SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
ISTEMATIKA FILSAFAT/ STRUKTUR FILSAFAT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Ilmu (Sain) Dalam Struktur Filsafat
Menelusuri posisi ilmu dalam konstalasi sitematika filsafat secara umum boleh dibilang penting.
Ini berguna untuk lebih memahami karakteristik ilmu secara kefilsafatan, atau setidaknya men
gerti posisi ilmu dalam perkembangan pemikiran filsafat. Dan memang, hal yang sedang diba
has di sini adalah Filsafat Ilmu. Prase Filsafat Ilmu, dapat berpengertian filsafat tentang ilmu, d
an atau dipahami sebagai ilmu dilihat dari sudut pandang kefilsafatan. Ini tidak menurut refer
ensi, tetapi menurut penalaran saja, setelah membaca berbagai karya filsafat dan Filsafat Ilmu.
Untuk yang pertama, jika filsafat diartikan sebagai penelusuran sesuatu sampai ke hakikat mak
a penjelasan mengenai filsafat tentang ilmu adalah hakikat tentang ilmu, sampai sedalam -dala
mnya, hingga ke akar-akarnya, secara menyeluruh. Sedangkan menurut pemahaman yang ked
ua, bahwa filsafat ilmu itu adalah bagaimana sudut pandang kefilsafatan dalam meneropong il
mu. Barangkali hal ini sama dengan pada saat Septiawan Santana menulis buku bertajuk Jurn
alisme Sastra. Isi buku tersebut bukan sekedar bagaimana menuliskan hasil jurnalisme dengan
gaya bahasa sastra, melainkan bagaimana paradigma sastra bekerja untuk kegiatan-kegiatan ju
rnalisme. Singkatnya, bagaimana paradigma filsafat memandang atau bahkan merasuki ilmu.
Selanjutnya, untuk lebih jelasnya lagi, setelah diuraikan secara sederhana mengenai sistematika
atau struktur filsafat, akan dibahas secara khusus mengenai ilmu. Sehingga isi makalah ini hen
dak berusaha menjelaskan beberapa hal berikut ini:
Bagaimana sistematika atau struktur filsafat itu
Dimanakah posisi ilmu dalam sistematika filsafat
Ruang lingkup pembahasan ilmu dalam filsafat ilmu serta beberapa penjelasan tambahan lainn
ya mengenai ilmu.
B. Sistematika Filsafat
Filsafat mempunyai objek kajian, material dan formal. Objek kajian materialnya yai
tu sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Dan objek formalnya, yaitu selama sesuatu yang
ada dan yang mungkin ada itu diselidiki secara mendalam. Atau dicari keterangan yang seda
lam-dalamnya.
Hasil berpikir segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada itu tadi telah bany
ak sekali terkumpul, dalam berbagai buku, hasil karangan, dan karya tulis para filsuf. Setelah k
esemuanya itu disusun secara sistematis, ia dinamakan sistematisasi filsafat, disebut juga strukt
ur filsafat.
Oleh karena itu, objek kajian filsafat luas sekali. Hasil pemikiran itu senantiasa me
mbuncit dan tidak ada yang dieliminasi. Maka hasil yang terkumpul dalam sistematika filsafat
menjadi banyak sekali. Karena banyaknya, jangankan mempelajari, membaginya pun repot. Be
gitu komentar Tafsir dalam bukunya Filsafat Umum.
Tetapi mengenai uraian struktur filsafat atau sistematika filsafat ini, tidak ada buku
yang lebih sistematis dan bagus dari buku legendarisnya Ahmad Tafsir itu. Itulah kelebihan s
eorang profesor, mampu membuat sesuatu yang rumit menjadi sederhana dan mudah dipaha
mi. Maka referensi penting dari makalah ini, dalam membuat sistematika filsafat mengacu kep
ada sistematisasi filsafat yang sudah dilakukan Tafsir dalam bukunya itu.
Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya. Jika kebenaran y
ang sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia sistematika filsafat. Sistematika filsafat i
ni biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat, yaitu teori pengetauan, teori hakikat, dan t
eori nilai.
Teori pengetahuan, membahas tentang cara memperoleh pengetahuan. Teori haki
kat membahas semua objek, dan hasilnya ialah pengetahuan filsafat. Teori nilai atau aksiologi
membicarakan guna pengetahuan itu tadi.
Sebelum berbicara lebih jauh lagi, baiknya kita susun terlebih dahulu sistematika t
ersebut. Ini untuk memudahkan kita, agar dapat melihat dulu bagaimana peta filsafat yang lu
as itu. Bagusnya dibuat dalam bentuk gambar, tetapi sepertinya tidak memungkinkan. Pola da
sar sistematikanya, sekali lagi meniru dari yang dibikin Ahmad Tafsir dalam buku yang disebut
tadi. Namun beberapa hal ditambahkan dan diimprovisasi sesuai dengan penalaran dan temu
an pada buku lain. Temuan pada buku-buku lain dimaksud ada yang juga serupa tapi tak sa
ma, seperti misalnya pada buku Aliran-aliran Filsafat dan Etika karya Juhaya S. Praja. Ada pula
yang merupakan hal baru, seperti pada aliran-aliran dalam teologi, etika dan estetika. Untuk
pembagian ateisme, misalnya dapat ditelusuri pada tulisan Jalaluddin Rakhmat untuk penganta
r buku Agama Marxis karya O. Hasem.
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEMATIKA FILSAFAT/ STRUKTUR FILSAFAT
1. Teori Pengetahuan (kadang disebut juga epistemologi)
1.1. Epistemologi
1.1.1. Empirisme
1.1.2. Rasionalisme
1.1.3. Positivisme
1.1.4. Intuisionisme
1.2. Logika (rasional dan supra-rasional)
2. Teori Hakikat (kadang disebut juga ontologi)
2.1. Ontologi
2.1.1. Materialisme
2.1.2. Idealisme
2.1.3. Dualisme
2.1.4. Skeptisisme
2.1.5. Agnostisisme
2.2. Kosmologi
2.3. Antropologi
2.4. Theodicea atau Theologia
2.4.1. Teisme
2.4.1.1. Monoteisme
2.4.1.2. Triniteisme
2.4.1.3. Politeisme
2.4.1.4. Panteisme
2.4.1.5. Panenteisme
2.4.2. Ateisme
2.4.2.1. Ateisme Rasional
2.4.2.2. Ateisme Romantis
2.4.3. Agnotisisme
2.5. Filsafat Agama
2.6. Filsafat Hukum
2.7. Filsafat Pendidikan
2.8. Filsafat Sejarah
2.9. Filsafat Administrasi
2.10. dll.
3. Teori Nilai (disebut juga aksiologi)
3.1. Etika
3.1.1. Hedonisme
3.1.2. Vitalisme
3.1.3. Pragmatisisme
3.1.4. Utilitarianisme
3.1.4.1. Utilitarianisme Tindakan
3.1.4.2. Utilitarianisme Peraturan
3.1.5. Etika Teonom
3.1.5.1. Etika Teonom Murni
3.1.5.2. Teori Hukum Kodrat
3.1.6. Eudemonisme
3.1.7. Etika Agama (ahlak)
3.1.7.1. Islam
3.1.7.2. Cofusianisme
3.1.7.3. Katolik dan Kristen
3.1.7.4. Yahudi
3.1.7.5. Hindu
3.1.7.6. Budha
3.1.7.7. Konghucu
3.1.7.8. Aliran Kepercayaan
3.1.7.9. dll.
3.1.8.
3.2. Estetika
3.2.1. Metafisis
3.2.2. Psikologis
3.2.3. Objektif
3.2.4. Subjektif
A. Posisi Ilmu dalam Sistematisasi/ Struktur Filsafat
Sistematisasi/ struktur/ peta filsafat di atas, rasa-rasanya tidak perlu dijelaskan semua di sini. S
elain karena keterbatasan ruang, juga agar bahasan fokus kepada mengantarkan kepada pem
bahasan filsafat ilmu. Yang akan diurai di sini cukup mengenai epistemologi, sebab pada bagi
an itulah ilmu muncul. Bahkan banyak pula kalangan yang menyebut bahwa epistemologi itu f
ilsafat ilmu.
Penjelasan sederhananya begini. Seperti yang sudah dikemukakan, filsafat itu terb
agi ke dalam tiga cabang besar. Teori pengetahuan, teori hakikat, dan teori nilai. Ketiganya b
erkembang lagi, melahirkan aliran-aliran tersendiri. Pada teori pengetahuan misalnya ada epist
emologi dan logika. Itu juga berkembang lagi. Epistemologi melahirkan, sebut saja filsafat alira
n empirisme, rasionalisme, positivisme, dan intuisionosme.
Teori hakikat membuahkan onotologi, kosmologi, antropologi, dan seterusnya dap
at dilihat pada pembagian di atas. Begitupun teori nilai, berkembang melahirkan etika dan est
etika.
Untuk kepada pemahaman mengenai filsafat ilmu, pembahasan cukup pada epist
emologi. Sebab di situlah bersemayamnya ilmu dalam kacamata paradigma barat.
Begini. Epistemologi membicarakan antara lain hakikat pengetahuan, yaitu apa pe
ngetahuan itu sesungguhnya? Juga membahas sumber pengetahuan itu, dan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan tersebut?
Runes dalam kamusnya (1971), menjelaskan bahwa epistemology is the branch of
philosophy which investigates the origin, structure, methods and validity of knowladge. Itulah s
ebabnya epistemologi sering disebut dengan istilah filsafat pengetahuan, sebab ia membicarak
an hal pengetahuan. Istilah epistemologi sendiri untuk pertama kalinya muncul dan dipergunak
an oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971:94).
Menurut John Locke, teori pengetahuan harus mendahului cabang lainnya. Ia me
njadikan teori pengetahuan sebagai salah satu bidang kajiannya yang penting.
B. Ada Beberapa Aliran Dalam Epistemologi.
Empirisme
Empirisme bersal dari kata dalam bahasa Yunani, empirikos atau empeiria, artinya pengalaman
. Menurut aliran ini, pengetahuan dapat diperoleh hanya melalui pengalaman. Lebih tepatnya
pengalaman inderawi. Kita tahu kerbau itu besar setelah melihatnya. Tahu bahwa gula itu ma
nis, setelah mencicipinya. Tahu bahwa cianjuran itu “waas” setelah menyimaknya. Tahu bah
wa parfum itu eksotis setelah menciumnya, dan tahu bahwa kulit istri atau suami Anda halus
setelah mengelusnya. Jadi, jangan percaya konsep, sebelum mengalaminya, ada eksperimen.
Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar. Jadi, pen
galaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar. Karena itulah metode penelitian yang
menjadi tumpuan aliran ini adalah metode eksperimen. Tokoh utama aliran ini John Locke (1
632-1704) dengan teorinya tabula rasa.
Terduga, bagi aliran ini Tuhan non sense, malaikat, surga dan neraka, tidak dianggap ada. Ka
rena hal itu tidak bisa ditangkap oleh indera.
Tetapi aliran ini memiliki kelemahan. Kelemahan pertama ialah indera terbatas. Benda yang ja
uh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil? Keterbatasan kemampuan indera ini dapat melapor
kan objek tidak sebagaimana adanya. Dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah.
Kelemahan kedua ialah indera menipu. Bagi yang sedang sariawan, baso itu perih, tidak nikm
at sebagaimana di lidah orang yang waras. Bagi orang ciwidey, kota Bandung itu panas, tapi
bagi orang Jakarta dingin. Ini juga manimbulkan pengetahuan empiris yang salah.
Kelemahan ketiga, objek menipu. Contohnya ilusi dan fatamorgana. Prasangka, seolah -olah me
ndengar padahal tidak. Kelemahan keempat, indra dan objek terbatas. Kita tidak dapat melihat
benda tiga dimensi sekaligus. Kita hanya bisa melihatnya dari depan saja, samping saja, dst.
Kesimpulannya empirisme lemah karena indera ini terbatas. Oleh karena itu muncul rasionalis
me.
Rasionalisme
Singkatnya, aliran ini memliki rumus bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Manusia
memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Tokohnya Rene Descartes
(1596-1650).
Bagi aliran ini, keterbatasan indera dalam empirisme dapat diatasi seandainya akal digunakan.
Benda yang jauh kelihatan kecil karena jarak menentukan bayangan yang jatuh di mata. Atau
fatamorgana itu gejala alam. Dst.
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh kebenaran. Pengalaman i
ndera diperlukan untuk merangsang akal dan memberekan bahan-bahan yang merangsang ak
al dapat bekerja. Untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan a
kal. Laporan indera merupakan bahan yang belum jelas. Bahan ini kemudian dipertimbangkan
oleh akal dalam pengalaman berfikir. Indera memotret, akal yang memaknai. Jadi akal bekerja
karena ada bahan dari indera. Akan tetapi, akal dapat juga menghasilkan pengetahuan yang t
idak berdasarkan bahan inderawi sama sekali. Jadi akal dapat juga menghasilkan pengetahuan
tentang objek yang betul-betul abstrak.
Selanjutnya kerjasama empirisme dan rasionalisme inilah yang melahirkan metode sains, dan d
ari metode ini lahirlah pengetahuan sains, yang dalam bahasa Indonesia sering disebut penge
tahuan ilmiah. Pengetahuan sains adalah jenis pengetahuan yang logis dan memiliki bukti em
piris.
Jika yang bekerja hanya rasionalisme saja, tanpa didukung bukti empiris, maka pengetahuan y
ang diperoleh adalah pengetahuan filsafat. Jadi pengetahuan filsafat merupakan pengetahuan
yang logis saja tanpa didukung pengetahuan yang empiris.
Lanjutan dari empirisme dan rasionalisme itu dalam filsafat pengetahuan ialah aliran positivism
e.
Positivisme
Tokohnya August Comte (1798-1857), seorang penganut empirisme. Ia berpendapat bahwa ind
era itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan tetapi harus dipertajam dengan alat ba
ntu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dikoreksi dengan eksperimen. E
ksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat panas, jauh di
ukur dengan meteran, berat diukur dengan kiloan, dst.
Jadi pada dasarnya pstivisme bukan aliran yang mandiri. Ia hanya menyempurnak
an empirisme dan rasionalisme yang bekerjasama. Dengan kata lain ia menyempurnakan meto
da ilmiah. Jadi menurut positivisme, kebenaran adalah sesuatu yang terukur.
Sepertinya, pada periode inilah ilmu (sains) mengalami kemajuan yang dahsyat, d
an dianggap garda depan dalam kehidupan ini. Hingga Comte membuat tingkatan periodisasi
pengetahuan di masyarakat: mitos, filsafat, ilmu. Ilmu yang dimaksud adalah sains.
Intuisionisme
Dengan indera, manusia hanya mapu mengetahui bagian-bagian tertentu tentang objek. Diba
ntu oleh akal, manusia juga belum mampu memperoleh pengetahuan yang utuh. Manusia ma
mpu menagkap keseluruhan objek hanyalah dengan intuisinya. Inilah aliran keempat. Ini adala
h aliran yang dibawa Bergson (1859-1941).
Lagi pula, dalam kehidupan ini ada gejala-gejala yang tidak bisa atau tidak harus
selalu dialami dulu. Dan belum tentu ditangkap oleh rasionalitas. Bahkan tidak bisa diukur. Ap
akah bahagia bisa diukur? Apakah benci bisa ditensi? Apakah cantik itu rasional? Dst.
Belum lagi kalau kita berbicara masalah pengalaman batiniah keagamaan seseora
ng. Itu mistis. Tidak bisa dirasionalkan, dan diukur. Apakah malaikat pernah terlihat? Tetapi ke
napa Anda mempercayainya. Itulah intuisi.
C. Macam-macam Pengetahuan Manusia
Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai jenis-jenis pengetahuan manusia.
Mengenai macam pengetahuan itu, objeknya, paradigmanya, metodenya, serta ukuran -ukuran
nya dapat dilihat dalam matriks yang sudah dibuatkan, lagi-lagi oleh Tafsir. Beliau pernah me
mbikin tabel ini dua kali. Pertama di bukunya Filsafat Umum, kedua di bukunya Filsafat Ilmu.
Tetapi ini dikutip dengan perspektif kami. Untuk menjaga konsistensi konsep, kami mmeuatnya
campur aduk. Karena sepertinya ada perubahan temuan pikiran yang baru.
SKEMA PENGETAHUAN MANUSIA
Macam Pengetahuan
Objek
Paradigma
Metode
Ukuran
Sains
Empiris
Positivistis
Metode ilmiah, Sains (logiko, hipotetiko,verifikasi)
Rasional dan bukti empiris
Filsafat
Abstrak
Logis
Logis
Rasio
Logis
Mistik
Abstrak
Supralogis
Mistis
Latihan
Rasa
Pada sub pembahasan ini sudah mulai kentara, bahwa yang dimaksud filsafat ilmu itu, ilmu d
alam pengertian sains. Dan itu sangat materialistis, positivistis. Inilah ilmu dalam perspektif bar
at. Ilmu di sini merupakan penyempitan atau pengkhususan dari jenis pengetahuan manusia y
ang luas itu.
Dalam Filsafat Ilmu, Tafsir mendahulukan sebuah penjelasan, seperti ini. Bagi orang-orang yan
g mempelajari bahasa arab kata al-’ilm berarti pengetahuan (knowladge), sedangkan kata il
mu dalam bahasa Indonesia biasanya merupakan terjemahan dari kata science dalam bahasa i
nggris yang berarti pengetahuan sains (ilmiah) itu. ilmu dalam arti science itu hanya sebagian
dari al-‘ilm dalam bahasa arab. Karena itu, kata Tafsir, science seharusnya diterjemahkan sain
saja. Maksudnya agar orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan kata il
mu (sain) dengan kata al-‘ilm yang berarti knowladge. Ini bukan sekedar bahasa, tetapi luma
yan paradigmatik.
BAB III
RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ILMU DALAM FILSAFAT
MENGENAI ILMU
A. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Dalam Filsafat Ilmu Serta Beberapa Penjelasan Tamba
han Lainnya Mengenai Ilmu
Untuk sub bahasan ini, seluruhnya kami uraikan sebuah resume yang diambil dari buku Filsfat
Ilmu karya Jujun Suriasumantri. Ini sekedar informasi saja seputar karakteristik filsafat ilmu. Beri
kut resumenya.
Filsafat ilmu bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji haki
kat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilm
u sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilm
u ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial.
Pembagian tersebut lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah, dan ti
dak mencirikan cabang filsafat yang bersifat otonom.
Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak ada perbe
daan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya mempunyai
ciri-ciri keilmuan yang sama.
Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan me
ngenai hakikat ilmu, seperti di bawah ini:
a. Ontologi : objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek ters
ebut? Bagaimana hubungan objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa
dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?
b. Epistemologi : bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang
berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar kita me
ndapat pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya
? Cara/ teknik/ sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang beru
pa ilmu?
c. Aksiologi : untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana k
aitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan o
bjek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedur
al yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/ profesional?
Semua pengetahuan, apakah itu ilmu, seni, atau pengetahuan apa saja pada dasarnya memp
unyai ketiga landasan ini. Yang berbeda adalah materi perwujudannya serta sejauh mana land
asan-landasan dari ketiga aspek ini diperkembangkan dan dilaksanakan.
Dari semua pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologis, epistemologis,
dan aksiologisnya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan pengetahuan -pengetahu
an lain dan dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. Dari pengertian inilah sebenarn
ya berkembang pengertian ilmu sebagai disiplin yakni pengetahuan yang mengembangkan da
n melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh tanggungjawab dan kesungguhannya.
Jadi untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya
, maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontolo
gi)? Bagaimana caranya mendapatkan pegetahuan tersebut (epistemologi)? Serta untuk apa p
engetahuan tersebut digunakan (aksiologi)? Degan mengetahui jawaban ketiga pertanyaan ini
maka dengan mudah ita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dala
m khasanah kehidupan manusia. Hal ini memungkinkan kita mengenali berbagai pengetahuan
yang ada seperti ilmu , seni dan agama serta meletakan mereka pada tempatnya masing-mas
ing.
Tanpa mengenali ciri-ciri tiap pengetahuan dengan benar, maka bukan saja kita tidak dapat
memanfaatkan kegunaannya secara maksimal, bahkan kadang kita salah menggunakannya.
BAB IV
KESIMPULAN
Jadi dalam segala pembahasan diatas tentang apa yang telah dijelaskan bahwa filsafat diartika
n sebagai penelusuran sesuatu sampai ke hakikat maka penjelasan mengenai filsafat tentang il
mu adalah hakikat tentang ilmu, sampai sedalam-dalamnya, hingga ke akar-akarnya, secara m
enyeluruh. Sedangkan menurut pemahaman yang kedua, bahwa filsafat ilmu itu adalah bagai
mana sudut pandang kefilsafatan dalam meneropong ilmu. Barangkali hal ini sama dengan pa
da saat Septiawan Santana menulis buku bertajuk Jurnalisme Sastra. Isi buku tersebut bukan s
ekedar bagaimana menuliskan hasil jurnalisme dengan gaya bahasa sastra, melainkan bagaima
na paradigma sastra bekerja untuk kegiatan-kegiatan jurnalisme. Singkatnya, bagaimana paradi
gma filsafat memandang atau bahkan merasuki ilmu. Filsafat ilmu merupakan telaahan secara
filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu, seperti di bawah ini
:
a. Ontologi : objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek ters
ebut? Bagaimana hubungan objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa
dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan.
b. Epistemologi : bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang
berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar kita me
ndapat pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya
? Cara/ teknik/ sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang beru
pa ilmu.
c. Aksiologi : untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana k
aitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan o
bjek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedur
al yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/ profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009
Harun Hadiwijoyo, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta: Kanisius, 1980
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 2002
Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Bandung: Yayasan PIARA, 1997
Jujun S, Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan, 1987.
Mulyadhi Kartanegara, Panorama Filsafat Islam, Bandung: Mizan, 2005
Mulyadhi Kartanegara, Pengantar Epistemologi Islam, Bandung: Mizan, 2003

More Related Content

What's hot (20)

Dasar filsafat
Dasar filsafatDasar filsafat
Dasar filsafat
 
Merumuskan kembali (makalah)
Merumuskan kembali (makalah)Merumuskan kembali (makalah)
Merumuskan kembali (makalah)
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Kelompok 11 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sard...
Kelompok 11 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya)  Dosen Pengampu : DR. Sigit Sard...Kelompok 11 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya)  Dosen Pengampu : DR. Sigit Sard...
Kelompok 11 filsafat Ilmu A (Untag Surabaya) Dosen Pengampu : DR. Sigit Sard...
 
Filsafat ilmu. BAB 4 Cara Mendapatkan Pengetahuan Yang Benar
Filsafat ilmu. BAB 4 Cara Mendapatkan Pengetahuan Yang BenarFilsafat ilmu. BAB 4 Cara Mendapatkan Pengetahuan Yang Benar
Filsafat ilmu. BAB 4 Cara Mendapatkan Pengetahuan Yang Benar
 
Filsafat peluang dalam ilmu
Filsafat peluang dalam ilmuFilsafat peluang dalam ilmu
Filsafat peluang dalam ilmu
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
ilmu filsafat
ilmu filsafatilmu filsafat
ilmu filsafat
 
Filsafat, ilmu, lingkup
Filsafat, ilmu, lingkupFilsafat, ilmu, lingkup
Filsafat, ilmu, lingkup
 
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaPengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
 
Filsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuanFilsafat ilmu pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan
 
Makalah logika (1)
Makalah logika (1)Makalah logika (1)
Makalah logika (1)
 
APA ITU ILMU
APA ITU ILMUAPA ITU ILMU
APA ITU ILMU
 
4 epistemologi
4 epistemologi4 epistemologi
4 epistemologi
 
Pengertian filsafat
Pengertian filsafatPengertian filsafat
Pengertian filsafat
 
Pengantar Fisafat
Pengantar Fisafat Pengantar Fisafat
Pengantar Fisafat
 
Modul filsafat ilmu filsafat Ilmu
Modul filsafat ilmu filsafat IlmuModul filsafat ilmu filsafat Ilmu
Modul filsafat ilmu filsafat Ilmu
 
Struktur Ilmu Filsafat Ontologi dan Epistemologi
Struktur Ilmu Filsafat Ontologi dan EpistemologiStruktur Ilmu Filsafat Ontologi dan Epistemologi
Struktur Ilmu Filsafat Ontologi dan Epistemologi
 
filsafat Ilmu
filsafat Ilmufilsafat Ilmu
filsafat Ilmu
 
Dasar filsafat (1)
Dasar filsafat (1)Dasar filsafat (1)
Dasar filsafat (1)
 

Similar to STRUKTUR FILSAFAT DAN POSISI ILMU

Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptxTugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptxbungashoumizahro
 
Filsafat dasar
Filsafat dasarFilsafat dasar
Filsafat dasarIksan Udin
 
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxfebry66
 
Ayu Rufaida (2205056052.docx
Ayu Rufaida (2205056052.docxAyu Rufaida (2205056052.docx
Ayu Rufaida (2205056052.docxAyuRufaida
 
PANCASILA _SEBAGAI SISTEM FILSAFAT..ppt
PANCASILA _SEBAGAI SISTEM  FILSAFAT..pptPANCASILA _SEBAGAI SISTEM  FILSAFAT..ppt
PANCASILA _SEBAGAI SISTEM FILSAFAT..pptwarsitokasim1
 
Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiNabilahMaharani1
 
Pancasila sebagai Sistem Filsafat (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
Pancasila sebagai Sistem Filsafat (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)Pancasila sebagai Sistem Filsafat (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
Pancasila sebagai Sistem Filsafat (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)Rajabul Gufron
 
Filsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika KomunikasiFilsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika KomunikasiAfril Wibisono
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanAnnisa Fauzia
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWDjoko Adi Walujo
 
MAKALAH FILSAFAT ONTOLOGI.pdf
MAKALAH FILSAFAT  ONTOLOGI.pdfMAKALAH FILSAFAT  ONTOLOGI.pdf
MAKALAH FILSAFAT ONTOLOGI.pdfRasyidiAli
 
PowerPoint_FILSAFAT_ILMU_PENGERTIAN_FUNG.pptx
PowerPoint_FILSAFAT_ILMU_PENGERTIAN_FUNG.pptxPowerPoint_FILSAFAT_ILMU_PENGERTIAN_FUNG.pptx
PowerPoint_FILSAFAT_ILMU_PENGERTIAN_FUNG.pptxalisyabana2
 
2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pdf
2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pdf2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pdf
2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pdfKiradTimbola
 

Similar to STRUKTUR FILSAFAT DAN POSISI ILMU (20)

Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptxTugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
Tugas Akhir Kelompok 5 PPT Pengantar Filsafat Ilmu.pptx
 
Makalah filsafat
Makalah filsafatMakalah filsafat
Makalah filsafat
 
Filsafat dasar
Filsafat dasarFilsafat dasar
Filsafat dasar
 
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PPT FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
Ayu Rufaida (2205056052.docx
Ayu Rufaida (2205056052.docxAyu Rufaida (2205056052.docx
Ayu Rufaida (2205056052.docx
 
PANCASILA _SEBAGAI SISTEM FILSAFAT..ppt
PANCASILA _SEBAGAI SISTEM  FILSAFAT..pptPANCASILA _SEBAGAI SISTEM  FILSAFAT..ppt
PANCASILA _SEBAGAI SISTEM FILSAFAT..ppt
 
Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Pancasila sebagai sistem filsafat AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafatPancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat
 
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayantiRangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
Rangkuman kelompok 10 fenny aldamayanti
 
Pancasila sebagai Sistem Filsafat (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
Pancasila sebagai Sistem Filsafat (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)Pancasila sebagai Sistem Filsafat (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
Pancasila sebagai Sistem Filsafat (Mata Kuliah Pendidikan Pancasila)
 
Filsafat
Filsafat Filsafat
Filsafat
 
Filsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika KomunikasiFilsafat dan Etika Komunikasi
Filsafat dan Etika Komunikasi
 
Cabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat PendidikanCabang Filsafat Pendidikan
Cabang Filsafat Pendidikan
 
Cabang
CabangCabang
Cabang
 
Filsafat pancasila
Filsafat pancasilaFilsafat pancasila
Filsafat pancasila
 
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AWFILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
FILSAFAT ILMU PERTEMUAN I - DJOKO AW
 
MAKALAH FILSAFAT ONTOLOGI.pdf
MAKALAH FILSAFAT  ONTOLOGI.pdfMAKALAH FILSAFAT  ONTOLOGI.pdf
MAKALAH FILSAFAT ONTOLOGI.pdf
 
PowerPoint_FILSAFAT_ILMU_PENGERTIAN_FUNG.pptx
PowerPoint_FILSAFAT_ILMU_PENGERTIAN_FUNG.pptxPowerPoint_FILSAFAT_ILMU_PENGERTIAN_FUNG.pptx
PowerPoint_FILSAFAT_ILMU_PENGERTIAN_FUNG.pptx
 
2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pdf
2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pdf2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pdf
2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.pdf
 
Isi filsafat hukum
Isi filsafat hukumIsi filsafat hukum
Isi filsafat hukum
 

Recently uploaded

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxmuhammadkausar1201
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptxHR MUSLIM
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 

Recently uploaded (20)

Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptxMateri IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
Materi IPAS Kelas 1 SD Bab 3. Hidup Sehat.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptxcontoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan  .pptx
contoh penulisan nomor skl pada surat kelulusan .pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 

STRUKTUR FILSAFAT DAN POSISI ILMU

  • 1. ISTEMATIKA FILSAFAT/ STRUKTUR FILSAFAT BAB I PENDAHULUAN A. Ilmu (Sain) Dalam Struktur Filsafat Menelusuri posisi ilmu dalam konstalasi sitematika filsafat secara umum boleh dibilang penting. Ini berguna untuk lebih memahami karakteristik ilmu secara kefilsafatan, atau setidaknya men gerti posisi ilmu dalam perkembangan pemikiran filsafat. Dan memang, hal yang sedang diba has di sini adalah Filsafat Ilmu. Prase Filsafat Ilmu, dapat berpengertian filsafat tentang ilmu, d an atau dipahami sebagai ilmu dilihat dari sudut pandang kefilsafatan. Ini tidak menurut refer ensi, tetapi menurut penalaran saja, setelah membaca berbagai karya filsafat dan Filsafat Ilmu. Untuk yang pertama, jika filsafat diartikan sebagai penelusuran sesuatu sampai ke hakikat mak a penjelasan mengenai filsafat tentang ilmu adalah hakikat tentang ilmu, sampai sedalam -dala mnya, hingga ke akar-akarnya, secara menyeluruh. Sedangkan menurut pemahaman yang ked ua, bahwa filsafat ilmu itu adalah bagaimana sudut pandang kefilsafatan dalam meneropong il mu. Barangkali hal ini sama dengan pada saat Septiawan Santana menulis buku bertajuk Jurn alisme Sastra. Isi buku tersebut bukan sekedar bagaimana menuliskan hasil jurnalisme dengan gaya bahasa sastra, melainkan bagaimana paradigma sastra bekerja untuk kegiatan-kegiatan ju rnalisme. Singkatnya, bagaimana paradigma filsafat memandang atau bahkan merasuki ilmu. Selanjutnya, untuk lebih jelasnya lagi, setelah diuraikan secara sederhana mengenai sistematika atau struktur filsafat, akan dibahas secara khusus mengenai ilmu. Sehingga isi makalah ini hen dak berusaha menjelaskan beberapa hal berikut ini: Bagaimana sistematika atau struktur filsafat itu Dimanakah posisi ilmu dalam sistematika filsafat Ruang lingkup pembahasan ilmu dalam filsafat ilmu serta beberapa penjelasan tambahan lainn ya mengenai ilmu. B. Sistematika Filsafat
  • 2. Filsafat mempunyai objek kajian, material dan formal. Objek kajian materialnya yai tu sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Dan objek formalnya, yaitu selama sesuatu yang ada dan yang mungkin ada itu diselidiki secara mendalam. Atau dicari keterangan yang seda lam-dalamnya. Hasil berpikir segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada itu tadi telah bany ak sekali terkumpul, dalam berbagai buku, hasil karangan, dan karya tulis para filsuf. Setelah k esemuanya itu disusun secara sistematis, ia dinamakan sistematisasi filsafat, disebut juga strukt ur filsafat. Oleh karena itu, objek kajian filsafat luas sekali. Hasil pemikiran itu senantiasa me mbuncit dan tidak ada yang dieliminasi. Maka hasil yang terkumpul dalam sistematika filsafat menjadi banyak sekali. Karena banyaknya, jangankan mempelajari, membaginya pun repot. Be gitu komentar Tafsir dalam bukunya Filsafat Umum. Tetapi mengenai uraian struktur filsafat atau sistematika filsafat ini, tidak ada buku yang lebih sistematis dan bagus dari buku legendarisnya Ahmad Tafsir itu. Itulah kelebihan s eorang profesor, mampu membuat sesuatu yang rumit menjadi sederhana dan mudah dipaha mi. Maka referensi penting dari makalah ini, dalam membuat sistematika filsafat mengacu kep ada sistematisasi filsafat yang sudah dilakukan Tafsir dalam bukunya itu. Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya. Jika kebenaran y ang sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia sistematika filsafat. Sistematika filsafat i ni biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat, yaitu teori pengetauan, teori hakikat, dan t eori nilai. Teori pengetahuan, membahas tentang cara memperoleh pengetahuan. Teori haki kat membahas semua objek, dan hasilnya ialah pengetahuan filsafat. Teori nilai atau aksiologi membicarakan guna pengetahuan itu tadi. Sebelum berbicara lebih jauh lagi, baiknya kita susun terlebih dahulu sistematika t ersebut. Ini untuk memudahkan kita, agar dapat melihat dulu bagaimana peta filsafat yang lu as itu. Bagusnya dibuat dalam bentuk gambar, tetapi sepertinya tidak memungkinkan. Pola da sar sistematikanya, sekali lagi meniru dari yang dibikin Ahmad Tafsir dalam buku yang disebut tadi. Namun beberapa hal ditambahkan dan diimprovisasi sesuai dengan penalaran dan temu an pada buku lain. Temuan pada buku-buku lain dimaksud ada yang juga serupa tapi tak sa ma, seperti misalnya pada buku Aliran-aliran Filsafat dan Etika karya Juhaya S. Praja. Ada pula yang merupakan hal baru, seperti pada aliran-aliran dalam teologi, etika dan estetika. Untuk pembagian ateisme, misalnya dapat ditelusuri pada tulisan Jalaluddin Rakhmat untuk penganta r buku Agama Marxis karya O. Hasem.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN SISTEMATIKA FILSAFAT/ STRUKTUR FILSAFAT 1. Teori Pengetahuan (kadang disebut juga epistemologi) 1.1. Epistemologi 1.1.1. Empirisme 1.1.2. Rasionalisme 1.1.3. Positivisme 1.1.4. Intuisionisme 1.2. Logika (rasional dan supra-rasional) 2. Teori Hakikat (kadang disebut juga ontologi) 2.1. Ontologi 2.1.1. Materialisme 2.1.2. Idealisme 2.1.3. Dualisme 2.1.4. Skeptisisme 2.1.5. Agnostisisme 2.2. Kosmologi 2.3. Antropologi
  • 4. 2.4. Theodicea atau Theologia 2.4.1. Teisme 2.4.1.1. Monoteisme 2.4.1.2. Triniteisme 2.4.1.3. Politeisme 2.4.1.4. Panteisme 2.4.1.5. Panenteisme 2.4.2. Ateisme 2.4.2.1. Ateisme Rasional 2.4.2.2. Ateisme Romantis 2.4.3. Agnotisisme 2.5. Filsafat Agama 2.6. Filsafat Hukum 2.7. Filsafat Pendidikan 2.8. Filsafat Sejarah 2.9. Filsafat Administrasi 2.10. dll. 3. Teori Nilai (disebut juga aksiologi) 3.1. Etika 3.1.1. Hedonisme 3.1.2. Vitalisme 3.1.3. Pragmatisisme 3.1.4. Utilitarianisme 3.1.4.1. Utilitarianisme Tindakan 3.1.4.2. Utilitarianisme Peraturan 3.1.5. Etika Teonom
  • 5. 3.1.5.1. Etika Teonom Murni 3.1.5.2. Teori Hukum Kodrat 3.1.6. Eudemonisme 3.1.7. Etika Agama (ahlak) 3.1.7.1. Islam 3.1.7.2. Cofusianisme 3.1.7.3. Katolik dan Kristen 3.1.7.4. Yahudi 3.1.7.5. Hindu 3.1.7.6. Budha 3.1.7.7. Konghucu 3.1.7.8. Aliran Kepercayaan 3.1.7.9. dll. 3.1.8. 3.2. Estetika 3.2.1. Metafisis 3.2.2. Psikologis 3.2.3. Objektif 3.2.4. Subjektif A. Posisi Ilmu dalam Sistematisasi/ Struktur Filsafat Sistematisasi/ struktur/ peta filsafat di atas, rasa-rasanya tidak perlu dijelaskan semua di sini. S elain karena keterbatasan ruang, juga agar bahasan fokus kepada mengantarkan kepada pem bahasan filsafat ilmu. Yang akan diurai di sini cukup mengenai epistemologi, sebab pada bagi an itulah ilmu muncul. Bahkan banyak pula kalangan yang menyebut bahwa epistemologi itu f ilsafat ilmu.
  • 6. Penjelasan sederhananya begini. Seperti yang sudah dikemukakan, filsafat itu terb agi ke dalam tiga cabang besar. Teori pengetahuan, teori hakikat, dan teori nilai. Ketiganya b erkembang lagi, melahirkan aliran-aliran tersendiri. Pada teori pengetahuan misalnya ada epist emologi dan logika. Itu juga berkembang lagi. Epistemologi melahirkan, sebut saja filsafat alira n empirisme, rasionalisme, positivisme, dan intuisionosme. Teori hakikat membuahkan onotologi, kosmologi, antropologi, dan seterusnya dap at dilihat pada pembagian di atas. Begitupun teori nilai, berkembang melahirkan etika dan est etika. Untuk kepada pemahaman mengenai filsafat ilmu, pembahasan cukup pada epist emologi. Sebab di situlah bersemayamnya ilmu dalam kacamata paradigma barat. Begini. Epistemologi membicarakan antara lain hakikat pengetahuan, yaitu apa pe ngetahuan itu sesungguhnya? Juga membahas sumber pengetahuan itu, dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan tersebut? Runes dalam kamusnya (1971), menjelaskan bahwa epistemology is the branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods and validity of knowladge. Itulah s ebabnya epistemologi sering disebut dengan istilah filsafat pengetahuan, sebab ia membicarak an hal pengetahuan. Istilah epistemologi sendiri untuk pertama kalinya muncul dan dipergunak an oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971:94). Menurut John Locke, teori pengetahuan harus mendahului cabang lainnya. Ia me njadikan teori pengetahuan sebagai salah satu bidang kajiannya yang penting. B. Ada Beberapa Aliran Dalam Epistemologi. Empirisme Empirisme bersal dari kata dalam bahasa Yunani, empirikos atau empeiria, artinya pengalaman . Menurut aliran ini, pengetahuan dapat diperoleh hanya melalui pengalaman. Lebih tepatnya pengalaman inderawi. Kita tahu kerbau itu besar setelah melihatnya. Tahu bahwa gula itu ma nis, setelah mencicipinya. Tahu bahwa cianjuran itu “waas” setelah menyimaknya. Tahu bah wa parfum itu eksotis setelah menciumnya, dan tahu bahwa kulit istri atau suami Anda halus setelah mengelusnya. Jadi, jangan percaya konsep, sebelum mengalaminya, ada eksperimen. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar. Jadi, pen galaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar. Karena itulah metode penelitian yang
  • 7. menjadi tumpuan aliran ini adalah metode eksperimen. Tokoh utama aliran ini John Locke (1 632-1704) dengan teorinya tabula rasa. Terduga, bagi aliran ini Tuhan non sense, malaikat, surga dan neraka, tidak dianggap ada. Ka rena hal itu tidak bisa ditangkap oleh indera. Tetapi aliran ini memiliki kelemahan. Kelemahan pertama ialah indera terbatas. Benda yang ja uh kelihatan kecil. Apakah benda itu kecil? Keterbatasan kemampuan indera ini dapat melapor kan objek tidak sebagaimana adanya. Dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah. Kelemahan kedua ialah indera menipu. Bagi yang sedang sariawan, baso itu perih, tidak nikm at sebagaimana di lidah orang yang waras. Bagi orang ciwidey, kota Bandung itu panas, tapi bagi orang Jakarta dingin. Ini juga manimbulkan pengetahuan empiris yang salah. Kelemahan ketiga, objek menipu. Contohnya ilusi dan fatamorgana. Prasangka, seolah -olah me ndengar padahal tidak. Kelemahan keempat, indra dan objek terbatas. Kita tidak dapat melihat benda tiga dimensi sekaligus. Kita hanya bisa melihatnya dari depan saja, samping saja, dst. Kesimpulannya empirisme lemah karena indera ini terbatas. Oleh karena itu muncul rasionalis me. Rasionalisme Singkatnya, aliran ini memliki rumus bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Tokohnya Rene Descartes (1596-1650). Bagi aliran ini, keterbatasan indera dalam empirisme dapat diatasi seandainya akal digunakan. Benda yang jauh kelihatan kecil karena jarak menentukan bayangan yang jatuh di mata. Atau fatamorgana itu gejala alam. Dst. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh kebenaran. Pengalaman i ndera diperlukan untuk merangsang akal dan memberekan bahan-bahan yang merangsang ak al dapat bekerja. Untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan a kal. Laporan indera merupakan bahan yang belum jelas. Bahan ini kemudian dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berfikir. Indera memotret, akal yang memaknai. Jadi akal bekerja karena ada bahan dari indera. Akan tetapi, akal dapat juga menghasilkan pengetahuan yang t idak berdasarkan bahan inderawi sama sekali. Jadi akal dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul-betul abstrak. Selanjutnya kerjasama empirisme dan rasionalisme inilah yang melahirkan metode sains, dan d ari metode ini lahirlah pengetahuan sains, yang dalam bahasa Indonesia sering disebut penge
  • 8. tahuan ilmiah. Pengetahuan sains adalah jenis pengetahuan yang logis dan memiliki bukti em piris. Jika yang bekerja hanya rasionalisme saja, tanpa didukung bukti empiris, maka pengetahuan y ang diperoleh adalah pengetahuan filsafat. Jadi pengetahuan filsafat merupakan pengetahuan yang logis saja tanpa didukung pengetahuan yang empiris. Lanjutan dari empirisme dan rasionalisme itu dalam filsafat pengetahuan ialah aliran positivism e. Positivisme Tokohnya August Comte (1798-1857), seorang penganut empirisme. Ia berpendapat bahwa ind era itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan tetapi harus dipertajam dengan alat ba ntu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera akan dikoreksi dengan eksperimen. E ksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Panas diukur dengan derajat panas, jauh di ukur dengan meteran, berat diukur dengan kiloan, dst. Jadi pada dasarnya pstivisme bukan aliran yang mandiri. Ia hanya menyempurnak an empirisme dan rasionalisme yang bekerjasama. Dengan kata lain ia menyempurnakan meto da ilmiah. Jadi menurut positivisme, kebenaran adalah sesuatu yang terukur. Sepertinya, pada periode inilah ilmu (sains) mengalami kemajuan yang dahsyat, d an dianggap garda depan dalam kehidupan ini. Hingga Comte membuat tingkatan periodisasi pengetahuan di masyarakat: mitos, filsafat, ilmu. Ilmu yang dimaksud adalah sains. Intuisionisme Dengan indera, manusia hanya mapu mengetahui bagian-bagian tertentu tentang objek. Diba ntu oleh akal, manusia juga belum mampu memperoleh pengetahuan yang utuh. Manusia ma mpu menagkap keseluruhan objek hanyalah dengan intuisinya. Inilah aliran keempat. Ini adala h aliran yang dibawa Bergson (1859-1941). Lagi pula, dalam kehidupan ini ada gejala-gejala yang tidak bisa atau tidak harus selalu dialami dulu. Dan belum tentu ditangkap oleh rasionalitas. Bahkan tidak bisa diukur. Ap akah bahagia bisa diukur? Apakah benci bisa ditensi? Apakah cantik itu rasional? Dst. Belum lagi kalau kita berbicara masalah pengalaman batiniah keagamaan seseora ng. Itu mistis. Tidak bisa dirasionalkan, dan diukur. Apakah malaikat pernah terlihat? Tetapi ke napa Anda mempercayainya. Itulah intuisi.
  • 9. C. Macam-macam Pengetahuan Manusia Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan mengenai jenis-jenis pengetahuan manusia. Mengenai macam pengetahuan itu, objeknya, paradigmanya, metodenya, serta ukuran -ukuran nya dapat dilihat dalam matriks yang sudah dibuatkan, lagi-lagi oleh Tafsir. Beliau pernah me mbikin tabel ini dua kali. Pertama di bukunya Filsafat Umum, kedua di bukunya Filsafat Ilmu. Tetapi ini dikutip dengan perspektif kami. Untuk menjaga konsistensi konsep, kami mmeuatnya campur aduk. Karena sepertinya ada perubahan temuan pikiran yang baru. SKEMA PENGETAHUAN MANUSIA Macam Pengetahuan Objek Paradigma Metode Ukuran Sains Empiris Positivistis Metode ilmiah, Sains (logiko, hipotetiko,verifikasi) Rasional dan bukti empiris Filsafat Abstrak Logis Logis Rasio Logis Mistik
  • 10. Abstrak Supralogis Mistis Latihan Rasa Pada sub pembahasan ini sudah mulai kentara, bahwa yang dimaksud filsafat ilmu itu, ilmu d alam pengertian sains. Dan itu sangat materialistis, positivistis. Inilah ilmu dalam perspektif bar at. Ilmu di sini merupakan penyempitan atau pengkhususan dari jenis pengetahuan manusia y ang luas itu. Dalam Filsafat Ilmu, Tafsir mendahulukan sebuah penjelasan, seperti ini. Bagi orang-orang yan g mempelajari bahasa arab kata al-’ilm berarti pengetahuan (knowladge), sedangkan kata il mu dalam bahasa Indonesia biasanya merupakan terjemahan dari kata science dalam bahasa i nggris yang berarti pengetahuan sains (ilmiah) itu. ilmu dalam arti science itu hanya sebagian dari al-‘ilm dalam bahasa arab. Karena itu, kata Tafsir, science seharusnya diterjemahkan sain saja. Maksudnya agar orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan kata il mu (sain) dengan kata al-‘ilm yang berarti knowladge. Ini bukan sekedar bahasa, tetapi luma yan paradigmatik.
  • 11. BAB III RUANG LINGKUP PEMBAHASAN ILMU DALAM FILSAFAT MENGENAI ILMU
  • 12. A. Ruang Lingkup Pembahasan Ilmu Dalam Filsafat Ilmu Serta Beberapa Penjelasan Tamba han Lainnya Mengenai Ilmu Untuk sub bahasan ini, seluruhnya kami uraikan sebuah resume yang diambil dari buku Filsfat Ilmu karya Jujun Suriasumantri. Ini sekedar informasi saja seputar karakteristik filsafat ilmu. Beri kut resumenya. Filsafat ilmu bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji haki kat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilm u sosial, namun karena permasalahan-permasalahan teknis yang bersifat khas, maka filsafat ilm u ini sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial. Pembagian tersebut lebih merupakan pembatasan masing-masing bidang yang ditelaah, dan ti dak mencirikan cabang filsafat yang bersifat otonom. Ilmu memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak ada perbe daan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, di mana keduanya mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama. Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan me ngenai hakikat ilmu, seperti di bawah ini: a. Ontologi : objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek ters ebut? Bagaimana hubungan objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? b. Epistemologi : bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar kita me ndapat pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya ? Cara/ teknik/ sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang beru pa ilmu? c. Aksiologi : untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana k aitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan o bjek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedur al yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/ profesional?
  • 13. Semua pengetahuan, apakah itu ilmu, seni, atau pengetahuan apa saja pada dasarnya memp unyai ketiga landasan ini. Yang berbeda adalah materi perwujudannya serta sejauh mana land asan-landasan dari ketiga aspek ini diperkembangkan dan dilaksanakan. Dari semua pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologisnya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan pengetahuan -pengetahu an lain dan dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. Dari pengertian inilah sebenarn ya berkembang pengertian ilmu sebagai disiplin yakni pengetahuan yang mengembangkan da n melaksanakan aturan-aturan mainnya dengan penuh tanggungjawab dan kesungguhannya. Jadi untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya , maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu (ontolo gi)? Bagaimana caranya mendapatkan pegetahuan tersebut (epistemologi)? Serta untuk apa p engetahuan tersebut digunakan (aksiologi)? Degan mengetahui jawaban ketiga pertanyaan ini maka dengan mudah ita dapat membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dala m khasanah kehidupan manusia. Hal ini memungkinkan kita mengenali berbagai pengetahuan yang ada seperti ilmu , seni dan agama serta meletakan mereka pada tempatnya masing-mas ing. Tanpa mengenali ciri-ciri tiap pengetahuan dengan benar, maka bukan saja kita tidak dapat memanfaatkan kegunaannya secara maksimal, bahkan kadang kita salah menggunakannya. BAB IV KESIMPULAN
  • 14. Jadi dalam segala pembahasan diatas tentang apa yang telah dijelaskan bahwa filsafat diartika n sebagai penelusuran sesuatu sampai ke hakikat maka penjelasan mengenai filsafat tentang il mu adalah hakikat tentang ilmu, sampai sedalam-dalamnya, hingga ke akar-akarnya, secara m enyeluruh. Sedangkan menurut pemahaman yang kedua, bahwa filsafat ilmu itu adalah bagai mana sudut pandang kefilsafatan dalam meneropong ilmu. Barangkali hal ini sama dengan pa da saat Septiawan Santana menulis buku bertajuk Jurnalisme Sastra. Isi buku tersebut bukan s ekedar bagaimana menuliskan hasil jurnalisme dengan gaya bahasa sastra, melainkan bagaima na paradigma sastra bekerja untuk kegiatan-kegiatan jurnalisme. Singkatnya, bagaimana paradi gma filsafat memandang atau bahkan merasuki ilmu. Filsafat ilmu merupakan telaahan secara filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu, seperti di bawah ini : a. Ontologi : objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek ters ebut? Bagaimana hubungan objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berfikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan. b. Epistemologi : bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar kita me ndapat pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya ? Cara/ teknik/ sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang beru pa ilmu. c. Aksiologi : untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana k aitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan o bjek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedur al yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/ profesional. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997
  • 15. Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009 Harun Hadiwijoyo, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta: Kanisius, 1980 Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 2002 Juhaya S. Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, Bandung: Yayasan PIARA, 1997 Jujun S, Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar Harapan, 1987. Mulyadhi Kartanegara, Panorama Filsafat Islam, Bandung: Mizan, 2005 Mulyadhi Kartanegara, Pengantar Epistemologi Islam, Bandung: Mizan, 2003