Dokumen tersebut membahas tentang 3 hal utama:
1. Pengertian emosi dan perkembangannya pada masa dewasa awal
2. Tugas-tugas perkembangan emosi menurut teori Erikson dan Havighurst
3. Optimalisasi perkembangan emosi dewasa awal meliputi memilih pasangan, belajar hidup bersama, dan memulai kehidupan berkeluarga.
1. Perkembangan Emosi pada masa Dewasa Awal
Psikologi Perkembangan II
Remadona NF [11013215]
Selvia Eka Sari [11013273]
Nurul Hasanah [11013278]
Dedek Janatul Maqwa [11013299]
Septiadhi Wirawan [11013303]
Fakultas Psikologi
Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta
2012
2. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : hereditas,
lingkungan(sekolah,pergaulan,teman sebaya,dll),budaya-etnis,perubahan hormonal. Perubahan
hormonal terkadang membuat seseorang cenderung menjadi lebih sensitive. Pengertian dari emosi
itu sendiri adalah situasi stimulus yang melibatkan perubahan pada tubuh dan wajah, aktivitas
pada otak, penilian kognitif, perasaan subjektif, dan kecenderungan melakukan suatu tindakan,
yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan-peraturan yang terdapat di suatu kebudayaan.
Kemampuan untuk bereaksi secara emosiaonal sudah ada pada bayi yang baru lahir. Gejala yang
terjadi pada periaku emosiona;l adalah keterangsangan umum terhadap stimulasi yang kuat. Setiap
orang berkemampuan untuk mengekspresikan emosi dan kemampuan tersebut perlu dipelajari.
Oleh karena itu stimulasi emosi yang tepat dan akurat terhadap konteks perlu diajarkan pada anak-
anak agar mereka dapat beremosi dengan tepat semasa berhubungan dengan dunia disekitarnya.
3. BAB I : EMOSI
Pengertian Emosi
Perkembangan Emosi : emosi itu sendiri adalah situasi stimulus yang melibatkan
perubahan pada tubuh dan wajah, aktivitas pada otak, penilian kognitif, perasaan subjektif, dan
kecenderungan melakukan suatu tindakan, yang dibentuk seluruhnya oleh peraturan – peraturan
yang terdapat di suatu kebudayaan. Emosi primer emosi – emosi yang dianggap sebagai emosi yang
berlaku secara umum, dan memiliki dasar biologis; umumnya meliputi rasa takut, marah,
sedih,senang,terkejut,jijik dan rasa tida suka. Emosi sekunder emosi – emosi yang berkembang
sejalan dengan pertambahan kedewasaan kognitif seseorang dan berbeda – beda untuk tiap
individu dan kebudayaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu respons
terhadap suatu perangsang yang menyebabkan perubahan fisiologis disertai perasaan yang kuat
mengandung keinginan yang meledak-ledak.
Drever (1968) mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang kompleks dari organisme
yang menyangkut perubahan jasmani yang luas sifatnya (dalam pernafasan, denyut, sekresi
kelenjar,dsb) dan pada sisi kejiwaan.
Emosi dan Gender
Pria dan wanita memiliki kemampuan yang sama untuk merasakan semua emosi, mulai dari cinta,
duka, hingga kemarahan. Kebanyakan pria lebih reaktif secara psikologis terhadap konflik
dibandingkan wanita, namun kedua gender terkadang memiliki perbedaan persepsi dan atribusi
yang menghasilakn emosi dan intensitas manusia.
Pria : lebih menunjukan rasa marah. Laki-laki cenderung menyukai pertemanan berdampingan,
yang didasarkan perilaku aktivitas bersama sepaertiolah raga. Cinta, marah, dan duka adalah
kemampuan yang dimiliki pria maupun wanita
Perempuan : rasa sedih, takut, dan rasa bersalah pada usia sekolah. Lebih menyukai pertemanan
tatap muka yang didasarkan perasaan. Cinta, marah, dan duka adalah kemampuan yang dimiliki
pria maupun wanita
4. Budaya dan Ekspresi Emosional
Aturan Tampilan Emosi (Display rule). Contohnya pada beberapa budaya misalnya, orang Jepang
lebih sering tersenyum dibandingkan orang Amerika, untuk menyembunyikan rasa malu, marah,
atau emosi negative lainnya, sebab perasaan-perasaan tersebut dianggap tidak sopan dan tidak
baik apabila ditunjukan kepada orang lain. Begitupun dengan seorang anak yang hidup dengan
keadaan orang tuanya bercerai, hal ini bisa membuat sang anak menjadi kurang percaya diri, takut
tidak diterima dilingkungan, pendiam, bahkan emosinya meledak-ledak.
Sosial Ekonomi
Seseorang yang terlahir dikehidupan serba berkecukupan akan memperaruhi kepada sikap, tingkah
laku anak. Anak akan merasa lebih percaya diri, pemberani, senang. Disini lingkunganlah yang
mempengaruhi pada perkembangan sang anak.
5. BAB II: PERKEMBANGAN
Perkembangan Sosial Emosi Erik Erikson
Tahap 1 - Kepercayaan Lawan ketidakpercayaan (0 -18 bln)
• Mempengaruhi perkembangan bayi melalui pengalaman
• Belajar untuk mempercayai atau tidak mempercayai orang lain
• Mempengaruhi sikapnya terhadap hidup dan interaksinya dengan orang lain
• Kepercayaan akan memudahkan individu menghadapi serta mengatasi masalah dalam
hidup
Bayi mulai membentuk perasaan percaya lawan tidak percaya. Perasaan percaya pada persekitaran
dan orang lain akan wujud sekiranya bayi tersebut mendapat penjagaan yang baik dari penjaganya;
terutama daripada ibu. Sebaliknya; jika bayi tersebut tidak mendapat penjagaan yang sempurna
maka akan timbul perasaaan tidak percaya pada tahap ini. Cara penjagaan bayi akan
mempengaruhi emosi dan perasaan percaya dalam diri bayi tersebut..
Tahap 2 - Autonomi lawan malu/kekeliruan (18 bln – 3 thn )
• Konsep diri mula bertambah nyata
• Mula tahu apa yang dicakap dan dibuat merupakan tindakannya bukan orang lain
• Keinginan untuk bertindak bebas (autonomi) meningkat
• Lebih gemar membuat sesuatu tanpa bergantung kepada orang lain
• Mungkin berpendapat cekap dan berkebolehan
• Rasa diri kurang cekap – malu dan mula meragui kebolehan diri
• Tingkah laku yang sentiasa diterima dan dipuji – lebih yakin
• Sentiasa didenda/dimarah – malu dan ragu-ragu
• Cara terbaik, tingkah laku yang tidak diingini dikawal dan yang diingini dipuji – dapat
mengenal jenis-jenis tingkah laku yang digalakkan dan yang hendak dielakkan
• Kecenderungan untuk berfungsi secara bebas hendaklah diterima atau didorong
6. Pada tahap ini kanak-kanak sudah mula berkeinginan melakukan sesuatu perbuatan sendiri.
Mereka mula berdikari dan tidak suka dibantu atau dikongkong orang dewasa. Situasi ini
merupakan permulaan kepada pembentukan perasaan keyakinan diri pada kanak-kanak tersebut.
Dorongan dan galakan ibu bapa akan membantu kanak-kanak membina perkembangan dan
menyelesaikan sesuatu tugasan.
Tahap 3 - Inisiatif lawan Bersalah (3-6 thn)
• Ingin meneroka dan mencuba sesuatu yang baru dan mencabar – inisiatif
• Dapat belajar dan bergerak dengan cepat
• Lebih peka kepada perkara betul dan salah
• Berasa malu apabila diketawakan dan seterusnya membina sikap positif.
• Galakan akan menyedarkan kanak-kanak tentang potensi diri
• Sering dikawal dari mencuba – akan berasa kurang inisiatif
Pada tahap ini kanak-kanak mula berinteraksi dengan persekitaran. Banyak inisiatif dilaksanakan
bagi memenuhi naluri ingin tahu yang tinggi. Mereka akan cuba melakukan kerja-kerja yang dibuat
oleh orang dewasa. Perkembangan ketika ini tidak boleh disalah asuh kerana akan menyebabkan
kanak-kanak hilang inisiatif, suka menyendiri dan akan menimbulkan masalah apabila memasuki
alam persekolahan.
Tahap 4. ketekunan lawan rasa rendah diri 6-12 tahun
Kanak-kanak mesti menghadapi pembelajaran kemahiran baru atau sebaliknya menghadapi risiko
perasaan rendah diri, kegagalan dan tidak cekap...
Tahap 5. identiti lawan kekeliruan identiti 12-18 tahun
Remaja mesti berjaya mencari identiti dalam pekerjaan, peranan jantina, politik dan agama, jika
tidak perasaan rendah diri akan timbul...
7. Tahap 6. kerapatan lawan pengasingan 18-35 tahun
Dapat disejajarkan dengan fase dewasa awal, yaitu berakhirnya fase remaja. Hal-hal penting pada
fase ini, yaitu:
a. Terjadi hubungan yang intim dengan pasangannya.
b. Terjadi hubungan tertutup dengan kedua orang tuanya.
Dewasa akan membina hubungan rapat atau sebaliknya merasa terasing jika tidak mahir membina
hubungan...
Tahap 7. generativiti lawan pemusatan kendiri (stagnasi) 35-60 tahun
Hal-hal yang penting pada fase ini, yaitu:
• Adanya perhatian terhadap keturunan.
• Adanya perhatian terhadap apa yang dihasilkan (produk-¬produk).
• Adanya perhatian terhadap ide-ide.
• Pembentukan garis pedoman untuk generasi mendatang.
• Tumbuh nilai pemeliharaan, yang ditandai dengan adanya kepedulian, keinginan memberi
perhatian, berbagi dan mem¬bagi pengetahuan, serta pengalaman kepada orang lain.
• Apabila pada fase ini pembentukan garis pedoman untuk generasi yang akan datang lemah,
individu akan mengalami kemiskinan, kemunduran bahkan mungkin mengalami
ke¬mandekan kepribadian.
• Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah kreati¬vitas berperan sebagai orang
tua.
• Setiap dewasa mencari jalan untuk memuaskan hati dan menyokong generasi akan datang
atau sebaliknya hanya memusatkan kepada perkembangan /aktiviti diri...
Tahap 8. kesepaduan lawan putus asa 60 tahun – akhir hayat
8. • Integritas adalah keberhasilan dalam menyesuaikan diri terhadap keberhasilan dan
kegagalan dalam hidup. Hal-hal yang perlu dimengerti pada fase ini, yaitu:
• Apabila integritas tercapai, individu akan dapat menikmati ke¬untungan dari ketujuh tahap
sebelumnya dan merasa bahwa kehidupan itu bermakna.
• Individu menyadari gaya hidup individu lain, namun ia tetap memelihara dan
mempertahankan gaya hidupnya sendiri.
• Gaya hidup dan integritas kebudayaan merupakan warisan jiwa.
• Dapat timbul juga keputusasaan dalam menghadapi perubah¬an siklus kehidupan, kondisi
sosial dan historis, dan kefanaan hidup di hadapan kekekalan hidup (kematian) sehingga
ka¬dang-kadang timbul perasaan bahwa hidup tidak berarti bah¬wa ajal sudah dekat,
ketakutan atau bahkan keinginan untuk mati.
• Tugas perkembangan yang harus diselesaikan, seperti penye¬suaian terhadap perubahan-
perubahan dalam siklus hidupnya dan menyiapkan diri untuk menuju alam baka
(kematian).
• Kemuncak perkembangan di mana perasaan diterima dengan perasaan kepuasan atau
merasa tidak diterima dan putus asa dengan kehidupannya...
Tugas Perkembangan Dewasa Awal
Optimalisasi perkembangan dewasa awal mengacu pada tugas-tugas perkembangan dewasa awal
menurut R.J Havighurst (1953), telah mengumukakan rumusan tugas-tugas perkembangan dalam
masa dewasa awal sebagai berikut:
Memilah teman bergaul (sebagai calon suami atau istri)
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan
fisiologis (seksual) sehingga mereka melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan
hubungan seksual dengan lawan jenisnya. Dia mencari pasangan untuk bisa menyalurkan
kebutuhan biologis.
9. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan
dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah ytangga berikutnya. Mereka akan
menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu sebagain prasyarat
pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
Belajar hidup bersama dengan suami
Dari pernikahannya, dia akan saling menerima dan memahani pasangan masing-masing
saling menerima kekurangan dan saling bantu membantu membangun rumah tangga. Terkadang
terdapat batu saandungan yang tidak bisa dilewati, sehingga berakibat pada perceraian. Ini lebih
banyak diakibatkan oleh ketidak siapan atau ketidak dewasaan dalam menanggapi masalah yang
dihadapi bersama..
Mulai hidup dengan keluarga atau hidup berkeluarga
Masa dewasa yang memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20-40) dianggap sebagai
tentang yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan
dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya
menimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau unuversitas. Selain itu,
sebagai besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia
pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri
bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua.
Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai
persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Belajar mengasuh anak-anak....
Mengolah rumah tangga
Setelah menjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelolah rumah tanggganya. Dia akan
berusaha membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-
baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan
bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat melahirkan,
membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin
hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudaranya yang lain.
10. Mulai bekerja dalam suatu jabatan
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya
dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya
menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta member jaminan masa depan
keuangan yang baik. Baik mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa
puasdengan pekerjaan dan tempat kerja sebalik-nya, bila tidak atau belum cocok antara
minat/bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang
sesuai dengan selera.Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan lantar
belakang ilmu, pekerjaan tersebut member hasil keuangan yang layak (baik), mereka akan
bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan
dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda
adalah masa untuk mencapai puncak prestasi.DEngan semangat yang menyala-nyala dan penuh
idealism, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebayanya (atau kelompok yang lebih
tua) untuk menunjukkan prestasi kerja.Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan
mampu member kehidupan yang makmur-sejahtera bagin keluarganya...
Mulai bertanggungjawab sebagai warga Negara secara layak
Warga Negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai
dan bahagia di tengah-tengah masyarakat.Warga Negara yang baik adalah warga Negara yang taat
dan patut pada tata aturan perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-
cara, seperti:
• Mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran,surat
paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negri).
• Membayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. Pajak kendaraan bermotor, pajak
penghasilan).,
• Menjaga ketertiban dan keamanan masyarakatdengan mengendalikan diri agar tidak
tercela di mata masyarakat, dan
• Mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam
kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan,
sebagainya)
11. Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang,
sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang
menjalankan ajaran agama (misalnya hidup sendiri/selibat), mungkin tidak mengikuti tugas
perkembangan bagian ini, yaitu mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga.
Baik disadari atau tidak, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut
dengan baik.
Memperoleh kelompok sosial yng seirama dengan nilai-nilai pahamnya
Masa dewasa awal ditandai juga dengan membentuk kelompok-kelompok yang sesuai
dengan nilai-nilai yang dianitnya. Salah satu contohnya adalah membentuk ikatan sesuai dengan
profesi dan keahlian atau mengikuti partai politik tertentu.
12. BAB III: PERKEMBANGAN EMOSI
Batasan antara masa remaja akhir dan masa dewasa awal pada beberapa budaya saat ini
menjadi semakin samar. Di Negara Negara berkembang dengan pendapatan perkapita ekonomi
yang rendah, ketimpangan status social ekonomi dan banyak kebutuhan akan lapangan pekerjaan,
tidak banyak remaja yang berada pada masa remaja akhir tidak mengalami masa masa
keremajaannya, dan dipaksa untuk masuk ke dalam dunia pekerjaan yang mau tidak mau harus
mereka lakukan. Hal ini tidak lain juga karena pentingnya aspek vokasional dalam pembentukan
masa perkembangan pada masa masa remaja akhir sampai masa masa dewasa awal.
Di Negara Negara lain yang lebih maju, atau di Negara berkembang pun, pada populasi
dengan tingkat ekonomi yang lebih memadai, transisi dari masa remaja akhir menuju dewasa awal,
sebaliknya mengalami hambatan. Butuh waktu yang lama pada beberapa individu untuk mampu
menjawab pertanyaan “apakah saya sudah menjadi manusia yang dewasa?”. Sekali lagi aspek
budaya, dan lifestyle, menjadi aspek yang sangat berperan dalam perubahan keadaan ini. Transisi
menuju peran dewasa lama tertunda dan berjalan begitu lamban sehingga ia melahirkan suatu
masa transisi baru yang berangkat dari akhir usia belaksan hingga pertengahan usia dua puluhan
yang dikenal dengan masa emerging adulthood. (berk, 2010)
Menurut Berk (2010), terdapat beberapa sumber daya penting yang mempengaruhi
ketahanan individu dalam menjalani transisi menuju masa dewasa. Dari aspek Emosional dan
Sosial antara lain:
• Penghargaan diri positif
• Kendali baik terhadap emosi diri dan strategi penanggulangan yang fleksibel
• Keterampilan penyelesaian konflik yang baik
• Keyakinan diri untuk menggapai cita cita
• Rasa tanggung jawab pribadi akan hasil
• Kegigihan dan pemanfaatan waktu dengan baik
13. • Perkembangan identitas yang sehat – langkah menuju eksplorasi secara mendalam
dan ketegasan dalam komitmen
• Karakter moral yang kuat
• Pemaknaan terhadap makna dan tujuan hidup, yang didorong oleh agama,
spiritualitas atau sumber lain
• Hasrat untuk memberikan kontribusi bermakna bagi komunitas.
Sesuai dengan tugas perkembangan Havighurst pada masa dewasa awal, beberapa sumber
daya yang disebutkan Berk (2010), merupakan aspek yang saling berkaitan. Secara garis besar,
aspek aspek perkembangan emosi yang berkaitan dengan tugas perkembangan pada masa dewasa
awal adalah:
1. Mencari pasangan romans yang pantas untuk dijadikan pasangan hidup untuk memulai
sebuah keluarga
2. Mendapatkan kepastian karier, baik mencari kemampuan vokasional ataupun langsung
terjun untuk memulai mencari pendapatan
Oleh karena itu, dilihat dari aspek aspek perkembangan, beberapa kondisi emosional yang
terjadi adalah:
Hubungan Romansa dengan lawan jenis
Gejolak Romans semakin stabil, orientasi romans yang berubah dari sekedar dekat menjadi
orientasi jangka panjang.
Memasuki masa dewasa awal dan memasuki tahapan tahapan untuk menyelesaikan
kebutuhan untuk membuat sebuah keluarga. Jalan hidup dalam pembentukan keluarga,
diorientasikan kedalam sebuah Siklus Hidup Keluarga (Berk, 2010) yang semua orang
mengalaminya. Siklus ini adalah antara lain:
1. Meninggalkan Rumah
Meninggalkan rumah merupakan salah satu tahap pendewasaan emosional yang
penting, dalam membentuk individu yang memiliki modalitas yang cukup untuk
menjalani masa masa perkembangan selanjutnya.
14. 2. Memasuki Kehidupan Keluarga dalam Pernikahan
Pernikahan, lebih dari sekedar bergabungnya dua individu. Hal ini juga
mensyaratkan bahwa dia system berpasangan saling berkaitan, beradaptasi dan
pang tindih untuk melahirkan sebuah subsistem baru.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh, Badbury, Fincham dan Beach pada tahun
2000 beberapa aspek yaneg berperan dalam membentuk kepuasan pernikahan
antara lain adalah:
a. Latar Belakang keluarga
b. Usia Saat menikah
c. Lama Pacaran
d. Waktu Kehamilan pertama
e. Hubungan dengan keluarga besar
f. Pola pernikahan dalam keluarga besar
g. Status keuangan dan kerja
h. Tanggung jawab Keluarga
i. Karakter kepribadian
3. Menjadi Orang Tua
Pada pasangan rumah tangga di masa dewasa awal terutama dengan status karier
yang masih belum stabil , Keputusan untuk memiliki anak merupakan pilihan yang
rumit dan tidak mudah untuk diputuskan. Transisi dari masa lajang, pernikahan
menuju masa masa menjadi orang tua merupakan transisi yang satu sama lain
sangat berlainan, dan untuk memasuki masa yang terakhir, yaitu menjadi orang tua,
dibutuhkan kematangan emosional yang penuh untuk melakukannya.
15. Namun tidak semua individu, pastinya mengalami masa Siklus Hidup Keluarga yang sama,
tuntutan social ekonomi dan gaya hidup dapat mengubah urutan tersebut berdasar dengan
kebutuhan dan pengalaman yang dialami tiap individu. Beberapa gaya hidup lain berkaitan dengan
Hubungan Romansa pada Masa Dewasa awal antara lain:
1. Melajang
2. Kohabitasi (tinggal bersama)
3. Bercerai
4. Tidak Memiliki keturunan
Hubungan dengan teman sebaya
Kesepian (loneliness) merupakan hal yang rentan dialami individu pada masa dewasa awal.
Transisi dari masa pendidikan yang penuh dinamika dengan teman sebaya menuju masa
vokasional yang penuh dengan tekanan dan sedikitnya ruang lingkup pertemanan yang bisa
diakses mempengaruhi hal ini.
Oleh karena itu, masuknya nilai nilai yang dianut menjadi pentng, dalam membentuk
identitas social yang teguh ke depannya bagi individu pada masa dewasa awal. Individu bisa
memilih untuk menstatuskan dirinya sebagai seorang penganut politik, seorang pengikut hobi atau
seorang professional di bidang tertentu untuk mendapatkan jaringan yang lebih luas dalam
pergaulannya
16. REFERENSI
Berk, L. E. (2010). Development Through The Lifespan (Vol. 5). (Daryatno, Trans.) yogyakarta: pustaka
Pelajar.
Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.