Skripsi ini membahas pengaruh kompetensi dan independensi auditor terhadap kelangsungan usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi dan independensi auditor secara individual maupun bersama-sama terhadap kelangsungan usaha KAP di Yogyakarta. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kompetensi dan independensi auditor, sedangkan variabel dependennya adalah kelangsun
1. PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR
TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA
KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
DI YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ADITYA WIRAMURTI
05412144004
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2010
4. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Aditya Wiramurti
NIM : 05412144004
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ekonomi
Judul Tugas Akhir : PENGARUH KOMPETENSI
DAN INDEPENDENSI AUDITOR
TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA
KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
DI YOGYAKARTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah yang telah lazim.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.
Yogyakarta, 22 November 2010
Penulis,
Aditya Wiramurti
NIM. 05412144004
5. MOTTO
“Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu maka Allah akan
memudahkan padanya jalan menuju ke surga” (H.R. Muslim).
“Bermimpilah... Karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.....” (Nidji).
“Nasib saya ada ditangan saya sendiri. Maju atau mundur, tergantung pada
diri sendiri” (Afifah A.).
“Work and pray makes all the things HAPPEN” (Penulis).
v
6. PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa Syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT,
kupersembahkan karya kecilku ini dengan segala kerendahan hati
untuk orang-orang yang mencintai dan menyayangiku
dengan penuh ketulusan...
♥ My dad n my mam, thank’s for All... I can’t life without you....
♥ My big family...because you’re my everything.....
♥ Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang
kubanggakan…
vi
7. BINGKISAN
Kubingkiskan karya kecil ini untuk:
Eliana, thank’s for All my friend….
Tiga Driver berpengalaman (Ando, Budi dan Gama), terima kasih untuk
kebersamaan, keceriaan, dan kenangan yang terindah yang tak terlupakan.
Achie and Family, terima kasih atas segala bentuk perhatian dan dukungannya
di masa lalu. Wish me luck…!!
Ivan Dibyo, terima kasih atas kerjasama dan masukannya kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Nopan, terima kasih atas bantuan dan keceriaan yang gila sewaktu di
Bandung, penulis tidak akan pernah lupa peristiwa tersebut.
Hasta, yang telah memberikan motivasi dan kritik-kritik yang pedas kepada
penulis.
Rey, Ian, Siam, Browni, Andy, Terry, Boiem, Slamet, Lukman dkk Kost B29
tercinta, yang selama ini telah memberikan suka duka menjadi anak kost.
Horas, yang telah menjadi penyemangat di saat aku sendirian.
Teman-temanku semua Akuntansi angkatan 2005, especially NR-B. Terima
kasih atas segala keceriaan dan kegilaan yang telah kita lalui selama ini.
Chayo…!!!
vii
8. PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR
TERHADAP KELANGSUNGAN USAHA
KANTOR AKUNTAN PUBLIK (KAP)
DI YOGYAKARTA
Oleh:
ADITYA WIRAMURTI
05412144004
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif yang merupakan
tipe penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara
dua variabel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara
Kompetensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Yogyakarta, pengaruh antara Independensi Auditor terhadap
Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta, dan pengaruh
antara Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha
Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta.
Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta dengan sampel penelitian sebanyak 38
auditor yang diambil menggunakan teknik Simple Random Sampling. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah Kompetensi dan Independensi Auditor,
sedangkan variabel dependennya adalah Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan
Publik (KAP) di Yogyakarta. Metode pengumpulan data dilakukan dengan
metode kuesioner. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis
deskriptif, regresi sederhana dan regresi berganda.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan: (1). Terdapat pengaruh yang
signifikan antara Kompetensi Auditor (X1) dengan Kelangsungan Usaha Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan nilai t hitung
> t tabel untuk taraf signifikansi 5% yaitu sebesar (2,7507 > 2,028094). Dari hasil
analisis juga diperoleh koefisien regresi rx1y sebesar 0,417 dan koefisien
determinasi R2 sebesar 0,174. (2). Terdapat pengaruh yang signifikan antara
Independensi Auditor (X2) dengan Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan nilai t hitung > t tabel untuk
taraf signifikansi 5% yaitu sebesar (2,377 > 2,028094). Dari hasil analisis juga
diperoleh koefisien regresi rx1y sebesar 0,368 dan koefisien determinasi R2 sebesar
0,136. (3). Terdapat pengaruh yang signifikan antara Kompetensi (X1) dan
Independensi Auditor (X2) terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Yogyakarta (Y) yang ditunjukkan dengan nilai F hitung > F tabel untuk
taraf signifikansi 5% yaitu sebesar (7,561 > 5,518). Dari hasil analisis juga
diperoleh koefisien regresi rx1y sebesar 0,490 dan koefisien determinasi R2 sebesar
0,240.
viii
9. KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan
limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha
Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta”. Maksud dari penyusunan skripsi
ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah satu syarat dalam
menyelesaikan pendidikan pada Jurusan Akuntansi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan
Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis memperoleh bantuan, bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis
ucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Sardiman A.M., M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta.
3. Rr. Indah Mustikawati, M.Si, Ak., Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta sekaligus Dosen
Pembimbing yang penuh perhatian dan kesabaran dalam memberikan
bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
ix
10. 4. Dhyah Setyorini, M.Si, Ak., Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu
dan memberi masukan kepada penulis.
5. Bapak Ibu Dosen, yang telah memberi bekal ilmu yang tidak ternilai
harganya kepada penulis selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta.
6. Bapak, Ibu, Saudara/i Akuntan Publik di Yogyakarta, yang telah bersedia
menjadi responden dan meluangkan waktu guna mengisi kuesioner yang
disebarkan penulis.
7. Semua pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata semoga Allah SWT memberikan karunia, limpahan rahmat dan
berkat-Nya atas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-
pihak yang membutuhkannya.
Yogyakarta, 22 November 2010
Penulis
Aditya Wiramurti
x
11. DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN KEASLIAN KARYA ............................................................ iv
MOTTO ...................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vi
BINGKISAN .............................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................ ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..........xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................ 7
D. Rumusan Masalah ................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
xi
12. BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS ..................... 10
A. Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) ................. 10
1. Pengertian Kelangsungan Usaha ......................................... 10
2. Kantor Akuntan Publik (KAP) .............................................. 11
3. Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP)............. 14
B. Kompetensi Auditor ................................................................... 16
1. Tingkat Pendidikan Auditor ................................................. 17
2. Pelatihan dan Pengalaman Auditor ........................................ 18
C. Independensi Auditor ................................................................. 21
D. Penelitian Relevan ..................................................................... 26
E. Kerangka Berpikir ..................................................................... 29
F. Model Penelitian ........................................................................ 30
G. Hipotesis Penelitian ................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 32
B. Jenis Penelitian .......................................................................... 32
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 33
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 33
E. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................... 35
F. Instrumen Penelitian .................................................................. 36
G. Uji Coba Instrumen ................................................................... 39
1. Uji Validitas ........................................................................ 39
xii
13. 2. Uji Reliabilitas ..................................................................... 41
H. Teknik Analisis Data ................................................................. 42
1. Uji Normalitas ..................................................................... 42
2. Uji Linieritas ........................................................................ 44
3. Uji Multikolineritas .............................................................. 45
4. Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 46
I. Pengujian Hipotesis ................................................................... 47
1. Regresi Linier Sederhana ..................................................... 47
2. Regresi Linier Berganda ...................................................... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 50
A. Deskripsi Sampel Penelitian ...................................................... 50
B. Deskripsi Responden ................................................................. 52
C. Deskripsi Variabel Penelitian ..................................................... 56
1. Kompetensi Auditor ............................................................. 56
2. Independensi Auditor ........................................................... 58
3. Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta ............................ 60
D. Hasil Pengujian Hipotesis ........................................................... 62
1. Uji Hipotesis Linear Sederhana ............................................ 62
2. Uji Hipotesis Linear Berganda .............................................. 66
E. Pembahasan ............................................................................... 69
F. Keterbatasan .............................................................................. 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 75
A. Kesimpulan ............................................................................... 75
xiii
15. DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Daftar KAP di Yogyakarta ...................................................................... 33
2. Nama KAP dan Jumlah sampel ............................................................... 36
3. Penilaian Skor Pernyataan ....................................................................... 37
4. Instrumen Penelitian ................................................................................ 37
5. Hasil Uji Validitas ................................................................................... 40
6. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................... 41
7. Hasil Uji Normalitas Data ........................................................................ 42
8. Model Summary Regresi ......................................................................... 45
9. ANOVA Regresi ..................................................................................... 45
10. Hasil Uji Multikolineritas ....................................................................... 46
11. Data Responden Berdasarkan Jabatan ..................................................... 52
12. Data Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja .................................... 53
13. Data Responden BerdasarkanJenjang Pendidikan ................................. . 54
14. Tingkat Pengembalian Kuesioner ........................................................... 55
15. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kompetensi Auditor ...................... 57
16. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Independensi Auditor .................... 59
17. Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kelangsungan Usaha KAP di
Yogyakarta ............................................................................................. 61
18. Model Summary Regresi X1 terhadap Y ................................................. 63
19. Koefisien Regresi X1 terhadap Y ............................................................. 63
xv
16. 20. Model Summary Regresi X2 terhadap Y .................................................. 65
21. Koefisien Regresi X2 terhadap Y ............................................................. 65
22. Model Summary Regresi X1, X2 terhadap Y ............................................. 67
23. Koefisien Regresi X1, X2 terhadap Y........................................................ 67
xvi
17. DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hierarki Kantor Akuntan Publik .......................................................... 12
2. Model Penelitian .................................................................................. 30
3. Histogram Hasil Pengujian Asumsi Normalitas .................................... 43
4. Hasil Pengujian Asumsi Normalitas dengan P-Plot .............................. 44
5. Grafik Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 47
6. Histogram Distribusi Responden Berdasarkan Jabatan ......................... 53
7. Histogram Distribusi Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ........ 54
8. Histogram Distribusi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan ..... 55
9. Histogram Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kompetensi Auditor . 57
10. Histogram Distribusi Kecenderungan Frekuensi Independensi Auditor 59
11. Histogram Distribusi Kecenderungan Frekuensi Kelangsungan Usaha KAP
di Yogyakarta ...................................................................................... 62
xvii
18. DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuesioner (Instrumen Penelitian) ......................................................... 83
2. Tabel Data Uji Instrumen .................................................................... 90
3. Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................................. 93
4. Data Hasil Penelitian .......................................................................... 97
5. Perhitungan Kecenderungan Frekuensi ................................................ 100
6. Uji Normalitas ..................................................................................... 103
7. Uji Linearitas ...................................................................................... 103
8. Uji Multikolineritas ............................................................................ 104
9. Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 104
10. Hasil Regresi ...................................................................................... 105
11. Daftar KAP di Yogyakarta ................................................................. 109
12. Surat Izin Penelitian ........................................................................... 111
xviii
19. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi
yang berkaitan dengan kinerja perusahaan. Ketika seorang investor akan
melakukan investasi pada suatu perusahaan, ia perlu mengetahui kondisi
keuangan perusahaan tersebut terutama menyangkut kelangsungan usaha
perusahaan. Informasi akuntansi merupakan kebutuhan yang paling mendasar
untuk pengambilan keputusan bagi investor di pasar modal. Informasi akuntansi
tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan yang telah dibuat oleh pihak
manajemen perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, ada kecenderungan
pihak manajemen perusahaan untuk memanipulasi kinerja laporan keuangan
perusahaan dengan cara memperbaiki laporan keuangan sedemikian rupa sehingga
tampak lebih baik dari semestinya dengan tujuan untuk mendapatkan penilaian
yang positif atas tanggung jawabnya sebagai pihak yang mengelola perusahaan.
Untuk memastikan kesesuaian antara laporan keuangan yang disusun oleh
manajemen dengan standar akuntansi yang ada, maka laporan keuangan perlu
diaudit oleh pihak ketiga yang bebas, tidak memihak atau independen. Pihak yang
bisa melakukan audit atas laporan keuangan tersebut adalah auditor independen
atau akuntan publik.
Dalam hal ini, akuntan publik berfungsi sebagai pihak ketiga yang
menghubungkan pihak manajemen perusahaan dengan pihak luar perusahaan dan
berkepentingan untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang
disajikan pihak manajemen dapat dipercaya sebagai dasar dalam membuat
1
20. 2
keputusan. Tanpa menggunakan jasa akuntan publik, manajemen perusahaan tidak
akan dapat meyakinkan pihak luar bahwa laporan keuangan yang disajikan
manajemen perusahaan berisi informasi yang dapat dipercaya. Di sisi lain,
pemakai laporan keuangan juga menaruh kepercayaan yang besar terhadap hasil
pekerjaan auditor yang berupa laporan audit.
Laporan auditor penting sekali dalam suatu audit karena laporan tersebut dapat
menginformasikan tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang
diperolehnya. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat
kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan
kelangsungan usahanya selama periode waktu tertentu dan membuktikan
kewajaran atas laporan keuangan yang disajikan oleh klien. Auditor juga harus
memiliki keberanian untuk mengungkapkan permasalahan mengenai
kelangsungan usaha perusahaan klien.
Semakin banyaknya K a n t o r A k u n t a n P u b l i k ( KAP) yang berdiri,
menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar KAP tersebut. Persaingan
yang ketat di zaman sekarang ini membuat Kantor Akuntan Publik harus dapat
mempertahankan mutu jasa audit agar dapat mempertahankan eksistensi atau
kelangsungan usahanya. Jika mutu jasa audit dalam suatu KAP tidak diakui lagi,
maka tidak mungkin KAP tersebut tidak akan terpakai lagi dan akhirnya tidak
dapat mempertahankan kelangsungan usahanya. Eksistensi KAP ditentukan oleh
mutu jasa yang diberikan oleh auditor yang dalam hal ini adalah laporan audit.
Untuk menghasilkan jasa audit yang berkualitas, auditor harus berpedoman
pada Standar Auditing dan Aturan Etika Akuntan Publik. Standar auditing
menurut Munawir (1999:30) digunakan sebagai pedoman mutu profesional
21. 3
auditor independen dan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan audit,
sedangkan bagi masyarakat umum Standar Auditing merupakan jaminan
keyakinan akan mutu audit yang dilakukan oleh auditor. Sedangkan aturan etika
digunakan sebagai sarana yang menjadi dasar kepercayaan masyarakat terhadap
kualitas atau mutu jasa yang diberikan oleh profesi akuntan tanpa memandang
siapa individu yang melaksanakannya. Dalam hal ini kompetensi dan
independensi merupakan bagian dari Standar Auditing dan juga termasuk dalam
Aturan Etika Akuntan Publik. Kompetensi berkaitan dengan kemampuan,
keahlian dan pengalaman dari auditor (Christiawan:2002). Sedangkan
independensi adalah sikap auditor yang jujur, bebas, tidak memihak dan tidak
mudah dipengaruhi (Christiawan:2002).
Kelangsungan usaha Kantor Akuntan Publik ditentukan oleh mutu jasa yang
diberikan oleh auditor yang dalam hal ini adalah laporan audit. Untuk
menghasilkan mutu jasa audit yang berkualitas, auditor harus berpedoman pada
Standar Auditing dan Kode Etik Profesi. Menurut Munawir (1999: 30), Standar
auditing digunakan sebagai ukuran mutu profesional (professional qualities)
auditor independen dan pertimbangan (judgement) yang digunakan dalam
pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor, sedangkan bagi masyarakat
umum Standar Auditing merupakan jaminan keyakinan akan kualitas audit yang
dilakukan oleh auditor. Dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan oleh
akuntan publik, hasilnya bukan hanya untuk kepentingan klien tapi juga untuk
pihak ketiga yang meliputi para investor, kreditor, lembaga keuangan, pemerintah,
masyarakat dan pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap laporan
keuangan klien yang telah diaudit oleh akuntan publik. Adanya harapan yang
22. 4
besar baik dari manajemen maupun pemakai laporan keuangan yang menuntut
akuntan publik untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu audit yang
dilakukan. Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan
jasa yang diberikan akuntan publik akhirnya mengharuskan akuntan publik
memperhatikan kualitas audit yang dilakukannya. Adapun pertanyaan dari
masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin
besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan publik baik di luar
negeri maupun di dalam negeri, misalnya terdapat kasus keuangan dan manajerial
perusahaan publik yang tidak bisa terdeteksi oleh akuntan publik yang
menyebabkan perusahaan didenda oleh Bapepam (Christiawan: 2002). Dalam
kasus Raden Motor pada tahun 2009, seorang akuntan publik yang membuat
laporan keuangan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal
senilai Rp 52 miliar dari dari BRI Cabang Jambi pada tahun 2009, diduga terlibat
kasus korupsi dalam kredit macet. Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi
mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut. Fitri Susanti, kuasa hokum tersangka
Effendi Syam, pegawai BRI yang terlibat kasus itu, Selasa (18/5/2010)
mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan dikonfrontir keterangannya dengan
para saksi, terungkap ada dugaan kuat keterlibatan dari Biasa Sitepu sebagai
akuntan publik dalam kasus ini. Hasil pemeriksaan dan konfrontir keterangan
tersangka dengan saksi Biasa Sitepu terungkap dalam laporan keuangan
perusahaan Raden Motor dalam mengajukan pinjaman ke BRI. Sedangkan
skandal di luar negeri, Raju, mantan pemimpin Satyam, awal tahun lalu mengakui
perbuatannya, telah memalsukan keuntungan perusahaan. Dalam surat pengakuan,
ia mengatakan telah membesar-besarkan laba perusahaan selama bertahun-tahun
23. 5
dan meningkatkan neracanya hingga Iebih dari US$ 1 miliar. Satyam merupakan
perusahaan teknologi informasi outsourcing terbesar keempat di India. Kliennya
terdiri atas Nestle, General Electric, dan General Motors. Akibat kasus ini,
perusahaan kemudian diambil alih oleh Tech Mahindra dengan nilai US$ 600 juta
untuk kepemilikan mayoritas. Atas pengakuan itu, ia menghadapi dakwaan
konspirasi, kecurangan, hingga pemalsuan. Ia kemudian menarik kembali
pengakuannya. Namun polisi menetapkan surat itu merupakan pengakuan
penipuan yang sifatnya sukarela. Pengadilan di India mulai mengadili pendiri
perusahaan teknologi informasi Satyam, B. Ramalinga Raju, yang dituduh
melakukan penipuan terbesar dalam sejarah korporasi negara itu. Modus kasus ini
mirip skandal rekayasa laporan keuangan Enron, perusahaan raksasa listrik dan
gas asal Texas, Amerika Serikat.
Dalam konteks skandal keuangan di atas, memunculkan pertanyaan apakah
trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit
laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi namun auditor justru
ikut mengamankan praktik kejahatan tersebut. Tentu saja jika yang terjadi adalah
auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, maka yang
menjadi inti permasalahannya adalah kompetensi atau keahlian auditor tersebut.
Namun jika yang terjadi justru akuntan publik ikut mengamankan praktik
rekayasa tersebut, maka inti permasalahannya adalah independensi auditor
tersebut. Terkait dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi
tingkat kompetensi dan independensi auditor saat ini dan apakah kompetensi dan
independensi auditor tersebut berpengaruh terhadap mutu jasa audit yang
dihasilkan oleh akuntan publik.
24. 6
Mutu jasa audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi
(Christiawan: 2002), sedangkan kualitas pemeriksaan ditentukan oleh persepsi
masyarakat atas independensi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan.
Kompetensi dan independensi merupakan bagian dari standar auditing dan
termasuk juga di dalam etika profesional. Kompetensi berkaitan dengan
kemampuan, keahlian dan pengalaman dari auditor (Christiawan: 2002). Dalam
melaksanakan audit, akuntan publik harus bertindak sebagai seorang yang ahli
dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian sebagai auditor,
seseorang harus telah memperoleh pendidikan formal, pelatihan teknis yang
kemudian diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit (Munawir, 1999:
32).
Pengalaman merupakan unsur profesi terpenting karena akan mempengaruhi
kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan dan pelatihan yang dilakukan
akan meningkatkan keahlian dalam melakukan audit. Sedangkan independensi
adalah sikap auditor yang jujur, tidak memihak, dan tidak mudah dipengaruhi
(Christiawan: 2002). Menurut Munawir (1999: 35) independensi akuntan publik
menyangkut dua aspek yaitu independensi dalam fakta (independence in fact) dan
independensi dalam penampilan (independence in appearance). Akuntan publik
tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Auditor berkewajiban untuk
jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada
kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan
publik. Walaupun auditor dapat mempertahankan independensinya, namun
apabila pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yakin bahwa
auditor memihak kepada auditee maka opini dari hasil audit yang telah dibuat
25. 7
auditor tidak akan dapat dipercaya lagi. Mengingat kompleksitas pekerjaan audit
menuntut tanggung jawab yang besar, maka penting bagi auditor yang bekerja di
suatu Kantor Akuntan Publik untuk memiliki kompetensi dan independensi yang
tinggi.
Menurut Nugrahaningsih (2005) dalam Nizarul, dkk. (2007) kompetensi dan
independensi yang dimiliki auditor dalam penerapannya akan terkait dengan etika.
Seorang auditor berkewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi
mereka kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat
dan diri mereka sendiri. Kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh auditor
inilah yang menjadi pertimbangan bagi para pihak yang membutuhkan jasa audit
untuk menggunakan jasa mereka. Penting bagi pemakai laporan keuangan untuk
memandang Kantor Akuntan Publik sebagai pihak yang independen dan
kompeten, karena akan mempengaruhi berharga atau tidaknya jasa yang telah
diberikan oleh Kantor Akuntan Publik kepada pemakai. Jika pemakai merasa
Kantor Akuntan Publik memberikan jasa yang berguna dan berharga, maka nilai
audit atau kualitas audit juga meningkat. Para pembaca laporan audit yang merasa
yakin akan kompetensi dan independensinya, maka secara tidak langsung hal ini
akan membawa pengaruh terhadap eksistensi atau kelangsungan usaha Kantor
Akuntan Publik dimana auditor tersebut bertugas (Canyaning, 2003).
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Canyaning (2003) dan Christiawan (2002). Perbedaan penelitian terdahulu dengan
penelitian ini yaitu penelitian terdahulu menggunakan objek penelitian Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang berada di Malang (Canyaning) dan Surabaya
26. 8
(Christiawan) sedangkan dalam penelitian ini menggunakan objek penelitian
Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di Yogyakarta.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompetensi dan Independensi
Auditor terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Banyaknya skandal keuangan yang melibatkan profesi akuntan publik,
baik di luar negeri maupun di dalam negeri.
2. Persaingan yang ketat membuat Kantor Akuntan Publik harus dapat
mempertahankan eksistensi atau kelangsungan usahanya.
3. Sulitnya mempertahankan objektifitas yang dapat mempengaruhi auditor
dalam mewujudkan independensinya.
4. Sulitnya auditor dalam mempertahankan kompetensi dan independensi
dalam melaksanakan tugasnya.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup penelitian maka diperlukan pembatasan
masalah dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar
belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, pembatasan masalah dalam
penelitian ini mencakup Kompetensi dan Independensi Auditor yang
mempengaruhi Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Yogyakarta.
27. 9
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang ada, maka didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh antara Kompetensi Auditor terhadap
Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta?
2. Apakah terdapat pengaruh antara Independensi Auditor terhadap
Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta?
3. Apakah terdapat pengaruh antara Kompetensi dan Independensi Auditor
terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh antara Kompetensi Auditor terhadap
Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui pengaruh antara Independensi Auditor terhadap
Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui pengaruh antara Kompetensi dan Independensi Auditor
terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di
Yogyakarta.
28. 10
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoristis
a) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam pengembangan ilmu akuntansi khususnya dalam
bidang audit.
b) Bagi para peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai tambahan referensi dalam penelitian berikutnya.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Kantor Akuntan Publik, hasil dari penelitian ini dapat
digunakan sebagai saran yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan
dalam praktik Akuntan Publik.
b) Bagi penulis, dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan penulis tentang auditing ke dalam kondisi
yang nyata.
29. BAB II
KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP)
1. Pengertian Kelangsungan Usaha
Going concern adalah suatu asumsi akuntansi bahwa perusahaan akan
berjalan terus sampai pada masa yang tak dapat ditetapkan, atau cukup lama
untuk melaksanakan rencananya (Sujana Ismaya, 2006). Dengan adanya going
concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan
usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu
pendek. Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan
suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak
dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut
melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil
dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan
membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.
Selain melakukan pendekatan secara komprehensif dan menyusun
kebijakan dan prosedur yang sesuai, profesi akuntan melalui Ikatan Akuntan
Indonsesia telah menerbitkan PSAK dan SPAP baru. Hal ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pedoman pelaksanaan pengauditan dalam praktek audit
yang makin kompleks.
10
30. 11
a. PSAK (Indonesian GAAP)
Mengantisipasi perubahan- perubahan yang terjadi selama krisis, pihak
pembuat regulasi dalam hal ini Ikatan Akuntan Indonesia merespon dengan
mengeluarkan sejumlah PSAK baru diantaranya :
1) PSAK 46 = International Accounting Standard (IAS) 12
Akuntansi untuk pajak pendapatan yang ditangguhkan (deffered
income tax accounting) yang berlaku mulai Januari 1999 untuk
perusahaan yang go public dan Januari 2001 untuk perusahaan yang
belum go public. PSAK ini muncul karena kebutuhan untuk
mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan
dan periode mendatang untuk pemulihan nilai aktiva yang diakui pada
neraca perusahaan atau pelunasan nilai tercatat kewajiban yang diakui
pada neraca perusahaan.
2) PSAK 48 = IAS 36
Impairment of Assets yang berlaku Januari 2000. PSAK ini mengatur
perlakuan akuntansi aktiva yang turun nilainya dan konsekuensi
penurunan nilai tersebut.
3) PSAK 55 = Statement of Financial Accounting Standarts (SFAS) 133
Akuntansi untuk derivative dan hedging (lindung nilai). Pernyataan ini
memperlakukan akuntansi untuk instrument derivative, termasuk
instrument derivative tertentu yang melekat pada perjanjian lainnya
dan aktivitas lindung nilai
4) PSAK 52 yang dalam hal tertentu sama dengan SFAS 52
PSAK ini mengatur mengenai mata uang yang digunakan oleh
perusahaan-perusahaan yang menggunakan mata uang selain rupiah
sebagai mata uang pelaporan, dimana hal ini dimungkinkan untuk
dilakukan mengingat nilai rupiah sangat fluktuatif.
5) PSAK 54 = SFAS 15
Akuntansi untuk restrukturasi hutang dan piutang bermasalah, bagi
bagi debitur maupun kreditur.
6) PSAK 51
Akuntansi untuk kuasi-reorganisasi. Pernyataan ini mengatur tentang
pelaksanaan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan yang
merekstrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan
menilai kembali seluruh aktiva dan kewajibannya tanpa melalui
reorganisasi secara hukum.
31. 12
b. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) / Indonesian GAAS
Selain PSAK, standar untuk melakukan pengauditan juga makin
dikembangkan melalui perubahan yang terjadi sebagaimana dipaparkan
didepan.
Peraturan-peraturan baru yang muncul diantaranya bertkaitan dngan :
1) Audit untuk Partai Politik (disyaratkan oleh UU No. 3 tahun 1999)
yang harus dilaporkan kepada Komisi Pemilihan Umum
2) Sanksi kepada auditor yang memberikan opini yang tidak sesuai
3) Dampak Keputusan Bapepam No. 49 tentang penangguhan kerugian
nilai tukar terhadap opini audit (IPSA 29.04) Januari 1999.
4) Usulan standar atestasi yang kurang lebih sama dengan yang ada pada
Statement on Auditing Standarts (SAS) Amerika.
5) Pertimbangan auditor terhadap memburuknya kondisi ekonomi (IPSA
30.01), Maret 1998 dibuat.
Bagi perusahaan yang terkena dampak memburuk kondisi ekonomi dan
dampak yang mempengaruhi kelangsungan hidupnya, perusahaan perlu
menyusun rencana-rencana manajemen. Rencana-rencana tersebut
menggambarkan tindakan-tindakan apa yang dilakukan oleh manajemen untuk
mengatasi masalah going concern. Rencana-rencana yang dibuat oleh
manajemen tersebut menjadi dasar bagi auditor untuk melakukan penilaian
selanjutnya. Evaluasi yang mendalam atas rencana manajemen harus
dilakukan untuk memberikan penilaian atas kelayakan rencana-rencana yang
dibuat.
Setelah melakukan evaluasi secara kritis kritis terhadap rencana-rencana
manajemen, jika auditor menyimpulkan bahwa masih terdapat keragu-raguan
yang besar tentang apa yang akan terjadi ke depan auditor harus men
‘disclose’ peristiwa dan situasi yang menurut auditor sangat mendasar dalam
32. 13
catatan atas laporan keuangan. Selain itu auditor juga harus menambahkan
satu paragraf tambahan yang menekankan pada masalah yang menjadi
concern auditor. Perusahaan yang mengalami masalah going concern tetapi
tidak menyusun rencana manajemen dapat diberikan opini going concern
qualification. Jika terdapat keragu-raguan yang besar, auditor dapat
memberikan opini disclaimer.
Going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan
sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal berlawanan
(contrary information). Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap
berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah
berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi
kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar
aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan
operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain.
Going concern adalah salah satu konsep yang paling penting yang
mendasari pelaporan keuangan (Gray & Manson, 2000). Kelayakan dari
persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going concern merupakan
tanggung jawab utama director dan tanggung jawab auditor untuk
meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh perusahaan
adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan
(Setiawan, 2006). Menurut Altman dan McGough (1974) masalah going
concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan
(defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan
memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang
33. 14
terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi
terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi.
2. Kantor Akuntan Publik (KAP)
Untuk menjalani profesi akuntan publik, seseorang harus memiliki register
akuntan yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan RI sebagaimana diatur
pada pasal 3 ayat 4 Undang-undang No. 34 tahun 1954 tentang Pemakaian
Gelar Akuntan. Nomor Register Akuntan hanya dapat diberikan oleh
Departemen Keuangan RI kepada:
a. Lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Negeri
yang telah mendapat persetujuan dari Dirjen Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
b. Orang yang lulus mengikuti Ujian Negara Akuntansi (UNA) yang
diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Ujian
ini diperuntukkan bagi lulusan dari jurusan Akuntansi pada Perguruan
Tinggi Swasta (Fakultas Ekonomi dan STIE) dan lulusan Fakultas
Ekonomi Negeri yang belum mendapat persetujuan Dirjen Pendidikan
Tinggi untuk dibebaskan dari UNA (Abdul Halim, 2003: 13).
Untuk melaksanakan tugasnya, seorang akuntan publik bekerja pada
kantor akuntan publik. Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah lembaga yang
memiliki izin dari Menteri Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik
dalam menjalankan pekerjaannya. Menurut pasal 6 SK. Menkeu No. 43/ 1997,
izin untuk membuka Kantor Akuntan Publik (KAP) akan diberikan apabila
pemohon memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Badan usaha KAP dapat berbentuk:
1) Perseorangan – hanya dapat didirikan dan dijalankan oleh seorang akuntan
publik yang juga sekaligus bertindak sebagai pimpinan.
2) Persekutuan perdata atau persekutuan firma – hanya dapat didirikan oleh
paling sedikit 2 orang akuntan publik dan/atau 75% dari seluruh sekutu
adalah akuntan publik. Masing-masing sekutu disebut Rekan (Partner)
dan salah seorang sekutu bertindak sebagai Pemimpin Rekan.
34. 15
Izin usaha KAP dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. KAP berbentuk
badan usaha perseorangan yang mengajukan permohonan untuk mendapatkan
izin usaha KAP harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki izin akuntan publik.
2) Menjadi anggota IAPI.
3) Mempunyai paling sedikit 3 orang auditor tetap dengan tingkat pendidikan
formal bidang akuntansi yang paling rendah berijazah setara Diploma III
dan paling sedikit 1 orang diantaranya memiliki register negara untuk
akuntan.
4) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
5) Memiliki rancangan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) KAP yang
memenuhi Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan paling kurang
mencakup aspek kebijakan atas seluruh unsur pengendalian mutu.
6) Domisili Pemimpin KAP sama dengan domisili KAP.
7) Memiliki bukti kepemilikan atau sewa kantor, dan denah kantor yang
menunjukkan kantor terisolasi dari kegiatan lain.
8) Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin
Usaha Kantor Akuntan Publik, dan membuat surat pernyataan bermeterai
cukup yang menyatakan bahwa data persyaratan yang disampaikan adalah
benar.
Untuk KAP berbentuk badan usaha persekutuan, selain persyaratan-
persyaratan di atas, juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki NPWP KAP.
2) Memiliki perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris.
3) Memiliki surat izin akuntan publik bagi Pemimpin Rekan dan Rekan yang
akuntan publik.
4) Memiliki tanda keanggotaan IAPI yang masih berlaku bagi Pemimpin
Rekan dan Rekan yang akuntan publik.
5) Memiliki surat persetujuan dari seluruh Rekan KAP mengenai penunjukan
salah satu Rekan menjadi Pemimpin Rekan.
6) Memiliki bukti domisili Pemimpin Rekan dan Rekan KAP.
35. 16
KAP berbentuk badan usaha persekutuan dapat membuka Cabang KAP di
seluruh wilayah Indonesia dengan izin dari Menteri Keuangan.
KAP berbentuk badan usaha perseorangan menggunakan nama akuntan
publik yang bersangkutan. Untuk KAP berbentuk badan usaha persekutuan,
menggunakan nama seorang atau lebih Rekan akuntan publik dan ada
penambahan kata “& Rekan” di belakangnya apabila jumlah akuntan publik
pada KAP tersebut lebih banyak dari jumlah akuntan publik yang namanya
tercantum sebagai nama KAP. Nama KAP dilarang menggunakan singkatan
atau penggalan nama.
KAP dapat melakukan kerjasama dengan KAP atau organisasi audit asing.
KAP dapat mencantumkan nama KAP atau organisasi audit asing tersebut
pada dokumennya setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Penulisan
huruf nama KAP atau organisasi audit tidak boleh melebihi besarnya huruf
nama KAP.
PARTNER
MANAJER
AKUNTAN SENIOR
AKUNTAN YUNIOR
Gambar 1. Hirarki Kantor Akuntan Publik
Sumber: Abdul Halim (2003: 17)
36. 17
Hirarki staf organisasi KAP pada umumnya seperti yang digambarkan
sebagai berikut :
a. Partner, merupakan top legal client relationship, yang bertugas
mereview (menelaah) pekerjaan audit, menandatangani laporan audit,
menyetujui masalah fee dan penagihannya, dan penanggungjawab atas
segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit.
b. Manajer, merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien,
mengawasi langsung pelaksanaan tugas-tugas audit, me-review lebih
rinci terhadap pekerjaan audit, dan melakukan penagihan atas fee audit.
c. Akuntan senior, merupakan staf yang bertanggung jawab langsung
terhadap perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit, dan me-review
pekerjaan para akuntan yunior di bawahnya.
d. Akuntan yunior, merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung
jawab atas pekerjaan lapangan.
Selain itu akuntan publik juga harus berpedoman pada Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
dalam hal ini adalah standar auditing. Standar auditing terdiri dari standar
umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan SPAP (SA Seksi 150.
02):
1) Standar Umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
2) Standar Pekerjaan Lapangan
a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menetukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan auditan.
37. 18
3) Standar Pelaporan
a) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
b) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor
d) Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Sebagai upaya untuk menjaga mutu audit, organisasi profesi mewajibkan
setiap KAP untuk memiliki suatu sistem pengendalian mutu dalam memenuhi
tanggung jawabnya terhadap klien, masyarakat umum dan pemerintah. Dalam
SPAP (SPM Seksi 100. 03) dijelaskan bahwa sistem pengendalian mutu KAP
mencakup struktur organisasi, kebijakan dan prosedur yang ditetapkan KAP
untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan
professional dengan SPAP. Sistem pengendalian mutu harus komperhensif dan
harus dirancang selaras dengan struktur organisasi, kebijakan, dan sifat praktik
KAP. Kemudian untuk menjaga kredibilitas auditor, Ikatan Akuntan Indonesia
mengeluarkan Standar Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Akuntan.
3. Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP)
Kantor Akuntan Publik (KAP) pada umumnya menawarkan beberapa tipe
jasa tergantung pada kapasitas dan kebutuhan kliennya. Pendapat Arens dan
Loebecke (1991 : 13) menyatakan ada 4 kategori jasa yang disediakan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP) :
38. 19
1) Kegiatan Pembuktian / pengujian (attestation service)
Kegiatan pembuktian / pengujian meliputi semua kegiatan Kantor
Akuntan Publik dimana diterbitkan suatu laporan tertulis yang menyatakan
kesimpulan atas keandalan dari pernyataan tertulis yang merupakan
tanggung jawab pihak. Ada tiga jenis pembuktian :
(a) Audit Laporan Keuangan historis
(b) Review Laporan Keuangan Historis
(c) Jasa Atestasi lainnya
2) Jasa Akuntansi serta administrasi pembukuan
Jasa Kantor Akuntan Publik dalam membantu kliennya untuk
menyiapkan jurnal dan buku besar dalam beberapa kasus laporan
keuangan tersebut diserahkan kepada pihak ke-3. Untuk jasa tersebut
disertai juga dengan review / bahkan audit ( compilation report) dalam
beberapa laporan tersebut Kantor Akuntan Publik tidak menyediakan
assurance.
3) Penyuluhan pajak
Kantor Akuntan Publik menyusun surat pemberitahuan pajak dari
perusahaan dan persorangan baik yang merupakan kliennya maupun yang
bukan.
4) Konsultasi manajemen
Jasa Kantor Akuntan Publik dalam menyediakan rekomendasi kepada
manajemen bagaimana menjalankan perannya secara efektif misalnya
pemberian saran sederhana mengenai pembenahan sistem akuntansi
menyusun strategi pemasaran, memanfaatkan instalasi komputer yang ada
dengan sebaik-baiknya dan konsultasi asuransi.
Kepercayaan publik (public trust) merupakan sesuatu yang membuat
akuntan publik tetap bertahan dalam kelangsungan usahanya, peran sosial
Akuntan Publik dalam masyarakat adalah menyediakan suatu keyakinan memadai
(reasonable assurance) bahwa asersi yang dibuat manajemen telah sesuai dengan
Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU) dan bebas dari salah saji materiil baik
yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Kantor Akuntan Publik
dapat terus bertahan di dalam bisnis dikarenakan oleh mutu jasa audit yang
dihasilkan dapat memuaskan publik, yang di dalamnya meliputi profesionalisme,
independensi, kredibilitas, dan kualitas audit (Canyaning, 2003).
Sikap profesionalisme Kantor Akuntan Publik merupakan suatu mentalitas
professional yang menemukan kompetensi, tingkah laku dan komitmen sebagai
39. 20
Kantor Akuntan Publik. Apabila gagal mempertahankan sikap profesionalisme
maka Kantor Akuntan Publik tersebut akan kehilangan kepercayaan publik.
Sedangkan Kepercayaan publik merupakan salah satu nilai yang membuat Kantor
Akuntan Publik tersebut bertahan. Kehilangan kepercayaan publik karena mutu
jasa audit yang dihasilkan kurang memuaskan maka akan mempengaruhi
kelangsungan usaha Kantor Akuntan Publik tersebut, maka untuk
mempertahankan mutu jasa audit yang berkualitas, Kantor Akuntan Publik harus
dapat meningkatkan sikap profesionalisme auditor-auditor di dalamnya, dan
kualitas auditnya (Canyaning, 2003).
B. Kompetensi Auditor
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang
berhubungan dengan pekerjaan, serta kemampuan yang dibutuhkan untuk
pekerjaan-pekerjaan non-rutin. Dalam Kamus Besar Indonesia, kompetensi
diartikan sebagai kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan
sesuatu). Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti
Perguruan Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk
dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang
pekerjaan tertentu”. Association K.U. Leuven mendefinisikan bahwa pengertian
kompetensi adalah peingintegrasian dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang memungkinkan untuk melaksanakan satu cara efektif.
Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk
melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan
pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan
40. 21
kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan
pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan. Susanto (2000) dalam
Nizarul, dkk. (2007) menyatakan bahwa definisi tentang kompetensi yang sering
dipakai adalah karakteristik-karakteristik yang mendasari individu untuk
mencapai kinerja superior. Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor
memerlukan pengetahuan pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan
mengenai bidang pengauditan, akuntansi dan industri klien. Lee dan Stone (1995)
dalam Eunike (2007) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup
yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif.
Sedangkan menurut Christiawan (2005) kompetensi berkaitan dengan pendidikan
dan pengalaman yang memadai dalam bidang akuntansi dan pemeriksaan atau
audit. Sementara itu, Abdul Halim (2003: 49) mengemukakan bahwa kompetensi
ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: Pendidikan formal dalam bidang akuntansi di
suatu perguruan tinggi termasuk ujian profesi auditor, pelatihan yang bersifat
praktis dan pengalaman dalam bidang auditing, dan pendidikan profesional yang
berkelanjutan selama menekuni karir auditor profesional.
1. Tingkat Pendidikan Auditor
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota
seyogyanya tidak menggambarkan dirinya memilki keahlian atau pengalaman
yang tidak mereka punya. Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung
jawabnya, setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan
kompetensi yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi
tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan pada Prinsip Etika.
Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang terpisah:
41. 22
a) Pencapaian Kompetensi Profesional
Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar
pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan
dan ujian professional dalam subyek-subyek yang relevan, dan
pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal
untuk anggota.
b) Pemeliharaan Kompetensi Profesional
(1) Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk
belajar dan melakukan peningkatan profesional secara
berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.
(2) Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukankesadaran untuk
terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk di
antaranya pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan peraturan
lainnya, baik nasional maupun internasional yang relevan.
(3) Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk
memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa
profesional yang konsisten dengan standar nasional dan internasional.
(http://www.iaiglobal.or.id/tentang_iai.php.htm)
2. Pelatihan dan Pengalaman Auditor
Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut
tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang
mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Menurut Tubbs (1992) dalam
Mayangsari (2003) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal:
mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan secara akurat, dan mencari penyebab
kesalahan. Kompetensi seorang auditor dapat diukur melalui banyaknya ijazah
atau sertifikat yang dimiliki serta banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan
dalam pelatihan-pelatihan, seminar. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan
semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar diharapkan auditor yang
bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya. Pemeriksaan
42. 23
atau audit harus dilaksanakan oleh seorang atau beberapa orang akuntan publik
yang memiliki keahlian dalam bidangnya dan telah menjalani latihan teknis yang
cukup. Pencapaian keahlian dimulai dengan pendidikan formal, yang selanjutnya
diperluas melalui pengalaman dalam praktik audit. Selain itu, akuntan publik
harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan ini harus secara memadai
mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum SPAP (SA Seksi 210. 03).
Seorang auditor juga harus selalu mengikuti perkembangan yang terjadi dalam
dunia bisnis dan lingkungan profesinya. Dengan adanya pendidikan, pelatihan,
dan pengalaman, auditor mempunyai kemampuan untuk menilai secara objektif
dan dapat menggunakan pertimbangannya tanpa memihak.
Seorang auditor harus cukup mampu untuk memahami kriteria-kriteria yang
digunakan dan kompeten untuk mengetahui dengan pasti jenis dan jumlah fakta
yang dibutuhkan, agar pada akhir pemeriksaan dia dapat menarik kesimpulan
yang tepat (Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke, 1995: 2). Menurut Libby
(1995) dalam Ramaraya (2005) berbagai penelitian auditing menunjukkan bahwa
semakin berpengalaman seorang auditor semakin mampu dia menghasilkan
kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks. Dengan
demikian maka kompleksitas tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan
menambah pengalaman serta pengetahuannya. Pendapat ini didukung oleh
Abdolmohammadi dan Wright (1987) dalam Herliansyah (2006) yang
menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat
kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih
berpengalaman. Pemakai laporan keuangan auditan juga akan meragukan
kewajaran laporan keuangan yang diterimanya jika diketahui bahwa akuntan yang
43. 24
melakukan audit ternyata tidak memiliki kompetensi dalam bidangnya. Tidak
adanya kompetensi akan menyebabkan laporan keuangan auditan yang disajikan
salah dan prosedur audit yang diterapkan akuntan publik tidak mampu mendeteksi
adanya salah saji material.
Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan
keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang
pernah ditangani. Penelitian yang dilakukan oleh Libby and Frederick (1990)
dalam Ida Suraida (2005) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman
auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan
temuan audit. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal
atas kesalahan dalam laporan keuangan. Selain itu mereka dapat
mengelompokkan kesalahan berdasarkan tujuan audit dan struktur dari sistem
akuntansi yang mendasari.
Untuk melakukan tugas pengauditan, auditor memerlukan pengetahuan
pengauditan (umum dan khusus) dan pengetahuan mengenai bidang pengauditan,
akuntansi dan industri klien. Secara umum ada lima jenis pengetahuan yang harus
dimiliki auditor yaitu pengetahuan umum, area fungsional, isu akuntansi, industri
khusus, dan pengetahuan bisnis umum serta penyelesaian masalah (Eunike: 2007).
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi
merupakan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari
pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan,
seminar, simposium dan lain-lain seperti :
a) USAP (Ujian Sertifikat Akuntan Publik).
b) PPB (Pendidikan Profesi Berkelanjutan).
44. 25
c) Pelatihan-pelatihan intern dan ekstern.
d) Keikutsertaan dalam seminar, simposium dan lain-lain.
Dengan dikuasainya kompetensi tersebut oleh seseorang, maka yang
bersangkutan akan mampu:
a) Mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan akuntansi.
b) Mengorganisasikan agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan.
c) Menentukan langkah apa yang harus dilakukan pada saat terjadi
sesuatu yang berbeda dengan rencana semula.
d) Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan
masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.
Menurut Herawaty (2008) gambaran seseorang yang profesional dalam
profesi dicerminkan dalam lima dimensi profesionalisme, yaitu:
a) Pengabdian pada profesi dicerminkan dari dedikasi dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki serta
keteguhan untuk tetap melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan
ekstrinsik kurang. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri
yang total terhadap pekerjaan.
b) Kewajiban sosial adalah suatu pandangan tentang pentingnya
peranan profesi serta manfaat yang diperoleh baik masyarakat
maupun kalangan profesional lainnya karena adanya pekerjaan
tersebut.
c) Kemandirian dimaksudkan sebagai suatu pandangan bahwa
seorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri
tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien dan mereka yang
bukan anggota profesi). Setiap ada campur tangan dari luar
dianggap sebagai hambatan kemandirian secara profesional.
d) Keyakinan terhadap profesi adalah suatu keyakinan bahwa yang
paling berwenang menilai apakah suatu pekerjaan yang dilakukan
profesional atau tidak adalah rekan sesame profesi, bukan pihak
luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan
pekerjaan tersebut.
e) Hubungan dengan sesama profesi adalah dengan menggunakan
ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi
formal dan kelompok kolega informal sebagai ide utama dalam
melaksanakan pekerjaan.
45. 26
C. Independensi Auditor
Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010, 41-42) Independen artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan
umum. Auditor tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapapun. Untuk
memenuhi pertanggungjawaban profesionalnya, akuntan publik harus bersikap
independen karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak
memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya. Independensi menghindarkan diri dari hubungan yang bisa
merusak objektifitas seorang auditor dalam melakukan jasa atestasi.
Independensi merupakan sikap pikiran seseorang yang dicirikan oleh
pendekatan integritas dan objektivitas tugas profesionalnya terlepas dari
kepentingan pribadi yang melekat pada fakta yang dihadapinya. Begitu banyak
pihak yang menggantungkan kepercayaan para pemakai laporan keuangan
terhadap kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan auditor karena
mereka ingin mendapatkan suatu pandangan yang tidak memihak. Menurut
Haryono Jusup (2001: 101) sikap mental independen auditor harus meliputi
independen dalam fakta (independence in fact) dan independen dalam
penampilan (independence in appearance). Independen dalam fakta adalah
kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam
melakukan penugasan audit. Independen dalam fakta ini merupakan
independen dalam diri auditor. Sedangkan independen dalam penampilan adalah
independen dipandang dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
46. 27
perusahaan yang diaudit yang mengetahui hubungan antara auditor dengan
kliennya. Independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat
terhadap independensi akuntan publik. Independensi sikap mental sulit
diketahui oleh masyarakat karena masyarakat lebih cenderung menilai
independensi penampilan akuntan publik daripada independensi sikap mental.
Sikap auditor yang independen akan sangat mempengaruhi kepercayaan
masyarakat umum dan hal ini sangat penting bagi perkembangan profesi
akuntan publik. Ada enam faktor yang mempengaruhi independensi menurut
persepsi akuntan pemeriksa dan pihak-pihak yang menggunakan jasa-jasanya,
yaitu:
1. Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien dan hubungan bisnis
dengan para kliennya.
2. Persaingan dalam menyediakan jasa audit diantara KAP.
3. Jasa non audit yang diberikan oleh kantor akuntan.
4. Hubungan audit yang lama antara suatu kantor akuntan dengan klien
tertentu.
5. Ukuran KAP.
6. Besarnya “fee” audit (Supriyono, 1988).
Lebih lanjut Munawir (1999: 35) menyatakan bahwa berdasarkan ketentuan
Bursa Efek, auditor akan dianggap tidak independen jika:
1. Kantor akuntan yang bersangkutan atau salah satu pegawainya menjadi
pimpinan/ direktur perusahaan klien.
2. Kantor akuntan yang bersangkutan atau salah satu pegawainya melakukan
pekerjaan akuntansi klien, termasuk pembuatan jurnal, pencatatan dalam
buku besar, jurnal penutup dan penyusunan laporan keuangan.
3. Kantor akuntan dengan klien saling melakukan peminjaman pribadi
(kepentingan keuangan) dalam jumlah materiil ditinjau dari jumlah
kekayaan auditor yang bersangkutan.
Independensi merupakan salah satu karakter yang sangat penting bagi
profesi akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan (auditing) terhadap
kliennya. Akuntan publik harus memenuhi kewajiban profesionalnya untuk
47. 28
bersikap independen meskipun hal ini berarti bertentangan atau mengingkari
kehendak kliennya dan berakibat akuntan publik tersebut tidak digunakan lagi
oleh kliennya. Masyarakat menilai independensi akuntan publik biasanya tidak
hanya secara individu tetapi dari segi profesi akuntan publik secara keseluruhan.
Kepercayaan masyarakat akan menurun, jika terdapat bukti bahwa
independensi sikap auditor ternyata berkurang dalam menilai kewajaran
laporan keuangan yang disajikan manajemen. Kecurigaan tersebut dapat
berakibat hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik
khususnya dalam pemberian jasa pemeriksaan akuntansi.
Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam Kode Etik Akuntan Indonesia
(KEAI) agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi
independensi dari masyarakat. Sepanjang persepsi independensi ini
dimasukkan ke dalam aturan etika, maka hal ini akan mengikat auditor untuk
menurut pada ketentuan profesi. Independensi merupakan dasar bagi akuntan
publik untuk merumuskan dan menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diperiksa. Apabila akuntan publik tetap memelihara independensi selama
melaksanakan pemeriksaan, maka laporan keuangan yang telah diperiksa
tersebut bertambah kredibilitasnya dan dapat diandalkan bagi pihak yang
berkepentingan. Banyak pihak yang menggantungkan kepercayan terhadap
kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan auditor, karena harapan pemakai
laporan untuk mendapatkan suatu pandangan yang tidak memihak.
Agar dipercaya masyarakat atas independensinya bagi kepentingan
perkembangan profesi akuntan publik, auditor harus bebas dari setiap kewajiban
klien, tidak mempunyai suatu kepentingan dengan klien. Auditor independen
48. 29
tidak hanya berkewajiban mempertahankan fakta bahwa ia independen, namun
auditor harus pula menghindari keadaan yang dapat menyebabkan pihak luar
meragukan sikap independensinya. Bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis
auditor jika auditor memihak salah satu kepentingan maka dia tidak bisa
mempertahankan kebebasan pendapatnya, ia kehilangan sikap tidak memihak,
berarti auditor tidak memiliki sikap mental independen.
Independensi secara intrinsik merupakan masalah mutu pribadi, bukan
merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk dapat diuji secara obyektif.
Sepanjang persepsi independensi dimasukkan ke dalam aturan etika, hal ini akan
mengikat auditor independen menurut ketentuan profesi. Untuk menekankan
independensi auditor dari manajemen, penunjukan auditor di banyak perusahaan
dilaksanakan oleh dewan komisaris, rapat umum pemegang saham atau komite
audit.
Kode Etik Akuntan Publik menyebutkan bahwa independensi adalah sikap
yang diharapkan dari seorang akuntan publik untuk tidak mempunyai kepentingan
pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip
integritas dan objektivitas. Carey dalam Mautz (1993:205) mendefinisikan
independensi akuntan publik dari segi integritas dan hubungannya dengan
pendapat akuntan atas laporan keuangan. Independensi meliputi:
1. Kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada beberapa orang
profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional.
2. Merupakan istilah penting yang mempunyai arti khusus dalam
hubungannya dengan pendapat akuntan publik atas laporan keuangan.
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.
Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak
49. 30
memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya. Independensi akuntan publik merupakan dasar utama
kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan salah
satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit.
Definisi independensi dalam The CPA Handbook menurut E.B. Wilcox dalam
Mautz dan Sharaf (1993) adalah merupakan suatu standar auditing yang penting
karena opini akuntan independen bertujuan untuk menambah kredibilitas laporan
keuangan yang disajikan oleh manajemen. Jika akuntan tersebut tidak independen
terhadap kliennya, maka opininya tidak akan memberikan tambahan apapun
(Mautz dan Sharaf, 1993:246). Kode Etik Akuntan tahun 1994 menyebutkan
bahwa independensi adalah sikap yang diharapkan dari seorang akuntan publik
untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya, yang
bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Oleh karena itu
dibutuhkan upaya pemeliharaan independensi. Upaya dapat berupa persyaratan
atau dorongan lain, hal-hal tersebut antara lain :
1. Kewajiban hukum, adanya sanksi hukum bagi auditor yang tidak
independen.
2. Standar auditing yang berlaku umum, sebagai pedoman yang
mengharuskan auditor mempertahankan sikap independen, untuk semua
hal yang berkaitan dengan penugasan.
D. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian dari Canyaning (2003)
Penelitian ini mengambil judul : “Pengaruh Kompetensi dan Independensi
terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Malang”. Dari
penelitian tersebut dihasilkan bahwa secara umum KAP di Malang cukup
kompeten dan independensi KAP di Malang juga cukup baik. Secara bersama-
sama variabel Kompetensi dan Independensi berpengaruh terhadap Kelangsungan
50. 31
Usaha KAP di Malang. Akan tetapi secara parsial diantara variabel yang diteliti
ternyata variabel Kompetensi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Kelangsungan Usaha. Hal ini berarti bahwa Kompetensi dijadikan pertimbangan
klien dalam memakai jasa suatu KAP. Sedangkan variabel Independensi tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan dengan Kelangsungan Usaha. Dengan kata
lain dalam menggunakan jasa suatu KAP, klien tidak memperhatikan apakah KAP
tersebut Independen ataupun tidak.
Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu sama-sama
menggunakan variabel Kompetensi dan Independensi Auditor sebagai variabel
independen dan variabel Kelangsungan Usaha KAP sebagai variabel dependen.
Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada
objek penelitian. Penelitian ini menggunakan objek KAP yang ada di wilayah
Yogyakarta sedangkan penelitian terdahulu menggunakan obejek penelitian KAP
yang ada di wilayah Malang.
2. Penelitian dari Christiawan (2002)
Penelitian ini mengambil judul : “Pengaruh Kompetensi dan Independensi
terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP) di Surabaya”.
Penelitian ini mengangkat masalah apakah Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan
Publik dipengaruhi oleh independensi dan kompetensi. Dari penelitian ini
diketahui bahwa faktor yang mempengaruhi kompetensi adalah kualitas
pendidikan formal akuntansi, kurikulum pendidikan akuntansi yang berlaku,
pengalaman dan pelatihan akuntan publik, sedangkan faktor yang mempengaruhi
independensi adalah adanya hubungan bisnis, keuangan dan manajemen atau
karyawan antara auditor dengan klien. Selain itu juga dapat diketahui pula bahwa
51. 32
kompetensi dan independensi sangat berpengaruh terhadap Kelangsungan Usaha
Kantor Akuntan Publik (KAP).
Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu sama-sama
menggunakan variabel Kompetensi dan Independensi Auditor sebagai variabel
independen dan Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik sebagai variabel
dependen . Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu
terletak pada objek penelitian. Penelitian ini menggunakan objek penelitian KAP
yang ada di Yogyakarta, sedangkan penelitian terdahulu menggunakan objek
penelitian KAP yang ada di Surabaya.
3. Penelitian dari Nizarul Alim, dkk (2007)
Penelitian ini mengambil judul : “Pengaruh Kompetensi dan Independesi
terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi”,
berhasil membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap
kualitas audit. Hal ini berarti bahwa Kualitas Audit dapat dicapai jika auditor
memiliki Kompetensi yang baik dimana Kompetensi tersebut terdiri dari dua
dimensi yaitu pengalaman dan pengetahuan. Sementara itu, interaksi Kompetensi
dan Etika Auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit.
Penelitian ini juga menemukan bukti empiris bahwa Independensi berpengaruh
signifikan terhadap Kualitas Audit. Selanjutnya interaksi Independensi dan Etika
Auditor berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit. Hal ini berarti Kualitas
Audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan dari tekanan
klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Dalam kerangka yang lebih luas
dapat disimpulkan bahwa Independensi dan Kompetensi Akuntan Publik sangat
mempengaruhi tingkat kepercayaan pemakai laporan keuangan auditan
52. 33
(masyarakat) terhadap jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik khususnya jasa
audit atas laporan keuangan.
Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu sama-sama
menggunakan variabel Kompetensi dan Independensi Auditor sebagai variabel
independen. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu
terletak pada variabel dependen. Penelitian ini menggunakan variabel
Kelangsungan Usaha KAP di Yogyakarta sedangkan penelitian terdahulu
menggunakan variabel Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai Variabel
Moderasi sebagai variabel dependen.
E. Kerangka Berpikir
Laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan merupakan
informasi yang penting untuk proses pengambilan keputusan bagi para pemakai
laporan keuangan. Dari laporan keuangan tersebut dapat dilihat kinerja suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi. Dalam penyajian laporan keuangan,
pihak manajemen ada kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan
tersebut agar terlihat kinerja manajemen yang baik agar para investor tertarik
untuk menginvestasikan modalnya. Informasi dari laporan keuangan tersebut akan
bebas resiko dan lebih dipercaya oleh pihak luar jika telah diaudit.
Pihak yang dapat mengaudit laporan keuangan ini adalah akuntan publik atau
auditor. Seorang auditor bertugas untuk membuktikan kewajaran suatu laporan
keuangan yang disajikan oleh klien. Untuk dapat memberikan jasa audit atas
laporan keuangan, akuntan publik harus bergabung dalam suatu Kantor Akuntan
Publik (KAP). Kinerja KAP yang berkualitas sangat ditentukan oleh kinerja
auditor secara ideal di dalam menjalankan profesinya.
53. 34
Kelangsungan hidup Kantor Akuntan Publik sangat bergantung kepada
kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat akan menghargai Kantor
Akuntan yang menetapkan standar kualitas yang tinggi dalam memberikan
jasanya kepada masyarakat, khususnya jasa atestasi. Kepercayaan masyarakat
terhadap Kantor Akuntan Publik (KAP) akan meningkat jika akuntan yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik memiliki kompetensi dan independensi.
F. Model Penelitian
Model penelitian ini bisa digambarkan sebagai berikut:
Kompetensi Auditor
(X1)
1
Kelangsungan Usaha KAP
3 (Y)
Independensi Auditor 2
(X2)
Gambar 2. Model Penelitian
Keterangan :
1. Pengaruh Kompetensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha Kantor
Akuntan Publik (KAP).
2 Pengaruh Independensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha Kantor
Akuntan Publik (KAP)
3 Pengaruh Kompetensi Auditor dan Independensi Auditor secara simultan
terhadap terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP)
54. 35
G. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan ulasan di atas maka hipotesis yang diajukan yaitu:
H1: Terdapat pengaruh antara Kompetensi Auditor terhadap Kelangsungan Usaha
Kantor Akuntan Publik (KAP).
H2: Terdapat pengaruh antara Independensi Auditor terhadap Kelangsungan
Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP).
H3: Terdapat pengaruh antara Kompetensi Auditor dan Independensi Auditor
terhadap Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP).
55. BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Akuntan Publik yang ada di
Yogyakarta. Waktu penelitian yaitu bulan Juni sampai dengan Juli 2010.
B. Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang berupa data primer
yang diperoleh dari objek penelitian. Menurut Indriantoro (1999: 146) data primer
merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli (tidak melalui media perantara). Data primer dalam penelitian ini
menggunakan objek yaitu auditor yang bekerja di KAP-KAP yang berada di
Yogyakarta. Penelitian ini mengambil lokasi pada Kantor Akuntan Publik (KAP)
di Yogyakarta. Dipilih Yogyakarta karena tingkat perekonomian untuk daerah
Yogyakarta setiap tahun meningkat dan tumbuh berkembang. Selain itu, banyak
perusahaan-perusahaan yang berdiri dan bersaing di Yogyakarta yang tentunya
untuk menumbuhkan kepercayaan dari masyarakat perusahaan-perusahaan
tersebut membutuhkan jasa Kantor Akuntan Publik.
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan angket. Angket
merupakan metode pengumpulan data yang berisi kumpulan-kumpulan dari
pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada responden dan cara menjawab
juga dilakukan secara tertulis. Angket diberikan kepada responden untuk menilai
Kompetensi dan Independensi Auditor. Angket tersebut disebar secara personal
yang disampaikan langsung oleh peneliti.
32
56. 33
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (bahan penelitian)
(Arikunto, 2007: 84). Populasi dalam penelitian ini adalah Auditor yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta. Sedangkan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple
random sampling, karena tiap orang anggota dalam populasi itu derajat dan
kualifikasinya sama atau setara, atau sama dan serupa tiada bedanya, setiap
anggota populasi memiliki kebebasan dan kesempatan yang sama untuk disampel.
Tabel 1. Daftar KAP di Yogyakarta
No. Nama KAP Jumlah auditor
1. KAP Bismar, Muntalib & Yusuf 15 orang
2 KAP Doli, Bambang, Sudarmadji dan 10 orang
Dadang
3 KAP Drs. Hadiono 4 orang
4 KAP. Hadori Sugiarto Adi & Rekan 16 orang
5 KAP Drs. Kumalahadi 10 orang
6 KAP Drs. Soeroso Donosapoetro, MM, 8 orang
Ak,
7 KAP Dra. Suhartati & Rekan 10 orang
8 KAP Drs. Henry & Sugeng 10 orang
9 KAP Drs. Inarejz Kemalawarta 5 orang
Total auditor 88 orang
Sumber : Data yang diolah
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat). Penelitian ini
mempunyai dua variabel independen (bebas) dan satu variabel dependen (terikat).
Kompetensi Auditor sebagai variabel independen pertama (X1) dan Independensi
57. 34
Auditor sebagai variabel independen kedua (X2), sedangkan Kelangsungan Usaha
Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta sebagai variabel dependen (Y). Definisi
operasional masing-masing variabel sebagai berikut:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen penelitian ini adalah Kelangsungan Usaha Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Yogyakarta. Kepercayaan publik (public trust)
merupakan suatu hal yang membuat akuntan publik tetap bertahan dalam
kelangsungan usahanya, peran sosial Akuntan Publik dalam masyarakat
adalah menyediakan suatu keyakinan memadai (reasonable assurance)
bahwa asersi yang dibuat manajemen telah sesuai dengan Prinsip Akuntansi
Berlaku Umum (PABU) dan bebas dari salah saji materiil baik yang
disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan. Kantor Akuntan Publik
dapat terus bertahan di dalam bisnis dikarenakan oleh mutu jasa audit yang
dihasilkan dapat memuaskan publik. Eksistensi KAP ditentukan oleh mutu
jasa yang diberikan oleh auditor yang dalam hal ini adalah laporan audit.
Untuk menghasilkan jasa audit yang berkualitas, auditor harus
berpedoman pada Standar Auditing dan Aturan Etika Akuntan Publik.
Indikator yang digunakan untuk mengukur Kelangsungan Usaha dalam
KAP tersebut adalah kepuasan klien, kualitas audit yang diberikan KAP,
dan profesionalisme auditor.
2. Variabel Independen
a) Kompetensi Auditor (X1)
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan
pengalaman yang berhubungan dengan pekerjaan akuntan publik sebagai
58. 35
auditor. Kompetensi ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: pendidikan formal
dalam bidang akuntansi di suatu perguruan tinggi termasuk ujian profesi
auditor, pelatihan yang bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang
auditing, serta pendidikan profesional yang berkelanjutan selama menekuni
karir auditor profesional.
b). Independensi Auditor (X2)
Independensi Auditor adalah sikap mental auditor untuk tidak mudah
dipengaruhi, jujur, dan objektif dalam setiap melakukan audit. Sikap mental
independensi auditor harus meliputi independen dalam fakta (independence
in fact) dan independen dalam penampilan (independence in appearance).
Independen dalam fakta adalah kemampuan auditor untuk bersikap bebas,
jujur, dan objektif dalam melakukan penugasan audit. Independen dalam
fakta ini merupakan independen dalam diri auditor. Independen dalam
penampilan adalah independen dipandang dari pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan yang diaudit yang mengetahui
hubungan antara auditor dengan kliennya.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara
tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas, dan lengkap yang
dianggap bisa mewakili populasi (Arikunto, 2007: 84). Sampel yang diambil
dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja dalam KAP. Sedang teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik simple
random sampling yang merupakan bentuk random sampling yang sifatnya
sederhana, tiap sampel yang berukuran sama memiliki probabilitas sama
59. 36
untuk terpilih dari populasi (Iqbal Hasan, 2005: 87). Menurut Arikunto
(2007: 96) semua subjek yang termasuk dalam populasi mempunyai hak
untuk dijadikan anggota sampel.
Dari 9 KAP yang ada di wilayah Yogyakarta, hanya 5 KAP yang bersedia
menerima kuesioner dan itupun hanya bersedia menerima 5-15 kuesioner saja.
Berikut adalah adalah tabel mengenai distribusi kuesioner pada sampel dari tiap-
tiap KAP yang bersedia dijadikan objek penelitian:
Tabel 2. Nama KAP dan Jumlah Sampel
Jumlah
No. Nama KAP
auditor
1. KAP Bismar, Muntalib & Yusuf 15 orang
2. KAP Doli, Bambang, Sudarmadji dan Dadang 10 orang
3. KAP Drs. Henry & Sugeng 5 orang
4. KAP Drs. Soeroso Donosapoetro, MM, Ak 5 orang
5. KAP Dra. Suhartati 8 orang
Total auditor 43 orang
Sumber: Data yang diolah
F. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2007: 119) instrumen penelitian adalah suatu alat yang
digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Semua
fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket. Angket dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian
yaitu:
1. Identitas responden
Pada bagian ini berisi beberapa pertanyaan tentang data diri
responden yang meliputi: umur responden, jenjang pendidikan, lama
pengalaman kerja, jabatan, kursus atau pelatihan lain yang menunjang
bidang keahlian.
60. 37
2. Pernyataan mengenai Kompetensi Auditor dan Independensi Auditor
serta Kelangsungan Usaha Kantor Akuntan Publik (KAP)
Pada bagian ini berisi pernyataan-pernyataan mengenai Kompetensi
Auditor dan Independensi Auditor serta Kelangsungan Usaha Kantor
Akuntan Publik (KAP). Jenis pernyataan adalah tertutup, dimana
responden tinggal memberi tanda silang (X) pada pilihan jawaban
yang telah tersedia. Adapun setiap jawaban dari pernyataan tersebut
telah ditentukan skornya.
Berikut penilaian atau skor alternatif dari setiap jenis pernyataan yang
digunakan dalam penelitian. Penilaian dalam kuesioner yang dibuat
menggunakan skala penelitian 1 sampai 4.
Tabel 3. Penilaian Skor Pernyataan
Jenis Pernyataan Jenis Jawaban skor
Positif SS (Sangat Setuju) 4
S (Setuju) 3
TS (Tidak Setuju) 2
STS (Sangat Tidak Setuju) 1
Sumber: Canyaning (2003)
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
instrumen penelitiannya adalah sebagai berikut:
61. 38
Tabel 4. Instrumen Penelitian
Variabel Indikator No. Sumber
item
Kompetensi Tingkat Tingkat 1,2 Auditor
pendidikan pendidikan
Formal
Pelatihan dan Pelatihan dan 3,4,5 Auditor
pengalaman keahlian khusus
yang dimiliki
Dilakukan review 6,7 Auditor
dan monitoring
Pengalaman 8,9,10 Auditor
Personel
Jumlah auditor 11 Auditor
Senior
12 Auditor
Pendidikan
profesional
yang
berkelanjutan
Independensi Independensi Kejujuran dalam 13,14, Auditor
Auditor dalam fakta melaksanakan 15,16
(in fact) audit
Independensi Pemberian jasa 17 Auditor
dalam lain,
penampilan selain jasa audit
(in oleh KAP
appearance) Hubungan 18,19 Auditor
auditor
dengan klien
diluar
hubungan audit
Besarnya fee 20,21 Auditor
audit
Waktu (lamanya) 22,23 Auditor
penugasan audit