Tetangga memiliki kedudukan penting dalam keislaman. Berbuat baik kepada tetangga adalah tanda kesempurnaan iman. Seseorang tidak akan mencapai kesempurnaan iman jika bersikap buruk terhadap tetangga. Tetangga juga menentukan kualitas akidah, ibadah, dan akhlak seseorang.
1. 1
Seri Khutbah Jum’at Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Wilayah DIY
Edisi 195, Jum’at 17 Januari 2020
KEDUDUKAN TETANGGA DALAM KEISLAMAN
SEORANG MUSLIM
Oleh: Dr. Muhammad Wakhid Mushtofa, M.Si
(Bidang Pelatihan dan Dakwah, PW IKADI DIY)
KhutbahPertama
َاَلَحَمَدََّ َ ّلِلَََلاَّذَيََشََرَفَنَّبَاَّالَيَمََو،انَأَمَرَنَّبَاَّإَحَسَّانََالَّجَيَرَانَ،َوَوَعدَ
َّلَمَكَّرَّمََالَجَّارََنَّعَيَمََالَّجَنَ.انَ
ََهللاَالّإَهلّإََالنَأدهشأوهَلكي ّرَشَالهدحو،َهلوسرَوهدباَعًدَمحَمَنَأدهشأو.َ
َ ّموىَيلّإَمهعّبَتنمَوّهّبحصَوّهّلىَآلعَوٍدَمحاَمنّيّبىَنلَعمّلسَوّلَصَمهَللا
َالَّةاميّقاسحّإّب.نَ
د؛عاَبَمأََ،َهللاادبّاَعيفَنوقَتمَالازَفدقَفّهللاَىوقتّبََاييّإَومكي ّصوأ.ََالق
َ:ىالعت((َنومّلسُّمَمنتأَوَالّإََنتومَتالَوّهّتاقَتَقَحواَهللاقَتواَانامَءنّيذَلَاُّهاياَأي))َ
((ََوواَهللاقَتواَانامَءنّيذَلاَاُّهيَأايَمكالمعَأمكَلحّلصا.َيًدّيدَسًالواَقولوق
اًميّظاَعًزوَفازَفدقَفهلوسرَوَهللاّعّطَينمَومكبونَذمكَلرّفغيو))َ
Jamaah shalat jumat rahimakumullah..
Seseorang yang paling sering kita jumpai dalam kehidupan keseharian kita setelah keluarga adalah
tetangga. Sebagian besar ulama mengartikan tetangga adalah seorang yang tinggal empat puluh rumah
dari rumah kita dari semua arah. Hal ini berdasarkan Hadits Marfu’ dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu ,
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
«َحَُّقََالَّجَوَّارََأَرَبَعَوَنَدًَارا،ََهَكَذا،ََوَهَكذا،ََوَهَكَذ،اََيَّمَيًَناَ
َوَّشَمًَاال،ََوَقََدًَماا،ََوَخَلًَفا»َ
“Hak tetangga itu empat puluh rumah, ke sana, ke sana, ke sana dan ke sana, (Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam mengarahkantangannya) ke arah kanan dan ke arah kiri,
ke arah depan dan ke arah belakang.” (HR. Abu Ya’la dalam Musnadnya).
Sedangkan Madzhab Maliki berpendapat tetangga itu yang disatukan oleh satu masjid atau dua
masjid yang berdekatan. Saat ini, pengertian tetangga barangkali tidak hanya terbatas pada pengertian
tersebut, namun lebih lebih luas lagi. Jika kita bekerja di pasar, maka para pedagang yang ada di sebelah
2. 2
kita adalahtetangga kita.Jika kita bekerja dikantor, maka sesama temansatukantorjuga dikatakansebagai
tetangga kita. Demikian pula untuk tempat-tempat yang lainnya.
Jamaah shalat jumat rahimakumullah..
Dalam keislaman seorang hamba, tetangga memiliki kedudukan yang istimewa. Kalau Islam
sebagai ajaran hidup yang sempurna dibagi menjadi tiga aspek, yaitu akidah (keyakinan), ibadah
(peribadatan) dan akhlak, maka pada ketiganya, peran tetangga sangatlah menentukan kualitas kebaikan
seseorang. Tetangga menjadi salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kesempurnaan akidah,
ibadah dan akhlak kita.
Dalam hal akidah, kedudukan penting tetangga yang pertama adalah bahwa berbuat baik kepada
tetangga menjadi salah satu tanda kesempurnaan iman kita. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu
Anhu,
َهارَجم ّركيلَف ّر َّاآلخ ّمويالَوّهللاّبَنّمؤَيانَكنمَ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allahdan hariakhir, maka hendaklahia memuliakan
tetangganya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas memberitahukan kepada kita bahwa seseorang tidak akan mencapai kesempurnaan
iman jika ia tidak berbuat baik kepada tetangganya. Sebaik apapun amalnya, sekhusyu’ dan serajin apapun
ibadahnya, namun jika ia bersikap buruk kepada tetangganya, maka imannya dianggap belum sempurna.
Lebih-lebih jika ia sampai menyakiti tetangganya, baik dengan lisan maupun perbuatannya. Maka akan
berkuranglah imannya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
«َّ َالِلوََالَ،نّمؤيََّ َالِلوََالَ،نّمؤيََّ َالِلوََالََنّمؤي»ََيلّقَ:َنموَايَ
َولسرَ؟ّ َالِلََالقَ:«ّيذَلاََالََنمأيَهارجَاوبَّئَهق»
“Demi Allah, ia tidak beriman, demi Allah, ia tidak beriman, demi Allah, ia tidak
beriman, (tidak sempurna imannya), lalu ditanyakan, “Siapa ia wahai Rasulullah?
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab, “Yaitu seseorang yang tetangganya
tidak aman dari kejahatannya.” (HR. Al-Bukhari).
Jamaah shalat jumat rahimakumullah..
Jika kita diperintahkan untuk berbuat baik kepada tetangga kita, maka bagaimanakah ukurannya?
Kapan kita sudah dikategorikan sebagai seorang yang telah berbuat baik kepada tetangga? Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wasallam memberikan patokannya dalam hadis berikut ini:
َّهي َّخ َِّلوَأّه ّارجّلَ َب ّحىَيَتَحٌدبَعنّمؤَيَالّهّديّبَيّسفَنّيذَلاو
َّهّسفنّلَ ُّب ّحاَيم
3. 3
“Demi Dzat yang jiwaku dalam tangan-Nya, tidak –sempurna—iman seorang hamba
hingga ia mencintai untuk tetangganya atau untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai
sesuatu untuk dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Jadi, kita dikategorikan sebagai seorang yang telah berbuat baik kepada tetangga jika kita
menginginkan kebaikan-kebaikan untuknya, sebagaimana kita menginginkannya untuk diri kita sendiri.
Tentunya ini bukanlah hal yang mudah, namun marilah kita berlatih untuk mewujudkannya.
Kedudukan penting tetangga kedua dalam aspek akidah adalah menyakiti tetangga akan menjadi
penghalang seseorang masuk surga. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
َقّئاوَبهارَجنمأَيَالنَمةَنجَاللخدَيالَه
“Tidak masuk surga seorang yang tetangganya tidak merasa aman dari tingkah lakunya”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Yang dimaksud tidak masuk surga adalah bahwa seorang mukmin tidak langsung masuk surga
setelah selesai proses hisab dan penimbangan amalan. Artinya, ia harus masuk neraka dahulu sebagai
balasan atas perbuatannya menyakiti tetangga. Walaupun pada akhirnya, ia akan masuk surga, karena
adalah seorang mukmin.
Hampir senada dengan hadis tersebut, Rasulullah pernah ditanya mengenai seseorang yang rajin
shalat (sunnah) di malam hari dan puasa (sunnah) di siang hari. Dia bekerja dan juga bersedekah, akan
tetapi ia menyakiti tetangganya dengan lisannya. Maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menjawab,
“Sedikitpun tidak ada kebaikan terhadap amalan yang ia lakukan, ia termasuk ahli neraka.” Lalu ditanyakan
kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, bahwa seseorang –hanya- melaksanakan shalat wajib dan
bersedekah dengan sepotong roti kering dan tidak menyakiti siapapun. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
menjawab, “Dia termasukahlisurga.” Demikiandiriwayatkanolehal-Bukharidalamkitabal-Adab al-Mufrad
dan al-Baihaqi dalam kitab Syu’ab al-Iman.
Hadis di atas menjelaskan kepada kita bahwa penunaian kewajiban ‘ubudiyah kepada Allah
bukanlah sebuah jaminan bahwa orang tersebut akan masuk surga jika ia bersikap buruk dan menyakiti
tetangganya. Dengan demikian berarti sikap seorang muslim terhadap tetangganya akan menjadi salah
satu hal yang menyebabkan ia masuk ke dalam surga.
Jamaah shalat jumat rahimakumullah..
Yang kedua, tetangga mempunyai kedudukan penting dalam ibadah seorang hamba. Artinya,
tetangga adalah patner utama kita dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Misalnya, dalam
pelaksanaan shalatberjama’ah, peranan tetangga sangatlah jelas. Kita akan lebih bersemangat mendirikan
shalat berjamaah jika dikelilingi oleh para tetangga yang juga rajin berjamaah. Jumlah jamaah dalam shalat
pun semakin banyak jika banyak tetangga kita yang ikut shalat berjamaah. Demikian juga dalam ber-amar
ma’ruf dan nahi munkar, dan berdakwah menyebarkan kebaikan di masyarakat, peranan tetangga
4. 4
sangatlah nyata. Maka sangat wajar apabila Jibril senantiasa berwasiat kepada Nabi Shallallahu Alaihi
Wasallam agar selalu berbuat baik kepada tetangga. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
َّني ّوصَييل ّرب َّجالاَزمَيََهث ّرويَسهَنَأتننىَظَتَح ّارجالّب
“Jibril terus menerus berpesan kepadaku tentang tetangga, hingga aku menduga bahwasanya
dia akan memberikan hak waris kepada tetangga.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Jamaah shalat jumat rahimakumullah..
Yang terakhir, tetangga juga mempunyai peranan penting dalam akhlak seorang muslim. Hal ini
bisa lihat dari kedudukan tetangga sebagai saksi utama terhadap kebaikan atapun keburukan akhlak
seseorang. Al-Baihaqi dalam kitab Syu’ab al-Iman meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia bercerita:
Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, laluberkata: “Ya Rasulullahtunjukkan kepadaku
suatu amal, jika aku melakukannya, maka aku akan masuk surga?” Lalu Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam
menjawab, “Jadilahkamu orang baik.” Dia bertanya, “Bagaimana aku tahu, kalauaku baik.” Nabi menjawab,
“Tanyakan kepada tetanggamu, jika mereka mengatakan kamu baik, berarti kamu baik. Jika mereka mengatakan
kamu buruk, berarti kamu buruk.”
Jadi, seberapa baik akhlak seorangmuslim dapatdilihatdaripengakuanpara tetangganya. Padahal,
diantara amalan yang paling banyak pahalanya dan dapat memberatkan timbangan di hari kiamat adalah
akhlak yang mulia. Maka, penting bagi kita untuk mendapatkan pengakuan dari para tetangga kita bahwa
kita adalah seorang yang benar-benar baik. Tentang hal ini, terlihat lebih jelas dalam hadits berikut.
«َماََّمَنََمَسَّلٍَمََيَمَوَتََفَيَشَهَدََلَهََأَرَبَعٌَةََّمَنََأَهَّلََأَبَيَّتاََّجَيَرَّناَّهَ
َاِلَدَّنَيَنََأََنَهَمََالََيَعَلَمَوَّنََّإََالََخَيًَرا،ََّإََالََقَالََهللاََعََزََوَجََلَ:َقَدَ
َقَّبَلَتََقَوَلَكَم»،ََأَوََقَالَ:«َشَهادَتَكَمََوَغَفَرَتََلَهََماََالََتَعَلَمَوَن»
“Apabila seorang muslim meninggal, dan empat tetangganya yang terdekat bersaksi bahwa
mereka tidak mengetahuinya kecuali sebagai orang yang baik, maka Allah Subhanahu
Wata'ala berfirman, “Sungguh Aku menerima ucapan kalian atau persaksian kalian, dan
Aku mengampuni baginya dosa yang kalian tidak ketahui.” (Hr. Al-Baihaqi dalam
Syuab al-Iman)
Jamaah shalat jumat rahimakumullah..
Demikianlah kedudukan penting tetangga dalam keislaman seorang muslim. Untuk itu marilah
kita pastikan kebaikan kita kepada semua tetangga kita, agar Allah menggolongkan kita sebagai seorang
yang baik dan layak untuk mendapatkan surga-Nya. Amin ya rabbal ‘alamin.
َّتاآليَانَّم ّهيّفَامّبَمَاكيّإَويّنعفن،َو ّميّظعَالّآنرقيَالّفَمكلَويّلََهللاكارب
اذَهيّلوَقلوق،َأ ّميّكحَال ّرّكالذو،ََهَنّإَ،هورّفغتاسَفمكلَويّلَميّظعَالَهللارّفغتسأو
َمي ّحََالرروفغَالوه