Hildebrand mengembangkan teori visi murni dan visi kinetik dalam eseinya Problem of Form pada 1893. Visi murni terjadi saat mata diam dan menangkap citra planar dua dimensi, sedangkan visi kinetik terjadi saat mata bergerak dan menangkap serangkaian citra berturutan yang memberikan kesan ruang. Teorinya memisahkan antara bentuk aktual fisik dan bentuk perseptual yang bergantung pada faktor seperti cahaya dan sudut pand
2. SEJARAH
Ransangan terbesar bagi perkembangan
teoritis ide ruang di Jerman pada akhir abad ke-19
adalah esei pendek problem of form (masalah
bentuk) yang muncul dalam tahun 1893 dan
ditulisoleh pematung Munchen terkenal Adolf
Hildbrand.
3. • Problem of form-nya Hildebrand menimbulkan pengaruh
besar bagi lahirnya ide ruang dalam seni. Dalam
kenyataannya, teorinya hanya menyangkut hubungan
spatial antara si pengamat dengan objekya sebgai suatu
pengalaman artistik.
• Ia membuka eseinya dengan menyatakan bahwa ide
ruang, bersama dengan ide bentuk yang merupakan
ruang terbatas, menjadi isi yang hakiki atau realitas
hakiki dari sesuatu.
4. • Kedua ide ini merupakan hasil dari dua cara persepsi
atau dua macam pembentukan citra. Pertama ia
membedakan citra-citra yang diterima melalui vure vision
(gesichtsvorstellung) pada saat mata maupun tubuh
dalam keadaan diam. Vure vision (visi murni) terjadi bila
kedua mata sejajar dan tubuh tetap berada pada satu
kedudukan dengan jarak tertentu.
• Dari objek tersebut ditangkap sebuah kesan yang
menyatu. Ia menyebut citra ini sebagai distand image
(fernbild). Selanjutnya, semua titik dari objek tersebut
dialami dengan ketajaman yang sama. Distand image
(citra berjarak) ini memberikan sebuah citra planar yang
menyatu dan bersifat dua dimensioanal kepada si
pengamat.
5. KATEDRAL CANTERBURY
Citra berjarak, siluet dua
dimensional kesatuan impresi
tunggal
Ruang utama menghadap ke timur,
visi kinetis serangkaian impresi
berturutan
6. Teori Hildebrand mengenai persepsi artistik yang menjelaskan
prinsip visi dalam gerak(dari karyanya Masalah Bentuk,1893)
a.Konvergensi
Sumbu-sumbu Kedua
mata yang menerima cahaya dari
suatu titik eksternal.D,pada
fovea,titik dengan stabilitas yang
paling kuat harus membentuk
suatu sudut tertentu.
Semakin dekat titik yang
terlihat sudut akan semakin
besar ,yakni sudut
Konvergensi.Penyesuaian mata
ini dihasilkan oleh otot-otot mata
eksternal dan menambah rasa
konvergensinya.
7. D
N
b.Visi Streoskopis
Cahaya datang dari
suatu jarak tertentu dan sebuah
tititk terdekat diprojeksikan ke
atas retina. D dan N terletak
lebih jauh daripada D’ dan N’
.Gambar berikut ini menunjukan
bagaimana displasemen relatif
ini terjadi terhadap kesadaran
kita sebagai suatu impresi
visual.
8. N D
N’ D’
c. Visi Streoskopis
Pada citra matakan,D
Tampak tergeser ke kanan bila
dibandingkan dengan relasi
spatialnya terhadap N pada
citra mata kiri.dan seterusnya.
9. Konsep Hildebrand mengenai kinetic vision(visi
Kinetik) mengikuti mekanika biologis dari visi streoskopis
yang dikembangkan dalam psikologi persepsional pada
zaman itu.
Hildebrand Menyimpulkan :
Semua pengalaman kita mengenai bentuk plastis dari
objek-objek ,berasal dari indra peraba juga,baik dengan
tangan maupun dengan mata.
10. Seniman hendaknya dengan sadar memproduksi kedua
citra ini pada saat ia mengolah dan mencetak materi
tejadi bentuk : Suatu kesatuan dari citra yang berjarak
dan suksesi dari citra-citra yang lebih dekat.
Kemudian akan mengalami sifat plastis yang sejati dari
sebuah karya seni. Semua seniman harus mengarah
pada: Presentasi dari ide ruang secara umum.
12. Pengertian Hildebrand mengenai visi kinetik
merupakan sumbangan yang paling terkenak terhadap
ide ruang dalam abad ke 19; bukan hanya dia
menekankan ruang sebagai basis dari semua kreasi
artistik , namun juga ia mengintroduksikan elemen waktu
ke dalam pembentukan dari citra persepsional total.
13. Mengenai realitas bentuk, Hidelbrand memisahkan
antara actual from yang merupakan realitas fisik dengan
perceptual form yang bergantung pada faktor-faktor
variabel :
• Pencahayaan
• Lingkungan
• Dan titik pandang si pengamat
Ketiga hal tersebut, cahaya, sekala dan sudut
pandang hanya ada dalam hubungan antara satu dengan
yang lainnya. Ilmu pengetahuan hanya tertarik pada bentuk
aktual sementara seni dan estetika tertarik pada jenis
bentuk yang kedua yakni bentuk perceptual.
14. • Hildebrand akhir nya berkonsentrasi terhadap consep of
relife yang pada hakikatnya berarti penerapan dari suatu
bidang ideal terhadap objek artistik, darimana semua
bentuk berasal.
Dari penerapan konsep ini pada salahsatu patung
patung nya (70).
Kita dapat menafsirkan citra sebagai suatu relife
dalam kedalaman yang berkaitan dengan suatu bidang
acuan imajiner antara si pengamat dengan objek yang di
amati dalam hal ini bentuk manusia