1. Pengertian Kecurangan
Kecurangan tidak termasuk pencurian oleh karyawan, pemerasan,
ataupun .konversi penggunaan secara pribadi aktiva-aktiva yang berada di
bawah pengawasan si pelaku kejahatan. Institute of Internal Auditors (IIA)
menyebutkan kecurangan adalah meliputi serangkaian tindakan-tindakan
tidak wajar dan ilegal yang sengaja dilakukan untuk menipu. Tindakan
tersebut dapat dilakukan untuk keuntungan ataupun kerugian organisasi
dan oleh orang-orang di luar maupun di dalam organisasi.
Kecurangan adalah serangkaian tindakan dilakukan dengan cara-cara
nonfisik melalui penyembunyian ataupun penipuan untuk uang ataupun
harta benda, untuk menghindari pembayaran atau hilangnya uang atau
harta benda atau untuk mendapatkan keuntungan bisnis atau pribadi.
Kecurangan adalah sebagai penggunaan jabatan/pekerjaan seseorang
untuk memperoleh kekayaan pribadi melalui penerapan penyalahgunaan
secara sengaja sumber daya ataupun kekayaan organisasi yang
mempekerjakan.
2. Menurut Association of Certified Fraud Examinations (ACFE-
2000), salah satu Asosiasi di USA membedakan dalam tiga
jenis kecurangan sbb :
Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)
Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan
Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat
bersifat financial atau kecurangan non financial.
Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation)
Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘Kecurangan Kas’ dan
‘Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta pengeluaran-
pengeluaran biaya secara curang (fraudulentdisbursement).
Korupsi (Corruption)
Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE,
bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di
Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan
kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal
gratuity), dan pemerasan (economic extortion).
3. Kejahatan Komputer
Perlindungan terbaik dari seluruh kecurangan yang ada
melaluikomputer adalah pencegahan. Kontrol-kontrol
preventif meliputi hal-hal sbb :
a) Penyeleksian karyawan. g) Kontrol atas perancangan
system.
b) Definidi tugas. h) Keamanan atas akses fisik.
c) Pemisahan tugas. I) Keamanan atas akses
elektronik.
d) Akses ganda. j) Kontrol dan pengeditan
internal.
e) Etika professional. k) Ketakutan akan deteksi.
f) Lisensi.
4. Tiga Faktor yang Berhubungan dengan Kecurangan
Situasi akan kebutuhan
Situasi ini dapat disebabkan oleh alasan keuangan karena pengeluaran atau
kerugian uang lainnya yang tidak dapat ditutupi oleh sumber daya keuangan
yang normal dari individu tersebut. Contohnya adalah: keluarga yang sakit,
perjudian, hidup melebihi kemampuan pribadi, affair perselingkuhan,
kerugian akibat investasi, kecelakaan, dan kebutuhan untuk pendidikan.
Lingkungan yang mengundang terjadinya penggelapan
Hal ini biasanya merupakan situasi di mana tidak terdapat kontrol, atau di
mana kontrolnya lemah, atau di mana terdapat kontrol namun tidak
berfungsi. Sering kali kondisi ini terungkap melalui situasi yang tidak
disengaja ketika seorang individu, karena suatu kesalahan, menyadari bahwa
ia telah menerima uang secara tidak benar, meskipun uang tersebut ia
peroleh secara tidak sengaja, dan bahwa kontrol yang seharusnya mencegah
kejadian tersebut tidak ada atau tidak berfungsi.
Karakteristik perilaku seseorang
Kedua kondisi di atas dapat terjadi, namun jika individu tersebut memiliki
sifat jujur yang tinggi, kecurangan tidak akan dilakukan. Akan tetapi, kasus-
kasus ekstrem dari unsur pertama di atas, ditambah dengan situasi kontrol
yang lemah dari unsur yang kedua, dapat menguasai moral dasar seseorang
yang menjauhi hal-hal seperti itu dan akan membuka pintu terjadinya
penyelewengan.
5. Pencegahan
Kontrol adalah hal paling penting namun tidak menjamin
menghilangkan kecurangan. Control yang baik dapat
membuat pekerjaan pencuri tersebut menjadi lebih sulit.
Cara mengontrol dan menjaga agar tidak terjadi fraud
adalah sebagai berikut :
mengendalikan suasana kerja yang baik di lingkungan
kerja, antara lain dengan menanamkan etika kerja dan
peningkatan kesejahteraan pekerja/pegawai.
menghilangkan kesempatan untuk melakukan fraud
dengan cara sistem pengawasan internal yang ketat.
6. Kecurangan Manajemen
Dimana Kecurangan Manajemen Dapat Terjadi
Kecurangan manajemen dapat ditemukan pada tempat di mana para
manajer memiliki kesempatan dan kebutuhan untuk meningkatkan
dompet mereka, status mereka, atau ego mereka melalui kecurangan.
Kesempatan terutama terletak pada posisi manajer yang dipercayai dalam
organisasi.
Alasan di Balik Kecurangan Manajemen
Tekanan-tekanan yang berbeda mendorong manajer melakukan
kecurangan. Tekanan-tekanan ini dapat berupa internal maupun
eksternal. Seorang manajer mungkin memiliki dorongan di dalam dirinya
untuk mengalahkan para manajer yang lain, untuk melebihi kinerja yang
telah ditampilkan di tahun fiskal sebelumnya, untuk mengalahkan pesaing
dalam promosi yang didambakan, atau untuk menerima bonus insentif
yang lebih besar. Alasan dan ketamakan ditetapkan dapat berada di luar
kapasitas dari manajer tersebut untuk mencapainya.
7. Gejala-gejala Kecurangan Manajemen
Indikasi adanya kecurangan
Laporan yang selalu terlambat. Laporan-laporan yang
jujur pada umumnya dapat dikeluarkan tepat waktu
karena tujuannya adalah untuk menginformasikan,
bukan membohongi. Tetapi agar seorang pembohong
tahu di mana ia harus memainkan angka-angka
laporan, ia harus menganalisis data yang dilaporkan
terlebih dahulu untuk mengetahui data mana yang
manipulasi. Analisis ini memakan waktu. Laporan yang
terus-menerus terlambat memerlukan investigasi
mendalam dan sebuah pencarian penyebab mengapa
keterlambatan tersebut terjadi.
8. Mengontrol Kecurangan Manajemen
Beberapa ukuran kontrol diterapkan oleh manajer eksekutif adalah:
1. Menetapkan standar, anggaran dan statistik, serta melakukan investigasi
untuk pangan material yang terjadi.
2. Menggunakan teknik-teknik analitis dan kuantitatif (analisis serial waktu,
dan korelasi, serta metode sampling secara acak) untuk menyoroti
perilaku yang kebiasaan. Mengembangkan indikator-indikator seperti
ruangan yang digunalam. dibutuhkan, penerapan pembatasan beban,
serta perbandingan penggunaan output yang dihasilkan.
3. Membandingkan kinerja dengan standar normal industri sekaligus dengan
kiner lain yang dapat diperbandingkan di dalam organisasi.
4. Mengidentifikasi indikator-indikator proses yang kritis: hilangnya leburan
pengerjaan ulang pada saat pernbuatan dan perakitan, serta pengujian
laba kotor di operasi beli, jual atau jual eceran.
5. Secara saksama menganalisis kinerja yang terlihat terlalu bagus dan juga
memenuhi standar.
9. Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.
PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember
2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh
Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut
terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia
Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan
yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7%
dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated
penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar,
pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp
10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga persediaan
digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master
prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan
dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian
berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut
dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan
Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang
berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen
melakukan kecurangan tersebut.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa Kementerian BUMN memutuskan
penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan
keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar
Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 – Khusus huruf m – Perubahan
Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:
“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan
akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian.
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus diperlakukan secara retrospektif
dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan
dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian
dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi penerapan standar
akuntansi keuangan baru”.