SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya
Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) padasetti n g sekolah.
Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang
tanggal 20 – 24 Agustus 1960. Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP
Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis
Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP
Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado.
Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar
Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975
untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan.
B. Rumusan Masalah

Dalam pebahasan tentang makalah ini,penyusun merumuskan beberapa permasalahan
sebagai berikut :
1. Sejarah perkembangan gerakan bimbingan konseling
2. Pra lahirnya pola 17

C. Tujuan penulisan
Dengan adanya layanan bimbingan konseling yang sudah beredar dikalangan
masyarakat, dan layanan nya sudah bias dirasakan oleh orang banyak, semoga dengan adanya
layanan bimbingan konseling ini dapat memudahkan mengentaskan dan mengembangkan apa
1
yang sedang dirasakan oleh orang tersebut. Kemudian mengembangkan peserta didik dalam
kehidupan social, jika tidak dikembangkan dapat menjadi masalah social dalam peserta didik itu
sendiri. Contohnya, Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi , sehingga dengan adanya
pengembangan komunikasi kita dapat melatih peserta didik untuk berpicara dengan tangkas dan
sopan sehingga dapat didengarkan dan direspon orang lain dengan baik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Perkembangan Gerakan Bimbingan konseling
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan system pendidikan di Indonesia
semakin dirasakan pula kebutuhan akan adanya pelayanan khusus bimbingan dan konseling, baik
disekolah maupun diluar sekolah.Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu
mereka memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan tanpa memandang latar
belakangnya .Akibatnya, sekolah harus menampung semua anak yang beraneka tingkat
kemampuan, bakat, minat dan berbagai latar belakang.
Pengembagan dan pembaharuan di bidang pendidikan tidak hanya berlangsung pada
tingkat pendidikan dasar, tetapi juga pada tingkat pendidikan menegah dan perguruan tinggi.
Pada tahun 1960 (tepatnya tanggal 20-24 agustus 19) diadakan konferensi fakultas keguruan
ilmu pendidikan (disingkat FKIP atau sekarang IKIP) di mlang untuk membantu masalah . Salah
satu hasil dari koferensi itu ialah dimasukkannya ke dalam Pendidiakan di Indonesia apa yang
sekarang disebut „‟bimbingan konseling‟‟.inilah langkah awal perkembangan bimbingan dan
konseling di Indonesia. Pada tahun 1964 diikuti dengan pendirian jurusan bimbingan dan
penyuluhan dibeberapa IKIP di Indonesia ( antara lain IKIP Bandung dan IKIP Malang). Pada
tahun berikutnya disusul oleh IKIP/ FKIP lain. Selanjutnya mulai tahun 1984/1985 jurusan
bimbingan dan penyuluhan menjelma menjadi jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan (
disingkat PPB), yang meliputi dua program studi yaitu program – program studi psikologi
pendidikan dan program studi bimbingan dan konseling. Pada awal 1980-an di IKIP Bandung
dan IKIP Malang mulai dibuka program pasca sarjana bimbingan dan konseling.
Selama perkembangan sejak awal sampai dewasa ini terdapat beberapa peristiwa
penting yang menjadi tonggak – tonggak sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di
Indonesia, yaitu:

3
1. Tahun 1971
Berdirinya proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP, yaitu IKIP
Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Malang,IKIP SURABAYA, DAN
IKIP Malang.
2. Tahun 1975
Lahir dan berlakunya kurikulum sekolah menengah umum yang disebut kurikulum
SMA 1975 sebagai pengganti kurikulum sebelumnya (kurikulum 1968). Kurikulum 1975
memuat beberapa pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut , yang salah satu diantaranya adalah
buku Pedoman Bimbingan Konseling.
3. Tahun 1975
Diadakan konvensasi Nasional Bimbingan I di Malang. Konvensasi ini berhaasil
menularkan beberapa keputusan penting, yaitu :
1. Terbentuknya organisasi profesi Ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI).
2. Tersusunnya AD/ART/IPBI, kode etik jabatan konselor dan program kerja IPBI periode
1976-1978, selanjutnya konvensasi ini oleh beberapa kali konvensasi dank ogres, yang
diadakan sacara berturut – turut di salatiga, Semarang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar,
dan padang.
4.Tahun 1978
Diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA bimbingan dan penyuluhan sebagai
auatu upaya pengangkatan tamatan jurusnan … yang telah dihasilkan oleh IKIP tetapi belum ada
jatah jabatannya,… disamping untuk mengisi kekosongan jabaatan guru bimbingan disekolah .
Agaknya tamatan program – program itulah yang pertama kali diangkat sebagai konselor atau
guru bimbingan di sekolah.

4
5. Tahun 1989
Lahirnya surat Keputusan Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara
No.026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen terseut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan
pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Disamping itu disinggung pula adanya
pengaturan kenaikan pangkat jabatan guru pembimbing kendatipun tidak begitu tegas.
6. Tahun1989
Lahurnya Undang – Undang Republik Indonesia No.2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Undang – Undang ini selanjutnya disusul dengan lahirnya peraturan
Pemerintah (PP) No.28 dan 29 yang secara tegas mencantumkan adanya pelayanan bimbingan
dan konseling pada satuan – satuan pendidikan (masing – masing Bab x pasal 25, BAb x pasal
27).
7. Tahun 1991 s.d. 1993
1. Dibentuk divisi – divisi dalam IPBI, yaitu :
a. Ikatan Pendidikan Konselor Indonesia ( IPKON)
b. Ikatan Guru Pembimbing Indonesia (IGPI)
c. Ikatan Sarjana Konseling Indonesia (ISKIN)
2. Diperjuankan oleh IPBI jabatan fungsional tersendiri bagi petugas bimbingan di sekolah.
Diyakini apabila jabatan fungsional tersendiri itu terwujud, maka upaya profesionalisasi
pelayanan bimbingandan konseling akan lebih terjamin untuk dapat terlaksana denagan
berhasil.
Suatu pekerjaan dinamakan profesiapabila pekerjaan itu memenuhi sejumlah cirri atau
persyaratan, baik dilihat dari funsi dan maknanya, penampilan kegiatannya terhadap sasaran
layanan, dasar – dasar keilmuan yang dimilikinya, kompetensi para pekerjanya, penyiapan para
calon pekerjaan untuk mampu menyelenggarakan pekerjaan itu, kode etiknya serta sikap para
5
pekerja terhadap pengembangan pekerjaan itu. Berkenaan denagan cirri atau syarat – syarat
tersebut diyakini pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan professional.
Untuk mengembangkan pelayanan bimbingan dan konseling menjadi pekerjaan
professional memerlukan upaya – upaya tersebut, bahkan perjuangan. Perumusan untuk pekerja
professional merupakan upaya pokok untuk memberikan pedoman tentang hal – hal apasaja yang
harus dilakukan oleh seorang konselor professional dalam memberikan jasa kepada sasaran
layanannya.Pembinaan dan pengembangan unjuk kerja tersebut sampai benar – benar dikuasai
oleh (calon) konselor diselenggarakan melalui program pendidikan konselor, baik pendidikan
prajabatan maupun jabatan.
Program akreditasii, sertifikasi dan lisensi merupakan upaya agar pelayanan bimbingan
dan konseling itu benar – benar professional, sejak dari pendidikan konselornya sampai kepada
penempatannya dilapangan kerja, baik dilembaga – lembaga pemerintah maupun non –
pemerintah.Organisasi profesi dalam mengupayakan profesionalitas anggota dan pelayanannya,
melalui pelaksanaan tridarmanya, yaitu pengembangan ilmu, pengembangan pelayanan, dan
penegakan kode etik. Ketiga darma organisasi profi perluu berjalan serempak apabila organisasi
itu perlu benar – benar taat asas dengan profesionalnya.
Gerakan bimbingan di Indonesia dimulai dengan memasukkan upaya bimbingan dan
penyuluhan kedunia persekolahan. Gerakan ini berkembang dan makin kuat keberadaannya
disekolah. Hal itu sudah dikuatkan oleh peraturan perundangan yang berlaku dalam rangka
pendidikan nasional.
Organisasi profesi bimbingan , yaitu IPBI juga semakin kuat, teratur dengan
terbentuknya divisi – divisi di lingkungan IPBI, yaitu, IPKOM, IGPI, IPBI juga dengan sekuat
tenaga melaksanakanketiga tridarma organisasi profesi.
B. Pra Lahirnya Pola 17
Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang
tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan berdampak pada buruknya citra
bimbingan dan konseling, sehingga melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan BK,
munculnya persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK, berbagai

6
kritikan muncul sebagai wujud kekecewaan atas kinerja Guru Pembimbing sehingga
terjadi kesalahpahaman, persepsi negatif dan miskonsepsi berlarut. Masalah menggejala
diantaranya: konselor sekolah dianggap polisi sekolah, BK dianggap semata-mata sebagai
pemberian nasehat, BK dibatasi pada menangani masalah yang insidental, BK dibatasi untuk
klien-klien tertentu saja, BK melayani ”orang sakit” dan atau ”kurang normal”, BK bekerja
sendiri, konselor sekolah harus aktif sementara pihak lain pasif, adanya anggapan bahwa
pekerjaan BK dapat dilakukan oleh siapa saja, pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama
saja, menganggap hasil pekerjaan BK harus segera dilihat, menyamaratakan cara pemecahan
masalah bagi semua klien, memusatkan usaha BK pada penggunaan instrumentasi BK (tes,
inventori, kuesioner dan lain-lain) dan BK dibatasi untuk menangani masalah-masalah yang
ringan saja
Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang
tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan disebabkan diantaranya oleh hal-hal
sebagai berikut :
1. Belum adanya hukum
Sejak Konferensi di Malang tahun 1960 sampai dengan munculnya Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP Bandung dan IKIP Malang tahun 1964, fokus
pemikiran adalah mendesain pendidikan untuk mencetak tenaga-tenaga BP di sekolah.
Tahun 1975 Konvensi Nasional Bimbingan I di Malang berhasil menelurkan keputusan
penting diantaranya terbentuknya Organisasi bimbingan dengan nama Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI). Melalui IPBI inilah kelak yang akan berjuang untuk
memperolah Payung hukum pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah menjadi
jelas arah kegiatannya.
2. Semangat luar biasa untuk melaksanakan BP di sekolah
Lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan
Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Merupakan angin
segar pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah. Semangat yang luar biasa
untuk melaksanakan ini karena di sana dikatakan “Tugas guru adalah mengajar dan/atau
membimbing.” Penafsiran pelaksanaan ini di sekolah dan didukung tenaga atau guru
pembimbing yang berasal dari lulusan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan atau Jurusan

7
Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (sejak tahun 1984/1985) masih kurang, menjadikan
pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas. Lebih-lebih lagi
dilaksanakan oleh guru-guru yang ditugasi sekolah berasal dari guru yang senior atau
mau pensiun, guru yang kekurangan jam mata pelajaran untuk memenuhi tuntutan angka
kreditnya. Pengakuan legal dengan SK Menpan tersebut menjadi jauh arahnya terutama
untuk pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah.

3. Belum ada aturan main yang jelas
Apa, mengapa, untuk apa, bagaimana, kepada siapa, oleh siapa, kapan dan di
mana pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan dilaksanakan juga belum jelas. Oleh siapa
bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan, di sekolah banyak terjadi diberikan kepada
guru-guru senior, guru-guru yang mau pensiun, guru mata pelajaran yang kurang jam
mengajarnya untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya. Guru-guru ini jelas sebagian
besar tidak menguasai dan memang tidak dipersiapkan untuk menjadi Guru Pembimbing.
Kesan yang tertangkap di masyarakat terutama orang tua murid Bimbingan Penyuluhan
tugasnya menyelesaikan anak yang bermasalah. Sehingga ketika orang tua dipanggil ke
sekolah apalagi yang memanggil Guru Pembimbing, orang tua menjadi malu, dan dari
rumah sudah berpikir ada apa dengan anaknya, bermasalah atau mempunyai masalah
apakah. Dari segi pengawasan, juga belum jelas arah dan pelaksanaan
pengawasannya.
Selain itu dengan pola yang tidak jelas tersebut mengakibatkan:

1.Guru BP (sekarang Konselor Sekolah) belum mampu mengoptimalisasikan tugas dan
fungsinya dalam memberikan pelayanan terhadap siswa yang menjadi
tanggungjawabnya. Yang terjadi malah guru pembimbing ditugasi mengajarkan salah
satu mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Kesenian, dsb.nya.
2. Guru Pembimbing merangkap pustakawan, pengumpul dan pengolah nilai siswa dalam
kelas-kelas tertentu serta berfungsi sebagai guru piket dan guru pengganti bagi guru mata
pelajaran yang berhalangan hadir.

8
3. Guru Pembimbing ditugasi sebagai “polisi sekolah” yang mengurusi dan menghakimi
para siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah seperti terlambat masuk, tidak
memakai pakaian seragam atau baju yang dikeluarkan dari celana atau rok.
4. Kepala Sekolah tidak mampu melakukan pengawasan, karena tidak memahami program
pelayanan serta belum mampu memfasilitasi kegiatan layanan bimbingan di sekolahnya,
5. Terjadi persepsi dan pandangan yang keliru dari personil sekolah terhadap tugas dan
fungsi guru pembimbing, sehingga tidak terjalin kerja sama sebagaimana yang
diharapkan dalam organisasi bimbingan dan konseling.
Kondisi-kondisi seperti di atas, nyaris terjadi pada setiap sekolah
di Indonesia.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan adanya layanan bimbingan konseling yang berkembangan sampai saat ini, dapat
ditemukan beberapa manfaat bagi peserta didik maupun bagi masyarakat luas
umumnya.sehingga semua orang dapat mengikuti proses layanan konseling guna untuk
mengembangkan dan mengentaskan berbagai konflik yang ada pada diri seseorang tersebut,
B. Saran
Semoga dengan adanya pelayanan bimbingan konseling yang berkembang saat ini baik
disekolah maupun dikalangan masyarakat dapat dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya. Dengan
adanya semua layanan yang diberikan, dapat membuat diri seseorang itu tidak salah memilih
atau salah menentukan apa yang menjadi keinginan maupun yang mencadi cita – cita yang
diiginkan nya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Proyitno, 1999, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling
di Sekolah,Dra ft
Prayitno, Sunaryo Kartadinata, Ahman, 2002, Profesi dan Organisasi
Profesi Bimbingan dan Konseling, Departemen Pendidikan Nasional

11

More Related Content

What's hot

makalah profesi keguruan
makalah profesi keguruanmakalah profesi keguruan
makalah profesi keguruan
Santi Susanti
 
12.beny setiawan (06111404012)
12.beny setiawan (06111404012)12.beny setiawan (06111404012)
12.beny setiawan (06111404012)
Dewi_Sejarah
 
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Operator Warnet Vast Raha
 
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALArtikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Afifah Asra
 

What's hot (19)

Modul bk
Modul bkModul bk
Modul bk
 
makalah profesi keguruan
makalah profesi keguruanmakalah profesi keguruan
makalah profesi keguruan
 
Makalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi GuruMakalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi Guru
 
12.beny setiawan (06111404012)
12.beny setiawan (06111404012)12.beny setiawan (06111404012)
12.beny setiawan (06111404012)
 
Ppt reformasi pendidikan .pptx
Ppt reformasi pendidikan   .pptxPpt reformasi pendidikan   .pptx
Ppt reformasi pendidikan .pptx
 
Pendidikan dan Tenaga Pendidikan
Pendidikan dan Tenaga PendidikanPendidikan dan Tenaga Pendidikan
Pendidikan dan Tenaga Pendidikan
 
Zoni erdiansyah.1102435
Zoni erdiansyah.1102435Zoni erdiansyah.1102435
Zoni erdiansyah.1102435
 
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruanKriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
Kriteria kurikulum (program) pendidikan profesi keguruan
 
Makalah permasalan guru dan solusinya
Makalah permasalan guru dan solusinyaMakalah permasalan guru dan solusinya
Makalah permasalan guru dan solusinya
 
Makalah profesi keguruan
Makalah profesi keguruanMakalah profesi keguruan
Makalah profesi keguruan
 
Profesi Keguruan
Profesi KeguruanProfesi Keguruan
Profesi Keguruan
 
Profesi Kependidikan
Profesi KependidikanProfesi Kependidikan
Profesi Kependidikan
 
Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2
 
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah penerapan kode etik pada profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah prioritas kerja profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
pentingnya profesi Guru
pentingnya profesi Gurupentingnya profesi Guru
pentingnya profesi Guru
 
Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
Makalah profesi guru SMA 1 RAHA KABUPATEN MUNA
 
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEALArtikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
Artikel GURU, PROFESI DENGAN TUNTUTAN PROFESIONAL DAN IDEAL
 
Guru
GuruGuru
Guru
 

Similar to Tugas makalah wwdbk

Prinsip prinsip layanan_bk_bagi_siswa
Prinsip prinsip layanan_bk_bagi_siswaPrinsip prinsip layanan_bk_bagi_siswa
Prinsip prinsip layanan_bk_bagi_siswa
iskawia
 
Makalah supervisi dan evaluasi
Makalah supervisi dan evaluasiMakalah supervisi dan evaluasi
Makalah supervisi dan evaluasi
jatmiko1234
 
Bk di dalam negeri
Bk di dalam negeriBk di dalam negeri
Bk di dalam negeri
profhariko
 
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konselingKonsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
PENJAGA HATI
 
PROGRAM BK SD ISLAM NURUL FATAH BONTANG (1) (1).docx
PROGRAM BK  SD ISLAM NURUL FATAH BONTANG (1) (1).docxPROGRAM BK  SD ISLAM NURUL FATAH BONTANG (1) (1).docx
PROGRAM BK SD ISLAM NURUL FATAH BONTANG (1) (1).docx
EndangSulistiawaty
 
pelayanan dan pengembangan diri siswa
pelayanan dan pengembangan diri siswa pelayanan dan pengembangan diri siswa
pelayanan dan pengembangan diri siswa
Shiltima Wiska
 

Similar to Tugas makalah wwdbk (20)

Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
Perkembangan bk, bk komprehensif, pola 17+
 
Bp 17
Bp 17Bp 17
Bp 17
 
Sejarah perkembangan pendidikan
Sejarah perkembangan pendidikanSejarah perkembangan pendidikan
Sejarah perkembangan pendidikan
 
Bimbingan konseling
Bimbingan konselingBimbingan konseling
Bimbingan konseling
 
Prinsip prinsip layanan_bk_bagi_siswa
Prinsip prinsip layanan_bk_bagi_siswaPrinsip prinsip layanan_bk_bagi_siswa
Prinsip prinsip layanan_bk_bagi_siswa
 
@@-BKK.1 - Pengertian & Cakupan-Sutarto.pptx
@@-BKK.1 - Pengertian & Cakupan-Sutarto.pptx@@-BKK.1 - Pengertian & Cakupan-Sutarto.pptx
@@-BKK.1 - Pengertian & Cakupan-Sutarto.pptx
 
Juniar adriani
Juniar adrianiJuniar adriani
Juniar adriani
 
Laporan Pendampingan Individu
Laporan Pendampingan IndividuLaporan Pendampingan Individu
Laporan Pendampingan Individu
 
Makalah supervisi dan evaluasi
Makalah supervisi dan evaluasiMakalah supervisi dan evaluasi
Makalah supervisi dan evaluasi
 
Bk di dalam negeri
Bk di dalam negeriBk di dalam negeri
Bk di dalam negeri
 
Konselor
KonselorKonselor
Konselor
 
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konselingKonsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
 
Pengertian profesi pendidikan
Pengertian profesi pendidikanPengertian profesi pendidikan
Pengertian profesi pendidikan
 
PROGRAM BK SD ISLAM NURUL FATAH BONTANG (1) (1).docx
PROGRAM BK  SD ISLAM NURUL FATAH BONTANG (1) (1).docxPROGRAM BK  SD ISLAM NURUL FATAH BONTANG (1) (1).docx
PROGRAM BK SD ISLAM NURUL FATAH BONTANG (1) (1).docx
 
Model dan pola layanan
Model dan pola layananModel dan pola layanan
Model dan pola layanan
 
Sejarah kaderisasi pii
Sejarah kaderisasi piiSejarah kaderisasi pii
Sejarah kaderisasi pii
 
4. MODEL LAYANAN BK SMK PUSAT KEUNGGULAN.pdf
4. MODEL LAYANAN BK SMK PUSAT KEUNGGULAN.pdf4. MODEL LAYANAN BK SMK PUSAT KEUNGGULAN.pdf
4. MODEL LAYANAN BK SMK PUSAT KEUNGGULAN.pdf
 
pelayanan dan pengembangan diri siswa
pelayanan dan pengembangan diri siswa pelayanan dan pengembangan diri siswa
pelayanan dan pengembangan diri siswa
 
Materi 1 Hakikat dan tujuan bk
Materi 1 Hakikat dan tujuan bkMateri 1 Hakikat dan tujuan bk
Materi 1 Hakikat dan tujuan bk
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
 

More from PENJAGA HATI

Mira seplita sari 1
Mira seplita sari 1Mira seplita sari 1
Mira seplita sari 1
PENJAGA HATI
 
MINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIAL
MINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIALMINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIAL
MINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIAL
PENJAGA HATI
 
Mira seplita sari 4
Mira seplita sari 4Mira seplita sari 4
Mira seplita sari 4
PENJAGA HATI
 
Makalah sosiologi pend.
Makalah sosiologi pend.Makalah sosiologi pend.
Makalah sosiologi pend.
PENJAGA HATI
 
Makalah kisi kisi pembuatan soal
Makalah kisi kisi pembuatan soalMakalah kisi kisi pembuatan soal
Makalah kisi kisi pembuatan soal
PENJAGA HATI
 
Makalah bkp dan kkp
Makalah bkp dan kkpMakalah bkp dan kkp
Makalah bkp dan kkp
PENJAGA HATI
 
Makalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaranMakalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaran
PENJAGA HATI
 
Pp keterampilan mengelola kelas
Pp keterampilan mengelola kelasPp keterampilan mengelola kelas
Pp keterampilan mengelola kelas
PENJAGA HATI
 
kegiatan ekstrakurikuler
kegiatan ekstrakurikulerkegiatan ekstrakurikuler
kegiatan ekstrakurikuler
PENJAGA HATI
 

More from PENJAGA HATI (14)

faktor penyebab lupa
faktor penyebab lupafaktor penyebab lupa
faktor penyebab lupa
 
Mira seplita sari 1
Mira seplita sari 1Mira seplita sari 1
Mira seplita sari 1
 
MINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIAL
MINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIALMINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIAL
MINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIAL
 
Mira seplita sari 4
Mira seplita sari 4Mira seplita sari 4
Mira seplita sari 4
 
Makalah kap
Makalah kapMakalah kap
Makalah kap
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah sosiologi pend.
Makalah sosiologi pend.Makalah sosiologi pend.
Makalah sosiologi pend.
 
Makalah feni
Makalah feniMakalah feni
Makalah feni
 
Makalah kddukan
Makalah kddukanMakalah kddukan
Makalah kddukan
 
Makalah kisi kisi pembuatan soal
Makalah kisi kisi pembuatan soalMakalah kisi kisi pembuatan soal
Makalah kisi kisi pembuatan soal
 
Makalah bkp dan kkp
Makalah bkp dan kkpMakalah bkp dan kkp
Makalah bkp dan kkp
 
Makalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaranMakalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaran
 
Pp keterampilan mengelola kelas
Pp keterampilan mengelola kelasPp keterampilan mengelola kelas
Pp keterampilan mengelola kelas
 
kegiatan ekstrakurikuler
kegiatan ekstrakurikulerkegiatan ekstrakurikuler
kegiatan ekstrakurikuler
 

Tugas makalah wwdbk

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah lahirnya Bimbingan dan Konseling di Indonesia diawali dari dimasukkannya Bimbingan dan Konseling (dulunya Bimbingan dan Penyuluhan) padasetti n g sekolah. Pemikiran ini diawali sejak tahun 1960. Hal ini merupakan salah satu hasil Konferensi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (disingkat FKIP, yang kemudian menjadi IKIP) di Malang tanggal 20 – 24 Agustus 1960. Perkembangan berikutnya tahun 1964 IKIP Bandung dan IKIP Malang mendirikan jurusan Bimbingan dan Penyuluhan. Tahun 1971 beridiri Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Menado. Melalui proyek ini Bimbingan dan Penyuluhan dikembangkan, juga berhasil disusun “Pola Dasar Rencana dan Pengembangan Bimbingan dan Penyuluhan “pada PPSP. Lahirnya Kurikulum 1975 untuk Sekolah Menengah Atas didalamnya memuat Pedoman Bimbingan dan Penyuluhan. B. Rumusan Masalah Dalam pebahasan tentang makalah ini,penyusun merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Sejarah perkembangan gerakan bimbingan konseling 2. Pra lahirnya pola 17 C. Tujuan penulisan Dengan adanya layanan bimbingan konseling yang sudah beredar dikalangan masyarakat, dan layanan nya sudah bias dirasakan oleh orang banyak, semoga dengan adanya layanan bimbingan konseling ini dapat memudahkan mengentaskan dan mengembangkan apa 1
  • 2. yang sedang dirasakan oleh orang tersebut. Kemudian mengembangkan peserta didik dalam kehidupan social, jika tidak dikembangkan dapat menjadi masalah social dalam peserta didik itu sendiri. Contohnya, Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi , sehingga dengan adanya pengembangan komunikasi kita dapat melatih peserta didik untuk berpicara dengan tangkas dan sopan sehingga dapat didengarkan dan direspon orang lain dengan baik. 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A.Perkembangan Gerakan Bimbingan konseling Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan system pendidikan di Indonesia semakin dirasakan pula kebutuhan akan adanya pelayanan khusus bimbingan dan konseling, baik disekolah maupun diluar sekolah.Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan. Oleh karena itu mereka memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan tanpa memandang latar belakangnya .Akibatnya, sekolah harus menampung semua anak yang beraneka tingkat kemampuan, bakat, minat dan berbagai latar belakang. Pengembagan dan pembaharuan di bidang pendidikan tidak hanya berlangsung pada tingkat pendidikan dasar, tetapi juga pada tingkat pendidikan menegah dan perguruan tinggi. Pada tahun 1960 (tepatnya tanggal 20-24 agustus 19) diadakan konferensi fakultas keguruan ilmu pendidikan (disingkat FKIP atau sekarang IKIP) di mlang untuk membantu masalah . Salah satu hasil dari koferensi itu ialah dimasukkannya ke dalam Pendidiakan di Indonesia apa yang sekarang disebut „‟bimbingan konseling‟‟.inilah langkah awal perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia. Pada tahun 1964 diikuti dengan pendirian jurusan bimbingan dan penyuluhan dibeberapa IKIP di Indonesia ( antara lain IKIP Bandung dan IKIP Malang). Pada tahun berikutnya disusul oleh IKIP/ FKIP lain. Selanjutnya mulai tahun 1984/1985 jurusan bimbingan dan penyuluhan menjelma menjadi jurusan psikologi pendidikan dan bimbingan ( disingkat PPB), yang meliputi dua program studi yaitu program – program studi psikologi pendidikan dan program studi bimbingan dan konseling. Pada awal 1980-an di IKIP Bandung dan IKIP Malang mulai dibuka program pasca sarjana bimbingan dan konseling. Selama perkembangan sejak awal sampai dewasa ini terdapat beberapa peristiwa penting yang menjadi tonggak – tonggak sejarah perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia, yaitu: 3
  • 4. 1. Tahun 1971 Berdirinya proyek perintis sekolah pembangunan (PPSP) pada delapan IKIP, yaitu IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta, IKIP Malang,IKIP SURABAYA, DAN IKIP Malang. 2. Tahun 1975 Lahir dan berlakunya kurikulum sekolah menengah umum yang disebut kurikulum SMA 1975 sebagai pengganti kurikulum sebelumnya (kurikulum 1968). Kurikulum 1975 memuat beberapa pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut , yang salah satu diantaranya adalah buku Pedoman Bimbingan Konseling. 3. Tahun 1975 Diadakan konvensasi Nasional Bimbingan I di Malang. Konvensasi ini berhaasil menularkan beberapa keputusan penting, yaitu : 1. Terbentuknya organisasi profesi Ikatan petugas bimbingan Indonesia (IPBI). 2. Tersusunnya AD/ART/IPBI, kode etik jabatan konselor dan program kerja IPBI periode 1976-1978, selanjutnya konvensasi ini oleh beberapa kali konvensasi dank ogres, yang diadakan sacara berturut – turut di salatiga, Semarang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan padang. 4.Tahun 1978 Diselenggarakan program PGSLP dan PGSLA bimbingan dan penyuluhan sebagai auatu upaya pengangkatan tamatan jurusnan … yang telah dihasilkan oleh IKIP tetapi belum ada jatah jabatannya,… disamping untuk mengisi kekosongan jabaatan guru bimbingan disekolah . Agaknya tamatan program – program itulah yang pertama kali diangkat sebagai konselor atau guru bimbingan di sekolah. 4
  • 5. 5. Tahun 1989 Lahirnya surat Keputusan Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara No.026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen terseut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Disamping itu disinggung pula adanya pengaturan kenaikan pangkat jabatan guru pembimbing kendatipun tidak begitu tegas. 6. Tahun1989 Lahurnya Undang – Undang Republik Indonesia No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang – Undang ini selanjutnya disusul dengan lahirnya peraturan Pemerintah (PP) No.28 dan 29 yang secara tegas mencantumkan adanya pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan – satuan pendidikan (masing – masing Bab x pasal 25, BAb x pasal 27). 7. Tahun 1991 s.d. 1993 1. Dibentuk divisi – divisi dalam IPBI, yaitu : a. Ikatan Pendidikan Konselor Indonesia ( IPKON) b. Ikatan Guru Pembimbing Indonesia (IGPI) c. Ikatan Sarjana Konseling Indonesia (ISKIN) 2. Diperjuankan oleh IPBI jabatan fungsional tersendiri bagi petugas bimbingan di sekolah. Diyakini apabila jabatan fungsional tersendiri itu terwujud, maka upaya profesionalisasi pelayanan bimbingandan konseling akan lebih terjamin untuk dapat terlaksana denagan berhasil. Suatu pekerjaan dinamakan profesiapabila pekerjaan itu memenuhi sejumlah cirri atau persyaratan, baik dilihat dari funsi dan maknanya, penampilan kegiatannya terhadap sasaran layanan, dasar – dasar keilmuan yang dimilikinya, kompetensi para pekerjanya, penyiapan para calon pekerjaan untuk mampu menyelenggarakan pekerjaan itu, kode etiknya serta sikap para 5
  • 6. pekerja terhadap pengembangan pekerjaan itu. Berkenaan denagan cirri atau syarat – syarat tersebut diyakini pelayanan bimbingan dan konseling merupakan pekerjaan professional. Untuk mengembangkan pelayanan bimbingan dan konseling menjadi pekerjaan professional memerlukan upaya – upaya tersebut, bahkan perjuangan. Perumusan untuk pekerja professional merupakan upaya pokok untuk memberikan pedoman tentang hal – hal apasaja yang harus dilakukan oleh seorang konselor professional dalam memberikan jasa kepada sasaran layanannya.Pembinaan dan pengembangan unjuk kerja tersebut sampai benar – benar dikuasai oleh (calon) konselor diselenggarakan melalui program pendidikan konselor, baik pendidikan prajabatan maupun jabatan. Program akreditasii, sertifikasi dan lisensi merupakan upaya agar pelayanan bimbingan dan konseling itu benar – benar professional, sejak dari pendidikan konselornya sampai kepada penempatannya dilapangan kerja, baik dilembaga – lembaga pemerintah maupun non – pemerintah.Organisasi profesi dalam mengupayakan profesionalitas anggota dan pelayanannya, melalui pelaksanaan tridarmanya, yaitu pengembangan ilmu, pengembangan pelayanan, dan penegakan kode etik. Ketiga darma organisasi profi perluu berjalan serempak apabila organisasi itu perlu benar – benar taat asas dengan profesionalnya. Gerakan bimbingan di Indonesia dimulai dengan memasukkan upaya bimbingan dan penyuluhan kedunia persekolahan. Gerakan ini berkembang dan makin kuat keberadaannya disekolah. Hal itu sudah dikuatkan oleh peraturan perundangan yang berlaku dalam rangka pendidikan nasional. Organisasi profesi bimbingan , yaitu IPBI juga semakin kuat, teratur dengan terbentuknya divisi – divisi di lingkungan IPBI, yaitu, IPKOM, IGPI, IPBI juga dengan sekuat tenaga melaksanakanketiga tridarma organisasi profesi. B. Pra Lahirnya Pola 17 Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan berdampak pada buruknya citra bimbingan dan konseling, sehingga melahirkan miskonsepsi terhadap pelaksanaan BK, munculnya persepsi negatif terhadap pelaksanaan BK, berbagai 6
  • 7. kritikan muncul sebagai wujud kekecewaan atas kinerja Guru Pembimbing sehingga terjadi kesalahpahaman, persepsi negatif dan miskonsepsi berlarut. Masalah menggejala diantaranya: konselor sekolah dianggap polisi sekolah, BK dianggap semata-mata sebagai pemberian nasehat, BK dibatasi pada menangani masalah yang insidental, BK dibatasi untuk klien-klien tertentu saja, BK melayani ”orang sakit” dan atau ”kurang normal”, BK bekerja sendiri, konselor sekolah harus aktif sementara pihak lain pasif, adanya anggapan bahwa pekerjaan BK dapat dilakukan oleh siapa saja, pelayanan BK berpusat pada keluhan pertama saja, menganggap hasil pekerjaan BK harus segera dilihat, menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien, memusatkan usaha BK pada penggunaan instrumentasi BK (tes, inventori, kuesioner dan lain-lain) dan BK dibatasi untuk menangani masalah-masalah yang ringan saja Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah diselenggarakan dengan pola yang tidak jelas, ketidak jelasan pola yang harus diterapkan disebabkan diantaranya oleh hal-hal sebagai berikut : 1. Belum adanya hukum Sejak Konferensi di Malang tahun 1960 sampai dengan munculnya Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan di IKIP Bandung dan IKIP Malang tahun 1964, fokus pemikiran adalah mendesain pendidikan untuk mencetak tenaga-tenaga BP di sekolah. Tahun 1975 Konvensi Nasional Bimbingan I di Malang berhasil menelurkan keputusan penting diantaranya terbentuknya Organisasi bimbingan dengan nama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI). Melalui IPBI inilah kelak yang akan berjuang untuk memperolah Payung hukum pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah menjadi jelas arah kegiatannya. 2. Semangat luar biasa untuk melaksanakan BP di sekolah Lahirnya SK Menpan No. 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Merupakan angin segar pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah. Semangat yang luar biasa untuk melaksanakan ini karena di sana dikatakan “Tugas guru adalah mengajar dan/atau membimbing.” Penafsiran pelaksanaan ini di sekolah dan didukung tenaga atau guru pembimbing yang berasal dari lulusan Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan atau Jurusan 7
  • 8. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (sejak tahun 1984/1985) masih kurang, menjadikan pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas. Lebih-lebih lagi dilaksanakan oleh guru-guru yang ditugasi sekolah berasal dari guru yang senior atau mau pensiun, guru yang kekurangan jam mata pelajaran untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya. Pengakuan legal dengan SK Menpan tersebut menjadi jauh arahnya terutama untuk pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah. 3. Belum ada aturan main yang jelas Apa, mengapa, untuk apa, bagaimana, kepada siapa, oleh siapa, kapan dan di mana pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan dilaksanakan juga belum jelas. Oleh siapa bimbingan dan penyuluhan dilaksanakan, di sekolah banyak terjadi diberikan kepada guru-guru senior, guru-guru yang mau pensiun, guru mata pelajaran yang kurang jam mengajarnya untuk memenuhi tuntutan angka kreditnya. Guru-guru ini jelas sebagian besar tidak menguasai dan memang tidak dipersiapkan untuk menjadi Guru Pembimbing. Kesan yang tertangkap di masyarakat terutama orang tua murid Bimbingan Penyuluhan tugasnya menyelesaikan anak yang bermasalah. Sehingga ketika orang tua dipanggil ke sekolah apalagi yang memanggil Guru Pembimbing, orang tua menjadi malu, dan dari rumah sudah berpikir ada apa dengan anaknya, bermasalah atau mempunyai masalah apakah. Dari segi pengawasan, juga belum jelas arah dan pelaksanaan pengawasannya. Selain itu dengan pola yang tidak jelas tersebut mengakibatkan: 1.Guru BP (sekarang Konselor Sekolah) belum mampu mengoptimalisasikan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan terhadap siswa yang menjadi tanggungjawabnya. Yang terjadi malah guru pembimbing ditugasi mengajarkan salah satu mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia, Kesenian, dsb.nya. 2. Guru Pembimbing merangkap pustakawan, pengumpul dan pengolah nilai siswa dalam kelas-kelas tertentu serta berfungsi sebagai guru piket dan guru pengganti bagi guru mata pelajaran yang berhalangan hadir. 8
  • 9. 3. Guru Pembimbing ditugasi sebagai “polisi sekolah” yang mengurusi dan menghakimi para siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah seperti terlambat masuk, tidak memakai pakaian seragam atau baju yang dikeluarkan dari celana atau rok. 4. Kepala Sekolah tidak mampu melakukan pengawasan, karena tidak memahami program pelayanan serta belum mampu memfasilitasi kegiatan layanan bimbingan di sekolahnya, 5. Terjadi persepsi dan pandangan yang keliru dari personil sekolah terhadap tugas dan fungsi guru pembimbing, sehingga tidak terjalin kerja sama sebagaimana yang diharapkan dalam organisasi bimbingan dan konseling. Kondisi-kondisi seperti di atas, nyaris terjadi pada setiap sekolah di Indonesia. 9
  • 10. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dengan adanya layanan bimbingan konseling yang berkembangan sampai saat ini, dapat ditemukan beberapa manfaat bagi peserta didik maupun bagi masyarakat luas umumnya.sehingga semua orang dapat mengikuti proses layanan konseling guna untuk mengembangkan dan mengentaskan berbagai konflik yang ada pada diri seseorang tersebut, B. Saran Semoga dengan adanya pelayanan bimbingan konseling yang berkembang saat ini baik disekolah maupun dikalangan masyarakat dapat dimanfaatkan dengan sebaik – baiknya. Dengan adanya semua layanan yang diberikan, dapat membuat diri seseorang itu tidak salah memilih atau salah menentukan apa yang menjadi keinginan maupun yang mencadi cita – cita yang diiginkan nya. 10
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Proyitno, 1999, Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,Dra ft Prayitno, Sunaryo Kartadinata, Ahman, 2002, Profesi dan Organisasi Profesi Bimbingan dan Konseling, Departemen Pendidikan Nasional 11