN KERJA MULAI RISIKO BAHAYA KECELAKAAN PEKERJAAN PERSIAPAN PEK. GALIAN DAN TIMBUNAN All Item Works PEK. PEMANCANGAN / PEMASANGAN PVD All Item Works KECELAKAAN RINGAN 1. Pertolongan pertama P3K. 2. Dibawa ke RS/rawat jalan BERAT MENINGGAL 1. Ke RS / rawat inap. 2. Pengobatan rutin. 1. Dibawa ke RS / di visum. 2. Dibawa ke keluarga korban. 3. Asuransi. REKAMAN KECELAKAAN PPD PROYEK TRISAKTI SELESAI P1 TIDAK YA Q1 P4 YA TIDAK P2 TIDAK YA Q4 Q3 K1 K2 K3 P5 Q5 YA TIDAK
  • 40. FLOW CHART PENANGANAN KECELAKAAN RINGAN snjsnfanmnKECELAKAAN RINGAN PERTOLONGAN P3K LAPORAN KE ADMINISTRASI PROYEK KORBAN DIBAWA KE RUMAH SAKIT RS. UMUM BANJARMASIN REKAMAN DATA KECELAKAAN SELESAI PERLU DIBAWA KE RUMAH SAKIT DIBAWA KE RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT UMUM BANJARMASIN (0511 – 3257470, 3252180) YA TIDAK
  • 41. FLOW CHART PENANGANAN KECELAKAAN BERAT snjsnfanmn KECELAKAAN KERJA PERTOLONGAN P3K LAPORAN KE KETUA/SEKR P2K3 PROYEK PENANGANAN ADM. KECELAKAAN OLEH ADMINISTRASI LAPOR KE ASURANSI CLAIM ASURANSI PEMBERIAN ASURANSI KORBAN DIBAWA KE RUMAH SAKIT RS. UMUM BANJARMASIN MONITORING PENYAKIT DAN PERAWATANNYA PROSES PENYEMBUHAN REKAMAN DATA KECELAKAAN SELESAI
  • 42. FLOW CHART PENANGANAN KECELAKAAN DENGAN KORBAN MENINGGAL DUNIA snjsnfanmnKECELAKAAN KERJA MENINGGAL DUNIA LAPORAN KETUA/SEKR. P2K3 PROYEK LAPOR KE POLISI POLRES BANJARMASIN (0511 – 3268426) PEMERIKSANAAN POLISI SURAT KET. DARI POLISI PEMBERITAHUAN KE KELUARGA KORBAN PERSETUJUAN/ PERMINTAAN KELUARGA KORBAN DIBAWA KE KELUARGA PEMAKAMAN JENAZAH DAN PENYELESAIAN DATA KORBAN PENGURUSAN ASURANSI OLEH ADMINISTRASI PROYEK PENYELESAIAN KLAIM ASURANSI REKAMAN DATA KECELAKAAN DIBAWA KE RUMAH SAKIT UNTUK VISUM SELESAI ALTERNATIF 1 ALTERNATIF 2