Dokumen tersebut membahas tentang struktur dan karakteristik artikel ilmiah, meliputi:
1. Bagian-bagian utama artikel ilmiah seperti judul, abstrak, metode, hasil, pembahasan
2. Format penulisan artikel ilmiah seperti IMRD dan urutan menulisnya
3. Karakteristik artikel ilmiah seperti ditulis berdasarkan hasil penelitian, dapat memberikan kontribusi ilmu, dan ditelaah oleh pakar
1. STRUKTUR ARTIKEL ILMIAH
BAGIAN I
• Judul
• Baris Kepemilikan
• Abstrak
• Kata Kunci
• Pendahuluan
• Metode
• Manfaat Kajian Pustaka
• Kebahasaan
Tim Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Nasional 2015
Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Kemenristekdikti
2. Karakteristik Artikel Ilmiah
• Merupakan hasil riset (research paper) atau
review terhadap suatu konsep (review paper)
yang memberikan informasi tentang temuan
terbaru (novelty);
• Artikel ilmiah harus mampu memberikan
kontribusi untuk pengembangan ilmu, bukan
hanya berupa paparan ringkasan laporan
hasil riset, deskripsi atas data/fenomena,
atau opini penulis atas suatu fakta;
3. • Ditulis dengan format artikel ilmiah (scientific
format);
• Ditulis dengan berpegang pada kaidah kencana
(golden rule);
Berketepatan tinggi (Accurate), singkat dan
padat (Brief), tak diragukan, tidak rancu dan
tanpa penafsiran lain (Clear).
• Ditelaah oleh pakar sebidang;
Menjamin artikel dapat dimengerti, diterima
dan digunakan oleh komunitas ilmiah.
Karakteristik Artikel Ilmiah
4. • Ditulis secara transparan dan tanpa emosi;
Deskripsi tepat, tahapan lengkap, data benar,
logika transparan dan kesimpulan dinyatakan
dengan jelas.
• Dapat diakses oleh publik;
• Ditulis dalam ungkapan bahasa yang tidak
mengandung sesat pikir10 (cerminan dari keliru
nalar dalam berbahasa tulis):
sesat informasi, sesat diksi, sesat argumentasi,
sesat ambiguitas, sesat psikologis.
Karakteristik Artikel Ilmiah
5. * Wahyu Wibowo, Konsep Tindak Tutur Komunikasi, Bumi Aksara,
Jakarta, 2015
Sesat informasi*
Pernyataan dalam brosur atau iklan perguruan tinggi,
“kuliah di Universitas X sungguh nyaman dan aman”,
misalnya, dapat dikategorikan sebagai pernyataan yang
sesat informasi, karena makna “nyaman” dan “aman”
lebih menginformasikan tentang lingkungan yang asri dan
tenang, lepas dari hiruk-pikuk celoteh mahasiswa atau
kebisingan lalu lintas, yang dengan demikian belum tentu
benar-benar mewujud di lingkungan perguruan tinggi
tersebut. Pertanyaan kritisnya, apakah si subjek penyaji
iklan ini melambari diri dengan kebenaran etis?
6. * Wahyu Wibowo, Konsep Tindak Tutur Komunikasi, Bumi Aksara,
Jakarta, 2015
Sesat diksi*
Pernyataan yang juga sering kali timbul di dalam brosur atau
iklan perguruan tinggi adalah “kuliah di Universitas X cukup
murah”. Pernyataan ini mencerminkan keliru diksi (pilihan
kata), karena kata “cukup murah” belumlah bermakna pasti.
Contoh lain, pernyataan iklan menu baru hamburger buatan
sebuah restoran cepat saji yang berbunyi, “Jangan Tunda yang
Istimewa”, juga mencerminkan keliru diksi, karena yang
“istimewa” dari menu baru tersebut apakah bermakna “khas”,
“khusus”, “lain daripada yang lain”, ataukah “luar biasa”? Oleh
karena itu, mesti dipertanyakan lagi secara kritis, apakah si
subjek penyaji iklan-iklan semacam ini melambari diri dengan
kebenaran etis?;
7. * Wahyu Wibowo, Konsep Tindak Tutur Komunikasi, Bumi Aksara,
Jakarta, 2015
Sesat argumentasi* dipicu oleh keliru penalaran, yang
bisa dipertalikan dengan hal-hal berikut ini:
1. Jika alasan yang diberikan menghindari pokok
masalahnya. Contohnya, “Program Kartu Indonesia Sehat
sebenarnya tidak perlu dijalankan, karena rata-rata
masyarakat kita masih percaya pada pengobatan
alternatif”;
2. Jika alasan yang diberikan bukan mengenai pokok
masalahnya: Contohnya, “Kepemimpinan Profesor
Jambarong sebagai rektor harus diragukan, karena selain
masih menjadi fungsionaris partai, ia juga memiliki tiga
mobil mewah, dua apartemen kelas atas, dan sebuah
perusahaan penerbitan yang namanya cukup besar”;
8. * Wahyu Wibowo, Konsep Tindak Tutur Komunikasi, Bumi Aksara,
Jakarta, 2015
3. Jika alasan yang diberikan tidak didasarkan pada pendapat
pakarnya. Contohnya, “Bahasa Indonesia adalah bahasa
yang masih berkembang. Oleh karena itu, menurut Vicky
Prasetyo, janganlah pernah mencela bahasa Indonesia yang
digunakannya, karena yang penting orang mengerti apa
dimaksudkannya”;
4. Jika alasan yang diberikan berdasarkan pandangan yang
apriori. Contohnya, “Melihat mimik wajahnya yang dingin
seperti itu, pastilah pak Evert orang yang kejam dan tidak
mau mengerti perasaan orang lain”.
Sesat argumentasi* (lanjutan)
9. * Wahyu Wibowo, Konsep Tindak Tutur Komunikasi, Bumi Aksara,
Jakarta, 2015
Sesat ambiguitas*
Andai menjumpai pernyataan “Isteri rektor Universitas X
yang baru” atau “Isteri pak lurah yang muda”, pernyataan
ini dapat kita kategorikan sebagai pernyataan yang sesat
karena ambiguitas. Perhatikanlah, siapa yang baru (“isteri
rektor” atau “rektor universitas X”) dan siapakah yang
muda (“isteri lurah” atau “pak lurah”)? Pertanyaan
kritisnya, kebenaran etis yang bagaimana yang hendak
disodorkan si subjek penyaji ungkapan semacam ini?;
10. * Wahyu Wibowo, Konsep Tindak Tutur Komunikasi, Bumi Aksara,
Jakarta, 2015
Sesat psikologis*
Supaya berkesan metaforistis, ada kalanya pernyataan
dimunculkan melalui gaya semacam ini, “Pemerintah kita
telah gagal total”, “Pemerintah berjalan seperti siput”,
atau “Negara tidak pernah hadir dalam kasus-kasus
tertentu”. Inilah sesat psikologis, karena membuat
simpulan secara serampangan. Pernyataan ini biasanya
dimaksudkan untuk memancing emosi pembacanya,
sehingga patut dipertanyakan adakah kebenaran etis di
baliknya?;
11. • Penyampaian hasil-hasil temuan ilmiah kepada
komunitas ilmiah akan lebih efektif jika dilakukan
dengan cara yang seragam.
• Cara yang seragam tersebut hadir dalam bentuk
dan urutan yang disepakati oleh komunitas ilmiah
sebagai scientific format.
• Manfaat penyampaian dengan scientific format
agar artikel ilmiah dapat dibaca dan disitasi oleh
komunitas ilmiah dalam berbagai tingkatan.
Format Artikel Ilmiah
12. • Judul;
• Baris Kepemilikan;
• Abstrak;
• Kata Kunci;
• Isi atau Tubuh Teks
• Persantunan
• Bibliografi
• Lampiran
Secara umum artikel ilmiah mengandung:
Umumnya
tercantum pada
halaman pertama
artikel
mengikuti pola IMRD
dengan pelbagai variasi
dan penamaan
Format Artikel Ilmiah
13. • Judul dan Abstrak (Title & Abstract)
• Kata kunci (Keywords)
• Pendahuluan (Introduction)
• Metode (Methods)*
• Hasil (Results)
• Pembahasan (Discussion)
• Kesimpulan (Conclusion)
• Daftar Acuan (References)
Struktur IMRD
Lampiran (Appendices) jika ada
Ucapan Terima Kasih (Acknowledgment) jika ada
* Bergantung pada karakteristik penelitian yang dilakukan dan
ketentuan dari terbitan berkala ilmiah (jurnal): Material dan
Metode atau Data dan Metode atau Eksperimental atau
Pemodelan atau Pendekatan dll.
Format Artikel Ilmiah
14. Isi atau tubuh teks yang mengikuti pola IMRD ditulis dengan
pelbagai variasi dan penamaan yang dimodifikasi sesuai
tradisi bidang ilmunya dengan proporsi:
• Pendahuluan (Introduction): tidak melebihi 10 %
naskah;
• Metode (Methods): kira-kira 15% panjang naskah;
• Hasil (Results): sekitar 35 % dari keseluruhan naskah;
• Pembahasan (Discussion): lebih-kurang 35 % naskah;
• Acuan (References): sekitar 5 % ruangan naskah.
Format Artikel Ilmiah
15. • Judul
• Abstrak
• Pendahuluan (Introduction)
• Material dan Metode
(Materials & Methods)
• Hasil (Results)
• Pembahasan (Discussion)
• Kesimpulan (Conclusion)
• Daftar Acuan (References)
Urutan artikel ilmiah yang
telah dipublikasikan
Urutan menulis artikel
ilmiah
Urutan Menulis Artikel Ilmiah
• Metode (Methods)
• Hasil (Results)
• Pembahasan (Discussion)
• Kesimpulan (Conclusion)
• Pendahuluan (Introduction)
• Daftar Acuan (References)
• Abstrak
• Judul
16. • merupakan jiwa, semangat, esensi, inti, dan citra
keseluruhan isi sebuah artikel ilmiah;
• merupakan kalimat pertama yang dibaca oleh peminat
artikel ilmiah dan menjadi bagian artikel ilmiah yang paling
banyak dibaca orang;
• merupakan iklan yang bermanfaat dalam upaya menangkap
minat dan memikat perhatian semua orang yang
berpotensi menjadi pembaca dan pengguna artikel ilmiah;
• sangat menentukan nasib suatu artikel ilmiah selanjutnya:
apakah artikel ilmiah akan ditelaah, dan diacu serta
dimanfaatkan, atau tak diacuhkan, tidak dipedulikan dan
dilewati begitu saja
Judul Artikel Ilmiah
17. Oleh karena itu penulis artikel ilmiah harus menyediakan waktu
khusus untuk memikirkan dan menyiapkan informasi judul
dengan sebaik-baiknya agar dapat:
• mengungkapkan isi keseluruhan artikel selengkapnya;
• langsung dimengerti isi, segera dipahami maksud, cepat
ditangkap kepentingan makna artikelnya saat sekali dibaca
sepintas;
• menarik perhatian calon pembaca artikel ilmiah dan
merangsang minatnya serta meningkatkan keingintahuan
para pencari informasi;
• mampu menunjukkan kekhasan/spesifikasi/keunikan dan
tidak generik serta mampu menunjukkan adanya sumbangan
bagi ilmu pengetahuan di bidangnya.
Judul Artikel Ilmiah
18. • pilihlah kata-kata yang kuat, positif, penting, dan bersifat
informatif dengan khazanah kosakata umum beserta
peristilahan yang sesuai dengan bidang ilmunya;
• memuat kata-kata spesifik dari penemuan riset atau kata-kata
kunci, dan mencerminkan output/outcome dari riset yang
dilakukan;
• bersahaja dan ringkas dengan menanggalkan sebanyak
mungkin kata-kata yang tak diperlukan;
• merupakan modifikasi dari judul riset yang sudah dilakukan
(modifikasi dari judul proposal dan judul laporan hasil riset);
• perlu disiapkan terjemahannya dalam bahasa Inggris;
• perlu disiapkan judul pelari berupa singkatan judul yang terdiri
atas 3-5 kata untuk dicantumkan di sisi atas halaman artikel;
Judul Artikel Ilmiah
19. • panjang judul antara 12-15 kata dengan tak ada metafora
seperti puisi, peribahasa, tidak mengandung kata kerja dan
tidak ada singkatan, rumus, jargon, nama dagang, nama ilmiah
mahluk yang sudah sangat terkenal;
• hindari penggunaan subjudul kecuali dalam artikel yang
berseri;
• hindari penggunaan kata-kata klise berikut:
• Identifikasi .. . .
• Pemetaan terhadap .....
• Pengamatan awal atas . . .
• Penelitian pendahuluan tentang . . .
• Studi perbandingan antara....
• Pengaruh variabel. . .
• Hubungan antara…
Judul Artikel Ilmiah
20. • memuat nama-nama penulis artikel ilmiah dan lembaga
tempat dilaksanakan riset yang dilaporkan dalam artikel
ilmiah;
• merupakan bagian integral suatu artikel ilmiah, dan
merujuk pada hak kepengarangan (authorship – yang
berada di tangan penulis artikel) dan hak kepemilikan
(ownership – kepunyaan dari lembaga, tempat
dilakukannya kegiatan riset yang dilaporkan dalam artikel
ilmiah);
sedangkan untuk pemegang hak cipta (copyright holder) atau
hak untuk memerbanyak dan menyebarluaskan (serta
menjual) suatu artikel ilmiah berada pada jurnal ilmiah
tempat diterbitkannya artikel ilmiah dimaksud;
Baris Kepemilikan (By Line)
21. Nama-nama Penulis
Konvensi Vancouver 1996 mensyaratkan bahwa hak
kepengarangan atas suatu artikel hendaklah diberikan pada
orang yang mengerjakan semua kegiatan berikut:
• sumbangan substantif yang bermakna dan nyata pada
konsepsi, rancangan, pemerolehan data, analisis dan
interpretasi data dan informasi (sehingga meliputi sintesis,
penyimpulan, dan perampatan yang dihasilkan kegiatan
studi/penelitian);
• penulisan buram naskah, perevisian kritis, dan
penyempurnaan kecendekiaan penting pada substansi isinya;
• penyuntingan akhir dan persetujuan final pada versi yang
akan diterbitkan.
22. Nama-nama Penulis
• memunyai implikasi akademik, sosial, dan finansial, sehingga
diperlukan konvensi dan pertimbangan etika untuk penetapan
orang-orang yang mempunyai hak kepengarangan atas suatu
artikel ilmiah;
• sumbangan kecendekiaan seseorang pada sebuah artikel
ilmiah dapat berupa sumbangan: intelektual, fisik,
pemrosesan data, kepakaran, keahlian dan kesastraan.
Keenamnya dapat diskor seperti pada lampiran (merupakan
hasil modifikasi dari Nature 352: 187 terbitan 18 Juli 1991);
• Jika dua orang penulis meraih skor yang sama, maka urutan
alfabet nama seyogianya dipakai, dengan catatan bahwa
pencetus gagasan memunyai kelebihan untuk didahulukan;
23. Nama-nama Penulis
• Setiap penulis bertanggung wajib (accountability) dan
bertanggung jawab (responsibility) terhadap publik atas
artikel ilmiah yang mencantumkan namanya;
• Urutan nama-nama penulis artikel ilmiah merupakan hasil
kesepakatan bersama dan sebaiknya ditetapkan sebelum
penelitian dimulai, jika perlu dituangkan dalam bentuk
tertulis dan tidak ada batasan jumlah penulis;
• Penetapan penulis korespondensi perlu dilakukan dan
disepakati, diberi tanda dan dicantumkan alamat emailnya;
• Penulisan nama lengkap penulis, khususnya mereka yang
tidak memiliki nama keluarga, dilakukan dengan taat asas;
• Semua nama penulis ditulis tanpa gelar (akademis, keahlian,
bangsawan, keagamaan dll.);
24. Nama & Alamat Lembaga
Pemilik Artikel Ilmiah
• Penulisan format alamat lembaga disesuaikan dengan petunjuk
bagi penulis dari jurnal ilmiah tujuan (departemen, pusat studi,
atau universitas);
• Nama dan alamat pos lembaga tempat dikerjakannya riset yang
dilaporkan dalam artikel ilmiah merupakan pemilik hasil riset
dengan demikian harus dilekatkan pada nama penulis utama;
• Nama(-nama) dan alamat lembaga semua penulis yang
tercantum harus dilekatkan pada nama orang yang
bersangkutan, biasanya ditandai dengan huruf/angka/simbol
superscript (a, b, 1, 2, *, ** );
25. Nama & Alamat Lembaga
Pemilik Artikel Ilmiah
• Jika penulis utama bekerja pada lembaga yang berbeda maka
yang dicantumkan tetap alamat lembaga pemilik hasil kegiatan
riset bukan alamat lembaga tempatnya bekerja. Namun jika
dikehendaki, alamat lembaga tempatnya bekerja dapat
ditambahkan dengan meletakkannya dalam kurung atau
melalui catatan kaki;
• Beberapa terbitan berkala ilmiah tidak hanya meminta alamat
lengkap lembaga tetapi juga alamat e-mail penulis
korespondensi, sehingga pembaca artikel ilmiah dapat
berkomunikasi dengan penulis korespondensi untuk
menanyakan informasi lebih lanjut ;
26. Nama & Alamat Lembaga
Pemilik Artikel Ilmiah
• Untuk penulis berstatus dosen yang sedang studi lanjut pada
institusi yang berbeda dengan tempatnya bekerja maka
lembaga tempat studi yang dituliskan dalam baris kepemilikan.
Institusi tempat bekerja yang bersangkutan baru dapat
dicantumkan juga dalam baris kepemilikan atas ijin dan
perkenan institusi tempat studi dilakukan;
• Tidak mencantumkan status (mahasiswa/staf
pengajar/dosen/alumni dll.) dan jabatan (dekan, kepala
lembaga dll.) dari penulis (-penulis) artikel ilmiah pada baris
kepemilikan.
27. Informasi Bertanggal
• disebut juga genesis artikel ilmiah, yang menunjukkan catatan
tanggal-tanggal tahapan dalam pemrosesan artikel, antara lain
berupa tanggal artikel tiba di meja redaksi, tanggal
revisi/perbaikan artikel, tanggal diterima dan disetujui untuk
diterbitkan;
• diperlukan dalam kasus-kasus sengketa di kemudian hari
tentang siapa yang lebih dahulu melakukan penemuan atas
sesuatu yang baru, yang dilaporkan dalam artikel ilmiah;
• tanggal-tanggal tersebut melindungi penulis apabila terjadi
penundaan penerbitan artikel ilmiah oleh pengelola terbitan
berkala ilmiah.
28. Abstrak
• merupakan penyajian singkat keseluruhan artikel ilmiah;
• merupakan bagian kedua dari artikel ilmiah yang paling banyak
dibaca orang setelah judul sehingga abstrak ikut menentukan
nasib artikel ilmiah selanjutnya:
apakah akan terus ditelaah secara keseluruhan atau
dianggap tidak perlu sehingga ditinggalkan oleh pembaca
dan pencari informasi;
• panjang yang direkomendasikan oleh Unesco tidak lebih dari
200 kata;
• ditulis dalam satu paragraf, kecuali terbitan berkala ilmiah
menentukan dibuat dalam beberapa subjudul/paragraf (untuk
bidang kedokteran/kesehatan);
• memuat tujuan riset, pendekatan atau metode yang
digunakan, temuan penting dan simpulan yang dicapai.
29. Abstrak
• terbitan berkala ilmiah nasional mengharuskan abstrak
disajikan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang baik
dan benar. Fitur-fitur dari aplikasi pengolah kata dapat
membantu koreksi abstrak berbahasa Inggris;
• jangan lagi mengulang judul dalam abstrak atau membuat
abstrak “berbau” pendahuluan dan tidak diperlukan pengantar
yang berlebihan di awal abstrak;
• tidak ada pengacuan ke tabel, ilustrasi dan rujukan;
• jika ada singkatan maka harus diberikan kepanjangannya, atau
jika singkatan tidak digunakan lagi dalam abstrak maka tidak
perlu diperkenalkan;
• lihat dan pelajari hal-hal yang dimuat dalam abstrak dari artikel-
artikel yang telah diterbitkan pada terbitan berkala ilmiah
tujuan.
30. Kata Kunci
• merupakan sepilihan kata-kata bermakna dari sebuah dokumen
yang dapat dipakai untuk mengindeks kandungan isinya;
• jika dipilih dengan tepat maka dapat membantu keteraksesan
artikel ilmiah yang diterbitkan untuk ditampilkan oleh mesin
pencari dari database riset yang ada;
• terdiri atas 3-5 kata-kata dan biasanya diletakkan setelah abstrak;
• perhatikan ketentuan jumlah kata kunci dari terbitan berkala
ilmiah tujuan dan persiapkan dalam bahasa Inggris jika diperlukan;
• beberapa terbitan berkala ilmiah sudah mengurutkan dan
membuat daftar kata-kata kunci untuk artikel-artikel yang
diterbitkan dalam terbitan berkala ilmiah tersebut sehingga cukup
dipilih yang paling mendekati/sesuai dengan artikel ilmiah yang
akan diterbitkan.
31. Pendahuluan
• dituntut untuk dituliskan secara langsung pada topik, menarik,
ringkas dan jelas dengan kalimat laras ilmiah;
• merupakan satu kesatuan utuh yang mencakup latar belakang,
masalah, hipotesis (kalau ada), rujukan terkini (state of the
art), tujuan,dan kajian pustaka;
• manfaat penelitian tidak perlu lagi dituliskan seperti pada
format proposal penelitian;
• hanya memuat perkembangan yang relevan untuk membentuk
fondasi bagi riset yang dilakukan;
• dapat menggambarkan kekuatan dan kelemahan pencapaian
dari riset-riset sebelumnya;
• memuat cara pendekatan atau pemecahan masalah (tidak
semua masalah yang akan diatasi);
32. • perkembangan terkini menuntut artikel ilmiah yang semakin
sederhana sehingga kajian pustaka tidak dituliskan sebagai
bagian terpisah namun dimasukkan dalam Pendahuluan,
Metode dan Pembahasan;
• pustaka yang diacu harus dicantumkan dalam Daftar
Pustaka/Daftar Acuan;
• biasanya dituliskan dalam 3-4 paragraf (sekitar 2 halaman 1
kolom dengan spasi ganda);
Pendahuluan
33. Pendahuluan bukan sarana untuk menunjukkan seberapa luas
dan dalamnya pengetahuan Anda dalam lingkup riset yang
Anda lakukan;
Pembaca artikel ilmiah Anda bukan orang baru dalam lingkup
riset yang Anda lakukan sehingga Anda tidak perlu memandu
tentang keseluruhan riset dari sejak eksperimen pertama
dilakukan (dari A s.d Z);
Penelaah (reviewer) artikel Anda adalah peneliti-peneliti
dalam lingkup riset Anda sehingga Anda perlu cermat dan
bijaksana dalam mendokumentasi perkembangan terkini dari
lingkup riset yang Anda lakukan;
Hindari munculnya parade acuan yang berlebihan yang tidak
memperlihatkan keterkaitan secara langsung dengan
substansi artikel ilmiah.
Pendahuluan
34. • Hasil-hasil yang akan Anda paparkan dapat berupa hasil dari
pengujian yang Anda lakukan untuk membuktikan hipotesis,
namun hasil dapat juga berupa “keberuntungan” dari
pengujian yang Anda lakukan untuk sasaran yang benar-
benar berbeda dari yang direncanakan;
• Untuk hasil berupa “keberuntungan” tersebut, Anda bukan
membahas secara mendalam tentang apa yang diharapkan
dapat diperoleh saat Anda memulai studi, namun yang
diperlukan adalah menyitasi hasil-hasil studi yang
menempatkan hasil “tak terduga” tersebut dalam konteks
yang tepat.
Pendahuluan
35. • awali dengan hal yang umum diketahui dari permasalahan
di bidang riset Anda;
• berikan deskripsi hal tersebut dalam lingkup spesifik
menyangkut permasalahan riset yang Anda teliti;
• arahkan pembaca pada celah/ruang kosong pada
database riset yang ada;
• berikan referensi cukup agar pembaca dapat terarah oleh
literatur ilmiah dan mengerti dengan
sendirinya tentang adanya celah/
ruang kosong tersebut;
•sampaikan bagaimana Anda akan
mengisi celah/ruang kosong
tersebut dengan penelitian Anda.
Pendahuluan
36. Kriteria sumber-sumber pustaka yang perlu dirujuk dalam
artikel untuk terbitan berkala ilmiah:
• Primer yakni dari hasil-hasil riset, khususnya yang telah
dipublikasikan dalam terbitan berkala ilmiah
bereputasi;
• Mutakhir yakni hasil-hasil riset yang terbaru, pada
dasarnya rentang 10 tahun terakhir atau bisa saja
kurang dari rentang tersebut tergantung lingkup riset;
• Relevan yakni hasil-hasil riset yang terkait langsung
dengan riset yang dilakukan.
Pendahuluan: Manfaat Pengacuan
37. Penempatan substansi pustaka yang dirujuk dalam teks
dapat berupa:
• Pengutipan langsung yakni menyalin apa adanya dari
pustaka yang dirujuk;
• Parafrase yakni menyebutkan isi pustaka yang dirujuk
dengan menggunakan rangkaian kata dari penulis
sendiri yang berbeda dengan rangkaian kata dari
pustaka yang dirujuk;
• Menyebutkan hasil penelitian tanpa mengutip
langsung ataupun parafrase yakni menyebutkan dalam
teks tentang adanya penelitian yang telah
dipublikasikan tentang pustaka yang dirujuk.
Pendahuluan: Manfaat Pengacuan
38. Pendahuluan: Manfaat Pengacuan
• Menunjukkan garis depan perkembangan keilmuan
dalam bidang riset Anda sebagai hasil akumulasi dari
temuan-temuan sebelumnya;
• Menunjukkan adanya kesenjangan antara hasil-hasil
penelitian terdahulu dalam lingkup riset yang Anda
teliti sehingga menjadi sumber inspirasi Anda dalam
merumuskan masalah penelitian;
• Mengakui adanya penelitian terdahulu yang serupa
sehingga dapat digunakan sebagai bahan pembanding;
• Mendukung ide dan argumentasi Anda. Oleh karena itu
kutipan dari sumber yang dirujuk ditempatkan setelah
paparan ide atau argumentasi Anda.
39. Pendahuluan: Manfaat Pengacuan
• Memanfaatkan ide atau bahan dalam bentuk apa
saja yang masih menjadi milik orang lain (yang
belum menjadi pengetahuan umum atau milik
publik) untuk kepentingan penulisan artikel ilmiah;
• Merujuk pustaka, khususnya untuk tujuan ini, dan
menyebutkan sumbernya secara memadai sagat
penting agar terhindar dari perbuatan plagiat yang
tak disengaja;
Definisi plagiat:
Plagiarism is using others’ ideas and words without
clearly acknowledging the source of that information.
(Indiana University, 2004)
40. Definisi Plagiat
(Permendiknas No.17 tahun 2010)
Plagiat meliputi tetapi tidak terbatas pada :
– mengacu dan/atau mengutip kata dan/atau kalimat dari suatu
sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan kutipan
dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;
– mengacu dan/atau mengutip secara acak kata dan/atau kalimat
dari suatu sumber tanpa menyebutkan sumber dalam catatan
kutipan dan/atau tanpa menyatakan sumber secara memadai;
– menggunakan sumber gagasan, pendapat, pandangan, atau
teori tanpa menyatakan sumber secara memadai;
– merumuskan dengan kata-kata dan/atau kalimat sendiri dari
sumber kata dan/atau kalimat, gagasan, pendapat, pandangan,
atau teori tanpa menyatakan sumber secara memadai;
– menyerahkan suatu karya ilmiah yang dihasilkan dan/atau telah
dipublikasikan oleh pihak lain sebagai karya ilmiahnya tanpa
menyatakan sumber secara memadai.
41. Bagaimana Menghindari Plagiat
Sebutkan sumbernya jika menggunakan:
• ide, pendapat, atau teori penulis lain;
• fakta, statistik, grafik, gambar—pendeknya informasi
apapun—yang bukan pengetahuan umum;
• tulisan atau kata-kata yang dihasilkan oleh orang lain;
• parafrase tulisan atau kata-kata orang lain. (Indiana
University, 2004);
• memarafrase tulisan atau kata-kata orang lain dengan
mencerna maknanya dulu, baru menuliskannya dengan
bahasa sendiri tanpa melihat sumber aslinya (tutup
teksnya). Baru setelah itu dicek apakah maknanya sama
dengan aslinya.
42. • format untuk mengacu hasil-hasil riset dari peneliti lain
ditentukan secara spesifik dalam Petunjuk bagi Penulis
(Instructions to Authors) dari terbitan berkala ilmiah tujuan;
• beberapa terbitan berkala ilmiah menggunakan nama-
tahun atau menggunakan angka dalam tanda kurung
seperti (1), (1,2) atau (1,2,3), atau ada terbitan berkala
ilmiah yang menggunakan angka dengan bentuk
superscripts “ …. oleh Smart and Gifted 1,2,3 atau dengan
format-format lainnya;
• memeriksa detil dari cara mengacu dalam teks dari artikel-
artikel yang sudah diterbitkan dalam terbitan berkala ilmiah
tujuan perlu dilakukan;
Pendahuluan: Manfaat Pengacuan
43. Metode
• berhubungan dengan validitas dan reabilitas dari hasil
penelitian yang diperoleh dan dilaporkan dalam artikel
ilmiah;
• merupakan sarana pembaca (penelaah) untuk menilai apakah
metode (dan data/material/peralatan/model/pendekatan)
yang digunakan sudah tepat untuk mendapatkan hasil riset
yang valid;
• merupakan sarana pembaca (peneliti lain dalam lingkup riset)
untuk mengevaluasi hasil secara kritis atau melakukan
kembali sebagian atau keseluruhan riset yang dilaporkan
dalam artikel ilmiah dengan cara persis seperti yang
dituangkan dalam Metode yang dituliskan;
“If you follow my recipe, then you will get my results”
44. Metode
• Informasi yang diberikan harus cukup namun tidak berlebihan;
• memuat uraian terperinci tentang data-data, cara
memperolehnya dan cara menganalisisnya;
• metode baru perlu dideskripsikan dengan detil, sedangkan
yang telah dipublikasi dapat disitasi, namun deskripsinya tidak
perlu sedetil seperti yang ada di skripsi/tesis/disertasi;
• jika metode mengacu pada prosedur standar maka standar
yang digunakan perlu dituliskan;
• jika ada rumus yang bersifat umum, sebaiknya dijelaskan
seperlunya, namun dalam beberapa artikel tertentu, rumus
ditulis secara detil proses dan asal-usulnya;
• hindari menggunakan kalimat perintah dan gunakan istilah dan
singkatan yang sudah standar;
45. Metode
• hal-hal yang sudah diketahui oleh pelaku riset dalam lingkup
riset tertentu tidak perlu lagi dituliskan, demikian pula
perlengkapan dan peralatan umum yang digunakan;
• hal-hal yang dimuat secara spesifik dan detil bergantung pada
karakteristik riset yang dilakukan:
- Riset teori analitik;
- Riset teori pemodelan;
- Riset teori dan simulasi;
- Riset eksperimental: melibatkan mahluk hidup dan tidak
melibatkan mahluk hidup sebagai obyek riset;
- Riset lapangan dll.
• pelajari hal-hal yang dimuat dalam bagian Metode dari
artikel-artikel yang telah diterbitkan pada terbitan berkala
ilmiah tujuan.
46. Metode: Riset Ekonomi dan Bisnis
• Pemaparan pada bagian Metode ditulis secara ringkas
dengan berorientasi terhadap target temuan penelitian;
• Sebagian besar artikel pada terbitan berkala ilmiah
bereputasi tidak lagi menuliskan hipotesis. Pengujian
hipotesis bersifat konfirmasi teori sehingga dapat
berpotensi mengesampingkan temuan yang bermakna dari
riset yang dilakukan terhadap sumbangan ilmu;
• Pilihan metode penelitian yang digunakan dapat
disebutkan jenisnya dengan penjelasan garis besarnya saja.
Misalnya: regresi, kausalitas, SEM, eksperimen, AHP,
etnografi, hermeunitika dsb. Uraian secara rinci dapat
dilakukan untuk pengembangan model, definisi variabel
dan karakteristik data;
47. Metode: Riset Ekonomi dan Bisnis
• konsep-konsep populasi, sampel termasuk tahap-tahap
penentuan populasi, penarikan sampel dsb. tidak perlu
lagi dijelaskan secara rinci, demikian pula rumus-rumus
statistik yang bersifat umum tidak perlu diuraikan secara
rinci. Kriteria responden dapat dijelaskan secara singkat
jika diperlukan;
• Dalam artikel ekonomi/bisnis biasa ditemukan metode
analisis dijelaskan secara detil karena pada bagian inilah
novelty mulai dirancang
48. • obyek eksperimen dan bahan habis pakai yang
digunakan serta perlakukan yang diberikan,
• detil yang tepat dari disain eksperimen meliputi
pengukuran yang dilakukan, peralatan dan teknik yang
digunakan, variasi parameter, jumlah sampel,
perulangan, lokasi dll.,
• prosedur dilakukannya eksperimen meliputi
pengambilan data/perhitungan/simulasi dll.,
• detil dari pengolahan dan analisis data, teknik dan
perangkat lunak yang digunakan dll.;
• untuk obyek riset yang melibatkan mahluk hidup harus
dilampirkan dengan berkas persetujuan etik dari komisi
etik dan obyek riset.
Metode: Riset Eksperimental Lab
49. Metode: Obyek Mahluk Hidup
• Perlindungan terhadap obyek riset berupa mahluk hidup
mendapat prioritas yang sangat tinggi:
- Setiap lembar dokumen harus termuat pernyataan
perlindungan terhadap obyek riset;
- Menjaga privasi obyek riset terkait identitas untuk
memastikan anonimitas (dalam tulisan, tabel, foto dll.)
• Banyak terbitan berkala ilmiah saat ini yang menolak untuk
memuat hasil-hasil riset yang melibatkan mahluk hidup tanpa
persetujuan etik dari komisi etik dan atau tanpa persetujuan
obyek riset;
• Jika riset yang dilakukan dipandang tidak perlu penilaian etik
maka penjelasan atas pengecualian ini harus dilakukan oleh
pihak yang kompeten dan tidak memiliki kepentingan atas
riset tersebut;
50. Metode: Riset Eksperimental Lab
• prosedur atau langkah-langkah peroleh hasil perlu
disampaikan secara berurutan, jika rumit maka dapat
digunakan bagan, tabel atau diagram alir;
• peralatan dan metode yang sudah standar tidak perlu
lagi dideskripsikan prosedurnya karena peneliti lain
sudah mengetahuinya;
• bahan kimia yang umum ada di laboratorium juga tidak
perlu lagi disebutkan sumbernya;
• berikan detil yang cukup untuk bahan kimia non-
standard, berbahaya dan beresiko, peralatan analitis
dan laboratorium khusus;
51. Metode: Riset Lapangan
• untuk jenis penelitian lapangan (field study) maka
tempat penelitian perlu disebutkan, berikut deskripsi
fisik dan biologi serta lokasinya;
• posisi koordinat (lintang dan bujurnya) dan peta dari
lokasi penelitian perlu diberikan jika diperlukan.
Beberapa penelitian perlu dilengkapi tanggal dan waktu
dilakukannya studi;
• penelitian tentang epidemiologi atau masalah
lingkungan, perlu diberikan beberapa informasi tentang
lokasi namun diterapkan prinsip kehati-hatian dalam
menuliskannya terkait konsekuensi yang ditimbulkan.
52. Metode: Riset Lab & Lapangan
• Jika institusi Anda tidak mempunyai komisi etik, ikuti dan
rujuk petunjuk World Medical Association’s “Helsinki
Declaration” http://www.wma.net/e/policy/b3.htm.
• kebanyakan jurnal menetapkan sistem ukuran SI
(International System of Units) yang dapat diperoleh pada
situs http://physics.nist.gov/cuu/Units/;
• untuk menyatakan “per” gunakan simbol yang jelas dan
sederhana, antara lain menggunakan tanda (/) seperti “g/L”
atau superscript seperti “g L-1”, untuk menggantikan bentuk
“grams per liter”;
• satuan geochronologic dan chronostratigraphic dapat
mengacu pada situs terminologi stratigrafi
http://www.agibweb.org/nacsn/JSP_commentary.htm
53. DAFTAR PUSTAKA
1. AM Koerner, Guide to publishing a scientific paper, Routledge, London,
2008.
2. Editorial, Style matters. Ethnicity, race and culture: guideline for research,
audit, and publication, BMJ Vol.312, 1996.
3. J Bauchner, J Sharfstein. Failure to report ethical approval in child health
research: review of published papers. BMJ Vol.323, 2001, pp.318–319.
4. J Peat, E Elliott, L Baur, V Keena, Scientific writing easy when you know
how, BMJ Books, London, 2002.
5. J-L Lebrun, Scientific Writing: A Reader And Writer’s Guide, World
Scientific, Singapore, 2007.
6. JT Yang, An Outline for Scientific Writing, World Scientific, Singapore,
1995.
7. MJ Katz, From Research to Manuscript: A Guide to Scientific Writing,
Springer, Dordrecht, 2006.
8. R Goldbort, Writing for Science, Yale University Press, New Haven, 2006.
9. Editorial, Plagiarism: What It is and How to Recognize and Avoid It,
Indiana University, 2004
54. DAFTAR PUSTAKA
10. Wahyu Wibowo, Tindak Tutur Komunikasi, Bumi Aksara, Jakarta, 2015.
11. Mien A Rifai, Judul, Baris Kepemilikan, Abstrak dan Kata Kunci untuk
Artikel Ilmiah, Materi Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Nasional, DP2M
Ditjen Dikti Kemendiknas, Jakarta, 2014.
12. Suminar S Achmadi, Swasunting Artikel Ilmiah dan Daftar Cek, Materi
Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Nasional, DP2M Ditjen Dikti
Kemendiknas, Jakarta, 2014.
13. A Latief Wiyata, Pendahuluan dan Pendekatan, Materi Pelatihan
Penulisan Artikel Ilmiah Nasional, DP2M Ditjen Dikti Kemendiknas,
Jakarta, 2014.
14. Ali Saukah, Mengapa Rujukan Pustaka Diperlukan, Materi Pelatihan
Penulisan Artikel Ilmiah Nasional, DP2M Ditjen Dikti Kemendiknas,
Jakarta, 2014.
15. Jaka Sriyana, Pendahuluan dan Metode, Materi Pelatihan Penulisan
Artikel Ilmiah Nasional, DP2M Ditjen Dikti Kemendiknas, Jakarta, 2014.
16. Lusitra Munisa, Material, Metode dan Pendahuluan, Materi Pelatihan
Penulisan Artikel Ilmiah Nasional, DP2M Ditjen Dikti Kemendiknas,
Jakarta, 2014.
56. 1. Masukan intelektual
(identifikasi masalah, gagasan pendekatan,
perencanaan, perancangan)
• Tidak ada sumbangan secara berarti
0
• Dua tiga kali diskusi 5
• Beberapa kali diskusi terinci 10
• Pertemuan dan pembicaraan berlama-lama 15
• Pembahasan mendalam terus-menerus 20
LAMPIRAN
57. • Tidak pernah terlibat secara berarti 0
• Terlibat tidak langsung, hanya dua tiga kali 5
• Keterlibatan langsung, beberapa kali 10
• Keterlibatan berkali-kali, tak terhitung 15
• Terlibat secara penuh dan terus-menerus 20
2. Masukan fisik
(penataan peranti, serta pengamatan, pengumpulan,
perekaman, dan penyarian data)
LAMPIRAN
58. • Tidak ada sumbangan secara berarti 0
• Keterlibatan pendek, dua tiga kali 5
• Beberapa kali terlibat 10
• Ikut cukup lama 15
• Terlibat terus-menerus dari awal sampai akhir 20
3. Masukan pengolahan data
(pengorganisasian, pemerosesan, analisis, sintesis)
LAMPIRAN
59. • Tidak ada sumbangan secara berarti 0
• Nasihat pendek merutin 5
• Pandangan cukup bermakna 10
• Bantuan pemikiran yang khusus dipersiapkan 15
• Pendapat yang mendasari pendekatan dan
penyimpulan 20
4. Masukan kepakaran
(konsultasi, nasihat, pandangan, pemikiran, pendapat
dari bidang lain)
LAMPIRAN
60. • Tidak ada sumbangan secara berarti 0
• Penyimpulan bagian-bagian tertentu 5
• Pengikhtisaran sebagian besar hasil 10
• Perampatan menyeluruh 15
• Pencetusan teori umum 20
5. Masukan keahlian
(penyimpulan, pengikhtisaran, perampatan,
pencetusan teori)
LAMPIRAN
61. • Tidak ada sumbangan secara berarti 0
• Membaca dan memerbaiki sumbangan
orang lain 5
• Membantu menulis buram dua tiga bagian naskah 10
• Ikut menulis buram sebagian besar naskah 15
• Menulis buram hampir keseluruhan naskah 20
6. Masukan kesastraan
(sumbangan terhadap buram naskah lengkap pertama)
LAMPIRAN